Hukum Perbankan adalah aturan-aturan, baik aturan pokok maupun aturan pelaksanaan, baik menyangkut perdata mapun pidana, baik
mengenai pengurusan maupun pemilikan tentang suatu badan usaha yang pada pokoknya menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit serta bidang-bidang yang berhubungan dengan kegiatan badan
usaha tersebut.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh aspek dalam perbankan diatur dan dibatasi oleh berbagai peraturan
perundang-undangan, oleh karena itu Hukum Perbankan mengalami perkembangan yang sangat pesat.
c. Fungsi Perbankan
Sesuai Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Perbankan, Perbankan mempunyai fungsi pokok sebagai finansial intermediasi atau lembaga
perantara keuangan serta mempunyai fungsi tambahan memberikan jasa- jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran.
Menurut Iswantoro, Bank mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Mengumpulkan
dana yang
sementara menganggur
untuk dipinjamkan
2. kepada pihak lain atau membeli surat-surat berharga Financial Investment
3. Mempermudah di dalam lalu lintas pembayaran uang; 4. Menjamin keuangan masyarakat yang sementara tidak digunakan;
28
H.R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi The Bankers Hand Book, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, Hlm. 6.
5. Menciptakan Kredit Credit Money deposit yaitu dengan cara menciptakan Demand Deposit Deposit yang dapat diuangkan
sewaktu-waktu dari kelebihan cadangan excess reserves
29
.
d. Tujuan Perbankan
Dalam Pasal 4 Undang-Undang Perbankan diatur tentang tujuan Perbankan Indonesia adalah menunjang pelaksanaan nasional dalam
rangka meningkatkan pemerataanpertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional
kearah peningkatan
kesejahteraan rakyat
banyak.
29
Iswardono, Uang dan Bank, edisi ke-4 cetakan pertama, BPFE, Yogyakarta, 1990, hlm. 62.
BAB III PERJANJIAN ANTARA BANK DENGAN
PIHAK KETIGA DAN NASABAH A. Perjanjian Penyediaan Rumah antara Bank dengan Pihak Ketiga
Bank memiliki fasilitas kredit kepemilikan rumah untuk menyediakan rumah bagi nasabah. Perjanjian penyediaan rumah untuk kepentingan nasabah
melibatkan 3 pihak, yaitu : 1. Bank
2. Pihak Ketiga 3. Nasabah, yaitu perseorangan yang memperoleh fasititas untuk
membeli satuan tanah dan rumah yang dibangun pada proyek. Terdapat dua perjanjian dalam perjanjian penyediaan rumah, yaitu:
1. Perjanjian yang dibuat antara bank dengan pihak ketiga 2. Perjanjian yang dibuat antara bank dengan nasabah.
Perjanjian yang dibuat antara bank dengan pihak ketiga menyebutkan bahwa bank telah mengajukan penawaran kepada pihak ketiga untuk
menyediakan fasilitas Kredit Kepemilikan Rumah KPR kepada masyarakat yang akan membeli rumah atau rumah toko atau rumah kantor di lokasi
perumahan yang dibangun dan dikelola oleh pihak ketiga. Perjanjian kerjasama antara bank dengan pihak ketiga antara lain
mengatur tentang realisasi pencairan Kredit Kepemilikan Rumah KPR. Perjanjian tersebut menyebutkan bahwa bank akan melakukan realisasi
pencairan fasilitas Kredit Kepemilikan Rumah KPR kepada pihak ketiga dengan cara pemindahbukuan sebesar 100 seratus persen dari jumlah fasilitas Kredit
Kepemilikan Rumah KPR atas nama nasabah untuk pembelian tanah kavling
dengan sertifikat induk baik yang belum atau sudah dipecah apabila nasabah tetah membayar lunas uang muka pembiayaan kredit sebesar 20 dua puluh
persen kepada bank atau dibuktikan dengan penyerahan kuitansi pembayaran uang muka dari pihak ketiga yang diserahkan kepada bank.
Bank selanjutnya akan melakukan realisasi pencairan sebesar 100 seratus persen dari jumlah fasilitas Kredit Kepemilikan Rumah KPR untuk
pembelian bahan material pembangunan rumah di luar upah realisasi pencairan dilakukan secara pemindahbukuan pada rekening pihak ketiga dan dilakukan
pemblokiran sebesar 50 lima puluh persen dengan ketentuan, diantaranya: 1. Nasabah telah membayar lunas uang muka pembiayaan kredit
sebesar 20 dua puluh persen kepada bank atau kepada pihak ketiga dengan dibuktikan penyerahan kuitansi pembayaran uang muka
kepada bank. 2. Perjanjian kredit kepemilikan rumah KPR telah ditandatangani.
3. Biaya-biaya telah dibayar nasabah, seperti biaya administrasi, premi asuransi jiwa, notaris dan lain-lain
4. Jaminan rumah yang akan dibangun harus ditutup asuransi kerugian perusahaan asuransi yang menjadi rekanan bank dan dengan pihak
ketiga Pembukuan blokir saldo rekening pihak ketiga dilakukan secara 3 tiga tahap sesuai prestasi pembangunan rumah:
a. Sebesar 10 sepuluh persen apabila prestasi rumah telah mencapai 50 lima puluh persen.
b. Sebesar 20 dua puluh persen apabila prestasi rumah telah mencapai 70 tujuh puluh persen.
c. Sebesar 20 dua puluh persen apabila prestasi rumah
d. telah mencapai 100 seratus persen. Para pihak dalam perjanjian kerjasama mempunyai hak dan kewajiban
tertentu. Hak satu pthak merupakan kewajiban bagi pihak lain dan begttu pula sebaliknya.
Hak bank adalah : 1. Menentukan besarnya Kredit Kepemilikan Rumah KPR yang
dibebankan kepada nasabah dan memberitahukan perkiraan besamya Kredit Kepemilikan Rumah KPR secara tertulis kepada pihak ketiga,
perkiraan Kredit Kepemilikan Rumah KPR tersebut dapat berubah sewaktu-waktu sesuai ketentuan yang ada pada bank.
2. Melakukan pendebetan Rekening Giro Operasional atau Rekening Giro Penampungan pihak ketiga untuk:
a. Pembayaran denda keterlambatan penyelesaian suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pihak ketiga berdasarkan
perjanjian tersebut b. Pembayaran pelunasan fasilitas Kredit Kepemilikan Rumah KPR.
Kewajiban bank adalah: 1. Melakukan analisa dan memberi keputusan atas permohonan fasititas
Kredit Kepemilikan Rumah KPR. 2. Melaksanakan realisasi fasilitas Kredit Kepemilikan Rumah KPR
sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Hak pihak ketiga adalah memperoleh dana realisasi pencairan fasilitas
Kredit Kepemilikan Rumah KPR sesuai dengan jumlah pembiayaan yang tercantum dengan tegas dalam Kredit Kepemilikan Rumah KPR dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagaimana yang ditetapkan dalam perjanjian tersebut, sedangkan kewajiban pihak ketiga adalah:
1. Membantu pemasaran Kredit Kepemilikan Rumah KPR. 2. Membantu pembeli dalam menyiapkan berkas-berkas permohonan
fasilitas Kredit Kepemilikan Rumah KPR. 3. Membuka
Rekening Giro
Operasionai dan
Rekening Giro
Penampungan. 4. Menyerahkan sertifikat induk atau sertifikat pecahan apabila sertifikat
induk sudah dipecah, Kepada bank atau NotarisPPAT yang ditunjuk bank selambat-lambatnya pada saat penandatanganan Kredit
Kepemilikan Rumah KPR. 5. Menyelesaikan pemecahan sertifikat induk menjadi atas nama
nasabah melalui Notaris yang ditunjuk bank paling lambat 12 bulan sejak Kredit Kepemilikan Rumah KPR antara bank dengan nasabah
dengan ditandatangani. 6. Melakukan pemecahan IMB induk menjadi IMB atas Satuan Rumah
dan menyerahkan IMB tersebut kepada bank selambat-lambatnya 12 bulan sejak Kredit Kepemilikan Rumah KPR material untuk
pembangunan rumah ditandatangani. 7. Menyelesaikan pembangunan rumah sehingga menjadi rumah siap
huni paling lambat 3 bulan sejak Kredit Kepemilikan Rumah KPR ditandatangani oleh bank dan nasabah.
8. Apabila bank terlambat menyerahkan dokumen, dikenakan denda per hari kalender keterlambatan.