Uji Ransum Berbasis Pucuk Tebu Pucuk Batang Jagung Dan Pucuk Daun Ubi Kayu Dengan Penambahan Starbio Terhadap Performans Domba Sei Putih

UJI RANSUM BERBASIS PUCUK TEBU PUCUK BATANG JAGUNG DAN
PUCUK DAUN UBI KAYU DENGAN PENAMBAHAN STARBIO TERHADAP
PERFORMANS DOMBA SEI PUTIH

SARAH NANDA HARAHAP

DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2010

Universitas Sumatera Utara

UJI RANSUM BERBASIS PUCUK TEBU PUCUK BATANG JAGUNG DAN
PUCUK DAUN UBI KAYU DENGAN PENAMBAHAN STARBIO TERHADAP
PERFORMANS DOMBA SEI PUTIH

SKRIPSI

Oleh:
SARAH NANDA HARAHAP

050306033

DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2010

Universitas Sumatera Utara

UJI RANSUM BERBASIS PUCUK TEBU PUCUK BATANG JAGUNG DAN
PUCUK DAUN UBI KAYU DENGAN PENAMBAHAN STARBIO TERHADAP
PERFORMANS DOMBA SEI PUTIH

SKRIPSI

Oleh:
SARAH NANDA HARAHAP
050306033 / PRODUKSI TERNAK

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2010

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan kepada penulis dan karena rahmat serta karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan proposal ini.
Adapun judul dari proposal ini adalah “Uji Ransum Berbasis Pucuk Tebu,
Pucuk Batang Jagung, dan Pucuk Daun Ubi Kayu dengan Penambahan Starbio

Terhadap Performans Domba Sei Putih” yang merupakan salah satu syarat untuk
mengikuti penelitian di Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hasnudi.MS selaku
ketua komisi pembimbing penulis dan Ibu Ir.Tri Hesti Wahyuni.Msc selaku anggota
komisi pembimbing penulis yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada
penulis dalam pembuatan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan dikemudian
hari. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Medan, Mei 2010

Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................

DAFTAR TABEL ........................................................................................
PENDAHULUAN .........................................................................................
Latar Belakang ....................................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................................
Hipotesis Penelitian .............................................................................
Kegunaan Penelitian ............................................................................
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
Domba Sei putih (Hair sheep) ..............................................................
Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Badan Ternak ...........................
Konsumsi Pakan Ternak Domba ..........................................................
Konversi Pakan ....................................................................................
Tebu ....................................................................................................
Jagung .................................................................................................
Ubi Kayu .............................................................................................
Dedak Padi ..........................................................................................
Starbio .................................................................................................
Ampas Tahu ........................................................................................
Bahan Pakan Pelengkap .......................................................................
Molases ...............................................................................................
Urea .....................................................................................................

Garam ..................................................................................................
BAHAN DAN METODE PENELITIAN ......................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................
Bahan dan Alat Penelitian ....................................................................
Metode Penelitian ................................................................................
Parameter ............................................................................................
Pelaksanaan Penelitian .........................................................................

i
ii
iii
1
1
3
3
3
4
4
6
7

10
10
11
12
14
17
18
18
18
19
20
21
21
21
22
23
24

DAFTAR PUSTAKA


Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penampilan bobot lahir ................................................................... 5
Tabel 2. Daftar kebutuhan zat gizi dalam makanan domba ............................ 9
Tabel 3. Kandungan nilai gizi batang jagung ................................................ 12
Tabel 4. Kandungan energi, nutrisi dan limbah ubi kayu ............................... 14
Tabel 5. Kandungan nilai gizi dedak padi ..................................................... 16
Tabel 6. Kandungan nilai gizi molases ......................................................... 19

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam pembangunan dewasa ini jumlah penduduk semakin meningkat, juga
tingkat pengetahuan dan pendapatan /kapita,

maka terjadi pergeseran permintaan

terhadap daging berkualitas baik. Permintaan tersebut cenderung semakin meningkat.
Oleh karena itu, peningkatan

kualitas dan produksi ternak harus diusahakan. Untuk

mendorong kegiatan usaha sub sektor peternakan tersebut petani perlu melaksanakan
usaha dengan berorientasi pada pasar. Untuk peternakan skala kecil orientasinya adalah
pasar domestik, yaitu untuk memenuhi kebutuhan dan konsumsi dalam negeri, sedangkan
bagi peternakan skala besar orientasinya adalah ekspor atau pasar nasional. Maka untuk
mendorong usaha peternakan yang berorientasi pasar tersebut, pemeliharaan ternak
domba merupakan cara yang efektif dan mempunyai peranan penting dalam kehidupan
masyarakat yaitu mampu meningkatkan pendapatan peternak berpenghasilan rendah.

Ternak domba juga mudah dipelihara, biaya pemeliharaannya tidak begitu besar, dapat
dijual sewaktu-waktu dan mudah beradaptasi dengan lingkungan (Dwiyanto et al., 1996).
Untuk pelaksanaan di tingkat lapangan, pengembangan sub sektor peternakan
tidak dapat berkembang hanya secara parsial saja, namun harus terpadu dengan sub
sektor lainnya. Hal yang sangat terkait dengan sub sektor peternakan adalah sub sektor
perkebunan dan pertanian sebagai sumber usaha peternakan. Hal ini berkaitan dengan
penyediaan

lahan untuk tanaman pakan ternak yang dapat dilaksanakan diantara hasil

sampingan perkebunan dan limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan
ternak, khususnya di Sumatera Utara masih banyak belum termanfaatkan. Limbah
perkebunan dan limbah pertanian tersebut sangat bermanfaat bagi peternakan. Sebab

Universitas Sumatera Utara

memiliki peran yang cukup penting dan berpotensi dalam penyediaan pakan tambahan
dan sebagai pengganti rumput bagi ternak ruminansia terutama pada waktu musim
kemarau. Wilayah Indonesia beriklim tropis, sangat berpengaruh terhadap produktifitas
ternak. Iklim tropis mempengaruhi ketersediaan bahan pakan khususnya hijauan yang

merupakan bahan pakan utama ternak ruminansia. Pada musim kemarau rumputrumputan terganggu pertumbuhannya sehingga pakan hijauan yang tersedia akan
kurang baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Bahkan di daerah-daerah tertentu
rumput pakan ternak akan kering dan mati. Akibat yang timbul adalah kekurangan pakan
hijauan. Untuk mengatasi masalah kekurangan pakan hijauan, peternak dapat
memanfaatkan limbah dari sektor pertanian seperti halnya jerami padi, jerami jagung,
jerami kacang tanah, daun ubi kayu dan daun ubi jalar sebagai pakan ternak.
Bertitik tolak pemikiran di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar pemanfaatan hasil sampingan perkebunan dan limbah pertanian terhadap
konsumsi, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan bobot potong domba Sei putih.

Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian
Untuk menguji respon pemberian pakan yang berbasis hasil samping perkebunan
dan limbah pertanian dengan penambahan starbio terhadap performans domba Sei putih.

Hipotesis Penelitian
Pemberian ransum berbasis pucuk tebu, pucuk batang jagung dan pucuk daun ubi
kayu dengan penambahan starbio dapat meningkatkan pertambahan bobot badan harian
domba.


Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2. Sebagai upaya alternatif dalam pemanfaatan hasil sampingan perkebunan dan
limbah pertanian.
3. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah, petani, peternak dan masyarakat
umum.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Domba Sei Putih (Hair Sheep)
Ternak domba atau sering juga dikenal sebagai ternak ruminansia kecil,
merupakan ternak herbivora yang sangat popular dikalangan petani di Indonesia. Jenis
ternak ini lebih mudah dipelihara, dapat memanfaatkan limbah dan hasil ikutan pertanian
dan industri, mudah dikembangbiakan, dan pasarnya selalu tersedia setiap saat serta
memerlukan modal yang relatif sedikit dibanding ternak yang lebih besar (Setiadi dan
Inounu, 1991).
Secara rinci ternak domba yang digunakan adalah domba sei putih yang
merupakan genotip baru yang diperkenalkan oleh Pusat Penelitian dan Peternakan Sei
putih. Genotip tersebut mempunyai performans yang lebih baik dibandingkan dengan
domba lokal Sumatera 50%, domba St.Croix (Virginia Island) 25%, dan domba Barbados
Blackbelly 25%. Beberapa keuntungan atau kelebihan yang diperoleh dari domba Sei
putih antara lain yaitu produktivitasnya lebih tinggi daripada domba lokal Sumatera (40%
lebih tinggi), yang ditandai dengan laju pertumbuhan yang tinggi, adaptasi yang baik
terhadap lingkungan dan wolnya lebih sedikit dari pada domba lokal Sumatera (Gatenby
and Batubara, 1994).
Menurut Tomaszewska et al. (1993) secara umum ternak domba mempunyai
beberapa keuntungan dilihat dari segi pemeliharaannya, antara lain:
1. Cepat berkembang biak dengan dapat beranak lebih dari satu ekor dan dapat
beranak dua kali setahun.
2. Berjalan dengan jarak lebih dekat sehingga lebih mudah dalam pemeliharaan.

Universitas Sumatera Utara

3. Pemakan rumput, kurang memilih pakan yang diberikan dan kemampuan merasa
tajam sehingga lebih mudah dalam pemeliharaan.
4. Dapat memberikan pupuk kandang dan sebagai sumber keuangan untuk membeli
keperluan pertanian atau untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang
mendadak.
Penampilan domba Sei putih dan domba lokal Sumatera dapat dilihat dari tabel 1.
dibawah ini :
Tabel 1. Penampilan bobot lahir, sapih (6 bulan dan 12 bulan) Domba Sungei
Putih dan Lokal Sumatera (kg).
No.

Karakteristik

1)

Bobot Lahir

2)

3)

4)

Sei putih

Sumatera

A. Jantan

2,52

1,71

B. Betina

2,35

1,64

A. Jantan

12,62

9,25

B. Betina

11,50

8,14

A. Jantan

19,06

18,45

B. Betina

19,71

15,16

A. Jantan

35,10

24,50

B. Betina

27,20

18,90

Bobot Sapih : Umur 90 Hari (kg)

Bobot Umur 6 Bulan (kg)

Bobot Umur 12 Bulan (kg)

Sumber : Doloksaribu et al., 1996 ; Subandriyo et al., 1996.

Universitas Sumatera Utara

Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Badan Ternak
Ternak yang mempunyai potensi genetik pertumbuhan yang tinggi akan memiliki
respon yang baik terhadap makanan yang diberikan dan memiliki efisiensi produksi
yang tinggi dan adanya keragaman yang besar dalam konsumsi bahan kering rumput
disebabkan oleh beda kualitas, daya cerna dan spesies tanaman (Devendra and Burns,
1970). Sedangkan pengurangan makanan akan memperlambat kecepatan pertumbuhan
dan bila pengurangan makanan sangat parah akan menyebabkan hewan kehilangan
berat

badannya (Tillman et al., 1984).
Ternak yang masih muda membutuhkan lebih sedikit makanan dibanding ternak

yang lebih tua untuk setiap unit pertambahan bobot badan. Sebab pertambahan bobot
badan hewan muda sebagian disebabkan karena pertumbuhan otot, tulang dan organorgan vital, sedangkan untuk ternak yang lebih tua pertambahan bobot badan tersebut
disebabkan karena perletakan lemak (Parakkasi, 1995).
Pola pertumbuhan ternak tergantung pada sistem manajemen atau pengelolaan
yang dipakai, tingkat nutrisi pakan yang tersedia, kesehatan dan iklim. Menurut
Tomaszewska et al. (1993) bahwa laja pertambahan robot badan dipengaruhi oleh umur,
lingkungan dan genetik dimana berat tubuh awal fase penggemukan berhubungan dengan
berat dewasa.
Pertumbuhan pada hewan merupakan suatu fenomena universal yang bermula
dari telur yang telah dibuahi dan berlanjut sampai hewan menjadi dewasa. Pertumbuhan
dinyatakan umumnya dengan pengukuran kenaikan berat badan yang dengan mudah
dilakukan dengan penimbangan berulang-ulang dan diketengahkan dengan pertumbuhan
bobot badan tiap hari, tiap minggu atau tiap waktu. Sedangkan pertumbuhan murni

Universitas Sumatera Utara

mencakup pertambahan dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan pembangun seperti urat
daging, tulang, jantung, otak dan semua jaringan tubuh lainnya, dan alat-alat tubuh.
Pertumbuhan biasanya mulai perlahan-lahan lagi atau sama sekali berhenti. Pola seperti
ini menghasilkan kurva pertumbuhan yang berbentuk sigmoid (berbentuk S). tahap
puncak pertumbuhan terjadi saat kedewasaan tubuh hampir tercapai (Tillman et al.,
1984).
Kurva pertumbuhan sigmoid
Bobot badan (kg)

70
60
50
40
30
20
10

0

10

20

30

40

50

60

70

Umur (minggu)

Gambar 1. Kurva Sigmoid Pertumbuhan pada Domba

Konsumsi Pakan Ternak Domba
Tingkat konsumsi (Voluntary Feed Intake) adalah jumlah makanan yang
terkonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan secara ad libitum. Dalam
mengkonsumsi ransum ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat energi,
keseimbangan asam amino, tingkat kehalusan ransum, aktivitas ternak, berat badan,

Universitas Sumatera Utara

kecepatan pertumbuhan dan suhu lingkungan. Dalam dunia peternakan tingkat konsumsi
mungkin dapat pula disamakan dengan palatabilitas (Parakkasi, 1995).
Palatabilitas merupakan sifat performans bahan-bahan pakan sebagai akibat dari
keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh
organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan
temperaturnya. Hal inilah yang dapat menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak
untuk mengkonsumsinya. Ternak ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan
hambar daripada asin / pahit. Mereka juga lebih menyukai rumput segar bertekstur baik
dan mengandung unsur nitrogen (N) dan

phosphor (P) lebih tinggi (Departemen

Pertanian, 2002)
Menurut Tomaszewska et al. (1993) bahwa jumlah konsumsi pakan adalah
merupakan faktor penentu yang paling penting yang menentukan jumlah zat-zat makanan
yang didapat oleh ternak dan selanjutnya mempengaruhi tingkat produksi. Namun
kualitas pakan juga berpengaruh terhadap konsumsi akhirnya bertujuan untuk pemenuhan
kebutuhan.
Kebutuhan ternak akan zat makanan terdiri dari kebutuhan hidup pokok dan
kebutuhan untuk produksi. Kebutuhan hidup pokok pengertiannya sederhana yaitu untuk
mempertahankan hidup. Ternak yang memperoleh makanan yang hanya sekedar cukup
untuk memenuhi hidup pokok, bobot badan ternak tersebut tidak akan naik dan turun.
Tetapi jika ternak tersebut memperoleh lebih dari kebutuhan hidup pokoknya maka
sebagian dari kelebihan makanan itu

akan dapat dirubah menjadi bentuk produksi

misalnya air susu, pertumbuhan

reproduksi ini

dan

disebut

kebutuhan produksi

(Tillman et al., 1984).

Universitas Sumatera Utara

Kebutuhan zat gizi dalam makanan domba dapat dilihat pada Tabel 2 di
bawah ini :
Tabel 2. Daftar kebutuhan zat gizi dalam makanan domba.
BB

BK

(kg)

(kg)

%BB

ENERGI
ME
TDN
(Mcal) (kg)

5

0,14

2,80

0,60

0,61

10

0,25

2,50

1,01

15

0,36

2,40

20

0,51

25
30

PROTEIN
TOTAL (g)

Ca

P

DD

(g)

(g)

51

41

1,90

1,40

0,28

85

68

2,30

1,60

1,37

0,38

115

92

2,80

1,90

2,60

1,80

0,50

150

120

3,40

2,30

0,62

2,50

1,91

0,53

160

128

4,10

2,80

0,81

2,70

2,44

0,67

204

163

4,80

3,30

Sumber : NRC (1995).

Parakkasi (1995) bahwa yang menjadi penentu tingkat konsumsi adalah
keseimbangan zat makanan dan makna palatabilitas. Dimana total konsumsi adalah
penjumlahan antara konsumsi konsentrat dan konsumsi rumput. Tingkat perbedaan
konsumsi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot badan,
umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas). Dan makanan yang
berkualitas baik konsumsinya lebih tinggi dibandingkan dengan makanan berkualitas
rendah, sehingga

kualitas pakan yang relative sama maka

tingkat konsumsinya

juga tidak berbeda.
Konversi Pakan
Konversi pakan adalah perbandingan antara jumlah yang dikonsumsi pada waktu
tertentu dengan produksi yang dihasilkan (pertambahan bobot badan atau jumlah telur
yang dihasilkan) dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan adalah indikator teknis

Universitas Sumatera Utara

yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, semakin rendah angka
konversi pakan berarti akan semakin baik (Anggorodi, 1979).
Konversi pakan diukur dari jumlah bahan kering yang dikonsumsi dibagi dengan
unit pertambahan bobot badan persatuan waktunya. Konversi pakan khususnya pada
ternak ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, besarnya pertambahan bobot badan
dan nilai kecernaan. Dengan memberikan kualitas pakan yang baik, ternak akan tumbuh
lebih cepat dan lebih baik konversi pakannya. Pada ternak yang kekurangan protein dan
energi di dalam pakan, selain pertumbuhannya terhambat juga akan mempunyai efisiensi
pakan yang jelek. Sementara itu nilai kecernaan pakan yang rendah menyebabkan
konversi pakan tidak efisien (Martawidjaja et al., 1999).
Tebu (Saccharum officinarum)
Luas tanaman tebu yang telah ditanam di Indonesia sampai tahun 2005 seluas
407.502 Ha dan 17.765,50 Ha (4,40%) berada di Sumatera Utara dengan produksi tebu
rata-rata 40 ton/Ha akan dihasilkan tebu sebesar 710.620 ton dengan limbah tetes sebesar
3,50% dari tebu.
Persepsi kita tanaman tebu hanya sebagai bahan baku pembuatan gula. Ternyata
hampir semua bagian tebu dapat digunakan terutama sebagai sumber hijauan pakan
ternak atau campuran bahan pakan dengan bahan lain. Contohnya limbah pertanian
berupa pucuk tebu dapat langsung dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Hasil ikutan dan hasil olahan tanaman tebu dapat digunakan jika sulit
mendapatkan pakan ternak dimusim kemarau. Mudah diperoleh, boleh dalam bentuk
tunggal maupun bahan pelengkap pada pembuatan pakan lengkap untuk ternak
ruminansia (sapi, kambing, domba).

Universitas Sumatera Utara

Kandungan ampas tebu 24 – 36% dari bobot tebu segar. Kandungan nilai nutrisi
dari tebu atau tetes adalah 77% BK; 8,0% abu; 0,2% LK; 7,7% SK; 57,1% BETN; 4,2%
PK dan 1,48 Mkal/kg ME.
Jagung (Zea mays sp)
Batang jagung merupakan sisa dari tanaman jagung setelah buahnya
dipanen dan dapat diberikan pada ternak, baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk
kering. Pemanfaatan jerami jagung sebagai makanan ternak telah dilakukan terutama
untuk ternak kerbau, sapi, kambing dan domba. Limbah pertanian banyak digunakan
sebagai makanan ternak seperti batang jagung. Batang jagung mempunyai kadar serat
kasar yang tinggi tetapi masih dapat dicerna oleh ternak domba (Reksohadiprodjo, 1979).
Ternak domba dan kambing menyukai batang jagung yang dipotong-potong pada
batang jagung mempunyai kadar serat kasar yang tinggi, tetapi masih dapat dicerna oleh
ternak domba (Jamarun, 1991). Komposisi nutrisi jerami jagung dapat dilihat pada tabel 3
berikut.
Tabel 3. Kandungan nilai gizi batang jagung.
Kandungan Zat

Kadar Zat

Bahan Kering
Protein Kasar
TDN
Serat Kasar
Lemak Kasar
Energi Metabolis (Mcal)

63,21a
8,12a
59b
25,87a
2,78a
4,00b

Sumber : a. Laboratorium Ilmu nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008)
b. NRC (1995)

Ubi Kayu
Ubi kayu (Manihot utilissima, Pohl) merupakan tanaman tahunan yang termasuk
ke dalam famili Euphorbiaceae. Tanaman ubi kayu dianggap penting karena

Universitas Sumatera Utara

menghasilkan umbi yang banyak mengandung karbohidrat, hampir tidak memilih tanah
dapat tumbuh ditempat yang kering dan mudah dalam pemeliharaannya. Tanaman ini
dapat tumbuh pada daerah tropik dengan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang
tinggi dan toleran terhadap hama penyakit (Sosrosoedirdjo, 1982).
.Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, diantaranya adalah ketela pohon,
singkong, ubi jendral, ubi inggris, telo puhung, kasape, bodin, telo jendral (jawa) dan ubi
perancis (padang).
Disamping daun, kulit ubi kayu dan onggok juga dapat dipakai sebagai tambahan
dalam ransum ternak. Kulit ubi kayu merupakan limbah dari rantai proses pembuatan
tapioka. Limbah tersebut sebaiknya dalam keadan kering (dijemur) atau ditumbuk
dijadikan tepung.
Hasil penelitian di balai penelitian ternak (Balitnak) menunjukkan bahwa :
1. Pemberian daun ubi kayu sebanyak 2000 g/hari pada ternak domba dapat
menaikkan berat badan harian 67 g
2. Pemberian daun ubi kayu 1000 g/hari ada ternak kambing dapat menaikkan
berat badan harian 2,14 g
3. Pemberian kulit ubi kayu sebanyak 60 % dalam ransum ternak domba
berumur 18 bulan selama 100 hari dapat menaikkan berat badan harian 91
g/ekor, dan tidak mengakibatkan keracunan.
Kandungan HCN ubi kayu dibedakan atas :
1. Tidak beracun, bila kadar HCN kurang dari 50 mg/kg ubi segar
2. Agak beracun, bila kadar HCN 50-80 mg/kg ubi segar
3. Beracun, bila kadar HCN 80-100 mg/kg ubi segar

Universitas Sumatera Utara

4. Sangat beracun, bila kadar HCN besar dari 100 mg/kg ubi segar
(Sosrosoedirdjo, 1982).
Meskipun HCN terdapat dalam ubi kayu tetapi ternak monogastrik (unggas)
diketahui kurang bermasalah dengan HCN ini dibandingkan dengan ternak ruminansia
karena suasana dalam pencernaannya dapat menonaktifkan enzim linamarine dengan
demikian menghambat produksi HCN (Wanasuria, 1990).
Limbah ubi kayu termasuk salah satu bahan pakan ternak yang mempunyai energi (total
digestible nutrients = TDN) tinggi, dan kandungan nutrisi tersedia dalam jumlah
memadai, seperti yang disajikan pada tabel 4:
Tabel 4. Kandungan energi (TDN), nutrisi dan limbah ubi kayu (dalam %).
Bahan

BK

Protein

TDN

SK

Lemak

Ca

P

Daun

23,53

21,45

61,00

25,71

9,72

0,72

0,59

Kulit

17,45

8,11

74,73

15,20

1,29

0,63

0,22

Onggok

85,50

1,51

82,76

0,25

0,03

0,47

0,01

Sumber : Sudaryanto (1988)
Dedak Padi
Dedak padi merupakan hasil sisa dari penumbukan atau penggilingan gabah padi.
Dedak tersusun dari tiga bagian yang masing masing berbeda kandungan zatnya. Ketiga
bagian tersebut adalah:


Kulit gabah yang banyak mengandung serat kasar dan mineral.



Selaput perak yang kaya akan protein dan vitamin B1, juga lemak dan mineral.



Lembaga beras yang sebagian besar terdiri dari karbohidrat yang mudah dicerna.

Universitas Sumatera Utara

Berhubung dedak merupakan campuran dari ketiga bagian tersebut di atas maka
nilai/martabatnya selalu berubah-ubah tergantung dari proporsi bagian-bagian tersebut.
Menurut kelas nilainya, dedak dibagi menjadi empat kelas, yaitu:


Dedak Kasar adalah kulit gabah halus yang bercampur dengan sedikit pecahan
lembaga beras dan daya cernanya relatif rendah. Analisa kandungan nutrisi:
10.6% air, 4.1% protein, 32.4% bahan ekstrak tanpa N, 35.3% serat kasar, 1.6%
lemak dan 16% abu serta nilai Martabat Pati 19 sebenarnya dedak kasar ini sudah
tidak termasuk sebagai bahan makanan penguat (konsentrat) sebab kandungan
serat kasarnya relatif terlalu tinggi (35.3%)



Dedak halus biasa merupakan hasil sisa dari penumbukan padi secara tradisional
(disebut juga dedak kampung). Dedak halus biasa ini banyak mengandung
komponen kulit gabah, juga selaput perak dan pecahan lembaga beras. Kadar
serat kasarnya masih cukup tinggi akan tetapi sudah termasuk dalam golongan
konsentrat karena kadar serat kasar di bawah 18%. Martabat Pati nya termasuk
rendah dan hanya sebagian kecil saja yang dapat dicerna. Analisa nutrisi: 16.2%
air, 9.5% protein, 43.8% bahan ekstrak tanpa N, 16.4% serat kasar, 3.3% lemak
dan 10.8% abu serta nilai Martabat Pati (MP) nya 53.



Dedak Lunteh merupakan hasil ikutan dari pengasahan/pemutihan beras (slep
atau polishing beras). Dari semua macam dedak, dedak inilah yang banyak
mengandung protein dan vitamin B1 karena sebagian besar terdiri dari selaput
perak dan bahan lembaga, dan hanya sedikit mengandung kulit. Di beberapa
tempat dedak ini disebut juga dedak murni. Analisa nutrisi: 15.9% air, 15.3%

Universitas Sumatera Utara

protein, 42.8% bahan ekstrak tanpa N, 8.1% serat kasar, 8.5% lemak, 9.4% abu
serta nilai MP adalah 67.


Bekatul merupakan hasil sisa ikutan dari pabrik pengolahan khususnya bagian
asah/slep/polish. Lebih sedikit mengandung selaput perak dan kulit serta lebih
sedikit mengandung vitamin B1, tetapi banyak bercampur dengan pecahanpecahan kecil lembaga beras (menir). Oleh sebab itu masih dapat dimanfaatkan
sebagai makanan manusia sehingga agak sukar didapat. Analisa nutrisi: 15% air,
14.5% protein, 48.7% lemak dan 7.0% abu serta nilai MP adalah 70.
Dalam perdagangan harus cukup teliti dan waspada karena dedak sering

dipalsukan dengan mencampur kulit gabah (dedak kasar) yang telah digiling halus ke
dalam dedak halus, lunteh atau bekatul.
Tabel 5. Kandungan nilai gizi dedak padi
Kandungan Zat
Bahan Kering
Protein Kasar
TDN
Serat Kasar
Lemak Kasar

Kadar Zat
89,10
13,80
64,30
8,00
0,38

Sumber :Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departeman Peternakan Fakultas Pertanian USU
(2009)

Starbio
Berbagai teknologi diperlukan untuk mempertahankan ketersediaan pakan,
meningkatkan kualitas pakan dan mengoptimalkan fungsi kerja rumen sehingga produksi
temak di Indonesia dapat ditingkatkan. Teknologi dengan memanfaatkan mikroorganisme
untuk makanan manusia sudah dikenal sejak lama dan di dalam pakan ternak sudah mulai
diperkenalkan di Indonesia . Bentuknya dapat berupa 'probiotik' (bakteri, jamur, khamir

Universitas Sumatera Utara

atau campurannya), 'produk fermentasi' atau 'produk ekstrak dari suatu proses fermentasi'
(biasanya "enzim")
Beberapa jenis mikroorganisme yang digunakan atau dicampur ke dalam pakan
ternak ruminansia berasal atau diisolasi dari makanan manusia seperti ragi
(Saccharomyces cerevisiae), Aspergilhis oryzae. Lactobacillus sp., dari tanah atau saluran
pencernaan ternak seperti Starbio, probiotik "Tumbuh", Probion, Bioplus, EM4 dan
sebagainya Starbio merupakan campuran mikroorganisme dan telah banyak dicoba oleh
peternak atau peneliti sejak tahun 90-an dan akhir-akhir ini hasil penelitian mengenai
Starbio pada ternak ruminansia hanya sedikit yang dapat dikumpulkan . Starbio yang
ditambahkan ke pakan digunakan terutama untuk mengurangi bau amonia yang
dikeluarkan bersama feses . penambahan mikroorganisme campuran seperti Probion atau
Starbio yang berbentuk serbuk lebih banyak dari penambahan mikroorganisme tunggal,
yaitu sekitar 0,5 sampai 1,0% dari konsentrat (Yusriadi, 1999, Haryanto et al., 2002).
Pada umumnya, probiotik diberikan pada ternak yang mengkonsumsi serat tinggi
dan hanya satu laporan yang memberikan Starbio pada ternak yang mengkonsumsi
konsentrat tinggi (Ngadiyono dan Baliarti, 2001) . Hal ini menunjukkan bahwa
penambahan probiotik untuk ternak ruminansia lebih ditujukan agar rumen dapat
mencerna lebih baik pakan yang berserat tinggi
Daya simpan dan efektivitas mikrooganisme tersebut perlu diuji karena
mikroorganisme sangat labil terhadap suhu, cahaya atau oksigen Limbah pertanian yang
begitu beragam jenisnya tersedia di Indonesia dan karena nilai gizinya yang rendah.
Perlakuan biologis menjadi teknologi yang banyak diminati saat ini karena banyak jenis

Universitas Sumatera Utara

mikrooganisme yang mampu mengurangi kadar lignin, senyawa anti nutrisi dan mampu
meningkatkan nilai kecernaan serat dari limbah pertanian tersebut.
Bungkil Kelapa
Bungkil kelapa adalah pakan ternak yang berasal dari sisa pembuatan minyak
kelapa. Bahan pakan ini mengandung protein nabati dan sangat potensial untuk
meningkatkan kualitas karkas (Parakkasi, 1995). Kandungan nilai gizi bungkil kelapa
antara lain, BK ; 84,40% PK ; 21,00% TDN ; 81,00% SK ; 15,00% LK ; 1,80%.
Ampas Tahu
Meskipun disebut ampas tahu tetapi ternyata ampas tahu ini masih berguna bagi
manusia maupun hewan peliharaan. Memang kandungan gizinya sudah amat tipis sekali
karena sudah diperas habis-habisan. Karena sifat ampas tahu itu cepat basi dan berbau
kurang sedap bila tidak segera dihabiskan, haruslah dijemur hingga kering. Ampas yang
telah kering dapat disimpan dalam waktu lama Kandungan nilai gizi ampas tahu antara
lain, BK ; 89,26 PK ; 19,03 TDN ; 79,00 SK ; 20,44 LK ; 5,64.
Bahan Pakan Pelengkap
Molases
Molases atau tetes tebu adalah hasil sampingan pengolahan tebu menjadi gula.
Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan karbohidrat,
protein dan mineral protein cukup tinggi, sehingga bisa juga digunakan untuk pakan
ternak walaupun sifatnya hanya sebagai pendukung. Disamping harganya murah,
kelebihan tetes tebu adalah terletak pada aroma dan rasanya. Oleh karena itu apabila
dicampur dalam ransum maka akan bisa memperbaiki aroma dan rasanya (Hassan dan
Ishada, 1991).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 6. Kandungan nilai gizi molases.
Kandungan Zat

Kadar Zat

Bahan Kering
Protein Kasar
TDN
Serat Kasar
Lemak Kasar

67,50
3,50
81,00
0,38
0,08

Sumber : Laboratorium Ilmu nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU
(2008)

Urea
Urea yang ditambahkan dalam ransum ruminansia dengan kadar yang berbedabeda, ternyata dirombak menjadi protein oleh mikroorganisme rumen. Sejumlah protein
dan urea dalam ransum mempertinggi daya cerna selulosa dalam hijauan (Anggorodi,
1979).
Urea adalah zat kimia yang sengaja dibuat manusia dalam bentuk kristal
putih

yang

mudah larut dalam air. Penggunaan urea untuk mensubsitusi sebagian

sumber protein juga dapat menolong dalam penanggulangan biaya produksi yang
tinggi (Parakkasi, 1995).
Urea dalam proporsi tertentu mempunyai dampak positif terhadap peningkatan
konsumsi serat kasar dan daya cerna. Penggunaan urea dalam ransum ternak domba
sebanyak 4,5% dari pemberian konsentrat belum menunjukkan gejala keracunan. Namun
apabila urea diberikan terlalu banyak atau berlebihan akan menyebabkan kenaikan pH
dan

serum darah

yang

menyebabkan pertumbuhan dan perkembang

biakan

mikroorganisme terhambat (Utomo, 1991).

Universitas Sumatera Utara

Garam
Garam mempunyai rumus umum NaCl. Garam merangsang sekresi saliva.
Teralalu banyak garam akan menyebabkan retensi air sehingga menimbulkan odema.
Defisiensi garam lebih sering terdapat pada hewan herbivora dari pada hewan lainnya,
hal ini disebabkan hijauan dan butiran mengandung sedikit garam (Anggorodi, 1979).
Garam dapur dapat ditambahkan sebanyak 5% untuk menurunkan tingkat
konsumsi konsentrat berenergi tinggi sampai menjadi 1,25-1,75 kg/ekor/hari. Semula
pengaruhnya terlihat meningakatkan konsumsi, kemudian menurun sampai jumlah yang
dikehendaki (Parakkasi, 1995).

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di laboratorium biologi ternak jurusan peternakan
Fakultas Pertanian USU. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dimulai dari bulan
September 2009 hingga bulan November 2009.

Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Domba Sei putih lepas sapih 18 ekor dengan bobot badan awal 11.9 - dengan SD
2,3 . Ransum terdiri dari : pucuk tebu, batang jagung, daun ubi kayu, ampas tahu, dedak
halus, urea, garam dan starbio, air minum diberikan secara ad-libitum, obat-obatan seperti
obat cacing (Kalbazen), sulfastrong (obat mencret), anti bloat untuk kembung, terramycin
(salep) mata dan vitamin, rodalon sebagai desinfektan kandang.
Alat
Kandang sebanyak 18 plot dengan ukuran 1x1m2 beserta perlengkapannya, peralatan
kandang terdiri dari 18 buah tempat pakan, 18 buah tempat minum, goni plastik, alat
pembersih kandang, mesin penggiling pakan (Chopper), alat tulis, timbangan bobot hidup
dan bobot potong berkapasitas 50 kg dengan kepekaan timbangan 50 g, timbangan
berkapasitas 2 kg dengan kepekaan 10 g untuk menimbang pakan.
Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3
perlakuan dan 6 ulangan, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

P1 = pucuk batang tebu, ampas tahu, bungkil kelapa, dedak, molases, urea, garam, dan
starbio
P2 = pucuk batang jagung, ampas tahu, bungkil kelapa, dedak, molases, urea, garam, dan
starbio
P3 = pucuk daun ubi kayu, ampas tahu, bungkil kelapa, dedak, molases, urea, garam, dan
starbio
Dengan ulangan yang dapat dibentuk disesuaikan rumus sbb :
t (r-1) ≥ 15
3 (r-1) ≥ 15
≥ 15

3r-3

3r ≥ 18
r ≥6
Kombinasi susunan plot penelitian ini adalah :
P11

P12

P13

P14

P15

P16

P21

P22

P23

P24

P25

P26

P31

P32

P33

P34

P35

P36

Metode linier percobaan yang digunakan adalah :
Yij = µ + σi +∑ij
Dimana :
i

= 1,2,3,...t (perlakuan).

j

= 1,2,3...r (ulangan).

Yij

= Nilai pengamatan yang diperoleh dari satu perlakuan ke-i dan ulangan

µ

= Efek dari nilai tengah / rataan.

ke-j.

Universitas Sumatera Utara

σi

= Efek perlakuan pada taraf ke-i.

∑ij

= Efek error dari percobaan pada perlakuan ke-i pada ulangan ke-j.

(Hanafiah, 2002)

Parameter yang Diukur


Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan dihitung setiap satu hari satu malam (24 jam). Data konsumsi
pakan diperoleh dengan cara melakukan penimbangan pakan yang diberikan pada
pagi hari kemudian dikurangkan dengan pemimbangan sisa pakan yang dilakukan
pada pagi hari besoknya. Konsumsi pakan dapat dirumuskan sebagai berikut :
konsumsi pakan = Pakan yang diberikan – pakan sisa.



Pertambahan Bobot Badan Domba
Pertambahan bobot badan dihitung berdasarkan selisih dari penimbangan bobot
badan akhir dikurangi dengan bobot badan awal dibagi dengan jumlah hari
pengamatan pertumbuhan bobot badan yang dihitung setiap dua minggu sekali.
Pertambahan bobot badan dirumuskan sebagai berikut :
B2 – B1
PBB =
T2 – T1
Keterangan :
PBB

= Pertambahan bobot badan (g/ekor/minggu).

B2

= Bobot badan akhir penimbangan (kg).

B1

= Bobot badan awal penimbangan (kg).

T2

= Waktu akhir penimbangan.

T1

= Waktu awal penimbangan.

Universitas Sumatera Utara



Konversi Pakan
Konversi pakan selama penelitian dihitung berdasarkan perbandingan jumlah
pakan yang dikonsumsi (g/ekor/minggu) dengan pertambahan bobot badan
(g/ekor/minggu). Konversi pakan dapat dirumuskan sebagai berikut :
Konsumsi pakan
Konversi Pakan =
PBB

Pelaksanaan Penelitian


Persiapan kandang
Kandang yang digunakan adalah kandang berbentuk panggung terdiri dari 18 unit
dan setiap unit di isi dengan 1 ekor domba. Sebelum domba dimasukkan, kandang
dan peralatan didesinfektan terlebih dahulu dengan Kalbazen.



Random Domba
Sebelum domba dimasukkan ke dalam kandang dilakukan penimbangan bobot
badan awal domba diambil secara acak untuk ditempatkan ke masing-masing
kandang.



Pemberian Pakan dan Air Minum
Pakan yang diberikan berupa pucuk tebu, batang jagung dan daun ubi kayu yang
telah di potong kecil-kecil menggunakan mesin chopper dan dikeringkan. Pakan
tersebut diberikan dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari. Sisa pakan
yang diberikan ditimbang keesokan harinya untuk mengetahui konsumsi untuk
ternak tersebut. Sebelum dilakukan penelitian diberikan waktu untuk beradaptasi
selama satu minggu dengan pemberian pakan sedikit demi sedikit. Pemberian air

Universitas Sumatera Utara

minum dilakukan secara ad libitum. Air diganti setiap hari dan tempatnya dicuci
dengan air bersih.


Metode Pengambilan Sampel
Pakan yang diberikan dan sisa pakan yang dikumpulkan dihitung beratnya untuk
mengetahui konsumsi ternak domba. Pertambahan bobot badan dihitung setiap
minggunya dan konversi pakan dihitung selama penelitian.



Pemeliharaan
Domba yang digunakan adalah domba Sei putih dan diberikan ransum sesuai
dengan perlakuan, pemberian pakan secara berkala yaitu pagi pada pukul 07:00
WIB dan pada sore hari pada pukul 16:00 WIB. Air minum diberikan secara ad
libitum

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan adalah jumlah yang dikonsumsi oleh ternak dalam jangka waktu
tertentu. Konsumsi pakan terus meningkat seiring dengan pertambahan kebutuhan zat zat nutrisi oleh kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan. Rataan konsumsi pakan dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan konsumsi pakan domba sei putih selama penelitian (g/ekor/2minggu)
Perlakuan
P1
P2
P3
total
rataan

I
517.23
499.46
520.55
1537.24
512.41

II
521.48
503.82
522.00
1547.30
515.77

Ulangan
III
516.93
512.77
475.61
1505.31
501.77

IV
518.67
518.25
506.30
1543.22
514.41

V
495.91
519.04
515.96
1530.91
510.30

VI
522.95
508.76
520.73
1552.44
517.48

Total

Rataan

3093.17
3062.10
3061.15
9216.42
3072.14

515.53
510.35
510.19
1536.07
512.02

Rataan konsumsi pakan domba sei putih yang dilihat pada Tabel 7 adalah 512.02
g/ekor/2minggu dengan rataan konsumsi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P1
(pakan dengan menggunakan pucuk tebu) yaitu sebesar 515.53 g/ekor/2minggu dan
rataan konsumsi pakan terendah terdapat pada perlakuan P3 (pakan dengan menggunakan
ubi) yaitu sebesar 510.19 g/ekor/2minggu.
Pemberian pakan berupa pucuk tebu, batang jagung dan batang daun ubi kayu
terhadap konsumsi pakan domba sei putih dapat dilihat pengaruhnya dengan melakukan
analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 8.
Tabel 8 . Analisis keragaman konsumsi pakan domba sei putih selama penelitian
Sumber
Perlakuan
Galat
Total
KK : 3.3 %

db
2
15
17

JK
110.64
2399.76
2510.40

KT
55.32
159.98

F.hit
0.35

n/tn
TN

F.05
3.68

F.01
6.36

Universitas Sumatera Utara

Hasil analisis keragaman pada Tabel 8 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil
dari F tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan dengan menggunakan
pucuk tebu, batang jagung dan batang daun ubi kayu dalam pakan domba sei putih
memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konsumsi pakan domba sei
putih.
Secara statistik, analisis keragaman konsumsi pakan domba sei putih menunjukan
tingkat konsumsi pakan yang relatif sama atau tidak ada perbedaan yang mencolok dari
semua perlakuan. Menurut Parakkasi (1995) bahwa tingkat perbedaan konsumsi
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot badan, umur, tingkat
kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas). Dan makanan yang berkualitas baik
tingkat konsumsinya lebih tinggi dibanding dengan makanan berkualitas rendah,
sehingga kualitas pakan yang relatif sama maka tingkat konsumsinya juga tidak berbeda.
Hal ini juga diutarakan oleh Tomazweska et al. (1993) yang menyatakan bahwa kualitas
pakan berpengaruh terhadap konsumsi akhirnya bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan.
Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan dihitung setiap 2 minggu berdasarkan bobot badan
akhir dikurangi bobot badan awal 2 minggu sebelumnya dalam satuan kg/ekor/2minggu.
Rataan pertambahan bobot badan domba sei putih yang diperoleh selama penelitian dapat
dilihat pada Tabel 9.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 9. Rataan pertambahan bobot badan domba sei putih selama penelitian
(g/ekor/2minggu).
Perlakuan
P1
P2
P3
total
rataan

I
930
230
520
1680
560

II
680
700
480
1860
620

Ulangan
III
400
640
570
1610
536.67

IV
750
1000
580
2330
776.67

V
670
330
670
1670
556.67

VI
520
700
720
1940
646.67

Total

Rataan

3950
3600
3540
11090
3696.67

658.33
600
590
1848.33
616.11

Tabel 9 menunjukan hasil rataan pertambahan bobot badan domba sei putih
selama penelitian adalah 616.11 g/ekor/2minggu. Rataan pertambahan bobot badan
tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (pakan dengan menggunakan pucuk tebu) yaitu
sebesar 658.33 g/ekor/2minggu, sedangkan rataan pertambahan bobot badan terendah
terdapat pada perlakuan P3 (pakan dengan menggunakan batang daun ubi kayu) yaitu
sebesar 590 g/ekor/2minggu.
Pengaruh pemberian pakan dengan menggunakan pucuk tebu, batang jagung dan
batang daun ubi kayu terhadap pertambahan bobot badan domba sei putih dapat diketahui
dengan melakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 10 .
Tabel 10. Analisis keragaman pertambahan bobot badan domba sei putih selama
penelitian
Sumber
db
JK
Perlakuan
2
16344.44
Galat
15 600883.33
Total
17 617227.78
FK
6832672
Ket: KK = 80.63 %
Ket: tn = tidak berbeda nyata

KT
8172.22
40058.89

F.hit
0.20

n/tn
TN

F.05
3.68

F.01
6.36

Hasil analisis keragaman pada Tabel 10 menunjukkan bahwa pemberian pakan
dengan menggunakan pucuk tebu, batang jagung, dan batang daun ubi kayu dalam pakan
domba sei putih memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap pertambahan bobot
badan domba sei putih selama 3 bulan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembeian

Universitas Sumatera Utara

ketiga macam bahan pakan terhadap pertambahan bobot badan mempunyai peningkatan
yang sama. Hal ini terjadi karena faktor umur, dan faktor genetik. Menurut Tomazewska
et al.(1993) bahwa laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur ,lingkungan dan
genetik dimana berat tubuh awal fase penggemukan berhubungan dengan berat dewasa.
Pertambahan bobot badan yang tidak berbeda nyata dapat juga disebabkan karena ternak
domba mengkonsumsi pakan yang jumlahnya tidak berbeda nyata.
Konversi Pakan
Konversi pakan dihitung berdasarkan perbandingan konsumsi pakan dengan
pertambahan bobot badan yang dihasilkan. Dari hasil penelitian diperoleh rataan konversi
pakan domba sei putih seperti tertera pada Tabel 11.
Tabel 11. Rataan konversi pakan domba sei putih selama penelitian
Perlakuan
P1
P2
P3
total
rataan

I
0.56
2.17
1.00
3.73
1.24

II
0.77
0.72
1.09
2.57
0.86

Ulangan
III
1.29
0.80
0.83
2.93
0.98

IV
0.69
0.52
0.87
2.08
0.69

V
0.74
1.57
0.77
3.08
1.03

VI
1.01
0.73
0.72
2.46
0.82

Total
5.05
6.51
5.29
16.85
5.62

Rataan
0.84
1.09
0.88
2.81
0.94

Berdasarkan rataan konversi pakan pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa rataan
konversi pakan domba sei putih selama penelitian adalah 0.94. Rataan konversi pakan
tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (pakan dengan menggunakan batang jagung) yaitu
sebesar 1.09, sedangkan rataan konversi pakan terendah terdapat pada perlakuan P1
(pakan dengan menggunakan pucuk tebu) yaitu sebesar 0,84.
Untuk mengetahui signifikansi pemberian pakan dengan menggunakan pucuk
tebu, batang jagung, dan batang daun ubi kayu terhadap konversi pakan domba sei putih,
maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 12.
Tabel 12. Analisis keragaman konversi pakan domba sei putih selama penelitian

Universitas Sumatera Utara

Sumber
db
JK
Perlakuan
2
0.20
Galat
15
2.53
Total
17
2.73
FK
15.78
Ket:
KK = 4.24 %
tn = tidak berbeda nyata

KT
0.10
0.17

F.hit
0.61

n/tn
TN

F.05
3.68

F.01
6.36

Setelah dilakukan analisis keragaman seperti pada Tabel 12 maka didapat hasil
bahwa pemberian pakan dengan menggunakan pucuk tebu, batang jagung, dan batang
daun ubi kayu dalam pakan domba sei putih memberikan pengaruh yang tidak berbeda
nyata terhadap konversi pakan domba sei putih.
Pertambahan bobot hidup domba sei putih tidak berbeda nyata karena ternak
tersebut mengkonsumsi pakan yang jumlahnya tidak berbeda nyata, hal ini menghasilkan
konsekuensi bahwa konversi pakan juga tidak berbeda nyata.
Bobot Potong
Bobot potong dihitung berdasarkan hasil penimbangan setelah ternak dipuasakan
selama 24 jam dan air minum disediakan ad libitum. Rataan bobot potong dapat dilihat
pada tabel 13 yang berikut :
Tabel 13. rataan bobot potong (kg/ekor)
Perlakuan
P1
P2
P3
total
rataan

I
18.85
17.27
14.92
51.04
17.01

II
19.09
15.4
16
50.49
16.83

Ulangan
III
14.2
16.32
15.75
46.27
15.42

IV
17
18.5
17.57
53.07
17.69

V
17.7
15.87
16.7
50.27
16.76

VI
18.5
19.47
17.81
55.78
18.59

Total
105.34
102.83
98.75
306.92
102.31

Rataan
17.56
17.14
16.46
51.15
17.05

Pada tabel 13 dapat dilihat bahwa bobot potong pada perlakuan P1 (pakan dengan
menggunakan pucuk tebu) sebesar 17.56 kg/ekor, perlakuan P2 (pakan dengan

Universitas Sumatera Utara

menggunakan batang jagung) sebesar 17.14 kg/ekor, perlakuan P3 (pakan dengan
menggunakan batang daun ubi kayu) sebesar 16.46 kg/ekor.
Untuk mengetahui signifikansi pemberian antara pakan dengan menggunakan
pucuk tebu, batang jagung, dan batang daun ubi kayu terhadap bobot potong, maka
dilakukan uji keragaman seperti pada tabel 14 berikut ini :
Tabel 14. uji keragaman bobot potong (kg/ekor)
Sumber

db

JK

KT

2

3.69

1.84

Galat

15

35.32

2.35

Total

17

39.01

Perlakuan

F.hit
0.78

n/tn
TN

F.05
3.68

F.01
6.36

Ket: KK : 9.00 %
Tn : tidak nyata.

Hasil uji keragaman pada tabel 14 menunjukkan bahwa bobot potong yang
diperoleh tidak berbeda nyata sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan
dengan menggunakan pucuk tebu, batang jagung, dan batang daun ubi kayu mempunyai
bobot yang sama. Adanya hasil bobot potong yang tidak berbeda dikarenakan bangsa
ternak yang digunakan pada peneliatian ini adalah sama begitu juga jenis kelamin dan
kandungan zat gizi yang seragam.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Dari hasil keseluruhan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dalam Tabel
15 berikut :
Tabel 15. Rekapitulasi hasil penelitian pucuk tebu, batang jagung, dan batang daun ubi
kayu terhadap pertambahan bobot badan dan bobot potong domba Sei Putih

Perlakuan

P1
P2
P3

Konsumsi pakan
PBB
Konversi Pakan
g/ekor/2minggu g/ekor/2minggu
%
515.53
510.35
510.19

658.33
600.00
590.00

0.84
1.09
0.88

Bobot Potong
kg/ekor
17.56
17.14
16.46

Tabel 15 menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan menggunakan pucuk
tebu, batang jagung, dan batang daun ubi kayu dalam pakan domba sei putih memberikan
pengaruh tidak berbeda nyata terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan,
konversi pakan dan bobot potong selama penelitian.aturannya udah.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Pemanfaatan beberapa hasil limbah pertanian (pucuk tebu, batang jagung, dan
batang daun ubi kayu) dalam pakan memberikan efek yang tidak berbeda nyata terhadap
performans dan bobot potong ternak domba sei putih selama penelitian.
Saran
Disarankan penggunaan hasil limbah pertanian (pucuk tebu, batang jagung, dan
batang daun ubi kayu) menggunakan level starbio yang lebih tinggi agar serat kasar pada
pakan tersebut lebih mudah dicerna oleh ternak.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta.
Darjanto dan Mujati, 1980. Khasiat, Racun dan Masakan Ketela Pohon, Cetakan Kedua
Yayasan Dwi Sri, Bogor.
Devendra, C. and M. Burns. 1970. Goat Production In The Tropics.C.A.B. Farham Royal
Bucks, England. Pp.1,21.
Departemen Pertanian, Universitas Sumatera Utara. 2002.
Diwyanto,K., A.Priyanti., dan D. Zainuddin. 1996. Pengembangan Ternak Berwawasan
Agribisnis Di Pedesaan Dengan Memanfaatkan Limbah Pertanian dan Pemilihan
Bibit Yang Tepat. Balai Penelitian Ternak. Jurnal Lit Bang Pertanian. XV (I).
Doloksaribu, M., E. Romjali., S. Elieser., Subandriyo and R. M. Gatenby. 1996.
Production Performance Of Domba Sei putih In North Sumatera In Small
Ruminant Production ; Recommendations For Southeast Asia. Proc. Of Whorkshop
Held In Parapat, North Sumatera, Indonesia, May, 12-15.
Gatenby, R.M and Batubara, L.P., 1994. Management Of Sheep In The Humid Tropics.
Experiencies Of North Sumatera, Second symposium On Sheep Production In
Malaysia, 22 – 24 November 1994, Fakulty Of Veterinary Medicine and Animal
Science University Agriculture Malaysia, Serdang. Center For Tropical Animal
Production and Disease Studies.
Hassan, A. dan M. Ishada., 1991. Effect Of Water, Molasses and Urea Addition on Oil
Palm Frond Sillage Quality, Fermentation and Palatability, In Proceedings of The
Third International Symposium on The Nutrition of Herbivora, Penang.
Jamarun, N., 1991. Penyediaan, Pemanfaatan dan Nilai Gizi Limbah Pertanian Sebagai
Makanan Ternak di Sumatera Barat, Pusat Penelitian Uneversitras Andalas, Padang.
Kasyanto, 1982. Membuat Tahu, Penebar Swadaya, Jakarta.
Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU., 2008.
Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU., 2009.
Martawidjaja,M., B.Setiadi., dan S.S.Sitorus. 1999. Pengaruh Tingkat Protein Energi
Ransum Terhadap Kinerja Produksi Kambing Kacang Muda. Balai Penelitian
Ternak. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 4(3):161-171.

Universitas Sumatera Utara

Ngadiono, N. dan E, Baliarti., 2001. Laju Pertumbuhan dan Produksi Karkas Sapi
Peranakan Ongole Jantan dengan Penambahan Probiotik Starbio pada Pakannya.
Media Peternakan 24(2):63-67.
NRC., 1995. Nutrient requirement of Sheep sixth Revised Edition, National Academy of
Science, Washington DC.
Parakkasi, A.1995. Ilmu Makanan dan Ternak Ruminansia. UI Press, Jakarta.
Reksohadiprojo, 1979. Produksi Hijauan Makanan Ternak Tropik, Kanisius, Yogyakarta.
Rukmana, H. R. 1997. Ubi Kayu, Budidaya dan Pasca Panen, Kanisius, Yogyakarta.
Setiadi, B dan I. Inounu. 1991. Beternak Kambing-Domba Sebagai Ternak Potong Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Sosrosoedirdjo, R. S., 1982. Bercocok Tanam Ketela Pohon. CV Yasa Guna, Jakarta.
Sudaryanto, B., dan Djamaluddin, E, 1988. Detoksifikasi Sianida Daun Ubi Kayu dan
Efek Kroniknya pada Kambing. Warta Litbang Pertanian.
Tillman, AD., H.Hartadi., S.Reksohadimodjo., S.Prawirakusumo dan S.Lebdosoekojo.
1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. UGM Press, Yogyakarta.
Tomaszewska,M.W.,J.M.Mastika,A.Djaja Negara,S,Gardiner, dan T.R. Wiradary