Perancangan Sistem T1 672007324 Full text

6

3. Perancangan Sistem

Gambar 3 Life Cycle Membangun sebuah jaringan wireless LAN membutuhkan pendekatan NDLC Network Development Life Cycle yang di dalamnya terdapat beberapa tahap yaitu analysis, design, simulation prototyping, implementation, monitoring dan management [10]. Pada tahap awal dilakukan analisis terhadap topologijaringan yang sudah ada saat ini dan analisis kelemahan dari jaringan yang sudah ada. Metode yang biasa digunakan pada tahap ini di antaranya : wawancara, survey langsung ke lapangan, membaca manual atau blue print dokumentasi, kemudian menelaah setiap data yang didapat dari data sebelumnya maka perlu dilakukan analisis terhadap data tersebut untuk masuk tahap selanjutnya. Gambar 4 Topologi Fisik Jaringan Lama di SMA Negeri 2 Salatiga Gambar 4 merupakan gambaran seutuhnya dari jaringan yang lama. Terdapat satu router, satu switch dan dua access point. Semua access point terhubung dengan kabel dan terpusat didalam satu switch. Dari topologi jaringan yang sudah ada didapatkan data sebagai berikut, pada ruang baca dan taman baca masing-masing terdapat satu buah access point. Tiap-tiap access point dihubungkan menggunakan media kabel Wired LAN dalam satu switch. Access point pada ruang baca dan taman baca mempunyai SSID yang berbeda-beda dan penyebaran DHCP yang berbeda-beda. Daftar SSID dan DHCP yang terdapat dalam topologi jaringan yang lama. a. SSID Ruang Baca “R. Baca” dengan range IP 192.168.1.100-192.168.1.149 b. SSID Taman Baca “T. Baca” dengan range IP 192.168.1.150-192.168.1.199 7 Sebelum melakukan perancangan jaringan, harus dilakukan analisis terhadap pemasalahan-permasalahan yang ada saat ini. Permasalahan yang muncul mencakup kelemahan-kelemahan dari sistem jaringan yang ada saat ini. Hal tersebut dilakukan untuk menentukan langkah selanjutnya terhadap perencanaan topologi dan teknologi apa yang harus diterapkan untuk mengatasi permasalahan yang muncul. Adapun masalah-masalah yang muncul saat ini adalah tidak adanya integrasi antar access point karena masing-masing access point mempunyai SSID dan range IP DHCP yang berbeda-beda yang menyebabkan client kurang efektif saat menggunakan fasilitas hotspot saat berpindah-pindah lokasi dan ini juga menyebabkan mobilitas dan reliabilitas kerja dari jaringan hotspot tersebut berkurang. Setelah melakukan analisis, didapatkan data-data yang sangat diperlukan dalam melakukan perancangan dari sistem yang akan dibangun. Dari data-data yang didapatkan sebelumnya, tahap design ini akan membuat gambar design topologi jaringan interkoneksi yang akan dibangun, diharapkan dengan seperti yang digambarkan pada Gambar 5 akan memberikan gambaran seutuhnya dari kebutuhan yang ada. Gambar 5 Topologi Fisik Jaringan Baru di SMA Negeri 2 Salatiga Gambar 5 memberikan penjelasan secara detail pada sistem jaringan yang akan dibangun. Dalam sistem yang akan dibangun terdapat 2 buah access point yang terdapat pada ruang baca dan taman baca yang memiliki SSID yang sama yaitu “HOTSPOT-SMANDA”dan mempunyai satu profil server hotspot dengan range IP 192.168.1.100-192.168.1.196. Dalam sistem jaringan yang akan dibangun DHCP yang disebar untuk klien jadi satu langsung dari server hotspotmikrotik. Dalam perancangan sebuah jaringan, dibutuhkan tools khusus di bidang jaringan seperti Packet tracer untuk membuat simulasi dari topologi jaringan yang akan dibangun. Hal ini digunakan untuk melihat kinerja awal dari jaringan yang akan dibangun dan sebagai bahan presentasi serta sharing dengan teamwork lainnya. Gambar 6 merupakan gambaran simulation prototype dari topologi jaringan yang akan dibangun. 8 Gambar 6 Simulation Prototype Selanjutnya tahap implementasi akan diterapkan semua yang telah direncanakan dan didesain sebelumnya. Implementasi merupakan tahapan yang sangat menentukan dari berhasil atau gagalnya project yang akan dibangun. Tahap implementasi ini akan dijelaskan pada Gambar 7. Gambar 7 Tahapan Implementasi 9 Pada tahap implementasi terdapat langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian, yaitu :  Konfigurasi Mikrotik OS sebagai Server Hotspot Melakukan perancangan Mikrotik OS sebagai gateway, DHCP server.  Upgrade firmware DD-WRT Proses upgrade firmware DD-WRT diperlukan karena firmware standar bawaan dari access point TL-WR740N belum mempunyai fitur DHCP forwarder.  Konfigurasi wireless roaming Melakukan konfigurasi pada masing-masing access point supaya membentuk jaringan yang menggunakan sistem wireless roaming meliputi pemberian nama SSID, pengaturan channel, dan pengaturan DHCP forwarder.  Instalasi Net Stumbler Digunakan untuk mengukur signal strength pada masing-masing access point  Instalasi BW monitor Iperf Pada tahap ini dilakukan instalasi beberapa software untuk tahap analisis  Instalasi Wireshark Instalasi wireshark digunakan melakukan capture terhadap paket data yang lewat pada jaringan hotspot tersebut. Setelah melakukan implementasi tahapan monitoring merupakan tahapan yang penting, agar jaringan komputer dan komunikasi dapat berjalan sesuai dengan keinginan dan tujuan awal dari user pada tahap awal analisis, maka perlu dilakukan kegiatan monitoring. Dalam hal ini hanya dilakukan monitoring dan analisis pada beberapa parameter saja, seperti reliabilitas kinerja jaringan dan throughput yang dihasilkan. Pada tahapan manajemen atau pengaturan, salah satu yang menjadi perhatian khusus adalah masalah policy. Kebijakan perlu dibuat untuk membuatmengatur agar sistem yang telah dibangun dan berjalan dengan baik dapat berlangsung lama dan unsur reliabilitas terjaga. Policy akan sangat tergantung dengan kebijakan level management dan strategi bisnis perusahaan tersebut. Pekerja IT sebisa mungkin harus dapat mendukung atau alignment dengan strategi bisnis perusahaan. Akan tetapi pada penelitian ini tahapan management tidak dilakukan karena adanya keterbatasan.

4. Hasil dan Pembahasan