HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASCA IMUNISASI POLIO PADA BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh : Atik Sri Pujiati NIM. ST 13008

Disusun Oleh:

Atik Sri Pujiati

NIM. ST13008

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKESKUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Atik Sri Pujiati NIM

: ST. 13008

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.

2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukkan Tim Penguji.

3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Surakarta, Januari 2015 Yang membuat pernyataan,

Atik Sri Pujiati NIM. ST. 13008

LEMBAR PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa proposal Skripsi yang berjudul:

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASCA IMUNISASI POLIO PADA BAYI

Oleh: Atik Sri Pujiati NIM. ST. 13008

Telah disetujui untuk dapat dipertahankan dihadapan Tim Penguji

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep. Ika Subekti Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep. NIK.200680021

NIK.201189097

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASCA IMUNISASI POLIO PADA BAYI

Oleh: Atik Sri Pujiati NIM. ST13008

Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 31 Agustus 2015 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mendukung gelar sarjana Keperawatan

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep. Ika Subekti Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep. NIK.200680021

NIK.201189097

Penguji.

Wahyuningsih Safitri, S.Kep.,Ns.,M.Kep NIK. 200679022

Surakarta, 31 Agustus 2015 Ketua Program Studi S-1 Keperawatan,

Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep NIK.201279102

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan taufik-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Antara Pengetahuan Orang Tua Dengan Tingkat Kecemasan Pasca Imunisasi Polio Pada Bayi Di Wilayah Puskesmas Bendosari Kabupaten Sukoharjo”.

Karya tulis ini disusun untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Kusuma Husada Surakarata.

2. Ibu Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing satu yang telah memberikan bimbingan dan arahan atas tersusunnya laporan penelitian.

3. Ibu Ika Subekti Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan dan arahan.

4. Bapak Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Kusuma Husada Surakarta.

5. Rekan-rekan, yang telah banyak memberikan motivasi.

6. Seluruh pihak yang terlibat dalam proses pembuatan proposal ini.

ketidaksempurnaan dalam penyusunanusulan penelitian ilmiah ini, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi hasil yang lebih baik, semoga penelitian ini mendapat ridho dari Allah SWT dan bermanfaat bagi semua. Amin.

Penulis menyadari

masih

banyak

Surakarta, Januari 2015 Penulis

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 Kuesioner Penelitian Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi

Polio Lampiran 4 Kuesioner Penelitian Kecemasan Ibu Pasca Imunisasi Polio Lampiran 5 Tabel Jadwal Pelaksanaan Proposal dan Skripsi Lampiran 6 Lembar Oponent Ujian Sidang Proposal Skripsi Lampiran 7 Lembar Audience Ujian Sidang Proposal Skripsi Lampiran 8 Hasil Kuesioner Validitas Kecemasan Lampiran 9 Hasil Kuesioner Validitas Pengetahuan Lampiran 10 Hasil Olah Data SPSS

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014

Atik Sri Pujiati

“Hubungan Antara Pengetahuan Orang Tua Dengan tingkat Kecemasan Pasca Imunisasi Polio pada Bayi Di Wilayah Puskesmas Bendosari

Kabupaten Sukoharjo” ABSTRAK

Pemberian imunisasi pada anak bertujuan agar tubuh kebal terhadap penyakit tertentu. Imunisasi bertujuan untuk mencegah penyakit berbahaya salah satunya adalah imunisasi polio. Tujuan daripada penelitian ini adalah diketahuinya hubungan pengetahuan orang tua dengan tingkat kecemasan pasca imunisasi polio pada bayi di Puskesmas Bendosari Kabupaten Sukoharjo.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mengimunisasikan bayinya umur 0-12 bulan dengan imunisasi polio di Puskesmas Bendosari sebanyak 100 orang. Teknik sampel dengan menggunakan purposive sampling sehingga sampel sebanyak 30 responden.

Hasil penelitian ini menunjukkan responden yang paling banyak berusia 25-

30 tahun, yaitu 13 orang (41,9%). Pekerjaan terbanyak adalah petani, sebesar 12 orang (38,8%). Tingkat pengetahuan ibu tentang pasca imunisasi polio pada bayi, yang paling banyak adalah pengetahuan tinggi yaitu 11 orang atau 36,7%. Tingkat kecemasan paling banyak tingkat kecemasan kategori sedang, yaitu 12 orang (40%).

Hasil analisis menunjukkan ada hubungan yang cukup kuat dan signifikan antara pengetahuan Orang Tua Pasca Imunisasi Polio Pada Bayi dengan Kecemasan Orang Tua Pasca Imunisasi Polio. Tenaga kesehatan sebaiknya dapat memberikan pengetahuan dan informasi kepada ibu-ibu yang datang di puskesmas tentang manfaat imunisasi

Kata Kunci : Imunisasi, Pengetahuan, Kecemasan Daftar pustaka: 22 (1991-2006)

STUDY PROGRAM S-1 NURSING STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014

Atik Sri Pujiati

Relationship Between Knowledge Parents With Anxiety levels Post Polio Immunization in Infants In Regional Health Center Bendosari Sukoharjo ABSTRACT

Immunization in children aims to make the body immune to certain diseases. Immunization aims to prevent dangerous diseases one of which is the polio immunization. The objective of this study is the knowledge of parents knew the relationship with the level of anxiety of post polio immunization in infants at Puskesmas Bendosari Sukoharjo.

This study was an observational analytic study with cross sectional design. The population in this study is the mothers who immunize babies aged 0-12 months with polio immunization in health centers Bendosari many as 100 people. Engineering samples using purposive sampling so that the sample of 30 respondents.

The results showed that most respondents aged 25-30 years, ie 13 persons (41.9%). Workers most are farmers, amounting to 12 people (38.8%). Mother's level of knowledge about post-polio immunization in infants, the most is the high knowledge that is 11 people or 36.7%. Anxiety levels at most levels of anxiety medium category, which is 12 people (40%).

The analysis showed that the relationship was strong and significant correlation between knowledge of Parents Post-Polio Immunization in Infants with Anxiety Parents Post-Polio Immunization. Health workers should be able to provide knowledge and information to mothers who come in health centers on the benefits of immunization

Keywords: Immunization, Knowledge, Anxiety Bibliography: 22 (1991-2006)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Imunisasi sebagai salah satu pencegahan upaya preventif yang berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat harus dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh, dan sesuai standar sehingga mampu memutus mata rantai penularan penyakit serta menimbulkan dan meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit (Depkes, 2005).

Pemberian imunisasi pada anak bertujuan agar tubuh kebal terhadap penyakit tertentu. Kekebalan tubuh juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya tingginya kadar antibodi pada saat dilakukan imunisasi, potensi antigen yang disuntikkan, waktu antara pemberian imunisasi. Mengingat efektif dan tidaknya imunisasi tersebut akan tergantung dari faktor yang mempengaruhi sehingga kekebalan tubuh dapat diharapkan pada diri anak (Hidayat,2005). Imunisasi bertujuan untuk mencegah penyakit berbahaya salah satunya adalah imunisasi polio.

Polio merupakan suatu infeksi virus yang sangat menular dan tidak bisa disembuhkan. Virusnya menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan saraf) dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang sifatnya permanen serta kelumpuhan pada salah satu tungkai (Erinakia, 2006).

Penyakit polio masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, mengingat masih adanya kasus dan wabah polio di beberapa daerah di

Indonesia. Ini diperkuat dengan ditemukannya wabah polio impor yang bermula ditemukan di Sukabumi, Jawa Barat, pada bulan Maret 2005, ditemukan 15 kasus yang terkait polio (Achmadi, 2006).

Penyakit polio dapat dicegah dengan pemberian imunisasi polio. Pemberian imunisasi polio pada bayi dan anak tidak hanya memberi pencegahan penyakit pada anak tersebut, tetapi juga memberikan dampak yang lebih luas, karena dapat mencegah penularan penyakit untuk anak lain. Oleh karena itu pengetahuan dan sikap orang tua terutama ibu sangat penting untuk memahami tentang manfaat imunisasi dan jadual pemberian secara tepat.

Imunisasi polio di Indonesia diberikan melalui mulut. Imunisasi tersebut diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari dan selanjutnya setiap 4–6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin Hepatitis B dan DPT. Reaksi imunitas biasanya tidak ada, mungkin pada bayi akan berak-berak ringan. Imunisasi polio tidak ada efek samping, bila ada mungkin berupa kelumpuhan anggota gerak seperti pada penyakit polio yang sebenarnya (Ranuh, 2005). Pemberian vaksin polio di Indonesia dilakukan rutin dan serentak pada saat PIN (Pekan Imunisasi Nasional) (Utama, 2005).

Pemahaman persepsi dan pengetahuan ibu tentang imunisasi membantu pengembangan program kesehatan. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, Pemahaman persepsi dan pengetahuan ibu tentang imunisasi membantu pengembangan program kesehatan. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis (Kholil Lur Rochman, 2010).

Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Bendosari Sukoharjo dengan wawancara terhadap 10 orang ibu mengatakan tidak mengetahui dengan jelas tentang imunisasi polio seperti cara pemberian, tujuan dan efek samping imunisasi polio. Selain itu dari 10 orang tersebut juga mengatakan tidak melakukan imunisasi polio karena cemas dan takut anaknya menjadi demam dan lumpuh setelah melakukan imunisasi polio.

Hal ini menarik perhatian penulis untuk mengangkat permasalahan ini di dalam penelitian. Penulis ingin mengetahui lebih jauh lagi, apakah ada hubungan pengetahuan orang tua dengan tingkat kecemasan pasca imunisasi polio pada bayi di Puskesmas Bendosari Kabupaten Sukoharjo.

1.2 Perumusan Masalah

Imunisasi sebagai usaha pencegahan berbagai jenis penyakit, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditunda pelaksanaannya. Tugas utama kita sebagai tenaga kesehatan adalah memberikan pengetahuan terhadap orang tua tentang imunisasi dan meninjau status imunisasi setiap Imunisasi sebagai usaha pencegahan berbagai jenis penyakit, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditunda pelaksanaannya. Tugas utama kita sebagai tenaga kesehatan adalah memberikan pengetahuan terhadap orang tua tentang imunisasi dan meninjau status imunisasi setiap

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian: “Bagaimana hubungan pengetahuan orang tua dengan tingkat kecemasan pasca imunisasi polio pada anak di Puskesmas Bendosari Kabupaten Sukoharjo?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Diketahuinya hubungan pengetahuan orang tua dengan tingkat kecemasan pasca imunisasi polio pada bayi di Puskesmas Bendosari Kabupaten Sukoharjo.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik orang tua yang memiliki bayi dengan pasca imunisasi polio

2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan orang tua tentang imunisasi polio di Puskesmas Bendosari Kabupaten Sukoharjo.

3. Mengidentifikasi tingkat kecemasan orang tua pasca imunisasi polio ulang pada anak di Puskesmas Bendosari Kabupaten Sukoharjo.

4. Mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan dan kecemasan orang tua pasca imunisasi polio.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi institusi kesehatan (Puskesmas) memberikan informasi tambahan untuk meningkatkan pengelolaan program-program penyuluhan imunisasi polio terutama di Puskesmas Bendosari Kabupaten Sukoharjo, sehingga semakin banyak yang paham mengenai imunisasi polio.

2. Bagi masyarakat, Ibu dapat menambah ilmu pengetahuan hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dengan tingkat kecemasan ibu pasca imunisasi polio pada anak.

3. Bagi penulis, dapat mengembangkan pola pikir dalam melaksanakan riset, mengaplikasikan mata kuliah yang diterima di bangku kuliah ke dalampraktek lapangan.

4. Bagi peneliti selanjutnya Memberikan kontribusi informasi untuk peneliti selanjutnya, khususnya bagi peneliti yang akan datang demi untuk meningkatkan pengetahuan dengan tingkat kecemasan pasca imunisasi polio pada bayi di wilayah Puskesmas Bendosari Kabupaten Sukoharjo.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan perasa. sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata, telinga, pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. (Notoatmodjo, 2003)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Tingkat pengetahuan seseorang secara rinci dibagi menjadi enam tingkatan (Notoatmodjo, 2003) yaitu:

1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

obyek yang

3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan- rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.2 Polio

Polio adalah suatu infeksi virus yang sangat menular dan tidak bisa disembuhkan. virusnya menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan saraf) dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang sifatnya permanen serta kelumpuhan pada salah satu tungkai (Erinakia, 2006).

Gejala awal penyakit polio tidak khas, yakni hanya menderita demam, lemah, muntah, sakit tenggorokan, konstipasi atau mengalami kesulitan Gejala awal penyakit polio tidak khas, yakni hanya menderita demam, lemah, muntah, sakit tenggorokan, konstipasi atau mengalami kesulitan

Pemberian imunisasi polio pertama kali diberikan secara oral pada usia 0 bulan (lahir). Berikutnya di usia 2, 4, dan 6 bulan. Lepas usia bayi vaksinasi polio diberikan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Cara memberikan imunisasi polio adalah dengan meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung kedalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang dicampur dengan gula manis (Anonim, 2007, 1, http://www.pusat- informasi-penyakit-infeksi.com, diperoleh tanggal 2 April 2008).

Hanya sebagian kecil penerima vaksin polio akan mengalami gejala pusing-pusing, diare ringan, dan sakit otot. Namun pada umumnya, efek samping pasca imunisasi polio memang sering sekali ditemukan. Sedangkan kontra indikasi imunisasi polio hanya berlaku terhadap anak yang punya penyakit akut atau demam (suhu lebih 38,5 0C), muntah, atau diare, penyakit kanker atau keganasan (Erinakia, 2006).

Hasil dari pemeriksaan ASI menunjukkan bahwa pada masa laktasi minggu 1 (colostrums) maka semua ibu mempunyai zat antipoliomyelitis dalam ASI-nya terhadap polio. Hasil dari pemeriksaan serum bayi yang Hasil dari pemeriksaan ASI menunjukkan bahwa pada masa laktasi minggu 1 (colostrums) maka semua ibu mempunyai zat antipoliomyelitis dalam ASI-nya terhadap polio. Hasil dari pemeriksaan serum bayi yang

1: 95%,tipe 2: 91% dan tipe 3: 91,6% (Gendro Wahyuhono, 2002, Pengaruh Aktivitas Antipoliomyelitic dalam ASI terhadap Vaksinasi Polio). Ikatan Dokter Anak Indonesia dan Departemen Kesehatan mengeluarkan rekomendasi pemberian imunisasi polio termasuk imunisasi yang diwajibkan atau masuk Pengembangan Program Imunisasi (PPI). Imunisasi polio yang harus diberikan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah diberikan sejak lahir sebanyak empat kali dengan interval 6-8 minggu. Kemudian diulang usia 1 tahun, 5 tahun dan usia 15 tahun atau sebelum meninggalkan sekolah (Erinakia, 2005).

2.1.2.1 Jenis Polio

Jenis-jenis polio yang diketahui adalah:

1. Polio non-paralisis Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh.

2. Polio paralisis spinal Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. (Ranuh, 2004) Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu 2. Polio paralisis spinal Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. (Ranuh, 2004) Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu

Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan memengaruhi sistem saraf pusat menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan syaraf motorik. Syaraf motorik tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. (Erinakia, 2006)

Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia.(Erinakia, 2005)

3. Polio bulbar Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung syaraf 3. Polio bulbar Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung syaraf

Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim 'perintah bernapas' ke paru-paru. Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat 'tenggelam' dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru. (Utama, 2005)

Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan 'paru-paru besi' (iron lung). Alat ini membantu paru- paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan 'paru-paru besi' (iron lung). Alat ini membantu paru- paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan

Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 25-75% tergantung usia penderita. Hingga saat ini, mereka yang bertahan hidup dari polio jenis ini harus hidup dengan paru-paru besi atau alat bantu pernapasan. Polio bulbar dan spinal sering menyerang bersamaan dan merupakan sub kelas dari polio paralisis. Polio paralisis tidak bersifat permanen. Penderita yang sembuh dapat memiliki fungsi tubuh yang mendekati normal. (Utama, 2005)

2.1.2.2 Anak-anak dan polio

Anak-anak kecil yang terkena polio seringkali hanya mengalami gejala ringan dan menjadi kebal terhadap polio. Karenanya, penduduk di daerah yang memiliki sanitasi baik justru menjadi lebih rentan terhadap polio karena tidak menderita polio ketika masih kecil. Vaksinasi pada saat balita akan sangat membantu pencegahan polio pada masa depan karena polio menjadi lebih berbahaya jika diderita oleh orang dewasa. Orang yang telah menderita polio bukan tidak mungkin akan mengalami gejala tambahan pada masa depan seperti layu otot; gejala ini disebut sindrom post-polio.(Utama, 2005)

2.1.2.3 Vaksin efektif pertama

Vaksin efektif pertama dikembangkan oleh Jonas Salk. Salk menolak untuk mematenkan vaksin ini karena menurutnya vaksin ini Vaksin efektif pertama dikembangkan oleh Jonas Salk. Salk menolak untuk mematenkan vaksin ini karena menurutnya vaksin ini

2.1.2.4 Usaha pemberantasan polio

Pada tahun 1938, PresidenRoosevelt mendirikan Yayasan Nasional Bagi Kelumpuhan Anak-Anak, yang bertujuan menemukan pencegah polio, dan merawat mereka yang sudah terjangkit. Yayasan itu membentuk March of Dimes. Ibu-ibu melakukan kunjungan dari rumah ke rumah, anak-anak membantu melakukan sesuatu untuk orang lain, bioskop memasang iklan, semuanya bertujuan minta bantuan satu dime, atau sepuluh sen. Dana yang masuk waktu itu digunakan untuk membiayai penelitian Dokter Jonas Salk yang menghasilkan vaksin efektif pertama. Tahun 1952, di Amerika terdapat 58 ribu kasus polio. Tahun 1955 vaksin Salk mulai digunakan. Tahun 1963, setelah puluhan juta anak divaksin, di Amerika hanya ada 396 kasus polio.

Pada tahun 1955, Presiden Dwight Eisenhower mengumumkan bahwa Amerika akan mengajarkan kepada negara-negara lain cara membuat vaksin polio. Informasi ini diberikan secara gratis, kepada 75 negara, termasuk Uni Soviet.

Tahun 1988, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mensahkan resolusi untuk menghapus polio sebelum tahun 2000. Pada saat itu masih

terdapat sekitar 350 ribu kasus polio di seluruh dunia. Meskipun pada tahun 2000, polio belum terbasmi, tetapi jumlah kasusnya telah berkurang hingga di bawah 500. Polio tidak ada lagi di Asia Timur, Amerika Latin, Timur Tengah atau Eropa, tetapi masih terdapat di Nigeria, dan sejumlah kecil di India dan Pakistan. India telah melakukan usaha pemberantasan polio yang cukup sukses. Sedangkan di Nigeria, penyakit ini masih terus berjangkit karena pemerintah yang berkuasa mencurigai vaksin polio yang diberikan dapat mengurangi fertilitas dan menyebarkan HIV. Tahun 2004, pemerintah Nigeria meminta WHO untuk melakukan vaksinasi lagi setelah penyakit polio kembali menyebar ke seluruh Nigeria dan 10 negara tetangganya. Konflik internal dan perang saudara di Sudan dan Pantai Gading juga mempersulit pemberian vaksin polio.

Meskipun banyak usaha telah dilakukan, pada tahun 2004 angka infeksi polio meningkat menjadi 1.185 di 17 negara dari 784 di 15 negara pada tahun 2003. Sebagian penderita berada di Asia dan 1.037 ada di Afrika. Nigeria memiliki 763 penderita, India 129, dan Sudan 112.

Pada 5 Mei2005, dilaporkan terjadi ledakan infeksi polio di Sukabumi akibat strain virus yang menyebabkan wabah di Nigeria. Virus ini diperkirakan terbawa dari Nigeria ke Arab dan sampai ke Indonesia melalui tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Arab atau orang yang bepergian ke Arab untuk haji atau hal lainnya.

2.1.3 Imunisasi

Imunisasi sebagai salah satu pencegahan upaya preventif yang berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat harus dilaksanakan secara terus menerus, menyeluruh, dan sesuai standar sehingga mampu memutus mata rantai penularan penyakit serta menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit (Depkes, 2005). Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak (Supartini, 2004).

Tujuan imunisasi adalah untuk melindungi dan mencegah penyakit- penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak (Ilmu Kesehatan Anak, 2010). Manfaat Imunisasi:

1. Untuk anak Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.

2. Untuk keluarga Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

3. Untuk negara Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara (Marimbi, 2010).

Pengertian kekebalan menurut Supartini (2004) ada dua jenis klasifikasi imunitas yaitu :

1. Imunisasi aktif Adalah pemberian antigen (kuman), atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri.Kekebalan aktif dibagi menjadi 2:

a. Kekebalan aktif alamiah Tubuh membuat kekebalan sendiri setelah mengalami atau sembuh dari suatu penyakit. Contoh: anak yang terkena difteri atau poliomyelitis dengan proses anak terkena infeksi kemudian terjadi silent abortive, sembuh, selanjutnya kebal terhadap penyakit tersebut.

b. Kekebalan aktif buatan Kekebalan yang dibuat setelah mendapat vaksin (imunisasi), contoh: berupa pemberian vaksin semisal cacar dan polio yang kumannya masih hidup, tetapi sudah dilemahkan.

2. Imunisasi pasif Adalah penyuntikkan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Imunisasi pasif dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Kekebalan pasif alamiah Kekebalan yang terdapat pada neonatus sampai usia enam bulan, yang didapat dari ibu berupa antibodi melalui vaskularisasi pada plasenta. Contoh: difteri, tetanus, campak.

b. Kekebalan pasif buatan Kekebalan yang diperoleh setelah mendapat suntikan zat penolak. Contoh: pemberian ATS (Anti Tetanus Serum).

ASI mengandung zat antipoliomelitik yang dapat mempengaruhi efektifitas vaksinasi polio dengan OPV (Oral Polio Vaksin). Hasil pemeriksaan ASI menunjukkan pada masa laktasi minggu I (kolustrum) semua ibu mempunyai ASI yang mengandung zat antipoliomelitik dan menurun dengan bertambahnya masa laktasi bulan IV. Anak yang berumur lebih dari 3 bulan dapat diberikan ASI sesaat sebelum dan sesudah divaksinasi dengan OPV, karena pada saat tersebut zat antipoliomelitik sudah tidak ada dalam ASI (atau kalaupun ada titernya sangat rendah, sehingga tidak mampu untuk menetralisir virus vaksin dalam usus anak) (Gondrowahyuhono, et all, 2002).

Perilaku adalah reaksi yang dapat diamati secara umum atau objektif, merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon yang bersifat sederhana atau kompleks (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Sebelum orang berperilaku baru, didalam diri orang tersebut mengalami proses yang berurutan yaitu :

1. Awarness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest, yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.

3. Evaluation, yaitu menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

4. Trial, orang yang mulai mencoba berperilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap stimulusnya (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan ibu akan mempengaruhi perilaku ibu dalam imunisasi kepada bayinya. Perilaku juga dipengaruhi oleh pengalaman, sosial ekonomi, fasilitas, budaya dan sebagainya. Terbentuknya perilaku yang langgeng adalah perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran (Notoatmodjo, 2007).

2.1.4 Kecemasan

2.1.4.1 Pengertian Kecemasan

Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang pernah dialami oleh setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya (Sutardjo Wiramihardja, 2005).

Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fitri Fauziah & Julianti Widuri, 2007) kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup.

Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis (Kholil LurRochman, 2010).

Namora Lumongga Lubis (2009) menjelaskan bahwa kecemasan adalah tanggapan dari sebuah ancaman nyata ataupun khayal. Individu mengalami kecemasan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang.

Kecemasan dialami ketika berfikir tentang sesuatu tidak menyenangkan yangakan terjadi. Sedangkan Siti Sundari (2004) memahami kecemasan sebagai suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap kesehatan.

Nevid Jeffrey S, Rathus Spencer A, & Greene Beverly (2005) memberikan pengertian tentang kecemasan sebagai suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan kekhawatiran bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.

Kecemasan adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Kecemasan juga merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan tingkah laku, baik tingkah laku yang menyimpang ataupun yang terganggu. Kedua-duanya merupakan

pernyataan, penampilan, penjelmaan dari pertahanan terhadap kecemasan tersebut (Singgih D.

Gunarsa, 2008). Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat diatas bahwa kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang sangat mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.

2.1.4.2 Gejala-gejala Kecemasan

Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanyaancaman terhadap kesehatan. Individu-individu yang tergolong normal kadangkala mengalami kecemasan yang menampak, sehingga dapat disaksikan pada penampilan yang berupa gejala-gejala fisik maupun mental. Gejala tersebut lebih jelas pada individu yang mengalami gangguan mental. Lebih jelas lagi bagi individu yang mengidap penyakit mental yang parah.

Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah: jari tangan dingin, detak jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak. Gejala yang bersifat mental adalah: ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian, tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan (Siti Sundari,2004).

Kecemasan juga memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan. Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda Kecemasan juga memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan. Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda

Kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang berada di dalam kepribadian sendiri, dan tidak berhubungan dengan objek yang nyata atau keadaan yang benar-benar ada. Kholil Lur Rochman, (2010) mengemukakan beberapa gejala-gejala dari kecemasan antara lain :

a. ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan bentuk ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.

b. adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan sering dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable, akan tetapi sering juga dihinggapi depresi.

c. diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion ofpersecution (delusi yang dikejar-kejar).

d. sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.

e. muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.

Nevid Jeffrey S, Spencer A, & Greene Beverly (2005) mengklasifikasikan gejala-gejala kecemasan dalam tiga jenis gejala, diantaranya yaitu :

a. gejala fisik dari kecemasan yaitu : kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas, panas dingin, mudah marah atau tersinggung.

b. gejala behavioral dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar, terguncang, melekat, dan dependen.

c. gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, sulit berkonsentrasi.

2.1.4.3 Faktor-faktor Penyebab Kecemasan

Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa-peristiwa atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan. Menurut Savitri Ramaiah (2003) ada beberapa faktor yang menunujukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu :

a. Lingkungan Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan a. Lingkungan Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan

b. Emosi yang ditekan Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.

c. Sebab-sebab fisik Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi misalnya kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.

Zakiah Daradjat (Kholil Lur Rochman, 2010) mengemukakan beberapa penyebab dari kecemasan yaitu :

a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas didalam pikiran

b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal- halyang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering pula menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang umum.

c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya.

Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang berlebihan. Selain itu, keduanya mampu hadir karena lingkungan yang menyertainya, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun penyebabnya. Musfir Az- Zahrani (2005) menyebutkan faktor yang memepengaruhi adanya kecemasan yaitu:

a. Lingkungan keluarga Keadaan rumah dengan kondisiyang penuh dengan pertengkaran atau penuh dengan kesalahpahaman serta adanya ketidakpedulian orang tua terhadap anak-anaknya, dapat menyebabkan ketidaknyamanan serta kecemasan pada anak saat berada didalam rumah.

b. Lingkungan sosial Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan individu. Jika individu tersebut berada pada lingkungan yangtidak baik, dan individu tersebut menimbulkan suatu perilaku yang buruk, maka akan menimbulkan adanya berbagai penilaian buruk dimata masyarakat. Sehingga dapat menyebabkan munculnya kecemasan.

Kecemasan timbul karena adanya ancaman atau bahaya yang tidak nyatadan sewaktu-waktu terjadi pada diri individu serta adanya Kecemasan timbul karena adanya ancaman atau bahaya yang tidak nyatadan sewaktu-waktu terjadi pada diri individu serta adanya

Sedangkan Page (Elina Raharisti Rufaidah, 2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah :

a. Faktor fisik Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu sehingga memudahkan timbulnya kecemasan.

b. Trauma atau konflik Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada kondisi individu, dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman emosional atau konflik mental yang terjadi pada individu akan memudahkan timbulnya gejala-gejala kecemasan.

c. Lingkungan awalyang tidak baik. Lingkungan adalah faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi kecemasan individu, jika faktor tersebut kurang baik maka akan menghalangi pembentukan kepribadian sehingga muncul gejala- gejala kecemasan.

2.1.4.4 Jenis-jenis Kecemasan

Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan dari luar. Mustamir Pedak (2009) membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu : Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan dari luar. Mustamir Pedak (2009) membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu :

b. Kecemasan irrasional Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah keadaan- keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.

c. Kecemasan fundamental Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapadirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan eksistensial yang mempunyai peran fundamental bagi kehidupan manusia.

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor( skala likert) antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe).

Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic.

Skala HARS Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) penilaian kecemasan terdiri Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tensinggung, ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu, ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang besar. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari. Gejala somatik: nyeni path otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot.

Sedangkan Kartini Kartono (2006) membagi kecemasan menjadi dua jenis kecemasan, yaitu:

a. Kecemasan Ringan Kecemasan ringan dibagi menjadi dua kategori yaitu ringan sebentar danringan lama. Kecemasan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan kepribadian seseorang, karena kecemasan ini dapat menjadi suatu tantangan bagi seorang individu untuk mengatasinya. Kecemasan ringan yang muncul sebentar adalah suatu kecemasan yang wajar terjadi pada individu akibat situasi-situasi yang a. Kecemasan Ringan Kecemasan ringan dibagi menjadi dua kategori yaitu ringan sebentar danringan lama. Kecemasan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan kepribadian seseorang, karena kecemasan ini dapat menjadi suatu tantangan bagi seorang individu untuk mengatasinya. Kecemasan ringan yang muncul sebentar adalah suatu kecemasan yang wajar terjadi pada individu akibat situasi-situasi yang

b. Kecemasan Berat Kecemasan berat adalah kecemasan yang terlalu berat dan berakar secara mendalam dalam diri seseorang. Apabila seseorang mengalami kecemasan semacam ini maka biasanya ia tidak dapat mengatasinya. Kecemasan ini mempunyai akibat menghambat atau merugikan perkembangan kepribadian seseorang. Kecemasan ini dibagi menjadi dua yaitu kecemasan berat yang sebentar dan lama. Kecemasan yang berat tetapi munculnya sebentar dapat menimbulkan traumatis pada individu jika menghadapi situasi yang sama dengan situasi penyebab munculnya kecemasan.Sedangakan kecemasan yang berat tetapi munculnya lama akan merusak kepribadian individu. Hal ini akan berlangsung terus menerus bertahun-tahun dan dapat meruak proses kognisi individu. Kecemasan yangberat dan lama akan menimbulkan berbagai macam penyakit seperti darah tinggi, tachycardia (percepatan darah), excited (heboh, gempar).

2.1.4.5 Gangguan Kecemasan

Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki cirikecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan tidakdapatsecara intensif ditampilkan dalam cara-carayang jelas. FitriFauziah & JuliantyWiduri(2007) membagi gangguan kecemasan dalam beberapa jenis, yaitu :

1. Fobia Spesifik Yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atauantisipasiterhadap obyek atau situasi yang spesifik.

2. Fobia Sosial Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan menetap, biasanyaberhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu menghindari situasidimana dirinya dievaluasi atau dikritik, yang membuatnya merasa terhina

2.2 Keaslian Penelitian

Penelitian sejenis yang dijadikan acuan oleh penulis adalah:

No Nama

1 Uri Widayati

Pengetahuan yang

Tingkat

penelitian

baik sebanyak 32

Pengetahuan Ibu metode

sedangkan yang

Imunisasi Polio

analitik dengan memiliki Dengan Perilaku rancangan cross pengetahuan kurang Pasca Imunisasi

sectional

tentang imunisasi

Polio Pada Bayi

polio sebanyak 15

Di Puskesmas

responden (31,9%).

Sukoharjo”

Ibu dengan perilaku yang baik pasca imunisasi polio dengan tidak langsung memberi ASI pasca imunisasi polio sebanyak 28 responden (59,6%), sedangkan yang berperilaku kurang baik sebanyak 19 responden (40,4%).

2 Nesti Nurdianasari 2012

Tingkat

Desain

Hasil penelitian

Pengetahuan Ibu penelitian

diketahui 7 orang

Imunisasi Polio

deskriptif

berpengetahuan baik,

Pada Bayi di BPS kuantitatif

19 orang (63,33%)

Warti Suwaji

berpengetahuan

Tawangsari

cukup, dan 4 orang

Sukoharjo Tahun

berpengetahuan kurang.

Perbedaan antara penelitian diatas dengan penelitian ini adalah judul, waktu, tempat, dan hasil penelitian. Selain itu juga, pada penelitian terdahulu tidak menggunakan uji hipotesis, kalau penelitian yang sekarang uji hipotesis menggunakan Rank Spearman.

2.3. Kerangka Teori

Faktor Predisposisi

5. Sosial Faktor Pendukung

Tingkat Kecemasan:

1. Ketersediaan Sarana - Tidak cemas

2. Fasilitas Pelayanan - Ringan

- Sedang - Berat

Faktor Pendukung

1. Ketersediaan Sarana

2. Fasilitas Pelayanan

Gambar 2. 1

Kerangka teori kecemasan (Stuart, 2007)

2.4. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat Pengetahuan Tentang Kecemasan Pasca

Imunisasi Polio Imunisasi Polio

Gambar 2. 2 Kerangka Konsep Penelitian

2.5 Hipotesis