HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN PERAN PETUG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KENALI BESAR
KOTA JAMBI TAHUN 2015
Muthmainnah1, Sovia 2, Amelia Dwi Fitri 3
1

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
Dosen Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

2,3

Latar Belakang : Indonesia menargetkan pada tahun 2015 AKB turun menjadi 23 per 1000 balita. Menghadapi
tantangan dan target MDGs tersebut maka perlu adanya program kesehatan anak yang mampu menurunkan
kesakitan dan kematian pada anak. Program terkini dalam proses pelaksanaan percepatan penurunan AKB dan
AKABA antara lain yaitu program pemberian ASI eksklusif. Rendahnya pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh
kurangnya pengetahuan ibu dan kurangnya informasi dari petugas kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan pengetahuan ibu dan peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah
kerja Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi.
Metode Penelitian : jenis penelitian ini adalah analisis asosiatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel
penelitian ini adalah 63 ibu yang memiliki bayi 7-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi.
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 12 Mei-4 Juni 2015. Tehnik pengambilan sampel menggunakan metode

proporsional random sampling. Pelaksanaan penelitian yaitu dengan mewawancarai responden. Uji statistik di
gunakan adalah chi-square.
Hasil Penelitian : hasil penelitian menunjukan gambaran pemberian ASI tidak eksklusif memiliki proporsi yang
lebih besar yaitu 76,2%, gambaran pengetahuan ibu cenderung kurang baik yaitu sebesar 71,4%, gambaran peran
petugas kesehatan 66,7% masih kurang baik. Hasil penelitian juga menunjukan terdapat hubungan pengetahuan (pvalue=0,022) dan peran petugas kesehatan (p-value=0,004) dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi.
Kesimpulan : ada hubungan pengetahuan ibu dan peran petugas kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil
penelitian dijadikan sebagai acuan bagi petugas kesehatan dapat memberikan informasi tentang pemberian ASI
eksklusif dengan memberikan penyuluhan dan konseling untuk meningkatkan peranya sebagai edukator, konselor,
motivator, dan fasilitator sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif
kepada bayinya.
Kata Kunci : ASI Eksklusif, Pengetahuan, Peran Petugas Kesehatan.

A.

kesehatan. Tingkat keberhasilan pemberian
ASI bisa berhasil sukses salah satunya
dengan adanya peran tenaga kesehatan
dalam memberikan pendidikan praktik
menyusi pada ibu.1,2

Faktor lain yang terkait dengan
pemberian
ASI
eksklusif
adalah
pengetahuan.
Pengetahuan
masyarakat
tentang pentingnya ASI juga akan
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
Masyarakat yang tidak tahu tentang penting
dan
manfaat
makan
akan
tidak

PENDAHULUAN

ASI Eksklusif adalah pemberian

ASI(Air Susu Ibu) saja tanpa makanan
tambahan lainnya seperti jeruk, susu
formula, madu, air putih, atau tanpa
makanan tambahan padat seperti pisang,
pepaya, biskuit,dan tim hingga usia bayi 6
bulan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
ibu dalam pemberian ASI antara lain faktor
sosial budaya, faktor psikologis, faktor fisik
ibu, meningkatnya promosi susu formula
sebagai pengganti ASI, dan faktor petugas
1

2

memperdulikan pemberian ASI kepada
bayinya. Selain itu, ibu yang beranggapan
bentuk payudara akan rusak serta kecantikan
akan hilang apabila menyusui. Semakin
rendahnya ibu memberikan ASI eksklusif
akan menyebabkan kerawanan gizi pada

bayi karena makanan yang kurang dan ASI
banyak di ganti dengan susu formula dengan
cara dan jumlah yang tidak memenuhi
kebutuhan pertumbuhan sampai empat
bulan.2
Menurut Penelitian Rahmawati (2010)
dengan judul Faktor Yang Berhubungan
dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas Bonto Perak Kabupaten
Pangkep dengan menggunakan metode
penelitian observasional analitik dengan
rancangan
Cross
Sectional
Study.
Pengambilan sampel dilakukan dengan
metode
purposive
sampling
(133

responden). Hasil penelitian menunjukan
bahwa pengetahuan, peran keluarga, dan
peran petugas kesehatan memiliki hubungan
dengan pemberian ASI esklusif, sedangkan
pekerjaan dan paritas tidak memiliki
hubungan dengan pemberian ASI ekslusif.3
Penelitian yang dilakukan oleh Khrist
(2011) yang berjudul Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Prilaku Pemberian ASI
Ekslusif Pada Ibu di Wilayah Kerja
Puskesmas Manyaran Kecamatan Semarang
Barat dengan desain penelitian studi cross
sectional yang dilakukan dengan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif. Populasi dalam
penelitian ini yaitu ibu yang memiliki bayi
berusia 0-12 bulan. Teknik pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling
(55
responden).
Hasil

penelitian
menunjukan bahwa tidak ada hubungan

antara tempat persalinan, status pekerjaan
dan pengetahuan dengan prilaku pemberian
ASI eklusif. Hal yang menjadi faktor lain
yaitu dukungan petugas kesehatan, peraturan
tempat persalinan, faktor sosial budaya,
promosi susu formula, faktor lingkungan
dan faktor psikologi ibu.4
Penelitian berikutnya dilakukan oleh
Winda (2014) yang berjudul Hubungan
Antara Pengetahuan, Sikap, Pendidikan, dan
Pekerjaan Ibu Terhadap Pemberian ASI
Eksklusif Di Wilayah Kerja Pueksemas
Kebun Kopi Kota Jambi. Metode penelitian
kiantitatif dengan desain penelitian cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini
adalah ibu yang memiliki bayi 7-12 bulan.
Jumlah sampel sebanyak 98 responden di

ambil dengan tehnik cluster sampling. Hasil
penelitian menunjukan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan dan sikap dengan
pemberian ASI eksklusif, sedangkan
pendidikan dan pekerjaan ibu tidak
berpengaruh terhadap pemberian ASI
eksklusif.5
Pemberian ASI yang tidak secara
eksklusif akan berdampak tidak baik pada
ibu maupun bayi. Dampak pada ibu yaitu
adanya kemungkinan terjadinya perdarahan
pasca
persalinan,
terjadinya
anemia
defesiensi
besi,
kanker
ovarium,
osteoporosis (keropostulang), kanker indung

telur, dan kanker payudara dalam masa
monopouse.6 Menurut Retna, ibu yang
memberikan ASI eksklusif memiliki resiko
terkena kanker payudara dan kanker
ovarium 25% lebih kecil dibanding ibu yang
tidak menyusui secara eksklusif.7
Selain dampak negatif yang dapat
terjadi pada ibu, pemberian ASI yang tidak

3

eksklusif juga memberi dampak yang tidak
baik bagi bayi. Adapun dampak yang dapat
terjadi pada bayi yang tidak mendapat ASI
eksklusif memiliki risiko kematian karena
diare 3,94 kali lebih besar dibandingkan
bayi yang mendapat ASI
eksklusif. Menurut UNICEF bayi yang
diberikan
susu

formula
memiliki
kemungkinan untuk meninggal dunia pada
bulan pertama kelahirannya dengan peluang
25 kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang
disusui oleh ibunya secara eksklusif. Upaya
perbaikan gizi kurang pada usia 0-6 bulan
didasarkan bahwa gizi kurang pada usia
kurang dari 2 tahun akan berdampak
terhadap penurunan pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kecerdasan, dan
produktivitas, dimana dampak ini sebagian
besar
tidak
dapat
diperbaiki
8
(irreversible)/Lost Generation.
Di Dunia Pada tahun 2012 anak-anak di
bawah enam bulan mendapatkan ASI

eksklusif berjumlah 39%. Kamboja berhasil
meningkatkan tingkat pemberian ASI
ekslusif pada tahun 2000 sebesar 11,7% dan
tahun 2010 menjadi 74%. Tunisia pemberian
ASI eksklusif turun drastis dari 46,5% di
tahun 2000 menjadi 6,2% pada akhir dekade
ini. Cakupan terendah di dunia adalah di
Somalia dan Afrika Selatan. Indonesia
adalah peringkat 49 dari 51 negara yang
mendukung pemberian ASI eksklusif artinya
indonesia menjadi negara ke tiga terendah
pemberian ASI eksklusif. 9
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi
Jambi Angka Kematian Bayi (AKB) di
Jambi yaitu 34 bayi per 1000 kelahiran di
atas angka Nasional yaitu 32 per 1.000
kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian

balita (AKABA) yaitu 40 dari 1000 balita
meninggal dunia setiap tahunnya. Millenium

Development Goals (MDGs), Indonesia
menargetkan pada tahun 2015 AKB turun
menjadi 23 per 1000 balita. Menghadapi
tantangan dan target MDGs tersebut maka
perlu adanya program kesehatan anak yang
mampu menurunkan kesakitan dan kematian
pada anak. Program terkini dalam proses
pelaksanaan percepatan penurunan AKB dan
AKABA antara lain yaitu program
pemberian ASI eksklusif.10
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Provinsi Jambi, cakupan pemberian ASI
eksklusif di Provinsi Jambi 2013 yaitu
sebesar 64% cakupan ini masih sangat jauh
di bawah taget pencapaian pemberian ASI
eksklusif Nasional yaitu 80%. Sedangkan
cakupan pemberian ASI eksklusif di Kota
Jambi pada tahun 2014 mencapai 62,55%.
Puskesmas Kenali Besar merupakan
puskesmas terendah keberhasilan pemberian
ASI ekslusif (23,35%) dari beberapa
puskesmas di Kota Jambi.10,11
Berdasarkan
survey
awal
di
Puskesmas Kenali Besar pada tanggal 25
Maret 2015 terhadap 7 ibu yang memiliki
bayi 7-12 bulan, 3 orang ibu memberikan
ASI eksklusif dan 4 tidak memberikan ASI
eklslusif karena alasan produksi air susu
yang sedikit sehingga bayi harus diberikan
sun agar kenyang. Kemudian dari 5 ibu
memiliki
pengetahuan
yang
kurang
mengenai ASI eksklusif dengan alasan ibu
tidak mengetahui manfaat pemberian ASI
eksklusif untuk bayi dan ibu. 5 orang
mengatakan petugas kesehatan belum
pernah memberikan informasi mengenai
pemberian ASI Ekslusif.

4

Berdasarkan uraian tersebut maka
maka perlu dilakukan penelitian tentang
Hubungan Pengetahuan dan Peran Petugas
Kesehatan dengan Pemberian ASI di
Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi Tahun
2015

pendidikan SMA (76,2), dan sebagian
responden tidak bekerja (77,8%).
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI
Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali
Besar Kota Jambi
ASI Eksklusif

B. METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode analisis
asosiatif dengan pendekatan cross sectional.
Penelitian ini dilakukan di di Puskesmas
Kenali Besar Kota Jambi. Populasi dalam
penelitian ini adalah ibu yang mempunyai
bayi usia 7-12 bulan yang berada di wilayah
kerja Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
proporsional random sampling sebanyak 63
responden.
C. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden
Karakteristik
Responden
Usia
Dewasa Awal
Dewasa Akhir
Pendidikan
Perguruan Tinggi
SMA
SMP
SD
Pekerjaan
Tidak Bekerja
Bekerja

Frekuensi

%

60
3
6
48
6
3
49
14

95,2
4,8
9,5
76,2
9,5
4,8
77,8
22,2

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa
sebagian besar responden tergolong dewasa
awal (95,2%). Sebagian besar ibu memiliki

Frekuensi

%

Kurang Baik
Baik

48
15

76,2
23,8

Jumlah

63

100

Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian
besar responden tidak memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya (76,2%).
Hasil penelitian ini sejalan penelitian
yang dilakukan oleh Ramla (2012) yang
berjudul Faktor-Faktor Yang Berhubungan
dengan Pemberian ASI eksklusif pada Bayi
6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Nabire Kota Kabupaten Nabire.
Hasil
menunjukan 70,2%
responden tidak
memberikan ASI eksklusif, dan 29,8%
responden memberikan ASI ekslusif. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
Setyawati (2012) yang berjudul Hubungan
Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI
Eksklusif dengan Pemberian ASI Eksklusif
di Desa Tajuk Kecamatan Getasan
Kabupaten Semarang. Hasil penelitian
menunjukan bahwa
18% responden
memberikan ASI eksklusif dan 82%
responden tidak
memberikan ASI
12,13
eksklusif.
Menurut
Notoatmodjo
bahwa
pemberian ASI secara eksklusif adalah suatu
perilaku yang merupakan hasil hubungan
antara perangsang (stimulus) dan respon.
Perangsang adalah suatu stimulus yang
diperlukan untuk menimbulkan reaksi.

5

Pemberian ASI kepada bayi dipengaruhi
beberapa faktor salah satunya yaitu
pengetahuan ibu. Pengetahuan ibu tentan
ASI eksklusif dapat mempengaruhi ibu
dalam memberikan ASI eksklusif. Semakin
baik pengetahuan ibu tentang manfaat ASI
eksklusif maka seorang ibu akan
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Ibu Di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali
Besar Kota Jambi
Pengetahuan
Kurang Baik
Baik
Jumlah

Frekuensi
45
18
63

%
71,4
28,6
100

Pada tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian
besar responden memiliki pengetahuan yang
kurang baik tentang ASI eksklusif (71,4%).
Pengetahuan
menggambarkan
seberapa banyak informasi yang dimiliki ibu
tentang pemberian ASI eksklusif yang dapat
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
dalam
pemberian
ASI
eksklusif.
Pengetahuan ibu tentang pemberian ASI
eksklusif dapat diperoleh secara sengaja
ataupun tidak di sengaja serta baik secara
langsung maupun tidak lansung dari petugas
kesehatan. Informasi dapat meningkatkan
pengetahuan dan wawasan ibu dapat berasal
dari berbagai sumber informasi.14
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Ayu (2007) yang berjudul Hubungan
Pengetahuan Ibu Tentang ASI Ekslusif
dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusuif
di Puskesmas Ngunter. Hasil penelitian
menunjukan bahwa sebagian besar ibu
memiliki pengetahuan yang kurang baik

(84%) dan sisanya ibu yang memiliki
pengetahuan baik (16%). Penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian yang di lakukan
oleh Winly dkk (2012) yang berjudul
Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap
Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI
Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Tompaso Kecamatan Tompaso. Hasil
penelitian menunjukan bahwa pengetahuan
ibu mengenai ASI eksklusif sebagian besar
pada kategori baik (63%) dan sisanya
kurang baik (36,1%).15,16
Pengetahuan merupakan dasar dan
landasan ibu dalam berpedoman tentang
pentingnya manfaat pemberian ASI ekslusif
bagi ibu dan bayi, terutama teknik menusui
yang benar. Jika ibu memiliki pengetahuan
dan pemahaman yang baik tentang ASI
eksklusif akan meningkatkan pemberian ASI
ekslusif kepada bayinya. Hal ini dikarenakan
pengetahuan yang dimiliki ibu akan
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Peran Petugas
Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kenali Besar Kota Jambi
Peran Petugas
Kesehatan
Kurang Baik
Baik
Jumlah

Frekuensi
42
21
63

%
66,7
33,3
100

Pada tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian
besar responden mengatakan peran petugas
kesehatan kurang baik (66,7%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Rahmawati, dkk (2013) yang
berjudul Hubungan antara Karakteristik Ibu,
Peran Petugas Kesehatan dan Dukungan

6

Keluarga Pemberian ASI Eksklusif di
Wilayah Kerja Puskesmas Bonto Cani
Kabupaten
Bone.
Hasil
penelitian
menunjukan bahwa 56,7%, responden
banyak mendapatkan peran dari petugas
kesehatan dan 43,3% responden tidak
mendapatkan peran dari petugas kesehatan.
Tinggi
presentasi
responden
yang
mendapatkan program-program pemberian
pelayanan kesehatan dasar antara lain
promosi kesehatan ibu dan anak.6
Dengan peran perawat sebagai
edukator dan konselor maka akan
meningkatkan pengetahuan dan wawasan
ibu dalam pemberian ASI eksklusif setelah
mendapatkan informasi dari petugas
kesehatan. Dalam penelitian petugas
kesehatan ya baik dapat memberikan
pengaruh kepada ibu dalam memberikan
ASI secara ekslusif kepada anaknya. Petugas
kesehatan memberitahukan dampak yang
terjadi jika bayi tidak diberikan ASI
eksklusif dan apa manfaat jika bayi
diberikan ASI eksklusif sehingga ibu
mendapatkan pengarahan dan informasi
yang jelas dari petugas kesehatan.
Tabel 5 Hubungan Pengetahuan dengan
Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi

Penget
ahuan
Total

Kurang
Baik
Baik

ASI Eksklusif
Tidak
Eksklusif
Eksklusif
N
%
N
%

N

%

33

52,4

4

6,3

37

58,7

16

25,4

10

15,9

49

7,3

14

22,2

26
63

41,56
100,
0

jumlah

PValu
e

0,022

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat
diketahui bahwa dari 34 reponden yang
memiliki pengetahuan yang kurang baik,
terdapat 52,4% responden tidak memberikan
ASI eksklusif, dan 24,4% responden yang
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Sedangkan dari 14 responden memiliki
pengetahuan yang baik, terdapat 22,2%
responden tidak memberikan ASI eksklusif,
dan 6,3 % responden memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya.
Hasil analisis lebih lanjut diperoleh pvalue sebesar 0,022. Hasil ini menunjukan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan pemberian ASI ekslusif
di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar
Kota Jambi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Mariane dkk (2013) yang berjudul
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan
Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu
Menyusui Di Puskesmas Bahu Kota
Manado. Hasil penelitian menunjukan ada
hubungan pengetahuan dengan pemberian
ASI eksklusif pada ibu menyusui di
Puskesmas Bahu Kota Manado (p-value=
0,000). Hasil penelitian lain yang
menunjukan hasil yang sama dilakukan oleh
Riyan dkk (2013) yang berjudul Hubungan
Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif
Dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif
Pada Ibu Bekerja Dikelurahan Ngempon
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada
hubungan bermakna antara pengetahuan ibu
tentang ASI eksklusif dengan praktik
pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di
Kelurahan Ngempon Kecamatan Bergas
Kabupaten Semarang(p-value= 0,019).17,18

7

Hal ini sesuai dengan pendapat
Notoatmodjo yang mengungkapkan bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang
tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan ibu
dalam memberikan ASI eksklusif dapat
mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI
eksklusif, semakin baik pengetahuan ibu
tentang ASI eksklusif maka seorang ibu
maka ibu akan memberikan ASI secara
eksklusif kepada bayinya.22
Tabel 6 Hubungan Peran Petugas Kesehatan
Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi

Peran
Petugas
Kesehat
an
Total

ASI Eksklusif
Tidak
Eksklusif
Eksklusif
N
%
N
%

N

%

Kurang
Baik

34

54,0

3

4,8

37

58,7

Baik

15

23,8

11

17,5

26

41,56 0,014

49

77,8

14

22,2

63

100,0

jumlah

PValue

Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan denga pemberian ASI ekslusif
di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar
Kota Jambi (p-value= 0,022).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Widdefrita (2012) yang
berjudul Peran Petugas Kesehatan Dan
Status Pekerjaan Dengan Pemberian ASI
Ekslusif Di Kelurahan Sawah Timur dan
Simpang Haru Padang. Hasil penelitian
menunjukan bahwa ada hubungan yang
bermaknan antara peran petugas kesehatan
dengan pemberian ASI eksklusif di
Kelurahan Sawah Timur dan Simpang Haru
Padang (p-value= 0,001). Penelitian ini tidak

sejalan dengan penelitian yang di lakukan
oleh Fitira, Hasanuddin dan Sitti (2013)
yang berjudul Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi dalam Pemberian ASI
Eksklusif Pada Bayi 0-6 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Mandale Kabupaten
Pangkep. Hasil penelitian menunjukan
bahwa tidak ada hubungan antara peran
petugas kesehatan dengan pemberian ASI
eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas
Mandale
Kab.
Pangkep
(p-value=
19,20
0,052).
Dalam penelitian peran petugas yang
baik dan kurang baik dapat memberikan
pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif
kepada bayinya. Pada saat ibu berkunjung
ke
puskesmas
petugas
kesehatan
memberitahukan tentang pemberian ASI
eksklusif sehingga ibu mau memberikan
ASI secara eksklusif kepada bayinya karena
telah
mendapatkan
pengarahan
dan
informasi dari petugas kesehatan sehingga
dalam pelayanan ibu merasa puas dengan
pelayanan yang diberikan oleh perawat.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang
Hubungan Pengetahuan dan Peran Petugas
Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar
Kota Jambi Tahun 2015, yang dilakukan
pada 63 ibu maka dapat di simpulkan bahwa
sebagian besar ibu tidak memberikan ASI
secara eksklusif kepada bayinya (76,2%),
Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif
sebagian besar kurang baik (71,4%), dan
peran petugas kesehatan sebagian besar
masih kurang baik (66,7%). Hasil analisis
lebih lanjut diperoleh hasil ada hubungan

8

antara pengetahuan dengan pemberian ASI
eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Kenali Besar Kota Jambi (p-value=0,022)
dan ada hubungan antara peran petugas
kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar
Kota Jambi. (p-value=0,004)
Dari kesimpulan diatas, ada beberapa
saran yang dapat diajukan antara lain:
Untuk dinas kesehatan diharapkan dapat
melakukan pembinaan dan pelatihan
terhadap tenaga kesehatan tentang ASI
eksklusif dan hal-hal yang terkait dengan
ASI eksklusif. Untuk puskesmas diharapkan
dapat melakukan penyuluhan yang intensif
tentang ASI eksklusif melalui komunikasi
langsung petugas kesehatan dengan kader
dengdan melakukan kunjungan ke rumah
ibu-ibu atau dalam bentuk pertemuan
kelompok, terutama ibu-ibu yang memiliki
pengetahuan rendah.
Bagi dunia pendidikan diharapkan hasil
penelitian ini dapat dijadikan sumber
informasi
yang
bermanfaat
dalam
pengebangan
ilmu
dan
peningkatan
program-program yang berkaitan dengan
pemberian ASI ekslusif.
Untuk
kesempurnaan
penelitian
diharapkan ada penelitian selanjutnya yang
meneliti
faktor-faktor
lain
yang
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif
yang lebih luas seperti faktor sosial budaya,
faktor psikologi dan faktor fisik ibu, dan
elayanan kesehatan, sehingga dapat lebih
bermanfaat dalam pengembangan informasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian
Kesehatan
Republik
Indonesia. Tatanan Penyediaan Fasilitas

2.

3.

4.
5.

6.

7.

8.

9.

Khusus Menyusui dan/atau Memerah
Susu Ibu. 2013. hal.1-8.
Damay, Y. Dian,S. Asuhan Kebidanan
Masa Nifas. Bandung: PT Refika
Aditama. 2011. hal.6-28.
Rizki Natia, W. ASI dan Panduan Ibu
Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika;
2013.
Retna.
Asuhan
Kebidanan(Nifas).
Yogyakarta: Mitra Cedika Pres; 2009.
UNICEF (diakses tanggal 12 Desember
2014).
Diunduh
dari
URL:
digilib.esaunggul.ac.id/public/UEUUndergraduate-2280.pdf
Asma, R. Bahar,B. Salam,A. Hubungan
Karakteristik Ibu, Peran Petugas
Kesehatan, Dan Dukungan Keluarga
Dengan Pemberian ASI Eksklusif di
Wilayah Kerja Puskesmas Bonto Cani
Kab. Bone. Universitas Hasanudin
Makassar. 2010. hal.1-16.
Joesefa,
K.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi prilaku pemberian ASI
Eksklusif diWilayah Kerja Puskesmas
Manyaran Kec. Semarang Barat.
Universitas Diponegoro. 2011.
Fitria,
W.
Hubungan
antara
pengetahuan, sikap, pendidikan dan
pekerjaan ibu terhadap pemberian ASI
Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Kebun Kopi Kota Jambi. Universitas
Jambi. 2013.
UNICEF New York 1 Agustus 2013
(diakses 27 November 2014). Diunduh
dari
URL:
http://www.unicef.org/indonesia/id/medi
a_21270.html

9

10. Profil Kesehatan Provinsi Jambi Tahun
2013: Dinas Kesehatan Provinsi Jambi;
2014. hal. 122-159.
11. Dinas Kesehatan Kota Jambi. Data
Pemberian ASI Eksklusif Tahun 20122014.ofil Puskemas Kenali Besar. 2014.
12. Hakim, Ramlan. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Pemberian ASI
Eksklusif Pada Bayi 6-12 Bulan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Nabire Kota
Kabupaten Nabire. Depok: Universitas
Indonesia; 2012.
13. Setyawati.Kristin.
Hubungan
Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI
Eksklusif dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Desa Tajuk Kecamatan
Getasan
Kabupaten
Semarang.
Universitas Kristen Satya Wacana; 2012.
14. Soekidjo, N. Ilmu Prilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta; 2010. hal.75-76.
15. Suyaningtyas, A. Nur A, Winarsih.
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ASI
Ekslusif Dengan Prilaku Pemberian ASI
Eksklusuif Di Puskesmas Ngunter. 2007.
URL: https://publikasiilmiah.ums.ac.id.
16. Wenas, W. Dkk. Hubungan Antara
Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui
Dengan Pemberian ASI Ekslusif Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tompaso
Kecamatan
Tompaso.
Manado:
Universitas Sam Ratulangi; 2012.
17. Wowor M, Laoh M Joke, Pangemanan
D. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap
Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada
Ibu Menyusui Di Puskesmas Bahu Kota
Manado. Manado: Universitas Sam
Ratulangi; 2013.
18. Andayani R,Setyowati, Mardiyaningsih
E. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang

ASI
Eksklusif
Dengan
Praktik
Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu
Bekerja
Dikelurahan
Ngempon
Kecamatan
Bergas
Kabupaten
Semarang.
Semarang:
Akademi
Kebidanan Ngudi Waluyo Ungaran;
2013.
19. Widdefrita. Mohanis. Peran Petugas
Kesehatan Dan Status Pekerjaan Dengan
Pemberian ASI Ekslusif Di Kelurahan
Sawah Timur Dan Simpang Haru
Padang. Padang: Universitas Andalas;
2012.
20. Wati F, Hasanuddin, Aminah S. Faktor
Faktor Yang Mempengaruhi Dalam
Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 0-6
Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Mandale Kabupaten Pangkep. STIKES
Nani Hasanuddin Makassar; 2013.