Pengaruh Penambahan NaCl Terhadap Perubahan Viskositas Bahan Pencuci Tangan Cair (Hand Soap)

(1)

Bahan Seminar Hasil Departemen Kimia

PENGARUH PENAMBAHAN NaCl TERHADAP PERUBAHAN

VISKOSITAS BAHAN PENCUCI TANGAN CAIR (HAND SOAP)

SKRIPSI

SULWAN EFENDI RANGKUTI

080822042

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains Bidang Ilmu Kimia Pada Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

SULWAN EFENDI RANGKUTI

080822042

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH PENAMBAHAN NaCl TERHADAP

PERUBAHAN VISKOSITAS BAHAN PENCUCI TANGAN CAIR (HAND SOAP)

Kategori : SKRIPSI

Nama : SULWAN EFENDI RANGKUTI

Nomor Induk Mahasiswa : 080822042

Program Studi : SARJANA ( S 1 ) KIMIA EKSTENSI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, September 2010

Komisi Pembimbing

Pembimbing 2 Pembimbing I

Dr. Marpongahtun, MSc Drs. Abdi Negara Sitompul NIP 196111 151988 032002 NIP 194607 161974 031001

Diketahui / Disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. Rumondang Bulan Nst, MS NIP 195408 301985 032001


(4)

PERNYATAAN

PENGARUH PENAMBAHAN NaCl TERHADAP PERUBAHAN

VISKOSITAS BAHAN PENCUCI TANGAN CAIR (HAND SOAP)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, September 2010

SULWAN EFENDI RANGKUTI

080822042


(5)

PENGHARGAAN

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta salawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi penelitian dan penulisan skripsi ini.

Adapun judul skripsi ini adalah: “PENGARUH PENAMBAHAN NaCl TERHADAP PERUBAHAN VISKOSITAS BAHAN PENCUCI TANGAN CAIR (HAND SOAP)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ayahanda H Rangkuti, ibunda Holidah Lubis, adinda Haninah Rangkuti, sertaq semua teman – teman yang telah banyak membantu dan berkorban baik moril maupun materil serta doa restunya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi penelitian skripsi ini.

Melalui kesempatan ini juga, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Bapak Drs. Abdi Negara Sitompul dan Ibu Dr.Marpongahtun, M.Sc. selaku dosen pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan hingga selesainya skripsi ini, kepada Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.Sc. dan Bapak Drs. Firman Sebayang, M.S. selaku ketua dan sekretaris Departemen Kimia yang telah mensyahkan skripsi ini, semua Bapak/Ibu Staf Laboratorium Kimia Fisika FMIPA USU yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran kepada penulis selama penelitian dan penulisan skripsi ini, juga seluruh staf dosen Departemen Kimia FMIPA-USU yang telah membimbing dan memberikan disiplin ilmu selama di bangku perkuliahan, seluruh rekan-rekan Asisten Laboratorium Kimia Fisika juga kepada Kak Mas sebagai laboran dan Bang Edi sebagai teknisi, terima kasih atas bantuan dan dukungannya, serta kepada seluruh teman-temanku mahasiswa Departemen Kimia khususnya stambuk 2001, terima kasih atas segalanya selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan penulis baik dalam literatur maupun pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua. Amin.


(6)

ABSTRAK

Penelitian mengenai pengaruh penambahan larutan NaCl 20% sebagai pengental terhadap nilai viskositas bahan pencuci tangan cair (hand soap) telah dilakukan. Bahan pencuci tangan cair (hand soap) dibuat dengan menambahkan variasi NaCl 20% sebanyak 100 mL, 140 mL, 180 mL, 220 mL, 260 mL, 300 mL, 340 mL, 380 mL, 420 mL untuk 1000 mL sampel, yang dihomogenkan dengan kecepatan pengadukan 2000 rpm pada suhu kamar (30oC). Nilai densitas sampel ditentukan dengan menggunakan piknometer sedangkan nilai viskositas menggunakan viskosimeter Ostwald. Nilai viskositas maksimum sebesar 108,6797 poise diperoleh pada penambahan NaCl 20% sebanyak 300 mL. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dengan penambahan larutan NaCl 20 % mampu mempengaruhi viskositas bahan pencuci tangan cair (hand soap) sesuai dengan volume larutan NaCl 20% yang ditambahkan. Penambahan volume NaCl 20% berlebih akan membuat viskositas menjadi menurun apabila telah melebihi ambang batas.


(7)

THE EFFECT OF ADDING NaCl ON VISCOSITY CHANGES OF LIQUID HAND WASH (HAND SOAP)

ABSTRACT

Research on the effect of adding 20% NaCl solution as the value of thickeners on the viscosity of liquid hand washing materials (hand soap) have been performed. Liquid hand washing materials (hand soap) is made by adding NaCl variation of 20% as much as 100 mL, 140 mL, 180 mL, 220 mL, 260 mL, 300 mL, 340 mL, 380 mL, 420 mL to 1000 mL samples, which were homogenized with stirring speed 2000 rpm at room temperature (30oC). Sample density values determined using piknometer while using viskosimeter Ostwald viscosity values. The maximum value of 108.6797 poise viscosity were obtained by adding NaCl 20% as much as 300 mL. Experiments have shown that with the addition of 20% NaCl solution can affect the viscosity of liquid hand washing materials (hand soap) in accordance with a volume of 20% NaCl solution were added. Addition of an excess volume of NaCl 20% will make the viscosity was decreased when the threshold has been exceeded.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

PENGHARGAAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTRAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Pembatasan Masalah ... 3

1.4. Tujuan Penelitian ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 4

1.6. Metodologi Penelitian ... 4

1.7. Lokasi Penelitian ... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deterjen ... 5

2.1.1. Deterjen Cair ... 5

2.2. Surfaktan ... 6

2.2.1. Pembagian Surfaktan ... 7

2.2.2. Surfaktan Anionik ... 7

2.3. Bahan baku pembuatan deterjen ... 8

2.3.1. Bahan aktif (active ingredient) ... 8

2.3.1.1. Bahan pengisi (Filler) ... 8

2.3.1.2. Bahan tambahan (Aditif) ... 9

2.3.1.3. Bahan Pewangi ... 9

2.4. Koloid ... 13

2.5. Viskositas ... 14

2.7.1. Faktor – faktor yang mempengaruhi viskositas ... 15

2.7.2. Metode pengukuran viskositas dengan metode Ostwald ... 15

BAB 3. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan-Bahan yang Digunakan ... 17

3.2. Alat-Alat yang Digunakan ... 17

3.3. Metode Penelitian ... 18

3.3.1. persiapan ... 18

3.3.2. Pembuatan larutan garam ... 19

3.3.3. Pembuatan larutan SLES ... 19

3.3.4. Pembuatan larutan SLS ... 19

3.3.5. Sampling ... 20

3.3.6. Variabel ... 20

3.3.7. Randomisasi ... 20


(9)

3.4. Pengumpulan data ... 22

3.4.1. Pembuatan sampel bahan pencuci tangan cair ... 22

3.4.2 Penentuan densitas sampel ... 22

3.4.3 Penentuan waktu alir sampel ... 23

3.5. Pengolahan data ... 23

3.5.1 Perhitungan densitas ... 23

3.5.2. Perhitungan viskositas ... 24

3.5.3. Penentuan kesalahan ... 24

3.6. Analisis data ... 30

3.7. Skema pengambialan data ... 34

3.7.1. Skema pembuatan sampel bahan pencuci tangan cair ... 34

3.7.2. Skema penentuan densitas sampel ... 35

3.7.3. Skema penentuan viskositas sampel ... 35

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil ... 36

4.2. Pembahasan ... 37

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 39

5.2. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40 LAMPIRAN ...


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Data hasil pengukuran densitas bahan pencuci tangan cair (hand soap)

sebelum penambahan pengental….. ……….41

Tabel 2. Data hasil pengukuran waktu alir bahan pencuci tangan cair (hand soap) sebelum penambahan pengental………...41 Tabel 3. Data hasil pengukuran densitas bahan pencuci tangan cair (hand soap)

setelah penambahan pengental………42 .

Tabel 4. Data Hasil Pengukuran waktu alir bahan pencuci tangan cair

(hand soap) setelah penambahan pengental………...43 Tabel 5. Data hasil perhitungan nilai viskositas bahan pencuci tangan cair (hand

soap) setelah penambahan pengental………..44 Tabel 6. Analisis sidik ragam pengaruh jumlah volume larutan NaCl 20% terhadap

nilai viskositas bahan pencuci tangan cair(hand soap)………...44 Tabel 7. Data perhitungan analisis regresi pengaruh jumlah volume terhadap nilai

viskositas bahan pencuci tangan cair (hand soap)………...45 Tabel 8. Data hasil perhitungan analisis regresi untuk nilai viskositas bahan

pencuci tangan cair (hand soap)...45


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Grafik hasil perhitungan nilai viskositas bahan pencuci tangan cair….46

Gambar 2. Data Analisis Regresi Pengaruh Jumlah Volume Terhadap Nilai

Viskositas Bahan Pencuci Tangan Cair……….46


(12)

ABSTRAK

Penelitian mengenai pengaruh penambahan larutan NaCl 20% sebagai pengental terhadap nilai viskositas bahan pencuci tangan cair (hand soap) telah dilakukan. Bahan pencuci tangan cair (hand soap) dibuat dengan menambahkan variasi NaCl 20% sebanyak 100 mL, 140 mL, 180 mL, 220 mL, 260 mL, 300 mL, 340 mL, 380 mL, 420 mL untuk 1000 mL sampel, yang dihomogenkan dengan kecepatan pengadukan 2000 rpm pada suhu kamar (30oC). Nilai densitas sampel ditentukan dengan menggunakan piknometer sedangkan nilai viskositas menggunakan viskosimeter Ostwald. Nilai viskositas maksimum sebesar 108,6797 poise diperoleh pada penambahan NaCl 20% sebanyak 300 mL. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dengan penambahan larutan NaCl 20 % mampu mempengaruhi viskositas bahan pencuci tangan cair (hand soap) sesuai dengan volume larutan NaCl 20% yang ditambahkan. Penambahan volume NaCl 20% berlebih akan membuat viskositas menjadi menurun apabila telah melebihi ambang batas.


(13)

THE EFFECT OF ADDING NaCl ON VISCOSITY CHANGES OF LIQUID HAND WASH (HAND SOAP)

ABSTRACT

Research on the effect of adding 20% NaCl solution as the value of thickeners on the viscosity of liquid hand washing materials (hand soap) have been performed. Liquid hand washing materials (hand soap) is made by adding NaCl variation of 20% as much as 100 mL, 140 mL, 180 mL, 220 mL, 260 mL, 300 mL, 340 mL, 380 mL, 420 mL to 1000 mL samples, which were homogenized with stirring speed 2000 rpm at room temperature (30oC). Sample density values determined using piknometer while using viskosimeter Ostwald viscosity values. The maximum value of 108.6797 poise viscosity were obtained by adding NaCl 20% as much as 300 mL. Experiments have shown that with the addition of 20% NaCl solution can affect the viscosity of liquid hand washing materials (hand soap) in accordance with a volume of 20% NaCl solution were added. Addition of an excess volume of NaCl 20% will make the viscosity was decreased when the threshold has been exceeded.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Di khasanah dunia ilmiah dikenal adanya produk yang disebut dengan synthetic detergent yang disingkat dengan istilah syndent. Kata ”synthetic” (sintetik) sepertinya memberi konotasi ”tidak atau kurang alami”. Namun, sebenarnya kata sintetik tersebut untuk memberikan penjelasan bahwa terdapat sesuatu yang berbeda pada syndent bila dibandingkan dengan sabun cuci (soap). Apabila sabun cuci dibuat dari bahan nabati (minyak kelapa) dan kaustik soda, hampir semua bahan baku syndent merupakan bahan kimia olahan.

Dari segi fungsi, keduanya sama yaitu untuk membersihkan pakaian dari kotoran yang melekat. Namun demikian, nama syndent ini kurang populer di dunia perdagangan dan produk ini lebih dikenal dengan sebutan deterjen saja. Secara umum, deterjen dapat didefenisikan sebagai suatu produk kimia rumah tangga yang mempunyai fungsi untuk membersihkan pakaian.

Dari bentuk fisiknya, ada beberapa jenis deterjen yaitu deterjen cair dan deterjen bubuk. Pada kesempatan ini, penulis hanya membahas mengenai deterjen cair. Deterjen cair hampir sama dengan deterjen bubuk. Hal yang membedakan hanyalah bentuknya, bubuk dan cair. Produk ini banyak digunakan di laundry modern yang menggunakan mesin cuci kapasitas besar dengan teknologi yang canggih.

Deterjen sintetik digunakan untuk membersihkan pakaian, piring, alat rumah tangga dan lain-lain. Tujuan dari deterjen adalah untuk memindahkan kotoran, minyak dan polutan-polutan lain yang tidak diinginkan. Kandungan deterjen yang telah dibuat pada saat ini memungkinkan untuk memperoleh hasil yang sama ataupun lebih baik dengan temperatur pencucian yang lebih rendah dan energi yang sedikit dan juga menghasilkan proses uraian biologis yang lebih efisien yang dapat melindungi lingkungan dari pencemaran. (1)

Pada umumnya deterjen mengandung bahan-bahan berikut:

Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung rantai karbon berbeda yaitu hidrofil dan hidrofob yang berfungsi menurunkan

1.Permono. Ajar. 2002 . Membuat detergen bubuk, Penebar swadaya. Jakarta.


(15)

tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan.

Pembentuk (builder) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air.

Pengisi (filler) merupakan bahan tambahann deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci tetapi menambah kuantitas. Contoh : Sodium sulfat.

Aditif adalah bahan tambahan untuk membuat produk lebih menarik, seperti pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan lain-lain yang tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Aditif ini ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk.

Deterjen cair merupakan produk yang lebih banyak disukai oleh masyarakat sekarang ini, karena deterjen cair lebih higenis dalam penyimpanannya dan lebih praktis dibawa ke mana-mana. Selain lemak dan alkali, pembuatan bahan pencuci tangan juga menggunakan bahan tambahan yang lain. Bahan tambahan yang digunakan untuk pembuatan bahan pencuci tersebut adalah bahan aktiv (ingredient), bahan pengisi, garam, bahan pewarna dan bahan pewangi. Bahan pengisi (filler) digunakan untuk menambah bobot, menaikkan densitas dan menambah daya cuci. Bahan pencuci yang biasanya ditambahkan adalah kaolin, talk, magnesium karbonat dan juga soda abu serta natrium silikat yang dapat berfungsi pula sebagai anti oksidan.

Garam juga di butuhkan dalam pembuatan bahan pencuci tangan yaitu berfungsi sebagai pembentuk inti pada proses pemadatan. Garam yang ditambahkan biasanya NaCl. Dengan menambahkan NaCl maka akan membuat deterjen cair menjadi lebih kental. Dengan penambahan garam maka akan menjadikan deterjen lebih mudah dalam pengggunaannya, karena tidak mudah tumpah di tangan, juga akan mempengaruhi daya cuci deterjen untuk mengangkat kotoran dan lemak. Penggunaan pengental yang berlebih juga akan membuat kualitas deterjen menurun, karena terlalu kental akan memperlambat reaksi penyabunan pada kotoran, sehinngga terpecahnya emulsi pada larutan sehingga fasenya tidak homogen dan apabila terlalu encer maka akan membutuhkan waktu yang lebih lama. (2)

Dari uraian diatas maka penulis ingin menyelidiki nilai viskositas pada bahan pencuci tangan dengan melakukan variasi penambahan NaCl sebagai pengental.


(16)

1.2 Perumusan masalah

Bahan pencuci tangan yang beredar dipasaran memiliki bermacam pilihan dengan kualitas yang berbeda-beda. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat bahan pencuci tangan beraneka ragam dan nilai kekentalannya bervariasi, sehingga ditemukan permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Adakah pengaruh penambahan larutan NaCl terhadap viskositas bahan pencuci tangan cair (Hand Soap).

2. Berapakah volume larutan NaCl yang ditambahkan untuk memperoleh viskositas maksimum bahan pencuci tangan cair (Hand Soap).

1.3Pembatasan masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi penelitian hanya menentukan nilai viskositas dari penambahan bahan pengental dengan beberapa variasi pada pembuatan bahan pencuci tangan (Hand Soap). Bahan pengental yang digunakan adalah Natrium Klorida (NaCl) konsentrasi 20% dengan variasi penambahan 100 mL, 140 mL, 180 mL 220 mL, 260 mL, 300 mL, 340 mL, 380 mL, 420 mL, dalam 1000 mL bahan pencuci tangan.

2. Luis. Spitz. 1996. Soap and Ditergenta Theoritical and Practical Review. AOCS Press. United States of America.


(17)

1.4 Tujuan Penelitian.

1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan larutan NaCl terhadap Viskositas bahan pencuci tangan cair (hand soap).

2. Untuk mengetahui volume larutan NaCl yang ditambahkan pada viskositas maksimum bahan pencuci tangan cair (hand soap).

1.5 Manfaat penelitian.

Untuk memberikan informasi tentang pengaruh penambahan NaCl terhadap perubahan viskositas bahan pencuci tangan cair, sehingga dapat diketahui volume NaCl yang ditambahkan pada viskositas maksimum bahan pencuci tangan cair (hand soap).

1.6 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan dilaboratorim Kimia Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

1.7 Metodologi penelitian

Penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan perlakuan sebagai berikut: - Proses pembuatan bahan pencuci tangan dengan menggunakan bahan-bahan

Sodium lauril eter sulfat, Sodium lauril sulfat, Natrium klorida, zat pewarna, parfum, pengawet dan aquades yang dilakukan pencampuran dan pengadukan dengan mixer sampai homogen, kemudian di diamkan sampai buih menghilang.

- Proses pengukuran densitas dengan cara menimbang piknometer yang di isi dengan larutan bahan pencuci tangan. Penimbangan dilakukan tiga kali agar diperoleh data yang lebih akurat.

- Proses pengukuran viskositas dengan mengukur laju alir bahan pencuci tangan pada viskosimeter Ostwald. Laju alir diukur berdasarkan waktu yang dibutuhkan larutan dari batas atas mengalir kebatas bawah.


(18)

- Variable-variabel yang digunakan adalah:

Variable tetap : Suhu, konsentrasi NaCl, kecepatan pengadukan, volume larutan SLES, volume larutan SLS, pewarna kuning sintetik , parfum lemon, EDTA.

Variable bebas : Volume larutan Natrium klorida Variabel terikat : Densitas, waktu alir


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deterjen

Pengertian deterjen pada umumnya mencakup setiap bahan pembersih termasuk sabun, namun kebanyakan dihubungkan dengan deterjen sintetik. Deterjen mempunyai sifat tidak membentuk endapan dengan ion-ion logam divalen dalam air sadah. Deterjen dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok (kationik, anionik dan nonionik), namun yang dibicarakan disini hanya anionik.(3)

Pada dasarnya deterjen anionik mempunyai kemiripan dengan sabun. Deterjen mengandung gugus yang sangat polar, bermuatan negatif (dalam hal ini –SO3-) dan rantai hidrokarbon yang panjang yang dapat melarutkan oli dan vaselin. Bahan dasar pembuatan deterjen adalah rantai panjang alkohol jenuh C12 hingga C18. Berikut langkah-langkah pembuatan deterjen.

O

H2SO4 || NaOH CH3(CH2)nCH2OH CH3(CH2)nCH2 – O – S - OH

Pekat ||

O Alkil hidrogensulfat n = 10, 12, 14, 16

O ||

CH3(CH2)nCH2 – O – S – OӨNa⊕ ||

O

Na-alkil sulfat Deterjen

3.Hart Harold 1998 Kimia organic , Edisi keenam , Erlangga .Jakarta


(20)

Jenis deterjen anionik yang lain adalah natrium alkil benzen sulfonat, dan pembuatannya sebagai berikut :

Alkilasi H2SO4 NaOH Benzena Ar – R R SO3H

Friedel-Crafts

R SO3ӨNa⊕ Na-alkil benzesulfonat

Sekarang deterjen yang beredar di pasar merupakan deterjen yang memiliki rantai karbon yang lurus. Deterjen ini bersifat dapat dirusak oleh mikroorganisme atau lazim dikenal deterjen yang ”soft” (lunak) atau ”biodegradable”.

Secara singkat dapat diketengahkan sabun mengandung gugus karboksilat, sedangkan deterjen mengandung gugus sulfat atau sulfonat, keduanya berguna karena larut dalam air dan memiliki rantai karbon panjang yang larut dalam oli atau vaselin.

Telah dikenal adanya harga-harga khusus yang digunakan untuk menentukan sifat-sifat lemak seperti : derajat ketidak jenuhan, keasaman dari hidrolisis dan rata-rata berat molekul. Sifat-sifat ini tergantung pada asal dari lemak.(4)

Deterjen merupakan produk yang mengandung surfaktan yang secara luas digunakan untuk proses pembersihan. Deterjen sintetik digunakan untuk membersihkan pakaian, piring, alat rumah tangga dan lain-lain. Tujuan dari deterjen adalah untuk memindahkan kotoran, minyak dan polutan-polutan lain yang tidak diinginkan. Kandungan deterjen yang telah dibuat pada saat ini memungkinkan untuk memperoleh hasil yang sama ataupun lebih baik dengan temperatur pencucian yang lebih rendah dan energi yang sedikit dan juga menghasilkan proses uraian biologis yang lebih efisien yang dapat melindungi lingkungan dari pencemaran.(5)

Pada umumnya deterjen mengandung bahan-bahan berikut :

1. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil dan hidrofob yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan.

2. Pembentuk (builder) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air.

4. Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Organik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 5. Myers, D. 1946. Sufactant Science & Technology. Third Edition. John Wiley & Sons , Inc. New York.


(21)

3. Pengisi (filler) merupakan bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci tetapi menambah kuantitas. Contoh : Sodium sulfat.

4. Aditif adalah bahan tambahan untuk membuat produk lebih menarik, seperti pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan lain-lain yang tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Aditif ini ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk..(6)

Dari bentuk fisiknya, ada beberapa jenis deterjen, yaitu deterjen cair dan deterjen bubuk.

2.2.1 Deterjen cair

Secara umum, deterjen cair hampir sama dengan deterjen bubuk. Hal yang membedakan hanyalah bentuknya : bubuk dan cair. Produk ini banyak digunakan di laundry modern yang menggunakan mesin cuci kapasitas besar dengan teknologi yang canggih.(7)

2.2Surfaktan

Istilah surfaktan (surface active agent) pada umumnya digunakan untuk menggambarkan molekul yang berinteraksi pada permukaan cairan. Surfaktan terdiri dari dua bagian yaitu gugu hidrofobik dan gugus hidrofilik. Surfaktan dapat digunakan dalam sistem cairan ataupun bukan cairan. Pernyataan lain adalah amfifil yang mengingatkan bahwa molekul atau ion mempunyai afinitas tertentu baik terhadap pelarut polar maupun non polar. Sebagai contoh, alkohol-alkohol rantai lurus, amina-amina dan asam-asam adalah amfifil yang berubah dari hidrofilik dominan menjadi lipofilik apabila jumlah atom karbon dalam rantai alkil naik. Amfifilik merupakan sifat dari zat aktif permukaan yang menyebabkan zat ini diadsorbsi pada antar muka, apakah ini cair/gas atau cair/cair. Jadi dalam suatu dispersi dalam air dari amil alkohol, gugus alkoholik polar dapat bergabung dengan molekul-molekul air.(8)

6. Luis. Spitz. 1996. Soap and Ditergenta Theoritical and Practical Review. AOCS Press. United States of America.

7. Permono. Ajar. 2002 . Membuat detergen bubuk, Penebar swadaya. Jakarta.

8.Richey, G Herman. 1983. Fundmentals of Organik Chemistry. The Pennsylvania state University, new jersey


(22)

Apabila pada permukaan antara dua fasa yang bersih (seperti gas cairan dan cairan-cairan) ditambahkan komponen ketiga, maka komponen ketiga ini akan teradsorbsi pada permukaan dan komponen ini akan sangat mempengaruhi sifat permukaan..

Adsorbsi molekul zat terlarut dari larutan oleh permukaan padatan biasanya hanya membentuk monolayer. Adsorban polar cenderung untuk mengadsorbsi adsorbat polar secara kuat dan mengadsorbsi adsorbat non polar secara lemah. Sebaliknya, adsorben nonpolar cenderung untuk mengadsorbsi secara kuat adsorbat nonpolar dan mengadsorpsi adsorbat secara lemah.(9)

2.2.3 Pembagian surfaktan

Pada umumnya gugus hidropobik merupakan gugus hirokarbon yang berantai panjang dan gugus hidrofil merupakan gugus yang mempunyai kepolaran yang tinggi yang dapat meningkatkan kelarutan. Berdasarkan sifat dari gugus hidrofiliknya surfaktan dibagi menjadi empat jenis, yaitu :

a. Aninonik, yaitu surfaktan dengan bagian aktif permukaannya mengandung muatan negatif. Contohnya adalah RC6H4SO3-Na+ (Alkilbenzena sulfonat).

b. Kationik, yaitu surfaktan dengan bagian aktif permukaan mengandung muatan positif. Contohnya adalah RNH3+Cl- (garam amina rantai panjang)

c. Nonionik, yaitu surfaktan dengan bagian aktif permukaan tidak mengandung muatan apapun. Contohnya adalah R-OCH2CH2O- (polioksietilen).

d. Ampoterik atau zwitteriontik yaitu surfaktan yang mengandung muatan negatif maupun positif pada bagian aktif permukaannya. Contohnya adalah RN+(CH3)2CH2CH2SO3- (sulfobetin)

2.2.3.1Surfaktan Anionik

Surfaktan anionik membentuk kelompok surfaktan yang paling besar dari jumlahnya. Sifat hidroliknya berasal dari bagian kepala ionik yang biasanya merupakan gugus sulfat atau sulfonat. Pada kasus ini, gugus hidrofob diikat ke bagian hidrofil dengan ikatan C-O-S yang labil, yang mudah dihidrolisis. Beberapa contoh dari surfaktan anionik adalah linier alkilbenzen sulfonat (LAS), alkohol sulfat (AS), alpha olefin sulfonat (AOS) dan parafin atau secondary alkane sulfonat (SAS).(10)

9.. Alberty A Robert dan Daniels Farrington. 1984. Kimia Fisika. Erlangga Jakarta.

10. Miller Bernard. 1930 Organic chemisty, the basis of life. The Benjamin / cummings Publishing Company.


(23)

2.3 Bahan baku pembuatan deterjen

Bahan baku untuk pembuatan deterjen bubuk terdiri dari beberapa jenis, yaitu bahan aktif, bahan pengisi, bahan penunjang, bahan tambahan, bahan pewangi dan antifoam. Pada pembuatan deterjen skala kecil dan menengah digunakan bahan baku yang sama.

2.3.1 Bahan aktif (Active ingredient)

Bahan aktif merupakan bahan inti dari detergen sehingga bahan ini harus ada dalam proses pembuatan deterjen. Secara kimia bahan ini dapat berupa Sodium Lauril Eter Sulfonate (SLES). Beberapa nama dagang dari bahan aktif ini diantaranya Luthensol, Emal dan Neopelex (NP). Di pasar beredar beberapa jenis Emal dan NP, yaitu Emal-10, Emal-20, Emal-30, NP-10, NP-20 dan NP-30. Secara fungsional bahan aktif ini mempunyai andil dalam meningkatkan daya bersih. Ciri dari bahan aktif adalah busanya sangat banyak.

2.3.2 Bahan pengisi (Filler)

Garam dapur adalah sejenis mineral yang lazim dimakan manusia. Bentuknya kristal putih, dihasilkan dari air laut. Biasanya garam dapat yang tersedia secara umum adalah Natrium Klorida (NaCl). Senyawa natrium adalah penting dalam perindustrian kimia, kaca, logam, kertas, petrolium, sabun dan tekstil. Sabun pada umumnya merupakan garam natrium dengan beberapa jenis asam lemak.

Bahan ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan baku. Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar volume. Keberadaan bahan ini dalam campuran bahan baku detergen semata-mata ditinjau dari aspek ekonomis. Pada umumnya, sebagai bahan pengisi detergen digunakan sodium sulfat. Bahan lain yang sering digunakan sebagai bahan pengisi, yaitu tetra sodium pyrophospate dan sodium sitrat. Bahan pengisi ini berwarna putih, berbentuk bubuk, dan mudah larut dalam air.


(24)

2.3.3 Bahan tambahan (Aditif)

Bahan aditif sebenarnya tidak harus ada dalam proses pembuatan detergen bubuk. Namun demikian, beberapa produsen justru selalu mencari hal-hal baru akan bahan ini karena justru bahan ini dapat memberi kekhususan dan nilai lebih pada produk detergen tersebut. Dengan demikian, keberadaan bahan aditif dapat mengangkat nilai jual produk detergen bubu tersebut.

2.3.4 Bahan pewangi (Parfum)

Parfum termasuk dalam bahan tambahan. Keberadaan parfum memegang peranan besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk detergen. Artinya, walaupun secara kualitas detergen yang ditawarkan bagus, tetapi bila salah memberi parfum akan berakibat fatal dalam penjualannya. Parfum untuk detergen berbentuk cairan berwarna kekuning-kuningan dengan berat jenis 0,9. Dalam perhitungan, berat parfum dalam gram (g) dapat dikonversikan ke mililiter (ml). Sebagai patokan 1 g parfum = 1,1 ml.

Pada dasarnya, jenis parfum untuk detergen dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu parfum umum dan parfum eksklusif. Parfum umum mempunyai aroma yang sudah dikenal umum di masyarakat, seperti aroma mawar dan aroma kenanga. Pada umumnya, produsen detergen bubuk menggunakan jenis parfum yang eksklusif. Artinya, aroma dari parfum tersebut sangat khas dan tidak ada produsen lain yang menggunakannya. Kekhasan parfum ekslusif ini diimbangi dengan harganya yang lebih mahal dari jenis parfum umum.

2.4 Koloid

Keadaan koloid adalah suatu keadaan antara larutan dan suspensi. Suatu kumpulan dari beberapa ratus atau beberapa ribu partikel yang membentuk partikel lebih besar dengan ukuran sekitar 10 Å sampai 2 000 Å dikatakan berada dalam keadaan koloid. Dalam suatu sistem koloid, partikel-partikel koloid terdispersi (tersebar) dalam medium pendispersinya. Zat terdispersi maupun medium pendispersi koloid dapat berupa zat padat, cair, atau gas. Terdapat 8 tipe system koloid, yaitu busa (gas dalam cair), busa padat (gas dalam padat), aerosol padat (cair dalam gas), emulsi

11..Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Organik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.


(25)

(cair dalam cair), emulsi padat (cair dalam padat), aerosol padat (padat dalam gas), sol (padat dalam cair), dan sol padat (padat dalam padat).

2.4.1 Kestabilan sistem koloid

Koloid gas dan kebanyakan koloid cairan tidak mengendap dalam waktu yang sangat lama (berarti koloid ini stabil). Kestabilan koloid ini disebabkan karena adanya gerak Brown. Meskipun telah sampai ke dasar tempatnya, partikel koloid dapat naik kembali dan terus bergerak dalam mediumnya. Penyebab lainnya karena umumnya partikel koloid mengadsorpsi ion. Partikel koloid yang sama akan mengadsorpsi ion-ion yang sejenis, sehingga partikel-partikel koloid itu saling tolak-menolak karena pengaruh ion sejenis yang telah diadsorpsi. Partikel koloid sebenarnya tidak bermuatan listrik (netral). Peristiwa elektroforesis dapat digunakan untuk mengetahui jenis muatan ion yang diadsorpsi koloid. Jika koloid mengumpul pada elektroda negatif, berarti koloid telah mengadsorpsi ion positip, dan sebaliknya.

Kestabilan koloid dapat juga disebabkan adanya adsorpsi molekul atau koloid yang lain (koloid protektif/pelindung). Misalnya gelatin sebagai penstabil es krim. Emulsi dapat terbentuk karena adanya koloid lain (emulgator/pengemulsi) sebagai pengadsorpsi. Misalnya sabun sebagai pengemulsi minyak/lemak dan air. Pengemulsi yang lain misalnya kasein dalam susu, dan kuning telur dalam pembuatan mayones.(12) 2.5 Viskositas

Di antara semua sifat- sifat fluida, viskositas memerlukan perhatian yang terbesar dalam telaahan tentang aliran fluida. Viskositas adalah sifat fluida yang mendasari diberikannya tahanan terhadap tegangan geser oleh fluida tersebut. Hukum viskositas Newton menyatakan bahwa untuk laju perubahan bentuk sudut fluida yang tertentu maka tegangan geser berbanding lurus dengan viskositas.

Viskositas gas meningkat dengan suhu, tetapi viskositas cairan berkurang dengan naiknya suhu. Perbedaan dalam kecendrungan terhadap suhu tersebut dapat diterangkan dengan menyimak penyebab – penyebab viskositas. Tahanan suatu fluida terhadap tegangan geser tergantung pada kohesinya dan pada laju perpindahan momentum molekularnya. Cairan dengan molekul – molekul yang jauh lebih rapat dari pada gas, mempunyai gaya-gaya kohesi yang jauh lebih besar dari pada gas.

12. Yazid, E. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta.


(26)

Kohesi nampaknya merupakan penyebab utama viskositas dalam cairan, dan karena kohesi berkurang dengan naiknya suhu, maka demikian pula viskositas.

Sebaliknya, gas mempunyai gaya- gaya kohesi yang sangat kecil. Sebagian besar dari tahanan nya terhadap tegangan geser merupakan akibat perpindahan momentum molekular.(13)

Perilaku zat cair, terutama air banyak dipelajari dalam bidang teknik sipil, sedang gas banyak dipelajari dalam bidang teknik mesin, kimia, aeronotika, dan sebagainya. Zat cair mempunyai bebereapa sifat berikut ini:

1. Apabila ruangan lebih besar dari volume zat cair, akan terbentuk permukaan bebas horizontal yang berhubungan dengan atmosfer.

2. Mempunyai rapat massa dan berat jenis 3. Dapat dianggap tidak termampatkan 4. Mempunyai viskositas (kekentaalan)

5. Mempunyai kohesi, adhesi dan tegangan permukaan

Kekentalan adalah sifat dari zat cair untuk melawan tegangan geser pada waktu bergerak / mengalir. Kekentalan disebabkan karena kohesi antara partikel zat cair.zat cair ideal tidak mempunyai kekentalan. Zat cair kental seperti sirup atau oli, mempunyai kekentalan besar, sedangkan zat cair encer, seperti air mempunyai kekentaln kecil. Kekentalan zat cair dapat dibedakan menjadi dua yaitu kekentaln dinamik (µ) atau kekentalan absolute dan kekentalan kinematis ( V).(14)

Koefisien Viskositas adalah kekuatan dalam dyne yang menggunakan tekanan diantara dua lapisan sejajar, dapat juga dianggap sebagai gaya p[ersatuan luas yang diperlukan untuk mengerakkan ataupun memiondahklan satu lapisan yang memepunyai kecepatan 1 cm detik -1 melewati garis sejajar yang lain yang berjarak 1 cm. Di dalam SI satuan viskositas adalah Nsm-2 (kgm-1s-1) ata Pa s (pascal sekon). Didalam CGS satuian viskositas adfalh dyne s cm-2 ( gcm -2 s-1). Satuan ini disebut poise diberi simbol p ( 1 poise = 0,1 Pa s ).

13. Sukardjo.2002. Kimia Fisika. cetakan ketiga. Rineka cipta . Jakarta.


(27)

Ini merupakan penghargaan kepada ilmuwan prancis Poiseulle yang menurumnkan rumus penetuan Viskositas dan metoide untuk menentukan Viskositas larutan Satuan viskositas lain adalah centipoise ( 1/100 poise) dan ,ilipoise (1 / 1000 poise.(15)

2.5.1 Faktor – faktor yang memepengaruhi viskositas adalah sebagai berikut : 1. Tekanan

Viskositas cairan naik dengan naioknya tekanan sedangkan viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan.

2. Temperatur

Viskositas akan turun dengan naiknya temperatur, sedangkan viskositas gas naik dengannaiknya temperatur. Pemanasan zat cair menyebabakan molekul – molekulnya memperoleh energi. Molekul- molekul caoran bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan demiokian viskositas cairan akan turun dengan kenaikan tempereatur.

3. Kehadiran zat lain

Penambahan gula tebu meningkatkan viskositas air. Adanya bahan tambahan seperti bahan suspensi (miksalnya albumin dan globulin) menaikkan viskositas air. Pada minyak ataupun gliserin adanya penambahan air akan menyebabkan viskositas akan turun klarena gliserin ataupun minyak akan semakinm encer, waktu alirnya kan semakin cepat.

4. Ukuran dan berat molekul

Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya laju aliran alkohol cepat, larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi. Larutan minyak misalnya CPO memiliki kekentalan tinggi serta laju aliran lambat sehingga viskositas juga tinggi.

5. Bentuk molekul

Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak.


(28)

6. Kekuatan antar molekul

Viskositas air naik dengan adanya ikatan hidrogen, Viskositas CPO dengan gugus OH pada trigliseridanya naik pada keadaan yang sama.

2.5.2 Metode pengukuran Viskositas dengan metode Ostwald

Viskosimeter Ostwald telah diperbaharui oleh bingham. Cairan dilewatkan melalui suatu kapiler dengan penjagaan tekanan udara pada tekanan konstan. Ada tanda pada atas dan dasar dari bulatan pipa dan waktu yang dibutuhkan untuk cairan mengalir dari tanda atas ke tanda bawah yang mana wakltu alirnya dicatat.

Pada percobaan sebenarnya, sejumlah tertentu cairan dipipet ke dalam viskosimeter. Cairan kemudian dihisap melalui labu pengukur dari Viskosimeter sampai permukaan cairan lebih tinggi dari batas a. Cairan dibiarkan turun. Ketika cairan turun melewati batas a, stopwatch di hidupkan dan ketika caioran melewati batas b, stop watch dimatikan jadi waktu yang dibutuhkan cairan untuk melewati jarak anatar a dan b dapat ditentukan.

Untuk menghindari kesukaran dalam hal pengukuran, digunakan suatu cairan pembanding. Yang paling sering digunakan adalah air. Dengan menyusun kembali persamaan untuk dua cairan nilai V, R dan L akan dapat dihilangkan. Hal ini dapat dilihat pada persamaan.

2 4 1 4 2 1 ) ( 8 8 ) ( t t P R VL x VL P R π π

ηη =

2 2 1 1 2 1 2 1 ) ( ) ( t t x P P t t ρρ ηη =

P = ρ x konstanta Ρ = masa jenis cairan

karena tekanan berbanding lurus dengan rapatan cairan (d), maka berlaku :

Jadi bila viskositas dan masa jenis pembanding diketahui, maka viskositas cairan lain dapat ditentukan. Tabel 1. memperlihatkan viskositas beberapa cairan pada suhu yang berbeda-beda.(16)


(29)

Tabel 1. Viskositas cairan pada berbagai suhu (dalam satuan poise*)

Cairan Suhu

0 C

0 10 20 30 40 50

Air 0.0179 0.013 0.0101 0.0080 0.0065 0.0055

Gliserin 105.9 34.4 13.4 6.29 2.89 1.41

Anilin 0.102 0.065 0.0044 0.0316 0.0237 0.0185 Bensin 0.0091 0.0076 0.0065 0.0056 0.0050 0.0044 Etanol 0.0177 0.0147 0.012 0.0100 0.0083 0.007

Minyak lobak 25.3 3.85 1.63 0.96 - -

14. E. B. Wylie. 1992. Mekanika Fluida. Erlangga. Jakarta. 15. Bambang. T. 1993. Hidraulika I. Beta offset. Yogyakarta.

16. Bird. T. 1987. Kimia Fisik Untuk Universitas. Cetakan Pertama. Gramedia Pustaka. Jakarta.


(30)

BAB 3

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Bahan – bahan

- Sodium lauril eter sulfat (surfaktan). - Sodium lauril sulfat

- Natrium klorida (NaCl)

- Etilen diamin tetra acetic (EDTA) - Parfum lemon

- Zat pewarna kuning sintetik - Akuades

3.2 Alat – alat

- Neraca analitik (ketelitian ± 0,0001 g) Mettler - Gelas ukur 100 mL (ketelitian ± 2 mL) Pyrex - Gelas ukur 10 mL (ketelitian ±1 mL) Pyrex - Gelas beaker 100 mL (ketelitian ±10 mL) Pyrex - Gelas beaker 1000 mL ( ketelitian ±50 mL) Pyrex

- Pengaduk (mix stirrer ) Fisher

- Viskosimeter ostwald Fisher

- Piknometer (presisi 5 mL) Iwaki

- Pipet volume 10 mL Pyrex

- Pipet volume 5 mL Pyrex


(31)

- Statif dan klem

- Wadah penampung (ember) - Batang pengaduk

- Karet penghisap - Botol aquades - Stopwatch - Spatula

3.3 Metode penelitian 3.3.1 Persiapan

1. Pencucian Alat

Larutan pencuci dibuat dari 2,0 g Kalium bikromat yang dilarutkan dengan 5 mL aquadest, dipanaskan hingga semua larut kemudian didinginkan. Lalu ditambahkan 60 ml asam sulfat pekat secara perlahan-lahan sambil diaduk. Alat-alat kaca diisi dengan larutan tersebut dan dibiarkan selama 15 menit. Kemudian larutan dikeluarkan dan alat kaca dibilas dengan aquadest paling sedikit 4 kali. Perhatikan apakah air mengalir tanpa meninggalkan tetesan pada dinding, jika tidak pembersihan harus diulang.

2. Kalibrasi Alat

Alat-alat kaca volumetric dikalibrasi dengan menghitung berat larutan (biasanya aquadest) yang diisi dalam alat volumetric yang telah diketahui densitasnya dan temperaturnya. Data terlebih dahulu dikoreksi denga persamaan :

...(3.1)


(32)

Dimana Wv = berat sebenarnya Wa = berat dari pengukuran

da = densitas udara (0,0012 mg/ml pada keadaan biasa) = densitas benda dan = densitas anak timbangan

Lalu volume alat pada temperature kalibrasi ditentukan dengan mengalihkan densitas larutan dengan berat yang dikoreksi. Sehingga volume ini dikoreksi terhadap temperature standar 200C

3. Kalibrasi pipet

Pipet diisi dengan dengan aquadest yang bersuhu pada suhu laboratorium hingga tanda 0,00 mL. sebuah labu Erlenmeyer 125 ml ditimbang dan dicatat berat awalnya, sentuhkan ujung pipet pada dinding beaker untuk menghilangkan setiap tetes yang menggantung. Kalibrasi harus diulang dan hasil duplikat tidak boleh lebih dari 1 ppt.

3.3.2 Pembuatan larutan garam 20 %

1. NaCl ditimbang sebanyak 2 kg dan dimasukkan ke dalam ember 10 L. 2. Akuades ditimbang sebanyak 8 kg , dimasukkan kedalam ember dan

diaduk sampai homogen. 3.3.3 Pembuatan larutan SLES 33,3 %

1. SLES ditimbang sebanyak 2 kg dan dimasukkan ke dalam ember 10 L. 2. Akuades ditimbang sebanyak 4 kg, dimasukkan kedalam ember dan diaduk

sampai homogen.

3.3.4 Pembuatan larutan SLS 33,3 %

1. SLS ditimbang sebanyak 1 kg dan dimasukkan ke dalam ember 10 L.

2. Akuades ditimbang sebanyak 2 kg, dimasukkan kedalam ember dan diaduk sampai homogen.


(33)

3.3.5 Sampling

Berdasarkan sifat populasi yang homogen, maka teknik sampling yang digunakan adalah teknik rancangan acak kelompok faktorial dengan metode undian replikasi yang dilakukan tiga kali untuk setiap perlakuan dari masing-masing sampel.

3.3.6 Variabel

Dalam penelitian ini yang dipilih sebagai variabel bebas adalah NaCl dengan konsentrasi 20% .Variasi volume NaCl yang ditambahkan adalah 100 mL, 140 mL, 180 mL, 220 mL, 260 mL, 300 mL, 340 mL,380 mL, 420 mL dalam 1000 mL bahan pencuci tangan (Hand Soap). Yang menjadi variabel tetap adalah suhu, volume Sodium lauril eter sulfat, volume Sodium lauril sulfat, zat pewarna, parfum yang merupakan bahan-bahan pembuat pencuci tangan cair (Hand Soap).

3.3.7 Randomisasi

Randomisasi dilakukan dengan sepuluh variasi berat pengental yang masing-masing dilakukan replikasi perlakuan sebanyak tiga kali, maka total pengamatan yang harus dilakukan dalam urutan sembarang untuk masing-masing sampel adalah 27 kali perlakuan. Kemudian setiap pengamatan diberi nomor sebagai berikut:

Tabel 3.1 Percobaan model tetap untuk nilai viskositas

Volume NaCl 20%

Perlakuan

I II III

100 ml 1 2 3

140 ml 4 5 6

180 ml 7 8 9

220 ml 10 11 12

260 ml 13 14 15

300 ml 16 17 18

340 ml 19 20 21

380 ml 22 23 24

420 ml 25 26 27


(34)

Satu angka sembarang dipilih dari angka 1 sampai 27 dengan cara undian. Kemudian angka tersebut dilakukan untuk percobaan pertama sesuai dengan volume NaCl yang tertera pada tabel. Proses ini dilakukan sampai 27 kali perlakuan.

Tabel 3.2 Randomisasi urutan perlakuan

No. Urutan No. percobaan Volume NaCl 20 % (mL)

1 16 300

2 10 220

3 15 260

4 26 420

5 4 140

6 17 300

7 25 420

8 11 460

9 5 140

10 12 220

1 19 340

12 13 260

13 3 460

14 20 340

15 14 260

16 18 360

17 9 180

18 24 380

19 23 380

20 27 420

21 2 100

22 22 380

23 6 140

24 7 180

25 1 100

26 21 340

27 8 180


(35)

3.4 Pengumpulan data

3.4.1 Pembuatan sampel bahan pencuci tangan cair dengan variasi larutan NaCl 20% sebanyak 100 g.

1. Larutan Sodium lauril eter sulfat 33,3 % sebanyak 540 mL dimasukkan kedalam gelas beaker ukuran 1000 mL.

2. Larutan Sodium lauril sulfat sebanyak 30 mL ditambahkan kedalam larutan. 3. Ditambahkan larutan NaCl 20% dengan variasi 100 mL.

4. Ditambahkan 4 mL parfum lemon kedalam larutan. 5. Ditambahkan Etilen diamin tetra acetic sebanyak 4 g. 6. Ditambahkan 0,25 g zat pewarna kuning sintetik.

7. Diaduk larutan hingga homogen dengan kecepatan pengadukan 2000 rpm. 8. Ditambahkan akuades sampai volume larutan 1000 mL dan diaduk hingga

homogen.

9. Di diamkan selama 24 jam.

3.4.2 Penentuan densitas sampel

1. Piknometer kosong ditimbang beratnya.

2. Dipipet 5 mL sampel dan dimasukkan kedalam piknometer. 3. Ditimbang berat piknometer berisi sampel.

4. Dilakukan penimbangan sebanyak 3 kali. 5. Ditentukan densitas sampel.


(36)

3.4.3 Penentuan waktu alir sampel

1. Dipipet sebanyak 10 ml sampel dan dimasukkan kedalam viskosimeter Ostwald.

2. Sampel dihisap memakai bola karet sampai garis batas atas pada viskosimeter Ostwald.

3. Bola karet dilepas dan stop watch di hidupkan.

4. Dicatat waktu alir sampel dari batas atas sampai batas bawah pada viskosimeter Ostwald.

5. Dilakukan pengukuran sebanyak 3 kali.

3.5 Pengolahan data

3.5.1 Perhitungan densitas

Nilai densitas sampel dapat dihitung berdasarkan rumus :

d =

...(3.2)

dimana :

d = densitas larutan (g/mL) m = massa (g)

V = volume (mL)


(37)

3.5.2 Perhitungan viskositas

Nilai viskositas dihitung berdasarkan persamaan :

...(3.3)

dimana : = viskositas air (poise)

= viskositas bahan pencuci tangan cair (poise) = densitas air ( g / mL )

= densitas bahan pencuci tangan cair ( g / mL ) = waktu alir air (detik)

t2 = waktu alir bahan pencuci tangan cair (detik)

3.5.3 Penentuan Kesalahan

3.5.3.1. Sumber Kesalahan Sistematik

a. Kesalahan instrument, yaitu bersumber dari alat atau instrumentnya sendiri, misalnya penyimpangan nol dalam pembacaan skala. Kesalahan ini dapat diminimalkan dengan cara kalibrasi atau penggunaan blangko.

b. Kesalahan metode, dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode viskositas Ostwald.

c. Kesalahan personal, yaitu kesalahan yang dilakukan seorang peneliti ataupun karena kesalahan prosedur. Kesalahan ini dapat diminimalkan dengan maningkatkan ketelitian dan kedisiplinan peneliti.


(38)

3.5.3.2. Kesalahan Random (Intermediate)

Tipe kesalahan ini disebabkan oleh banyaknya variabel bebas dan pengulangan dalam setiap pengukuran kimia dan fisika. Kesalahan terjadi ketika sebuah sistem pengukuran diteruskan hingga kesensifitas maksimumnya. Terdapat banyak kontributor kesalahan random, namun tidak ada yang dapat di identifikasi dan dihitung karena sangat kecil dan tidak dapat dideteksi tersendiri. Kesalahan ini dapat di lihat dari rata-rata yang merefleksikan ketelitian.

3.5.3.3 Kesalahan Gabungan dari kesalahan random

Kebanyakan hasil akhir dalam kimia fisika dihasilkan dari perhitungan pengukuran-pengukuran yang digabungkan. Hal ini penting untuk memastikan bagaimana

kesalahan pengukuran individual mempengaruhi hasil akhir. Penjumlahan atau pengurangan jika kuantitas di beri simbol A dan B, dan ketelitian (ketidakpastian) diberikan simbol a dan b, maka untuk memperoleh ketidakpastian c dari hasil C adalah A(±a) + B(±b) = C(±c), maka u(c) = a2 +b2 ...(3.4) Perkalian atau pembagian; jika A(±a) x B(±b) = C(±c), atau A(±a) / B(±b) = C(±c), maka ; u(c) = C

2 2       +       B b b a ...(3.5)

3.5.3.4 Penentuan ketidakpastian dalam significant figure

Data yang diperoleh ditentukan nilai ketidakpastiannya berdasarkan sumber- sumber ketidakpastian. Baik pada saat menimbang, pengukuran volume maupun penggunaan alat untuk setiap penentuan dalam penelitian ini. Kemudian data yang diperoleh dianalisa secara statistik dengan analisis varians (ANAVA) dan grafik dengan tingkat signifikansi 5 % untuk menerima atau menolak hipotesa yang diajukan.


(39)

1. Perhitungan ketidakpastian persentase NaCl

Parameter yang di ukur adalah persentase larutan NaClyang tergantung pada berat molekul natrium klorida dan kemurniannya.

Massa

Sertifikat kalibrasi timbangan tercantum ± 0,15 mg untuk linieritas. Produsen timbangan merekomendasikan untuk menggunakan distribusi rektangular untuk mendapatkan kontribusi linier deviasi standar.

3 15 , 0

= 0,087 mg U = 2x

(

0,087

)

2 = 0,123 mg ...(3.6)

Kemurnian NaCl

P NaCl

= 98% = 100% ± 2,00%

= 1,0 ± 0,02 u(PNaCl ) =

3 02 , 0

= 0,0115 ...(3.7)

2. Ketidakpastian Pipet volume 5 mL (VT1)

3.

Ketidakpastian pipet volume 5 mL dengan presisi ± 0,01 mL dapat di hitung dari penggabungan dua pengaruh utama terhadap volume, yaitu : kalibrasi dan pengaruh suhu.

a. Kalibrasi u(V5_cal) =

3 01 , 0

= 0,0057 mL ...(3.8) b. Perbedaan suhu laboratorium dengan suhu kalibrasi


(40)

Suhu yang tertera pada alat gelas volumetri adalah 200C, sedangkan suhu laboratorium bervariasi antara ± 100C. Ketidakpastian dapat di hitung dari

perbedaan suhu dengan koefisien pemuaian volume air (γ = 2,1 x 10-40

C), dan koefisien rektangular di mana akan memberikan

± V x ∆t x γ

± 5 x 10 x 2,1 x 10-4 = 0,0105 mL u(V5_temp) =

3 0105 , 0

= 0,0060 mL ...(3.9) ketidakpastian gabungan pipet volume 5 mL

u(V5) =

( ) (

)

2 _ 5 2 _

5 cal uV temp

V

u + ...(3.10) = 0,0082 m

3. Ketidakpastian Pipet volume 10 mL (VT1)

Ketidakpastian pipet volume 10 mL dengan presisi ± 0,02 mL dapat di hitung dari penggabungan dua pengaruh utama terhadap volume, yaitu : kalibrasi dan pengaruh suhu.

a. Kalibrasi u(V10_cal) =

6 02 , 0

= 0,0081 mL ...(3.11) b. Perbedaan suhu laboratorium dengan suhu kalibrasi

Suhu yang tertera pada alat gelas volumetri adalah 200C, sedangkan suhu laboratorium bervariasi antara ± 100C. Ketidakpastian dapat di hitung dari perbedaan suhu dengan koefisien pemuaian volume air (γ = 2,1 x 10-40C), dan koefisien rektangular di mana akan memberikan

± V x ∆t x γ

± 10 x 10 x 2,1 x 10-4 = 0,021 mL u(V10_temp) =

3 021 , 0

= 0,0121 mL ...(3.12)


(41)

ketidakpastian gabungan pipet volume 10 mL

u(V10) = u

( )

V10_cal 2 +u

(

V10_temp

)

2 ...(3.13) = 0,0146 mL

4. Ketidakpastian gelas ukur 10 mL

Preparasi sampel menggunakan gelas ukur 10 mL untuk mengukur volume 10 mL sampel yang akan di transfer ke viskosimeter Ostwald.

Ketidakpastian gelas ukur 10 mL, dengan toleransi ± 0,2 mL dapat dihitung dari pengabungan tiga pengaruh utama terhadap volume, yaitu : kalibrasi, pengaruh suhu dan perulangan.

a. Kalibrasi u(V10_cal) =

6 2 , 0

= 0,082 mL ...(3.14)

b. Perbedaan suhu laboratorium dengan suhu kalibrasi.

Suhu yang tertera pada alat gelas volumetri 20oC, sedangkan suhu laboratorium bervariasi antara 20oC – 30oC. Ketidakpastian karena pengaruh ini dapat dihitung dari perbedaan suhu dengan koefisien pemuaian Volume air ( 2,1 x 10-4 oC-1), yang akan memberikan variasi volume sebesar :

± V x ∆t x γ

± 10 x 10 x 2,1 x 10-4 = 0,021 mL u(V10_temp) =

3 021 , 0

= 0,0121 mL. ...(3.15)


(42)

d. Perulangan

Dalam penelitian ini perulangan tidak ditentukan secara langsung dalam laboratorium, maka diasumsikan ketidakpastian perulangan pengisian gelas ukur adalah ± dengan distribusi seragam. Ini dikarenakan gelas ukur diisi setetes demi setetes.

u(V10_rep) = 3 05 , 0

= 0,02886 mL ...(3.16) ketidakpastian gabungan gelas ukur 10 ml

u(V10) =

(

) (

) (

)

2 _ 10 2 _ 10 2 _

10 cal uV temp uV rep

V

u + +

= 0,0877 mL ...(3.17) 5. Ketidakpastian gelas ukur 100 mL

Preparasi sampel menggunakan gelas ukur 100 mL untuk mengukur volume 100 mL sampel yang akan di transfer ke viskosimeter Ostwald.

Ketidakpastian gelas ukur 100 mL, dengan toleransi ± 0,5 mL dapat dihitung dari pengabungan tiga pengaruh utama terhadap volume, yaitu : kalibrasi, pengaruh suhu dan perulangan.

a. Kalibrasi u(V100_cal) =

6 5 , 0

= 0,2041 mL ...(3.18)

b. Perbedaan suhu laboratorium dengan suhu kalibrasi

Suhu yang tertera pada alat gelas volumetri 20oC, sedangkan suhu laboratorium bervariasi antara 20oC – 30oC. Ketidakpastian karena pengaruh ini dapat dihitung dari perbedaan suhu dengan koefisien pemuaian Volume air ( 2,1 x 10-4 oC-1), yang akan memberikan variasi volume sebesar :


(43)

± V x ∆t x γ

± 100 x 10 x 2,1 x 10-4 = 0,21 mL u(V50_temp) =

3 21 , 0

= 0,1212 mL ...(3.19) c. Perulangan.

Dalam penelitian ini perulangan tidak ditentukan secara langsung dalam laboratorium, maka diasumsikan ketidakpastian perulangan pengisian gelas ukur adalah ± dengan distribusi seragam. Ini dikarenakan gelas ukur diisi setetes demi setetes.

u(V100_rep) = 3 5 , 0

= 0,2886 mL ...(3.20) ketidakpastian gabungan gelas ukur 100 ml

u(V100) =

(

)

(

) (

)

2 _ 100 2 _ 100 2 _

100 cal uV temp uV rep

V

u + +

= 0,3733 mL ...(3.21)

Analisis Data

Data yang diperoleh ditentukan nilai ketidakpastiannya berdasarkan sumber- sumber ketidakpastian. Baik pada saat menimbang, pengukuran volume maupun penggunaan alat untuk setiap penentuan dalam penelitian ini. Kemudian data yang diperoleh dianalisa secara statistik dengan analisa variansi (ANAVA), regresi, korelasi dan grafik dengan tingkat signifikansi 5 % untuk menerima atau menolak hipotesa yang diajukan.

3.6.1. Analisa Variansi

Dalam menguji hipotesa yang telah diajukan maka di pakai rancangan acak kelompok sederhana. Dalam rancangan ini tidak terdapat lokal kontrol, sehingga sumber keragaman yang diamati hanya perlakuan yang di ragam sebanyak kelompok.


(44)

Analisis jumlah kuadrat untuk nilai viskositas

1. Jumlah kuadrat total (JKT) JKT = - = 28340,1403

2. Jumlah kuadrat antar kelompok (JKA)

JKA = + + - = 7682,2359 3. Jumlah kuadrat dalam kelompok (JKD)

JKD = JKT – JKA = 20657,9044

4. Rata-rata kuadrat antar kelompok (RKA)

RKA = = 3841,1179

5. Rata-rata kuadrat dalam kelompok (RKD)

RKD = = 860,7460 6.FHitung

FHitung = = 4,4

Analisis Sisdik Ragam Derajat Bebas (dB) dBa = m – 1 = 3 -1 = 2 dBT = n – 1 = 27 – 1 = 26 dBd = dBT - dBa = 26 – 2 = 24


(45)

3.6.2 Analisis Regresi

Analisis Regresi untuk nilai Viskositas

Hasil pengukuran nilai viskositas diplotkan terhadap berat zat pengental (NaCl). Persamaan garis regresi diturunkan dari metode Least Square, dapat di lihat pada tabel di halaman lampiran.

di mana : X = berat NaCl Y = nilai Viskositas

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat di hitung dari persamaan berikut ; Y = aX + b ...(3.22)

di mana harga a (slope) dan b (intersep) dapat di hitung dari persamaan :

a =

( )

(

) (

)(

)

(

)

− − 2 2 2 i i i i i i i X X n Y X X X Y ...(3.23)

Harga intersep (b) diperoleh dengan mensubtitusikan harga slope (a) ke dalam persamaan

b =

(

)( )

(

)

− − 2 2 i i i i i i X X n Y X Y X n ...(3.24)

maka diperoleh harga intersep (b).


(46)

3.6.3 Uji Hipotesa

Uji Hipotesa 1 dan 2 1) Hipotesa Nol

2) 1, (i 0 A :

H1o i = =

yang berarti bahwa tidak ada pengaruh penambahan NaCl sebagai pengental terhadap perubahan nilai viskositas bahan pencuci tangan (hand soap.

2) Hipotesa Alternatif 2) 1, (i 0 A :

H11 i ≠ =

yang berarti bahwa ada pengaruh penanbahan NaCl sebagai pengental terhadap perubahan nilai viskositas bahan pencuci tangan (hand soap).

Cara Pengujian

H1 dipakai statistik F1 =

Ey Ay

M M

Dengan daerah kritis pengujian ditentukan oleh F (a-1), ab (n-1). H2 dipakai statistik F2 =

Ey By

M M

Dengan daerah kritis pengujian ditentukan oleh F (b-1), ab (n-1). • Kriteria Pengujian:

Pada batas ketangguhan α = 0,05 pada daerah kritis pengujian berlaku:

; H ; H o2

o

1 diterima bila F hitung < F tabel.

; H ;

H11 12 diterima bila F hitung > F table


(47)

3.7 Skema pengambilan data .

3.7.1 Skema pembuatan sampel bahan pencuci tangan cair dengan variasi larutan NaCl 20% sebanyak 100 g.

Dimasukkan kedalam gelas beaker ukuran 1000 mL. Ditambahkan 30 mL larutan Sodium lauril sulfat 33,3% Diaduk hingga homogen.

Ditambahkan larutan NaCl 20% dengan variasi 100 mL. Ditambah 0,25 g zat pewarna kuning sintetik kedalam larutan.

Ditambahkan 4 mL parfum lemon kedalam larutan Ditambahkan Etilen diamin tetra acetic sebanyak 4 g. Diaduk dengan kecepatan 2000 rpm

Ditambahkan akuades sampai volume larutan 1000 mL dan diaduk hingga homogen.

Di diamkan selama 24 jam. 540 mL larutan SLES 33,3 %

Bahan Pencuci tangan cair (hand soap)

Larutan Bahan Pencuci tangan


(48)

3.7.2 Skema penentuan densitas sampel

Ditimbang berat kosongnya.

Di pipet 5 mL sampel, dimasukkan kedalam piknometer. Ditimbang berat piknometer berisi sampel.

Dilakukan penimbangan sebanyak 3 kali Ditentukan densitas sampel.

3.7.3 Skema penentuan waktu alir sampel

Dimasukkan kedalam viskosimeter Ostwald.

Dihisap Sampel memakai bola karet sampai garis batas atas. Dilepaskan bola karet dan stop watch dihidupkan.

Dicatat waktu alir sampel dari batas atas sampai batas bawah. Dilakukan pengukuran sebanyak 3 kali.

Piknometer

Hasil

10 mLSampel

Hasil


(49)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa pengaruh penambahan pengental memberikan perubahan viskositas pada bahan pencuci tangan cair (hand soap). Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan viskositas sebelum dan setelah penambahan pengental pada bahan pencuci tangan cair (hand soap). Dengan semakin besarnya volume NaCl 20% yang ditambahkan memberikan perubahan yang sangat nyata dalam menaikkan viskositas bahan pencuci tangan cair, seperti terlihat pada tabel dibawah ini.

Data hasil perhitungan nilai viskositas bahan pencuci tangan cair (hand soap) setelah penambahan pengental

Volume NaCl 20% (mL)

Viskositas larutan pencuci piring (η) (poisse)

η (poisse)

I II III

100 1,2203 1,2067 1,2120 1,213

140 9,3877 9,1002 9,1014 9,1964

180 45,2759 45,2921 45,4555 45,3411

220 46,7479 50,7878 49,3802 48,9719

260 76,7356 75,6214 74,8272 75,7264

300 104,8064 110,6347 110,5980 108,6797

340 75,3887 76,5630 76,7178 76,2231

380 49,6998 51,1292 51,5471 50,7920

420 25,6743 25,9240 26,1224 25,9069


(50)

Perubahan densitas yang terjadi sebelum dan sesudah penambahan pengental. Densitas yang diperoleh sebelum penambahan pengental yaitu 1, 0022 g/cm3 dan setelah penambahan pengental pada variasi 100 mL, densitas yang diperoleh 1,0154 g/cm3 seperti terlihat pada tabel 3 lampiran 2. Perubahan waktu alir yang signifikan diperoleh pada waktu pengukuran sebelum dan setelah ditambahkan pengental larutan NaCl 20 %.

Penambahan zat pengental pada bahan pencuci tangan cair (hand soap) menyebabkan perubahan pada densitas dan waktu alir sehingga menyebabkan kenaikan viskositas pada bahan pencuci tangan cair tersebut.Viskositas maksimum bahan pencuci tangan cair, diperoleh pada penambahan Volume NaCl 20% sebanyak 300 mL dengan viskositas 108,6797 poise yang ditunjukkan pada gambar 1 pada lampiran 6.


(51)

4.2 Pembahasan.

4.2.1 Hipotesa – 1

Dari hipotesa – 1 di peroleh harga Fhitung lebih besar dari F table , maka H11 diterima dan

H10 ditolak, berarti ada pengaruh penambahan pengental terhadap perubahan viskositas larutan pencuci tangan cair. Dari hasil penelitian diperoleh, menunjukkan bahwa penambahan pengental pada bahan pencuci tangan cair meningkatkan viskositas, semakin tinggi jumlah pengental yang ditambahkan kedalam bahan pencuci tangan cair maka semakin tinggi viskositasnya, dan apabila penambahan pengental secara berlebih akan membuat viskositas menjadi turun, seperti yang terlihat pada grafik dibawah ini.

Pada proses pengentalan bahan pencuci tangan cair dimana akan terjadi kenaikan viskositas seperti pada penambahan volume NaCl 220 – 300 mL pada grafik. Hal ini terjadi karena terjadinya penambahan elektrolit dimana ion Na+ yang dilepaskan oleh NaCl bereaksi dan berikatan sempurna dengan ion SO4- yang dilepaskan oleh sodium laurel eter sulfat. Semakin besar konsentrasi NaCl dalam larutan bahan pencuci tangan tersebut, makam akan semakin tinggi viskositasnya.


(52)

Pada penambahan volume NaCl 300 s/d 420 terjadi penurunan viskositas, hal ini terjadi karena penambahan volume NaCl berlebih pada bahan pencuci tangan akan menyebabkan tingginya konsentrasi NaCl dalam larutan tersebut, sehingga ion Na+ yang dilepas NaCl akan berlebih. Kelebihan ion Na+ dalam larutan memebuat ion-ion tersebut banyak yang tidak berikatan, sehingga saling bergabung dan memebentuk endapan didasar wadah. Akibat terjadinya pengendapan maka viskositas akan menurun.

Koloid hidrofil karena terjadi hidrasi, sifat – sifat fisiknya sangat berbeda dengan mediumnya, viskositasnya lebih besar dan tegangan mukanya lebih kecil. Kecepatan pengendapan partikel koloi menjadi semakin besar dengan bertambahnya jari –jari atau ukuran partikel. Bertambahnya selisih rapatan partikel (d) dan rapatan medium

(dm), berkutanganya viskositas (kekentalan). Medium η dan naiknya percepatan

gravitasi.

Koagulasi dapat pula dilakukan dengan cara pemanasan, pendinginan, penambahan koloid yang bermuatan dan penambahan elektrolit. Kemampuan mengkoagulasikan koloid oleh elektrolit tregantung pada jenis elektrolit dan banyaknya muatan. Makin besar muatan ion berlawanan yang ditambahkan, makin sedikit elektrolit yang digunakan untuk mengendapkan. Menurut aturan Hardy Schulze urutan untuk sol negative adalah Sn4+ > Al3+ > Mg2+ > Na+ sedangkan untuk sol positif PO3- >SO42- > Cl- .Koagulasi endapan koloid juga dapat di percepat oleh suhu tinggi dan pengadukan serta dengan penambahan elektrolit tertentu. Dengan suhu tinggi berarti akan menurunkan viskositas dan menaikkan selisih rapatan ( d – dm). Suatu koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan terpengaruh oleh gaya gravitasi bumi, sehingga antara partikel dapat saling bergabung membentuk gumpalan sehingga mengendap di dasar wadah.


(53)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian, penambahan NaCl 20% terhadap bahan pencuci tangan cair dapat menaikkan viskositas, sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penambahan larutan NaCl 20% mempengaruhi viskositas bahan pencuci tangan cair (hand soap). Penambahan pengental pada bahan pencuci tangan cair meningkatkan viskositas, semakin tinggi jumlah pengental yang ditambahkan kedalam bahan pencuci tangan cair maka semakin tinggi viskositasnya, dan apabila penambahan pengental secara berlebih pada titik viskositas maksimum membuat viskositas menjadi turun.

2. Nilai viskositas maksimum adalah 108,6797 poise diperoleh pada penambahan NaCl 20% sebanyak 300 mL.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di sarankan kepada peneliti lain agar melakukan jenis zat pengental dan variasi penambahan yang lain untuk meningkatkan nilai Viskositas bahan pencuci tangan cair ( hand soap).


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Alberty A Robert dan Daniels Farrington. 1984. Kimia Fisika. Erlangga, Jakarta.

Anonimous. 2008.http://www.wikipedia.0rg/wiki/Detergensi Surfaktan Anionik hasil sublasi larutan detergent. Diakses 20 Juni 2010.

Bambang, T. 1993. Hidraulika I. Beta offset, Yogyakarta.

Bailey S Philip. 1985. Organic chemistry . third edition. California polytechnic state Univrsity, San Luis Obispo.

Bird, T. 1987. Kimia Fisik Untuk Universitas. Cetakan Pertama. Gramedia Pustaka, Jakarta.

Cram M jan dan Cram J Donald. 1978. Organic chemistry. Addison Wesley Publishing Company , Los Angeles.

E B Wylie. 1992. Mekanika Fluida. Erlangga, Jakarta.

Hart Harold . 1991. Organic Chmistry A short Course. Eighth Edition. Houghton Mifflin Company, Boston

Hart Harold .1998. Kimia organik . Edisi keenam , Erlangga ,Jakarta.

Luis ,Spitz. 1996. Soap and Ditergents a Theoritical and Practical Review. AOCS Press, United States of America.

Miller, Bernard. 1930. Organic chemisty the basis of life. The Benjamin / cummings Publishing Company, California.

Myers, D. 1946. Sufactant Science & Technology. Third Edition. John Wiley & Sons Inc, New York.

Patent-US 54396520. 1983. Detergent Composition. Diakses 14 Mei 2010. Permono, Ajar. 2002 . Membuat detergen bubuk. Penebar swadaya, Jakarta. Richey , G Herman. 1983. Fundmentals of Organik Chemistry. The Pennsylvania

state University, New jersey.

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Organik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sukardjo.2002. Kimia Fisika. cetakan ketiga. Rineka cipta ,Jakarta.

Yazid, E. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta


(55)

Lampiran 1

Tabel 1. Data hasil pengukuran densitas bahan pencuci tangan cair (hand soap) sebelum penambahan pengental

No m0 m1 Densitas (g/cm3)

1 11,7652 16,7764 1,0022

2 11,7652 16,7764 1,0022

3 11,7654 16,7764 1,0022

Tabel 2. Data hasil pengukuran waktu alir dan viskositas bahan pencuci tangan cair (hand soap) sebelum penambahan pengental.

No Waktu alir (detik) Viskositas larutan ( poise)

Viskositas rata- rata

(poisse)

1 02,73 0,0300 0,0300

2 02,73 0,0300

3 02,74 0,0301


(56)

Lampiran 2

Tabel 3. Data hasil pengukuran densitas bahan pencuci tangan cair (hand soap) setelah penambahan pengental.

Volume NaCl 20% (ml)

Massa Piknometer (g)

Densitas (g/cm2)

Mo Mi

100 11,7654 11,7652 11,7655 16,8424 16,8426 16,8426 1,0154 1,0154 1,0154 140 11,7653 11,7652 11,7654 16,8442 16,8440 16,8440 1,0157 1,0157 1,0157 180 11,7658 11,7656 11,7656 16,8516 16,8514 16,8516 1,0171 1,0171 1,0172 220 11,7655 11,7655 11,7656 16,8625 16,8626 16,8626 1,0194 1,0194 1,0194 260 11,7654 11,7656 11,7654 16,9094 16,9092 16,9093 1,0288 1,0287 1,0287 300 11,7656 11,7656 11,7658 16,9722 16,9724 16,9722 1,0413 1,0413 1,0412 340 11,7658 11,7656 11,7658 17,0244 17,0242 17,0242 1,0517 1,0517 1,0516 380 11,7657 11,7657 11,7658 17,0263 17,0264 17,0262 1,0521 1,0521 1,0520 420 11,7656 11,7654 11,7654 17,0272 17,0272 17,0274 1,0523 1,0523 1,0524


(57)

Lampiran 3

Tabel 4. Data Hasil Pengukuran waktu alir bahan pencuci tangan cair (hand soap) setelah penambahan pengental.

No Volume NaCl 20% (ml)

Waktu Alir (detik) 1 100 109,53 108,31 108,78 2 140 842,31 816,51 816,62 3 180 4056,75 4058,20 4072,44 4 220 4179,19 4540,35 4414,52 5 260 6797,37 6522,14 6628,52 6 300 9172,48 9682,56 9680,28 7 340 6532,65 6634,40 6648,45 8 380 4304,99 4428,81 4465,43 9 420 2223,49 2245,11 2262,08


(58)

Lampiran 4

Tabel 5. Data hasil perhitungan nilai viskositas bahan pencuci tangan cair (hand soap) setelah penambahan pengental

Volume NaCl 20% (mL)

Viskositas larutan pencuci piring (η)

(poisse)

η

(poisse)

I II III

100 1,2203 1,2067 1,2120 1,213

140 9,3877 9,1002 9,1014 9,1964

180 45,2759 45,2921 45,4555 45,3411

220 46,7479 50,7878 49,3802 48,9719

260 76,7356 75,6214 74,8272 75,7264

300 104,8064 110,6347 110,5980 108,6797

340 75,3887 76,5630 76,7178 76,2231

380 49,6998 51,1292 51,5471 50,7920

420 25,6743 25,9240 26,1224 25,9069

Tabel 6. Analisis sidik ragam pengaruh jumlah volume larutan NaCl 20% terhadap nilai viskositas bahan pencuci tangan cair(hand soap)

Sumber Keragaman

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Rata-rata

Kuadrat FHitung

FTabel

(5 %) Antar kelompok

Dalam kelompok

2 24

7682,2359 20657,9044

3841, 1179 860,7460

4,4

3,40

Total 26 28340,1403 4701,8639


(59)

Lampiran 5

Tabel 7. Data perhitungan analisis regresi pengaruh jumlah volume terhadap nilai viskositas bahan pencuci tangan cair (hand soap)

No Xi Yi Xi

2

Yi2 Xi.Yi

1 100 1,213 10000 1,4713 121,3

2 140 9,1964 19600 84,5737 1287,496

3 180 45,3411 32400 2055,8153 8161,398

4 220 48,9719 48400 2398,2469 10773,818

5 260 75,7264 67600 5734,4876 19701,864

6 300 108,6797 90000 1181,2771 32603,91

7 340 76,2231 115600 5809,9609 25915,854

8 380 50,7920 144400 2579,8272 19300,96

9 420 25,9069 176400 671,1674 10880,898

∑ 2340 442,1005 704400 31146,8273 128747,498

Tabel 8. Data hasil perhitungan analisis regresi untuk nilai viskositas bahan pencuci tangan cair (hand soap)

Analisa Bahan pencuci tangan cair (hand soap)

Slope (a) 11,7435

Intersep (b) 0,1437


(60)

Lampiran 6

Gambar 1. Grafik hubungan antara nilai viskositas dengan variasi volume larutan NaCl 20 %

Volume larutan NaCl 20%

Y= 11,7435 X + 0,1437

Gambar 2 . Grafik Analisis Regresi Pengaruh Jumlah Volume Terhadap Nilai Viskositas Bahan Pencuci Tangan Cair (hand soap)


(1)

Tabel 1. Data hasil pengukuran densitas bahan pencuci tangan cair (hand soap) sebelum penambahan pengental

No m0 m1 Densitas (g/cm3)

1 11,7652 16,7764 1,0022

2 11,7652 16,7764 1,0022

3 11,7654 16,7764 1,0022

Tabel 2. Data hasil pengukuran waktu alir dan viskositas bahan pencuci tangan cair (hand soap) sebelum penambahan pengental.

No Waktu alir (detik) Viskositas larutan ( poise)

Viskositas rata- rata

(poisse)

1 02,73 0,0300 0,0300

2 02,73 0,0300


(2)

Tabel 3. Data hasil pengukuran densitas bahan pencuci tangan cair (hand soap) setelah penambahan pengental.

Volume NaCl 20% (ml)

Massa Piknometer (g)

Densitas (g/cm2)

Mo Mi

100 11,7654 11,7652 11,7655 16,8424 16,8426 16,8426 1,0154 1,0154 1,0154 140 11,7653 11,7652 11,7654 16,8442 16,8440 16,8440 1,0157 1,0157 1,0157 180 11,7658 11,7656 11,7656 16,8516 16,8514 16,8516 1,0171 1,0171 1,0172 220 11,7655 11,7655 11,7656 16,8625 16,8626 16,8626 1,0194 1,0194 1,0194 260 11,7654 11,7656 11,7654 16,9094 16,9092 16,9093 1,0288 1,0287 1,0287 300 11,7656 11,7656 11,7658 16,9722 16,9724 16,9722 1,0413 1,0413 1,0412 340 11,7658 11,7656 11,7658 17,0244 17,0242 17,0242 1,0517 1,0517 1,0516 380 11,7657 11,7657 11,7658 17,0263 17,0264 17,0262 1,0521 1,0521 1,0520 420 11,7656 11,7654 11,7654 17,0272 17,0272 17,0274 1,0523 1,0523 1,0524


(3)

Tabel 4. Data Hasil Pengukuran waktu alir bahan pencuci tangan cair (hand soap) setelah penambahan pengental.

No Volume NaCl 20% (ml)

Waktu Alir (detik) 1

100

109,53 108,31 108,78 2

140

842,31 816,51 816,62 3

180

4056,75 4058,20 4072,44 4

220

4179,19 4540,35 4414,52 5

260

6797,37 6522,14 6628,52 6

300

9172,48 9682,56 9680,28 7

340

6532,65 6634,40 6648,45 8

380

4304,99 4428,81 4465,43 9

420

2223,49 2245,11 2262,08


(4)

Tabel 5. Data hasil perhitungan nilai viskositas bahan pencuci tangan cair (hand soap) setelah penambahan pengental

Volume NaCl 20% (mL)

Viskositas larutan pencuci piring (η)

(poisse)

η

(poisse)

I II III

100 1,2203 1,2067 1,2120 1,213

140 9,3877 9,1002 9,1014 9,1964

180 45,2759 45,2921 45,4555 45,3411

220 46,7479 50,7878 49,3802 48,9719

260 76,7356 75,6214 74,8272 75,7264

300 104,8064 110,6347 110,5980 108,6797

340 75,3887 76,5630 76,7178 76,2231

380 49,6998 51,1292 51,5471 50,7920

420 25,6743 25,9240 26,1224 25,9069

Tabel 6. Analisis sidik ragam pengaruh jumlah volume larutan NaCl 20% terhadap nilai viskositas bahan pencuci tangan cair(hand soap)

Sumber Keragaman

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Rata-rata

Kuadrat FHitung

FTabel (5 %)


(5)

Tabel 7. Data perhitungan analisis regresi pengaruh jumlah volume terhadap nilai viskositas bahan pencuci tangan cair (hand soap)

No Xi Yi Xi2 Yi2 Xi.Yi

1 100 1,213 10000 1,4713 121,3

2 140 9,1964 19600 84,5737 1287,496

3 180 45,3411 32400 2055,8153 8161,398

4 220 48,9719 48400 2398,2469 10773,818

5 260 75,7264 67600 5734,4876 19701,864

6 300 108,6797 90000 1181,2771 32603,91

7 340 76,2231 115600 5809,9609 25915,854

8 380 50,7920 144400 2579,8272 19300,96

9 420 25,9069 176400 671,1674 10880,898

∑ 2340 442,1005 704400 31146,8273 128747,498

Tabel 8. Data hasil perhitungan analisis regresi untuk nilai viskositas bahan pencuci tangan cair (hand soap)

Analisa Bahan pencuci tangan cair (hand soap)

Slope (a) 11,7435


(6)

Gambar 1. Grafik hubungan antara nilai viskositas dengan variasi volume larutan NaCl 20 %