Pengakuan Anak Luar Kawin

memberikan nafkah kepada anak itu, walaupun secara biologis anak itu adalah anak sendiri.

B. Pengakuan Anak Luar Kawin

Menurut Erna Sofwan Syukrie, sebagaimana dikutip Abdul Manan, pengakuan anak dalam pengertian formil adalah suatu bentuk pemberian keterangan dari seorang pria yang menyatakan pengakuan terhadap anak-anaknya. Sedangkan dalam pengertian materiil, pengakuan anak merupakan suatu perbuatan hukum untuk menimbul kan hubungan kekeluargaan antara anak dan orang yang mengakuinya. 13 Jadi, Pengakuan Anak adalah pengakuan yang dilakukan oleh ayah atas anak yang lahir di luar perkawinan yang sah menurut hukum. Pada dasarnya, pengakuan anak bisa dilakukan baik oleh ibu maupun ayah, tetapi karena berdasarkan Pasal 43 Undang-Undang Perkawinan yang pada intinya menyata kan bahwa anak yang lahir di luar perkawinan tidak mempunyai hubungan perdata dengan ayahnya, maka untuk mendapatkan hubungan perdata yang baru, seorang ayah dapat melakukan Pengakuan Anak. 14 Meski ada ketentuan yang memungkinkan seorang laki-laki atau ayah melakukan pengakuan anak, namun pengakuan itu hanya bisa dilakukan dengan persetujuan ibu. Pasal 284 KUH Perdata menyatakan bahwa suatu pengakuan terhadap anak luar kawin, selama hidup ibunya, tidak akan diterima jika si ibu 13 Abdul Manan2006, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta, Prenada Media Grup, hal 84. 14 LBH Apik2010, Pengakuan Anak Luar Kawin, Jakarta Timur, hal 2 tidak menyetujui. Pasal 278 KUH Pidanapun mengatur tentang ancaman pidana bagi orang yang mengakui anak luar kawin yang bukan anaknya. Ketentuan mengenai pengakuan anak luar kawin diatur dalam KUH Perdata: a. KUHPerdata juga memungkinkan seorang ayah melakukan pengakuan anak pada saat atau setelah perkawinan dilangsungkan. Seperti yang ditetapkan dalam Pasal 273, yang menyatakan bahwa anak yang dilahirkan di luar kawin, selain karena perzinahan atau dosa darah, dianggap sebagai anak sah, apabila bapak dan ibunya itu kemudian menikah, dan sebelum perkawinan diselenggarakan, anak tersebut diakui oleh ayah ibunya. b. Ketentuan lain mengenai pengakuan anak luar kawin diatur dalam Pasal 281 sampai dengan Pasal 286 KUHPerdata. Pengakuan anak ada dua macam, yakni: a. Pengakuan secara sukarela; pengakuan anak secara sukarela dirumuskan sebagai suatu pernyataan yang mengandung pengakuan bahwa yang bersangkutan adalah ayah dari anak luar kawin yang diakui olehnya. Mengingat ketentuan dalam Pasal 43 Undang-Undang Perkawinan, bahwa bagi seorang ibu, untuk timbulnya hubungan hukum antara dirinya dan anak yang dilahirkannya tidak lagi dibutuhkan adanya pengakuan. Maka dapat disimpulkan bahwa pengakuan anak luar kawin sebagaimana ketentuan Pasal 280 KUHPerdata sekarang hanya dikhususkan bagi ayah si anak. Pengakuan itu cukup dilakukan dengan pernyataan sepihak dari laki-laki yang mengakui, tentunya dengan ijin dari si ibu dari anak tersebut dengan cara sebagaimana ditentukan dalam Pasal 281 KUHPerdata. Dengan demikian bahwa dalam pengakuan ini tidak diperlukan syarat- syarat lain, kecuali: - Adanya pernyataan sepihak si ayah, - Sesuai dengan cara yang ditetapkan dalam Pasal 281 KUHPerdata, dan; - Tidak adanya keberatan dari ibu si anak. Hal ini untuk menjamin bahwa ayah itu benar-benar laki-laki yang membenihkan anaknya. 15 Akan tetapi hal itu tidak berarti pengakuan yang sengaja dilakukan berlawanan dengan kenyataan, harus diterima tetap sah saja. Maksudnya tidak berarti bahwa jika laki-laki yang mengakui itu tidak terbukti tahu bahwa ia bukan ayah biologis dari anak tersebut, pengakuan itu, atas tuntutan pihak yang berkepentingan tidak bisa dibatalkan. 16 b. Pengakuan karena terpaksa 15 Ali Afandi 2000, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian, Jakarta, Rineka Cipta, hal 146-147 16 J. Satrio2000, Hukum Keluarga Tentang Kedudukan Anak dalam Undang-Undang, Bandung, Citra Aditya, hal 113. Terjadi jika hakim dalam suatu perkara gugatan kedudukan anak atas dasar persangkaan bahwa seorang laki-laki tertentu adalah ayah dari anak tertentu menetapkan bahwa laki-laki itu adalah ayah dari anak yang bersangkutan. Hal ini dikaitkan dengan Pasal 287 ayat 2 KUHPerdata yang menyatakan bahwa: “Sementara itu, apabila terjadi salah satu kejahatan tersebut tersebut dalam pasal 285 sampai dengan 288, 294 atau 332 Kitab Undang - Undang Hukum Pidana dan saat berlangsungnya kejahatan itu bersesuaian dengan saat kehamilan perempuan terhadap si apa kejahatan itu dilakukan, maka atas tuntutan mereka yang berkepentingan, bolehlah si tersalah dinyatakan sebagai ayah si anak.” Jadi, jika hakim menetapkan bahwa seorang laki-laki adalah ayah dari seorang anak tertentu, maka ketetapan tersebut membawa akibat hukum dari laki-laki yang bersangkutan terhadap seorang anak yang telah ditetapkan sebagai anaknya. Karena merupakan ketetapan dari pengadilan, maka pengakuan semacam ini merupakan pengakuan yang dipaksakan atau terpaksa. Ada empat cara pengakuan anak luar kawin menurut hukum Perdata, yaitu: 1. Di dalam akta kelahiran anak Pasal 291 ayat 1 KUHPerdata, yaitu ayah atau ibunya menghadap sendiri atau dengan perantara orang lain yang diberi perantaraan khusus, dengan bekal surat kuasa otentik untuk menghadap pejabat catatan sipil dan melaporkan tentang kelahiran anak itu. 2. Di dalam akta perkawinan, yakni pengakuan dengan cara melaksanakan perkawinan yang sah antara wanita yang melahirkan dengan pria yang membuahinya sekaligus mengakui anak luar kawinnya. Anak luar kawin yang diakui di sini adalah anak luar kawin yang sudah di lahirkan dan pada waktu melaporkan kelahiran belum diberikan pengakuan oleh ayahnya. 3. Di dalam akta otentik, pengakuan dengan cara menuangkannya dalam akta notaris, kemudian ditindaklanjuti dengan melaporkan pada kantor catatan sipil, di mana anak itu telah didaft arkan dan minta agar pengakuan itu di catat dalam minit akta kelahiran anak yang bersangkutan. Pengakuan anak ini harus dilakukan secara tegas dan tidak boleh disimpulkan saja. 4. Di dalam akta otentik yang dibuat oleh pejabat catatan sipil, yaitu pengakuan yang dilakukan dengan akta yang dibuat oleh pegawai catatan sipil dan dibukukan dalam register ke lahiran menurut hari penanggalannya Pasal 281 ayat 2 KUHPerdata. 17 Kesimpulannya, pengakuan tersebut dilakukan terhadap anak yang sudah dicatat kelahirannya sebagai anak luar kawin di dalam register kelahiran di Kantor Catatan Sipil. C. Pembuktian Asal-Usul Anak Sebenarnya dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan telah mencantumkan penetapan asal usul anak menjadi kewenangan Lembaga Peradilan Agama. Oleh karena adanya Peraturan Mahkamah Agung RI No 1 Tahun 1977 yang masih membatasi kewenangan Peradilan Agama, maka penetapan asal usul anak itu 17 Soetojo Prawirohamidjojo 1986, Hukum Orang dan Keluarga, Bandung, Alumni, hal 187. masih dilaksanakan oleh Pengadilan Negeri. Baru setelah lahirnya Undang-Undang No 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama pada tanggal 29 Desember 1989 kewenangan tentang penetapan asal usul anak bagi yang beragama islam menjadi kewenangan Peradilan Agama. Penentapan atau putusan Pengadilan Agama menjadi dasar bagi Kantor Catatan Sipil untuk mengeluarkan akta kelahiran anak bagi yang memerlukannya. Tentang asal usul anak ini telah diatur dalam Pasal 55 Undang-Undang No 1 Tahun 1975 tentang Perkawinan jo Pasal 103 Kompilasi Hukum Islam. Didalam Pasal 55 Undang-Undang Perkawinan menegaskan: 1. Asal-usul seorang anak hanya dapat dibuktikan dengan akta kelahiran yang otentik, yang dikeluarkan oleh Pejabat yang berwenang. 2. Bila akta kelahiran tersebut dalam Ayat 1 Pasal ini tidak ada,maka Pengadilan dapat mengeluarkan penetapan tentang asal-usul seorang anak setelah diadakan pemeriksaan yang teliti berdasarkan bukti-bukti yang memenuhi syarat. 3. Atas dasar ketentuan Pengadilan tersebut Ayat 2 Pasal ini,maka instansi Pencatat Kelahiran yang ada dalam daerah hukum Pengadilan yang bersangkutan mengeluarkan akta kelahiran bagi anak yang bersangkutan. 18 Di dalam Pasal-Pasal di atas ada beberapa hal yang diatur. Pertama, anak sah adalah yang lahir dalam dan akibat perkawinan yang sah. Paling tidak ada dua bentuk kemungkinan: Anak sah lahir akibat perkawinan yang sah dan Anak yang lahir dalam perkawinan yang sah. 19 18 Pasal 55 Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. 19 www.scribd.comdoc58741590Dalam-Kompilasi-Hukum-Islam-asal-usul-anak-diatur-dalam, diunduh 25 Juli 2013 Dengan adanya Akta Lahir atas nama anak yang bersangkutan, dibuktikan bahwa dari hasil pernikahan yang sah tersebut telah lahir anak dari bapak dan ibu yang namanya disebut dalam akta lahir tersebut. Dengan demikian, anak yang disebut dalam akta kelahiran, memiliki hubungan nasab dengan orang tua ayah dan ibu yang namanya tercantum dalam akta lahirnya. Berkenaan dengan pembuktian asal-usul anak, dalam Kompilasi Hukum Islam asal-usul anak hanya dapat dibuktikan dengan akta kelahiran dan alat bukti lainnya. Akan tetapi Pengadilan Agama diberikan kewenangan untuk mengeluarkan ketetapan itsbat bila tidak ada akta kelahiran dari anak tersebut. Pengadilan memeriksa asal-usul anak dengan mendasarkan pada alat-alat bukti yang sah, seperti keterangan saksi-saksi, tes DNA, pengakuan ayah istilhaq, sumpah ibunya dan alat-alat bukti lain yang sah menurut hukum. Atas dasar ketetapan Pengadilan Agama tersebut, maka instansi Pencatat Kelahiran yang ada dalam daerah hukum Pengadilan Agama mengeluarkan akta kelahiran bagi anak yang bersangkutan. Kompilasi Hukum Islam asal-usul anak diatur dalam Pasal 103 KHI yang menyatakan : 1. Asal-usul seorang anak hanya dapat dibuktikan dengan akta kelahiran atau alat bukti lainnya. 2. Bila akta kelahiran atau alat bukti lainnya tersebut dalam Ayat 1 tidak ada, maka Pengadilan Agama dapat mengeluarkan penetapan tentang asal-usul seorang anak setelah mengadakan pemeriksaan yang teliti berdasarkan bukti-bukti yang sah. 3. Atas dasar ketetapan Pengadilan Agama tersebut Ayat 2 maka instansi Pencatat Kelahiran yang ada dalam daerah hukum Pengadilan Agama tersebut yang mengeluarkan akta kelahiran bagi anak yang bersangkutan. 20 Akibat hukum dari anak yang dilahirkan akibat perbuatan zina dalam syariat Islam diatur bahwa si anak tidak mempunyai hubungan keturunan nasab, waris dan hak untuk menjadi wali nikah bagi anak perempuan dengan lelaki yang menyebabkan kelahirannya. Akan tetapi, lelaki yang menjadi bapaknya dapat dikenakan hukuman ta’zir untuk memberikan nafkah atau kebutuhan hidup si anak dan memberikan hartanya hak waris bila dia meninggal melalui wasiat wajibah.

D. Pewarisan Anak Luar kawin