SIKAP DEWAN PENGURUS WILAYAH PKS LAMPUNG TERHADAP HASIL SURVEI LSI TENTANG PENURUNAN POPULARITAS PARTAI ISLAM DAN CAPRES ISLAM PADA PEMILU 2014

(1)

SIKAP DPW PKS LAMPUNG TERHADAP HASIL SURVEI LSI

TENTANG PENURUNAN POPULARITAS PARTAI ISLAM DAN CAPRES ISLAM PADA PEMILU 2014

Oleh

Hanifah Nurul Aini

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA IlMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRACT

THE ATTITUDE OF REGIONAL LEADER COUNCILOF PKS LAMPUNG TO THE SURVEY RESULTS OF LSI ABOUT POPULARITY REDUCTION

ON ISLAMIC PARTY AND PRESIDENTIAL CANDIDATES IN 2014 ELECTION

by

HANIFAH NURUL AINI

Result of a survey conducted by the LSI about PKS decline in popularity has caused controversy in the community. It has an impact on the future of PKS because it threatens the vote in the 2014 elections.The purpose of this study is to examine the response of the board of PKS to its decrease of vote.

This research used descriptive qualitative research method. Data in this research were collected by using in-depth interviews method. The informants in this research were determined by using key informants and snowball techniques (rolling).

The results shows that the cognitive response of the Lampung PKS state that the popularity of Islamic parties did not declined, but its electability. In the affective aspect, PKS regional board council not agree to the LSI survey because the survey was not value-free and could not blindly trust the results of the survey. Furthermore, the response of the regional council board of PKS based on evaluative aspect is the absence of specific policies in response to the survey results of the LSI, the LSI survey results though will be used as material for the evaluation of the PKS council board.


(3)

ABSTRAK

SIKAP DEWAN PENGURUS WILAYAH PKS LAMPUNG TERHADAP HASIL SURVEI LSI

TENTANG PENURUNAN POPULARITAS PARTAI ISLAM DAN CAPRES ISLAM PADA PEMILU 2014

Oleh

HANIFAH NURUL AINI

Hasil survei yang dilakukan oleh LSI tentang penurunan popularitas PKS telah menimbulkan kontroversi pada masyarakat. Hal tersebut berdampak pada masa depan PKS karena mengancam perolehan suara PKS pada pemilu 2014. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji sikap dewan pengurus PKS terhadap penurunan suara PKS.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam. Penentuan informan menggunakan key informan dan teknik snow ball (bergulir).

Hasil penelitian menunjukan bahwa sikap dewan pengurus wilayah PKS Lampung berdasarkan aspek kognitif menyatakan bahwa popularitas partai Islam tidak mengalami penurunan tetapi elektabilitas partai Islam yang mengalami penurunan. Pada aspek afektif,dewan pengurus wilayah PKS tidak setuju terhadap hasil survei LSI dikarenakan survei tidak bebas nilai dan tidak bisa begitu saja mempercayai hasil survei. Selanjutnya sikap dewan pengurus wilayah PKS berdasarkan aspek evaluatif yaitu tidak adanya kebijakan khusus dalam menanggapi hasil survei LSI, meskipun demikian hasil survei LSI akan dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi dewan pengurus PKS.

Kata Kunci: hasil survei LSI, partai berbasis Islam, PKS, penurunan suara partai Islam.


(4)

(5)

(6)

(7)

xv DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA... 8

A. Partai Politik dan Fungsinya ... 8

B. Wajah Partai Politik ... 17

C. Sikap Politik ... 19

D. Kerangka Pikir ... 21

III. METODE PENELITIAN ... 23

A. Tipe dan Jenis Penelitian ... 23

B. Fokus Penelitian ... 24

C. Penentuan Informan ... 25

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27

E. Teknik Pengolahan Data ... 28

F. Teknik Penyajian Data ... 30

IV. GAMBARAN UMUM PKS ... 31

A. Sejarah PKS ... 31

B. Visi dan Misi PKS ... 32

C. DPW PKS Lampung ... 33

D. Struktru Kepengurusan DPW PKS Lampung ... 38

V. ANALISIS SIKAP DAN RESPON DPW PKS ... 40

LAMPUNG TERHADAP PENURUNAN POPULARITAS PARPOL ISLAM MENJELANG PEMILU 2014 A. Analisis Hasil Wawancara ... 40

B. Analisis Komponen Afektif Pada Sikap PKS DPW PKS Lampung terhadap Penurunan Popularitas Parpol Islam Pasca Pemilu 2009 Berdasarkan aspek afektif ... 41

C. Analisis Sikap PKS DPW PKS Lampung terhadap Penurunan Popularitas Parpol Islam Pasca Pemilu 2009 Berdasarkan aspek afektif ... 44


(8)

xvi

D. Analisis Komponen Evaluatif pada Sikap PKS DPW PKS Lampung terhadap Penurunan Popularitas Parpol Islam Pasca Pemilu 2009

Berdasarkan aspek afektif ... 47 VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 73 B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Struktur Dewan Pengurus Wilayah PKS Lampung ... 39 2. Analisis Hasil Wawancara ... 42


(10)

1

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan salah satu partai politik dengan basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 mengalami peningkatan mencapai 7% dan pada pemilu tahun 2009 suara yang diperoleh PKS stagnan pada angka 7% PKS memang mengalami peningkatan perolehan suara akan tetapi dibandingkan dengan partai politik yang berbasis nasionalis ataupun sekuler perolehan suara PKS masih sangat berbanding jauh

Perolehan suara partai Islam dari waktu ke waktu dapat dikatakan cenderung menurun. Dalam sejarah kepartaian, perolehan suara partai-partai berbasis agama mencapai puncaknya pada pemilu 1955 mencapai sekitar 48%. Pada era reformasi, sampai dengan saat ini, akumulasi perolehan suara partai berbasis agama menurun dratis. Pada pemilu 1999, akumulasi perolehan suara partai politik islam hanya mencapai 17,7%. Sedangkan pemilu 2004 akumulasi perolehan suara partai islam hanya mencapai 21,14%.

Pemilihan umum pertama kali dilaksanakan pada tahun 1955. Perolehan suara partai islam pada saat itu sedang berada pada puncaknya. Partai islam yang ikut serta pada pemilu 1955 meliputi Masyumi, Nahdlatul Ulama, dan PSII.


(11)

2 Pada pemilu 1955 perolehan suara Masyumi 21%, berada di urutan kedua dibawah PNI. Sedangkan perolehan suara NU diluar perkiraan banyak orang, yaitu 18%, menempati posisi ke-3 setelah PNI dan Masyumi. Jika pada kursi DPRS berdasarkan perkiraan Partai Nahdlatul Ulama hanya mendapat 8 kursi, berdasarkan hasil pemilu memperoleh hasil 45 kursi.

Pemilu yang dilaksanakan di Indonesia pada masa orde baru sebanyak enam kali yaitu pada tahun 1971, 1977, 1982, 1987, dan 1992. Perolehan suara partai Islam pada masa orde baru dapat dikatakan tidak begitu baik karena suara mayoritas dimiliki oleh Golkar. Pemilu 1999 merupakan pemilu pertama pasca mundurnya Presiden Suharto dari tampuk kekuasaan. Terdapat 48 partai politik yang ikut serta dalam pemilu. Perolehan suara partai Islam pada pemilu 1999 cenderung anjlok, hanya beberapa partai Islam yang memperoleh kursi di DPR.

Partai Keadilan Sejahtera yang pada saat itu masih bernama Partai Keadilan pertama kali mengikuti pemilihan umum. Partai Keadilan pada pemilu 1999 tidak mendapat dukungan signifikan dari pemilih, perolehan suara Partai Keadilan hanya 1,4%. Partai Islam yang mendapatkan perolehan suara cukup baik yaitu PPP dengan presentase suara 10.7%.

Pemilu 2004 merupakan pemilu kedua pasca jatuhnya presiden Suharto dan pemilu pertama dalam kerangka konstitusi pasca amandemen. Perolehan suara partai politik mengalami banyak perubahan meskipun Golkar masih menduduki peringkat pertama. Perolehan suara dari Partai Keadilan Sejahtera


(12)

3 mengalami peningkatan, melonjak hingga 700%. Perolehan suara dari partai Islam lainnya relatif stabil.

Melonjaknya perolehan suara dari Partai Keadilan Sejahtera belum bisa mewakili bahwa perolehan suara partai Islam cenderung baik. Hal tersebut disebabkan pada saat itu PPP yang merupakan partai Islam mencalonkan kadernya yaitu Hamzah Haz sebagai calon wakil presiden. Akan tetapi perolehan suara yang didapat oleh Hamzah Haz sangatlah miris yaitu hanya 3%. Suara tertinggi diraih oleh pasangan nasionalis yaitu SBY-JK dengan presentase suara 33.57%.

Pada pemilu 2009 menghasilkan 9 partai politik yang lolos ke dalam parliamentary threshold (PT) yaitu Partai Demokrat, Partai Golkar, PDIP, PPP, PKS, PAN, PKB, Gerindra dan Hanura. Kesembilan partai tersebut menjadi partai yang mendapat kursi di parlemen (Pamungkas:2011). Jika pada pemilu 2004 Partai Demokrat dan PKS merupakan partai dengan kekuatan yang cukup signifikan, hal tersebut tidak berlaku pada pemilu 2009, karena partai yang memiliki kekuatan yang signifikan pada Pemilu 2009 adalah Hanura dan Gerindra yang merupakan 2 partai politik yang baru saja didirikan. Perolehan suara partai Islam tertinggi diraih oleh PKS (7,89%), kemudian disusul oleh PPP (5,33%). Perolehan dari suara partai politik yang memiliki kedekatan dengan Islam seperti PAN dan PKB mengalami penurunan dan PBB menjadi Partai Pseudo Islam yang tidak mendapatkan kursi di parlemen.

Fakta bahwa perolehan suara partai Islam dari pemilu ke pemilu mengalami penurunan mengakibatkan banyak pihak yang mulai memprediksi masa depan


(13)

4 partai Islam. Pada pemilu 2014 (berdasarkan hasil survei LSI) sudah diprediksi popularitas partai Islam akan semakin merosot. Menurunnya kepercayaan masyaraat terhadap parpol Islam harus segera di antisipasi oleh para dewan pengurus parpol Islam. Selain itu, meskipun 8718% penduduk Indonesia (berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010) adalah pemeluk agama Islam, namun kebanyakan masyarakat memeluk agama Islam hanya secara nominal saja (abangan) Realita yang ada di dalam masyarakat meruapakan tantangan yang sangat besar bagi partai Islam untuk dapat meraih kemenangan pada pemilu 2014.

Hasil survei yang telah dirilis oleh LSI menyebutkan bahwa popularitas partai Islam mengalami penurunan dan hanya akan menjadi komplementer saja pada pemilu 2014. Di jelaskan lebih lanjut oleh Adjie Alfaraby (peneliti LSI) beberapa hal yang menjadi penyebab rendahnya popularitas partai dan tokoh Islam. Pertama, masih lemahnya pendanaan partai Islam dibanding partai-partai nasionalis. Tercatat 85,2% publik menilai partai-partai Islam kurang memiliki banyak modal dibanding partai nasionalis. Kedua, citra Islam yang makin memburuk seiring dengan maraknya aksi kekerasan yang mengatasnamakan Islam juga menjadi salah satu penyebab utama merosotnya popularitas partai dan tokoh Islam. Munculnya anarkisme yang mengatasnamakan Islam oleh kelompok-kelompok Islam tertentu membawa dampak munculnya kecemasan kolektif masyarakat Indonesia pada umumnya.

Seperti yang terjadi pada Ahmadiyah, Syiah dan pelanggaran pendirian rumah ibadah, hingga memunculkan kekhawatiran terhadap formalistik Islam.


(14)

5 Ketiga, saat ini partai nasionalis juga mengakomodasi kepentingan dan agenda kelompok Islam. Seperti Partai Demokkrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang memiliki Baitul Muslimin dan Partai Demokrat dengan majelis zikir SBY. Terlepas dari motifnya yang bersifat substantif atau pun simbolik. Keempat, Islam di Indonesia hanya bersifat kultural, belum terwujud dalam aspirasi politik. Mayoritas umat Islam di Indonesia tidak ingin partai dengan aroma Islam menjadi mayoritas. Penegasan ini didasarkan atas angka sebesar 67,8% pemilih Muslim yang lebih memilih partai nasionalis. “Islam Yes, Partai Islam No, jargon ini sudah menjadi kenyataan. Bukan sekadar ide atau gagasan yang disampaikan Cak Nur (Nurcholish Madjid)”.

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan salah satu parpol Islam yang eksistensinya bisa bertahan hingga saat ini. Perubahan PKS dari partai tertutup menjadi partai terbuka menandakan bahwa PKS telah menyadari bahwa mereka perlu meraih captive market yang lebih besar dari pemilu 2009. Menjelang pemilu 2014, PKS memiliki target untuk menjadi 3 besar. Sebagai partai yang memiliki tujuan untuk menjadi 3 besar, sudah seharusnya memiliki sikap terhadap hasil survei LSI yang menyatakan bahwa populaitas partai Islam mengalami penurunan. Hasil survei LSI telah menimbulkan kontroversi di masyarakat dan hal tersebut dapat mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap partai Islam dan parpol Islam. Masa depan PKS pada pemilu 2014 menjadi terancam karena hasil survei yang cenderung menyudutkan PKS akan mempengaruhi perolehan suara PKS pada pemilu 2014 .


(15)

6 Hasil survei yang menyudutkan PKS sudah seharusnya akan mempengaruhi sikap dari Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Lampung. Secara psikologi jika seseorang diberitakan buruk mengakibatkan orang tersebut tidak suka dengan pemberitaan itu. Begitu pun dengan DPW PKS Lampung, dengan hasil survey LSI yang menyatakan popularitas partai Islam mengalami penurunan popularitas pada pemilu 2014, sedangkan PKS termasuk salah satu partai yang sangat totalitas untuk meningkatkan perolehan suaranya.Hasil survei LSI yang menyebabkan terjadinya kontroversi di kalangan masyarakat dan dapat mempengaruhi masa depan PKS menjadi latar belakang masalah pada penelitian ini.

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah respon Dewan Pengurus Wilayah Partai Keadilan Sejahtera Lampung terhadap hasil survei LSI tentang penurunan popularitas partai Islam pada pemilu 2014

2. Upaya apakah yang akan dilakukan oleh Dewan Pengurus Wilayah Partai Keadilan Sejahtera Lampung dalam menanggapi hasil survei LSI tentang penurunan popularitas partai Islam pada pemilu 2014

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan bagaimana respon dan upaya yang dilakukan oleh PKS dalam mengatasi penurunan popularitas partai berbasis agama islam


(16)

7

D.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis dapat mengetahui pelaksanaan manajemen partai politik 2. Secara praktis manfaat dari penelitian ini adalah dapat mengetahui respon


(17)

8

II.TINJAUAN PUSTAKA A. Partai Politk dan Fungsinya

Sigmund Neumann menjelaskan partai politik sebagai organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintah serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau golongan lain yang mempunyai pandangan berbeda. Sedangkan menurut Undang-Undang No.2 tahun 2008 yang merupakan penyempurnaan dari Undang-Undang No. 31 tahun 2002 (Indonesia) tentang partai poltik, mendifinisikan partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dikutip dari buku dasar-dasar ilmu politik (Budiarjo:2004) Carl J. Friedrich mendefinisikan partai politik sebagai sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan


(18)

9 ini, memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil dan materil.

Partai politik merupakan organisasi yang berbeda dari organisasi lainnya karena partai politik dapat ikut serta dalam pesta demokrasi atau yang sering disebut dengan pemilihan umum Oleh karena itu terdapat berbagai bentuk pelekatan-pelekatan identitas terhadap partai politik begitupun dengan fungsi dari partai politik Ada begitu banyak pemahaman fungsi yang delekatkan kepada partai politik

Fungsi partai politik secara umum adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;

2. Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat;

3. Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara;

4. Partisipasi politik warga negara Indonesia; dan

5. Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

Dikutip dari pamungkas (2011) selama ini, berbagai fungsi yang dilekatkan pada partai politik dilekatkan begitu saja lewat mekanisme, dalam bahasa


(19)

10

LaPalambara, ‘fiat’ (Latin) atau ‘kun fayakun’ (Arab), artinya ‘jadi maka

jadilah, yang itu bersifat teoritis dan logis. Padahal partai politik itu – apakah fungsi, posisi, bobotnya dalam sistem politik – tidak dirancang oleh suatau teori tetapi ditentukan oleh kejadian-kejadian yang ada’ (Sartori:1976). Permasalahan-permasalahan partai politik berbeda dengan organisasi lainnya karena partai politik merupakan satu-satunya organisasi yang diperbolehkan mengikuti pemilu Oleh karena itu, jika partai politik menggunakan fungsi partai secara klasik seperti penjelasan diatas maka permasalahan-permasalahan yang ada didalam partai politik tidak dapat diselesaikan secara maksimal

VO Key membagi partai poltik dalam 3 kerangka bagian yaitu partai di pemilih (party in electorate) partai sebagai sebuah organisasi (party organization)  dan partai di institusi pemerintahan (Party in government) Russel J Dalton dan Martin P Wetenberg mendaftar sejumlah fungsi partai politik dari setiap bagian tersebut

Bagan 1 1

Tiga Bagian Partai Politik

Organisasi Partai Partai di Pemerintahan (komite partai pegawai pekerja) (para pejabat pemerintahan)

Partai di Elektorat (identifier dan pemilih partai)


(20)

11 Pertama adalah fungsi partai di elektorat (parties in the electorate) Pada bagian ini fungsi partai menunjuk pada penampilan partai politik dalam menghubungkan individu dalam proses demokrasi Terdapat empat fungsi partai yang termasuk dalam fungsi partai di elektorat pertama menyederhanakan pilihan bagi pemilih Politik adalah fenomena yang komplek Pemilih rata-rata mengalami kesulitan dalam memahami semua persoalan dan mengkonfortasi berbagai isu-isu dalam pemilu Partai politik

membantu untuk membuat politik “user friendly” bagi warga negara Label partai menyediakan kunci informasi singkat tentang bagaimana “orang-orang

seperti saya seharusnya memilih” Sekali pemilih mengetahui partai mana yang biasanya mewakili kepentingan mereka ini menjadi kunci informasi sebagai layar persepsi membantu bagaimana mereka melihat sebuah persoalan dan berperilaku ketika pemilihan

Kedua pendidikan warga negara Partai politik adalah edukator Pada konteks itu partai politik adalah mendidik mengonformasikan dan membujuk masayarakat untuk berperilaku tertentu Partai politik bertugas memberikan informasi politik yang penting bagi warga negara Selain itu partai politik juga mendidik warga negara mengapa mereka harus mengambil posisi kebijakan tertentu Pemilu menjadi salah satu kursus pendidikan warga negara yang bersifat masal Ketiga membangkitkan simbol identifikasi dan loyalitas Dalam sistem politik yang stabil pemilih membutuhkan jangkar politik dan partai politik dapat memenuhi fungsi itu Telah lama diyakini


(21)

12 bahwa loyalitas kepada partai dapat menghindarkan warganegara dari kerentanan terombang-ambing oleh para demagog Keterikatan partisan terhadap partai politik dapat melestarikan dan menstabilkan pemerintah demokratis menciptakan kesinambungan pilihan pemilih dan hasil pemilu Lebih lanjut partai politik menyediakan basis identifikasi politik yang terpisah dari Negara itu sendiri dan ketidakpuasan terhadap hasil pemerintah dapat langsung ditujukan kepada institusi-institusi spesifik daripada negara itu sendiri

Keempat mobilisasi rakyat untuk berpartisipasi Di hampir semua Negara demokratis partai politik memainkan peran penting dalam mendapatkan orang untuk memilih dan berpartisipasi dalam proses pemilihan Partai politik memainkan peran itu secara langsung Proses langsung melibatkan keaktifan organisasi pekerja partai untuk mendorong pemilihan Partai politik juga memobilisasi warganegara untuk terlihat dalam kampanye itu sendiri serta berpartisipasi dalam aspek-aspek lain proses demokratis Perasaan keterikataan partai adalah motivasi lebih lanjut untuk memilih dalam pemilihan dan terlibat dalam aktivitas politik lainnya Secara tidak langsung 

usaha partai untuk membuat partai politik lebih “user friendly” menurunkan biaya pemilihan dan hasil partisan dari aktivitas pemilih meningkatkan manfaat bagi masing-masing pendukung partai

Fungsi partai politik yang kedua menurut Russel J Dalton dan Martin P Wattenberg adalah fungsi partai sebagai organisasi (parties as organization)


(22)

13 Pada fungsi ini menunjuk pada funsi-fungsi partai yang melibatkan partai sebagai organisasi politik atau proses-proses didalam organisasi partai itu sendiri Pada bagian ini partai politik setidaknya memiliki empat fungsi Pertama rekruitmen kepemimpinan politik dan mencari pejabat pemerintah Fungsi ini sering disebut sebagai salah satu fungsi yang paling mendasar dari partai politik Pada fungsi ini partai politik aktif mencari meneliti dan mendesain kandidat yang akan bersaing dalam pemilu Desain rekruitmen kemudian menjadi aspek penting yang harus dipikirkan partai untuk menjalankan fungsi ini Kualifikasi siapa yang akan diseleksi siapa yang menyeleksi diarena mana kandidat diseleksi dan siapa yang memutuskan nominasi; serta sejauh mana derajat demokratisasi dan desentralisasi adalah pertanyaan-pertanyaan kunci dalam desain seleksi kandidat (Rahat dan Hazan 2001:Hazan 2006)

Kedua pelatihan elit politik Dalam fungsi ini partai politik melakukan pelatihan dan pembekalan terhadap elit yang prospektif untuk mengisi jabatan-jabatan politik Berbagai materi pelatihan dapat meliputi pemahaman tentang proses demokrasi norma-norma demokrasi prinsi-prinsip partai serta berbagai persoalan strategis yang dihadapi oleh bangsa dan pilihan-pilihan kebijakannya Fungsi ini dipercaya menjadi bagian vital kesuksesan kerja-kerja dari sistem demokrasi

Ketiga pengartikulasian kepentingan politik Kaum fungsionalis-struktural menempatkan fungsi ini sebagai funsi kunci dari partai politik Pada fungsi


(23)

14 ini partai politik menyuarakan kepentingan-kepentingan pendukungnya dalam berbagai isu politik dan dengan mengekspresikan pandangan pendukungnya dalam proses pemerintahan Dalam konteks ini partai politik tidak jauh berbeda dengan kelompok kepentingan khusus yang juga mengartikulasi kepentingan politik Meskipun demikian sentralisasi partai politik adalah penstrukturan fungsi tersebut dalam kampanye politik pengontrolan debat legislatif dan pengarahan langsung tindakan politisi untuk merepresentasikan kepentingan pendukungnya

Terakhir pengagregasian kepentingan politik Fungsi ini membedakan partai dengan kelompok kepentingan yaitu partai melakukan artikulasi dan agregasi kepentingan sedangkan kelompok kepentingan terbatas pada artikulasi kepentingan Fungsi agregasi kepentingan menunjuk pada aktivitas partai untuk menggabungkan dan menyeleksi tuntutan kepentingan dari berbagai kelompok sosial ke dalam alternative-alternatif kebijakan atau progam pemerintahan

Fungsi partai politik yang ketiga menurut Russel J Dalton dan Martin P Wattenberg adalah fungsi partai di pemerintahan (parties in government) Pada arena ini partai bermain dalam pengelolaan dan penstruktural persoalan-persoalan pemerintahan Partai telah identik dengan sejumlah aspek kunci demokratis Terdapat 7 fungsi utama partai di pemerintahan Pertama menciptakan mayoritas pemerintahan Fungsi ini dilakukan setelah pemilihan Partai-partai yang memperoleh kursi di parlemen dituntut untuk


(24)

15 menciptakan mayoritas politik agar dalam sistem parlementer dapat membentuk pemerintahan atau dalam sistem presidensiil mengefektifkan pemerintahan Apabila di parlemen tidak ada mayoritas absolut maka koalisi partai adalah sebuah keniscayaan Kunci penting terbentuknya formasi koalisi untuk membentuk pemerintahan adalah distribusi sumberdaya partai dan posisi kebijakan partai

Kedua pengorganisasian pemerintahan Pada fungsi ini partai politik menyediakan mekanisme untuk pengorganisasian kepentingan dan menjamin kerjasama diantara individu-individu legislator Di parlemen menjadi tanggung jawab partai untuk mengelola disiplin partai yang itu dapat dilakukan melalui berbagai variasi insentif dan mekanisme kontrol Partai memonitor legislator dan menengakan disiplin partai mengontrol pemilihan kepemimpinan parlementer dan alat kelelngkapannya serta mendistribusikan sumber daya parlemen kepada legislator

Ketiga implementasi tujuan kebijakan Ketika dipemerintahan partai politik adalah aktor sentral yang menentukan output kebijakan pemerintahan Normalnya pelaksanaan fungsi ini dibentuk dari transformasi manifesto partai dan janji kampanye Antara manifesto partai atau platform partai dan janji kampanye dengan kebijakan semestinya adalah linier Ketika berkuasa partai merealisasikan platform dan janji kampanyenya Keempat mengorganisasikan ketidaksepakatan dan oposisi Fungsi ini diperankan oleh partai-partai yang tidak menjadi bagian dari penguasa (eksekutif) Partai


(25)

16 yang tidak berkuasa membentuk blok politik diluar penguasa Pada fungsi ini partai oposisi mengembangkan alternatif kebijakan diluar kebijakan yang ditempuh penguasa Harapannya partai oposisi dapat menarik simpati pemilih sehingga di pemilihan berikutnya kekuasaan dapat diambil alih

Kelima menjamin tanggung jawab tindakan pemerintah Adanya partai oposisi menyiratkan kepada siapa tanggungjawab sebuah pemerintahan harus dibebankan yaitu partai penguasa Partai penguas bertanggungjawab terhadap berbagai tindakan yang dilakukan pemerintah Mekanisme ini menjadikan pemilih lebih mudah untuk memberikan kredit atau penghukuman atas keberhasilan dan kegagalan sebuah pemerintahan Jika pemilih merasa puas dengan kinerja pemerintah maka mereka dapat memberikan ganjaran kepada partai penguasa tetapi apabila pemilih merasa tidak puas maka suara dapat diberikan kepada partai oposisi

Keenam kontrol terhadap administrasi pemerintahan Fungsi ini terkait dengan peran partai dalam ikut mengontrol birokrasi pemerintahan Peran itu diwujudkan dalam keterlibatan partai dalam menyeleksi sejumlah individu-individu yang akan menempati jabatan politik tertentu yang sudah disepakati Terakhir adalah memperkuat stabilitas pemerintahan Stabilitas pemerintahan secara langsung terkait dengan tingkat kesatuan partai politik Stabilitas partai membuat stabil pemerintah dan stabilitas pemerintah berhubungan dengan stabilitas demokrasi Dalam kerangka itu fungsi partai untuk memperkuat satbilitas pemerintahan dan demokrasi adalah menjaga stabilitas


(26)

17 partai Kesatuan partai politik perlu dipelihara sedemikian rupa agar dapat memperkuat stabilitas pemerintahan

Russel J Dalton dan Martin P Wetenberg membagi fungsi partai menjadi 3 yaitu fungsi partai di elektorat (parties in the electorate) fungsi partai sebagai organisasi (parties as organization) fungsi partai di pemerintahan (parties in government) Ketiga fungsi tersebut merupakan dasar sebuah partai untuk melaksanakan berbagai upaya-upaya ataupun tindakan sehingga partai tidak hanya muncul ketika pemilu tiba

Salah satu hal yang sangat mendasar adalah bagaimana partai dapat memposisikan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat dalam hal ini terletak pada fungsi partai di elektorat sehingga segmentasi suara masyarakat dapat terjaga dan partai pun harus tetap konsisten dengan peranannya di dalam pemerintah sehingga masyarakat merasakan aspirasi-aspirasinya dapat terwakili melalui partai politik yang dipilihnya Fungsi partai politik di elektoral menjadi hal yang sangat penting karena salah satu spesialisasi dari partai politik adalah mengikuti pemilihan umum, sedangkan dalam pemilihan umum partai politik harus mendapatkan suara dari masyarakat agar dapat memenangkan pemilu.

B. Wajah Partai Politik

Katz dan Mair menggunakan istilah wajah organisasi partai untuk menunjukkan tiga konteks yang dihadapi partai. Wajah pertama adalah partai pada akar rumput. Pada level ini partai menghadapi konteks lokal, partai


(27)

18 lokal, pendukung, serta masyarakat pemilih. Wajah oganisasi partai yang kedua adalah partai pada level pusat. Pada level ini partai menghadapi konteks nasional, partai-partai lain, dan negara. Wajah organisasi partai yang ketiga adalah partai pada level pemerintahan. Pada level ini partai menghadapi konteks dalam pemerintahan, fraksi-fraksi lain, komisi, dan negara.

Dari ketiga wajah partai tersebut sangat penting untuk segera dibenahi karena partai politik memiliki peranan yang penting dalam memajukan kehidupan berdemokrasi bangsa. Pertama; wajah yang pertama yakni partai pada akar rumput; pada dasarnya hubungan partai politik dengan masyarakat sangat sederhana, partai politik membutuhkan suara pemilih dalam pemilihan umum, artinya partai politik harus lebih responsif serta mempunyai kemampuan mendengar dan menjawab berbagai persoalan yang ada di masyarakat sebelum partai politik tersebut mengeluarkan program-program dan kebijakan partai. Ruang ini merupakan ruang yang penting bagi tumbuh kembangnya suatu partai politik karena pada akar rumput inilah seharusnya pengkaderan anggota partai dimulai sehingga partai tidak kewalahan dalam memilih kader untuk saling berkontestasi pada pemilihan umum.

Kedua; wajah partai yang kedua adalah partai politik pada level pusat; pada level ini partai dalam membuat rencana kerja ataupun kebijakan tetap harus berkoordinasi dengan partai pada level akar rumput karena partai pusat merupakan payung pendukung aktifitas dan koordinator berbagai kepentingan. Ketiga; wajah partai politik pada level pemerintahan;


(28)

manuver-19 manuver politik yang dilakukan partai politik pada level ini dimaksudkan agar daerah lebih mempunyai bargaining power terhadap pemerintah pusat guna mengedepankan kepentingan daerah.

Wajah partai pada akar rumput merupakan inti sesungguhnya dari rekruitmen sebuah partai karena pada level ini partai berhadapan langsung dengan masyarakat Hubungan yang baik antara partai dengan masyarakat dapat menimbulkan sebuah ikatan emosional yang baik sehingga secara tidak langsung masyarakat memiliki sebuah ketertarikan dan kecenderungan terhadap partai tersebut Jika dianalogikan seseorang yang memiliki ikatan emosional yang baik maka tingkat kepercayaannya terhadap seseorang menjadi cukup tinggi Apabila hal tersebut diaplikasikan pada konsep kepartaian meskipun sebuah partai mendapatkan pemberitaan dari media yang kurang mendukung atau bahkan cenderung menjatuhkan jika masyarakat memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap sebuah partai maka hal tersebut kurang mempengaruhi pola pikir masyarakat

C. Sikap Politik

Menurut Fishben & Ajzen, sikap sebagai predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara konsisten dalam cara tertentu berkenaan dengan objek tertentu. Sherif & Sherif menyatakan bahwa sikap menentukan keajegan dan kekhasan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan stimulus manusia atau kejadian tertentu. Sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan


(29)

20 timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003).

L.L. Thurstone dalam Abu Ahmadi (2002:163) mengemukakan bahwa “Sikap sebagai suatu tingkatan efek baik itu positif ataupun negarif dalam hubungan dengan objek-objek psikologi. Efek positif yaitu efek senang dengan demikian adanya sikap menerima atau setuju, sedangkan efek negatif adalah

sikap menolak atau tidak senang”. Menurut Bimo Walgito (1999:52), memberikan pengertian sikap yang menggerakan untuk bertindak, menyertai manusia dengan perasaan tertentu didalam menanggapi objek dan terbentuknya atas dasar pengalaman. Sehingga yang dimaksud sikap adalah kecenderungan yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan efek positif yaitu senang atau setuju dan efek negatif yang merupakan perasaan menolak terhadap suatu objek atau situasi tertentu.

Berdasarkan pandangan para ahli, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah tindakan atau tingkah laku seseorang sebagai respon terhadap suatu objek berdasarkan nilai-nilai yang telah dipelajarai dan dipahami.

Gabriel Almond (1956) dalam teori budaya politiknya menyatakan bahwa budaya politik adalah sikap atau orientasi individu terhadap peranan yang dapat dimainkan dalam sebuah sistem politik. Selanjutnya Almond (1956) membagi komponen sikap tersebut menjadi tiga yaitu:


(30)

21 1. Komponen kognitif

Komponen kognitif merupakan pemahaman dan keyakinan individu terhadap sistem politik dan atributnya.

2. Komponen afektif

Komponen afektif merupakan komponen yang menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Komponen sikap afektif perlu mendapatkan penekanan secara khusus karena sikap afektif ini merupakan sumber motif yang terdapat di dalam diri seseorang. Menurut Abu Ahmadi (2002:162) Aspek afektif yaitu aspek yang berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, antipasti dan sebagainya yang ditujukan kepada objek-objek tertentu

3. Komponen evaluatif

Komponen evaluatif yaitu keputusan dan pendapat seseorang tentang obyek-obyek politik yang secara tipikal melibatkan standar nilai dan kriteria dengan informasi dan perasaan. Norma-norma yang dianut menjadi dasar dan sikap penilaian atau evaluasi terhadap sistem politik.

D. Kerangka Pikir

Menurut Fishben & Ajzen, sikap sebagai predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara konsisten dalam cara tertentu berkenaan dengan objek tertentu. Sherif & Sherif menyatakan bahwa sikap menentukan keajegan dan kekhasan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan stimulus manusia atau kejadian tertentu. Sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan


(31)

22 timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003).

Berdasarkan pandangan para ahli, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah tindakan atau tingkah laku seseorang sebagai respon terhadap suatu objek berdasarkan nilai-nilai yang telah dipelajarai dan dipahami. Almond (1956) membagi komponen sikap menjadi 3 yaitu: Afektif, Kognitif, dan Evaluatif.

Bagan Kerangka Pikir

MenjelangPemilu 2014

Hasil Survei LSI

Sikap DPW PKS Lampung Berdasarkan Komponen Sikap Kognitif, Afektif, dan Evaluatif


(32)

23

III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptip bertujuan untuk mengumpul informasi secara rinci yang melukiskan gejala yang ada mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan parktik-praktik yang berlaku

Bogdan dan Taylor (Basrowi : 2008 : 21) mendifinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh) . Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke variabel atau hipotesis, tetapi perlu

memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan”.

Sependapat dengan definisi tersebut, Krik dan Miller (1986:9) mendefiniskan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosoial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut


(33)

24 Proses yang dilakukan dalam penelitian ini memerlukan waktu dan kondisi yang berubah-ubah maka definisi penelitian ini akan berdampak pada desain penelitian dan cara-cara dalam melaksanakannnya yang juga berubah-ubah atau bersifat fleksibel. Sasaran penelitian kualitatif utama ialah manusia karena manusialah sumber masalah, artefak, peninggalan-peninggalan peradaban kuno dan lain sebagainya. Intinya sasaran penelitian kualitatif ialah manusia dengan segala kebudayaan dan kegiatannya.

B. Fokus Penelitian

Dalam suatu penelitian sangat penting adanya fokus penelitian karena fokus penelitian akan dapat membatasi studi yang akan diteliti Tanpa adanya fokus penelitian peneliti akan terjebak oleh melimpahnya volume data yang diperoleh di lapangan

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan penelitiannya pada sikap dan respon DPW PKS terhadap hasil survei LSI tentang penurunan popularitas partai Islam dan capres Islam pada pemilu 2014. Sehingga dapat diketahui respon apakah yang diberikan oleh DPW PKS terhadap hasil survei LSI tentang penurunan popularitas partai Islam dan capres Islam pada pemilu 2014. Sikap DPW PKS terhadap hasil survei LSI meliputi sikap setuju maupun tidak setuju. Jika DPW PKS Lampung setuju dengan hasil survei LSI maka sikap yang diberikan dapat berupa sebuah kebijakan yang menghasilkan tindakan berupa progam kerja ataupun sebuah sosialisasi politik terhadap kader-kader PKS maupun masyarakat. Selanjutnya sikap DPW PKS


(34)

25 Lampung terbagi menjadi tiga komponen yaitu yang terdiri dari kognitif, afektif, dan evaluatif (Almond 1956), ketiga komponen sikap tersebut saling mempengaruhi terbentuknya sikap.

C. Penentuan Informan

Pada penelitian ini penulis menggunakan narasumber untuk mendapatkan data Dalam penelitian ini penulis menggunakan Informan dan Informan Kunci Untuk melakukan penelitian diperlukan adanya informan dan informan kunci untuk mendapatkan data yang diperlukan

Menurut Moleong (2006:132)  informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberi informasi tentang suatu situasi dan kondisi latar penelitian Seorang informan adalah sumber data yang dibutuhkan oleh penulis dalam sebuah penelitian Informan Kunci merupakan kunci informasi yang memiliki pengetahuan yang lebih luas dan mendalam untuk bisa menjawab permasalahan yang diteliti oleh penulis

Dalam penelitian ini penentuan informan dan informan kunci diperoleh dari DPW PKS Lampung sesuai dengan apa yang akan diteliti oleh penulis Selain dari dewan pengurus wilayah PKS Lampung, narasumber penelitian ini juga terdiri darai pihak netral agar validitas penilitian ini dapat tercapai. Teknis yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam Untuk melakukan wawancara mendalam diperlukan adanya informan kunci


(35)

26 Adapun informan kunci pada penelitian ini adalah ketua DPW PKS Lampung Gufron Aziz Fuadi

Informan pada penelitian ini berjumla sebanyak 7 orang yang terdiri dari 4 orang dari dewan pengurus wilayah DPW PKS Lampung, 2 orang akademisi Universitas Lampung dan 1 orang aktivis mahasiswa. Adapun identitas informan sebagai berikut:

1. Drs.H. Gufron Azis Fuadi

Adalah ketua DPW PKS Lampung periode 2010-2014 dan merupakan informan kunci (key informan) pada penelitian ini.

2. Linda Wuni, S.P.

Adalah ketua bidang perempuan DPW PKS Lampung periode 2010-2014 3. Ade Ibnu Utami, S.E.

Adalah Ketua Bidang Pengembangan Pemilu dan Pemilukada 4. Cucu Mulyono

Adalah ketua bidang kepanduan DPW PKS Lampung 5. Budi Kurniawan, S.IP.M.Pub.Pol.

Adalah akademisi dari Universitas Lampung 6. Roby Cahyadi K, S.IP.M.A.

Adalah akademisi dari Universitas Lampung 7. Feri Firdaus, S.I.Kom.


(36)

27 D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengambilan data dalam penelitian kualitatif sangat beragam, hal ini disebabkan karena sifat dari penelitian kualitatif terbuka dan luwes, tipe dan metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif sangat beragam, disesuaikan dengan masalah, tujuan penelitian, serta sifat objek yang diteliti. Jika diperhatikan, metode yang paling banyak digunakan dalam penelitian kualitatif adalah metode wawancara dan observasi. Maka dengan itu, penelitian ini pun menggunakan metode yang sama yaitu metode wawancara. Alasan dipilihnya metode wawancara dalam penelitian ini adalah karena didalam penelitian ini, informasi yang diperlukan adalah berupa kata-kata yang diungkapkan subjek secara langsung, sehingga dapat dengan jelas menggambarkan perasaan subjek penelitian dan mewakili kebutuhan informasi dalam penelitian.

Banister, dkk (dalam Poerwandari, 2007) mengungkapkan wawancara adalah percakapan dan proses tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain. Menurut Stewan dan Cash (2000), wawancara adalah suatu proses komunikasi interaksional antara dua orang, setidaknya satu diantaranya memiliki tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, dan biasanya melibatkan pemberian dan menjawab pertanyaan. Wawancara yang


(37)

28 dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam yaitu wawancara yang tetap menggunakan pedoman wawancara, namun penggunaannya tidak seketat wawancara terstruktur. Penelitian ini menggunakan pedoman wawancara yang bersifat umum, yaitu pedoman wawancara yang harus mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek (checklist) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau dinyatakan (Purwandari, 2001). Adapun aspek yang ingin diungkap peneliti melalui wawancara dalam penelitian ini adalah bagaimana sikap DPW PKS terhadap penurunan popularitas partai Islam pasca pemilu 2009 dan upaya-upaya apa saja yang telah dilakukan oleh PKS untuk menanggapi permasalahan tersebut

Selain menggunakan metode wawancara penulis juga menggunakan metode dokumentasi sebagai data pendukung atas hasil wawancara yang telah diperoleh Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen

E. Teknik Pengolahan Data

Mile dan Huberman seperti yang dikutip oleh Basrowi (2008: 209-210), menyebutkan ada tiga langkah pengolahan data kualitatif, yakni reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing and verification). Dalam pelaksanaannya reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi, merupakan sebuah


(38)

29 langkah yang sangat luwes, dalam arti tidak terikat oleh batasan kronologis. Secara keseluruhan langkah-langkah tersebut saling berhubungan selama dan sesudah pengumpulan data, sehingga model dari Miles dan Huberman disebut juga sebagai Model Interaktif.

Berdasarkan pada penjelasan yang telah dikembangkan oleh Agus Salim (2006: 22-23), dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:

1. Reduksi data (data reduction), dalam tahap ini peneliti melakukan pemilihan, dan pemusatan perhatian untuk penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh.

2. Penyajian data (data display). Peneliti mengembangkan sebuah deskripsi informasi tersusun untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Display data atau penyajian data yang lazim digunakan pada langkah ini adalah dalam bentuk teks naratif.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and verification). Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi dengan mencari makna setiap gejala yang diperolehnya dari lapangan, mencatat keteraturan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas dari fenomena, dan proposisi.

Dalam sebuah penelitian, analisis data dilakukan atas statemen (statement) atau pernyataan yang dikemukakan oleh para informan. Hal ini dilakukan dengan cara, peneliti membaca seluruh transkrip wawancara yang ada dan mendeskripsikan seluruh pengalaman yang ditemukan di lapangan. Berdasarkan upaya pada tahap yang dikemukakan tersebut akan diketahui


(39)

30 makna baik makna konotatif-denotatif atau makna implisit dan eksplisit dari pernyataan atas topik atau objek.

Selanjutnya uraian makna itu sendiri akan memperlihatkan tema-tema makna (meaning themes) yang menunjukkan kecenderungan arah jawaban atau pengertian yang dimaksudkan oleh para informan. Serta aspek penting lain yang dianalisis dalam fenomenologis adalah penjelasan holistik dan umum tentang sebuah pembicaraan dengan subjek penelitian. Dari penjelasan umum tersebut harus ditarik keterkaitan antar makna yang dikembangkan pada setiap topik yang dibicarakan selama proses wawancara berlangsung (general description of the experience).

Keabsahan data penelitian dapat dilihat dari kemampuan menilai data dari aspek validitas dan reliabilitas data penelitian. Untuk menguji validitas penelitian dapat dilakukan dengan metode triangulasi di mana peneliti menemukan kesepahaman dengan subjek penelitian. Sedangkan reliabilitas dapat dilakukan dengan melakukan atau menerapkan prosedur fieldnote atau catatan lapangan dengan prosedur yang akan ditetapkan (Kirk dan Miller, 1986: 41-42).

F. Teknik Penyajian Data

Dalam metode penelitian terdapat dua cara penyajian data yang sering dilakukan, yaitu: daftar atau tabel, dan grafik atau diagram. Pada penelitian ini penyajian data menggunakan daftar atau tabel


(40)

BAB IV

Gambaran Umum Partai Keadilan Sejahtera

A. Sejarah PKS

Pada 20 Juli 1998 PKS berdiri dengan nama awal Partai Keadilan (disingkat PK) dalam sebuah konferensi pers di Aula Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta. Presiden (ketua) partai ini adalah Nurmahmudi Isma'il.

Pada 20 Oktober 1999 PK menerima tawaran kursi kementerian Kehutanan dan Perkebunan (Hutbun) dalam kabinet pemerintahan KH Abdurrahman Wahid, dan menunjuk Nurmahmudi Isma'il (saat itu presiden partai) sebagai calon menteri. Nurmahmudi kemudian mengundurkan diri sebagai presiden partai dan digantikan oleh Hidayat Nur Wahid yang terpilih pada 21 Mei 2000. Pada 3 Agustus 2000 Delapan partai Islam (PPP, PBB, PK, Masyumi, PKU, PNU, PUI, PSII 1905) menggelar acara sarasehan dan silaturahmi partai-partai Islam di Masjid Al-Azhar dan meminta Piagam Jakarta masuk dalam Amandemen UUD 1945.

Akibat UU Pemilu Nomor 3 Tahun 1999 tentang syarat berlakunya batas minimum keikutsertaan parpol pada pemilu selanjutnya (electoral threshold) dua persen, maka PK harus merubah namanya untuk dapat ikut kembali di pemilu berikutnya. Pada 2 Juli 2003, Partai Keadilan Sejahtera (PK Sejahtera) menyelesaikan seluruh proses verifikasi Departemen Kehakiman


(41)

32

dan HAM (Depkehham) di tingkat Dewan Pimpinan Wilayah (setingkat Propinsi) dan Dewan Pimpinan Daerah (setingkat Kabupaten/Kota). Sehari kemudian, PK bergabung dengan PKS dan dengan penggabungan ini, seluruh hak milik PK menjadi milik PKS, termasuk anggota dewan dan para kadernya. Dengan penggabungan ini maka PK (Partai Keadilan) resmi berubah nama menjadi PKS (Partai Keadilan Sejahtera).

Setelah Pemilu 2004, Hidayat Nur Wahid (Presiden PKS yang sedang menjabat) kemudian terpilih sebagai ketua MPR masa bakti 2004-2009 dan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden PK Sejahtera. Pada Sidang Majelis Syuro I PKS pada 26 - 29 Mei 2005 di Jakarta, Tifatul Sembiring terpilih menjadi Presiden PK Sejahtera periode 2005-2010. Seperti Nurmahmudi Isma'il dan Hidayat Nur Wahid disaat Tifatul Sembiring dipercaya oleh Susilo Bambang Yudhoyono Presiden Indonesia ke 6 sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika. Maka estafet kepemimpinan pun berpindah ke Luthfi Hasan Ishaq sebagai pjs Presiden PK Sejahtera. Pada Sidang Majelis Syuro PKS II pada 16 - 20 Juni 2010 di Jakarta, Luthfi Hasan Ishaq terpilih menjadi Presiden PK Sejahtera periode 2010-2015.

B. Visi dan Misi PKS

Pada Anggaran Dasar PKS yang tertuang dalam bab II pasal 5, visi PKS adalah menjadi partai pelopor dalam mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Adapun cita-cita bangsa Indonesia yang terdapat pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 meliputi: melindungi segenap bangsa dan


(42)

33

seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial

Selanjutnya misi PKS yang dijelaskan pada pasal 6 adalah menjadikan partai sebagai sarana perwujudan masyarakat madani yang adil, sejahtera, dan bermartabat yang diridhai Allah subhanahu wa ta’ala, dalam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Masyarakat Madani adalah masyarakat berperadaban tinggi dan maju yang berbasiskan pada: nilai-nilai, norma, hukum, moral yang ditopang oleh keimanan; menghormati pluralitas; bersikap terbuka dan demokratis; dan bergotong-royong menjaga kedaulatan Negara.

C. Dewan Pengurus Wilayah PKS Lampung

Menurut ADART Partai Keadilan Sejahtera, Dewan Pengurus Wilayah (DPW) adalah peyelenggara eksekutif Partai tingkat provinsi dan pengarah progam struktur organisasi partai di tingkat kabupaten/kota berkedudukan di ibu kota provinsi. Kepengurusan Dewan Pengurus Wilayah disesuaikan dengan Dewan Pengurus Pusat, sekurang-kurangnya terdiri atas: Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, Sekertaris Umum, dan Bendahara Umum. Berdasarkan ADART Partai Keadilan Sejahtera, tugas Dewan Pengurus Wilayah terbagi menjadi tiga yaitu: tugas struktural, tugas konsepsional, dan tugas manajerial.


(43)

34

Tugas struktural Dewan Pengurus Wilayah adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan kebijakan Partai sesuai dengan tugas dan fungsi Dewan Penngurus Wilayah;

b. Melaksanakan kebijakan-kebijakan yang diamanatkan oleh Dewan Pengurus Pusat, Putusan Musyawarah Wilayah, dan hasil musyawarah Dewan Pimpinan Tingkat Wilayah;

c. Membentuk dan menetapkan struktur organisasi dan kepengurusan Dewan Pengurus Daerah, dengan memperhatikan rekomendasi Dewan Pimpinan Tingkat Wilayah;

d. Atas perintah Dewan Pengurus Pusat, membekukan struktur organisasi dan kepengurusan Dewan Pengurus Daerah beserta seluruh struktur organisasi dan kepengurusan Partai di bawahnya;

e. Mengusulkan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia kepada Dewan Pengurus Pusat atas rekomendasi Dewan Pimpinan Tingkat Wilayah dengan memperhatikan usul Dewan Pengurus Daerah Terkait;

f. Mengusulkan calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi kepada Dewan Pengurus Pusat atas rekomendasi Dewan Pimpinan Tingkat Wilayah dengan memperhatikan usul Dewan Pengurus Daerah Terkait; g. Melakukan seleksi calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

kabupaten/kota yang diusulkan oleh Dewan Pengurus Daerah;

h. Merekomendasikan calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada huruf g, kepad Dewan Pengurus Pusat;


(44)

35

i. Mengusulkan calon gubernur dan/atau wakil walikota kepada Dewan Pengurus Pusat sesuai dengan rekomendasi Dewan Pimpinan Tingkat Wilayah dengan memperhatikan usul Dewan Pengurus Daerah terkait; j. Mengusulkan calon bupati dan/atau wakil bupati atau walikota dan/atau

wakil walikota kepada Dewan Pengurus Pusat sesuai dengan rekomendasi Dewan Pimpinan Tingkat Wilayah dengan memperhatikan usul Dewan Pengurus Daerah terkait;

k. Menarik dan mengelola Iuran Anggota sesuai dengan Panduan Dewan Pengurus Pusat;

l. Menerima dan mengelola hibah, dan sumbangan sukarela yang halal, sah, dan tidak mengikat;

m.Menyelenggarakan Musyawarah Wilayah atas perintah Dewan pengurus Pusat;

n. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Dewan Pengurus Pusat Melalui Musyawarah Wilayah.

Tugas konsepsional Dewan Pengurus Wilayah sebagai berikut:

a. Menyusun rencana progam dan anggaran tahunan Dewan Pengurus Wilayah beserta struktur organisasi Partai dibawahnya yang selanjutnya diajukan ke Dewan Pengurus Pusat;

b. Mengompilasi rencana progam dan anggaran tahunan Dewan Pengurus Wilayah dengan rencana progam dan anggaran tahunan Majelis Pertimbangan Wilayah dan Dewan Syariat Wilayah;

c. Menetapkan produk-produk konsepsional untuk bidang-bidang tugas dan struktur organisasi Partai dibawahnya.


(45)

36

Tugas manajerial Dewan pengurus Wilayah adalah sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan pengarahan dan evaluasi struktur organisasi, kepengurusan, dan pelaksanaan progam Dewan Pengurus Daerah;

b. Atas persetujuan Dewan Pengurus Pusat, membentuk dan mengkordinasikan lembaga-lembaga pendukung Partai dengan memperhatikan reomendasi Dewan Pimpinan Tingkat Wilayah;

c. Merancang dan melaksanakan proyeksi, nominasi, promosi, dan mutasi Anggota di wilayah kerjanya sesuai dengan Panduan Dewan Pengurus Pusat;

d. Melaksanakan kordinasi anggota yang menjabat sebagai anggota leglislatif, Fraksi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi, dan eksekutif;

e. Atas persetujuan Dewan Pengurus Pusat melaksanakan tugas, fungsi, dan kewenangan Dewan Pengurus Daerah sejauh struktur organisasi dan kepengurusan tersebut belum terbentuk atau tidak efektif;

f. Menyampaikan laporan kerja dan kinerja, pelaksanaan progam, dan realisasi anggaran setiap 6 (enam) bulan kepada Dewan Pengurus Pusat.

Tugas operasional Dewan Pengurus Wilayah adalah sebagai berikut: a. Mensosialisasikan pandangan dan pernyataan resmi partai;

b. Melaksanakan rekruitmen dan kaderisasi, serta pendidikan dan pelatihan kewilayahan, keorganisasian, manajemen, dan politik, serta kepemimpinan.


(46)

37

Persyaratan umum untuk menjadi Dewan Pengurus Wilayah yaitu: 1) pernah menjadi pengurus dalam kepengurusan struktur organisasi partai sekurang-kurangnya di tingkat provinsi atau kabupaten/kota; 2) bertakwa, berakhlak mulya, berpegang teguh kepada nilai-nilai moral dan kebenaran, adil, serius dalam kemaslahatan dan persatuan bangsa, serta jauh dari fanatisme kepentingan pribadi dan golongan; 3) memiliki wawasan sosial, politik, hukum, dan kewilayahan yang memungkinkannya melaksanakan tugas; 4) memiliki pengetahuan yang cukup tentang kewilayahan, keorganisasian, administrasi, dan manajemen; 5) memiliki kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsi Dewan Pengurus Wilayah; 6) menyediakan waktu dan kesempatan yang cukup untuk melaksanakan tugas Dewan Pengurus Wilayah.

Selain persyaratan umum untuk menjadi Dewan Pengurus Wilayah terdapat beberapa persyaratan khusus yang harus terpenuhi, antara lain sebagai berikut: 1) untuk jabatan Ketua Umum/Wakil Ketua Umum, serta ketua dan Sekertaris Bidang Kaderisasi sekurang-kurangnya adalah Anggota Ahli dengan masa keanggotaan sekutang-kurangnya 2 (dua) tahun; 2) untuk jabatan Wakil Ketua Umum, Sekertaris Umum, dan Bendahara Umum sekurang-kurangnya Anggota Ahli; 3) untuk Jabatan Ketua dan Sekertaris Bidang lainnya, Ketua dan Sekertaris Badan, Wakil Sekertaris Umum, serta Wakil Bendahara Umum sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun; 4) untuk jabatan-jabatan lain sekurang-kurangnya anggota dewasa.


(47)

38

D. Struktur Kepengurusan DPW PKS Lampung

Berdasarkan Surat Keputusan DPP Partai Keadilan Sejahtera Nomor: 009/D/SKEP/DPP-PKS/1432 tentang Pengangkatan Pengurus Partai Keadilan Sejahtera Provinsi Lampung Periode 2010-2015 yang ditetapkan di Jakarta pada 26 Rabiul Awal 1432 H/ 01 Maret 2011 M, struktur kepengurusan Dewan Pengurus Wilayah PKS Provinsi Lampung adalah sebagai berikut: .

Struktur Dewan Pengurus Wilayah Partai Keadilan Sejahtera Provinsi Lampung Periode 2010-2015

Ketua Umum Drs. H. Gufron Aziz Fuadi Wakil Ketua Umum Ir. H. Johan Sulaiman, M.M. Sekertaris Umum Ir. H. Murdiansyah Mulkam Wakil Sekertaris Umum Detti Febrina, S.P.

Bendahara Umum H. Agus Kurniawan, S.T. Wakil Bendahara Umum Oktaviantimala, S.Pd. Ketua Bidang Pembinaan Anggota H. Komarudin, Lc Sekertaris Bidang Pembinaan Anggota Evi Virdiana, S.Si Ketua Bidang Perempuan Linda Wuni, S.P. Sekertaris Bidang Perempuan Budi Lestari, S.T. Ketua Bidang Generasi Muda dan

Profesi

Aep Saripudin, S.P. Sekertaris Bidang Generasi Muda dan

Profesi

Suci Kurniaty, S.P. Ketua Bidang Kepanduan dan Olahraga Cucu Mulyono Sekertaris Bidang Kepanduan dan

Olahraga

Erawati, S.Si.

Ketua Bidang Kebijakan Publik Ir. H. Ahmad Juanidy Auly, M.M. Sekertaris Bidang Kebijakan Publik Vittorio Dwison, S.IP.

Ketua Bid. Pemilu dan Pemilukada Ade Utami Ibnu, S.E. Sek. Bid. Pemilu dan Pemilukada Aep Susanto, S.Si Ketua Bidang Buruh Petani dan

Nelayan

Ir. Efan Tolani, M.AP Sekertaris Bidang Buruh Petani dan

Nelayan

Diktri Ariansyah, S.P Ketua Bidang Dakwah I H. Ibnu Nizar

Ketua Bidang Dakwah II H. Mardani Umar, S.H. Ketua Bidang Pembinaan Ummat Ir. H. Akhmadi Sumaryanto Sekertaris Bidang Pembinaan Ummat Tri Sakti Wijayana, S.Pd. Ketua Bidang Pengembangan Ekonomi

dan Kewirausahaan


(48)

39

Sekertaris Bidang Pengembangan Ekonomi dan Kewirausahaan

Tri Agustina, S.E. Ketua Bidang Kelembagaan Sosial Yusuf Efendi, S.E.


(49)

73

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai sikap DPW PKS Lampung terhadap hasil survey LSI tentang penurunan popularitas parpol Islam dan capres Islam menyimpulkan sebagai berikut: 1. Sikap DPW PKS Lampung terbagi menjadi tiga komponen sikap sesuai

dengan teori Gabriel Almond (kognitif, afektif, dan evaluatif) adalah sebagai berikut:

1. Sikap DPW PKS Lampung terhadap hasil survei lsi tentang penurunan popularitas parpol Islam dan capres Islam berdasarkan aspek kognitif menyatakan bahwa popularitas partai Islam tidak mengalami penurunan tetapi elektabilitas partai Islam yang mengalamu penurunan.

2. Sikap DPW PKS Lampung terhadap hasil survei LSI tentang penurunan popularitas parpol Islam dan capres Islam berdasrkan aspek afektif adalah tidak setuju dengan hasil survei LSI dikarenakan setiap survei tidak bebas nilai dan tidak bisa begitu saja mempercayai hasil survei. Hal tersebut sesuai dengan teori sikap bahwa sikap sebagai suatu tingkatan efek baik itu positif ataupun negatif.


(50)

74

3. Sikap DPW PKS Lampung terhadap hasil survei LSI tentang penurunan popularitas parpol Islam dan capres Islam berdasarkan aspek evaluatif adalah adalah tidak setuju dengan hasil survei tersebut sehingga tidak memiliki kebijakan khusus dalam menanggapi hasil survey LSI tentan penurunan popularitas partai Islam.

2. Sesuai dengan fungsi partai politik pada electorat Dewan Pengurus PKS Lampung sudah memiliki program kerja yang bertujuan untuk meningkatkan elektabilitas PKS di provinsi Lampung

3. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh DPW PKS Lampung lebih menyentuh pada akar rumput, hal tersebut dapat dilihat dari beberapa kegiatan-kegiatannya seperti pos eka, rabhtul ‘am, dan komunitas anak gaul (bergabung dengan (Slank danOrang Indonesia) hal tersebut sesuai dengan.

B. Saran

Saran pada penelitian ini adalah:

1. DPW PKS Lampung sebaiknya lebih memasivkan lagi kegiatan-kegitan dalam rangka mengenalkan PKS kepada masyarakat

2. Sebagai partai yang terbuka, sudah saatnya PKS lampung untuk memasuki pangsa pasar yang lebih besar dibandingkan dengan sekarang yang telah dilakukan, karena untuk menjadi 3 besar PKS Lampung harus melakukan kerja keras agar elektabilitas PKS di provinsi lampung mengalami peningkatan

3. Untuk mensukseskan program rabhtul ‘am DPW PKS Lampung hendaknya lebih mengaktifkan kembali kader-kader yang ada di daerah


(51)

75

untuk berbaur dan bekerjasama dengan masyarakat, karena sebagian besar kader PKS cenderung sibuk dengan berbagai aktivitasnya sendiri dan kurang membaur dengan masyarakat.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2002 Psikologi Sosial Jakarta : Rineka Cipta

Azwar, Saifuddin.1998.Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta.

Budiardjo Miriam 2008 Dasar-dasar Ilmu Politik  Jakarta: Gramedia

Dayakisni, Tri dan Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.

Draha Tahliziduhu 2003 Kybernologi Jakarta Rineka Cipta

Ekana, Yana. Bahan Ajar Metode Penelitian Sosial. Unila

Gerungan 2004 Psikologi Sosial Bandung : Refika Aditama

Katz, Robert S. and Richard Mair. 2002. “ The Ascendancy of the party in public office: Party Organizational Change In Twentieth-Century Democracies”, dalam Richard, Ghunter, José Ramon Montero and Juan J. Linz, Political Party: Old Concept and NewChallenges. New York : Oxford University Press.

Mar’at 1982 Sikap manusia; perubahan dan pengukurannnya Jakarta : Ghalia

Muhtadi, Burhaanuddin 2012 Dilema PKS Suara dan Syariah Jakarta: Gramedia


(53)

Munandar, Arif. 2011. Antara Jemaah dan Partai Politik : Dinamika Habitus Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Dalam Arena Politik Indonesia Pasca Pemilu 2004. Jakarta : Universitas Indonesia

Noer, Firman. 2007. “Moderate Islam Fundamentalism : Understanding The

Political Thingking of the Partai Keadilan Sejahtera (PKS)” . Studi Islamica,

Vol. 14, No. 3, 449-481

Pamungkas, Sigit 2011 Partai Politik Teori dan Praktik di Indonesia Yogyakarta: Institute for Democracy and Welfarism

Rahmat, M.Imdadun.2008. Ideologi Politik PKS(Gerakan dari Masjid Kampus ke Negara). Yogyakarta:LKIS

Robbin; Stephen 2002  Teori Organisasi Jakarta : Arcan

Rahman A 2007 Sisitem Politik Di Indonesia Yogyakarta: Graha Ilmu

Sartori, Giovani. 1976. Parties and Party System (A Frame Work For Analysis).United States Of America. Cambridge University

Singarimbun Masri.1989. Metode Penelitian Survei.Jakarta: LP3ES

Surbakti Ramlan1992 Memahamai Ilmu Politik Jakarta : PT Grasindo

Usman Husain.2008. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

Walgito, Bimo 1992 Pengantar Psikologi Umum Yogyakarta : Andi

Walgito, Bimo 1998 Psikologi Sosial Suatu:Pengantar Yogyakarta : UGM

Wolinetz, Stephen B. 2002. “Beyond The Cacth All Party : Approaches to the

Study of Parties and Party Organization in Contemporary Democracies”, dalam Richard Gunter, José Ramon Montero and Juan J. Linz, Political Party: Old Concept and New Challenge. New York: Oxford University Press.


(54)

Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. 2009. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung. 60hlm.

Sumber Produk Hukum dan Perundang-Undangan: Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik AD/ART Partai Keadilan Sejahtera Tahun 2013

Sumber Internet:


(1)

73

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai sikap DPW PKS Lampung terhadap hasil survey LSI tentang penurunan popularitas parpol Islam dan capres Islam menyimpulkan sebagai berikut: 1. Sikap DPW PKS Lampung terbagi menjadi tiga komponen sikap sesuai

dengan teori Gabriel Almond (kognitif, afektif, dan evaluatif) adalah sebagai berikut:

1. Sikap DPW PKS Lampung terhadap hasil survei lsi tentang penurunan popularitas parpol Islam dan capres Islam berdasarkan aspek kognitif menyatakan bahwa popularitas partai Islam tidak mengalami penurunan tetapi elektabilitas partai Islam yang mengalamu penurunan.

2. Sikap DPW PKS Lampung terhadap hasil survei LSI tentang penurunan popularitas parpol Islam dan capres Islam berdasrkan aspek afektif adalah tidak setuju dengan hasil survei LSI dikarenakan setiap survei tidak bebas nilai dan tidak bisa begitu saja mempercayai hasil survei. Hal tersebut sesuai dengan teori sikap bahwa sikap sebagai suatu tingkatan efek baik itu positif ataupun negatif.


(2)

74

3. Sikap DPW PKS Lampung terhadap hasil survei LSI tentang penurunan popularitas parpol Islam dan capres Islam berdasarkan aspek evaluatif adalah adalah tidak setuju dengan hasil survei tersebut sehingga tidak memiliki kebijakan khusus dalam menanggapi hasil survey LSI tentan penurunan popularitas partai Islam.

2. Sesuai dengan fungsi partai politik pada electorat Dewan Pengurus PKS Lampung sudah memiliki program kerja yang bertujuan untuk meningkatkan elektabilitas PKS di provinsi Lampung

3. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh DPW PKS Lampung lebih menyentuh pada akar rumput, hal tersebut dapat dilihat dari beberapa kegiatan-kegiatannya seperti pos eka, rabhtul ‘am, dan komunitas anak gaul (bergabung dengan (Slank danOrang Indonesia) hal tersebut sesuai dengan.

B. Saran

Saran pada penelitian ini adalah:

1. DPW PKS Lampung sebaiknya lebih memasivkan lagi kegiatan-kegitan dalam rangka mengenalkan PKS kepada masyarakat

2. Sebagai partai yang terbuka, sudah saatnya PKS lampung untuk memasuki pangsa pasar yang lebih besar dibandingkan dengan sekarang yang telah dilakukan, karena untuk menjadi 3 besar PKS Lampung harus melakukan kerja keras agar elektabilitas PKS di provinsi lampung mengalami peningkatan

3. Untuk mensukseskan program rabhtul ‘am DPW PKS Lampung hendaknya lebih mengaktifkan kembali kader-kader yang ada di daerah


(3)

75

untuk berbaur dan bekerjasama dengan masyarakat, karena sebagian besar kader PKS cenderung sibuk dengan berbagai aktivitasnya sendiri dan kurang membaur dengan masyarakat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2002 Psikologi Sosial Jakarta : Rineka Cipta

Azwar, Saifuddin.1998.Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta.

Budiardjo Miriam 2008 Dasar-dasar Ilmu Politik  Jakarta: Gramedia

Dayakisni, Tri dan Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press. Draha Tahliziduhu 2003 Kybernologi Jakarta Rineka Cipta

Ekana, Yana. Bahan Ajar Metode Penelitian Sosial. Unila

Gerungan 2004 Psikologi Sosial Bandung : Refika Aditama

Katz, Robert S. and Richard Mair. 2002. “ The Ascendancy of the party in public office: Party Organizational Change In Twentieth-Century Democracies”, dalam Richard, Ghunter, José Ramon Montero and Juan J. Linz, Political Party: Old Concept and NewChallenges. New York : Oxford University Press.

Mar’at 1982 Sikap manusia; perubahan dan pengukurannnya Jakarta : Ghalia Muhtadi, Burhaanuddin 2012 Dilema PKS Suara dan Syariah Jakarta:


(5)

Munandar, Arif. 2011. Antara Jemaah dan Partai Politik : Dinamika Habitus Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Dalam Arena Politik Indonesia Pasca Pemilu 2004. Jakarta : Universitas Indonesia

Noer, Firman. 2007. “Moderate Islam Fundamentalism : Understanding The Political Thingking of the Partai Keadilan Sejahtera (PKS)” . Studi Islamica, Vol. 14, No. 3, 449-481

Pamungkas, Sigit 2011 Partai Politik Teori dan Praktik di Indonesia Yogyakarta: Institute for Democracy and Welfarism

Rahmat, M.Imdadun.2008. Ideologi Politik PKS(Gerakan dari Masjid Kampus ke Negara). Yogyakarta:LKIS

Robbin; Stephen 2002  Teori Organisasi Jakarta : Arcan

Rahman A 2007 Sisitem Politik Di Indonesia Yogyakarta: Graha Ilmu

Sartori, Giovani. 1976. Parties and Party System (A Frame Work For Analysis).United States Of America. Cambridge University

Singarimbun Masri.1989. Metode Penelitian Survei.Jakarta: LP3ES

Surbakti Ramlan1992 Memahamai Ilmu Politik Jakarta : PT Grasindo

Usman Husain.2008. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

Walgito, Bimo 1992 Pengantar Psikologi Umum Yogyakarta : Andi

Walgito, Bimo 1998 Psikologi Sosial Suatu:Pengantar Yogyakarta : UGM

Wolinetz, Stephen B. 2002. “Beyond The Cacth All Party : Approaches to the Study of Parties and Party Organization in Contemporary Democracies”, dalam Richard Gunter, José Ramon Montero and Juan J. Linz, Political Party: Old Concept and New Challenge. New York: Oxford University Press.


(6)

Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. 2009. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung. 60hlm.

Sumber Produk Hukum dan Perundang-Undangan: Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik AD/ART Partai Keadilan Sejahtera Tahun 2013

Sumber Internet: