Uji Ransum Berbasis Pucuk Batang Tebu, Pucuk Batang Jagung Dan Pucuk Batang Ubi Kayu Dengan Penambahan STarbio Terhadap Analisis Usaha Domba Sei Putih
UJI RANSUM BERBASIS PUCUK BATANG TEBU, PUCUK BATANG JAGUNG DAN PUCUK BATANG UBI KAYU DENGAN PENAMBAHAN
STARBIO TERHADAP ANALISIS USAHA DOMBA SEI PUTIH SKRIPSI
OLEH
ELVIN FERDIANSYAH 050306032
DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2010
(2)
UJI RANSUM BERBASIS PUCUK BATANG TEBU, PUCUK BATANG JAGUNG DAN PUCUK BATANG UBI KAYU DENGAN PENAMBAHAN
STARBIO TERHADAP ANALISIS USAHA DOMBA SEI PUTIH
SKRIPSI
OLEH
ELVIN FERDIANSYAH 050306032
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(3)
Judul : Uji Ransum Berbasis Pucuk Batang Tebu, Pucuk Batang Jagung dan Pucuk Batang Ubi Kayu dengan Penambahan Starbio Terhadap Analisis Usaha Domba Sei Putih
Nama : Elvin Ferdiansyah
NIM : 050306032
Departemen : Peternakan
Disetujui Oleh Komisi Pembiming
(Ir.Roeswandy) (Ir. Iskandar Sembiring, MM)
Ketua Anggota
Mengetehui,
(Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP) Ketua Departemen Peternakan
(4)
ABSTRAK
ELVIN FERDIANSYAH : Uji Ransum Berbasis Pucuk Batang Tebu, Pucuk Batang Jagung, Pucuk Batang Ubi Kayu dengan Penambahan Starbio Terhadap Analisis Usaha Domba Sei Putih. Dibawah bimbingan Bapak ROESWANDY sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak ISKANDAR SEMBIRING sebagai anggota komisi pembimbing.
Persaingan yang tinggi dalam memperoleh hijauan pakan ternak menyebabkan peternak kesulitan dalam mencukupi kebutuhan ternak akan hijauan. Untuk itulah perlu dicari suatu pakan alternatif yang baru yang dapat menggantikan hijauan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pucuk tebu, pucuk batang jagung, pucuk batang daun ubi kayu dengan penambahan starbio terhadap analisis usaha domba sei putih. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuannya adalah P1 = pakan dengan pucuk tebu, P2 = pakan
dengan batang jagung dan P3 = pakan dengan pucuk batang daun ubi kayu. Hasil
penelitian menunjukan bahwa penggunaan pucuk tebu, pucuk batang jagung, pucuk batang daun ubi kayu dengan penambahan starbio layak digunakan dalam usaha peternakan domba sei putih.
Kata Kunci : Pucuk Batang Tebu, Pucuk Batang Jagung, Pucuk Batang Ubi Kayu, Domba dan Analisis Usaha
(5)
ABSTRACT
ELVIN FERDIANSYAH : The Sugarcane top, Corn Straw, and Cassava
Leaf based Ration Test by Starbio addition on Analysis of Sheep Management, in Sei Putih, under instruction of Mr.Roerwandy as chief comission of academic supervisor and Mr.iskandar Sembiring as Co-mission of academic supervisor.
The high competition in winning the green ration of livestock has placed the animal keepers in difficulty to meet the need of livestock for green materials. For the reason, it is very important to seek new alternative of ration to replace the green materials.
The objective of research would ne to know the effect of using sugar cane tip, corn stem tip, cassava stem tip by audition of starbio on analysis of sheep management in Sei Putih. This research used complete random sampling design with three treatments and six replications. The treatments were P1 = The ration with sugar cane tip, P2 = ration with corn stem tip P3 = ration with cassava stem tip. The result of research indicated that the application of sugar cane stem tip, corn stem tip, and cassava stem tip with addition of starbio were feasible to use in sheep management of Sei Putih
Keywords : Sugarcane top, Corn straw, Cassava Leaf tip, sheep and livestock management
(6)
RIWAYAT HIDUP
ELVIN FERDIANSYAH, dilahirkan di Binjai pada tanggal 29 Desember
1987, anak tunggal dari ayahanda H. Rapanis dan Ibunda Hj. Masnida yang
beragama Islam.
Pada tahun 1992 penulis memasuki taman kanak-kanak aisyah, lulus tahun
1993. Tahun 1993 memasuki SD 020260 Binjai, lulus tahun 1999. Tahun 1999
memasuki MTsN Binjai, lulus tahun 2002. tahun 2002 mamasuki SMUN 1 Binjai,
lulus tahun 2005. tahun 2005 memasuki Universitas Sumatera Utara, Fakultas
Pertanian, Departemen Ilmu Produksi Ternak melalui jalur SPMB.
Selama kuliah penulis menjadi Bendahara HIMMIP Tahun 2006-2007,
mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).
Pada bulan Juli 2008 penulis mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
kabupaten Simalungun. Pada bulan September 2009 penulis melakukan penelitian
di Laboratorium Ilmu Biologi Ternak, Departemen Peternakan, Universitas
(7)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Adapun judul skripsi saya ini adalah “UjiRansum Berbasis Pucuk Batang
Tebu, Pucuk Batang Jagung dan Pucuk Batang Daun Ubi Kayu dengan
Penambahan Starbio Terhadap Analisis Usaha Domba Sei Putih”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua atas doa,
semangat dan pengorbanan materil maupun moril yang telah diberikan selama ini.
Kepada Bapak Ir. Roeswandy selaku ketua komisi pembimbing dan
Bapak Ir. Iskandar Sembiring, MM selaku anggota komisi pembimbing yang telah
memberikan arahan dalam penulisan skripsi dan semua pihak yang ikut
membantu.
Semoga skripsi ini dapat membantu dan bermanfaat bagi penelitian dan
ilmu pengetahuan serta pelaku usaha bidang peternakan.
Medan, Agustus 2010
(8)
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
Hipotesis Penelitian ... 2
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Ternak Domba ... 4
Domba Sei Putih ... 4
Peranan Pakan dan Konsentrat untuk Domba ... 5
Batang Jagung ... 7
Batang Daun Ubi Kayu ... 7
Pucuk Tebu (Saccharum officinarum) ... 8
Dedak Padi ... 9
Ampas Tahu ... 10
Molases... ... 10
Bungkil Kelapa... ... 11
Urea... ... 11
Garam... ... 12
Probiotik Starbio... ... 12
Analisis Usaha ... 15
Total Biaya Produksi ... 15
Total Hasil Produksi (Penerimaan dan Pendapatan) ... 16
Laba/Rugi ... 17
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) ... 18
Break Even Point (BEP) ... 18
BEP Harga Produksi ... 19
BEP Volume Produksi ... 19
(9)
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ... 20
Bahan dan Alat Penelitian ... 20
Bahan ... 20
Alat ... 20
Metode Penelitian ... 21
Parameter Penelitian... ... 22
Total Biaya Produksi... ... 22
Total Hasil Produksi... ... 22
Analisis Laba/Rugi... ... 22
B/C Ratio... ... 23
BEP... ... 23
IOFC... ... 23
Pelaksanaan Penelitian... ... 24
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Usaha... ... 26
Total Biaya Produksi... ... 26
Biaya Bibit... ... 26
Biaya Pakan... ... 27
Biaya/Upah Tenaga Kerja... ... 30
Biaya Sewa Kandang... 31
Biaya Obat -obatan... ... 32
Biaya Perlengkapan Kandang... ... 34
Total Hasil Produksi... ... 36
Penjualan Domba Sei Putih... ... 36
Penjualan Kotoran Domba Sei Putih... ... 38
Feses... ... 38
Urine... ... 38
Analisis Keuntungan (Laba/Rugi)... ... 40
Analisis Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)... ... 42
Break Even Point (BEP)... ... 43
BEP Harga Produksi... ... 43
BEP Volume Produksi... 44
IOFC (Income Over Feed Cost)... ... 45
Rekapitulasi Analisis Usaha... ... 49
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... ... 50
Saran ... ... 50 DAFTAR PUSTAKA
(10)
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Kebutuhan harian zat-zat makanan untuk ternak domba ... 6
2. Kandungan nilai gizi pucuk batang jagung ... 7
3. Kandungan gizi pucuk batang daun ubi kayu ... 8
4. Kandungan nilai gizi tebu ... 9
5. Kandungan nilai gizi dedak padi ... 9
6. Kandungan nilai gizi ampas tahu ... 10
7. Kandungan nilai gizi molases ... 11
8. Kandungan nilai gizi bungkil kelapa ... 11
9. Bobot badan awal domba (kg/ekor) ... 26
10. Biaya bibit domba (Rp) ... 27
11. Harga bahan pakan ... 28
12. Biaya pakan perlakuan P1 ... 28
13. Biaya pakan perlakuan P2 ... 28
14. Biaya pakan perlakuan P3 ... 29
15. Total konsumsi pakan domba selama penelitian (kg/ekor) ... 29
16. Biaya konsumsi pakan domba selama penelitian (Rp)... 30
17. Biaya tenaga kerja selama penelitian... 31
18. Biaya sewa kandang selama penelitian ... 32
19. Harga obat dan peralatan yang digunakan selama penelitian... 32
20. Biaya pemberian kalbazen selama penelitian (Rp/ekor)... 33
(11)
22. Total biaya obat-obatan dan peralatan... 33
23. Biaya obat-obatan dan peralatan (Rp/ekor)... ... 34
24. Biaya perlengkapan kandang selama penelitian /3 bulan... .... 34
25. biaya perlengkapan kandang /ekor (Rp/ekor)... 35
26. Total biaya produksi... 35
27. Total biaya produksi /ekor... 36
28. Harga jual domba (Rp/kg)... 37
29. Harga jual feses domba (Rp/kg)... 38
30. Harga jual urine (Rp/ekor)... 39
31. Total hasil produksi... 39
32. Total hasil produksi /ekor (Rp/ekor)... 40
33. Keuntungan (laba – rugi ) tiap level perlakuan... 41
34. B/C tiap level perlakuan... 43
35. BEP harga produsi tiap level perlakuan... 44
36. BEP volume produksi tiap level perlakuan... 44
37. IOFC tiap level perlakuan... 45
38. Analisis usaha perlakuan P1... ... 46
39. Analisis usaha perlakuan P2... . 47
(12)
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
Gambar 1. Diagram Garis Keuntungan Laba Rugi ... 41
Gambar 2. Diagram garis B/C Ratio Tiap Level Perlakuan Pakan……… 42
Gambar 3. Diagram Garis BEP Harga Produksi……… 43
Gambar 4. Diagram Garis BEP Volume Produksi………..… 45
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Biaya pakan perlakuan P1 ... 55
2. Biaya pakan perlakuan P2 ... 55
3. Biaya pakan perlakuan P3 ... 55
4. Total konsumsi pakan domba selama penelitian (kg/ekor) ... 56
5. Biaya konsumsi pakan domba selama penelitian (Rp) ... 57
6. Biaya bibit (Rp/ekor) ... 58
7. Biaya tenaga kerja selama penelitian (Rp) ... 59
8. Biaya sewa kandang selama penelitian (Rp) ... 60
9. Total biaya obat-obatan ... 61
10. Biaya perlengkapan kandang per ekor domba (Rp/ekor) ... 61
11. Total biaya produksi (Rp) ... 61
12. Harga jual feses domba (Rp/ekor) ... 62
13. Harga jual urine domba (Rp/ekor) ... 62
14. Total hasil produksi per ekor domba (Rp/ekor) ... 63
15. Keuntungan (laba – rugi) tiap level perlakuan (Rp) ... 64
16. B/C ratio tiap level perlakuan pakan ... 64
17. BEP harga produksi tiap level perlakuan (Rp)... 64
18. BEP volume produksi tiap level perlakuan (Rp) ... 65
19. IOFC (Income Over Feed Cost) tiap level perlakuan (Rp) ... 65
20. Data bobot badan domba sei putih selama penelitian (g/ekor/minggu) ... 66
(14)
22. Biaya konsumsi pakan domba sei putih selama penelitian (Rp/ekor) ... 68
23. Total penggunaan kalbazen selama penelitian (ml/ekor) ... 69
24. Penggunaan vit. B kompleks selama penelitian (ml/ekor) ... 69
25. Rataan IOFC analisis usaha domba sei putih... 70
26. Analisis keragaman IOFC... ... 70
27. Analisis usaha perlakuan P1 ... 71
28. Analisis usaha perlakuan P2 ... 72
(15)
ABSTRAK
ELVIN FERDIANSYAH : Uji Ransum Berbasis Pucuk Batang Tebu, Pucuk Batang Jagung, Pucuk Batang Ubi Kayu dengan Penambahan Starbio Terhadap Analisis Usaha Domba Sei Putih. Dibawah bimbingan Bapak ROESWANDY sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak ISKANDAR SEMBIRING sebagai anggota komisi pembimbing.
Persaingan yang tinggi dalam memperoleh hijauan pakan ternak menyebabkan peternak kesulitan dalam mencukupi kebutuhan ternak akan hijauan. Untuk itulah perlu dicari suatu pakan alternatif yang baru yang dapat menggantikan hijauan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pucuk tebu, pucuk batang jagung, pucuk batang daun ubi kayu dengan penambahan starbio terhadap analisis usaha domba sei putih. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan. Perlakuannya adalah P1 = pakan dengan pucuk tebu, P2 = pakan
dengan batang jagung dan P3 = pakan dengan pucuk batang daun ubi kayu. Hasil
penelitian menunjukan bahwa penggunaan pucuk tebu, pucuk batang jagung, pucuk batang daun ubi kayu dengan penambahan starbio layak digunakan dalam usaha peternakan domba sei putih.
Kata Kunci : Pucuk Batang Tebu, Pucuk Batang Jagung, Pucuk Batang Ubi Kayu, Domba dan Analisis Usaha
(16)
ABSTRACT
ELVIN FERDIANSYAH : The Sugarcane top, Corn Straw, and Cassava
Leaf based Ration Test by Starbio addition on Analysis of Sheep Management, in Sei Putih, under instruction of Mr.Roerwandy as chief comission of academic supervisor and Mr.iskandar Sembiring as Co-mission of academic supervisor.
The high competition in winning the green ration of livestock has placed the animal keepers in difficulty to meet the need of livestock for green materials. For the reason, it is very important to seek new alternative of ration to replace the green materials.
The objective of research would ne to know the effect of using sugar cane tip, corn stem tip, cassava stem tip by audition of starbio on analysis of sheep management in Sei Putih. This research used complete random sampling design with three treatments and six replications. The treatments were P1 = The ration with sugar cane tip, P2 = ration with corn stem tip P3 = ration with cassava stem tip. The result of research indicated that the application of sugar cane stem tip, corn stem tip, and cassava stem tip with addition of starbio were feasible to use in sheep management of Sei Putih
Keywords : Sugarcane top, Corn straw, Cassava Leaf tip, sheep and livestock management
(17)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam pembangunan dewasa ini jumlah penduduk semakin meningkat
juga tingkat pendapatan dan pengetahuan / kapita, maka terjadi pergeseran
permintaan terhadap daging berkualitas baik. Konsumsi protein hewani
masyarakat Indonesia pada saat sekarang ini sebesar 4, 19 g / kapita / hari setara
dengan daging sebesar 5,25 kg, telur 3,5 kg dan susu 5,5 kg / kapita / tahun,
sedangkan konsumsi protein hewani masyarakat Sumatera Utara baru dapat
memenuhi standar kebutuhan telur, sedangkan susu sangat rendah konsumsinya
(Dinas Peternakan Sumatera Utara, 2007).
Lebih dari 90% usaha peternakan domba di Indonesia merupakan usaha
peternakan rakyat dengan skala kepemilikan 2-5 ekor. Pada masa mendatang,
diharapkan terjadi pergeseran skala tipe usaha peternakan rakyat karena industri
peternakan yang lebih besar skala kepemilikan dombanya.
Untuk mendirikan usaha peternakan pada saat sekarang ini terdapat
kendala berupa ketersediaan pakan hijauan yang terbatas terlebih lagi pada saat
musim kemarau, sehingga digunakan pakan alternatif berupa limbah pertanian
yang terdiri dari Pucuk Batang Tebu, Pucuk Batang Jagung dan Pucuk Batang Ubi
kayu dimana bahan pakan ini bersifat kontiniu.
Namun penggunaan Pucuk Batang tebu, Pucuk Batang Jagung dan Pucuk
Batang Ubi kayu tersebut sebagai bahan baku pakan mempunyai beberapa
kendala yaitu berkualitas rendah dan mengandung serat kasar yang tinggi.
(18)
menurunkan kadar serat kasarnya sehingga kandungan nutrisinya dapat diserap
oleh ternak.
Inovasi yang digunakan berupa penambahan starbio kedalam pakan
ternak, starbio berfungsi untuk mendegradasi selulosa, hemiselulosa serta lignin
sehingga kadar serat kasar pakan yang berasal dari limbah pertanian tersebut
dapat menurun.
Dengan demikian starbio dapat mengubah limbah pertanian yang harganya
murah dan bernilai gizi rendah menjadi bahan pakan yang bernilai gizi tinggi yang
berguna untuk pertumbuhan dan produksi.
Berdasarkan pemikiran diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas ransum yang berbasis limbah
pertanian (Pucuk Batang Tebu, Pucuk Batang Jagung dan Pucuk Batang Ubi
kayu) dengan penambahan starbio pada usaha beternak domba.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas ransum yang berbasis
limbah pertanian (Pucuk Batang Tebu, Pucuk Batang Jagung dan Pucuk Batang
Ubi kayu) dengan penambahan starbio pada usaha beternak domba Sei Putih.
Hipotesis Penelitian
Limbah pertanian (Pucuk Batang Tebu, Pucuk Batang Jagung dan Pucuk
Batang Ubi kayu) dengan penambahan starbio sebagai pakan ternak dapat
(19)
Kegunaan Penelitian
Sebagai landasan rekomendasi bagi peternak domba, masyarakat atau
instansi terkait dengan penggunaan ransum yang berbasis limbah pertanian
(Pucuk Batang Tebu, Pucuk Batang Jagung dan Pucuk Batang Ubi kayu) dengan
(20)
TINJAUAN PUSTAKA
Ternak Domba
Domba diklasifikasikan sebagai hewan herbivora (pemakan hijauan)
karena pakan utamanya adalah hijauan yang berupa rumput dan legum. Domba
juga merupakan hewan mamalia, karena menyusui anak-anaknya. Sistem
pencernaan pakan yang khas di dalam rumen menyebabkan domba juga
digolongkan sebagai ternak ruminansia. Sistem pencernaan yang khas inilah yang
menyebabkan domba mampu mengkonversi pakan-pakan berkualitas rendah
menjadi produk bergizi tinggi, seperti daging dan susu, serta hasil ikutan yang
berkualitas tinggi, seperti kulit dan wol (Sodiq dan Abidin, 2002).
Domba Sei Putih
Domba Sei Putih adalah bangsa domba yang diperoleh dari persilangan
yang dilakukan oleh Sub Balai Penelitian Ternak (SBPT) Sei Putih Galang,
Sumatera Utara bekerja sama dengan Small Ruminant - Collaborative Research
Support Program (SR - CRSP) sejak tahun 1986. Komposisi darahnya adalah 50% domba lokal Sumatera, 25% domba St. Croix (Virgin Island) dan 25%
domba Barbados Blackbelly (Gatenby dkk., 1995).
Koefisien teknis domba Sei Putih (Hair Sheep) : Jumlah anak per
kelahiran (litter size) adalah 1.35, interval beranak (lambing interval) adalah 8
bulan, mortalitas anak (lamb - mortality) adalah 15%, produksi anak per induk
(lamb production per ewe) adalah 1,7 per tahun yang merupakan perkalian dari
litter size dengan angka persentase anak yang hidup dibagi dengan lambing interval, bobot sapi umur 3 bulan adalah 10 kg (Gatenby dkk., 1995).
(21)
Domba Sei Putih adalah domba unggul hasil persilangan antara domba
lokal Sumatera, domba St. croix (USA) dan domba Barbados Blackbelly (USA).
Kelebihan domba Sei Putih : Mampu beradaptasi pada lingkungan tropis dan
lembab, siklus reproduksi sepanjang tahun dan mempunyai laju pertumbuhan
yang baik (101 gram/hari)
Peranan Pakan dan Konsentrat untuk Domba
Pakan bagi ternak domba dari sudut nutrisi merupakan salah satu unsur
yang sangat penting dalam menunjang kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi
ternak. Makanan sangat esensial bagi ternak domba karena makanan yang baik
akan menjadikan ternak sanggup melaksanakan kegiatan serta fungsi proses
ilmiah tubuh secara normal. Dalam batas minimal, makanan bagi ternak domba
berguna untuk menjaga keseimbangan jaringan tubuh dan membuat energi,
sehingga mampu melakukan peran dalam proses metabolisme (Murtidjo, 1993).
Kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan dicerminkan oleh
kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat
tergantung pada jenis ternak, umur, fase, pertumbuhan (dewasa, bunting,
menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya
(temperatur, kelembaban, nisbah) serta berat badannya. Jadi setiap ternak yang
berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda (Kartadisastra, 1997).
Pemeliharaan domba yang efisien dan ekonomis untuk maksud
pembibitan, penggemukan, peningkatan persentase kelahiran dan cepat tumbuh
berpangkal pada pemberian pakan. Memang dalam hal ini, jumlah pakan dan
mutu pakan yang baik tidak bisa merubah tubuh domba yang secara genetik
(22)
dan mutu yang rendah tidak akan mampu menumbuhkan karkas sesuai dengan
sifat genetik yang dimiliki ternak tersebut. Kebutuhan pakan yang dimaksud
adalah zat makanan seperti lemak, protein, karbohidrat, vitamin-vitamin, mineral
dan air (Soeparno, 1994).
Pakan merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi produktivitas
ternak. Kondisi pakan baik kualitas maupun kuantitas yang tidak mencukupi
kebutuhan akan menyebabkan produktivitas ternak menjadi rendah yang
ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang lambat serta bobot badan yang rendah
(Martawidjaya dkk., 1999).
Tabel 1. Kebutuhan harian zat - zat makanan untuk ternak domba
BB (Kg)
BK Energi Protein
Ca (g) P (g)
(Kg) %BB ME
(Mcal) TDN (Kg)
Total
(g) DD
5 0.14 2.8 0.6 0.61 51 41 1.91 1.4
10 0.25 2.5 1.01 1.28 81 68 4.3 1.6
15 0.36 2.4 1.37 0.38 115 92 2.8 1.9
20 0.51 2.6 1.8 0.5 150 120 3.4 2.3
25 0.62 2.5 1.91 0.53 160 128 4.1 2.8
30 0.81 2.7 2.44 0.67 204 163 4.8 2.3
Sumber : NRC (1995)
Bahan baku pakan yang dapat diberikan pada domba terdiri dari dua jenis
yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan merupakan bahan makanan kasae yang
terdiri dari hijauan yang dapat berupa rumput lapangan, limbah hasil pertanian,
rumput jenis unggul yang telah diintroduksikan, juga beberapa jenis leguminosa.
Sedangkan konsentrat merupakan pakan penguat yang terdiri dari bahan yang
kaya Karbohidrat Protein. Konsentrat untuk ternak domba biasanya disebut pakan
penguat yang memiliki kandungan serat kasar kurang dari 18% dan mudah
dicerna (Murtidjo, 1993).
Tujuan suplementasi pakan penguat (konsentrat) dalam pakan domba
(23)
menambah unsur pakan yang defisiensi serta meningkatkan konsumsi dan
pencernaan pakan (Murtidjo, 1993).
Pucuk Batang Jagung
Menurut Reksohadiprodjo dkk. (1979) disitasi Jamarun (1991) bahwa
daun jagung merupakan sisa dari tanaman jagung setelah buah dipanen pada
waktu muda dan dapat diberikan pada ternak baik dalam bentuk segar maupun
dalam bentuk kering. Pemanfaatan batang jagung sebagai pakan ternak telah
dilakukan terutama untuk ternak kerbau, sapi, kambing dan domba.
Tanaman jagung banyak sekali gunanya, hampir seluruh bagian tanaman
dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Batang dan daun tanaman
yang masih muda bisa digunakan untuk pakan ternak (Warisno, 1998).
Tabel 2. Kandungan nilai gizi pucuk batang jagung
Kandungan Zat Kadar Zat
Bahan kering (%) 63.21 a
Protein kasar (%) 8.12 a
TDN (%) 59 b
Serat kasar (%) 25.87 a
Lemak kasar (%) 2.78 a
Energi metabolis (Mcal) 4.00 c
Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)
c. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih (2009)
Pucuk Batang Ubi Kayu
Pucuk Batang Ubi kayu merupakan sumber protein bagi berbagai jenis
ternak ruminansia, daun ubi kayu selain kaya akan protein juga kaya akan vitamin
seperti caroten, vitamin B, vitamin B2, dan vitamin C (Cahyono, 1998).
Hijauan daun ubi kayu, penggunaannya harus dilayukan semalam atau
(24)
tidak meracuni ternak, dengan pengolahan yang sederhana ini racun dapat
berkurang atau hilang sehingga ternak akan menyukainya (Cahyono, 1998).
Tabel 3. Kandungan nilai gizi daun ubi kayu
Kandungan Zat Kadar Zat
Bahan kering (%) 74.92 a
Protein kasar (%) 17.05 a
TDN (%) 61.80 b
Serat kasar (%) 10.85 a
Lemak kasar (%) 6.02 a
Energi metabolis (Mcal) 4.61 c
Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)
c. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih (2009)
Pucuk Batang Tebu (Saccharum officinarum)
Persepsi kita tanaman tebu hanya sebagai bahan baku pembuatan gula.
Ternyata hampir semua bagian tebu dapat digunakan terutama sebagai sumber
hijauan pakan ternak atau campuran bahan pakan dengan bahan lain. Contohnya
hasil ikutan berupa pucuk batang tebu dapat langsung dimanfaatkan sebagai pakan
ternak (Ensminger et al., 1990).
Penggunaan hasil ikutan dan hasil olahan tanaman tebu pada saat musim
kemarau adalah pilihan tepat dan efektif. Karena tanaman tebu mudah diperoleh,
boleh dalam bentuk tunggal maupun bahan pelengkap pada pembuatan pakan
lengkap untuk ternak ruminansia (Dwiyanto dkk., 2001).
Tabel 4. Kandungan nilai gizi pucuk tebu
Kandungan Zat Kadar Zat
(25)
Protein kasar (%) 5.47 a
TDN (%) 53 b
Serat kasar (%) 17.71 a
Lemak kasar (%) 2.49 a
Energi metabolis (Mcal) 3.94 c
Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)
c. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih (2009)
Dedak Padi
Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari pemisahan beras
dengan kulit gabahnya melalui proses penggilingan padi dan pengayakan hasil
ikutan dari penumbuhan padi (Parakkasi, 1985). Sedangkan dedak padi menurut
Rasyaf (1992) dedak merupakan hasil ikutan dalam proses pengolahan gabah
menjadi beras yang mengandung bagian luar yang tidak tebal, tapi tercampur
dengan bagian penutup beras. Hal inilah yang mempengaruhi tinggi atau
rendahnya kandungan serat kasar dedak. Bila dilihat dari asal-usul pengolahan
gabah menjadi beras wajar bila kandungan serat kasar yang dikandung itu tinggi.
Tabel 5. Kandungan nilai gizi dedak padi
Kandungan Zat Kadar Zat
Bahan kering (%) 89.10 a
Protein kasar (%) 13.80 a
TDN (%) 64.30 b
Serat kasar (%) 8.00 a
Lemak kasar (%) 8.20 a
Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)
(26)
Meskipun disebut ampas tahu tetapi ternyata ampas tahu ini masih berguna
bagi manusia maupun hewan peliharaan. Memang kandungan gizinya sudah amat
tipis sekali karena sudah diperas habis - habisan. Karena sifat ampas tahu itu cepat
basi atau berbau kurang sedap bila tidak segera dihabiskan, haruslah dijemur
hingga kering. Ampas yang telah kering dapat disimpan dalam waktu lama
(Katyanto, 1982).
Tabel 6. Kandungan nilai gizi ampas tahu
Kandungan Zat Kadar Zat
Bahan kering (%) 89.26 a
Protein kasar (%) 19.03 a
TDN (%) 79 b
Serat kasar (%) 20.44 a
Lemak kasar (%) 5.64 a
Energi metabolis (Mcal) 5.08 a
Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)
Molases
Molases atau tetes tebu adalah hasil sampingan pengolahan tebu menjadi
gula. Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan
karbohidrat, protein dan mineral protein cukup tinggi, sehingga bisa juga
digunakan untuk pakan ternak walaupun sifatnya hanya sebagai pendukung.
Disamping harganya murah, kelebihan tetes tebu adalah terletak pada aroma dan
rasanya. Oleh karena itu apabila dicampur dalam ransum maka akan bisa
memperbaiki aroma dan rasanya (Hasan dan Ishida, 1992).
(27)
Kandungan Zat Kadar Zat
Bahan kering (%) 67.50 a
Protein kasar (%) 3.50 a
TDN (%) 81.00 b
Serat kasar (%) 0.38 a
Lemak kasar (%) 0.08 a
Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)
Bungkil Kelapa
Bungkil kelapa adalah bahan pakan tenak yang berasal dari sisa
pembuatan minyak kelapa. Bahan pakan ini mengandung protein nabati dan
sangat potensial untuk meningkatkan kualitas karkas (Parakkasi, 1995).
Kandungan nilai gizi bungkil kelapa dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kandungan nilai gizi bungkil kelapa
Kandungan Zat Kadar Zat
Bahan kering (%) 84.40 a
Protein kasar (%) 21.00 a
TDN (%) 81.30 b
Serat kasar (%) 15.00 a
Lemak kasar (%) 1.80 a
Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1995)
Urea
Urea yang ditambahkan dalam ransum ruminansia dengan kadar yang
berbeda - beda, ternyata dirombak menjadi protein oleh mikroorganisme rumen.
Urea merupakan bahan pakan sumber nitrogen yang dapat difermentasi di dalam
sistem pencernaan ruminansia. Urea dalam proporsi tertentu mempunyai dampak
positif terhadap peningkatan konsumsi protein kasar dan daya cerna. Urea bila
diberikan kepada ruminansia akan melengkapi sebagian dari kebutuhan protein,
karena dapat disintesis menjadi protein oleh mikroorganisme dalam rumen
(Anggorodi, 1984). Menurut yang dilaporkan Basir (1990) selain meningkatkan
(28)
butir-butiran. Urea juga dapat memenuhi kebutuhan protein untuk pertumbuhan pada
produksi ternak ruminansia.
Garam
Garam yang dimaksud disini adalah garam dapur (NaCl) dimana selain
berfungsi sebagai mineral juga berfungsi sebagai pembatas konsumsi yang
berlebihan bagi ternak karena adanya rasa asin (Pardede dan Asmira, 1997).
Garam dapur ditambahkan sebanyak 0,5% untuk meningkatkan tingkat
konsumsi konsentrat berenergi tinggi sampai menjadi 1,25 - 1,75 kg/ekor/hari.
Semula pengaruhnya terlihat meningkatkan konsumsi kemudian menurunkan
sampai jumlah yang dikehendaki (Parakkasi, 1995).
Probiotik Starbio
Probiotik starbio adalah koloni bibit mikroba (berasal dari lambung sapi)
yang dikemas dalam campuran tanah dan akar rumput serta daun - daun atau
ranting - ranting yang dibusukkan, dalam koloni tersebut terdapat mikroba khusus
yang memiliki fungsi yang berbeda, misalnya Cellumonas clostridium
thermocellulosa (pencerna lemak), Agricus dan Coprinus (pencerna lignin), serta Klebssiella dan Azozpirillum transiliensis (pencerna protein). Probiotik starbio merupakan probiotik anaerob penghasil enzim pemecah karbohidrat (selulosa,
hemiselulosa, lignin) dan protein serta lemak. Manfaat starbio dalam ransum
ternak adalah meningkatkan daya cerna, penyerapan zat nutrisi dan efisiensi
penggunaan ransum. Starbio juga dapat menghilangkan bau kotoran ternak.
(29)
1. Mikroba Proteolitik
6 x 109 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang biasa
diformulasikan : Nitrosomonas / Nitrobacter / Nitrospira / Nitrosococcus /
Nitrosolobus. 2. Mikroba Lignolitik
6 x 109 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang biasa
diformulasikan : Clavaria dendroidea / Clitocybe alexandri / Hypoloma
fasculare.
3. Mikroba Nitrogen
4 x 109 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang biasa
diformulasikan : Azotobacter Spp. / Bayerinkya Spp. / Clostridium
pasteiriuanum / Nostoc Spp. / Anabaena Spp. / Tolypothix Spp. / Spirilium lipoferum.
4. Mikroba Selulotik
8 x 108 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang biasa
diformulasikan : Trichoderma polysporeum / Trichoderma viridae /
Cellulomonas ocidula / Bacillus cellulose disolven. 5. Mikroba Lipolitik
5 x 108 satuan pembentuk koloni/gram bahan. Jenis yang biasa
diformulasikan : Spirillium liporerum.
(Lembah hijau Multifarm, 2008).
(30)
1. Menurunkan Biaya Pakan
Mikroba yang terdapat dalam starbio akan membantu pencernaan pakan
dalam tubuh ternak, membantu penyerapan lebih banyak sehingga pertumbuhan
ternak lebih cepat dan produksi dapat meningkat. Hasilnya FCR (Feed Convertion
Ratio) akan menurun sehingga biaya pakan lebih murah. 2. Mengurangi Bau Kotoran Ternak
Pakan yang dicampur dengan starbio akan meningkatkan kecernaan
penyerapan sehingga : Kotoran ternak (feses) lebih sedikit kering dan kandungan
amonia dalam kotoran ternak akan menurun sampai 50%
Akhirnya daya ketahanan tubuh ternak akan meningkat dan kondisi ternak
akan lebih segar, karena kontamionasi lalat lebih sedikit. Peternak dan
lingkungannya akan lebih nyaman, tidak terganggu dengan kotoran ternak
(Lembah Hijau Multifarm, 2008).
Lebih lanjut, dikatakan juga bahwa penggunaan starbio pada pakan
mengakibatkan bakteri yang ada pada starbio akan membantu memecahkan
struktur jaringan yang sulit terurai sehinga lebih banyak nutrisi yang dapat diserap
dan ditranformasikan ke produk ternak. Selain itu produktivitas ternak akan
meningkat, bahkan lebih banyak zat nutrisi yang dapat diuraikan dan diserap,
Sartika et al. (1994) melaporkan bahwa hasil analisa proksimat probiotik starbio
mengandung : 19,12% air, 10,42% protein, 0,11% lemak kasar, 8,37% serat kasar
dan 51,54% abu.
(31)
Total Biaya Produksi
Dalam usaha penggemukan domba yang berorientasi bisnis, pencatatan
mutlak perlu dilakukan. Tujuannya adalah agar peternak atau pengusaha dapat
mengadakan evaluasi terhadap bidang usahanya, sehingga potensi-potensi
kejadian yang tidak diinginkan, seperti terjadinya kerugian besar, bisa terhindar
sejak dini. Selain itu analisis mengenai efisiensi usaha bisa terus dilakukan,
sehingga usaha bisa berjalan lebih efisien dari waktu ke waktu, yang secara
keseluruhan akan semakin meningkatkan jumlah keuntungan.
Pencatatan perlu untuk dua pos besar, yaitu pos pengeluaran atau biaya
dan pos pendapatan. Pengeluaran atau biaya dibagi menjadi dua bagian, yaitu
biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).
a) Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap diartikan sebagai biaya yang besarnya tetap, walaupun hasil
produksinya berubah sampai batas tertentu. Termasuk dalam biaya tetap ini
adalah sewa lahan, pembuatan kandang, pembelian peralatan dan tenaga kerja.
b) Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlahnya berubah jika
hasil produksinya berubah. Termasuk dalam biaya ini adalah biaya pembelian
domba bakalan dan biaya pakan. Biaya pembelian domba bakalan dikatakan
sebagai biaya variabel karena biaya tersebut sangat tergantung pada unit domba
bakalan yang dibeli dan digemukkan (Sodiq dan Abidin, 2002).
(32)
Pendapatan usaha merupakan seluruh penerimaan yang diperoleh oleh
suatu usaha, baik yang berupa hasil pokok (penjualan domba yang sudah
digemukkan) maupun hasil sampingan (penjualan pupuk kandang)
(Sodiq dan Abidin, 2002).
(Murtidjo, 1993), menyatakan bahwa penerimaan merupakan nilai produk
total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak
dijual. Soeharjo dan Patong (1973), menyatakan bahwa penerimaan merupakan
hasil perkalian dari produksi total dengan harga peroleh satuan. Produksi total
adalah hasil utama dan sampingan, sedangkan harga adalah harga pada tingkat
usahatani atau harga jual petani.
Penerimaan dalam usahatani meliputi seluruh penerimaan yang dihasilkan
selama periode pembukuan yang sama, sedangkan pendapatan adalah penerimaan
dengan biaya produksi (Tohir, 1991).
Menurut Gunawan dkk. (1993) menyebutkan bahwa dalam analisis
pendapatan diperlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan
pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Selanjutnya disebutkan bahwa
tujuan analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang dan
keadaan yang akan datang dari kegiatan usaha. Dengan kata lain analisis
pendapatan bertujuan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha.
Pane dan Ismed (1986) yang mengatakan bahwa pakan sebagai salah satu
faktor yang mempengaruhi pendapatan selain memiliki kandungan nutrisi yang
cukup juga harus ekonomis.
(33)
Keuntungan (laba) suatu usaha secara metematis dapat dituliskan
K = TR – TC dimana K = Keuntungan, TR = Total penerimaan dan
TC = Total pengeluaran (Soekartawi dkk., 1995) mendefinisikan laba sebagai
nilai maksimum yang dapat didistribusikan oleh suatu satuan usaha dalam suatu
periode. Untuk memperoleh angka yang pasti mengenai tingkat keuntungan atau
kerugian suatu usaha, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah pencatatan, baik
untuk pos - pos pengeluaran (biaya) maupun pos-pos pendapatan. Sekecil apapun
biaya dan pendapatan tersebut harus dicatat.
Memperoleh suatu laba (keuntungan) dari setiap usaha adalah suatu
sasaran dalam berusaha. Jadi, jika merencanakan suatu usaha walaupun sederhana
sekalipun diperlukan analisa ekonomi dengan harapan mendapatkan keuntungan.
Ini tidak terlepas dari modal saja tetapi juga manajemen dan pemasaran hasil
produksi. Padahal tujuan perusahaan pada umumnya adalah mendapatkan laba
(keuntungan), menampung tenaga kerja, menaikkan pendapatan masyarakat dan
daerah, serta melangsungkan hidup dan usaha ternak tersebut
(Karo - karo et al., 1995).
Bila dalam suatu usaha peternakan dapat mengontrol konsumsi harga
pakan serendah mungkin tanpa mengabaikan kualitas dari pakan tersebut maka
akan diperoleh keuntungan dari usaha peternakan tersebut (Murtidjo, 1993).
Pendapatan usaha merupakan seluruh penerimaan yang diperoleh oleh
suatu usaha, baik yang berupa basil pokok (penjualan domba yang digemukkan)
(34)
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
B/C Ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan
biaya yang dikeluarkan. Dimana B/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan
total penerimaan (total revenue) dengan total pengeluaran (total cost),
Rahardi dkk. (1993) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu
usaha dapat digunakan parameter tingkat keuntungan dan kerugian suatu usaha
yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya pengeluaran,
dimana bila :
B/C Ratio lebih besar dari 1 : Efisien
B/C Ratio sama dengan 1 : Impas
B/C Ratio lebih kecil dari 1 : Tidak Efisien
Soekartawi dkk. (1995) menyatakan bahwa suatu usaha dapat dikatakan
memberikan manfaat bila nilai B/C Ratio diatas 1 ( > 1 ). Semakin besar nilai B/C
Ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan sebaliknya, semakin kecil nilai
B/C Ratio maka semakin tidak efisien usaha tersebut. Rumus untuk mencari B/C
Ratio dapat dituliskan sebagai berikut :
B/C Ratio = Output Input
Break Event Point (BEP)
Break event point (BEP) adalah kondisi dimana suatu usaha dinyatakan tidak untung dan tidak rugi dan disebut titik impas. Jadi analisa BEP (break event
point) atau titik keseimbangan adalah suatu teknik yang digunakan seorang manajer perusahaan yang mengetahui pada jumlah produksi berapa usaha yang
(35)
Menurut Rahardi dkk. (1993) BEP (break event point) dimaksudkan untuk
mengetahui titik impas (tidak untung dan juga tidak rugi) dari usaha bisnis yang
diusahakan tersebut. Jadi dalam keadaan tersebut pendapatan yang diperoleh sama
dengan modal usaha yang dikeluarkan.
Analisa ini merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk
mengetahui hubungan antara beberapa variabel dalam kegiatan usaha, yang
menggambarkan posisi biaya total sama dengan penerimaan total. Dengan kata
lain, titik ini disebut titik impas.
Break Event Point (BEP) dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. BEP harga produksi, dimana diperoleh hasil pembagian total biaya produksi
dengan berat hidup domba (kg). Diperoleh dengan rumus :
BEP harga produksi = Total Biaya
Total Produksi
2. BEP volume produksi, dimana diperoleh dari hasil pembagian total biaya
produksi dengan harga domba (rupiah/kg). Diperoleh dengan rumus :
BEP volume produksi = Total Biaya
Total Satuan Hasil Produksi (Sodiq dan Abidin, 2002).
Income Over Feed Cost (IOFC)
Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih dari total pendapatan dengan total biaya pakan digunakan selama usaha penggemukan ternak. IOFC ini
merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya pakan yang merupakan
biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. Pendapatan merupakan
perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan akibat
(36)
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini
berlangsung selama tiga bulan yang dilaksanakan mulai dari bulan September
2009 sampai Desember 2009.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Domba Sei Putih jantan yang digunakan sebagai objek penelitian sebanyak
18 ekor dengan rataan bobot badan awal 14,27 kg ± 2,64. Bahan – bahan perlakuan yang terdiri dari pucuk batang tebu, pucuk batang jagung, pucuk batang
ubi kayu, ampas tahu, dedak halus, probiotik starbio, molases, urea, garam,
bungkil kelapa. Obat - obatan yaitu obat cacing (kalbazen) dan vitamin B
kompleks yang diberikan setiap bulan. Rhodalon sebagai desinfektan yang
digunakan pada saat mencuci tempat pakan dan tempat minum. Air minum yang
diberikan secara ad libitum.
Alat
Kandang individual sebanyak 18 unit dengan ukuran 1 × 0,5 m beserta perlengkapannya seperti ember sedang (18 buah) dan ember kecil (18 buah).
Timbangan digunakan untuk menimbang bobot hidup berkapasitas 50 kg dengan
kepekaan 2 kg. Timbangan berkapasitas 2 kg dengan kepekaan 10 g untuk
(37)
Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
dengan perlakuan sebagai berikut :
P1 : Pakan perlakuan dengan menggunakan pucuk batang tebu
P2 : Pakan perlakuan dengan menggunakan batang jagung
P3 : Pakan perlakuan dengan menggunakan pucuk batang ubi kayu
Sedangkan ulangan didapat dari rumus :
t (n - 1) ≥ 15
3 (n - 1) ≥ 15
3n – 3 ≥ 15
3n ≥ 18
n ≥ 6
Denah pemeliharaan yang dilaksanakan sebagai berikut :
P23 P21 P14
P12 P31 P32
P36 P35 P13
P24 P16 P34
P15 P11 P25
P33 P26 P22
Dimana : Perlakuan (P1, P2 dan P3)
Ulangan (1,2,3,4, 5 dan 6)
(38)
Total Biaya Produksi
Total biaya produksi atau total pengeluaran yaitu biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk, diperoleh dengan cara
menghitung : Biaya bibit, sewa kandang dan peralatan, biaya kandang, biaya
obat-obatan dan biaya tenaga kerja.
Total Hasil Produksi
Total hasil produksi atau total penerimaan yaitu seluruh produk yang
dihasilkan dalam kegiatan ekonomi diperoleh dengan cara menghitung : Harga
jual domba, harga jual feses dan urine domba.
Analisis Laba/Rugi
Analisis dilakukan untuk mengetahui apakah usaha tersebut rugi atau
menguntungkan dengan cara menghitung selisih antara total hasil produksi
dengan total biaya produksi.
K = TR – TC
Dimana :
K = Keuntungan (Laba/Rugi)
TR = Total Revenue/Total Penerimaan
TC = Total Cost/Total Pengeluaran
(39)
Benefit cost ratio diperoleh dengan cara membagikan total hasil produksi
dengan total biaya produksi.
B/C Ratio = Total Hasil Produksi Total Biaya Produksi
Break Even Point (BEP)
Break Even Point yaitu kondisi dimana suatu usaha dinyatakan tidak untung dan tidak rugi atau ini disebut impas. Break Even Point dibagi dalam 2
bagian :
a. BEP harga produksi, diperoleh dengan cara membagikan total biaya produksi dengan bobot badan setelah pemeliharaan.
BEP Harga Produksi (Rp) = Total Biaya Produksi
Bobot Badan Akhir (kg)
b. BEP volume produksi, diperoleh dengan cara membagikan total biaya produksi dengan harga jual/kg nya.
BEP Volume Produksi (kg) = Total Biaya Produksi
Harga Jual Domba per kg
Income over feed cost (IOFC)
Income Over Feed Cost adalah selisih total pendapatan penjualan pertambahan bobot badan sapi selama penelitian dengan biaya pakan yang
digunakan selama usaha penggemukan ternak.
IOFC = (BB Akhir – BB Awal x Harga Jual per kg) – (KP x HP)
Dimana :
KP = Konsumsi Pakan (kg)
(40)
Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Kandang
Kandang dan semua peralatan yang digunakan seperti tempat pakan dan tempat minum dibersihkan dengan larutan desinfektan.
2. Pengolahan pucuk batang tebu, pucuk batang jagung dan pucuk batang ubi kayu sebagai salah satu bahan pakan perlakuan
3. Pembuatan pakan perlakuan
Pembuatan pakan perlakuan menggunakan beberapa bahan antara lain :
Pucuk batang tebu, pucuk batang jagung, pucuk batang ubi kayu, ampas tahu,
dedak halus, probiotik starbio, molases, urea, garam, bungkil kelapa.
Komposisi setiap bahan yang akan digunakan sebagai percobaan disesuaikan
dengan perlakuan yang diberikan.
4. Pengacakan Domba
Domba yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 18 ekor. Dilakukan
penimbangan domba untuk mengetahui rataab bobot badan domba.
Penempatan domba dengan sistem acak.
5. Pemberian Pakan dan Air Minum
Pakan perlakuan yang diberikan secara ad libitum. Sisa pakan ditimbang pada
waktu pagi hari keesokan harinya sesaat sebelum ternak diberi makan
kembali untuk mengetahui konsumsi ternak tersebut. Sebelum dilaksanakan
penelitian diberikan waktu untuk beradaptasi selama 4 minggu sedikit demi
sedikit. Pemberian air minum diberikan secara ad libitum, air diganti setiap
harinya dan tempatnya dicuci bersih.
(41)
Ternak domba pertama masuk kandang diberikan obat cacing (kalbazen) dan
vitamin B kompleks sebelum penelitian dimulai. Pemberian dilakukan setiap
bulannya. Dimana dosis penggunaan kalbazen dan vitamin B kompleks
disesuaikan dengan bobot badan domba. Untuk pemberian kalbazen dengan
dosis 2ml/10 kg bobot badan domba sedangkan vitamin B kompleks dengan
dosis 1ml/10 kg bobot badan domba.
7. Penimbangan Bobot Badan
Penimbangan bobot badan dilakukan setiap 2 minggu sekali selama 3 bulan.
8. Analisis Data
Data yang diperoleh dari setiap pengamatan dianalisis sesuai dengan metode
(42)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Usaha
Total Biaya Produksi
Total biaya produksi atau total pengeluaran yaitu biaya - biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk, diperoleh dengan cara
menghitung : Biaya bibit, biaya pakan, biaya sewa kandang dan peralatan, biaya
obat – obatan dan biaya tenaga kerja.
Biaya bibit
Biaya bibit yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit domba Sei
Putih sebanyak 18 ekor dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 7.900.000,00
dengan total bobot badan awal domba adalah 248,80 kg. Sehingga didapat harga
beli domba per kg adalah Rp. 31.752,41/kg.
Tabel 12. Bobot badan awal domba (kg/ekor)
Perlakuan Bobot Badan Awal Domba (kg/ekor) Total
1 2 3 4 5 6
P1 14.30 14.50 12.80 13.50 14.20 14.40 83.70
P2 12.90 11.90 13.50 14.00 14.50 15.20 82.00
P3 13.00 13.60 14.30 15.00 13.20 14.00 83.10
Total 248.80
Keterangan : P1 ( Perlakuan Pucuk Tebu )
P2 ( Perlakuan Pucuk Batang Jagung ) P3 ( Perlakuan Pucuk Batang Ubi Kayu )
Bobot badan awal domba merupakan acuan utama total hasil produksi
yang diterima (laba/rugi) setelah diperoleh bobot badan akhir domba yang
(43)
Tabel 13. Biaya bibit domba (Rp/kg)
Perlakuan BB Awal (kg) Harga (Rp)
P11 14.30 454,059.46
P12 14.50 460,409.95
P13 12.80 406,430.85
P14 13.50 428,657.54
P15 14.20 450,884.22
P16 14.40 457,234.70
P21 12.90 409,606.09
P22 11.90 377,853.68
P23 13.50 428,657.54
P24 14.00 444,533.74
P25 14.50 460,409.95
P26 15.20 482,636.63
P31 13.00 412,781.33
P32 13.60 431,832.78
P33 14.30 454,059.46
P34 15.00 476,286.15
P35 13.20 419,131.81
P36 14.00 444,533.74
Total 7.899.999.60
Biaya pakan
Biaya yang dikeluarkan untuk membeli pakan yang diperoleh dari
perkalian antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan harga pakan
perkilogramnya sehingga diperoleh biaya pakan yang dikonsumsi selama
penelitian.
Bahan – bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
Pucuk batang tebu, pucuk batang jagung, pucuk batang ubi kayu, ampas tahu,
dedak halus, bungkil kelapa, molasses, garam, starbio dan urea. Harga bahan
pakan yang diperoleh sesuai dengan harga pembelian bahan pakan pada saat
(44)
Pakan perlakuan yang sebelumnya telah diformulasi terdiri dari beberapa
bahan pakan dimana masing – masing bahan pakan dengan nilai/harga yang
berbeda.
Tabel 14. Harga dari masing – masing bahan pakan
Bahan Pakan Harga (Rp/kg)
Bungkil kelapa Rp 2,000.
Probiotik starbio Rp 18,000.
Molases Rp 1,800.
Urea Rp 1,000.
Garam Rp 1,800.
Dedak Rp 1,300.
Ampas tahu Rp 250.
Batang jagung Rp 250.
Pucuk batang tebu Rp 250.
Daun ubi kayu Rp 250.
Berdasarkan asumsi harga dari masing – masing bahan pakan diatas maka
dapat diketahui biaya dari pakan perlakuan yang telah diformulasi.
Tabel 15. Biaya pakan perlakuan P1
Bahan Pakan Jumlah (kg) Harga (Rp)
Pucuk batang tebu 40 Rp 10,000.00
Ampas tahu 20.047 Rp 5,011.75
Dedak 1.987 Rp 2,583.10
Probiotik starbio 0.50 Rp 9,000.00
Molases 0.60 Rp 1,080.00
Urea 0.50 Rp 500.00
Garam 0.78 Rp 1,404.00
Bungkil kelapa 35.586 Rp 71,172.00
Total 100 Rp 100,750.85
Tabel 16. Biaya pakan perlakuan P2
Bahan Pakan Jumlah (kg) Harga (Rp)
Pucuk batang jagung 40.00 Rp 10,000.00
Ampas tahu 21.72 Rp 5,430.00
Dedak 15.323 Rp 19,919.90
Probiotik starbio 0.50 Rp 9,000.00
Molases 0.60 Rp 1,080.00
Urea 0.50 Rp 500.00
Garam 0.78 Rp 1,404.00
(45)
Total 100 Rp 88,487.90
Tabel 17. Biaya pakan perlakuan P3
Bahan Pakan Jumlah (kg) Harga (Rp)
Pucuk batang ubi kayu 40.00 Rp 10,000.00
Ampas tahu 18.62 Rp 4,655.00
Dedak 35.08 Rp 45,604.00
Probiotik starbio 0.50 Rp 9,000.00
Molases 1.00 Rp 1,800.00
Urea 0.50 Rp 500.00
Garam 1.00 Rp 1,800.00
Bungkil kelapa 3.30 Rp 6,600.00
Total 100 Rp 79,959.00
Setelah diketahuinya total biaya dari masing – masing pakan perlakuan
maka dapat diketahui pula total biaya konsumsi pakan selama penelitian. Biaya
konsumsi pakan dihitung dari total pakan perlakuan yang dikonsumsi domba
selama penelitian.
Tabel 18. Total konsumsi pakan domba selama penelitian (g/ekor)
Perlakuan Total
P11 43,448.02
P12 43,052.82
P13 43,422.68
P14 43,568.28
P15 41,656.44
P16 43,428.08
P21 41,954.64
P22 42,321.02
P23 43,072.96
P24 43,533.00
P25 43,599.92
P26 42,736.12
P31 43,726.34
P32 43,848.70
(46)
P34 42,529.20
P35 43,340.78
P36 43,741.88
Total 776,468.47
Ket : * = Pendugaan missing data (rataan diperoleh dengan mengambil rataan perlakuan P3)
Tabel 19. Biaya konsumsi pakan domba selama penelitian (Rp)
Perlakuan Total
P11 43,774.31
P12 43,376.15
P13 43,748.78
P14 43,895.48
P15 41,969.28
P16 43,754.22
P21 37,124.82
P22 37,449.02
P23 38,114.40
P24 38,521.48
P25 38,580.70
P26 37,816.34
P31 34,963.14
P32 35,060.98
P33 34,772.24*
P34 34,005.92
P35 34,654.85
P36 34,975.57
Total 696,557.71
Ket : * = Pendugaan missing data (biaya pakan P33 diperoleh dengan mengambil rataan biaya
pakan dari perlakuan P3 )
Biaya/Upah tenaga kerja
Biaya atau upah tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk
memelihara domba selama penelitian. Berdasarkan UMRP SUMUT (Upah
Minimum Regional Propinsi Sumatera Utara) sebesar Rp. 1.020.000,00/bulan.
Dengan asumsi 1 orang tenaga kerja dapat menangani 163 ekor domba menurut
(47)
sebesar Rp. 112.638,04/bulan yang berarti biaya yang dikeluarkan selama
penelitian (3 bulan) sebesar Rp. 337.914,12.
Tabel 20. Biaya tenaga kerja selama penelitian (Rp)
Perlakuan Biaya Tenaga Kerja (Rp/ekor/3bulan)
P11 Rp. 18.773,01
P12 Rp. 18.773,01
P13 Rp. 18.773,01
P14 Rp. 18.773,01
P15 Rp. 18.773,01
P16 Rp. 18.773,01
Total (P1) Rp. 61.200,00
P21 Rp. 18.773,01
P22 Rp. 18.773,01
P23 Rp. 18.773,01
P24 Rp. 18.773,01
P25 Rp. 18.773,01
P26 Rp. 18.773,01
Total (P2) Rp. 61.200,00
P31 Rp. 18.773,01
P32 Rp. 18.773,01
P33 Rp. 18.773,01*
P34 Rp. 18.773,01
P35 Rp. 18.773,01
P36 Rp. 18.773,01
Total Rp. 337.914,12
Keterangan : Upah tenaga kerja berdasarkan UMRP SUMUT (Upah Minimun Regional Propinsi Sumatera Utara) yaitu sebesar Rp. 1.020.000/bulan dengan asumsi 1 orang dapat menangani 163 ekor domba.
* = Pendugaan missing data
Biaya Sewa Kandang
Biaya yang dikeluarkan untuk pengadaaan kandang diperhitungkan
berdasarkan nilai dari sewa kandang sehingga diperoleh sewa kandang selama
(48)
sebesar Rp. 250.000. Dan biaya untuk sewa kandang per ekor domba dapat dilihat
pada Tabel 21.
Tabel 21. Biaya sewa kandang selama penelitian (Rp)
Perlakuan Sewa Kandang (Rp/ekor)
P11 Rp. 13.888,89
P12 Rp. 13.888,89
P13 Rp. 13.888,89
P14 Rp. 13.888,89
P15 Rp. 13.888,89
P16 Rp. 13.888,89
P21 Rp. 13.888,89
P22 Rp. 13.888,89
P23 Rp. 13.888,89
P24 Rp. 13.888,89
P25 Rp. 13.888,89
P26 Rp. 13.888,89
P31 Rp. 13.888,89
P32 Rp. 13.888,89
P33 Rp. 13.888,89*
P34 Rp. 13.888,89
P35 Rp. 13.888,89
P36 Rp. 13.888,89
Total Rp. 250.000,00
Ket : * = Pendugaan missing data
Biaya Obat - obatan
Selama penelitian, obat – obatan yang digunakan adalah kalbazen dan
vitamin B Kompleks dengan spit sebagai alat yang digunakan pada saat
pemberian.
(49)
Jenis Obat dan Peralatan Harga Harga
Kalbazen Rp.160.000/liter Rp. 160/ml
Vit. B kompleks Rp. 10.000/100ml Rp. 100/ml
Spit Rp. 2.000/buah
Dosis penggunaan kalbazen terhadap ternak domba adalah 2ml/10kg bobot
badan. Sedangkan dosis penggunaan vitamin B Kompleks terhadap ternak domba
adalah 1ml/10kg bobot badan. Pemberian obat – obatan ini dilakukan setiap
bulannya dengan dosis yang disesuaikan dengan bobot badan domba. Berikut total
penggunaan kalbazen dan vitamin B Kompleks selama penelitian.
Adapun total biaya pemberian kalbazen untuk tiap ekor domba selama
penelitian dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Biaya pemberian kalbazen selama penelitian (Rp/ekor)
Perlakuan Biaya Kalbazen (Rp/ekor) Total
1 2 3 4 5 6
P1 1,768.00 1,787.84 1,382.40 1,625.60 1,667.20 1,785.60 10,016.64
P2 1,709.12 1,456.00 1,582.72 1,788.80 1,540.48 1,857.28 9,934.40
P3 1,495.68 1,510.40 1,585.60* 1,686.72 1,558.40 1,642.56 9,485.76
Total 4,972.80 4,754.24 4,550.72 5,101.12 4,766.08 5,285.44 29,430.40
Ket : * = Pendugaan missing data
Total kalbazen yang digunakan selama penelitian adalah 183.94 ml.
dengan kata lain total biaya yang dikeluarkan untuk pembelian kalbazen adalah
Rp. 160,00 x 183.94 ml = Rp. 29.430,40.
Biaya yang dikeluarkan untuk pemberian vitamin B kompleks untuk tiap
ekor domba dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Biaya pemberian vitamin B kompleks selama penelitian (Rp/ekor)
Perlakuan Biaya Vitamin B kompleks (Rp/ekor) Total
1 2 3 4 5 6
P1 552.50 558.70 432.00 508.00 521.00 558.00 3,130.20
P2 534.10 455.00 494.60 559.00 481.40 580.40 3,104.50
P3 467.40 472.00 495.50* 527.10 487.00 513.30 2,964.30
Total 1,554.00 1,485.70 1,422.10 1,594.10 1,489.40 1,651.70 9,197.00
(50)
Total vitamin B kompleks yang digunakan selama penelitian adalah 91.97
ml sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk pembelian vitamin B kompleks
adalah Rp. 100,00 x 91.97 ml = Rp. 9.197,00.
Tabel 25. Total biaya obat – obatan dan peralatannya
Jenis Obat Biaya
Kalbazen Rp. 29.430,40
Vit. B Kompleks Rp. 9.197,00
Spit Rp. 2.000
Total Biaya Rp. 40.627,40
Total biaya obat – obat beserta peralatannya berupa spit sebesar
Rp. 40.627,40. Untuk tiap ekor domba, biaya yang dikeluarkan dapat dilihat pada
Tabel 26.
Tabel 26. Biaya obat – obatan beserta peralatannya (Rp/ekor)
Perlakuan Kalbazen + Vitamin B komplex + Spit (Rp/ekor) Total
1 2 3 4 5 6
P1 2,431.61 2,457.65 1,925.51 2,244.71 2,299.31 2,454.71 13,813.51
P2 2,354.33 2,022.11 2,188.43 2,458.91 2,132.99 2,548.79 13,705.57
P3 2,074.19 2,093.51 2,192.21* 2,324.93 2,156.51 2,266.97 13,116.73
Total 6,860.13 6,573.27 6,314.55 7,028.55 6,588.81 7,270.47 40,627.40
Ket : * = Pendugaan missing data
Biaya Perlengkapan Kandang
Peralatan/perlengkapan kandang yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain : Ember (ukuran sedang) sebagai tempat pakan sebanyak 18 buah
dengan harga @Rp. 10.000 dan ember (ukuran kecil) sebagai tempat air sebanyak
18 buah dengan harga @Rp. 3.500. Berikut total biaya perlengkapan kandang
(51)
Tabel 27. Biaya perlengkapan kandang selama penelitian/3 bulan
Alat Jumlah Harga
(@/ember) Biaya Alat (Rp/tahun) Biaya Alat (Rp/bulan) Biaya alat (Rp/3bulan)
Ember Sedang 18 Rp. 10.000 Rp. 180.000 Rp. 15.000 Rp. 45.000
Ember Kecil 18 Rp. 3.500 Rp. 63.000 Rp. 5.250 Rp. 15.750
Total Biaya Rp. 243.000 Rp. 20.250 Rp. 60.750
Keterangan : Biaya perlengkapan kandang dihitung sesuai dengan biaya penyusutan kandang per bulannya yaitu sebesar Rp. 20.250/bulan.
Berdasarkan data biaya perlengkapan kandang diatas maka dapat diketahui
bahwa biaya total perlengkapan kandang sebesar Rp. 243.000 dengan asumsi
peralatan dapat dipakai selama 1 tahun sehingga diperoleh biaya penyusutan per
bulan sebesar Rp. 20.250. Dari asumsi biaya penyusutan peralatan tersebut maka
total biaya yang dikeluarkan selama penelitian (3 bulan) sebesar Rp. 60.750.
Dengan total biaya perlengkapan kandang tersebut maka dapat diketahui
biaya perlengkapan kandang yang dikeluarkan untuk per ekor domba selama
penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 28. Biaya perlengkapan kandang per ekor domba (Rp/ekor)
Perlakuan Biaya perlengkapan kandang (Rp) Total
1 2 3 4 5 6
P1 3.375 3.375 3.375 3.375 3.375 3.375 20.250
P2 3.375 3.375 3.375 3.375 3.375 3.375 20.250
P3 3.375 3.375 3.375* 3.375 3.375 3.375 20.250
Total 10.125 10.125 10.125 10.125 10.125 10.125 60.750
Ket : * = Pendugaan missing data
Setelah diketahui seluruh biaya – biaya variabel dari biaya produksi maka
dapat diketahui total biaya produksi dari pemeliharaan domba sei putih selama
penelitian (3 bulan).
Tabel 29. Total biaya produksi (Rp)
Biaya Produksi Rupiah
Biaya pembelian bibit domba 7,899,999.61
Biaya pemberian pakan 696,557.71
Biaya pemberian obat - obatan dan peralatannya 40,627.40
Biaya perlengkapan kandang 60,750.00
(52)
Biaya tenaga kerja 337,914.12
Total 9,285,848.84
Berdasarkan total biaya produksi maka dapat diketahui total biaya
produski untuk tiap ekor domba selama penelitian.
Tabel 30. Total biaya produksi per ekor domba (Rp/ekor)
Perlakuan Biaya Produksi (Rp/ekor/3bulan)
P11 536,302.29
P12 542,280.64
P13 488,142.04
P14 510,834.62
P15 531,189.71
P16 539,480.54
Total (P1)
P21 485,122.14
P22 453,361.71
P23 504,997.27
P24 521,551.03
P25 537,160.53
P26 559,038.66
Total (P2)
P31 485,855.56
P32 505,024.17
P33 527,060.82*
P34 548,653.90
P35 491,980.08
P36 517,813.18
Total 9,285,848.84
Ket : * = Pendugaan missing data
(53)
Total hasil produksi atau total penerimaan yaitu seluruh produk yang
dihasilkan dalam kegiatan pemeliharaan domba Sei Putih ini yang diperoleh
dengan cara menghitung harga jual domba beserta feses dan urinenya.
Penjualan Domba Sei Putih
Total bobot badan akhir domba setelah pemeliharaan 3 bulan adalah
322.83 kg dengan harga jual sebesar Rp. 10.250.000,00. Berdasarkan harga jual
dan bobot badan akhir domba tersebut maka dapat diketahui harga jual domba
perkilogramnya yaitu sebesar Rp. Rp. 31.750,00.
Tabel 31. Harga jual domba (Rp/kg)
Perlakuan Harga (Rp/kg)
P11 630,237.50
P12 621,982.50
P13 482,600.00
P14 571,500.00
P15 577,850.00
P16 619,125.00
Total (P1)
P21 580,072.50
P22 511,175.00
P23 549,910.00
P24 635,000.00
P25 523,875.00
P26 647,700.00
Total (P2)
P31 511,175.00
P32 523,875.00
P33 549,910.00 *
P34 586,422.50
P35 546,100.00
(54)
Total 10,249,852.50
Ket : Harga jual domba per kg sebesar Rp. 31.750,00 Ket : * = Pendugaan missing data
Penjualan Kotoran Domba Sei Putih Feses
Selama penelitian, total feses yang dihasilkan adalah 771,47 kg dengan
harga jual per kg sebesar Rp. 250,00/kg. Berikut hasil produksi dari feses yang
dijual untuk tiap ekor domba.
Tabel 32. Harga jual feses domba (Rp/ekor)
Perlakuan Harga Jual Feses Domba (Rp/ekor)
P11 10,902
P12 10,571
P13 10,446
P14 10,863
P15 10,965
P16 10,488
Total (P1)
P21 10,941
P22 10,758
P23 10,599
P24 10,215
P25 10,100
P26 11,157
Total (P2)
P31 10,689
P32 10,935
P33 10,510*
(55)
P35 9,252
P36 11,673
Total 192,868
Ket : * = Pendugaan missing data
Urine
Selama penelitian, total urine yang dihasilkan adalah 713 liter dengan
harga jual per liter sebesar Rp. 500,00/kg. Berikut hasil produksi dari urine yang
dijual untuk tiap ekor domba.
Tabel 33. Harga jual urine domba (Rp/ekor)
Perlakuan Harga Jual Urine Domba (Rp/ekor)
P11 20,100
P12 21,050
P13 19,300
P14 20,150
P15 20,200
P16 19,500
Total (P1)
P21 20,150
P22 19,950
P23 19,550
P24 18,750
P25 20,100
P26 20,600
Total (P2)
P31 19,900
P32 20,100
P33 19,850*
P34 18,550
P35 17,050
(56)
Total 356,500
Ket : * = Pendugaan missing data
Setelah diperoleh hasil produksi dari penjualan domba beserta penjualan
feses dan urinenya maka didapat total hasil produksi sebesar Rp.
Tabel 34. Total hasil produksi (Rp)
Hasil Produksi Rupiah
Penjualan domba 10,249,852.50
Penjualan feses dan urine 549,368.00
Total 10,799,220.50
Berdasarkan total hasil produksi maka dapat diketahui total hasil produksi
untuk tiap ekor domba selama penelitian.
Tabel 35. Total hasil produksi per ekor domba (Rp/ekor)
Perlakuan Hasi1 Produksi (Rp/ekor/3bulan)
P11 661,239.5
P12 654,603.5
P13 512,346
P14 602,513
P15 609,015
P16 649,113
Total (P1)
P21 611,163.5
P22 541,883
P23 580,059
P24 663,965
P25 554,877
P26 679,457
Total (P2)
P31 541,764
P32 554,910
P33 580,270*
P34 614,974.5
P35 572,402
P36 614,665
Total 10,799,220.5
(57)
Analisis Keuntungan (Laba/Rugi)
Keuntungan (laba) dan rugi suatu usaha diketahui setelah total biaya
produksi dikurangi dengan total hasil produksi. Dengan pengertian ini maka
dilakukan perhitungan total biaya produksi dan total hasil produksi terlebih
dahulu.
Keuntungan = Total Hasil Produksi – Total Biaya Produksi
= Rp. 10,799,220.5 – Rp. 9,285,848.84
= Rp. 1,513,371.61
Berdasarkan perhitungan diatas, diketahui bahwa total biaya produksi
lebih kecil dibandingkan dengan total hasil produksi. Hal ini membuktikan bahwa
analisis usaha domba sei putih selama tiga bulan untung. Berikut keuntungan
(laba – rugi) per ekor domba :
Tabel 36. Keuntungan (laba – rugi) tiap level perlakuan (Rp)
Perlakuan
Keuntungan (Laba/Rugi) (Rp/ekor)
Rataan
1 2 3 4 5 6
P1 124,937.21 112,322.86 24,203.96 91,678.38 77,852.46 109,632.46 90,100.03 P2 126,041.36 88,521.29 75,061.74 142,413.97 17,716.47 120,418.34 95,028.86 P3 55,908.44 49,885.83 *53,209.19 66,320.6 80,421.93 96,852.32 67,099.72 Ket : * = Pendugaan missing data
(58)
Gambar 1. Diagram garis keuntungan laba rugi
Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa ransum yang berbasis pucuk
batang tebu, pucuk batang ubi kayu dan pucuk batang jagung dengan penambahan
starbio yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda – beda pada setiap
perlakuan.
Dimana keuntungan terbesar diperoleh pada perlakuan P2 dengan bahan
pakan berbasis pucuk batang jagung yaitu sebesar 95,028.86 dan keuntungan
terendah diperoleh dari perlakuan P3 yaitu 67,099.72.
Analisis Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)
Analisis B/C Ratio digunakan dalam suatu usaha untuk mengetahui layak
atau tidaknya usaha tersebut untuk dilanjutkan ke periode berikutnya atau
sebaliknya usaha tersebut dihentikan saja karena kurang layak.
Tabel 37. B/C ratio tiap level perlakuan pakan
Perlakuan Analisis B/C Ratio Rataan
1 2 3 4 5 6
P1 1.23 1.21 1.05 1.18 1.15 1.27 1.17
P2 1.26 1.2 1.15 1.27 1.03 1.22 1.19
P3 1.12 1.1 1.1* 1.12 1.16 1.19 1.13
Ket : * = Pendugaan missing data
0,00 10.000,00 20.000,00 30.000,00 40.000,00 50.000,00 60.000,00 70.000,00 80.000,00 90.000,00 100.000,00
(59)
Gambar 2. Diagram garis B/C ratio tiap level perlakuan pakan
B/C ratio yang diperoleh menunjukan bahwa usaha ternak domba yang
diberikan ransum berbasis pucuk batang tebu, pucuk batang ubi kayu dan pucuk
batang jagung dengan penambahan starbio layak untuk dilanjutkan karena rataan
dari semua perlakuan memiliki hasil rataan sebesar 1.16 (B/C > 1). Dengan nilai
rataan B/C ratio tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu sebesar 1.19 dan nilai
rataan B/C ratio terendah diperoleh perlakuan P3 sebesar 1.13. Sesuai dengan
pernyataan Kadariah (1987) yang menyatakan bahwa suatu usaha dikatakan layak
apabila total biaya pengeluaran lebih kecil dibandingkan dengan total biaya
pemasukan.
Break Event Point (BEP)
Break Event Point (BEP) yaitu kondisi dimana suatu usaha dinyatakan tidak untung dan tidak rugi dan disebut titik impas. BEP (Break Event Point)
dapat dibagi menjadi dua yaitu :
BEP Harga Produksi
Dimana diperoleh dari hasil pembagian total biaya produksi dengan berat
hidup domba (kg). 1,10
1,11 1,12 1,13 1,14 1,15 1,16 1,17 1,18 1,19 1,20
(60)
Tabel 38. BEP harga produksi tiap level perlakuan (Rp)
Perlakuan
BEP Harga Produksi (kg)
Rataan
1 2 3 4 5 6
P1 27,017.75 27,681.5 32,114.61 28,379.7 29,186.25 27,665.67 28,674.25
P2 26,552.94 28,159.11 29,156.89 26,077.55 32,555.18 27,403.86 28,317.59
P3 30,177.36 30,607.53 30,430.76* 29,705.14 28,603.49 28,280.35 29,634.11 Ket : * = Pendugaan missing data
Gambar 3. Diagram garis BEP harga produksi
Nilai rataan BEP harga produksi tertiggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu
sebesar 29,634.11 dan nilai rataan BEP harga produksi terendah terdapat pada
perlakuan P2 sebesar 28,317.59. Hal ini memperlihatkan bahwa BEP harga
produksi dalam level aman karena dibawah dari harga jual domba sebesar Rp.
31.750,00/kg. Hal ini perlu diketahui untuk melihat batasan - batasan produksi
minimal agar tidak mengalami kerugian sebagaimana menurut Ibrahim (2003),
break even point adalah titik pulang pokok, dimana total revenue = total cost. Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah proyek, terjadinya BEP tergantung
pada lamanya arus penerimaan sebuah proyek dapat menutupi segala biaya
operasi dan pemeliharaan beserta biaya modal lainnya
BEP Volume Produksi
27.500,00 28.000,00 28.500,00 29.000,00 29.500,00 30.000,00
(61)
Dimana diperoleh dari pembagian total biaya produksi dengan harga
domba (rupiah/kg).
Tabel 39. BEP volume produksi tiap level perlakuan
Perlakuan BEP Volume Produksi (kg) Rataan
1 2 3 4 5 6
P1 16.89 17.08 15.37 16.09 16.73 16.99 16.53
P2 15.28 14.28 15.91 16.43 16.92 17.61 16.07
P3 15.30 15.91 16.6* 17.28 15.5 16.31 16.15
Ket : * = Pendugaan missing data
Gambar 4. Diagram garis BEP volume produksi
Berdasarkan Tabel BEP volume produksi diatas diperoleh rataan BEP
volume produksi tertinggi terdapat pada perlakuan P1 sebesar 16,53 kg dan rataan
BEP terkecil terdapat pada perlakuan P2 sebesar 16,07 kg.
IOFC (Income Over Feed Cost)
IOFC (Income Over Feed Cost) adalah selisih dari total pendapatan usaha
peternakan dengan dikurangi biaya pakan.
Tabel 40. IOFC (Income Over Feed Cost) tiap level perlakuan (Rp)
Perlakua n
IOFC
Rataan
1 2 3 4 5 6
P1
132,438.1 9
118,231.3
5 32,451.22 98,979.52
85,030.7 2
118,170.7
8 97,550.30 P2 133,372.6
8 95,900.98 83,170.60
151,978.5 2 24,919.3 0 127,283.6 6 102,770.9 6 P3 63,461.86 57,014.02
61,112.76
* 76,166.58
92,345.1 5
101,866.9
3 75,327.88 Ket : * = Pendugaan missing data
15,80 15,90 16,00 16,10 16,20 16,30 16,40 16,50 16,60
(62)
Gambar 5. Diagram garis IOFC (Income Over Feed Cost)
Berdasarkan Tabel diatas diperoleh rataan Rataan IOFC terbesar terdapat
pada perlakuan P2 sebesar Rp. 102.770,96. Nilai ini sesuai, karena biaya pakan
pada perlakuan P2 yang tidak terlalu tinggi yaitu sebesar Rp. 884.88/kg. Dan
rataan IOFC terkecil terdapat pada perlakuan P3 sebesar Rp. 75,327.88. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Prawirokusumo (1990) yang menyatakan bahwa Income
Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih total pendapatan penjualan domba dengan biaya pakan yang digunakan selama usaha penggemukan ternak. IOFC ini
merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya pakan yang merupakan
biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak.
Rekapitulasi Analisis Usaha
Keseluruhan analisis usaha dari masing – masing perlakuan dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 41. Analisis usaha perlakuan P1
No. Uraian P1
P11 P12 P13 P14 P15 P16 1 Biaya Produksi
(Rp/ekor)
Bibit 454,059.46 460,409.95 406,430.85 428,657.54 450,884.22 457,234.70 Pakan 43,774.31 43,376.15 43,748.78 43,895.48 41,969.28 43,754.22
0,00 20.000,00 40.000,00 60.000,00 80.000,00 100.000,00 120.000,00
(63)
Obat - obatan 2,431.61 2,457.65 1,925.51 2,244.71 2,299.31 2,454.71 Sewa kandang 13,888.89 13,888.89 13,888.89 13,888.89 13,888.89 13,888.89 Tenaga kerja 18,773.01 18,773.01 18,773.01 18,773.01 18,773.01 18,773.01 Perlengkapan
kandang 3,375.00 3,375.00 3,375.00 3,375.00 3,375.00 3,375.00 Total 536,302.29 542,280.64 488,142.04 510,834.54 531,189.71 539,480.54
2 Hasil Produksi (Rp/ekor)
Penjualan domba 630,237.50 621,982.50 482,600.00 571,500.00 577,850.00 619,125.00 Penjualan kotoran
domba 31,002 32,621 29,746 31,013 31,165 29,988 Total 661,239.5 654,603.5 512,346 602,513 609,015 649,113
3 Laba/Rugi (Rp) 124,937.21 112,322.86 24,203.96 91,678.38 77,852.29 109,632.46
4 B/C Ratio 1.23 1.21 1.05 1.18 1.15 1.2
5 Break Event Point (BEP)
BEP Harga
Produksi (Rp) 27,017.75 27,681.5 32,114.61 28,379.7 29,186.25 27,665.67 BEP Volume
Produksi (kg) 16.89 17.08 15.37 16.09 16.73 16.99
6 IOFC 132,438.19 118,231.35 32,451.22 98,979.52 85,030.72 118,170.78
Tabel 42. Analisis usaha perlakuan P2
No. Uraian P2
P21 P22 P23 P24 P25 P26
1 Biaya Produksi (Rp/ekor)
Bibit 409,606.09 377,853.68 428,657.54 444,533.74 460,409.95 482,636.63 Pakan 37,124.82 37,449.02 38,114.40 38,521.48 38,580.70 37,816.34
Obat - obatan 2,354.33 2,022.11 2,188.43 2,458.91 2,132.99 2,548.79 Sewa kandang 13,888.89 13,888.89 13,888.89 13,888.89 13,888.89 13,888.89 Tenaga kerja 18,773.01 18,773.01 18,773.01 18,773.01 18,773.01 18,773.01 Perlengkapan
kandang 3,375.00 3,375.00 3,375.00 3,375.00 3,375.00 3,375.00 Total 485,122.14 453,361.71 504,997.27 521,551.03 537,160.53 559,038.66
2 Hasil Produksi (Rp/ekor)
Penjualan domba 580,072.50 511,175.00 549,910.00 635,000.00 523,875.00 647,700.00
Penjualan kotoran
(64)
Total 611,163.5 541,883 580,059 663,965 554,877 679,457
3 Laba/Rugi (Rp) 126,041.36 88,521.29 75,061.74 142,413.97 17,716.47 120,418.34
4 B/C Ratio 1.26 1.2 1.15 1.27 1.03 1.22
5 Break Event Point (BEP)
BEP Harga
Produksi (Rp) 27,017.75 27,681.5 32,114.61 28,379.7 29,186.25 27,665.67 BEP Volume
Produksi (kg) 16.89 17.08 15.37 16.09 16.73 16.99
6 IOFC 133,372.68 95,900.98 83,170.60 151,978.52 24,919.30 127,283.66
Tabel 43. Analisis usaha perlakuan P3
No. Uraian P3
P31 P32 P33 P34 P35 P36
1 Biaya Produksi (Rp/ekor)
Bibit 412,781.33 431,832.78 454,059.46 476,286.15 419,131.81 444,533.74 Pakan 34,963.14 35,060.98 34,772.24* 34,005.92 34,654.85 34,975.57 Obat - obatan 2,074.19 2,093.51 2,192.21* 2,324.93 2,156.51 2,266.97 Sewa kandang 13,888.89 13,888.89 13,888.89* 13,888.89 13,888.89 13,888.89 Tenaga kerja 18,773.01 18,773.01 18,773.01* 18,773.01 18,773.01 18,773.01 Perlengkapan
kandang 3,375.00 3,375.00 3,375.00* 3,375.00 3,375.00 3,375.00 Total 485,855.56 505,024.17 527,060.82* 548,653.9 491,980.08 517,813.18
2 Hasil Produksi (Rp/ekor)
(65)
Penjualan kotoran
domba 30,589 31,035 30,360* 28,552 26,302 33,323 Total 541,764 554,910 580,270* 614,974.5 572,402 614,665
3 Laba/Rugi (Rp) 55,908.44 49,885,83 53,209.19* 66,320.6 80,421.93 96,852.32
4 B/C Ratio 1.12 1.1 1.1* 1.12 1.16 1.19
5 Break Event Point (BEP)
BEP Harga
Produksi (Rp) 30,177.36 30,607.53 30,403.76* 29,705.14 28,603.49 28,280.35 BEP Volume
Produksi (kg) 15.3 15.91 16.6* 17.28 115.5 16.31
6 IOFC 63,461.86 57,014.02 61,112.76* 76,166.58 92,345.15 101,866.93 Ket : * = Pendugaan missing data
(66)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penggunaan ransum berbasis pucuk tebu, pucuk batang ubi kayu dan
pucuk batang jagung dengan penambahan starbio dapat diaplikasikan ke peternak
domba atau layak diterapkan dalam usaha peternakan domba sei putih. Hal ini
dikarenakan bobot badan domba yang dihasilkan lebih tinggi dibanding dengan
tingkat konsumsi pakannya sehingga diperoleh keuntungan. Pucuk batang tebu,
pucuk batang ubi kayu dan pucuk batang jagung berpotensi sebagai bahan pakan
untuk ternak domba.
Saran
Disarankan kepada para peternak Domba Sei putih untuk menggunakan
hasil samping pertanian terutama P2 (pucuk batang jagung) .namun jika
ketersediaan pucuk batang tebu dan pucuk batang daun ubi kayu mudah
(67)
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi. R. 1984. Ilmu Makanan Ternak Umum, PT. Gramedia, Jakarta.
Basir, H. J. 1990. Penggunaan Limbah Pertanian sebagai Pakan Ternak, Laporan Penelitian Jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh.
Cahyono, B. 1998. Beternak Domba dan Kambing. Kanisius, Yogyakarta.
Dinas Peternakan. 2007. Buku Statistik Peternakan Tahun 2007. Dinas Peternakan Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara, Medan.
Dwiyanto, K., A. Priyanti dan D. Zainuddin. 2001. Pengembangan Ternak Berwawasan Agribisnis di Pedesaan dengan Memanfaatkan Limbah Pertanian dan Pemilihan Bibit yang Tepat. Balai Penelitian Ternak. Jurnal Lit Bang Pertanian. XV (I).
Ensminger, M., E. Old Field J. E., Heinemann W. W. 1990. Feeds and Nutrotion. Second Edition. The Ensminger Publishing Company, USA.
Gatenby, R. M., M. Doloksaribu, G. E. Bradford, E. Romjaii, L. Batubara and I. Mirza. 1995. Reproductive Performance of Sumatera and Hair Sheep Crossbred Ewes. SR-CRSP annual report 1994 - 1995, Sungai Putih, Sumatera Utara.
Gunawan, Pamungkas, D. dan Affandhy. L. S. 1993. Sapi Bali Potensi. Produktivitas dan Nilai Ekonomi. Kanisius, Yogyakarta.
Hassan A. dan M. Ishada. 1992. Effect of Water, Molasses and Urea Addition on Oil Palm Frond Sillage Quality, Fermentation and Palatability, In Proceedings of The Third International Symposium on The Nutrition of Herbivora, Penang.
Http:/www.litbang.deptan.ga.id/produk/one/7/,2002.
Jamarun, N. 1991. Penyediaan Pemanfaatan dan Nilai Gizi Limbah Pertanian Sebagai Makanan Ternak di Sumatera Barat. Pusat Penelitian Universitas Andalas, Padang.
Karo - karo et al. 1995. Tingkat Pendapatan Usaha Kereman Sapi Aceh (The Level of Income From Aceh Cattle Fattening Scheme), JPPS Vol 1 No. 5, Januari 1995.
Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Ternak Ruminansia, Kanisius, Jakarta.
(1)
P2 16.62 15.62 17.24 17.76 18.25 18.94 104.43 17.41
P3 16.64 17.24 17.94 18.62 16.83 17.65 104.91 17.49
Total 51.48 51.27 51.89 53.81 53.15 54.92 315.14
Rataan 17.16 17.09 17.30 17.94 17.72 18.31 17.58 Tabel 20. IOFC (Income Over Feed Cost) tiap level perlakuan (Rp)
Perlakuan IOFC Total Rataan
1 2 3 4 5 6
P1 132,438.19 118,231.35 32,451.22 98,979.152 85,030.72 118,170.78 585,1301.77 97,550.30
P2 133,372.68 95,900.98 83,710.60 151,978.52 24,919.30 127,283.66 616,625.74 102,770.96
P3 63,461.86 57,041.02 61,112.76 76,166.58 92,345.15 101,866.93 451,967.28 75,327.88
Total 329,272.72 271,146.35 176,734.57 327,124.62 202,295.17 347,321.37 1,653,894.79
Rataan 109,757.57 90,382.12 58,911.52 109,041.54 67,431.72 115,773.79 91,883.04
Tabel 21. Analisis keragaman laba/rugi analisis domba sei putih
SK DB JK KT Fhitung Ftabel
0.05 0.01 Perlakuan 2 2,666,689,502.72 1,333,344,751.36 1.08tn 3.68 6.36 Galat 15 18,532,257,134.19 1,235,483,808.95
Total 17 21,198,946,636.91
Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata KK= 41.81%
Tabel 22. Analisis keragaman IOFC analisis domba sei putih
SK DB JK KT Fhitung Ftabel
0.05 0.01 Perlakuan 2 2,548,426,792.76 1,274,213,396.38 1.03tn 3.68 6.36 Galat 15 18,590,602,477.57 1,239,373,498.50
Total 17 21,139,029,270.33
Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata KK= 38.31%
(2)
Pengolahan pucuk tebu, pucuk batang jagung dan pucuk batang daun ubi kayu sebagai salah satu bahan pakan perlakuan membutuhkan beberapa proses pengolahan. Berikut skema pengolahan hasil samping pertanian dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut :
Dikumpulkan
pucuk tebu, pucuk batang jagung dan pucuk batang daun ubi kayu
Di chooper
Dijemur
Masing – masing bahan pakan disimpan dalam goni plastik
Pucuk tebu, pucuk batang jagung dan pucuk batang daun ubi kayu sebagai salah satu bahan pakan
Gambar 1. Proses pengolahan pucuk tebu, pucuk batang jagung dan pucuk batang daun ubi kayu sebagai salah satu bahan pakan
(3)
Ditimbang masing – masing bahan pakan sesuai perlakuan
Dicampur semua bahan dalam satu wadah
Diaduk hingga merata/homogen
Disimpan dalam karung/goni plastik
Pakan perlakuan siap diberikan ke ternak
Gambar 2. Skema pembuatan pakan perlakuan (Ferdiansyah dkk., 2009).
(4)
Tabel 9. Kandungan nutrisi formulasi pakan perlakuan P1
Bahan
Pakan %
DM
basis PK SK LK KA ABU TDN EM
Jumlah Bahan Pakan(g) Pucuk tebu 40 182 9.9554 32.2322 4.5318 151.8972 86.45 96.46 0.71708 1091.782
Ampas tahu 20.05 91.21385 17.358 18.64411 5.144461 9.796367 9.121385 72.05894 0.463366 102.1889
Dedak halus 1.98 9.04085 1.247637 0.723268 0.74135 0 0 5.813267 0 10.14686
Starbio 0.5 2.275 0.237055 0.190418 0.002503 0.436118 1.172535 0 0 2.84375
Molases 0.6 2.73 0.09555 0.010374 0.002184 0 0 2.2113 0 4.044444
Urea 0.5 2.275 0.045955 0 0 0 0 0 0 2.321429
Garam 0.78 3.549 0 0 0 0 0 0 0 3.584848
B. kelapa 35.59 161.9163 34.00242 24.28745 2.914493 0 0 131.1522 0 191.844
Total 100 455 62.94202 76.08782 13.33679 162.1297 96.74392 307.6957 1.180446 1408.756
Tabel 10. Kandungan nutrisi formulasi pakan perlakuan P2
Bahan
Pakan %
DM
basis PK SK LK KA ABU TDN EM
Jumlah Bahan Pakan(g) P.B. Jagung
(5)
Molases 0.6 2.73 0.09555 0.01037 0.00218 0 0 2.2113 0 4.044444
Urea 0.5 2.275 0.04595 0 0 0 0 0 0 2.321429
Garam 0.78 3.549 0 0 0 0 0 0 0 3.584848
B. kelapa 20.577 93.62535 19.6613 14.0438 1.68525 0 0 75.8365 0 110.9305
(6)
Tabel 11. Kandungan nutrisi formulasi pakan perlakuan P3
Bahan
Pakan %
DM
basis PK SK LK KA ABU TDN EM
Jumlah Bahan Pakan(g) P.B. Ubi 40 182 31.031 19.747 10.9564 45.6456 13.286 111.347 0.83883 242.9258
Ampas tahu 18.62 84.721 16.1224 17.3169 4.77826 9.09903 8.4721 66.9295 0.43038 94.91486
Dedak halus 35.08 159.614 22.0267 12.7691 13.0883 0 0 102.631 0 179.1403
Starbio 0.5 2.275 0.23705 0.19041 0.00250 0.43611 1.17253 0 0 2.84375
Molases 1 4.55 0.15925 0.01729 0.00364 0 0 3.6855 0 6.740741
Urea 0.5 2.275 0.04595 0 0 0 0 0 0 2.321429
Garam 1 4.55 0 0 0 0 0 0 0 4.59596
B. kelapa 3.3 15.015 3.15315 2.25225 0.27027 0 0 12.1621 0 17.79028