23
t =
̅ ̅
̅ ̅
S
2
=
S
x1-x2
= √
Keterangan: n
= jumlah sampel t
= Koefisien t ̅
= rata-rata sampel S
2
= ragam S
= simpangan baku db
= derajat bebas = 2 n-1
Analisis regesi dan korelasi digunakan untuk mempelajari hubungan antara nitrat anorganik pada media kultur dengan kepadatan, kepadatan dengan kandungan
protein total, serta nitrat pada media kultur dengan kandungan protein total. Analisis regresi tersebut digunakan dengan maksud bahwa dari hubungan tersebut
dapat memperkirakan besarnya dampak kuantitatif yang terjadi dari perubahan satu kejadian terhadap kejadian lainnya. Regesi polinomial merupakan model
hubungan antara dua variabel berdasarkan persamaan garis polinomial berikut Supangat, 2007:
24 Koefisen korelasi merupakan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih.
Korelasi merupakan ukuran atau besaran yang menyatakan ada atau tidaknya hubungan diantara variabel-variabel yang bersangkutan dinyatakan dengan notasi
r. Nilai korelasi r dapat diartikan sebagai tingkat kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih besarnya kontribusi yang diberikan oleh variabel yang
mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tingkat korelasi bernilai antara -1 r 1, dijelaskan bahwa jika r mendekati -1 nilai korelasi
berlawanan yang artinya korelasi negatif. Jika r mendekati 1, maka nilai korelasi searah yang artinya korelasi positif Supangat, 2007.
Penentuan nilai korelasi menggunakan persamaan berikut Supangat, 2007:
√[ ][
]
Keterangan: r = nilai korelasi
n = jumlah sampel
X = data kepadatan Tetraselmis sp.
Y = data protein total Tetraselmis sp.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pengurangan kadar nitrat NO
3 -
sebanyak 50 pada pupuk Conwy dapat mempercepat waktu pada fase lag, tetapi tidak berpengaruh terhadap
kepadatan Tetraselmis sp. dan konsentrasi nitrat anorganik pada media kultur. 2. Korelasi nitrat pada media kultur dengan kepadatan, kepadatan dengan
kandungan protein total serta kandungan nitrat pada media kultur cenderung erat.kuat sehingga pada saat kondisi kekurangan kadar nitrat NO
3 -
, nitrat pada media kultur lebih digunakan untuk proses pembentukan protein
daripada untuk proses pertumbuhan sel Tetraselmis sp.
B. Saran
Pengurangan nitrat anorganik sebanyak 50 dapat digunakan dalam kultur Tetraselmis sp. pada skala laboratorium untuk menghemat biaya produksi.
40
DAFTAR PUSTAKA
Andersen, R.A. 2005. Algal Culturing Technique. Elsevier Academic Press. UK. Balai Budidaya Laut. 2005. Budidaya Phytoplankton. Seri ke sembilan. Sebuah
Kerjasama antara Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Sub Balai Penelitian Budidaya Pantai Bojonegara dengan Japan International
Cooperation Agency JICA. Serang Banten.
Barsanti, L. and P. Gualtieri. 2006. Algae : Anatomy, Biochemistry, and Biotechnology. CRC Press. United States of America. 301 hal.
Becker, E.W. 1995. Microalgae Biotechnology and Microbiology Cambridge. University Press Greet Britain: England
Biondi, N. and M. Tredici. 2011. Algae and Aquatic Biomass for a Sustainable Production of 2nd Generation Biofuels. UNIFI. Page 148-150
Brown, M. R., Jeffrey, S. W., Volkman, J. K., Dunstan, G. A. 1997. Nutritional Properties of Microalgae for Mariculture. Aquaculture. 151: 315-331.
Butcher, R.W. 1959. An Introductory Account of the Smaller Algae of British Coastal Waters. Part I: Introduction and Chlorophyceae. Vol. ser. IV Part
1 pp. 74. Great Britain: Minist. Agric. Fish. Food, Fish. Invest. Chrismadha, Tjandra, Lily M.P, dan Yayah M. 2006. Pengaruh Konsentrasi
Nitoden dan Fosfor Terhadap Pertumbuhan, Kandungan Protein, Karbihidrat dan Fikosiain pada Kultur Spirulina fusiformis. Berita Biologi.
83
Davis, N.L and Cornwell, D.A. 1991. Introduction of Environmental Engineering. Second Edition. MC Grow-Hill, Inc. New York. 822p
Determann, S., J.M. Lobbes, R. Reuter, dan J. Rullkötter. 1998. Ultraviolet Fluorescence Excitation and Emission Spectroscopy of Marine Algae and
Bacteria. Journal Marine Chemistry. Vol. 62: 137-156. Dugan P.R. 1972. Biochemical Ecology of Water Pollution. Plenum press.
Newyork. 159p