Kajian Pemberian Pupuk Hayati Dan Amandemen Terhadap Serapan Hara N, P Serta Pertumbuhan Bibit Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Pada Tanah Gambut Desa Ajamu Labuhan Batu

KAJIAN PEMBERIAN PUPUK HAYATI DAN AMANDEMEN TERHADAP
SERAPAN HARA N, P SERTA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN
KELAPA SAWIT (Elaeis Guineensis Jacq.) PADA TANAH
GAMBUT DESA AJAMU LABUHAN BATU

SKRIPSI

OLEH:
HENDRA GUNAWAN TANJUNG
060303034
ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara

KAJIAN PEMBERIAN PUPUK HAYATI DAN AMANDEMEN TERHADAP

SERAPAN HARA N, P SERTA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN
KELAPA SAWIT (Elaeis Guineensis Jacq.) PADA TANAH
GAMBUT DESA AJAMU LABUHAN BATU

SKRIPSI

OLEH:
HENDRA GUNAWAN TANJUNG
060303034
ILMU TANAH/ BIOTEKNOLOGI TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011


Universitas Sumatera Utara

JUDUL SKRIPSI

: KAJIAN PEMBERIAN PUPUK HAYATI DAN
AMANDEMEN TERHADAP SERAPAN HARA N, P
SERTA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN
KELAPA SAWIT (Elaeis Guineensis Jacq.) PADA
TANAH GAMBUT DESA AJAMU LABUHAN
BATU
NAMA
: HENDRA GUNAWAN TANJUNG
NIM
: 060303034
DEPARTEMEN
: ILMU TANAH
PROGRAM STUDI : BIOTEKNOLOGI TANAH

Disetujui Oleh

Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Asmarlaili S. Hanafiah, MS.DAA) (Kemala Sari Lubis SP, MP)
Ketua
Anggota

Mengetahui

(Ir. T. Sabrina M. Agr. Sc. PhD.)
Ketua Departemen Agroekoteknologi

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kajian pemberian pupuk hayati
dan amandemen terhadap serapan hara N, P serta pertumbuhan bibit tanaman
kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq.) pada tanah gambut Desa Ajamu Labuhan
Batu. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 2 faktor dengan 2 ulangan. Faktor

pertama ialah faktor pupuk hayati (M) dengan 4 taraf dosis yang terdiri dari tanpa
mikroba (M0),dengan isolat MOS (M1), dengan isolat mikoriza (M2), dengan
mikoriza + MOS (M3). Dan faktor perlakuan kedua ialah faktor amandemen (A)
dengan 6 taraf dosis yang terdiri dari tanpa amandemen (A0), dengan kapur 5 ton/
ha dolomit (A1), dengan kapur 10 ton/ ha dolomit (A2), dengan lumput laut setara
5 ton/ ha dolomit (A3), dengan lumpur laut setara 10 ton dolomit (A4), dengan
dolomit + lumpur laut (50% + 50%) (setara 10 ton/ ha kapur).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian amandemen dan pupuk
hayati tidak berpengaruh nyata meningkatkan serapan N, tetapi berpengaruh nyata
meningkatkan serapan P bibit sawit tanah gambut Desa Ajamu Labuhan Batu.
Interaksi antara Pemberian pupuk hayati dan amandemen berpengaruh nyata
meningkatkan serapan P bibit sawit pada tanah gambut Desa Ajamu Labuhan
Batu. Perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, tetapi
pada perlakuan amandemen dan interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman. Pemberian amandemen tidak berpengaruh nyata meningkatkan
tinggi tanaman, lingkar batang dan jumlah daun tanaman bibit sawit pada tanah
gambut Desa Ajamu Labuhan Batu.
Kata Kunci : Tanah gambut, Pupuk hayati, Amandemen

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The aim of this research was to know the study application of hayati
fertilizer and amendment to N, P absorption and growth of palm seed (Elaeis
guineensis jacq) in peat soil from Ajamu Labuhan Batu. This research used
Randomized Block Design Factorial which was included of 2 factor and 2
replications.. First factor was hayati fertilizer (M) which was included of 4 dosis
levels such as without hayati fertilizer (M0), with isolate MOS (M1), with isolate
mikoriza (M2), with mikoriza + MOS (M3). And the second factor was
amendment (A) which was included of 6 dosis levels such as without amendment
(A0), with 5 ton/ ha dolomit (A1), with 10 ton/ ha dolomit (A2), with sea mud as
5 ton/ ha dolomit (A3), with sea mud as 10 ton/ha dolomit (A4), with dolomit +
sea mud (50% + 50%) (as 10 ton/ ha dolomit).
The results showed application of amendment and hayati fertilizer did not
have significant effect to increase N, but had significant effect to increase P of
palm seed in peat soil From Ajamu Labuhan Batu. Interaction of amendment and
hayati fertilizer had significant effect to increase P of palm seed in peat soil From
Ajamu Labuhan Batu. Hayati fertilizer application had significant effect to
increase plant high, but application of amandement and interaction did not have

significant effect to increase plant high. Amendment aplication did not have
significant effect to increase plant high, diameter batang and leaf number of palm
seed in peat soil From Ajamu Labuhan Batu.
Key Words : Peat soil, Hayati fertilizer, Amendment

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

HENDRA GUNAWAN TANJUNG, Penulis dilahirkan di Barus tanggal
10 November 1987 dari Ayahanda Zulfikar Tanjung dan Ibunda Sumarni. Penulis
merupakan anak ke-empat dari 4 (empat) bersaudara yaitu Haris Zulisky Tanjung,
Amiruddin Tanjung dan Rizka Mardina Tanjung.
Penulis menamatkan pendidikan dasarnya di SD 153028 Barus tahun
2000, sekolah lanjutan pertama MTs Negeri 1 Barus tahun 2003, sekolah lanjutan
atas SMA Negeri 1 Barus tahun 2006. Selesai menamatkan lanjutan atas penulis
lulus Pemanduan Minat dan Prestasi (PMP) dan melanjutkan pendidikan di
jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Aktivitas Selama Perkuliahan :
-


Asisten Laboratorium Biologi Tanah untuk mata kuliah Biologi Tanah T.A
2008-2009.

-

Asisten Laboratorium Bioteknologi Pertanian untuk mata kuliah
Bioteknologi Pertanian T.A 2008-2009.

-

Asisten Laboratorium Pertanian Organik untuk mata kuliah Pertanian
Organik T.A 2009-2010.

-

Mengikuti organisasi IMILTA Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan tahun 2006-2010.

-


Panitia Seminar dan Loka Karya ”Membudayakan Tindakan Konservasi
SDA pada Setiap Aspek Kehidupan” di FP USU Medan, 31 Januari 2009.

-

Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN III Kebun Sarang
Giting Kabupaten Serdang Bedagai, Kecamatan Galang tahun 2009.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdullilah, penulis ucapkan ke-Hadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini with judul “Kajian Pemberian Pupuk Hayati dan Amandemen
Terhadap Serapan Hara N, P serta Pertumbuhan Bibit Tanaman Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis jacq.) pada Tanah Gambut Desa Ajamu Labuhan Batu”
yang merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana di Jurusan Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu
Prof. Dr. Ir. Asmarlaily S. Hanafiah. MS. DAA. dan Kemala Sari Lubis, SP, MP.
selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan
perhatian, arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini. Salam takzim
ananda kepada ayahanda Zulfikar Tanjung dan ibunda Sumarni yang with ikhlas
memotivasi dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada Alm. Bapak
Prof. Dr. Oelim Hanafiah, MS. DAA yang telah banyak membantu dalam proses
penelitian berupa pengarahan di lapangan dan sebagainya. Disamping itu penulis
haturkan juga terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada rekan-rekan Soil
Science angkatan 2006 atas nama : Andrifan Dwi Prabowo, M. Rosyadi Batubara,
M. Fauzan Agustian, Rahmat Wibowo, Surya Affandi, Wan Riski Fauzi, Dinda
Azrary Pasaribu, Sry Malyana, yang juga telah membantu penulis dalam
penyelesaian skripsi ini berupa motivasi dan ilmu yang diberitahukan mereka,

Universitas Sumatera Utara

sehingga penulis dapat sedikit banyaknya menyempurnakan skripsi ini with
sebaiknya.
Akhir kata penulis mengharapkan saran dan kritik membangun dari

pembaca. Penulis mengharapkan semoga Allah SWT memberikan Taufik dan
Hidayah-Nya kepada kita.

Medan, Juli 2011

Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRACT ...……………………………………………………………
ABSTRAK ………………………………………………………………..
RIWAYAT HIDUP ………………………………………………………
KATA PENGANTAR ……………………………………………………
DAFTAR ISI ……………………………………………………………...
DAFTAR TABEL ………………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………..


i
ii
iii
iv
vi
viii
ix
x

PENDAHULUAN
Latar Belakang …………………………………………………….
Perumusan Masalah ……………………………………………….
Tujuan Penelitian ………………………………………………….
Hipotesis Penelitian ……………………………………………….
Kegunaan Penelitian ………………………………………………

1
3
4
4
5

TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Gambut …………………………………………………….
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) …………………
Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
Akar …………………………………………………....….
Batang …………………………………………………….
Daun ………………………………………………………
Bunga ……………………………………………………..
Buah ………………………………………………………
Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
Pembibitan ………………………………………………..
Penanaman ………………………………………………..
Pemupukan ………………………………………….…….
Pengendalian Hama dan Penyakit …………………….…..
Pemeliharaan Tanaman …………………………….……..
Panen dan Produksi …………………………………….…
Amandemen
Kapur Dolomit …………………………………………....
Lumpur Laut ………………………………………….…..
Pupuk Hayati
Mikoriza …………………………………………….…….
Mikroorganisme Sellulotik ………………………….…….

26
29

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………….….
Bahan dan Alat ………………………………………………….…
Metode Penelitian …………………...…………………………….
Pelaksanaan Penelitian …………………………………………….
Pemberian Amandemen ……………………………………………

31
31
31
33
33

6
8
10
12
13
15
16
18
18
19
20
21
22
22
24

Universitas Sumatera Utara

Pemberian Pupuk Hayati ………………………………................
Pemupukan ……………………………………………………….
Parameter yang Diukur ………………………………….………...
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Bobot Kering Tanaman …………………………….……..
Serapan N …………………………………………….…...
Serapan P …………………………………………………
Tinggi Tanaman ……………………………………….….
Lingkar Batang …………………………………………...
Jumlah Daun ……………………………………………...
Pembahasan
Bobot Kering Tanaman ……………………………….…..
Serapan N ………………………………………………....
Serapan P …………………………………………………
Tinggi Tanaman, Lingkar Batang dan Jumlah Daun ……..
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ………………………………………………………..
Saran ……………………………………………………………....

33
34
34

35
36
37
37
39
40
42
43
46
47

49
50

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kajian pemberian pupuk hayati
dan amandemen terhadap serapan hara N, P serta pertumbuhan bibit tanaman
kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq.) pada tanah gambut Desa Ajamu Labuhan
Batu. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 2 faktor dengan 2 ulangan. Faktor
pertama ialah faktor pupuk hayati (M) dengan 4 taraf dosis yang terdiri dari tanpa
mikroba (M0),dengan isolat MOS (M1), dengan isolat mikoriza (M2), dengan
mikoriza + MOS (M3). Dan faktor perlakuan kedua ialah faktor amandemen (A)
dengan 6 taraf dosis yang terdiri dari tanpa amandemen (A0), dengan kapur 5 ton/
ha dolomit (A1), dengan kapur 10 ton/ ha dolomit (A2), dengan lumput laut setara
5 ton/ ha dolomit (A3), dengan lumpur laut setara 10 ton dolomit (A4), dengan
dolomit + lumpur laut (50% + 50%) (setara 10 ton/ ha kapur).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian amandemen dan pupuk
hayati tidak berpengaruh nyata meningkatkan serapan N, tetapi berpengaruh nyata
meningkatkan serapan P bibit sawit tanah gambut Desa Ajamu Labuhan Batu.
Interaksi antara Pemberian pupuk hayati dan amandemen berpengaruh nyata
meningkatkan serapan P bibit sawit pada tanah gambut Desa Ajamu Labuhan
Batu. Perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, tetapi
pada perlakuan amandemen dan interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman. Pemberian amandemen tidak berpengaruh nyata meningkatkan
tinggi tanaman, lingkar batang dan jumlah daun tanaman bibit sawit pada tanah
gambut Desa Ajamu Labuhan Batu.
Kata Kunci : Tanah gambut, Pupuk hayati, Amandemen

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

The aim of this research was to know the study application of hayati
fertilizer and amendment to N, P absorption and growth of palm seed (Elaeis
guineensis jacq) in peat soil from Ajamu Labuhan Batu. This research used
Randomized Block Design Factorial which was included of 2 factor and 2
replications.. First factor was hayati fertilizer (M) which was included of 4 dosis
levels such as without hayati fertilizer (M0), with isolate MOS (M1), with isolate
mikoriza (M2), with mikoriza + MOS (M3). And the second factor was
amendment (A) which was included of 6 dosis levels such as without amendment
(A0), with 5 ton/ ha dolomit (A1), with 10 ton/ ha dolomit (A2), with sea mud as
5 ton/ ha dolomit (A3), with sea mud as 10 ton/ha dolomit (A4), with dolomit +
sea mud (50% + 50%) (as 10 ton/ ha dolomit).
The results showed application of amendment and hayati fertilizer did not
have significant effect to increase N, but had significant effect to increase P of
palm seed in peat soil From Ajamu Labuhan Batu. Interaction of amendment and
hayati fertilizer had significant effect to increase P of palm seed in peat soil From
Ajamu Labuhan Batu. Hayati fertilizer application had significant effect to
increase plant high, but application of amandement and interaction did not have
significant effect to increase plant high. Amendment aplication did not have
significant effect to increase plant high, diameter batang and leaf number of palm
seed in peat soil From Ajamu Labuhan Batu.
Key Words : Peat soil, Hayati fertilizer, Amendment

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar dunia setelah
Malaysia dengan luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 14.164.439 ha
(pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan
3,5 ton/ha untuk perkebunan besar (Fauzi dkk, 2002). Data dilapangan
menunjukkan kecenderungan pengembangan luas areal perkebunan kelapa sawit
beralih ke lahan-lahan marginal seperti gambut.
Dari segi potensi luas gambut, Indonesia merupakan negara keempat
terbesar didunia dengan luas sekitar 17 juta ha. Namun dari sekian luas gambut
tersebut baru sekitar 0,531 juta hektar yang telah dimanfaatkan, terutama untuk
perkembangan pertanian. Rendahnya pemanfaatan sumber daya alam ini terutama
disebabkan oleh besarnya dana investasi yang harus ditanamkan. Faktor lokasi
yang jauh di pedalaman dengan sarana dan prasarana transportasi yang sulit
karena hanya mengandalkan transportasi air dan faktor lingkungan hidup yang
tidak sehat seperti air yang asam dan jangkitan penyakit yang tinggi seperti
malaria, cacing dan penyakit kulit menjadi kendala untuk pembukaan dan
pemukiman penduduk dikawasan gambut (Fauzi dkk, 2002).
Dalam pemanfaatan lahan gambut untuk perkebunan dijumpai berbagai
masalah fisik, kimia dan biologi tanah antara lain kesuburan tanah yang sangat
rendah, cepat mengalami degradasi kesuburan, memiliki potensi jangkitan
penyakit (virulensi) yang tinggi, ratio C/N tinggi, unsur hara P yang rendah, serta
rendahnya jumlah dan aktivitas mikroorganisme heterotrop pada tanah tersebut

Universitas Sumatera Utara

sehingga menyebabkan laju pematangan gambut menjadi lambat. Semua masalah
itu merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman.
Tanah gambut memiliki kadar P yang rendah dan N-total yang tinggi
tetapi N tersebut tidak tersedia untuk tanaman, ditunjukkan oleh tingginya rasio
C/N. Dari segi biologi, jumlah dan aktivitas mikroorganisme heterotrop pada
tanah gambut sangat rendah, sehingga menyebabkan laju pematangan gambut
menjadi lambat, padahal tingkat kematangan gambut merupakan salah satu
penentu kesuburan tanah gambut tersebut.
Dari segi fisik, yakni jumlah pori-pori yang berkaitan dengan pertukaran
oksigen untuk pertumbuhan akar tanaman, kapasitas memegang air tanah gambut
merupakan tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Akan tetapi dengan
keberadaan sifat inheren yang lain seperti kemasaman yang tinggi, kejenuhan basa
yang rendah dan miskin unsur hara baik mikro maupun makro menyebabkan
tanah gambut digolongkan sebagai tanah marginal.
Pemberian kapur sebagai amandemen, mikoriza dan MOS sebagai pupuk
hayati tampaknya akan memberikan pengaruh positif, akan tetapi pemberian
lumpur laut sebagai amandemen tampaknya akan memberikan pengaruh negatif
terhadap pemanfaatan tanah gambut sebagai lahan pertanian. Oleh karena itu perlu
dikaji sejauh mana pengaruh rhizobia dan amandemen tersebut terhadap
pertumbuhan tanaman kelapa sawit pada tanah gambut.
Pemberian amandemen seperti abu, pengapuran, pemberian pupuk
kandang, pencampuran dengan bahan mineral seperti lumpur laut dapat
meningkatkan produktifitas gambut dan aktifitas mikrorganisme yang bermanfaat.
Kation polivalen dari amandemen akan berfungsi mengontrol pelapukan bahan

Universitas Sumatera Utara

organik dengan cara bereaksi dengan senyawa- senyawa organik membentuk
komplek khelat yang tahan terhadap biodegradasi. Pemberian mikoriza dapat
meningkatkan ketersediaan P dari tanah gambut dan efisiensi pemupukan batuan
fosfat yang diberikan.
Rajagukguk (1991) dalam Triana Anggraini (2002) mengatakan bahwa di
Indonesia tanah gambut merupakan jenis tanah terluas kedua setelah podsolik dan
merupakan negara ke-4 dalam luasan gambut setelah negara Kanada, Uni Sovyet
dan Amerika Serikat. Penyebaran tanah gambut di Indonesia meliputi Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya.

Perumusan Masalah
Pemanfaatan tanah gambut sebagai lahan pertanian alternatif memiliki
banyak kendala seperti pH rendah, ketersedian unsur hara yang rendah, dan KTK
tinggi sedangkan kejenuhan basanya rendah.
Pemberian kapur dan Lumpur laut sebagai amandemen serta mikoriza dan
berbagi sumber isolat sebagai pupuk hayati tampaknya akan memberikan
pengaruh positif terhadap pemanfaatan tanah gambut sebagai lahan pertanian.
Pemberian lumpur laut sebagai alternatif pengganti dolomit sebagai amandemen
akan berpengaruh positif jika tepat dan seksama dalam penggunaan dan
pengelolaan lumpur tersebut.
Oleh karena itu dikaji sejauh mana pengaruh mikoriza dan amandemen
tersebut terhadap pertumbuhan tanaman kelapa sawit.

Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian
1.

Mengkaji pengaruh pemberian pupuk hayati terhadap serapan hara N,
P dan pertumbuhan bibit sawit pada tanah gambut Desa Ajamu
Labuhan Batu.

2.

Mengkaji pengaruh pemberian amandemen terhadap serapan hara N,
P dan pertumbuhan bibit sawit pada tanah gambut Desa Ajamu
Labuhan Batu.

3.

Mengkaji pengaruh interaksi pemberian antara pupuk hayati dan
amandemen terhadap serapan hara N, P dan pertumbuhan bibit sawit
pada Tanah gambut Desa Ajamu Labuhan Batu.

Hipotesis Penelitian
1. Pemberian pupuk hayati dapat meningkatkan serapan N, P dan
pertumbuhan bibit sawit pada tanah gambut Desa Ajamu Labuhan
Batu.
2. Pemberian amandemen dapat meningkatkan serapan N, P dan
pertumbuhan bibit sawit pada tanah gambut Desa Ajamu Labuhan
Batu.
3. Pemberian interaksi antara amandemen dan pupuk hayati dapat
meningkatkan serapan N, P dan pertumbuhan bibit sawit pada tanah
gambut Desa Ajamu Labuhan Batu.

Universitas Sumatera Utara

Kegunaan Penelitian
-

Sebagai bahan informasi bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan
sebagai alternatif pengganti lahan kering dengan memanfaatkan lahan
gambut untuk tanaman kelapa sawit.

-

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Pertanian di
Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Tanah Gambut

Tanah gambut di daerah tropis dari bahan penyusun yang berasal dari
kayu-kayuan, dalam keadaan tergenang, drainase yang buruk, daya dukung tanah
rendah, intrusi garam, adanya lapisan sulfat masam, pH rendah diikuti oleh status
kesuburan tanah yang sangat rendah. Pengembangan usaha pertanian sangat
dibatasi oleh kendala-kendala tersebut diatas (Hardjowigeno, 1989).
Sifat tanah gambut sangat beragam, namun karena bersifat spesifik, maka
tanah gambut berbeda dengan tanah mineral bahkan dengan tanah organik
lainnya. Tanah gambut umumnya mempunyai derajat kemasaman tinggi dengan
pH tanah berkisar 3,0-3,5 bagi gambut segar dan pada gambut yang telah lama
diusahakan pH nya masih berkisar 3,5-4,5. Salah satu ciri utama tanah gambut
adalah kadar bahan organik dan nitrogen yang tinggi, namun tidak tersedia bagi
tanaman, ini ditunjukkan oleh nilai ratio C/N yang tinggi (terendah sekitar 20:1)
(Indranada, 1989).
Kandungan hara makro lainnya seperti P, K dan Mg tergolong rendah.
Kejenuhan basa tanah gambut berkisar 10%-15%, kadar hara mikro tanah gambut
tergolong rendah disebabkan oleh terbentuknya senyawa organo-metal yang
memfiksasi ion-ion Cu, Mn, Zn (Noor, 2001).
Tanah gambut sebagai salah satu contoh dari lahan basah mempunyai
banyak permasalahan. Sabiham (2002) dalam Semilokanas Pengolahan Lahan
Gambut untuk Pengembangan Perkebunan mengatakan bahwa gambut umunya
mempunyai reaksi masam sampai sangat masam, kandungan unsur hara berada

Universitas Sumatera Utara

pada kisaran rendah sampai sangat rendah, dan KTK sangat tinggi sedangkan
kejenuhan basanya sangat rendah. Gambut juga mengandung asam- asam organik
yang bersifat racun bagi tanaman (Lingga dan Marsono, 2000).
Lahan gambut dalam keadaan alami selalu tergenang air sepanjang tahun
sehingga tidak memungkinkan untuk digunakan sebagai lahan budidaya, kecuali
terlebih dahulu diadakan reklamasi. Dengan kondisi alami yang selalu basah maka
proses perombakan atau pematangan tanah gambut menjadi terhambat. Oleh
karena itu diperlukan perbaikan tata air dengan tujuan memberikan suasana yang
kondusif bagi proses perombakan atau pematangan tanh gambut dengan
masuknya oksigen. Proses perombakan atau pematangan tanah penting untuk
meningkatkan kesuburan tanah (Indranada, 1989).
Gambut dalam taksonomi tanah (Soil Survey Staff, 1975) didefenisikan
sebagai tanah yang mengandung bahan organik lebih dari 20 % (bila tanah tidak
mengandung liat) atau lebih dari 30 % (bila tanah mengandung liat 60 % atau
lebih) dan tebalnya secara kumulatif lebih dari 40 cm (Hardjowigeno, 1989).
Bahan organik penuyusun sistem tanah dapat terdiri dari aneka jenjang
peruraian, yaitu : fibrik, hemik, dan saprik. Fibrik adalah bahan organik dengan
jenjang peruraian masih rendah, kandungan serabut sangat banyak, kerapatan jenis
< 0,1 g / cc, kadar air tinggi dan berwarna coklat muda sampai tua. Saprik adalah
bahan organik dengan jenjang peruaian lanjut, kandungan serabut sedikit,
kerapatan jenis > 0,2 g / cc, kadar air tidak terlalu tinggi dan berwarna coklat
kelabu sampai hitam (Poerwidodo, 1992).
Masganti (2003) menulis bahwa sifat kimia tanah gambut seperti tingkat
keasaman tinggi merupakan kendala yang harus dihadapi dalam usaha menjadikan

Universitas Sumatera Utara

tanah tersebut sebagai sumber pangan nasional baru. Hasil penelitian yang
dilakukan Masganti menunjukkan efisensi dan efektivitas pemupukan P tanaman
jagung lebih tinggi pada tanah gambut saprik dibandingkan tanah gambut fibrik.
Hal itu disebabkan oleh daya penyimpanan dan daya penyediaan P dalam tanah
gambut saprik lebih tinggi dari pada fibrik.
Sahar Hanafiah (1992) telah berhasil mengisolasi berbagai mikrobia dari
tanah gambut antara lain mikoriza (Purba dan Sahar Hanafiah, 2005), mikrobia
perombak selulosa rhizobia. Hasil penelitian Purba dan Sahar Hanafiah (2005)
pada bibit kelapa sawit yang ditanam pada tanah gambut di rumah kasa
menunjukkan bahwa pemberian mikoriza VA meningkatkan pertumbuhan bibit
kelapa sawit yang ditanam pada tanah gambut.

Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq)
Kelapa sawit ( Elaeis guinensis Jacq) diyakini berasal dari Afrika Barat.
Walapun demikian, kelapa sawit ternyata cocok dikembangkan diluar daerah
asalnya, termasuk Indonesia. Hingga kini kelapa sawit telah diusahakan dalam
bentuk perkebunan dan pabrik kelapa sawit oleh sekitar tujuh negara produsen
terbesarnya (Sutedjo, 1999).
Kelapa sawit tumbuh optimal pada lahan ber- pH 4.0- 6.5 sementara tanah
gambut umumnya memiliki pH dibawahnya. Oleh karena itu diperlukan usaha
untuk meningkatkan pH sehingga tanaman kelapa sawit dapat berproduksi dengan
baik

akhirnya

dapat

meningkatkan

pendapatan

penduduk

Indonesia

(Sutanto, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia pada tahun 1848 dan mulai
dibudidayakan secara komersial dalam bentuk perusahaan perkebunan pada tahun
1991.Dalam perkembangannya, melalui salah satu produknya yaitu minyak kelapa
sawit (Sutedjo dan Karatasapoetra, 1991).
Kelapa sawit genus Cocos Nucifera dan family Palmae. Akar tanaman
kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap uinsur hara dalam tanah dan respirasi
tanaman. Selain itu, sebagai penyangga berdirinya tanaman sehingga mampu
menyokong tegaknya tanaman pada ketinggian yang mencapai puluhan meter
hingga tanaman berumur 25 tahun. Akar tertier dan kuarter merupakan bagian
perakaran paling dekat dengan permukaan tanah. Kedua jenis akar ini banyak
ditumbuhi bulu- bulu halus tersebut paling efektif dalam menyerap air, udara, dan
unsur hara tanah. Kedua akar ini paling banyak ditemukan 2 - 2,5 m dari pangkal
batang dan sebagian besar berada diluar piringan. Pada bagian tanah ini tanahnya
akan lebih remah dan lembab merupakan lokasi yang paling sesuai untuk
penyebaran pupuk (Sutedjo dkk, 1996).
Kelapa sawit termasuk monokotil, maka batangnya tidak mempunyai
kambium dan pada umumnya tidak bercabang. Batang berbentuk silinder dengan
diameter antara 20 – 75 mm atau tergantung pada keadaan lingkungan. Tinggi
maksimum tanaman kelapa sawit yang ditanam diperkebunan adalah 15 – 158 m,
sedangkan dialam mencapai 30 m (Allen and Allen, 1981).
Daun kelapa sawit mirip dengan tanaman kelapa yaitu membentuk
susunan daun majemuk. Daun – daun tersebut akan membentuk suatu pelepah
daun yang panjangnya dapat mencapai kurang lebih 7,5 – 9 m. Jumlah anak daun
pada setiap pelepah berkisar antara 250 – 400 helai. Daun muda yang masih

Universitas Sumatera Utara

kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah subur, daun cepat membuka sehingga
makin efektif menjalankan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya tempat
fotosintesa dan respirasi. Tanaman kelapa sawit yang tumbuh normal, pelepah
daunnya berjumlah 40 -60 buah (Allen and Allen, 1981).
Kelapa sawit tumbuh baik pada tanah yang gembur, subur, mempunyai
solum yang dalam tanpa lapisan padas, teksturnya mengandung liat dan debu 25 –
30 %, datar serta berdrainase baik dan memiliki ph 4,0 -6,5, sedangkan pH
optimumnya adalah 5 – 5,5. Iklim yang disukai kelapa sawit adalah dengan curah
hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata – rata 2.000 – 2.500
mm / tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang
berkepanjangan (Allen and Allen, 1981).
Dosis pupuk yang digunakan sangat tergantung pada jenis lahan dan
kondisi tanah. Pada tanah yang subur atau tanah bekas ditanami padi dengan
bekas pupuk tinggi, pemupukan tidak diperlukan. Sebaiknya pada tanah kurang
subur pemupukan dapat menaikkan hasil. Pupuk yang diberikan pada saat tanam
disebut pupuk dasar. Apabila pupuk dasar juga menggunakan pupuk kandang dan
kapur, maka pupuk kandang dan kapur di sebar secara merata di dalam piringan
pupuk (Lingga dan Marsono, 2000).

Morfologi Kelapa Sawit
Akar
Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri dari
dari akar primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Akar primer umumnya
berdiameter 6–10 mm, keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horizontal

Universitas Sumatera Utara

dan menghujam kedalam tanah dengan sudut beragam. Akar primer bercabang
membentuk akar sekunder yang diameternya 2 - 4 mm. Akar sekunder bercabang
membentuk akar tersier yang berdiameter 0,7- 1,2 mm dan umumnya bercabang
lagi membentuk akar kuartener (Pahan, 2007).
Akar kuartener tidak mengandung lignin, panjangnya hanya 1- 4 mm
dengan diameter 0,1 – 0,3 mm. Biasanya, akar kuartener ini diasumsikan sebagai
akar absorpsi utama (feeding root), walaupun hanya sedikit bukti – bukti langsung
terhadap pernyataan tersebut. Dari akar tersier juga ada cabang akar yang
panjangnya sampai 2 cm dengan diameter 0,2 – 0,8 mm yang dinamakan akar
kuartener.

Namun

sebenarnya

akar

tersebut

lebih

tepat

disebut

“ cabang akar tersier” karena mengandung lignin serta strukturnya lebih tebal dari
akar kuartener (Pahan, 2007).
Calon akar yang muncul dari biji kelapa sawit yang dikecambahkan
disebut radikula, panjangnya 10 – 15 mm. Pertumbuhan radikula mula – mula
menggunakan makanan cadangan yang ada dalam endosperm, yang kemudian
fungsinya diambil alih oleh akar primer, akar primer yang tumbuh dari pangkal
batang ribuan jumlahnya. Akar primer yang mati segera diganti dengan yang baru.
Diameter akar primer berkisar berkisar antara 8 dan 10 mm, panjangnya dapat
mencapai 18 mm, tetapi kebanyakan bergerombol tidak jauh dari batang. Akar
sekunder tumbuh dari akar primer, diameternya 2- 4 mm. Dari akar sekunder
tumbuh akar tersier berdiameter 0,7 – 1,5 mm dan panjangnya dapat mencapai 15
cm. Dari akar tersier tumbuh akar kuarter yang berdiameter 0,1 – 0,5 mm dan
panjangnya sampai 1 – 4 mm. Akar tersier dan kuarter berjumlah sangat banyak
dan membentuk massa yang sangat lebat dekat permukaan tanah. Kelapa sawit

Universitas Sumatera Utara

tidak memiliki rambut (bulu) akar, sehingga diperkirakan bahwa penyerapan
unsur hara dilakukan oleh akar – akar kuarter (Semangun, 2008).

Batang
Pembengkakan pangkal batang terjadi karena internodia (ruas batang)
dalam masa pertumbuhan awal tidak memanjang, sehingga pangkal – pangkal
pelepah daun

yang

tebal

berdesakan.

Bongkol batang

ini

membantu

memperkokoh posisi pohon pada tanah agar dapat berdiri tegak. Dalam satu
sampai dua tahun pertama perkembangan batang lebih mengarah kesamping,
diameter batang dapat mencapai 60 cm. Setelah itu perkembangan mengarah
keatas, sehingga diameter batang hanya sekitar 40 cm, dan pertumbuhan meninggi
berlangsung lebih cepat (Semangun, 2008).
Pohon kelapa sawit hanya memiliki satu titik tumbuh terminal.
Percabangan jarang sekali terjadi, ujung batang (apex) berbentuk kerucut (conical)
diselimuti oleh daun – daun muda yang masih kecil dan lembut. Pada ujung
batang ini terdapat meristem batang (apical meristem). Pemanjangan batang
berlangsung lambat, tinggi pohon bertambah 35- 75 mm per tahun. Tingkat
pemanjangan

sedemikian

kecilnya

sehingga

hanya

cukup

untuk

mengkomodasikan penempelan pangkal daun pada batang. Sehingga walaupun
batang mempunyai ruas (internodia), pada batang pohon – pohon dewasa yang
daunnya telah rontok hanya terlihat susunan bekas – bekas pangkal daun
(Semangun, 2008).
Batang kelapa sawit terdiri dari pembuluh – pembuluh yang terikat secara
diskrit dalam jaringan parenkim. Meristem pucuk terletak dekat ujung batang,

Universitas Sumatera Utara

dimana pertumbuhan batang sedikit agak membesar. Aktivitas meristem pucuk
hanya memberikan sedikit kontribusi terhadap jaringan batang karena fungsi
utamanya yaitu menghasilkan daun dan infloresen bunga. Seperti umumnya
tanaman monokotil, penebalan sekunder tidak terjadi pada batang (Pahan, 2007).
Penebalan

dan

pembesaran

batang

terjadi

karena

aktivitas

“ penebalan meristem primer” yang terletak dibawah meristem pucuk dan ketiak
daun. Pada tahun pertama atau kedua pertumbuhan kelapa sawit, pertumbuhan
membesar terlihat sekali pada bagian pangkal, dimana diameter batang bisa
mencapai 60 cm. Setelah itu, batang akan mengecil biasanya hanya berdiameter
40 cm tetapi pertumbuhan tingginya menjadi lebih cepat. Umumnya pertambahan
tinggi batang bisa mencapai 35 – 75 cm per tahun tergantung pada keadaan
lingkungan tumbuh dan keragaman genetik. Laju produksi daun kemungkinan
tidak begitu berpengaruh terhadap pertumbuhan batang. Di Afrika (Pantai gading)
yang produksi daunnya terakumulasi pada musim hujan saja, panjang buku
(internode) batang pada beberapa progeni berkisar antara 14 – 33 mm. Sementara
di Malaysia yang produksi daunnya hampir merata sepanjang tahun rata – rata
panjang buku batang berkisar dari 15 mm (tanaman umur 4,5 tahun) dan 25 mm
pada tanaman umur 10,5 tahun (Pahan, 2007).

Daun
Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut :


Kumpulan anak daun (leaftlets) yang mempunyai helaian (lamina) dan
tulang anak daun (midrib).



Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat.

Universitas Sumatera Utara





Tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang.
Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup
dan memberikan kekuatan pada batang

(Pahan, 2007).
Bentuk seludang daun yang terlihat pada daun dewasa sudah tidak lengkap
dan merupakan sisa dari perkembangan yang ada. Pada daun yang sedang
berkembang, seludang berbentuk pipa dan membungkus daun muda secara
sempurna. Namun, karena daun berkembang terus – menerus sedangkan seludang
sudah tidak berkembang lagi, serabut – serabut seludang menjadi robek dan
tercerai membentuk barisan duri (spine) sepanjang tepi – tepi petiole yang
merupakan pangkal dari serabut tersebut. Sejumlah kecil jaringan serabut ini juga
dijumpai pada bagian ketiak daun (Pahan, 2007).
Daun pertama yang keluar pada stadium benih berbentuk lanset
(lanceolate) beberapa minggu kemudian terbentuk daun berbelah dua (bifurcate)
dan setelah beberapa bulan terbentuk daun seperti bulu (pinnate) atau menyirip.
Misalnya pada bibit berumur lima bulan susunan daun terdiri 5 lanset, 4 berbelah
dua, dan 10 berbentuk bulu. Susunan daun kelapa sawit mirip dengan kelapa
(nyiur) yaitu membentuk daun menyirip. Letak daun pada batang mengikuti pola
tertentu yang disebut filotaksis. Daun yang berurutan dari bawah ke atas
membentuk suatu spiral dengan rumus daun 1/8. Terdapat dua pola filotaksis yang
secara sederhana dapat dikatakan yang satu berputar ke kiri dan yang lain berputar
ke kanan (Semangun, 2008).
Daun terdiri dari atas tangkai daun (petiole) yang pada kedua tepinya
terdapat dua baris duri (spines). Tangaki daun bersambung dengan tulang daun

Universitas Sumatera Utara

utama (rachis), yang jauh lebih panjang dari tangkai dan pada kiri – kananya
terdapat anak – anak daun (pinna pinnata), tiap anak daun terdiri atas tulang anak
daun (lidi) dan helaian daun (lamina). Anak daun yang terpanjang (pada
pertengahan daun) dapat mencapai 1,2 m. Jumlah anak daun dapat mencapai 250
– 300 helai per daun. Jumlah produksi daun adalah 30 – 40 daun per tahun pada
pohon – pohon yang berumur 5 – 6 tahun setelah itu produksi daun menurun
menjadi 20 – 25 per tahun (Semangun, 2008).

Bunga
Tanaman kelapa sawit dilapangan mulai berbunga pada umur 12 – 14
bulan sebagian dari tandan bunga akan gugur (aborsi) sebelum atau sesudah
antesis. Seperti yang telah disinggung di muka kelapa sawit adalah tumbuhan
berumah satu (monoecious) artinya karangan bunga (inflorescence) jantan dan
betina berada pada satu pohon tetapi tempatnya berbeda. Semua bakal karangan
bunga berisikan bakal bunga jantan maupun betina, namun pada pertumbuhan dini
salah satu jenis kelamin menjadi rudimenter dan berhenti tumbuh sehingga
berkembang adalah jenis kelamin yng satu lagi. Dengan demikian sebenarnya
kelapa sawit bukan monoecious sejati. Selanjutnya karangan bunga jantan dan
betina pada satu pohon biasanya tidak “ matang’’ pada saat bersamaaan sehingga
bunga betina pada satu pohon diserbuki oleh serbuk sari dari pohon lain. Oleh
karena itu ditinjau dari penyerbukannya (polinasi) kelapa sawit menyerupai
tumbuhan berumah dua (dioecious) (Semangun, 2008).
Karangan bunga tumbuh dari ketiak daun (axil) semua ketiak daun
menghasilkan bakal karangan bunga tetapi sebagian di antaranya mengalami

Universitas Sumatera Utara

aborsi pada stadium dini sehingga tidak semua ketiak daun menghasilkan tandan
bunga. Sejak terbentuknya bakal karangan bunga (primordia) sampai terlihatnya
karangan bunga pada pohon dibutuhkan waktu sekitar matang untuk penyerbukan
sekitar 33 – 34 bulan (Semangun, 2008).
Bunga kelapa sawit merupak bunga majemuk yang terdiri dari kumpulan
spikelet dan tersusun dalam infloresen yang berbentuk spiral. Bunga jantan
maupun bunga betina mempunyai ibu tangkai bunga (peduncle/rachis) yang
merupakan struktur pendukung spikelet. Umumnya dari pangkal rachis muncul
sepanjang daun pelindung (spathes) yang mebungkus infloresen sampai dengan
saat – saat menjelang terjadinya anthesis. Dari rachisb ini terbentuk struktur
triangular bract yang kemudian membentuk tangkai – tangkai bunga (spikelets)
(Pahan, 2007).
Infloresen dibedakan berdasr morfologi spikelet walupun infloresen
digolongkan sebagai “ jantan dan betina” kenyataannya infloresen betina juga
menghasilkan bunga jantan sedangkan infloresen jantan biasanya mempunyai
beberapa bunga betina pada bagian dasar spikelet. Berdasarkan irisan bunga yang
belum mekar (immature) infloresen jantan dan infloresn betina berasal dari satu
struktur yang sama. Inisasi primordia stamen (organ jantan) dan karpel
(organ betina) terbentuk secara bersamaan (Pahan, 2007).

Buah
Secara botani buah kelapa sawit digolongkan sebagi buah drupe terdiri
dari

pericarp

yang

terbungkus

oleh

exocarp

(kulit),

mesocarp

(yang secara kaprah biasanya disebut pericarp) dan endocarp (cangkang) yang

Universitas Sumatera Utara

mebungkus 1- 4 inti/ kernel (umumnya hanya satu inti). Inti memiliki testa (kulit)
endosperm yang padat dan sebuah embrio. Berdasarkan tipe buah yang abnormal
dikenaljuga jenis kelapa sawit poissoni dan diwakkawakkayang mempunyai dua
lapisan daging buah yang menyelimuti buah utama. Lapisan daging buah ini
merupakan perkembangan androecium bunga betina dan di dalamnya kadang –
kadang dijunpai struktur yang sifat mirip dengan cangkang dan kernel
(Pahan, 2007).
Buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe) menempel dan
bergerombol pada tandan buah. Jumlah per tandan dapat mencapai 1.600
berbuntuk lonjong sampai membulat. Panjang buah 2 – 5 cm, beratnya sampai 30
gram bagian – bagian buah terdiri atas eksokarp (exocarp) atau kulit buah,
mesokarp (mesocarp) atau sabut dan biji. Eksokarp dan mesokarp disebut perikarp
(pericarp). Biji terdiri dari atas endokarp (endocarp) atau cangkang dan inti
(kernel) sedangkan inti sendiri terdiri dari atas endosperm (endosperm) atau putih
lembaga dan embrio. Dalam embrio terdapat bakal daun (plamula) haustorium dan
bakal akar (radikula) (Semangun, 2008).
Bagian – bagian buah yang menghasilkan minyak adalah (1) mesokarp,
yang mengandung minyak kelapa sawit (crude palm oil/ CPO) dan (2) inti yang
mengandung minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil/ PKO). Buah kelapa sawit
mencapai kematangan (siap untuk panen) sekitar lima setengah bulan setelah
terjadinya penyerbukan (Semangun, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Budidaya Kelapa Sawit
Pembibitan

Pembibitan kelapa sawit merupakan langkah pemulaan yang sangat
menentukan keberhasilan penanaman dilapangan, sedangkan bibit unggul
merupakn modal dasar dari perusahaan untuk mencapai produktivitas dan mutu
kelapa sawit yang tinggi. Untuk memperoleh bibit yang benar – benar baik, sehat,
seragam harus dilakukan sortasi yang ketat. Keberhasilan penanaman kelapa sawit
yang dipelihara selam 25 tahun di lapangan tidak luput dari sifat – sifat bahan atau
bibit yang dipakai (Semangun, 2008).
Pembibitan

adalah

suatu

proses

untuk

menumbuhkan

dan

mengembangkan biji atau benih menjadi bibit yang siap untuk ditanam. Pada
beberapa jenis tanaman termasuk kelapa sawit proses pembibitan diperlukan
karena dipandang jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan pennanaman
benih langsung dilapangan (Semangun, 2008).
Sistem pembibitan kelapa sawit terdiri dari sistem pembibitan di lapangan
dan sistem pembibitan di kantong plastik polythene (polibag). Umumnya
pembibitan dilapangan tidak dipakai lagi karena memerlukan areal yang luas dan
perawatan yang lebih intensif pada fase – fase awal pennanman kecambah. Selain
itu pemindahan tanaman dari pembibitan dan transportasi bibit ke lapangan akan
lebih sulit karena bibit harus di- puter (bowling) (Pahan, 20007).

Penanaman
Pembuatan larikan tanaman cukup mudah karena letak ajir tanaman sangat
beraturan. Letak ajir tanaman dapat berbentuk segiempat (bujr sangkar) atau

Universitas Sumatera Utara

segitiga sama sisi. Arah larikan tanaman kelapa sawit pada dasarnya adalah
Utara – Selatan pada tanah datar atau relatif datar, sedangkan pada areal berbukit
arahnya mengikuti garis kountur. Jarak tanam kelapa sawit 9 x 9 x 9 m yang
menghasilkan populasi 142 – 143 pohon/ Ha. Jarak tanam dianggap standar jadi
prakteknya dapat divariasikan menurut kondisi lahan (jenis tanah, bahan baku
tanam (bibit), faktor – faktor iklim. Variasi jarak tanam dan konsekuensinya pada
jarak tanam 9 x 9 x9 m jarak antar tanaman dalam barisan 9 m dengan jarak antar
barisan 7,8 m (Semangun, 2008).
Pada pelaksanaanya mula – mula dibuat garis lurus yang berfungsi sebagai
baris awal. Baris awal ini di tandai dengan pancang tanaman berjarak 9 m. Ini
mewakili larikan tanaman yang pertama kemudian disediakan tali plastik atau
rantai besi yang panjang nya 18 m dan ditengah – tengahnya diberi tanda pancang
(pasak). Untuk memudahkan kedua ujung tali plastik ditancapkan ke tanah pada
posisi pohon pertama dan kedua dari baris awal dan kemudian tali plsatik
direntang sampai tegang dengan memegang pancang pada titik tengah ke arah
larikan tanaman kedua (Semangun, 2008).

Pemupukan
Salah satu tindakan yang amat penting dalam kultur teknik tanaman
kelapa sawit adalah pemupukan. Tujuan pemupukan adalah menambah
ketersediaan unsur hara di dalam tanah agar tanman dapat menyerap sesuai
kebutuhan. Pemupukan harus dilakukan secara teratur menurut bagan pemupukan
sedangkan bagan pemupukan dibuat berdasarkan hasil percobaan pemupakan
tanaman kelapa sawit pada jenis tanah tertentu (Semangun, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Untuk areal TBM (Tanaman belum menghasilkan) pada umur satu bulan
pupuk Za diberikan dengan penaburan secara merata sampai sekitar 3 – 40 cm
dari pangkal batang. Untuk bulan – bulan selanjutnya ZA, RP, MOP, dan Kieserit
ditaburkan secara merta sampai sejauh lebar tajuk, sedangkan pupuk borat
(HGF Borate) diberikan penaburan merata pada ketiak pelepah daun pada lingkar
kesatu dan kedua sesudah daun tombak (daun teratas). Jika umur TBM hanya
berlangsung 30 bulan, Pemupukan bulan ke- 32 tidak dilaksanakan dan berlaku
pedoman pemupukan untuk areal TM (Semangun, 2008).
Untuk areal TM (Tanaman menghasilkan) berumur kurang dari 8 tahun
pupuk urea dan ZA ditabur merata mulai sejauh 50 cm dari pangkal batang sampai
pinggir piringan. Pupuk lainnya (MOP, Kieserit, dan RP) ditabur merata mulai
dari jari – jari 1 m sampai 2,50 m dari pangkal batang. Untuk tanaman yang
berumur 8 tahun atau lebih pupuk ZA, MOP, dan Kieserit ditabur merata mulai
dari jari – jari 2,5 m dari pangkal batang. Pupuk RP disebar di gawangan pada
tanaman umur 8 tahun atau lebih pupuk MOP dapat diganti dengan abu janjangan
dengan dosis 1,5 – 2 kali lipat MOP penyebaranya dengan MOP (Pahan, 2007).

Pengendalian Hama dan Penyakit
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produksi tandan buah segar
adalah adanya serangan hama, penyakit, dengan persaingan dengan gulma.
Dengan

cara

pemantauan

atau

pengamatan

dengan

memakai

GIS

(Global Information System) dapat dipetakan dengan cepat status serangan hama,
penyakit, dan gulma serta monotoring efikasi pengendalianya. Dari setiap blok
bahkan setiap tanaman dipetakan berdasarkan status serangan akibat dilakukan

Universitas Sumatera Utara

aplikasi pestisida pada interval tertentu misalnya sekali tiap tiga bulan
(Semangun, 2008)
Konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) (Integrated Pest Management)
Berkembang pesat dan diterapkan secara meluas setelah timbulnya kesadaran
yang lebih mantap tentang bahaya – bahaya yang diakibatkan penggunaan
pestisida secara tidak bijaksana serta dampaknya yang sangat negatif terhadap
kelestarian lingkungan. Prinsip PHT adalah memadukan berbagai langkah
mencakup: (1) Pencegahan kemungkinan timbulnya serangan organisme
penggangu tumbuhan (OPT), (2) Menekan perkenmbangan populasi organisme
penggangu tanman bila serngan timbul juga, (3) Pengambilan langkah – langkah
pemberantasan bila populasi hama pengganggu berkembang kearah terjadinya
ledakan (ekplosi) (Semangun, 2008).

Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharan tanaman secara optimal dilakukan mulai dari pembibitan
(penyiraman, penyiangan, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit).
Pada tanaman belum menghasilkan (TBM) pengendalian gulma di piringan , hama
dan penyakit, pemupukan dan membangun tanamn pentup tanah kacangan.
Sedangkan pada tanaman menghasilkan (TM) pengendalian gulma di piringan,
hama, dan penyakit “ memburu” alang – alang dan mikania, membabat gawangan,
pemupukan, memelihara parit drainase dan jalan pengangkutan (Semangun, 2008)
Pemeliharan pembibitan merupakan faktor utama yang menentukan
keberhasilan program pembibitan. Tanpa pemeliharaan yang baik, bibit yang

Universitas Sumatera Utara

unggul sekalipun tidak akan bisa mengekspresikan keunggulan dan semuanya
akan sia – sia (Pahan, 2007).

Panen dan Produksi
Persiapaan panen merupakan pekerjaan mutlak yang dilakukan sebelum
TBM dimutasikan menjadi TM. Persiapan panen yang baik tercapainya target
produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal – hal yang perlu dilakukan
di dalam mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan potong buah yaitu (1) persiapan
kondisi areal, (2) penyedian tenaga potong buah, (3) pembagian seksi potong buah
dan (4) penyediaan alat – alat kerja (Pahan, 2007).
Dalam

melaksanakan

pekerjaan

panen,

para

pemanen

dapat

diorganisasikan dengan pembentukan tim – tim pemanen. Tiap tim terdiri dari
2 – 3 orang dari setiap tim bagian pekerjaan mulai dari penentuan tandan – tandan
yang akan dipanen sampai pelaksanaanya kemudian dilakukan pengangkutan hasil
panen ke TPH. Dengan cara ini tiap tim yang terdiri dari dua orang akan mampu
mengerjakan dua petak secara lebih dan efesien daripada bila kedua petak tersebut
dikerjakan sendiri – sendiri (Semangun, 2008).

Amandemen
Kapur Dolomit
Kapur merupakan bahan yang sering digunakan untuk meningkatkan pH
tanah karena mengandung unsur Ca dan Mg. Penggunaan bahan lain yang
mengandung unsur yang sama yang dikandung kapur seperti lumpur laut tersebut
haruslah diperhatikan secara seksama pengelolaanya karena perlu diingat bahwa

Universitas Sumatera Utara

lumpur laut memiliki tingkat kegaraman (salinitas) yang tinggi yang dapat
menganggu fisiologis tanaman dan bahkan menyebabkan kematian pada tanaman
tersebut (Novizan, 2002).
Perbaikan pH tanah bisa dikatakan telah menyelesaikan 50 % masalah
kesuburan tanah pada tanah masam. Cara yang efektif untuk meningkatkan pH
adalah memberikan dolomit. Pada dolomit struktur kristalnya lebih kasar sehingga
akan terurai dan bereaksi lebih lama daripada kalsit. Jika pH belum diketahui
dibutuhkan minimal 4 ton / ha. Idealnya pengapuran dilakukan 2 minggu sebelum
tanam. Tujuannya agar tersedia cukup waktu bagi kapur untuk bereaksi dengan
tanah. Jumlah kapur yang diberikan sangat tergantung pada nilai KTK dan pH
tanah. Semakin tinggi KTK semakin banyak kapur yang harus ditambahkan
Pemberian 4 ton dolomit per hektar dapat menaikkan pH dari 3,3 menjadai
4,5 – 4,8 dan meningkatkan kejenuhan basa dari 23 % menjadi 35,6 %
(Halim, 1997), kejenuhan basa yang ideal bagi tanaman budidaya berkisar 30 %.
Pemberian Cu (50 ppm) selain dapat meningkatkan berat kering padi juga dapat
menurunkan kadar asam – asam organik yang meracun tanaman hingga 68 – 80 %
(Novizan, 2002).
Kapur dolomit berbentuk bubuk berwarna putih kekuningan. Dikenal
sebagai bahan untuk menaikkan pH. Dolomit adalah sumber Ca (30%) dan Mg
(19 %). Kelarutannya agak rendah dan kualitasnya ditentukan oleh ukuran butir.
Semakin halus butirannya akan semakin baik kualitasnya (Novizan, 2002).
Pengolahan kapur dolomit ini sebenarnya tidak sulit karena tidak perlu
dibakar seperti halnya kapur tohor. Bahan bakunya langsung digiling halus dalam
mesin pemecah batu. Kadar air kapur ini maksimal 5 %. Kandungan kalsium

Universitas Sumatera Utara

oksida dan magnesium oksidanya 47 % serta kalsium karbonat dan magnesium
karbonat 85 %.
Tabel 1. Berikut ini dosis dolomit untuk menetralkan tanah masam.
pH Tanah

Dosis Dolomit
(ton / Ha)

4,0
10,24
4,1
9,7
4,2

Dokumen yang terkait

Pertumbuhan Eksplan Tunas Apikal Kelapa Sawit (ElaeisguineensisJacq.) Pada Media Ms Dengan Kombinasi BAP dan 2,4-D

22 187 37

Evaluasi Karakter Pertumbuhan Beberapa Varietas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery Pada Beberapa Komposisi Media Tanam Tanah Gambut

1 56 86

Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Terhadap Pemberian Pupuk Mutiara 15-15-15 dan Dolomit Pada Media Tanah Gambut Di Pembibitan Utama

0 47 83

Ketahanan Papan Komposit Dari Limbah Batang Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dan Plastik Polipropilena Terhadap Serangan Rayap Tanah dan Rayap Kayu Kering

0 38 90

Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati Dan Amandemen Terhadap Ketersediaan Hara P Dan Arbuscular Vesicular Mikoriza pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Tanah Gambut Kebun Ajamu PTPN IV.

3 66 86

Studi Sebaran Akar Tanaman Kelapa Sawit(Elaeis guineensis Jacq.) Pada Lahan Gambut Di Perkebunan PT. Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu

6 87 123

Respon Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Media Kombinasi Gambut Dan Tanah Salin Yang Diaplikasi Tembaga (Cu) Di Pembibitan Utama

0 42 79

Studi Karakteristik Ganoderma Boninense Pat. Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Di Lahan Gambut

9 86 83

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk Daun Gandasil D Pada Tanah Salin Yang Diameliorasi Dengan Pupuk Kandang

1 28 184

Pertumbuhan Mucuna Bracteata L. Dan Kadar Hara Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) Dengan Pemberian Pupuk Hayati

3 63 66