MOTIVASI PETANI DALAM MENGELOLA HUTAN RAKYAT DI DESA SUKOHARJO 1 KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU

(1)

ABSTRACT

FARMER MOTIVATIONS LEVEL IN MANAGING THE PRIVATE FOREST IN SUKOHARJO 1 VILLAGE SUKOHARJO DISTRICT PRINGSEWU REGENCY

By

Insani Fahma Nurdina

Lampung Province is one province in Indonesia it had been deforestation for 600 hactare in a year (Pusdaling, 2013). This leads to the decline of the quality and quantity of forest. That condition was inversely of Sukoharjo 1 Village Sukoharjo District Pringsewu Regency. The development in that village was more than 200 hectares through the private forest development. The purposes of this research were to know the level of motivation farmers and the factors that influence the motivation farmers in managing private forest. The research was conducted on November 2014 in Sukoharjo 1 Village, Sukoharjo District Pringsewu Regency. The population in this research was the grop of Ngudi Rukun with the number of 32 farmers, the method sampling of this research used census. Datas analysis used descriptive quantitative. To know the level of farmer motivations used the technique of likert scale. While the factors that it of influenced the level of farmer motivation used ordinal regression test. The result of was farmer motivation was in high category (53,15%). The factors of farmer motivation were age, revenue, farm experience, education, the activities of farmer groups, extension activities, and access of the information.


(2)

ABSTRAK

MOTIVASI PETANI DALAM MENGELOLA HUTAN RAKYAT DESA SUKOHARJO 1 KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU

Oleh

Insani Fahma Nurdina

Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mengalami deforestrasi hutan mencapai 600 ha pertahun (Pusdaling, 2013). Hal tersebut menimbulkan dampak penurunan kualitas dan kuantitas hutan, tidak demikian dengan Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu, desa tersebut memiliki hutan rakyat mencapai lebih dari 200 ha. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat motivasi petani dan faktor-faktor yang berpengaruh dalam mengelola hutan rakyat. Penelitian dilakukan pada bulan November 2014 di Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Populasi dalam penelitian ini adalah Kelompok Tani Ngudi Rukun dengan jumlah 32 petani, metode pengambilan sampel secara sensus. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi kuantitatif, yaitu untuk mengetahui tingkat motivasi petani menggunakan teknik penentuan skala likert, sedangkan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh dengan tingkat motivasi petani dalam pengelolaan hutan rakyat menggunakan uji regresi ordinal. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat motivasi petani dalam kategori tinggi (53,15%). Faktor yang mempengaruhi tingkat motivasi petani yaitu umur, pendapatan, pengalaman usahatani, pendidikan, kegiatan kelompok tani, kegiatan penyuluhan, dan akses informasi.


(3)

MOTIVASI PETAN SUKOHARJO

Sebagai

Fak

NI DALAM MENGELOLA HUTAN RAK JO 1 KECAMATAN SUKOHARJO KABU

PRINGSEWU

Oleh

INSANI FAHMA NURDINA

Skripsi

agai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

Pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015

KYAT DI DESA UPATEN


(4)

MOTIVASI PETAN SUKO

NI DALAM MENGELOLA HUTAN RAK KOHARJO 1 KECAMATAN SUKOHARJO

KABUPATEN PRINGSEWU

(Skripsi)

INSANI FAHMA NURDINA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015

KYAT DI DESA JO


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Kerangka Pikir Motivasi Pengelolaan Hutan Rakyat di Desa

Sukoharjo 1 ... 8 2. Bagan Hubungan antara Motivasi, Sikap dan ... 11


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

D. Kerangka Pemikiran ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Hutan Rakyat ... 9

B. Motivasi ... 10

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ... 12

D. Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat ... 16

III. METODE PENELITIAN PENELITIAN ... 20

A. Waktu dan Tempat ... 20

B. Alat dan Objek ... 20


(7)

ii

D. Pengelolaan Data dan Analisa Data ... 21

E. Definisi Operasional ... 24

IV. GAMBARAN UMUM ... 27

A. Kabupaten Preingsewu ... 27

B. Kecamatan Sukoharjo ... 29

C. Desa Sukoharjo 1 ... 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Motivasi Petani Hutan Rakyat ... 35

B. Deskripsi Variabel-Variabel yang Berhubungan dengan Motivasi Petani dalam Pengelolaan Hutan Rakyat ... 37

C. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Motivasi ... 42

a. Umur Petani ... 44

b. Pendapatan Petani ... 45

c. Pengalaman Berusahatani... 46

d. Pendidikan Petani ... 47

e. Kegiatan Kelompok Tani ... 47

f. Kegiatan Penyuluhan ... 48

g. Akses Informasi ... 48

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Kesimpulan ... 50


(8)

iii

DAFTAR PUSTAKA ... 51 LAMPIRAN ... 56


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kuisioner Penelitian ... 57

2. Tabulasi Hasil Kuisioner Variabel X ... 60

3. Tabulasi Hasil Kuisioner Variabel Y ... 61

4. Uji Regresi Ordinal ... 62

5. Data Responden ... 64

6. Peta Lokasi Penelitian ... 66


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Definisi Operasional Penelitian... 24

2. Data Penduduk Desa Sukoharjo I ... 31

3. Tingkat motivasi petani hutan rakyat Desa Sukoharjo 1 ... 35

4. Sebaran responden berdasarkan faktor internal petani hutan rakyat Desa Sukoharjo 1 ... 37

5. Sebaran responden berdasarkan berdasarkan faktor eksternal petani hutan rakyat Desa Sukoharjo 1 ... 40

6. Paramater estimasi ... 42

7. Tabulasi Hasil Kuisioner Variabel X ... 60

8. Tabulasi Hasil Kuisioner Variabel Y ... 61


(11)

(12)

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Insani Fahma Nurdina, anak bungsu dari lima bersaudara. Putri dari pasangan Bapak Hi. Tumaryono (Alm) dan Ibu Hj. Elmi Solihatin. Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 17 Agustus 1992.

Penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 1 Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2004, dan menamatkan pendidikan MTS Al-Muhsin Metro pada tahun 2007. Setelah tamat dari MTS, penulis meneruskan pendidikannya ke SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2010.

Pada Tahun 2010 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Pertanian (FP) Universitas Lampung pada program S1 Kehutanan melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di beberapa unit kegiatan kemahasiswaan. Kegiatan kemahasiswaan yang pernah diikuti meliputi Himpunan Mahasiswa Kehutanan atau HIMASYLVA sebagai anggota Bidang Rumah Tangga pariode 2011-2010 sekaligus menjadi anggota utama dan Unit Kegiatan Pramuka Universitas Lampung sebagai anggota Racana periode 2010-2011. Pada tahun 2013, penulis melaksanakan Praktek Umum (PU) di RPH Malingping BPKH Malingping KPH Banten Perum Perhutani Unit III Banten dan Jawa Barat.


(14)

Penulis juga telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik pada tahun 2014 selama 40 hari di Desa Watu Agung Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah.


(15)

SANWACANA

Alhamdulillah Puji syukur penulis panjakan kehadirat allah SWT yang telah memberi taufik dan hidayah sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini

yang berjudul “Motivasi Petani dalam Mengelola Hutan Rakyat di Desa

Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu”. Penulisan skripsi ini

dibimbing oleh Ibu Dr. Asihing Kustanti, S.Hut, M.Si. dan Bapak Rudi Hilmanto, S.Hut, M.Si. dari staf pengajar Jurusan Kehutanan Universitas Lampung.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi yang dimiliki oleh petani dalam mengelola hutan rakyat serta mengetahui faktor yang mempengaruhi tingkat motivasi petani dalam mengelola hutan rakyat. Dengan mengetahui tingkat motivasi maupun faktor yang mempengaruhi motivasi, diharapkan petani hutan rakyat Desa Sukoharjo 1 dapat lebih meningkatkan intensitas dalam pengelolaan hutan rakyat sehingga menghasilkan produk yang tinggi baik kualitas maupun kuantitas.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, namun penulis tetap berharap skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat khususnya bagi pihak-pihak yang membutuhkannya. Saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan baik.


(16)

Dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Asihing Kustanti, S.Hut., M.Si. dan Bapak Rudi Hilmanto, S. Hut., M. Si. sebagai pembimbing yang telah memberikan pengarahan dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu Rommy Qurniati, S.P., M. Si., selaku Pembahas yang telah memberikan pengarahan selama penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Universitas Lampung.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian universitas Lampung.

5. Seluruh dosen dan staf Universitas Lampung.

6. Bapak Karsidi, Bapak Murja dan seluruh anggota Kelompok Tani Ngudi Rukun yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Bandar Lampung, Juni 2015

Penulis


(17)

1.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengertian hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat dengan luas minimal 0,25 ha, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan/atau jenis tanaman lainnya lebih dari 50% dan/atau pada tanaman tahun pertama minimal memiliki 500 tanaman per hektar. Hutan rakyat memiliki manfaat dari berbagai aspek. Menurut Djajapertjunda (2003) dari aspek ekonomi, untuk memproduksi kayu dan meningkatkan industri kecil sebagai upaya untuk meningkatkan peranan dan jaringan ekonomi rakyat; aspek sosial, dalam membuka lapangan kerja; dari aspek ekologi, sebagai penyangga kehidupan masyarakat dalam mengatur tata air, mencegah bencana banjir, erosi dan sebagai prasarana untuk memelihara kualitas lingkungan hidup (penyerapan karbondioksida dan produsen oksigen); estetika, berupa keindahan alam dan merupakan sumber ilmu pengetahuan, antara lain ilmu biologi, ilmu lingkungan dan lain–lain.

Data luas potensi hutan rakyat dari data kebun bibit rakyat perkiraan luas hutan rakyat di Provinsi Lampung mencapai 53.687,5 Ha. Persentase luas hutan rakyat mencapai 8,30% berada di Kabupaten Pringsewu yaitu mencapai 4.437,5 Ha (Dinas Kehutanan, 2013). Pengelolaan hutan rakyat sebagian besar menggunakan sistem pengelolaan agroforestri.


(18)

2

Sesuai dengan namanya model agroforestri menciptakan hamparan lahan dengan tanaman kehutanan terdiri dari kayu-kayuan yang berdampingan dengan tanaman pertanian, tanaman pangan serta buah-buahan. Peran masyarakat dalam pengelolaan hutan rakyat menjadi sangat penting. Salah satu desa dengan pengelolaan hutan rakyat oleh masyarakatnya adalah Desa Sukoharjo. Data terakhir memperkirakan luas lahan yang dimiliki petani hutan rakyat di Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu sedikitnya 200 Ha, ditanami tanaman kehutanan, tanaman pertanian dan tanaman perkebunan. Beberapa petani memiliki sistem agroforestri yang dilengkapi ternak ikan (perikanan) yang biasa disebut dengan Agrosylvofishery yaitu sistem campuran antara tanaman kehutanan, pertanian dan perikanan.

Pengelolaan hutan rakyat oleh masyarakat pada Desa Sukoharjo 1 tentu memiliki motivasi tertentu, motivasi tersebut tidak dapat diketahui secara pasti sebelum dilakukannya penelitian terhadap motivasi petani sebagai pelaku utama dalam pengelolaan dan pelestarian hutan rakyat yang ada di desa tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui secara jelas tingkat motivasi dan faktor-faktor apa saja yang menjadi pengaruh motivasi masyarakat desa tersebut dalam mengelola hutan rakyat.


(19)

3

B. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui tingkat motivasi masyarakat Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu dalam mengelola hutan rakyat.

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi masyarakat dalam mengelola hutan rakyat.

C. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan pertimbangan untuk pihak petani dalam tindakan pengelolaan dan pelestarian hutan rakyat selanjutnya.

2. Sebagai data bagi penelitian yang sejenis.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak pemerintah dalam menentukan kebijakan yang berkaitan erat dengan sistem pengelolaan hutan rakyat.

D. Kerangka Pemikiran

Indonesia merupakan negara dengan laju deforestrasi cukup tinggi mencapai 600 hektar setiap tahunnya. Angka tersebut sudah menurun jika dibandingkan dengan tahun 1999-2002 dimana laju deforestasi mencapai 4 juta hektar setiap tahunnya. Deforestasi hutan terbesar terjadi di beberapa daerah termasuk Lampung. Deforestasi menimbulkan dampak penurunan hutan baik secara kualitas maupun kuantitas, selain itu potensi hutan untuk dapat menyumbang devisa negara terganggu dengan kerusakan tersebut (Pusdaling, 2014).

Tidak demikian dengan kondisi yang ada pada Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu, yaitu desa dengan pengembangan hutan rakyat


(20)

4

mencapai kurang lebih 200 ha. Dalam pembangunan hutan rakyat diperlukan pengetahuan petani yang baik tentang pengelolaan hutan rakyat dan motivasi petani dalam pengelolaan hutan rakyat, karena dengan pengetahuan yang baik maka petani dapat termotivasi untuk melakukan pengelolan hutan rakyat. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ada dua yaitu Faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri seseorang. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang ada di luar diri seseorang (Clegg, 2001).

Faktor internal, meliputi umur, tingkat pendapatan, pendidikan dan pengalaman usahatani. Umur mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat. Umur menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang hingga terdapat keragaman tindakannya berdasarkan usia yang dimiliki. Umur berkorelasi dengan tingkat penerimaan suatu inovasi atau teknologi baru (Robbins, 2007). Tingkat pendapatan menurut Worrel (1959) dalam Attar (1999) adalah suatu proses produksi yang diperoleh dari jumlah barang yang dihasilkan tiap jenis dan kualitas serta harga tiap satuan dari masing-masing jenis dan kualitas. Besarnya pendapatan sama dengan jumlah barang yang dihasilkan kali harga tiap satuan. Pendidikan juga mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan oleh petani karena pendidikan berperan penting dalam membentuk sikap atau pandangan masyarakat dalam pengelolaan hutan rakyat. Tingkat pendidikan berpengaruh dalam hal penyerapan informasi dan tingkat pengetahuan sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin tinggi pula intensitas pengelolaan hutan, karena masyarakat mengetahui cara pengelolaan yang baik yang memperhatikan kelestarian hasil hutan rakyat dan kelestarian lingkungan (Salam, 1997). Kemudian lamanya pengalaman usahatani merupakan salah satu


(21)

5

faktor yang mempengaruhi motivasi dan aktivitas petani dalam usahataninya, berdasarkan pengalaman yang baik, mengenai bercocok tanam yang baik dan menguntungkan akan mempengaruhi terlaksananya pembangunan pertanian (Mosher 1991).

Selain faktor internal yang mempengaruhi motivasi pengelolaan hutan rakyat terdapat pula faktor eksternal. Faktor eksternal, meliputi kelompok tani hutan rakyat, kegiatan penyuluhan, dan akses informasi. Kegiatan kelompok tani hutan rakyat mempengaruhi motivasi pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan oleh petani. Kegiatan kelompok tani hutan rakyat mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi rakyat dalam pengelolaan hutan rakyat, karena dengan adanya kelompok tani hutan rakyat maka petani dapat saling memberikan informasi, koordinasi dengan pihak ketiga dalam hal ini pembeli kayu dapat terjalin dan selain itu juga dapat meningkatkan kerjasama antar petani sehingga dapat menunjang keberhasilan pembangunan dan pengelolaan hutan rakyat (Abbas 1995).

Kegiatan penyuluhan merupakan pendidikan non formal yang bertujuan mengubah prilaku petani dan memecahkan masalah yang berorientasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat dalam rangka pembangunan masyarakat pedesaan. Penyuluhan kehutanan dapat meningkatkan aktivitas berusahatani ke arah yang lebih baik dengan inovasi yang diberikan penyuluh kepada petani (Nasution 2005).

Selain itu akses informasi yang baik membuat masyarakat lebih aktif dalam mencari informasi dan ide–ide baru, biasanya lebih inovatif. Petani yang aktif


(22)

6

akan lebih responsif terhadap inovasi, apalagi inovasi yang menguntungkan bagi petani.

Sedangkan untuk tingkat motivasi petani yang diukur dalam pengelolaan hutan rakyat adalah tujuan pengelolaan hutan rakyat, persepsi petani dalam pengelolaan hutan rakyat, dan rencana selanjutnya dalam pengelolaan hutan. Tujuan pengelolaan hutan merupakan salah satu proses motivasi yang dapat memenuhi kepuasan. Motivasi merupakan proses atau faktor yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan dengan cara-cara tertentu. Memotivasi maksudnya mendorong seseorang mengambil tindakan tertentu (Winardi, 2004).

Persepsi petani dalam pengelolaan hutan rakyat dapat meningkatkan motivasi petani dalam pengelolaannya. Menurut Sudaryanto (1987) persepsi adalah proses mental yang menghasilkan bayangan pada diri individu, sehingga dapat mengenal suatu obyek dengan jalan asosiasi pada suatu ingatan tertentu, baik secara indera penglihatan, indera perabaan dan sebagainya sehingga akhirnya bayangan tersebut dapat disadari. Selain itu persepsi adalah pandangan atau sikap yang lahir dibentuk dari pemahaman dan motivasi sesuai dengan pedoman yang berlaku. Kemudian rencana selanjutnya petani dalam pengelolaan hutan merupakan sikap yang harus ditentukan oleh petani, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Darsowiyono (1979), bahwa motivasi adalah suatu kegiatan untuk memberi dorongan kepada seseorang untuk mengambil suatu tindakan atau untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat motivasi petani dalam mengembangkan hutan rakyat dan faktor-faktor yang berhubungan dan


(23)

7

berpengaruh terhadap motivasi petani dalam mengembangkan hutan rakyat dengan mengkombinasikan faktor-faktor yang disesuaikan di Desa Sukoharjo 1,

sehingga penelitian ini bermanfaat untuk kelangsungan perkembangan hutan rakyat dan meningkatkan kembali partisipasi masyarakat untuk mengembangkan hutan rakyat di Desa Sukoharjo 1. Secara skematis gambar kerangka pemikiran Penelitian ini dapat ditunjukkan seperti gambar 1.


(24)

8

Gambar 1. Kerangka pikir motivasi pengelolaan hutan rakyat di Desa Sukoharjo 1

Desa Sukoharjo 1 mengembangkan

hutan rakyat

Faktor internal motivasi 1.Umur

2.Tingkat pendapatan 3.Pengalaman usaha

tani

4.Pendidikan

Faktor eksternal motivasi

1. Kelompok tani 2. Penyuluhan 3. Akses

informasi Motivasi pengembangan hutan

rakyat

1.Tujuan pengelolaan hutan rakyat 2.Persepsi petani dalam

pengelolaan hutan rakyat 3.Rencana selanjutnya dalam

Tingkat motivasi masyarakat Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hutan Rakyat

Hutan rakyat dalam UU RI No. 41 Tahun 1999 (hutan hak) adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani oleh hak milik (Departemen Kuhutanan Dan Perkebunan, 1999). Dalam pengertian ini, tanah negara mencakup tanah yang diakui oleh masyarakat berdasarkan ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan adat aturan masyarakat lokal (Suharjito, 2000).

Awang (2002) mengemukakan bahwa hutan rakyat merupakan suatu ekosistem hutan yang didominasi tanaman berkayu dengan penduduk yang tinggal di sekitarnya. Hutan rakyat memiliki pola tanam yang beragam di setiap daerah, baik pemilihan jenis yang dikembangkan maupun cara penataannya di lapangan. Suharjito (2000) dalam buku Karakteristik Hutan Rakyat Berbasis Masyarakat

mengemukakan bahwa keberagaman pola tanam hutan rakyat merupakan hasil kreasi budaya masyarakat. Pola tanam yang dikembangkan oleh petani hutan rakyat dapat diklasifikasikan pada dua pola tanam, yaitu hutan rakyat murni (monoculture) yaitu hutan rakyat yang terdiri atas satu jenis tanaman pokok yang ditanam dan diusahakan secara homogen dan hutan rakyat campuran (polyculture) yaitu hutan rakyat campuran dengan 2–5 jenis tanaman kehutanan yang dikembangkan dan diusahakan.


(26)

10

Menurut Lahjie (2001) agroforestri merupakan bentuk usaha tani (pengelolaan lahan) yang memadukan prinsip–prinsip pertanian dan kehutanan. Pertanian dalam arti suatu pemanfaatan lahan untuk memperoleh pangan, serat, dan protein hewani.

Berdasarkan Lembaga Penelitian IPB (1986) hutan rakyat mempunyai peranan bagi masyarakat terutama dalam hal :

a. Meningkatkan pendapatan masyarakat. b. Meningkatkan produksi kayu bakar.

c. Menyediakan kayu bangunan maupun bahan baku industri. d. Membantu mempercepat usaha rehabilitas lahan kritis.

e. Menghasilkan buah–buahan, umbiumbian, bahan obatobatan, sayur-sayuran dan pakan ternak.

f. Membantu peresapan air di tempat–tempatrecharge area.

B. Motivasi

Menurut Suhaimin (2005) motivasi merupakan sesuatu yang ada dalam diri seseorang yang dapat mendorong, mengaktifkan, menggerakan dan mengarahkan perilaku seseorang. Dengan kata lain motivasi itu ada dalam diri dalam bentuk niat, harapan, keinginan, dan tujuan yang ingin dicapai. Motivasi sebagian dari proses psikologi yang terjadi pada diri seseorang, sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor.

Menurut Suhaimin (2005) motivasi berasal dari bahasa inggris“motivation”, kata asalnya adalah motif yang berarti maksud tujuan. Motivasi menurut Sudaryanto


(27)

11

(1987) adalah faktor dalam (endogen) yang tumbuh dalam diri manusia yang berupa nilai–nilai yang mendorong untuk memanfaatkan kesempatan dan atau mengambil manfaat dari kondisi–kondisi yang menguntungkan. Secara singkat motivasi dapat dikatakan sebagai nilai–nilai atau motif yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Sedangkan menurut Kolopaking dan Fredian (1990) motif merupakan semua penggerak, alasan–alasan, dorongan–dorongan dalam diri manusia untuk bertingkah laku. Berdasarkan penggolongan kebutuhan manusia, motif manusia dapat digolongkan kedalam dua motif, yaitu :

1. Motif Biogenesis, yaitu motif manusia yang berasal dari kebutuhan demi melanjutkan kehidupannnya secara fisiologis atau biologis.

2. Motif Sosiogenesis, yaitu motif manusia untuk bertingkah laku yang berasal dari kegiatan belajar dari lingkungan kebudayaan orang lain.

Terdapat hubungan antara motivasi, sikap, dan respon, menurut Wahyuningsih (1993) hubungan tersebut dijelaskan dalam gambar 2.

Gambar 2. Bagan hubungan antara motivasi, sikap, dan respon. Sumber : Wahyuningsih 1993

Motivasi

Adaptasi

 Perilaku menurut cara yang terarah  Mengamat-amati akibat

 Menghubungkan berbagai akibat  Perubahan pada perilaku

selanjutnya


(28)

12

Berdasarkan bagan tersebut terkandung makna bahwa motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya karena itulah terdapat perbedaan dalam kekuatan motivasi yang ditujukan oleh seseorang dalam menghadapi situasi tertentu. Begitu juga dengan kekuatan pertisipasi seseorang yang dipengeruhi oleh sikap dan respon terhadap situasi tertentu. Sesuai dengan bagan tersebut Witatriasti (2010) mengemukakan bahwa motivasi berusahatani dapat dikonstruksikan sebagai dorongan atau keinginan yang bersumber dari dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau situasi dari luar dirinya menjadi motif dorongan berprilaku untuk mencapai tujuan tertentu dalam rangka memenuhi dan memuaskan kebutuhan.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Maslow (1993) faktor-faktor yang berhubungan pada aktualisasi diri dalam motivasi seseorang terdiri dari faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal meliputi umur, pendidikan dan pengalaman berusahatani sedangkan faktor eksternal terdiri dari kelompok tani, penyuluhan dan akses informasi.

1. Faktor Internal

a. Umur

Menurut Padmowihardjo (1999) mengatakan umur bukan merupakan faktor psikologis, tetapi sesuatu yang diakibatkan oleh umur adalah faktor psikologis. Terdapat dua faktor yang ditentukan oleh umur dalam menentukan kemampuan seseorang. Faktor pertama adalah mekanisme belajar dan kematangan otak dan faktor kedua adalah akumulasi pengalaman dan bentuk-bentuk proses belajar


(29)

13

lainnya, umur petani akan mempengaruhi penerimaan terhadap inovasi hal–hal baru (Wiriatmaja, 1990).

Umur merupakan suatu indikator umum suatu perubahan harus terjadi pada setiap individu. Umur menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang hingga terdapat keragaman tindakannya berdasarkan umur yang dimiliki. Umur berkorelasi dengan tingkat penerimaan suatu inovasi atau teknologi baru. Robbins (2007) mengatakan bahwa para pekerja yang sudah tua cenderung kurang luwes dan menolak teknologi baru. Umur juga berkorelasi dengan produktifitas, produktifitas akan merosot dengan bertambahnya usia seseorang. Keterampilan individu menyangkut kecepatan, kecekatan, kekuatan dan kordinasi menurun seiring berjalannya waktu dan kurangnya rangsangan intelektual semua berkontribusi terhadap menurunnya produktifitas.

b. Pendidikan

Mardikanto dan Rasyid (1996) menyatakan bahwa pendidikan petani mempengaruhi cara dan pola pikir petani dalam mengelola usahatani, pendidikan yang relatif tinggi dan umur yang muda menyebabkan petani lebih dinamis. Soekartawi (1986) menjelaskan salah satu faktor yang dapat mengubah pola pikir dan daya nalar petani adalah pendidikan. Pendidikan merupakan usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan pada manusia yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup (Salam 1997).


(30)

14

c. Pengalaman Berusahatani

Padmowiharjo (1999) mengemukakan bahwa pengalaman yang menyenangkan dan yang mengecewakan akan berpengaruh pada proses belajar, seseorang yang pernah mengalami keberhasilan dalam proses belajar, maka memiliki perasaan optimis akan berhasil di masa akan datang, sebaliknya seseorang yang pernah memiliki pengalaman mengecewakan, maka memiliki persaaan pesimis untuk dapat berhasil. Pengalaman seseorang bertambah sejalan dengan bertambahnya usia. Pengalaman dapat diukur secara kualitatif berdasarkan jumlah tahun seseorang dalam bidang usahatani. Konsekuensi masa depan ditentukan oleh pengalaman masa lalu, dampak dari pengalaman serta pengamatan seseorang terhadap yang lain (Bandura 1986).

2. Faktor Eksternal

a. Kelompok Tani Hutan rakyat

Kelompok tani merupakan tempat bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosiologis, kebutuhan ekonomis dan kebutuhan psikologis. Manusia dapat mengembangkan potensi, aktualisasi dan eksistensi dirinya dengan berkelompok. Hal ini disebabkan adanya naluri untuk selalu hidup dengan orang lain atau

gregariousnesssehingga manusia disebutsocial animal(Soekanto 2006).

Perkembangan kelompok tani didasarkan atas faktor–faktor pengikat antara lain, yaitu adanya kepentingan bersama dengan anggotannya, adanya kesamaan kondisi sumber daya alam dalam berusahatani, adanya saling percaya mempercayai antara sesama anggota. Kerjasama antara individu anggota kelompok dalam proses belajar, proses berproduksi, pengolahan hasil dan pemasaran hasil untuk


(31)

15

peningkatan pendapatan dan kehidupan yang layak dapat dijalin melalui pendekatan kelompok (Abbas 1995).

b. Kegiatan Penyuluhan

Penyuluhan memiliki pengertian sebagai suatu bentuk pendidikan non formal yang bertujuan mengubah perilaku masyarakat agar dapat memecahkan masalah yang dihadapi guna mencapai kehidupan yang lebih baik (Rejeki 1998). Nasution (2005) menjelaskan bahwa penyuluhan merupakan pendidikan pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan untuk mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, memotivasi tetapi tidak melakukan pengaturan (regulating) dan tidak melaksanakan program yang non edukatif.

c. Akses Informasi

Suharjito (2000) menuliskan bahwa budidaya hutan rakyat di Jawa dengan hasil utama kayu berkembang karena adanya pasar (termasuk yang mengatur perilaku efisiensi dan gengsi) untuk peralatan rumah tangga, peti kemas, pulp dan lain–lain penggunaan. Pasar itulah yang menentukan jenis tanaman. Pemilihan komoditas juga berdasarkan luasan hutan rakyat yang dikelola oleh masyarakat. Pada umumnya pemilik berusaha memanfaatkan lahan dengan membudidayakan tanaman–tanaman yang bernilai tinggi, cepat menghasilkan dan tanaman konsumsi sehari–hari.

Hasil penelitian Lembaga Penelitian IPB di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur tentang posisi petani dalam usaha hutan rakyat diketahui bahwa pihak– pihak yang berperan dalam sistem usaha hutan rakyat terutama dalam rantai usaha


(32)

16

akan lebih solid jika pihak–pihak tersebut menguasai informasi (pasar) sehingga memiliki posisi tawar yang lebih kuat (Hardjanto 2000 dalam Suharjito 2000).

3. Tingkat Motivasi

Tingkat motivasi dipengaruhi oleh tujuan pengelolaan hutan, persepsi petani, dan rencana selanjutnya dalam pengelolaan hutan. Tujuan pengelolaan hutan merupakan salah satu proses motivasi yang dapat memenuhi kepuasan. Motivasi merupakan proses atau faktor yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan dengan cara-cara tertentu. Memotivasi maksudnya mendorong seseorang mengambil tindakan tertentu (Johannsen dan TerrydalamWinardi, 2004).

Persepsi petani dalam pengelolaan hutan rakyat dapat meningkatkan motivasi petani dalam pengelolaannya. Persepsi adalah pandangan atau sikap yang lahir dibentuk dari pemahaman dan motivasi sesuai dengan pedoman yang berlaku. Rencana selanjutnya budidaya akan terus mengembangkan usaha dalam pengelolaan hutan merupakan sikap yang harus ditentukan oleh petani, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Darsowiyono (1979), bahwa motivasi adalah suatu kegiatan untuk memberi dorongan kepada seseorang untuk mengambil suatu tindakan atau untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

D. Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat

Hardjanto dalam Suharjito (2000) menjelaskan sistem pengelolaan hutan rakyat dimulai dengan kegiatan pengadaan benih, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pemasaran hasil. Djajapertjunda (2003) menyatakan bahwa dalam


(33)

17

pengelolaan hutan rakyat terdapat beberapa ciri–ciri aspek teknis yang sama seperti aspek teknis hutan yang lain, berikut aspek–aspek teknis yang harus diperhatikan :

1. Pemilihan lokasi

Lokasi yang dipilih untuk hutan rakyat sebaiknya dipilih di kawasan–kawasann yang tidak dapat dijadikan lahan untuk pertanian secara permanen.

2. Persiapan lahan

Tanah–tanah yang akan ditanami tanaman kayu pada umumnya berupa tanah yang sudah berupa kebun–kebun yang mungkin sudah ada tanaman lainnya dan relatif tidak mengandung tumbuhan liar. Karena itu untuk menanam kayu tidak perlu dibersihkan secara keseluruhan.

3. Pemilihan jenis tanaman

Jenis tanaman yang dipilih sebaiknya jenis tanaman yang sudah lazim ditanam, di Pulau Jawa, misalnya : kayu sengon (Paraserianthes falcataria), kayu afrika (Maesopsis eminii), mindi dan lain–lain yang merupakan jenis kayu yang sudah dikenal dan telah mempunyai pasaran yang teratur baik sebagai bahan untuk kayu konstruksi maupun sebagai bahan baku untuk industri.

4. Pengadaan bibit

Pengadaan bibit dapat dilaksanakan secara vegetatif dengan bibit yang berasal dari batang atau cabang atau bibit secara genertif. Pengadaan bibit secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara stek atau cangkokan pada tanaman yang muda sedangkan persiapan bibit secara generatif yang berasal dari bibit maka


(34)

18

penanamannya dapat dilaksanakan langsung dengan menanamkan biji di lapangan atau dibuat bibit dalam persemaian, tergantung sifat dan jenis kayu yang bersangkutan.

5. Cara mengangkut

Mengangkut bibit dari persemaian ke lokasi penanaman perlu diperhatikan, karena pengangkutan yang tidak baik dapat menyebabkan rusaknya bibit. Bahaya terbesar adalah kekurangan air dan kerusakan akar sehingga diusahakan untuk memilih lokasi persemaian yang dekat dengan lokasi penanaman, memiliki sumber air yang tersedia sepanjang tahun dan kondisi tanah yang datar.

6. Cara menanam

Dalam menanam bibit, pertama perlu ditetapkan jarak tanam yang tepat sesuai dengan rencananya. Perlu diperhatikan apakah tanaman kayu akan ditanam secara murni atau sebagai tanaman yang dicampur dengan tanaman lain, maka perlu diperhatikan agar jarak tanam diatur agar tidak saling mengganggu. Apabila tanaman kayu akan ditanami murni maka perlu diperhatikan apakah akan dimulai dengan tanaman yang rapat, misalnya jarak tanam 3m x 3m. Hal ini akan tergantung pada kondisi lahan dan tujuan penanaman. Apabila akan dilaksanakan tumpang sari dengan jenis tanaman lain, mungkin dapat dipilih jarak tanam 4m x 5m sehingga per hektar akan didapat 500 pohon, sedang diantara dua larikan pohon masih dapat ditanami palawija atau tanaman lain sebagai tanaman campurannya dengan jarak yang benar, tanaman campuran tidak akan saling mengganggu.


(35)

19

7. Cara memelihara tanaman

Pada dasarnya tanaman kayu yang masih muda harus dijaga dari gulma, semak serta alang–alang yang berlebihan, karena itu untuk mengurangi biaya pemeliharaan. Tanaman yang cocok untuk larikan adalah tanaman palawija yang tidak mengganggu, seperti kacang tanah, jagung, kacang kedelai, kacang wijen dan lain-lain. Pemeliharaan yang berupa penjarangan dan pembuangan gulma akan saling membantu pertumbuhan kayunya.

8. Penebangan

Penebangan pohon–pohon tergantung dari beberapa faktor, yaitu: tujuan penanaman, kondisi alami dari tanaman, kondisi pasar dan cara penebangan. Berdasarkan pengalaman penebangan dengan orientasi pasar maka penebangan sebaiknya dilaksanakan tebang pilih. Perlu diperhatikan bahwa setiap penebangan harus ditanami kembali secepatnya. Apabila penebangan berupa pemeliharaan yaitu bersifat penjarangan maka harus selalu diperhatikan bahwa kayu yang akan ditebang sudah harus mencapai suatu ukuran yang dapat dimanfaatkan sehingga kayu yang dihasilkan akan dapat dipasarkan.

9. Penanaman Kembali

Dibekas pohon yang ditebang harus ditanami kembali sehingga jumlah tanaman akan selalu tetap. Karena itu setiap akan melakukan penebangan petani hendaknya sudah menyiapkan diri dengan bibit yang akan ditanam sebagai pengganti pohon yang akan ditebang.


(36)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu dengan mempertimbangkan bahwa lokasi yang dipilih memiliki hutan rakyat sedikitnya 200 ha. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2014.

B. Alat dan Objek

Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi: alat tulis, alat perekam, kamera, kuisioner, dan komputer. Sedangkan objek pada penelitian ini adalah petani hutan rakyat Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.

C. Metode Penelitian

Data penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara yang menggunakan kuisioner. Kuisioner ini terdiri dari identitas responden dan beberapa pertanyaan terkait faktor–faktor yang mempengaruhi motivasi dan tingkat motivasi petani dalam mengelola hutan rakyat. Faktor-faktor yang memotivasi seseorang adalah faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal terdiri dari umur, tingkat pendapatan, pendidikan dan pengalaman berusahatani sedangkan faktor eksternal terdiri dari kelompok tani, penyuluhan, dan akses informasi. Tingkat motivasi


(37)

21

terdiri dari, tujuan pengelolaan hutan rakyat, persepsi petani terhadap manfaat hutan rakyat, dan rencana selanjutnya petani dalam pengelolaan hutan rakyat

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode survei yaitu pengambilan sampel data dari suatu populasi dengan menggunakan kuisioner. Penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Perbedaan dari kedua data tersebut adalah proses pengambilan datanya (Arikunto, 2008). Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner yang telah disusun), sedangkan data sekunder diperoleh dari dinas atau instansi terkait dan lembaga desa serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

Populasi penelitian ini adalah petani anggota Kelompok Tani Hutan Rakyat Ngudi Rukun di Desa Sukoharjo 1, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu, yang merupakan kelompok tani khusus petani hutan rakyat. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sensus. Karena populasi kelompok tani sebesar 32 petani. Menurut Arikunto (2006) di dalam pengambilan sampel apabila subyek penelitian kurang dari 100 maka diambil semua sehingga penelitian dapat disebut penelitian populasi.

D. Pengolahan Data dan Analisa Data

Pengolahan dan analisis data dilaksanakan secara deskriptif kuantitatif yang diklasifikasikan berdasarkan data lapangan. Untuk mengetahui tujuan penelitian, data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif terlebih dahulu dan untuk


(38)

22

pengujian hipotesis digunakan analisis regresi ordinal dengan menggunakan program SPSS 16.0.

Analisis regresi logistik ordinal merupakan salah satu metode statistik yang menggambarkan hubungan antara suatu variabel respon (Y) dengan lebih dari satu variabel prediktor (X) dimana variabel respon lebih dari dua kategori dan skala pengukuran bersifat tingkatan (Hosmer dan Lemeshow, 2000). Fungsi persamaan regresi logistik ordinal menurut Pindyck dan Rubinfeld (1997) sebagai berikut:

( / ) = ( )

1 + ( )

Metode analisis deskriptif mengubah data output SPSS yang berupa angka (numerik) menjadi bentuk grafik atau tabel yang mudah dimengerti dan ditafsirkan, sehingga menjadi suatu informasi mengenai tingkat motivasi petani hutan rakyat. Sugiyono (2009) mengemukakan, penelitian kuantitatif menggunakan data berupa angka-angka dan bersifat sistematis.

Faktor yang mempengaruhi motivasi petani hutan rakyat diketahui dengan mengkaji umur produktif petani hutan rakyat, tingkat pendapatan petani, lamanya berpengalaman dalam pengelolaan hutan rakyat, tingginya pendidikan petani, frekuensi mengikuti pertemuan rutin kelompok tani, frekuensi menghadiri penyuluhan petani hutan rakyat, dan akses informasi dari luar tempat tinggal. Sedangkan tingkat motivasi petani dalam pengelolaan hutan rakyat adalah tujuan pengelolaan hutan rakyat, persepsi petani dalam pengelolaan hutan rakyat, dan rencana selanjutnya dalam pengelolaan hutan.


(39)

23

Setiap jawaban dari pertanyaan kuisioner masing-masing jawaban disesuaikan dengan Skala Likert. Pada penelitian ini menggunakan tiga mata skala preferensi jawaban dengan pilihan sebagai berikut:

1 = Tidak Setuju

2 = Cukup Setuju atau Ragu-ragu 3 = Setuju

Selanjutnya, sesuai pendapat Yitnosumarto (2007) bahwa penentuan kategori interval tinggi, sedang, atau rendah tingkat motivasi dalam mengembangkan hutan rakyat digunakan rumus sebagai berikut :

K NR NT I

Keterangan : I = Interval

NT = Total nilai tertinggi NR = Total nilai terendah K = Kategori jawaban

Penggunaan rumus tersebut berdasarkan pengelompokkan nilai Skala Likert dalam kuisioner di tiap jawabannya. Hasil nilai interval tersebut diklasifikasikan kembali ke dalam kategori interval (Suhaimin, 2005) sebagai berikut:

1. Kategori tinggi sekali jika skor jawaban yaitu 96-78 2. Katagori tinggi jika skor jawaban yaitu 77-60 3. Kategori sedang jika skor jawaban yaitu 59-42

Pengklasifikasian tersebut merupakan penentuan tingkat motivasi petani dalam mengembangkan hutan rakyat.


(40)

24

Sesuai Dwi (2008), interpritasi terhadap persamaan tersebut beserta uji hipotesis akan diberikan sebagai berikut:

1. Jika t-hitung ≤ t-tabel (n-2) maka terima Ho, tolak Hi pada α= 0,01 atau 0,05 berarti kedua peubah tidak menunjukan hubungan yang nyata antara variabel yang diuji.

2. Jika t-hitung > t-tabel (n-2) maka tolak Ho, terima Hi pada α= 0,01 atau 0,05 berarti kedua peubah menunjukan hubungan yang nyata antara variabel yang diuji.

E. Definisi Operasional

Untuk lebih memudahkan dalam pengukuran konsep, maka suatu konsep dijabarkan dalam bentuk definisi operasional. Definisi operasional adalah penentuan suatu nilai/harga sehingga menjadi variabel atau variabel-variabel yang dapat diukur (Notoatmodjo, 2002). Definisi operasional pada penelitian ini terdapat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Definisi Operasional Penelitian

Variabel (x) Definisi Operasional Parameter Pengukuran Skala

pengukuran

Umur ( ) Umur produktif petani hutan rakyat dalam mengelola hutan rakyar.

Umur diklasifikasikan menjadi 4 yaitu <15 tahun (skor 1), 15-65 tahun (skor 2), > 65 tahun (skor 3).

Ordinal

Tingkat pendapatan ( )

Pendapatan petani adalah jumlah penerimaan dikurangi pengeluaran tunai dan pengeluaran yang diperhitungkan termasuk bunga modal (Hernanto, 1991).

Diukur dalam satuan rupiah(Rp), diklasifikasikan menjadi ,< 1 juta (skor 1), 1-3,5 juta (skor 2), 1-3,5-6 juta (skor 3).


(41)

25

Variabel (x) Definisi Operasional Parameter Pengukuran Skala

pengukuran

Pengalaman Berusahatani ( )

Lamanya petani

berpengalaman dalam usaha tani akan mempengaruhi motivasi petani dalam mempertahankan pengelolaan hutan rakyat.

Lamanya berusahatani diukur dalam satuan tahun dan diklasifikasikan yaitu 2-12 tahun (skor 1), 13-22 tahun (skor 2), 23-32 (skor 3).

Ordinal

Pendidikan ( )

Faktor yang dapat mengubah pola pikir dan daya nalar petani adalah pendidikan. Pendidikan merupakan usaha yang disadari untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan pada manusia yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup (Soekartawi 1986).

Variabel ini diukur

berdasarkan tingginya petani mengenyam pendidikan. Diklasifikasikan menjadi SD (skor 1), SMP (skor 2), SMA (skor 3).

Ordinal

Kelompok Tani Hutan rakyat ( )

Kelompok tani merupakan wadah bagi petani untuk memenuhi kebutuhan sosiologis, kebutuhan ekonomis dan kebutuhan psikologis. Petani dapat mengembangkan potensi, aktualisasi dan eksistensi dirinya dengan berkelompok (Soekanto, 2006).

Variabel ini diukur dengan seberapa kali mengikuti rutinitas kelompok tani hutan rakyat dalam jangka waktu setahun, diklasifikasikan 1-3 kali (skor 1), 4-6 kali (skor 2),7-9 kali (skor 3).

Ordinal

Kegiatan Penyuluhan ( )

Penyuluhan memiliki pengertian sebagai suatu bentuk pendidikan non formal yang bertujuan mengubah perilaku masyarakat agar dapat memecahkan masalah yang dihadapi guna mencapai kehidupan yang lebih baik (Rejeki, 1998).

Diukur dengan satuan kali (berapa kali mengikuti penyuluhan) dalam jangka waktu setahun,

diklasifikasikan menjadi 4 kali (skor 1), 5 kali (skor 2), 6 kali (skor 3).

Ordinal

Akses

Informasi ( )

Keterbukaan seseorang berhubungan dengan penerimaan informasi perubahan–perubahan untuk meningkatkan perbaikan usahatani mereka (Mosher, 1991)

Variabel ini diklasifikaiskan menjadi sulit (skor 1), sedang (skor 2), mudah (skor 3).


(42)

26

Variabel (y) Definisi Operasional Parameter Pengukuran Skala

pengukuran

Tujuan pengelolaan (y1)

Tujuan pengelolaan hutan merupakan salah satu proses motivasi yang dapat

memenuhi kepuasan. Motivasi merupakan proses atau faktor yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan dengan cara-cara tertentu, (Winardi, 2004).

Persepsi adalah proses mental yang menghasilkan bayangan pada diri individu, sehingga dapat mengenal suatu obyek dengan jalan asosiasi, baik secara indera penglihatan, indera perabaan dan

sebagainya sehingga akhirnya bayangan tersebut dapat disadari, (Sudaryantoet al 1987).

Rencana selanjutnya akan terus mengembangkan usaha dalam pengelolaan hutan merupakan sikap yang harus ditentukan oleh petani karena pada dasarnya motivasi adalah suatu kegiatan untuk memberi dorongan kepada seseorang untuk mengambil suatu tindakan dalam rangka mencapai tujuan, (Soekartawi 1986).

Variabel ini diklasifikasikan menjadi pemenuhan kebutuhan sehari-hari (skor 1), pemenuhan kebutuhan bahan bangunan dan kebutuhan sehari-hari (skor 2), dan alasan

komersial/investasi (skor 3).

Variabel ini diklasifikasikan menjadi cukup

menguntungkan (skor 1), menguntungkan (skor 2), dan pengelolaan hutan rakyat sangat menguntungkan (skor 3).

Variabel ini diklasifikasikan menjadi akan mengganti dengan usaha komoditas lain (1), hanya akan terus mengembangkan jika keadaan memungkinkan (skor 2), dan akan mengembangkan pengelolaaan (skor 3).


(43)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Petani hutan rakyat Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu yang tergabung dalam kelompok tani Ngudi Rukun memiliki tingkat motivasi tinggi sebesar 53,15% dalam pengelolalan hutan rakyat. 2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat motivasi petani dalam

pengelolaan hutan rakyat adalah umur, pendapatan, pengalaman usaha tani, pendidikan, kegiatan kelompok tani, kegiatan penyuluhan dan akses informasi.

B. Saran

Perlu dilakukan peningkatan penyuluhan baik kualitas dan kuantitas dalam pembinaan pengelolaan hutan rakyat untuk menghasilkan peningkatan motivasi petani dan perlu adanya apresiasi pemerintah terhadap petani untuk meningkatkan motivasi petani dalam mengelola hutan rakyat.


(44)

51

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, S. 1995. 90 Tahun Penyuluhan Pertanian di Indonesia (1905–1995). Jakarta: Departemen Pertanian.

Adrianti, E dan Setyorini, E. 2012. Ketersediaan Sumber Informasi Teknologi Pertanian di Beberapa Kabupaten Di Jawa. Jurnal Perpustakaan

Pertanian Vol. 21. No. 1.

Attar, M. 1999. Kajian Pengelolaan Hutan Rakyat, Kontribusinya terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani dan Peranannya dalam Perekonomian Desa.[Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT Rineka Cipta. Jakarta

Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Awang, S. A. 2002. Etnoekologi Manusia Hutan Rakyat . Yogyakarta: Sinergi Press.

Bandura, A. J. 1986. Social Foundations of Thought and Action: A Social Cognitive Theory. New Jersey: Prentice Hall,Inc.

Badan Pusat Statistik. 2013. Kemiskinan Berdasarkan Data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPPS) 2011. Kepala Badan Pendidikan Dan Penelitian Kesejahteraan Sosial. Jakarta.

Clegg, B. 2001. Instan Motivator: 79 Cara Instan Menumbuhkan Motivasi. Erlangga. Jakarta.

Danhartani, Radiah, E, dan Hanafie, U. 2012 .Tingkat Kesejahteraan Buruh Tani Tanaman Pangan Di Kecamatan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar. Jurnal Agribisnis Perdesaan Volume 02 Nomor 03.

Darsowiyono, S. 1979. Hubungan Kerja Manusiawi Pertanian dan Peranannya. Fisipol UNS. Surakarta.


(45)

52

Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Jakarta : Departemen Kehutanan Dan Perkebunan.

Dewandini, S. K. 2010. Motivasi Petani dalam Budidaya Tanaman Mendong (Fimbristylis Globulosa) di Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret: Surakarta

Dinas Kehutanan. 2013. Luas Hutan Rakyat Provinsi Lampung.Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. Lampung.

Djajapertjunda, S. 2003. Mengembangkan Hutan Milik di Jawa. Bandung: Alqaprint Jatinangor.

Dwi, P. 2008.Mandiri Belajar SPSS. Mediakom. Yogyakarta.

Hairiah, K. D. Suprayogo, dan M.V. Noordwijk. 2004. Ketebalan Serasah sebagai Indikator Daerah Aliran Sungai (DAS) yang Sehat. Word Agroforestry Center. Bogor.

Hosmer, D. W and S. Lemeshow. 2000. Applied Logistic Regression Second Edition. New York: John Wiley and Sons, Inc.

Kolopaking, LM dan Fredian, T. 1990. Analisis FaktorFaktor yang Berpengaruh Terhadap Motivasi Petani Dalam Berusaha tani Padi (Studi Kasus di Desa Banjar Sari, Bekasi dan Desa Cibiuk, Cianjur). Bogor: Pusat Studi Pembangunan Lembaga Penelitian. Institut Pertanian bogor. Kushartanti, E. 2001. Keefektifan Media Cetak pada Diseminasi dan Adopsi

Teknologi Jagung Bisma di Kabupaten Semarang. Thesis Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Lahjie. 2001.Tehnik Agroforestry.Jakarta: Penerbit Grafika–UPN

Lembaga Penelitian IPB. 1990. Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat. Bogor:Lembaga Penelitian IPB.

Mardikanto, T dan Rasyid, MA. 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Kerjasama Departemen Kehutanan dan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jakarta: Departemen Kehutanan.

Maslow, A. H. 1993. Motivasi dan Kepribadian-1 Seri Manajemen No.104 A.

Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo.

Mubyarto. 1998. Kesenjangan Antar Kelompok Petani di Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta.


(46)

53

Mulyadi, Basita, G. S, Pang S. Asngari, dan Djoko Susanto. 2007. Proses Adopsi Inovasi Pertanian Suku Pedalaman Arfak di Kabupaten Manokwari Papua Barat. Jurnal Penyuluhan. Vol. 3 No. 2, ISSN:1858-2664

Mosher, A. T. 1991. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. SyaratSyarat Pokok Pembangunan dan Modernisasi. Jakarta: CV Yasaguna.

Nasution, M. 2005.Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Notoatmodjo. 2002.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Renika Cipta. Padmowihardjo, S. 1999. Psikologi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Pusdaling. 2014.Sensus Pertanian Indonesia. Pusat Data Lingkungan. Jakarta. Pindiyck, R. S. dan Daniel, L. R. 1997. Economertic Models and Econometric

Forecast fourth edition.Irwin Mc Graw-Hill. Boston.

Rejeki. 1998.Perencanaan Program Penyuluhan (Teori dan Praktek),Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Robbins, SP. 2007.Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Indeks.

Salam, HB. 1997.Pengantar Pedadogi: DasarDasar Ilmu Mendidik. Jakarta: Penerbit Rineksa Cipta.

Sajogyo.1969.Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. Indaryanti, Y [editor]. 1977. Pusat Studi Pengembagan Pertanian dan Pedesaan-LPPM IPB. Bogor.

Soekanto, S. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Soekartawi A. Soehardjo L, Dillon, Hardaker J. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pembangunan Petani Kecil. Jakarta: UI Press.

Sudaryanto, A. H. dan Andi S. 1987. Persepsi Hak Pengusahaan Hutan Terhadap Sistem Tebang Pilih Indonesia. Penelitian Pengelolaan Sumber Kehutanan Berwawasan Lingkungan Kerjasama Proyek Pengembangan Efisiensi Penggunaan Sumber Kehutanan dengan Fakultas Kehutanan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Sudibyo, B. 2008, Depdiknas Optimis Target Wajib Belajar 9 Tahun Tuntas Tahun Ini, Mendiknas online, diunduh 21 April 2015.


(47)

54

Sugiyono. 2009.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suhaimin, T. 2005. Teori Motivasi, Prestasi dan Kepuasan Kerja. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Suharjito, D. 2000.Karakteristik Pengelolaan Hutan Rakyat Berbasis Masyarakat

Yogyakarta: Aditya Media.

Suprayino. AR., Sumardjo., Gani. S.D., Sugihen. G. B. 2012. Motivasi dan Pertisipasi Petani dalam pengelolaan Hutan di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Penyuluhan. Vol 8 No.2

Suryantini, H. 2004. Pemanfaatan Informasi Teknologi Pertanian Oleh Penyuluh Pertanian: Kasus Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jurnal Perpustakaan Pertanian, 13(1):1723.

Taufik, M. 2014. Hutan Rakyat: Produk Proses Budaya. World Argoforestry Centre (ICRAF) Indonesia Volume 7 No. 1.

Thoha. 1986.Prilaku Organisasi. Grafindo. Jakarta. 327 hlm.

Tjiptoherijanto. P . 2001. Proyeksi Penduduk, Angkatan Kerja, Tenaga Kerja,dan Peran Serikat Pekerja dalam Peningkatan Kesejahteraan. Diakses pada tanggal 16 januari 2014. Pukul 10.00 WIB. Sumber: http//windows.majalah//perencanaan.pembangunan//edisi.23.tahun.2001. Pdf

Wahyuningsih, L. 1993. Peranan Hutan Rakyat Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) Terhadap Pendapatan Masyarakat di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Waluyo. A. E., Ulya. A., Martin. E. 2013. Perencanaan Sosial dalam Rangka Pengembangan Hutan Rakyat Di Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam.Vol. VII No. 3: 271-280

Winardi, J. 2004.Motivasi & Pemotivasian dalam Manajemen. Cetakan Ketiga. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Wiriatmadja, S. 1990. PokokPokok Penyuluhan Pertanian. Jakarta: CV Yasaguna.

Witatriasti, Tantri. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pegelolaan Hutan Rakyat Di Desa Gunuug Sari Kecamatan Pamijaha Kabupaten Bogor. Institut Pertania Bogor: Bogor.


(48)

55

Yitnosumarto. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta. Penerbit Graha Ilmu.

Yumi, Sumardjo, Darwis S. G., Basita G. S. 2012. Model Pengembangan dan Pembelajaran Petani dalam Pengelolaan Hutan Rakyat Lestari. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan.Vol. 8 No. 3


(1)

Pringsewu yang tergabung dalam kelompok tani Ngudi Rukun memiliki tingkat motivasi tinggi sebesar 53,15% dalam pengelolalan hutan rakyat. 2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat motivasi petani dalam

pengelolaan hutan rakyat adalah umur, pendapatan, pengalaman usaha tani, pendidikan, kegiatan kelompok tani, kegiatan penyuluhan dan akses informasi.

B. Saran

Perlu dilakukan peningkatan penyuluhan baik kualitas dan kuantitas dalam pembinaan pengelolaan hutan rakyat untuk menghasilkan peningkatan motivasi petani dan perlu adanya apresiasi pemerintah terhadap petani untuk meningkatkan motivasi petani dalam mengelola hutan rakyat.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, S. 1995. 90 Tahun Penyuluhan Pertanian di Indonesia (1905–1995). Jakarta: Departemen Pertanian.

Adrianti, E dan Setyorini, E. 2012. Ketersediaan Sumber Informasi Teknologi Pertanian di Beberapa Kabupaten Di Jawa. Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 21. No. 1.

Attar, M. 1999. Kajian Pengelolaan Hutan Rakyat, Kontribusinya terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani dan Peranannya dalam Perekonomian Desa.[Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT Rineka Cipta. Jakarta

Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Awang, S. A. 2002. Etnoekologi Manusia Hutan Rakyat . Yogyakarta: Sinergi Press.

Bandura, A. J. 1986. Social Foundations of Thought and Action: A Social Cognitive Theory. New Jersey: Prentice Hall,Inc.

Badan Pusat Statistik. 2013. Kemiskinan Berdasarkan Data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPPS) 2011. Kepala Badan Pendidikan Dan Penelitian Kesejahteraan Sosial. Jakarta.

Clegg, B. 2001. Instan Motivator: 79 Cara Instan Menumbuhkan Motivasi. Erlangga. Jakarta.

Danhartani, Radiah, E, dan Hanafie, U. 2012 .Tingkat Kesejahteraan Buruh Tani Tanaman Pangan Di Kecamatan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar. Jurnal Agribisnis Perdesaan Volume 02 Nomor 03.

Darsowiyono, S. 1979. Hubungan Kerja Manusiawi Pertanian dan Peranannya. Fisipol UNS. Surakarta.


(3)

(Fimbristylis Globulosa) di Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret: Surakarta

Dinas Kehutanan. 2013. Luas Hutan Rakyat Provinsi Lampung.Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. Lampung.

Djajapertjunda, S. 2003. Mengembangkan Hutan Milik di Jawa. Bandung: Alqaprint Jatinangor.

Dwi, P. 2008.Mandiri Belajar SPSS. Mediakom. Yogyakarta.

Hairiah, K. D. Suprayogo, dan M.V. Noordwijk. 2004. Ketebalan Serasah sebagai Indikator Daerah Aliran Sungai (DAS) yang Sehat. Word Agroforestry Center. Bogor.

Hosmer, D. W and S. Lemeshow. 2000. Applied Logistic Regression Second Edition. New York: John Wiley and Sons, Inc.

Kolopaking, LM dan Fredian, T. 1990. Analisis FaktorFaktor yang Berpengaruh Terhadap Motivasi Petani Dalam Berusaha tani Padi (Studi Kasus di Desa Banjar Sari, Bekasi dan Desa Cibiuk, Cianjur). Bogor: Pusat Studi Pembangunan Lembaga Penelitian. Institut Pertanian bogor. Kushartanti, E. 2001. Keefektifan Media Cetak pada Diseminasi dan Adopsi

Teknologi Jagung Bisma di Kabupaten Semarang. Thesis Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Lahjie. 2001.Tehnik Agroforestry.Jakarta: Penerbit Grafika–UPN

Lembaga Penelitian IPB. 1990. Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat. Bogor:Lembaga Penelitian IPB.

Mardikanto, T dan Rasyid, MA. 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Kerjasama Departemen Kehutanan dan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jakarta: Departemen Kehutanan.

Maslow, A. H. 1993. Motivasi dan Kepribadian-1 Seri Manajemen No.104 A. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo.

Mubyarto. 1998. Kesenjangan Antar Kelompok Petani di Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta.


(4)

Mulyadi, Basita, G. S, Pang S. Asngari, dan Djoko Susanto. 2007. Proses Adopsi Inovasi Pertanian Suku Pedalaman Arfak di Kabupaten Manokwari Papua Barat. Jurnal Penyuluhan. Vol. 3 No. 2, ISSN:1858-2664

Mosher, A. T. 1991. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. SyaratSyarat Pokok Pembangunan dan Modernisasi. Jakarta: CV Yasaguna.

Nasution, M. 2005.Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Notoatmodjo. 2002.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Renika Cipta. Padmowihardjo, S. 1999. Psikologi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Pusdaling. 2014.Sensus Pertanian Indonesia. Pusat Data Lingkungan. Jakarta. Pindiyck, R. S. dan Daniel, L. R. 1997. Economertic Models and Econometric

Forecast fourth edition.Irwin Mc Graw-Hill. Boston.

Rejeki. 1998.Perencanaan Program Penyuluhan (Teori dan Praktek),Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Robbins, SP. 2007.Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Indeks.

Salam, HB. 1997.Pengantar Pedadogi: DasarDasar Ilmu Mendidik. Jakarta: Penerbit Rineksa Cipta.

Sajogyo.1969.Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. Indaryanti, Y [editor]. 1977. Pusat Studi Pengembagan Pertanian dan Pedesaan-LPPM IPB. Bogor.

Soekanto, S. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Soekartawi A. Soehardjo L, Dillon, Hardaker J. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pembangunan Petani Kecil. Jakarta: UI Press.

Sudaryanto, A. H. dan Andi S. 1987. Persepsi Hak Pengusahaan Hutan Terhadap Sistem Tebang Pilih Indonesia. Penelitian Pengelolaan Sumber Kehutanan Berwawasan Lingkungan Kerjasama Proyek Pengembangan Efisiensi Penggunaan Sumber Kehutanan dengan Fakultas Kehutanan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Sudibyo, B. 2008, Depdiknas Optimis Target Wajib Belajar 9 Tahun Tuntas Tahun Ini, Mendiknas online, diunduh 21 April 2015.


(5)

Suharjito, D. 2000.Karakteristik Pengelolaan Hutan Rakyat Berbasis Masyarakat Yogyakarta: Aditya Media.

Suprayino. AR., Sumardjo., Gani. S.D., Sugihen. G. B. 2012. Motivasi dan Pertisipasi Petani dalam pengelolaan Hutan di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Penyuluhan. Vol 8 No.2

Suryantini, H. 2004. Pemanfaatan Informasi Teknologi Pertanian Oleh Penyuluh Pertanian: Kasus Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jurnal Perpustakaan Pertanian, 13(1):1723.

Taufik, M. 2014. Hutan Rakyat: Produk Proses Budaya. World Argoforestry Centre (ICRAF) Indonesia Volume 7 No. 1.

Thoha. 1986.Prilaku Organisasi. Grafindo. Jakarta. 327 hlm.

Tjiptoherijanto. P . 2001. Proyeksi Penduduk, Angkatan Kerja, Tenaga Kerja,dan Peran Serikat Pekerja dalam Peningkatan Kesejahteraan. Diakses pada tanggal 16 januari 2014. Pukul 10.00 WIB. Sumber: http//windows.majalah//perencanaan.pembangunan//edisi.23.tahun.2001. Pdf

Wahyuningsih, L. 1993. Peranan Hutan Rakyat Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) Terhadap Pendapatan Masyarakat di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Waluyo. A. E., Ulya. A., Martin. E. 2013. Perencanaan Sosial dalam Rangka Pengembangan Hutan Rakyat Di Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam.Vol. VII No. 3: 271-280

Winardi, J. 2004.Motivasi & Pemotivasian dalam Manajemen. Cetakan Ketiga. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Wiriatmadja, S. 1990. PokokPokok Penyuluhan Pertanian. Jakarta: CV Yasaguna.

Witatriasti, Tantri. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pegelolaan Hutan Rakyat Di Desa Gunuug Sari Kecamatan Pamijaha Kabupaten Bogor. Institut Pertania Bogor: Bogor.


(6)

Yitnosumarto. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta. Penerbit Graha Ilmu.

Yumi, Sumardjo, Darwis S. G., Basita G. S. 2012. Model Pengembangan dan Pembelajaran Petani dalam Pengelolaan Hutan Rakyat Lestari. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan.Vol. 8 No. 3