PENERAPAN TEKNIK ANESTESI BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN EKSTRAK BUNGA KAMBOJA (Plumeria acuminata) PADA TRANSPORTASI SISTEM BASAH

(1)

PENERAPAN TEKNIK ANESTESI BENIH IKAN NILA

(Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN EKSTRAK BUNGA KAMBOJA (Plumeria acuminata) PADA TRANSPORTASI SISTEM BASAH

(Skripsi)

Oleh RIDHO ILHAMI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

THE APPLICATION OF ANESTHESIA TECHNIQUES OF

TILAPIA SEED (Oreochromis niloticus) BY USING FRANGIPANI FLOWER EXTRACT (Plumeria acuminata) IN WET SYSTEM TRANSPORTATION

by

Ridho Ilhami

ABSTRACT

Tilapia fish transportation (Oreochromis niloticus) is a part in the tilapia hatchery operations. One of transportation methods that can be used is the wet system transportation by utilizing frangipani flower extract (Plumeria acuminata) as an anesthetic (anesthesia). The research aims to determine the most effective concentration of frangipani flower extract in anesthesia tilapia fish on a wet transport system. This research used a completely randomized design with treatment A (0 mg / L), B (0.398 mg / L frangipani flower extract), C (1,584 mg / L frangipani flower extract), and D (6.304 mg / L frangipani flower extract), each treatment 6 replications. The parameters that are observed toxicity test, fainting speed, long recovered unconscious, survival rate, growth rate and water quality (temperature, dissolved oxygen and pH). The results showed that the concentration of frangipani flower extract significantly different (P> 0.05) to the faint velocity period, realized a long time to recover, the survival rate and daily growth rate. Frangipani flower extract concentration was not significantly different among treatments (P <0.05)to the survival rate and growth rate of tilapia fish daily. The most effective concentration of frangipani flower extract for anesthetic techniques in the transport system is 6.304 mg / L with a survival rate reaches 94.43%


(3)

PENERAPAN TEKNIK ANESTESI BENIH

IKAN NILA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN EKSTRAK BUNGA KAMBOJA (Plumeria acuminata) PADA TRANSPORTASI

SISTEM BASAH Oleh

Ridho Ilhami

ABSTRAK

Transportasi benih ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan bagian dalam kegiatan usaha pembenihan ikan nila. Metode transportasi yang dapat digunakan salah satunya adalah transportasi sistem basah dengan memanfaatkan ekstrak bunga kamboja (Plumeria acuminata) sebagai bahan anestesi (pembiusan). Penelitian bertujuan untuk mengetahui konsentrasi ekstrak bunga kamboja yang paling efektif dalam anestesi benih ikan nila pada transportasi sistem basah.

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan A (0 mg/L), B (0,398 mg/L ekstrak bunga kamboja), C (1,584 mg/L ekstrak

bunga kamboja), dan D (6,304 mg/L ekstrak bunga kamboja), masing-masing perlakuan 6 ulangan. Parameter yang diamati adalah uji toksisitas, kecepatan pingsan, lama pulih sadar, tingkat kelangsungan hidup, kecepatan pertumbuhan dan kualitas air (suhu, oksigen terlarut dan pH). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak bunga kamboja antar perlakuan berbeda nyata (P>0,05) terhadap periode kecepatan pingsan, lama waktu pulih sadar, tingkat kelangsungan hidup dan kecepatan pertumbuhan harian. Konsentrasi ekstrak bunga kamboja antar perlakuan tidak berbeda nyata (P<0,05) terhadap tingkat kelangsungan hidup dan kecepatan pertumbuhan harian benih ikan nila. Konsentrasi ekstrak bunga kamboja yang paling efektif untuk teknik anestesi dalam transportasi sistem basah adalah 6,304 mg/L dengan tingkat kelangsungan hidup mencapai 94,43%


(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada 15 November 1991 anak ketiga dari empat bersaudara buah hati Bapak Husnal Yazid, S.H dan ibu Amraini, S.Pd., M.Pd. Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1996 di TK Fitrah Insani Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 1997, Sekolah Dasar Negeri 1 Langkapura diselesaikan pada tahun 2003, MTs Negeri 1 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2006, dan SMA Negeri 9 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Perairan melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi Kepala Bidang Kewirausahaan di Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Unila (Hidrila) pada tahun periode 2010-2011. Pada tahun 2012 penulis mengikuti Praktik Umum di Balai Pengembangan Budidaya Air Payau dan Laut (BPBAPL) Karawang, Jawa


(9)

Barat. Pada tahun yang sama Penulis juga mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Bali Shadar Selatan, Kecamatan Banjit, Kabupaten Waykanan Penulis pernah menjadi asisten dosen untuk beberapa mata kuliah, diantaranya Biologi Perairan, Ikhtiologi, dan Ekologi Perairan pada tahun ajaran 2012/2013. Tugas akhir pada Perguruan Tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Penerapan Teknik Anestesi Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Menggunakan Ekstrak Bunga Kamboja (Plumeria Acuminata) pada Transportasi Sistem Basah.


(10)

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati, syukur alhamdulillah untuk segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT Sang pencipta alam semesta sehingga dengan ridho-Nya skripsi ini bisa terselesaikan. Tulisan ini kupersembahkan teruntuk.

1. Papa dan Mama yang tak pernah lelah memberikan doa dan dukungan serta kasih sayang yang tulus.

2. Keluargaku tercinta Abang Kiki, Aa’ Angga, Teteh Ida, Teteh Nisa, Rara, Aya, Zaidan dan Monica, yang telah memberikan motivasi dan doa hingga skripsi ini terselesaikan.

3. Keluarga Papa dan Ibu Rani Oktarina yang telah memberikan dukungan serta doa.

4. Rani Oktarina, terima kasih telah bersedia menjadi penyemangat, senantiasa menjadi rekan diskusi dalam setiap kondisi yang dihadapi.

5. Kepada sahabat-sahabatku, RBK Creative, terimakasih telah memberi dukungan dan doa, semoga persahabatan ini selalu terjaga.


(11)

MOTO

“Buat rencana hidupmu sendiri atau seumur hidup selalu menjadi

bagian dari rencana hidup orang lain”


(12)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ’’Penerapan Teknik Anestesi Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Menggunakan Ekstrak Bunga Kamboja (Plumeria acuminata) pada Transportasi Sistem Basah’’ sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan (S.Pi.) di Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., sebagai Ketua Program Studi Budidaya Perairan Universitas Lampung.

3. Bapak Mahrus Ali, S.Pi., M.P., sebagai pembimbing I dan Ibu Berta Putri, S.Si., M.Si., sebagai pembimbing II yang telah memberikan banyak waktu, petunjuk dan saran bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Tarsim S.Pi., M.Si., sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan baik kritik saran dan telah membimbing serta mengarahkan penulis dalam perbaikan skripsi ini.


(13)

6. Papa dan Mama terima kasih atas kasih sayang, doa, dan dukungan yang tiada hentinya demi kelancaran, keselamatan, dan kesuksesan penulis.

7. Keluargaku tercinta Abang Kiki, Aa’ Angga, Teteh Ida, Teteh Nisa, Rara, Aya, Zaidan dan Monica, yang telah memberikan motivasi dan doa hingga skripsi ini terselesaikan.

8. Fadli, Nui, Hiro, dan Bao (RBK Creative) terima kasih telah memotivasi, semoga persahabatan ini tetap terjalin.

9. Anak Komplek, Lona, Bonet, Nabila, Clau, terima kasih atas dukungan dan doa selama ini.

10 Teman-teman seperjuangan Aquaculture’09; Uus, Rina, Retna, Eni, Karina, Dian, Indah, Euis, Soraya, Anggun, Ainul, Linda, Gesty Ayu, Bintang, Ogi, Panca, Uti, Io, Supra, Okta, Beni, Agus Tomang, Rahmat, Nuron, Sandi, Agus Culik, Mufit, Muarif, Dedi, dan Dian Puja atas semangat dukungan dan kebersamaannya selama perkuliahan hingga penulisan skripsi.

11 Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi bahan rujukan penelitian, dan dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Penulis menyadari dalam skripsi ini masih terdapat kesalahan oleh karena itu masukan berupa kritik dan saran sangat penulis harapkan.

Bandar Lampung, 7 Juli 2014 Penulis


(14)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Tujuan Penelitian ... 3

1.3Manfaat Penelitian ... 3

1.4Kerangka Pemikiran ... 3

1.5Hipotesis ... 6

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1Biologi Ikan Nila ... 7

2.1.1 Klasifikasi Ikan Nila ... 7

2.1.2 Marfologi Ikan Nila ... 8

2.1.3 Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Nila ... 9

2.1.4 Makanan dan Kebiasaan Makan Ikan Nila ... 9

2.2Biologi Bunga Kamboja ... 10

2.2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Bunga Kamboja ... 10

2.2.2 Fitokimia Bunga Kamboja ... 11

2.2.3 Ekstraksi ... 13

2.2.4 Anestesi ... 14

III. METODE PENELITIAN 3.1Waktu dan Tempat ... 19

3.2Alat dan Bahan ... 19

3.3Prosedur Penelitian... 20

3.3.1 Penelitian Pendahuluan ... 20

3.3.1.1 Persiapan Ikan Uji ... 20

3.3.1.2 Pembuatan Ekstrak Bunga Kamboja... 21

3.3.1.3 Penentuan Selang Konsentrasi ... 21

3.3.1.4 Penentuan Uji Toksisitas ... 22


(15)

ii

3.3.2.1Persiapan ... 23

3.3.2.2Anestesi Ikan ... 23

3.3.2.3Simulasi Transportasi ... 24

3.3.2.4Pengamatan Pulih Sadar ... 24

3.3.2.5Pemeliharaan Benih ... 25

3.4Analisis Data ... 25

3.5Parameter yang Diamati ... 26

3.5.1 Uji Toksisitas ... 26

3.5.2 Kecepatan Pingsan ... 26

3.5.3 Lama Pulih Sadar ... 26

3.5.4 Survival Rate Simulasi Transportasi ... 27

3.5.5 Kecepatan Pertumbuhan Harian ... 27

3.5.6 Kualitas Air ... 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... 29

4.1.1 Toksisitas Bunga Kamboja ... 29

4.1.2 Kecepatan Pingsan ... 30

4.1.3 Lama Waktu Pulih Sadar ... 31

4.1.4 Survival Rate Simulasi Transportasi ... 32

4.1.5 Kecepatan Pertumbuhan Harian ... 33

4.1.6 Survival Rate Pemeliharaan ... 34

4.2Pembahasan... ... 35

4.2.1 Toksisitas Bunga Kamboja ... 35

4.2.2 Kecepatan Pingsan ... 36

4.2.3 Lama Waktu Pulih Sadar ... 39

4.2.4 Survival Rate Simulasi Transportasi ... 40

4.2.5 Kecepatan Pertumbuhan Harian ... 42

4.2.6 Survival Rate Pemeliharaan ... 43

V.KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan.... ... 45

5.2Saran ... ... 45 DAFTAR PUSTAKA


(16)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Beberapa Pelarut Organik dan Sifat Fisiknya ... 14

2. Respon Tingkah Laku Ikan dalam Tahap Pemingsanan ... 16

3. Mortalitas pada Uji Pendahuluan... ... 29

4. Parameter Kualitas Air pada Anestesi ... ... 31

5. Parameter Kualitas Air Pulih Sadar... ... 32


(17)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian... ... 5

2. Benih Ikan Nila... ... 9

3. Bunga Kamboja... 11

4. Lama Waktu Pingsan Benih Ikan Nila... ... 30

5. Lama Waktu Pulih Sadar Benih Ikan Nila... ... 31

6. Survival Rate Uji Simulasi Transportasi... ... 32

7. Kecepatan Pertumbuhan Harian Benih Ikan Nila... ... 33


(18)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Uji Selang Konsentrasi... 50

2. Uji Toksisitas…... ... 52

3. Data Hasil Anestesi... ... 54

4. Data Hasil Lama Pulih Sadar……... ... 56

5. Data Hasil Survival Rate... ... 58

6. Data Hasil Kecepatan Pertumbuhan Harian... 60

7. Data Hasil Survival Rate Pemeliharaan... ... 62


(19)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu usaha perikanan yang selalu diminati oleh masyarakat sehingga menyebabkan permintaan benih ikan nila selalu mengalami peningkatan. Pasokan benih ikan secara berkelanjutan dibutuhkan untuk memenuhi permintaan benih ikan nila tersebut.

Transportasi dilakukan dalam kegiatan usaha benih ikan nila sebagai proses pendistristibusian benih. Metode transportasi terbagi menjadi dua, yaitu transportasi sistem kering dan transportasi sistem basah. Transportasi sistem basah lebih menguntungkan karena pemanfaatan tempat lebih maksimal, dapat mengangkut benih dalam jumlah yang lebih banyak dan jarak tempuh transportasi lebih jauh (Junianto, 2003). Kendala yang dihadapi dalam kegiatan transportasi adalah stres dan kematian ikan sehingga perlu penanganan yang lebih baik agar ikan dapat tetap hidup dan sehat ketika sampai pada pembudidaya.

Kualitas air selama transportasi harus diperhatikan karena penentu kelangsungan hidup benih ikan. Kandungan O2 yang menurun, peningkatan CO2 dan NH3 dalam air dapat menyebabkan stres pada ikan sehingga kelangsungan hidup benih ikan rendah. Faktor lain yang


(20)

2

menyebabkan ikan stres adalah kepadatan, guncangan, dan aktivitas metabolisme ikan yang tinggi selama transportasi berlangsung sehingga diperlukannya penelitian untuk pemecahan permasalahan tersebut.

Anestesi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menekan aktivitas metabolisme benih ikan sehingga dapat bertahan hidup dan tidak stres selama proses transportasi (Suseno, 1985). Ikan diupayakan tenang dan aktivitas metabolismenya ditekan serendah mungkin selama transportasi berlangsung. Kegiatan anestesi benih ikan tersebut dapat dilakukan menggunakan bahan alami maupun sintetis, penggunaan bahan alami tidak menyebabkan residu pada tubuh ikan.

Bahan alami yang selama ini biasa digunakan dalam teknik anestesi adalah es, minyak cengkeh, ekstrak tembakau, ekstrak mengkudu, dan ekstrak pepaya sehingga diperlukan eksplorasi bahan lain seperti pemanfaatan ekstrak bunga kamboja. Hal tersebut dikarenakan bunga kamboja mengandung senyawa aromatik seperti eugenol, polyfenol, etanol, dan minyak atsiri (geraniol, sitronellol, linallol, dan fenetil alkohol) sehingga potensial dijadikan sebagai alternatif bahan alami untuk anestesi ikan (Bhakti, 1994). Sifat dari senyawa aromatik yang terkandung dalam bunga kamboja diharapkan dapat diterapkan untuk teknik anestesi benih ikan nila yang akan ditransportasikan. Senyawa tersebut juga diharapkan dapat mengurangi resiko cacat fisik, kematian, stress, dan dapat mempertahankan kelangsungan hidup benih ikan nila dalam waktu yang relatif lama.


(21)

3

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi ekstrak bunga kamboja yang efektif dalam anestesi benih ikan nila pada transportasi sistem basah.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui salah satu bahan alami untuk anestesi dalam transportasi ikan sehingga meminimalisir stres dan kematian ikan serta dapat diaplikasikan oleh pembudidaya ikan.

1.4 Kerangka Pemikiran

Bahan sintetis yang biasa digunakan dalam pembiusan ikan seperti Tricaine (MS-22) dapat menyebabkan residu pada tubuh ikan. Residu adalah akumulasi sisa dari bahan sintetis yang mengendap dalam jaringan atau organ ikan (Soemirat, 2005). Apabila terjadi residu pada tubuh ikan maka akan terjadi dampak negatif seperti terhambatnya pertumbuhan, menurunnya daya tetas telur, toksisitas dan penurunan kualitas telur ikan sehingga perlu dicari bahan alternatif yang lebih baik dalam pembiusan ikan (Daud et al, 1997).

Bunga Kamboja merupakan bagian dari tanaman kamboja yang mengandung senyawa aromatik seperti eugenol, polyfenol, etanol, dan minyak atsiri (geraniol, sitronellol, linallol, dan fenetil alkohol) (Bhakti,1994; Guritno,1995; Robinson, 1991). Eugenol dan minyak atsiri merupakan zat yang terkandung juga pada minyak cengkeh sehingga ada


(22)

4

kemungkinan penggunaan bunga kamboja dapat diterapkan dalam teknik anestesi benih ikan dalam kegiatan transportasi dengan sistem basah.

Ekstraksi perlu dilakukan agar konsentrat bahan dapat terkumpul dan zat – zat yang bersifat toksik atau beracun dapat larut sehingga tidak menimbulkan kematian pada benih ikan (Siswandono dan Bambang, 1995). Penelitian ini menggunakan bahan etanol dan akuades sebagai pelarut. Kedua bahan tersebut bersifat polar dan non polar sehingga dapat dibandingkan efektifitas anestetik masing - masing senyawa yang terlarut. Respon terhadap senyawa tersebut diharapkan mampu membuat ikan pingsan sehingga dapat dimanfaatkan pada transportasi sistem basah.

Metode dalam penentuan uji toksiksitas nilai efek bahan anestesi dari bunga kamboja yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsentrasi efektif (LC50). Konsentrasi efektif (LC50) digambarkan sebagai konsentrasi yang dapat melupuhkan 50% hewan uji dalam satu pengujian. Nilai yang di dapat selanjutnya dihitung dengan metode yang ada untuk penentuan nilai (LC50). Nilai atau konsentrasi yang di dapat dalam pengujian ini akan digunakan untuk uji simulasi transportasi sitem basah. Gambaran sederhana tentang penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir berikut.


(23)

5

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Transportasi Benih

Kering Basah

Tertutup Terbuka

Bahan Metabolik

Alami

Bunga Kamboja

Ekstraksi dengan pelarut

Sintetik *Tidak residu

*Murah

*Mudah diperoleh

*Residu

*Harga relatif mahal *Sulit diperoleh *Eugenol

*Polyfenol *Etanol *Graniol *Sitronellol *Llinallol *Fenetil alkohol

Polar Non Polar

*Selang Konsentrasi *LC50

*Simulasi Transportasi


(24)

6

1.5 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

H0 : τi = 0 Tidak ada konsentrasi bunga kamboja yang sesuai untuk teknik anestesi benih ikan nila dalam kegiatan transportasi basah pada selang kepercayaan 95%.

H1 : τi ≠ 0 Minimal terdapat satu konsentrasi bunga kamboja yang sesuai untuk teknik anestesi benih ikan nila dalam kegiatan transportasi basah pada selang kepercayaan 95%.


(25)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan Nila 2.1.1 Klasifikasi Ikan Nila

Klasifikasi ikan nila berdasarkan Suyanto (2003) adalah sebagai berikut. Filum : Chordata

Sub-Filum : Vertebrata Kelas : Osteichthyes Sub-Kelas : Acanthoptherigii Ordo : Percomorphi Sub-Ordo : Percoidea Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan spesies yang berasal dari kawasan Sungai Nil dan danau - danau sekitarnya di Afrika. Bentuk tubuh memanjang, pipih ke samping, dan warna putih kehitaman.


(26)

8

Jenis tersebut merupakan ikan konsumsi air tawar yang banyak dibudidayakan setelah Ikan Mas (Cyrprinus carpio) dan telah dibudidayakan di lebih dari 85 negara. Saat ini, ikan nila telah tersebar ke Negara beriklim tropis dan subtropis, sedangkan pada wilayah beriklim dingin tidak dapat hidup dengan baik (Gufron dan Kodri, 1997).

2.1.2 Morfologi Ikan Nila

Ikan nila yang berukuran sedang, panjang total (moncong hingga ujung ekor) mencapai sekitar 30 cm. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip dubur mempunyai jari - jari lunak dan tajam seperti duri (Saanin, 1986)

Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, serta terdapat garis-garis vertikal berwarna hitam pada sirip ekor, punggung dan dubur. Ikan nila juga memiliki linea lateralis yang berfungsi untuk alat keseimbangan ikan pada saat berenang.

2.1.3 Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Nila

Ikan nila mendiami berbagai habitat air tawar, termasuk saluran air yang dangkal, kolam, sungai, dan danau. Ikan nila dapat dipindahkan ke air asin dengan proses adaptasi yang bertahap. Kadar garam air dinaikkan sedikit demi sedikit. Berkaitan dengan habitatnya, ikan nila yang masih kecil lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dibanding dengan ikan yang sudah besar (Deptan, 2000). Ikan nila dapat hidup pada


(27)

9

perairan dengan pH berkisar antara 6-8,5, suhu air berkisar antara 25-30˚C dan salinitas antara 0-35 ppt (Amri dan Khairuman, 2003).

2.1.4 Makanan dan Kebiasaan Makan Ikan Nila

Ikan nila tergolong ke dalam omnivora dan biasanya memakan berupa plankton, perifiton, hydrilla, dan klekap pada habitat alami. Benih ikan nila lebih suka mengkonsumsi zooplankton, seperti rototaria, copepoda, dan cladocera.Untuk budidaya, ikan nila tumbuh lebih cepat hanya dengan pakan yang mengandung protein sebanyak 20-25% (Rukmana, 2003). Ikan nila ternyata dapat mengkonsumsi jenis – jenis makanan tambahan seperti dedak halus, tepung bungkil kacang, ampas kelapa, dan sebagainya (Darmono, 1991).

Berbeda dengan ikan lele yang aktif mencari makan pada malam hari, ikan nila aktif mencari makan pada siang hari. Kebiasaan lain ikan nila dewasa adalah memiliki kemampuan menggumpalkan makanan dengan bantuan mucus (lendir) dalam mulut sehingga makanan tidak mudah keluar dan juga pemakan detrivor (Santoso, 1996).


(28)

10

2.2 Biologi Bunga Kamboja

2.1.1 Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Kamboja

Klasifikasi tanaman kamboja adalah sebagai berikut.

Kingdom : Plantae

Sub Kingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Asteridae Ordo : Gentianales Famili : Apocynaceae Genus : Plumeria

Spesies : Plumeria acuminata.

Daun kamboja berwarna hijau, berbentuk lonjong dengan kedua ujungnya meruncing dan agak keras serta urat-urat daun yang menonjol. Bunganya berbentuk terompet, muncul pada ujung - ujung tangkai, daun bunga berjumlah 5 buah, berbunga sepanjang tahun. Tanaman ini dapat tumbuh subur di dataran rendah sampai ketinggian tanah 700 meter dpl, tumbuh subur hampir di semua tempat dan tidak memilih iklim tertentu untuk berkembang biak (Tjitrosoepomo, 2000). Bentuk bunga kamboja dapat dilihat pada Gambar 2.


(29)

11

Gambar 2. Tanaman Kamboja.

Keseluruhan bagian tanaman kamboja memiliki manfaat yang belum banyak diketahui. Bagian batang mengandung getah putih yang mengandung damar, kautscuk, senyawa sejenis karet, senyawa triterpenoid amytin, dan lupeol. Khusus pada kulit batang berkhasiat untuk menghilangkan rasa sakit karena bengkak dan dan pecah-pecah pada telapak kaki. Selain itu tanaman kamboja mengandung senyawa plumeirid, yakni senyawa glikosida yang bersifat racun sehingga dapat mematikan kuman. Getah kamboja dengan dosis yang tepat juga berguna sebagai obat sakit gigi, luka, dan penderita frambusia (Tjitrosoepomo, 2000). Bunga kamboja mengandung senyawa aromatik seperti eugenol, polyfenol, etanol, dan minyak atsiri (geraniol, sitronellol, linallol, dan fenetil alkohol) sehingga potensial dijadikan sebagai alternatif bahan alami untuk anastesi ikan (Bhakti, 1994).

2.2.2 Fitokimia Bunga Kamboja

Tumbuhan memproduksi dua jenis senyawa, yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder. Metabolit sekunder merupakan produk khas


(30)

12

yang ditemukan pada tumbuhan tertentu, sedangkan metabolit primer merupakan produk esensial yang terdapat pada semua mahluk hidup. Metabolit primer yang biasa digunakan untuk kelangsungan hidup dan berkembang biak adalah protein, lemak, dan asam nukleat. Tanaman juga memiliki satu kemampuan yang hampir tak terbatas untuk mensintetis senyawa-senyawa aromatik seperti senyawa fenol (Sastrohamidjojo, 1996).

Menurut Hidayat dan Hutapea (1991), akar, daun dan bunga Plumeria acuminate mengandung senyawa saponin, flavonoid, dan polifenol, serta alkaloid. Tumbuhan ini juga mengandung fulvoplumierin yang dapat mencegah pertumbuhan bakteri serta minyak atsiri antara lain geraniol, farsenol, sitronelol, fenetil alkohol dan linalool. Senyawa organik yang terdapat pada bunga kamboja dapat digunakan untuk bahan anestesi dengan memanfaatkan senyawa dari golongan alkoloid dan aromatik. Beberapa golongan alkeloid yang digunakan diantaranya saponin, treonin, dan morfin. Golongan alkeloid sifatnya analgesik, antibakteri dan anti kanker (Dalimartha, 1999). Sedangkan dari golongan senyawa aromatik diantaranya eugenol, elemchin, myristicin, polifenol, dan safrole yang bersifat menimbulkan daya halusinasi jika digunakan dalam konsentrasi tertentu (Robinson, 2011).

Bunga kamboja mengandung minyak atsiri yang dapat mencegah pengeluaran asam lambung berlebihan dan mengurangi gerakan peristaltik usus sehingga dapat menekan laju metabolisme (Ketaren,


(31)

13

1985). Bunga kamboja juga mengandung senyawa terpenoida, yaitu komponen tumbuh-tumbuhan yang mempunyai bau sehingga dapat memberikan efek menenangkan ataupun pingsan pada ikan (Leny, 2006). 2.2.3 Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut. Kaidah yang digunakan pada proses ekstrasi bunga kamboja ini yaitu kepolaran senyawa yang dianalisis harus sama dengan kepolaran pelarutnya (Kardinan, 2005).

Jenis pelarut yang perlu diperhatikan dalam proses ekstraksi adalah senyawa yang memiliki kepolaran yang sama akan lebih mudah terlarut dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang sama. Sifat yang sangat penting adalah kepolaran dan gugus polar pada senyawa yang akan diekstraksi seperti gugus OH dan COOH, juga gugus fungsi lainnya (Rusli, 1980). Sifat metabolit yang diketahui akan memudahkan dalam penetuan pelarut yang sesuai dengan kepolaran metabolit dan pelarut.

Kelarutan suatu komponen bergantung pada derajat kepolarannya. Tingkat polaritas pelarut dapat ditentukan dari nilai konstanta dielektrik pelarut (Reid, 1990). Urutan tingkat kepolaran beberapa pelarut organik berdasarkan nilai konstanta dieletriknya dapat dilihat pada Tabel 1.


(32)

14

Tabel 1. Beberapa pelarut organik dan sifat fisiknya

Pelarut Titik didih (°C) Tetapan dielektrik

Air 100 80

Asam Format 100 58

Asetonitril 81 36,6

Metanol 68 33

Etanol 78 24,3

Aseton 56 20,7

Metil klorida 40 9,08

Asam asetat 118 6,15

Etil asetat 78 6,02

Dietil eter 45 4,34

heksana 69 2,02

Benzena 80 2,28

(Sumber : Reid, 1990)

2.2.4 Anestesi

Anestesi yaitu teknik pemingsanan biota dengan bahan tertentu. Anestesi bertujuan untuk menurunkan aktivitas metabolisme dan respirasi biota sebelum ditrasportasikan. Kondisi imotil diperlukan agar proses metabolisme benih ikan berkurang sehingga aktivitas fisiologis, kebutuhan oksigen dan produksi CO2 benih ikan menjadi rendah (Nitibaskara et al, 2006). Terdapat beberapa teknik anestesi, yaitu dengan menggunakan suhu rendah atau zat anti metabolit. Teknik anestesi menggunakan anti-metabolit alami yang dapat digunakan untuk membius benih ikan antara lain ekstrak biji karet, minyak cengkeh, dan ekstrak akar tuba, sedangkan bahan anti-metabolit sintetis yang biasa digunakan dalam transportasi ikan hidup adalah MS-222 dan gas CO2. Sedangkan menggunakan suhu rendah dapat dilakukan dengan penurunan suhu secara bertahap maupun secara langsung (Suryaningrum et.al, 2005).


(33)

15

Empat tahapan anestesi yang diungkapkan oleh Mckelvey dan Hollingshead (2003) yaitu :

1. Stadium Analgesia, hewan masih sadar tetapi disorientasi dan menunjukkan sensitifitas terhadap rasa sakit berkurang, respirasi dan denyut jantung normal atau meningkat, semua reflek masih ada, hewan masih bangun dan dapat mengeluarkan urin.

2. Stadium Eksitasi yaitu kesadaran mulai hilang namun refleks masih ada, pupil membesar tetapi akan menyempit ketika ada cahaya masuk. Tahap kedua berakhir ketika hewan menunjukkan tanda-tanda otot relaksasi, respirasi menurun, dan refleks juga menurun. 3. Stadium Anestesi. Hewan kehilangan kesadaran, pupil mengalami

konstriksi, dan tidak merespon cahaya yang masuk atau refleks hilang (refleks palpebrae).

4. Tahapan keempat adalah pernafasan dan kerja jantung terhenti, dan hewan mati. Indikator tahapan anstesi antara lain aktivitas refleks (refleks palpebrae, pedal refleks, korne refleks, refleks laring, refleks menelan), relaksasi otot, posisi mata, dan ukuran pupil, sekresi saliva dan air mata, respirasi dan denyut jantung. Respon tingkah laku ikan dalam tahapan pemingsanan (Tabel 2).


(34)

16

Tabel 2. Respon tingkah laku ikan pada tahap pemingsanan Tingkat Sinonim Respon Tingkah Laku Ikan

0 Normal Reaktif terhadap rangsangan luar, pergerakan operkulum dan kontraksi otot normal

Ia Pingsan ringan (light sedation)

Reaktifitas terhadap rangsangan luar sedikit menurun, pergerakan operkulum melambat, keseimbangan normal

Ib Pingsan berat (deep sedation)

Reaktifitas terhadap rangsangan luar tidak ada, kecuali dengan tekanan kuat. Pergerakan operkulum lambat, keseimbangan normal

IIa Kehilangan keseimbangan

sebagian

Kontraksi otot lemah, berenang tidak teratur, memberikan reaksi hanya terhadap rangsangan getaran dan sentuhan yang sangat kuat, pergerakan operkulum cepat

IIb Kehilangan keseimbangan

total

Kontraksi otot berhenti, pergerakan operkulum lemah namun teratur,reflek urat saraf dan tulang belakang menghilang

III Gerak reflek tidak ada

Reaktifitas tidak ada, pergerakan operkulum lambat dan tidak teratur, detak jantung lambat, reflek tidak ada

IV Roboh

(medullary collaps)

Pergerakan operkulum berhenti, respirasi terhenti, diikuti beberapa menit kemudian penghentian detak jantung (Sumber : Tidwell et.al, 2004)

2.5.5 Transportasi Sistem Basah

Pada prinsipnya, pengangkutan ikan hidup bertujuan untuk mempertahankan kehidupan ikan selama dalam pengangkutan sampai ke tempat tujuan. Pengangkutan dalam jarak dekat tidak membutuhkan perlakuan yang khusus. Akan tetapi pengangkutan dalam jarak jauh dan dalam waktu lama diperlukan perlakuan-perlakuan khusus untuk


(35)

17

mempertahankan kelangsungan hidup ikan. Sistem transportasi ikan dibagi menjadi dua, yaitu sistem transportasi basah, dan sistem transportasi kering.

Menurut Wibowo (1993), pada transportasi sistem basah ikan diangkut di dalam wadah tertutup atau terbuka yang berisi air laut atau air tawar bergantung pada jenis dan asal ikan. Pada transportasi dengan wadah tertutup, ikan diangkut di dalam wadah tertutup dan suplai oksigen diberikan secara terbatas yang telah diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan selama pengangkutan. Pada transportasi dalam wadah terbuka, ikan diangkut dengan wadah terbuka dengan suplai oksigen secara terus menerus dan aerasi selama perjalanan. Transportasi sistem basah biasanya digunakan untuk transportasi hasil perikanan hidup selama penangkapan di tambak, kolam dan pelabuhan ke tempat pengepul atau dari satu pengepul ke pengepul lainnya.

Faktor-faktor penting yang memengaruhi keberhasilan proses transportasi adalah kualitas ikan, oksigen, suhu, pH, CO2, amoniak, kepadatan dan aktivitas ikan (Berka, 1986). Kualitas ikan yang ditransportasikan harus dalam keadaan sehat dan baik. Ikan yang kualitasnya rendah memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dalam waktu transportasi yang lebih lama dibandingkan dengan ikan yang kondisinya sehat. Kemampuan ikan untuk menggunakan oksigen tergantung dari tingkat toleransi ikan terhadap perubahan lingkungan, suhu air, pH, konsentrasi CO2, dan hasil metabolisme seperti amoniak. Biasanya dasar yang digunakan untuk mengukur konsumsi O2 oleh ikan


(36)

18

selama transportasi adalah berat ikan dan suhu air. Jumlah O2 yang dikonsumsi ikan selalu tergantung pada jumlah oksigen yang tersedia. Jika kandungan O2 meningkat ikan akan mengkonsumsi O2 pada kondisi stabil dan ketika kadar O2 menurun konsumsi O2 oleh ikan lebih rendah dibandingkan konsumsi pada kondisi kadar O2 yang tinggi (Daud et.al, 1997)

Suhu merupakan faktor yang penting dalam transportasi ikan. Suhu optimum untuk transportasi ikan adalah 6 – 8˚C untuk ikan yang hidup di daerah dingin dan suhu 15 – 20˚C untuk ikan di daerah tropis. Nilai pH air merupakan faktor kontrol yang bersifat teknik akibat kandungan CO2 dan amoniak. CO2 sebagai hasil respirasi ikan sedangkan amoniak merupakan anorganik nitrogen yang berasal dari eksresi organisme sehingga akan mengubah pH air menjadi asam selama transportasi. Nilai pH optimum selama transportasi ikan hidup adalah 7 sampai 8. Perubahan pH menyebabkan ikan menjadi stres, untuk menanggulanginya dapat digunakan larutan buffer untuk menstabilkan pH air selama transportasi ikan (Daud et.al, 1997).

Ikan - ikan yang lebih besar, seperti indukan dapat ditrasportasi dengan perbandingan ikan dan air sebesar 1 : 2 sampai 1 : 3 , tetapi untuk ikan-ikan kecil perbandingan sampai 1 : 100 atau 1 : 200. Ketika ikan berada dalam wadah selama transportasi, ikan selalu berusaha melakukan aktivitas. Selama aktivitas otot berlangsung, suplai darah dan oksigen tidak terpenuhi sehingga perlu disediakan oksigen yang cukup sebagai alternatif pengganti energi yang digunakan (Junianto, 2003).


(37)

19

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian telah dilakukan pada bulan November – Desember 2013, bertempat di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian meliputi: akuarium 10 x 15 x 30 cm3 sebagai bak penampung dan pemingsan benih, aerator, stopwatch, timbangan digital, saringan, blender, kertas label, alat tulis, DO meter, termometer, pH meter, kantung plastik ukuran 100 cm x 60 cm3 dengan tebal 2 mm, karet, styrofoam 60 x 40 x 30 , pipet tetes, kertas saring, dan lakban.

Bahan penelitian yang digunakan adalah benih ikan nila berukuran 3-5 cm sebanyak 720 ekor, ekstrak bunga kamboja, etanol, akuades, gas oksigen, pakan komersil, dan es batu.


(38)

20

3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang akan dilakukan terdiri atas dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan tahap penelitian utama. Tahap pendahuluan berupa persiapan ikan uji, pembuatan ekstrak bunga kamboja yang akan digunakan dalam penelitian, penentuan selang konsentrasi, dan penentuan median lethal concentration dengan melakukan uji toksisitas menggunakan metode probit menurut Finney (1971).

Penelitian utama berupa kegiatan simulasi transportasi menggunakan sistem media air (basah) dengan bahan anestesi ekstrak bunga kamboja dan pemeliharaan ikan pasca transportasi.

3.3.1 Penelitian Pendahuluan a. Persiapan Ikan Uji

Ikan yang akan digunakan dalam penelitian diaklimatisasi terlebih dahulu selama 1 minggu dengan menempatkan benih ikan pada akuarium yang bersuhu 26-28˚C. Aklimatisasi bertujuan agar benih ikan nila dapat menyesuaikan dengan kondisi air yang digunakan dalam penelitian dan meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh faktor lingkungan.

Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan nila yang memiliki panjang total 3-5 cm, yang didapat dari lokasi pembenihan ikan Politeknik Negeri Lampung. Benih ikan nila yang digunakan sebagai hewan uji adalah benih ikan yang sehat dan tidak cacat. Benih ikan yang sehat ditandai dengan gerak renang aktif, reaktif terhadap rangsangan


(39)

21

dari luar, sisik tidak lepas, mulut dan sirip tidak cacat atau luka, mata cerah dan tidak ada bercak putih.

Sebelum digunakan dalam penelitian, ikan dipuasakan selama 24 jam di dalam bak penampungan dan diberi aerasi. Puasa bertujuan untuk menurunkan aktifitas metabolisme ikan.

b. Pembuatan Ekstrak Bunga Kamboja

Pembuatan ekstrak bunga kamboja dilakukan berdasarkan Kopkhar (2008), yang telah dimodifikasi, dengan tahapan sebagai berikut.

1. Bunga kamboja yang digunakan berwarna kuning tua.

2. Selanjutnya bunga dicuci bersih dengan air mengalir kemudian dibiarkan dengan suhu ruang selama 1 minggu hingga bunga tersebut kering

3. Bunga yang sudah kering kemudian ditimbang sebanyak 800 gram dan dihaluskan menggunakan blender.

4. Bunga yang sudah halus dibagi dua (400 gram) kemudian dilarutkan dengan pelarut yaitu etanol dan aquades. Masing – masing pelarut yang digunakan sebanyak 1600 ml.

5. Larutan tersebut kemudian disaring untuk memisahkan larutan dengan bunga yang tidak terlarut. Hasil saringan tersebut dibiarkan menguap hingga tersisa serbuk ekstrak bunga kamboja.


(40)

22

c. Penentuan Selang Konsentrasi

Pada tahap ini bertujuan untuk memperoleh konsentrasi ambang atas dan ambang bawah bahan anastetik ekstrak bunga kamboja. Konsentrasi ambang adalah konsentrasi yang menyebabkan 95% populasi hewan uji hidup dalam waktu 48 jam (ambang bawah) dan konsentrasi yang menyebabkan hewan uji mati dalam waktu 24 jam (ambang atas).

Pada penentuan konsentrasi ambang digunakan derajat konsentrasi ekstrak bunga kamboja (bahan uji) yaitu 0.01 ml/L, 0,1 ml/L, 1 ml/L dan 10 ml/L, dan 100 ml/L. Setiap konsentrasi merupakan perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali. Pengamatan dilakukan pada jam ke 24 dan ke 48, dimulai saat bahan uji dimasukkan dalam wadah uji. Kedalam wadah percobaan dimasukkan 10 ekor benih ikan nila. Selama percobaan benih ikan nila tidak diberi pakan dan air media diaerasi. Benih ikan nila yang mati pada setiap perlakuan dicatat dan dikeluarkan dari wadah percobaan.

d. Penentuan Uji Toksisitas

Pengujian aktivitas bahan anestesi ekstrak bunga kamboja meliputi penentuan toksisitas dengan Median Lethal Concentration (LC 50) merupakan konsentrasi yang menyebabkan 50% hewan uji mengalami kematian. Dosis perlakuan pada uji toksisitas dan daya anastetik ekstrak bunga kamboja dapat ditentukan berdasarkan Finney (1971) dalam interval logaritmik dengan rumus :


(41)

23

………..(1)

……….(2)

Ket:

N = Konsentrasi ambang atas n = Konsentrasi ambang bawah k = Jumlah Konstrasi yang diuji

a = Konsentrasi yang paling kecil dari deret yang ditentukan

Dengan rumus (1) dapat dihitung nilai konsentrasi terkecil. Selanjutnya dapat dihitung berturut-turut konsentrasi b, c,d, dan e dengan menggunakan rumus (2).

3.3.2 Penelitian Utama a) Persiapan

 Mempersiapkan benih ikan sebanyak 720 yang diambil dari kolam pembenihan ikan diPoliteknik Negeri Lampung dengan ukuran 3-5 cm dan berat 5- 10 gram.

 Mempersiapkan kantung plastik yang diisi dengan 1 L akuades yang mengandung ekstrak bunga kamboja sesuai dengan perlakuan yang telah ditentukan dan diukur kualitas airnya.

 Menyiapkan es batu yang telah diperkecil ukurannya dengan cara dihancurkan. Es berfungsi untuk menjaga suhu agar tetap dingin.


(42)

24

b) Anestesi Ikan

 Sebelum melakukan anestesi, benih ikan nila dipuasakan dan diaklimatisasi terlebih dahulu selama 48 jam dalam bak penampungan.

 Benih ikan nila dimasukkan ke dalam akuarium berukuran 10 x 15 x 30 cm3 yang terisi air sebanyak ¾ bagian dengan jumlah 30 ekor per akuarium.

 Selanjutnya ekstrak bunga kamboja dimasukkan ke dalam akuarium dengan konsentrasi yang diinginkan serta mengukur kualitas air.

 Mengamati efek yang dihasilkan dari proses anestesi yaitu dengan cara mencacatat lama waktu pingsan.

 Memasukkan benih ikan nila yang sudah terbius ke dalam kantung plastik yang telah dirangkap dan berisi akuades, kemudian diberi gas oksigen. Suhu air awal dibuat 15˚C dan perbandingan antara akuades, ikan serta oksigen adalah 1 : 1: 2.

 Kantung plastik yang berisi benih ikan nila tersebut kemudian diikat rapat dengan karet lalu dimasukkan ke dalam kotak styrofoam yang pada sudut-sudutnya telah diberi es. Kotak styrofoam kemudian ditutup dengan lakban.

c) Simulasi Trasportasi

Ikan yang telah dikemas kemudian ditransportasikan selama 6 jam menggunakan kendaraan roda empat.


(43)

25

d) Pengamatan Pulih Sadar

Langkah dalam pengamatan pulih sadar adalah sebagai berikut.

Menyiapkan aquarium sebanyak 24 buah dan masing-masing diisi air sebanyak 10 liter dan mengukur kualitas airnya.

e) Benih ikan nila yang telah selesai ditrasportasikan diambil kemudian dimasukkan kedalam akuarium dan diamati waktu pulih sadar benih tersebut. Indikator pulih sadar adalah benih ikan nila bergerak aktif.

f) Pemeliharaan benih

 Mempersiapkan akuarium yang telah diisi air dan memberi aerasi kedalam akuarium selama 48 jam sebelum digunakan untuk memelihara ikan.

 Ikan uji tersebut dipelihara selama 30 hari.

 Pakan yang akan diberikan adalah pakan buatan komersil dengan frekuensi 2 kali sehari, yaitu pada pukul 08.00 dan pukul 16.00 WIB.

 Penyiponan akan dilaksanakan setiap hari dan dilakukan pergantian air selama 3 hari sekali.

 Setelah memelihara ikan selanjutnya melakukan penghitungan survival rate dan pertumbuhan harian.

3.4 Analisis Data

Perlakuan yang akan diuji adalah konsentrasi yang di bawah sublethal dari ekstrak bunga kamboja dengan perlakuan konsentrasi uji masing-masing perlakuan 6 kali ulangan dalam waktu transportasi 6 jam.


(44)

26

Penelitian menggunakan metode eksperimen dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL). Model rancangan yang digunakan yaitu :

I =1,2,3….a j = 1,2,3….a

Keterangan :

Yij = Nilai Pengamatan dari perlakuan konsentrasi ekstrak bunga kamboja ke-i terhadap imotilisasi benih ikan nila ke j = Rataan umum

Ai = Pengaruh konsentrasi ekstrak bunga kamboja ke-i Bj = Pengaruh imotilisasi benih ikan ke-j

= Galat percobaan perlakuan konsentrasi ekstrak bunga kamboja terhadap anestesi benih ikan ke-j

Analisis data menggunakan anlisis ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95%. Apabila berpengaruh nyata, untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan diuji dengan menggunakan uji BNT (Stell and Torrie, 1991).

3.5 Parameter yang Diamati 3.5.1 Uji Toksisitas

Pengujian toksisitas LC-50 menggunakan metode analisa probit (Finney, 1971).

3.5.2 Kecepatan Pingsan

Kecepetan pingsan diukur pada saat mulai memberikan bahan anestesi sampai benih ikan pingsan. Ciri-ciri ikan pingsan ditandai


(45)

27

dengan pergerakan operkulum yang lambat dan ikan diam di dasar akuarium.

3.5.3 Lama Pulih Sadar

Lama pulih sadar benih ikan nila diamati setelah simulasi transportasi dengan cara memasukkan benih ikan nila ke dalam akuarium yang berisi air. Air yang digunakan telah diaerasi selama 24 jam, selanjutnya dihitung waktu yang dibutuhkan untuk ikan sadar dari pingsan yang ditandai dengan aktifnya pergerakan ikan.

3.5.4 Survival rate (SR)

Kelangsungan hidup (survival rate) adalah nilai dari perbandingan antara jumlah ikan yang hidup sampai akhir pemeliharaan dengan jumlah awal ikan saat dipelihara. Menurut Effendy (1997), untuk menghitung survival rate (SR) dapat digunakan dengan rumus :

SR =

100%

Keterangan :

SR : Derajat kelangsungan hidup Nt : Jumlah ikan akhir (ekor) No : Jumlah ikan awal (ekor)

3.5.5 Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian (growth rate) adalah laju pertumbuhan kurun waktu tertentu dalam satu hari. Menurut Huisman (1976), laju pertumbuhan harian dapat dinyatakan dengan rumus :


(46)

28

⁄ Keterangan :

= Laju Pertumbuhan Harian (%) t = Periode pengamatan

Wt = Bobot rata-rata akhir (gram) = Bobot rata-rata awal (gram) 3.5.6 Kualitas Air

Kualitas air yang diamati adalah pada saat pemeliharaan ikan selama 30 hari. Kegiatan ini telah dilaksanakan setiap hari sampai pemeliharaan selesai. Parameter yang telah diamati yaitu suhu, DO, dan pH.


(47)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Konsentrasi yang paling efektif dalam penerapan teknik anestesi menggunakan ekstrak bunga kamboja adalah 6,304 mg/L

2. Survival rate transportasi benih ikan nila tertinggi mencapai 94,43%.

5.2 Saran

Saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah membandingkan efektifitas kerja bahan anestesi ekstrak kamboja terhadap jenis ikan yang berbeda dan kurun waktu yang berbeda serta menggunakan teknik ekstraksi yang lebih baik dalam pembuatan ekstrak.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Musfirotun.2013. Penerapan Teknik Imotilisasi Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Menggunakan Ekstrak Daun Bandotan (Ageratum conyzoides) Pada Transportasi Basah. Jurnal Perikanan Universitas Lampung. Lampung.

Amri, K dan Khairuman. 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Arfah, H., dan Supriyono, E., 2002. Penggunaan MS-222 Pada Pengangkutan Benih Ikan Patin (Pangasius sutchi). Jurnal Akuakultur Indonesia.

Avriza, Hernati. 2011. Dahsyatnya Bunga-Bunga Berkhasiat Di sekitar Kita. Jogjakarta : Araska

Berka, R. 1986. The Transport of Live Fish. A Review. FAO of the United Nations. Roma.

Bhakti, 1994. Biologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press,Yogyakara.

Bocek, A. 1992. Pengangkutan Ikan, Pedoman Teknis, Proyek Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta.

Dalimartha, S. 1999. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker. Penebar Swadaya. Jakarta.

Darmono. 1991. Budidaya Ikan Nila. Kanisius. Yogyakarta.

Daud, R., Suwardi, Jacob, M.J., dan Utojo. 1997. Penggunaan MS-222 (Tricaine) Untuk

Pembiusan Bandeng Umpan. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia.

Departemen Pertanian RI. 2000. Petunjuk Teknis Pembenihan Dan Pembesaran Ikan Nila Gift. Balai Kajian Teknologi Pertanian Lembang, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.


(49)

Effendy, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Effendy. 2006. Seri Buku Ikatan Kimia dan Kimia Anorganik Teori VSEPR Kepolaran dan Gaya Antar Molekul. Malang : Banyumedia Publishing. Finney, DJ. 1971. Probit Analysis. Profesor of Statistics in the University of

Edinburg. Third Edition. Director of the Agricultural Research Council Unit of Statistics. United States.

Gufron, M dan Kodri K. 1997. Budidaya Ikan nila. Dahara Prize. Jakarta Guritno,1995. Biologi Umum. Djambatan Jakarta.

Hidayat, SS dan Hutapea JR. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Huisman, E.A. 1976. Food Convertion Efficiencies at Maintanance and Production Levels for Carp Cyprinus carpio. Linn and Rainbow Trout Salmo Gairdneri Rich. Aquaculture, 9(2) : 159-273.

Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. Kardinan,A. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Agro media Pustaka Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Balai Pustaka

Khopkar, SM. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.

Koesoemadinata, S. 2000. Toksisitas akut formulasi insektisida endosulfan, klorpirifos, dan klorfluazuron pada tiga jenis ikan air tawar dan udang galah. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 4(3-4): 36 – 43.

Lenny S. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenilpropanoida dan Alkaloida. Medan : Fak. MIPA. USU

Mckelvey D and Hollingshead WK. 2003. Veterinary anesthesia and analgesia. United States : Mosby.


(50)

Nitibaskara R, Wibowo S, dan Uju. 2006. Penanganan dan Transportasi Ikan Hidup untuk Konsumsi. Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor

Pramono, V. 2002. Penggunaan Ekstrak Caulerpa racemosa Sebagai Bahan Pembius pada Pra Transportasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Hidup. (Skripsi). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Reid, R.L.(ed.). 1990. Sifat Gas dan Zat Cair. PT Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta

Rini, S. 2012. Efektifitas Minyak Cengkeh sebagai Bahan Anestesi Terhadap Ikan Injel Biru-Kuning (Centropyge bicolor). Jurnal Perikanan Universitas Hasanuddin. Makasar.

Robinson, T., 1991, Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi, a.b. Kosasih Padmawinata, ITB, Bandung, h.132-136.

Rukmana. R. 2003. Ikan Nila, Budidaya dan Prospek Agribisnis. Kanisius. Yogyakarta.

Rusli. 1980. Pengaruh suhu dan kosentrasi NaOH pada isolasi eugenol dari minyak daun cengkeh. Balitaro. Bogor

Saanin, H. 1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Jakarta. Santoso, U. 1996. Budidaya Nila Merah. Bharata Karya Akasara. Jakarta Sastrohamidjojo, H. 1996. Sintesis Bahan Alam. Liberty. Yogyakarta

Siswandono dan Bambang. 1995. Kimia Mediasinal. Airlangga University Press, Surabaya.

Sudama, DNA. 2012. Penggunaan Minyak Cengkeh (Eugenia aromatica) sebagai Anestetik pada Transportasi Benih Nila Merah (Oreochromis sp.) tanpa Media Air. Jurnal Perikanan Universitas Lampung. Lampung

Soemirat, Juli. 2005. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Suseno, D. 1985. Tehnik Penanganan Transportasi Ikan Hidup. Pusdiklatluh Pertanian Ciawi. Bogor.

Sukarsa, D. 2005. Penerapan Teknik Imotilisasi Menggunakan Ekstrak Alga Laut (Coulerpa sertulorides) dalam Transportasi Ikan Kerapu (Ephinephelus suilus) Hidup Tanpa Media Air. Buletin Teknologi Hasil Perikanan. (8)1: 12-24. Staf Pengajar Departemen Teknologi Hasil Perairan FKIP IPB.


(51)

Sularto, Subagyo, S. Koesoemadinata dan Z, Jangkaru. 1993. Pembenihan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Pada Sistem Resirkulasi. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar. Jakarta.

Suryaningrum TD, Utomo BSD, dan Wibowo S. 2005. Teknologi Penanganan dan Transportasi Krustasea Hidup. Jakarta : Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Slipi.

Suyanto, S.R. 2003. Nila. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Steel, RGD and Torie, HJ. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia. Jakarta.

Syahputra, H. 2011. Penggunaan Minyak Sereh (Sitronela Oil) Sebagai Bahan Anestesi Ikan Mas (Cyprinus carpio) Pada Penyimpanan Sistem Kering. Jurnal Perikanan Universitas Riau. Riau.

Tidwell H. James, Shawn D. Coyle, and Robert M. Durborow. 2004. Anesthesics in aquaculture. SRAC Publication No. 3900.

Tjitrosoepomo, G. 2000. Morfologi Tumbuhan. cetakan ke 12. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Wibowo. 1993. Penerapan Teknik Penanganan dan Transportasi Ikan Hidup di Indonesia. Sub BPPL. Slipi Jakarta.

Yanto, H. 2009. Penggunaan MS-222 dan Larutan Garam pada Transportasi Ikan Jelawat (Leptobarbus hoevenii). Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia.


(1)

28

⁄ Keterangan :

= Laju Pertumbuhan Harian (%) t = Periode pengamatan

Wt = Bobot rata-rata akhir (gram) = Bobot rata-rata awal (gram)

3.5.6 Kualitas Air

Kualitas air yang diamati adalah pada saat pemeliharaan ikan selama 30 hari. Kegiatan ini telah dilaksanakan setiap hari sampai pemeliharaan selesai. Parameter yang telah diamati yaitu suhu, DO, dan pH.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Konsentrasi yang paling efektif dalam penerapan teknik anestesi menggunakan ekstrak bunga kamboja adalah 6,304 mg/L

2. Survival rate transportasi benih ikan nila tertinggi mencapai 94,43%.

5.2 Saran

Saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah membandingkan efektifitas kerja bahan anestesi ekstrak kamboja terhadap jenis ikan yang berbeda dan kurun waktu yang berbeda serta menggunakan teknik ekstraksi yang lebih baik dalam pembuatan ekstrak.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Musfirotun.2013. Penerapan Teknik Imotilisasi Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Menggunakan Ekstrak Daun Bandotan (Ageratum conyzoides) Pada Transportasi Basah. Jurnal Perikanan Universitas Lampung. Lampung.

Amri, K dan Khairuman. 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Arfah, H., dan Supriyono, E., 2002. Penggunaan MS-222 Pada Pengangkutan Benih Ikan Patin (Pangasius sutchi). Jurnal Akuakultur Indonesia.

Avriza, Hernati. 2011. Dahsyatnya Bunga-Bunga Berkhasiat Di sekitar Kita. Jogjakarta : Araska

Berka, R. 1986. The Transport of Live Fish. A Review. FAO of the United Nations. Roma.

Bhakti, 1994. Biologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press,Yogyakara.

Bocek, A. 1992. Pengangkutan Ikan, Pedoman Teknis, Proyek Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta.

Dalimartha, S. 1999. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker. Penebar Swadaya. Jakarta.

Darmono. 1991. Budidaya Ikan Nila. Kanisius. Yogyakarta.

Daud, R., Suwardi, Jacob, M.J., dan Utojo. 1997. Penggunaan MS-222 (Tricaine) Untuk

Pembiusan Bandeng Umpan. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia.

Departemen Pertanian RI. 2000. Petunjuk Teknis Pembenihan Dan Pembesaran Ikan Nila Gift. Balai Kajian Teknologi Pertanian Lembang, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.


(4)

Effendy, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Effendy. 2006. Seri Buku Ikatan Kimia dan Kimia Anorganik Teori VSEPR Kepolaran dan Gaya Antar Molekul. Malang : Banyumedia Publishing. Finney, DJ. 1971. Probit Analysis. Profesor of Statistics in the University of

Edinburg. Third Edition. Director of the Agricultural Research Council Unit of Statistics. United States.

Gufron, M dan Kodri K. 1997. Budidaya Ikan nila. Dahara Prize. Jakarta

Guritno,1995. Biologi Umum. Djambatan Jakarta.

Hidayat, SS dan Hutapea JR. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Huisman, E.A. 1976. Food Convertion Efficiencies at Maintanance and

Production Levels for Carp Cyprinus carpio. Linn and Rainbow Trout

Salmo Gairdneri Rich. Aquaculture, 9(2) : 159-273.

Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kardinan,A. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Agro media Pustaka

Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Balai Pustaka

Khopkar, SM. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.

Koesoemadinata, S. 2000. Toksisitas akut formulasi insektisida endosulfan, klorpirifos, dan klorfluazuron pada tiga jenis ikan air tawar dan udang galah. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 4(3-4): 36 – 43.

Lenny S. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenilpropanoida dan Alkaloida. Medan : Fak. MIPA. USU

Mckelvey D and Hollingshead WK. 2003. Veterinary anesthesia and analgesia. United States : Mosby.


(5)

Nitibaskara R, Wibowo S, dan Uju. 2006. Penanganan dan Transportasi Ikan Hidup untuk Konsumsi. Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor

Pramono, V. 2002. Penggunaan Ekstrak Caulerpa racemosa Sebagai Bahan Pembius pada Pra Transportasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Hidup. (Skripsi). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Reid, R.L.(ed.). 1990. Sifat Gas dan Zat Cair. PT Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta

Rini, S. 2012. Efektifitas Minyak Cengkeh sebagai Bahan Anestesi Terhadap Ikan Injel Biru-Kuning (Centropyge bicolor). Jurnal Perikanan Universitas Hasanuddin. Makasar.

Robinson, T., 1991, Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi, a.b. Kosasih Padmawinata, ITB, Bandung, h.132-136.

Rukmana. R. 2003. Ikan Nila, Budidaya dan Prospek Agribisnis. Kanisius. Yogyakarta.

Rusli. 1980. Pengaruh suhu dan kosentrasi NaOH pada isolasi eugenol dari minyak daun cengkeh. Balitaro. Bogor

Saanin, H. 1986. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Jakarta. Santoso, U. 1996. Budidaya Nila Merah. Bharata Karya Akasara. Jakarta Sastrohamidjojo, H. 1996. Sintesis Bahan Alam. Liberty. Yogyakarta

Siswandono dan Bambang. 1995. Kimia Mediasinal. Airlangga University Press, Surabaya.

Sudama, DNA. 2012. Penggunaan Minyak Cengkeh (Eugenia aromatica) sebagai Anestetik pada Transportasi Benih Nila Merah (Oreochromis sp.) tanpa Media Air. Jurnal Perikanan Universitas Lampung. Lampung

Soemirat, Juli. 2005. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Suseno, D. 1985. Tehnik Penanganan Transportasi Ikan Hidup. Pusdiklatluh Pertanian Ciawi. Bogor.

Sukarsa, D. 2005. Penerapan Teknik Imotilisasi Menggunakan Ekstrak Alga Laut (Coulerpa sertulorides) dalam Transportasi Ikan Kerapu (Ephinephelus suilus) Hidup Tanpa Media Air. Buletin Teknologi Hasil Perikanan. (8)1: 12-24. Staf Pengajar Departemen Teknologi Hasil Perairan FKIP IPB.


(6)

Sularto, Subagyo, S. Koesoemadinata dan Z, Jangkaru. 1993. Pembenihan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Pada Sistem Resirkulasi. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar. Jakarta.

Suryaningrum TD, Utomo BSD, dan Wibowo S. 2005. Teknologi Penanganan dan Transportasi Krustasea Hidup. Jakarta : Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Slipi.

Suyanto, S.R. 2003. Nila. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Steel, RGD and Torie, HJ. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia. Jakarta.

Syahputra, H. 2011. Penggunaan Minyak Sereh (Sitronela Oil) Sebagai Bahan Anestesi Ikan Mas (Cyprinus carpio) Pada Penyimpanan Sistem Kering. Jurnal Perikanan Universitas Riau. Riau.

Tidwell H. James, Shawn D. Coyle, and Robert M. Durborow. 2004. Anesthesics in aquaculture. SRAC Publication No. 3900.

Tjitrosoepomo, G. 2000. Morfologi Tumbuhan. cetakan ke 12. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Wibowo. 1993. Penerapan Teknik Penanganan dan Transportasi Ikan Hidup di Indonesia. Sub BPPL. Slipi Jakarta.

Yanto, H. 2009. Penggunaan MS-222 dan Larutan Garam pada Transportasi Ikan Jelawat (Leptobarbus hoevenii). Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia.