Evaluasi Karakter Pertumbuhan Beberapa Varietas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery Pada Beberapa Komposisi Media Tanam Tanah Gambut

(1)

EVALUASI KARAKTER PERTUMBUHAN BEBERAPA VARIETAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PRE NURSERY PADA BEBERAPA

KOMPOSISI MEDIA TANAM TANAH GAMBUT

SKRIPSI

0LEH:

ADE MORIZA LUBIS

070307004 / PEMULIAAN TANAMAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Judul Skripsi : Evaluasi Karakter Pertumbuhan Beberapa Varietas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery Pada Beberapa Komposisi Media Tanam Tanah Gambut

Nama : Ade Moriza Lubis

NIM : 070307004

Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si) (Ir. Hasmawi Hasyim, MS) Ketua Anggota

Mengetahui

(Ir. T. Sabrina, M. Agr, Sc. Ph.D) Ketua Departemen Agroekoteknologi


(3)

ABSTRAK

Ade Moriza Lubis, Evaluasi Karakter Pertumbuhan Beberapa Varietas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Prenursery Pada Beberapa Komposisi Media Tanam Tanah Gambut (dibimbing oleh Ibu Lollie Agustina P. Putri dan Bapak Hasmawi Hasyim).

Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan Indonesia yang memiliki masa depan yang cukup cerah. Keterbatasan lahan produktif menyebabkan ekstensifikasi pertanian mengarah pada lahan-lahan marjinal. Lahan gambut adalah salah satu jenis lahan marjinal yang dipilih yaitu lahan yang kaya akan bahan organik dan miskin unsur hara. Untuk mencapai pertumbuhan dan produktivitas yang baik maka bahan tanaman harus memiliki potensi genetik yang tinggi agar dapat dikembangkan di lahan-lahan marjinal.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan varietas kelapa sawit pada beberapa komposisi tanah gambut. Penelitian dilaksanakan di Rantau Prapat, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Penelitian disusun berdasarkan rancangan petak terpisah dengan petak utama adalah 3 jenis varietas dan anak petak berupa komposisi media tanam tanah gambut dan topsoil.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Varietas Langkat memiliki rata-rata pertumbuhan yang lebih jagur dari pada Varietas Marihat dan Varietas Simalungun. Komposisi 100% tanah topsoil (G0) memiliki rata-rata pertumbuhan bibit kelapa sawit yang lebih tinggi dari pada komposisi media tanam yang lain sedangkan perlakuan 100% tanah gambut (G4) memiliki rata-rata mertumbuhan bibit kelapa sawit yang paling rendah. Interaksi varietas dengan komposisi media tanam tanah gambut berbeda nyata pada pengamatan luas daun dan jumlah klorofil dan tidak berbeda nyata pada beberapa karakter pengamatan lainnya seperti tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah tajuk dan akar, berat kering tajuk dan akar.


(4)

ABSTRACT

Ade Moriza Lubis, Evaluation of some Varieties oc Character Growth Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) In Prenursery of Some Peat Soil Gwowing Media

Composition (Mentored by Mrs Lollie Agustina P. Putri and Mr. Hasmawi Hasyim).

Palm oil is one of the plantations of Indonesia which has a bright future. Limitations of causing extensive agricultural productive land leads to marginal lands. Peatlands are one of the selected type of marginal land is land that rich in organic matter and nutrient poor. To achive good growth and productivity of the plant material must have a high genetic potential to be developed on marginal lands.

The study aims to determine growth of several varieties of palm oil on peat soil composition.The experiment was conducted in Rantau Prapat, Labuhan Batu District of North Sumatera. The study is based on a split plot design with main plots were three types of varieties and the subplot of the composition of the peatgrowing media and topsoil.

The result showed that the varieties Langkat has an average of more robust growth than in Variety of Marihat and variety of Simalungun. Composition of 100% topsoil (G0) had an average of better growth than other growing media composition while treatment 100% peat land ground ( G4) have mean growth seed of palm oil as lowest. interaction of Varietas with media composition plant peat land;ground differ reality at wide of perception chlorophyll amount and leaf and do not differ reality at some other perception character like is high crop, amount of leaf, wet heavy root and coronet, heavy run dry root and coronet.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Kisaran pada tanggal 22 Desember 1989, merupakan putera pertama dari enam bersaudara dari Ayahanda tercinta Hashar Lubis dan Ibunda Misherni.

Penulis pernah mengenyam pendidikan di SDN 010086 Kisaran (1996-2001), SMPN 1 Kisaran (2001-2004), SMAN 1 Kisaran (2004-2007). Pada tahun 2007 terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Pemuliaan Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur Penerimaan Mahasiswa Prestasi (PMP).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasi kampus sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian (Himadita) tahun 2007-2010, staf departemen kaderisasi BKM Al-Mukhlisin (2007-2009),

Wakil Ketua Departemen Kaderisasi BKM Al-Mukhlisin (2009-2010), staf TMAI FP USU (2008-2010), Ketua TMAI FP USU (2009-2010), Staf Divisi Perlengkapan Himadita Nursery (2008-2009), Staf Divisi Penelitian

dan Pengembangan Himadita Nursery (2009-2010), Ketua Divisi Penelitian dan Pengembangan Himadita Nursery (2010-2011), Staf Divisi Penelitian dan Pengembangan BKM Research (2007-2008).

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN III Kebun Rambutan T.Tinggi / Serdang Bedagai dari tanggal 27 Juni 2010 sampai 27 Juli 2010 dan penulis pernah menjadi tentor biologi di BT/BS BIMA dari bulan Januari 2011 sampai Januari 2012.


(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Karakter beberapa Varietas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery Pada Beberapa Komposisi Media Tanam Tanah Gambut”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua tercinta Ayahanda Hashar Lubis dan Ibunda Misherni yang sangat berjasa bagi hidup penulis, dukungan, semangat dan pengorbanan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Lollie Agustina P. Putri, M.Si dan Bapak Ir. Hasmawi Hasyim, MS selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, pelaksanaan penelitian, sampai penelitian selesai. Penulis juga mengucapkan ribuan terima kasih kepada seluruh keluarga besar penulis yang telah banyak memberikan dukungan baik moral maupun materil, kepada adik-adik penulis (Qori, Yuda, Ihza, Khairul dan Khairil) yang telah menjadi penyemangat penulis untuk menyelesaikan studi. Terima kasih kepada rekan-rekan (Bang Mei Ilmiawan, Bang Syahril Lubis dan Pak Anto) yang telah yang telah berjasa sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian. Tak lupa juga penulis ucapkan ribuan terima kasih kepada teman-teman stambuk 2006, 2007 dan adik-adik stambuk 2008, 2009 program studi Pemuliaan Tanaman yang tak


(7)

dapat di sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tak luput dari kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, Amiin.

Medan, April 2012

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesisi Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit ... 4

Syarat Tumbuh ... 6

Pembibitan Kelapa Sawit ... 7

Gambut ... 8

Varietas ... 10

Heritabilitas ... 14

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

Bahan dan Alat ... 15

Metode Penelitian ... 16

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Media Tanam ... 18

Pembuatan Naungan ... 18

Penanaman ... 18

Penyiraman ... 18

Penyiangan ... 18

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 19

Pengamatan Parameter ... 19

Tinggi Tanaman ... 19

Jumlah Daun ... 19

Luas Daun ... 19

Jumlah Klorofil ... 19

Berat Basah Tajuk ... 20


(9)

Berat kering Akar ... 20

Heritabilitas ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 22

Tinggi Tanaman ... 22

Jumlah Daun ... 22

Luas Daun ... 23

Jumlah Klorofil ... 24

Berat Basah Tajuk ... 25

Berat Kering Tajuk ... 25

Berat Basah Akar ... 26

Berat Kering Akar ... 27

Heritabilitas ... 28

Presentase Kadar Air Tanaman ... 28

Pembahasan ... 29

Pengaruh perlakuan varietas terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di prenursery ... 29

Pengaruh perlakuan komposisi tanah gambut terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di prenursery ... 30

Pengaruh interaksi varietas dan komposisi tanah gambut terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di prenursery ... 33

Heritabilitas ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 35

Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Rataan Tinggi Tanaman (cm) pada umur 14 MST ... .... .... 22

Rataan Jumlah Daun (helai) umur 14 MST ... 23

Rataan Luas Daun (cm2) umur 14 MST ... 23

Rataan Jumlah Klorofil (unit/6mm3) pada umur 14 MST ... 24

Rataan Berat Basah Tajuk (g) pada umur 14 MST ... 25

Rataan Berat Kering Tajuk (g) pada umur 14 MST ... 26

Rataan Berat Basah Akar (g) pada umur 14 MST... 26

Rataan Berat Kering Akar (g) pada umur 14 MST ... 27


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Jadwal Kegiatan Penelitian ... 38

Bagan Penelitian ... 39

Foto Penelitian ... 40

Data Tinggi Tanaman 2 MST ... 41

Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST... 41

Data Tinggi Tanaman Kelapa Sawit Umur 4 MST ... 42

Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST... 42

Data Tinggi Tanaman Kelapa Sawit Umur 6 MST ... 43

Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST... 43

Data Tinggi Tanaman Kelapa Sawit Umur 8 MST ... 44

Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST... 44

Data Tinggi Tanaman Kelapa Sawit Umur 10 MST ... 45

Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 10 MST... 45

Data Tinggi Tanaman Kelapa Sawit Umur 12 MST ... 46

Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 12 MST... 46

Data Tinggi Tanaman Kelapa Sawit Umur 14 MST ... 47

Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 14 MST... 47

Data Jumlah Daun 4 MST ... 48

Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MST ... 48

Data Jumlah Daun 6 MST ... 49

Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun 6 MST ... 49


(12)

Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun 8 MST ... 50

Data Jumlah Daun 10 MST ... 51

Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun 10 MST ... 51

Data Jumlah Daun 12 MST ... 52

Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun 12 MST ... 52

Data Jumlah Daun 14 MST ... 53

Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun 14 MST ... 53

Data Pengamatan Luas Daun 12 MST ... 54

Tabel Sidik Ragam Luas Daun 12 MST ... 54

Data Pengamatan Luas Daun 14 MST ... 55

Tabel Sidik Ragam Luas Daun 14 MST ... 55

Data Jumlah Klorofil 4 MST ... 56

Tabel Sidik Ragam Jumlah Klorofil 4 MST ... 56

Data Jumlah Klorofil 6 MST ... 57

Tabel Sidik Ragam Jumlah Klorofil 6 MST ... 57

Data Jumlah Klorofil 8 MST ... 58

Tabel Sidik Ragam Jumlah Klorofil 8 MST ... 58

Data Jumlah Klorofil 10 MST ... 59

Tabel Sidik Ragam Jumlah Klorofil 10 MST ... 59

Data Jumlah Klorofil 12 MST ... 60

Tabel Sidik Ragam Jumlah Klorofil 12 MST ... 60

Data Jumlah Klorofil 14 MST ... 61

Tabel Sidik Ragam Jumlah Klorofil 14 MST ... 61


(13)

Tabel Sisik Ragam Berat Basah Tajuk 12 MST ... 62

Data Berat Basah Tajuk 14 MST ... 63

Tabel Sisik Ragam Berat Basah Tajuk 14 MST ... 63

Data Berat Kering Tajuk 12 MST ... 64

Tabel Sidik Ragam Berat Kering Tajuk 12 MST ... 64

Data Berat Kering Tajuk 14 MST ... 65

Tabel Sidik Ragam Berat Kering Tajuk 14 MST ... 65

Data Berat Basah Akar 12 MST ... 66

Tabel Sidik Ragam Berat Basah Akar 12 MST... 66

Data Berat Basah Akar 14 MST ... 67

Tabel Sidik Ragam Berat Basah Akar 14 MST... 67

Data Berat Kering Akar 12 MST ... 68

Tabel Sidik Ragam Berat Kering Akar 12 MST ... 68

Data Berat Kering Akar 14 MST ... 69

Tabel Sidik Ragam Berat Kering Akar 14 MST ... 69

Deskripsi Varietas Kelapa Sawit DxP Marihat ... 70

Deskripsi Varietas Kelapa Sawit DxP Simalungun ... 71

Deskripsi Varietas Kelapa Sawit DxP Langkat ... 72

Hasil Analisis Tanah Gambut ... 73

Hasil Analisis Tanah Inceptisol ... 74


(14)

ABSTRAK

Ade Moriza Lubis, Evaluasi Karakter Pertumbuhan Beberapa Varietas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Prenursery Pada Beberapa Komposisi Media Tanam Tanah Gambut (dibimbing oleh Ibu Lollie Agustina P. Putri dan Bapak Hasmawi Hasyim).

Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan Indonesia yang memiliki masa depan yang cukup cerah. Keterbatasan lahan produktif menyebabkan ekstensifikasi pertanian mengarah pada lahan-lahan marjinal. Lahan gambut adalah salah satu jenis lahan marjinal yang dipilih yaitu lahan yang kaya akan bahan organik dan miskin unsur hara. Untuk mencapai pertumbuhan dan produktivitas yang baik maka bahan tanaman harus memiliki potensi genetik yang tinggi agar dapat dikembangkan di lahan-lahan marjinal.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan varietas kelapa sawit pada beberapa komposisi tanah gambut. Penelitian dilaksanakan di Rantau Prapat, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Penelitian disusun berdasarkan rancangan petak terpisah dengan petak utama adalah 3 jenis varietas dan anak petak berupa komposisi media tanam tanah gambut dan topsoil.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Varietas Langkat memiliki rata-rata pertumbuhan yang lebih jagur dari pada Varietas Marihat dan Varietas Simalungun. Komposisi 100% tanah topsoil (G0) memiliki rata-rata pertumbuhan bibit kelapa sawit yang lebih tinggi dari pada komposisi media tanam yang lain sedangkan perlakuan 100% tanah gambut (G4) memiliki rata-rata mertumbuhan bibit kelapa sawit yang paling rendah. Interaksi varietas dengan komposisi media tanam tanah gambut berbeda nyata pada pengamatan luas daun dan jumlah klorofil dan tidak berbeda nyata pada beberapa karakter pengamatan lainnya seperti tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah tajuk dan akar, berat kering tajuk dan akar.


(15)

ABSTRACT

Ade Moriza Lubis, Evaluation of some Varieties oc Character Growth Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) In Prenursery of Some Peat Soil Gwowing Media

Composition (Mentored by Mrs Lollie Agustina P. Putri and Mr. Hasmawi Hasyim).

Palm oil is one of the plantations of Indonesia which has a bright future. Limitations of causing extensive agricultural productive land leads to marginal lands. Peatlands are one of the selected type of marginal land is land that rich in organic matter and nutrient poor. To achive good growth and productivity of the plant material must have a high genetic potential to be developed on marginal lands.

The study aims to determine growth of several varieties of palm oil on peat soil composition.The experiment was conducted in Rantau Prapat, Labuhan Batu District of North Sumatera. The study is based on a split plot design with main plots were three types of varieties and the subplot of the composition of the peatgrowing media and topsoil.

The result showed that the varieties Langkat has an average of more robust growth than in Variety of Marihat and variety of Simalungun. Composition of 100% topsoil (G0) had an average of better growth than other growing media composition while treatment 100% peat land ground ( G4) have mean growth seed of palm oil as lowest. interaction of Varietas with media composition plant peat land;ground differ reality at wide of perception chlorophyll amount and leaf and do not differ reality at some other perception character like is high crop, amount of leaf, wet heavy root and coronet, heavy run dry root and coronet.


(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman perkebunan di Indonesia yang memiliki masa depan cukup cerah. Perkebunan kelapa sawit semula berkembang di daerah Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam. Namun, sekarang berkembang ke berbagai daerah, seperti Riau, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi, Maluku dan Papua (Kiswanto,dkk, 2008).

Rata-rata produksi minyak kelapa sawit tahunan sekitar 2,0-4,0 ton minyak sawit mentah/ha/tahun dan bervariasi antar satu negara dengan negara lain tergantung kondisi iklim, tanah dan faktor agronomis. Produksi tertinggi dicapai didaerah Asia Tenggara dan Amerika Selatan bagian tengah. Untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi sesuai dengan potensi genetisnya maka dibutuhkan keseimbangan antara unsur hara yang tersedia pada tanah tempat kelapa sawit tumbuh (Erningpraja, dkk, 1995).

Keterbatasan lahan produktif menyebabkan ekstensifikasi pertanian mengarah pada lahan-lahan marjinal. Lahan gambut adalah salah satu jenis lahan marjinal yang dipilih, terutama oleh perkebunan besar, karena relatif lebih jarang penduduknya sehingga kemungkinan konflik tata guna lahan relatif kecil dan memiliki sifat fisik, kimia serta kesuburannya rendah. Lahan-lahan ini tergolong lahan terbengkalai, sebagai lahan yang kurang memungkinkan untuk digunakan dalam usaha tani (Djainudin,dkk, 2003).


(17)

Luas lahan gambut di dunia diperkirakan sekitar 400 juta ha. Indonesia merupakan negara ke empat dengan lahan rawa gambut terluas di dunia, yaitu sekitar 17,2 juta ha setelah Kanada seluas 170 juta ha, Uni Soviet seluas 150 juta ha, dan Amerika Serikat seluas 40 juta ha. Namun demikian, dari berbagai laporan, Indonesia sesungguhnya merupakan negara dengan kawasan gambut tropika terluas di dunia, yaitu antara 13,5 – 26,5 juta ha (rata-rata 20 juta ha). Jika luas gambut Indonesia adalah 20 juta ha, maka sekitar 50% gambut tropika dunia yang luasnya sekitar 40 juta ha berada di Indonesia hingga kini data luas lahan gambut di Indonesia belum dibakukan, karenanya data luasan yang dapat digunakan masih dalam kisaran 13,5 – 26,5 juta ha. Indonesia memiliki lahan gambut terluas di antara negara tropis, yaitu sekitar 21 juta ha, yang tersebar terutama di Sumatera, Kalimantan dan Papua. Karena variabilitas lahan gambut ini sangat tinggi, baik dari segi ketebalan gambut, kematangan maupun kesuburannya sehingga tidak semua lahan gambut layak untuk dijadikan areal pertanian. Dari 18,3 juta ha lahan gambut di pulau-pulau utama Indonesia, hanya sekitar 6 juta ha yang layak untuk pertanian ( Najiati, dkk, 2005).

Untuk mencapai pertumbuhan yang baik dan produktivitas setinggi mungkin, bahan tanaman bukan hanya harus berkualitas tinggi, melainkan harus memiliki potensi genetik yang tinggi pula. Karakter tanaman kelapa sawit yang selalu yang selalu mendapat perhatian dalam pemuliaan tanaman antara lain untuk pertumbuhan vegetatif meliputi: pertambahan tinggi, jumlah daun, luas daun, kepekaan terhadap penyakit, produksi bahan kering, laju pertumbuhan

tanaman, jumlah klorofil dan aktivitas mitokondria (Mangoensokarjo dan Semangun, 2008).


(18)

Tanaman akan tumbuh subur bila elemen yang dibutuhkan cukup tersedia dan berada dalam konsentrasi yang sesuai untuk diserap oleh tanaman. Disamping itu kandungan unsur hara yang sesuai hingga ketersediaannya tidak mengganggu keseimbangan hara di dalam tanah akan memberikan respon yang nyata terhadap pertumbuhan (Rinsema, 1983).

Dari berbagai permasalahan yang ada, maka peneliti tertarik untuk

mencoba mengevaluasi karakter beberapa varietas kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) tahap pre nursery pada tanah gambut

seiring terbatasnya lahan produktif yang menyebabkan ekstensifikasi pertanian mengarah pada lahan-lahan marjinal.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit kelapa sawit pada beberapa komposisi tanah gambut.

Hipotesis Penelitian

Terdapat perbedaan pertumbuhan varietas kelapa sawit pada berbagai komposisi tanah gambut

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi untuk mendapatkan metode dalam pengelolaan lahan gambut dan varietas kelapa sawit yang sesuai untuk lahan gambut.


(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit dalam sistematika diklasifikasikan dalam Ordo Palmales, Family Falmae, Genus Elaeis, Spesies Elaeis guineensis dan Elaeis melanococca. Kemudian digolongkan berdasarkan tebal tipisnya cangkang dikenal ada tiga varietas/tipe yaitu Dura, Pisifera dan Tenera. Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula) (Lubis, 2008).

Calon akar yang muncul dari biji kelapa sawit yang dikecambahkan disebut radikula, panjangnya 10 sampai 15 mm. Pertumbuhan radikula mula-mula menggunakan cadangan makanan yang ada dalam endosperm, yang kemudian fungsinya diambil alih oleh akar primer yang tumbuh dari pangkal batang dengan diameter berkisar antara 8 dan 10 mm, panjangnya dapat mencapai 18 m, tetapi kebanyakan bergerombol tidak jauh dari batang. Akar sekunder tumbuh dari akar primer, diameternya 2 sampai 4 mm. Dari akar sekunder tumbuh akar tersier berdiameter 0,7 sampai 1,5 mm dan panjangnya dapat mencapai 15 cm. Dari akar tersier tumbuh akar kuarter yang berdiameter 0,1 sampai 0,5 mm dan panjangnya 1 sampai 4 mm (Risza, 2008).

Batang kelapa sawit yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan cabang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di


(20)

pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun. Dibatang terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh (Sunarko, 2008).

Daun pertama yang keluar pada stadium benih berbentuk lanset, beberapa minggu kemudian terbentuk daun berbelah dua dan beberapa bulan kemudian terbentuk daun seperti bulu atau menyirip. Misalnya pada bibit berumur lima bulan susunan daun terdiri atas lima lanset, empat berbelah dua dan sepuluh berbentuk bulu. Susunan daun kelapa sawit membentuk daun menyirip. Letak daun pada batang mengikuti pola tertentu yang disebut filotaksis (Sastrosayono, 2005).

Pada umur tiga tahun, kelapa sawit sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan silang (cross pollination). Artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin atau serangga penyerbuk (Sunarko, 2008).

Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan daunnya semakin sedikit, sehingga buah terbentuk semakin menurun. Hal ini disebabkan semakin tua umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin besar. Kadar minyak yang dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg (Sastrosayono, 2005).

Biji kelapa sawit bersifat dorman sampai sekitar enam bulan. Kondisi dorman ini dapat dipatahkan, antara lain dengan pemanasan biji. Waktu berkecambah, embrio mengembang, volume bertambah, bakal batang dan bakal


(21)

akar tumbuh keluar dari cangkang melalui lubang pada cangkang tersebut dan berkembang menjadi batang, daun dan akar dibantu endosperm sebagai bahan

makanan untuk pertumbuhan kecambah pada saat awal (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).

Syarat Tumbuh

Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang tumbuh baik antara 13° Lintang Utara 12° Lintang Selatan. Curah hujan ideal untuk tanaman kelapa sawit adalah 2000 sampai 3000 mm per tahun tersebar merata sepanjang tahun dengan suhu sebaiknya 22° sampai 23° Celcius. Keadaan angin tidak terlalu berpengaruh karena tanaman kelapa sawit lebih tahan terhadap angin kencang dibandingkan dengan tanman lainnya (Risza, 2008).

Tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakukan fotosintesis dalam melangsungkan aktivitas hidupnya yang berguna untuk pertumbuhan, kecuali pada kondisi juvenile di pre nursery. Intensitas cahaya matahari bervariasi 1410-1540 J/cm2/hari. Fotosintesis pada daun kelapa sawit meningkat sejalan dengan kondisi luas daun dan jumlah klorofil yang dapat menerima cahaya. Produksi bahan kering bibit umur 13 minggu yang diberi naungan sangat berpengaruh terhadap berat basah dan berat kering pada bagian tajuk dan pada bagian akar. (Pahan, 2006).

Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah tropika. Akan tetapi, kelapa sawit akan dapat tumbuh secara optimal jika jenis tanahnya sesuai dengan syarat tumbuh kelapa sawit. Sifat fisika dan kimia tanah yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan optimal kelapa sawit adalah memiliki drainase baik, tekstur ringan, solum tanah cukup dalam, pH 4,0 – 6,0


(22)

dan pH optimal 5,0 – 5,5 dan tanah memiliki kandungan hara cukup tinggi (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).

Tanaman kelapa sawit bisa tumbuh dan berbuah hingga ketinggian tempat 1000 meter di atas permukaan laut (dpl). Namun, pertumbuhan tanaman dan produktivitas optimal akan lebih baik jika ditanam di lokasi dengan ketinggian maksimum 400 meter dpl (Sunarko, 2008).

Pembibitan Kelapa Sawit

Setelah memperoleh bahan tanaman berupa benih unggul dari pusat penelitian, maka perlakuan selanjutnya sebelum dialih tanam kelapangan adalah dilakukan pembibitan yaitu serangkaian kegiatan untuk mempersiapkan bahan tanam yang meliputi persiapan media, pemeliharaan, seleksi bibit sehingga siap untuk ditanam yang dilaksanakan dalam satu tahap atau lebih. Dari pengertian tersebut, sesuai dengan fenologi tanaman terhadap tumbuh adalah kecambah muncul, tumbuh dan berkembang, persemaian dan pembibitan (Arismoenandar, 1993).

Salah satu kemajuan-kemajuan budidaya kelapa sawit adalah perbaikan teknik pembibitan serta pengembangan bibit unggul yang produksinya lebih tinggi dan menghasilkan lebih dini. Selain itu, juga telah berhasil menekan kerusakan oleh penyakit dipembibitan. Tahap pembibitan dapat dibagi dua yaitu : pra pembibitan (prenursery) dan pembibitan utama (main nursery) untuk pertumbuhan selanjutnya (Sianturi, 1993).

Ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit sepanjang kehidupannya, yaitu : pertama faktor innate adalah faktor yang terkait dengan genetik tanaman. Faktor ini


(23)

bersifat mutlak dan sudah ada sejak mulai terbentuknya embrio dalam biji. Kedua faktor induce adalah faktor yang mengimbas (mempengaruhi) ekspresi sifat genetik sebagai manifestasi faktor lingkungan yang terkait dengan keadaan buatan manusia (perlakuan) dan ketiga faktor enforce adalah faktor lingkungan (alam) yang bersifat merangsang dan menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman seperti faktor keadaan tanah (edafik) dan iklim (temperatur, kelembaban udara, curah hujan, serta lama penyinaran matahari) (Pahan, 2006).

Gambut

Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya bahan organik (C-organik > 18%) dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Bahan organik penyusun tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang belum melapuk sempurna karena kondisi lingkungan jenuh air dan miskin hara. Gambut terbentuk dari serasah organik yang terdekomposisi secara anaerobik dimana laju pertambahan bahan organik lebih tinggi dibanding laju dekomposisinya. Oleh karenanya lahan gambut banyak dijumpai di daerah rawa belakang (back swamp) atau daerah cekungan yang drainasenya buruk (Rosmarkam, 1992).

Gambut diklasifikasikan lagi berdasarkan berbagai sudut pandang yang berbeda dari tingkat kematangan, kedalaman, kesuburan dan posisi pembentukannya. Berdasarkan tingkat kematangannya, gambut dibedakan menjadi gambut saprik (matang) yaitu gambut yang sudah melapuk lanjut dan bahan asalnya tidak dikenali, berwarna coklat tua sampai hitam, dan bila diremas kandungan seratnya < 15 persen, gambut hemik (setengah matang) yaitu gambut setengah lapuk, sebagian bahan asalnya masih bisa dikenali, berwarma coklat, dan bila diremas bahan seratnya 15 sampai 75 persen, gambut fibrik (mentah) yaitu


(24)

gambut yang belum melapuk, bahan asalnya masih bisa dikenali, berwarna coklat, dan bila diremas > 75 persen seratnya masih tersisa (Noor, 2001).

Tanah gambut memiliki sifat fisik dan sifat kimia tanah yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yang terdapat diatasnya. Adapun sifat fisik dan kimia tanah gambut adalah warna tanah pada umumnya cokelat tua atau kelam tergantung tahapan dekomposisinya, kandungan air tinggi dan kapasitas memegang air juga tinggi yaitu 15-30 kali berat kering, memiliki porositas yang tinggi, bulk density rendah, mudah kering dan dalam keadaan kering sangat ringan dan mudah lepas, sistem drainase yang jelek dan terletak di atas tanah alluvial ada juga tanah pasir di bawahnya (Radjagukguk, 1997).

Adapun sifat kimia dari tanah gambut adalah bereaksi masam yaitu memiliki pH 3,5 sampai 5,0; kandungan N total tinggi tetapi tidak tersedia bagi tanaman karena nisbah C/N yang tinggi juga, kandungan unsur hara Mg tinggi sementara P dan K rendah, kandungan unsur hara mikro terutama Cu, B dan Zn sangat rendah dan memiliki daya sangga air tinggi sehingga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yang terdapat diatasnya (Fadli,dkk, 2006).

Dekomposisi bahan organik dalam suasana anaerob menghasilkan senyawa-senyawa organik seperti protein, asam-asam organik, dan senyawa pembentuk humus. Asam-asam organik tersebut berwarna hitam dan membuat suasana tanah menjadi masam dan beracun bagi tanaman. Kisaran pH tanah gambut antara 3 hingga 5. Rendahnya pH ini menyebabkan sejumlah unsur hara seperti N, Ca, Mg, K, Bo, Cu, dan Mo tidak tersedia bagi tanaman. Unsur hara makro Fospat juga berada dalam jumlah yang rendah karena gambut sulit mengikat unsur ini sehingga mudah tercuci. Keasaman yang tinggi (pH rendah)


(25)

juga menyebabkan tidak aktifnya mikroorganisme, terutama bakteri tanah, sehingga pertumbuhan cendawan merajalela dan reaksi tanah yang didukung oleh bakteri seperti fiksasi nitrogen dan mineralisasi gambut menjadi terhambat. Tingkat pH yang ideal bagi ketersediaan unsur hara di tanah gambut adalah 5 hingga 6,0. Tetapi menjadikan pH tanah gambut lebih dari 5 membutuhkan biaya yang sangat besar, sehingga angka 5 dijadikan rujukan untuk budidaya pertanian (Wibisono, dkk, 2004).

Sifat-sifat tanah gambut antara lain: karena selalu dalam keadaaan tergenang air, sehingga sisa-sisa tanaman yang mati tidak mengalami pelapukan. Tanah tidak mengalami perubahan struktur dengan konsistensi lepas. Tanah mempunyai kepadatan masa yang sangat rendah, ialah sekitar 0,1 g/cm fibrist dan 0,2 g/cm saprist. Tanah bersifat seperti spons yang dapat menyerap air dan menahan air dalam jumlah yang sangat besar. Drainase tanah gambut mengakibatkan terjadinya penyusutan massa sehingga terjadi penurunan permukaan tanah yang menimbulkan masalah tanaman tumbuh menjadi miring dan tumbang, mudah terbakar dan bentuk peermukaan tanah tidak rata karena sisa-sisa batang dan tunggul kayu (Mangoensokarjo dan Semangun, 2008).

Varietas

Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan telah melepaskan beberapa varietas unggul kelapa sawit antara lain :

Varietas Marihat berasal dari persilangan F1 antara pohon induk deli dura dengan pisifera EX5 dan H5, Tinggi Tanaman 3,9 meter (pada umur 8 tahun), Kecepatan pertumbuhan 65 cm/tahun, Lingkar batang 304 cm (pada umur 8 tahun), warna daun hijau, panjang daun 6,22 meter, pelepah daun berpangkal


(26)

besar, warna tangkai daun hijau muda, dibagian bawah cokelat muda dengan bulu-bulu, tandan berduri, dengan tangkai berwarna putih kecokelat-cokelatan, buah bentuk bulat sampai oval, berwarna violet sampai hitam bila belum masak dan merah kekuningan setelah masak, umur mulai berbuah 14 – 18 bulan, umur mulai dipanen 30 bulan, jumlah tandan 12 tandan pertahun, produksi minyak 7,1 ton/ha/tahun, Buah Pertandan 61,3 %, inti perbuah 8,5 %, cangkang perbuah 11,0 %, mesokarp perbuah 80,5 %, minyak/mesokarp 60,6 %, minyak per tandan 25,6 %, dianjurkan ditanam dengan kerapatan 130 pohon per hektar, tumbuh baik pada curah hujan 1500 – 3500 mm per tahun dengan ketinggian dibawah 400 meter dari permukaan laut.

Varietas Simalungun berasal dari persilangan antara tetua dura deli dengan tetua pisifera keturunan SP 540 T direkombinasikan dengan tetua yangambi (orijin Zaire) dan Marihat (orijin Kamerun), tinggi tanaman 3,63 meter (pada umur 7 tahun), kecepatan pertumbuhan 75 - 80 cm/tahun, warna daun hijau, panjang daun 6,20 meter, pelepah daun berpangkal besar, warna tangkai daun hijau muda, dengan pangkal bearwarna kecoklatan, tandan berduri sedikit, buah bentuk bulat sampai oval, berwarna hitam bila belum masak dan merah kekuningan setelah matang panen, umur mulai berbuah 22 bulan, umur mulai dipanen 28 bulan, jumlah tandan 12,5 tandan pertahun, produksi minyak 7,23 ton/ha/tahun, rerata produksi TBS 203,7 kg/pohon/tahon, rerata produktivitas TBS 27,5 ton/ha/tahun, buah pertandan 61,0 %, inti perbuah 9,3 %, cangkang perbuah 10,5 %, mesokarp perbuah 85,2 %, minyak/mesokarp 57,9 %, dan dianjurkan ditanam dengan kerapatan 130-135 pohon per hektar, tumbuh baik


(27)

pada curah hujan 1500 – 3500 mm per tahun dengan ketinggian dibawah 400 meter dari permukaan laut.

Varietas Langkat berasal dari Persilangan antara tetua dura deli dengan tetua pisifera keturunan SP 540 T (RS 1 T self, RS 3 T self, dan RS 8 self, tinggi tanaman 3,98 meter (pada umur 7 tahun), kecepatan pertumbuhan 75 - 80 cm/tahun, warna daun Hijau, panjang daun 6,22 meter, pelepah daun berpangkal besar, warna tangkai daun hijau muda, dengan pangkal bearwarna kecoklatan, tandan berduri sedikit, buah bentuk bulat agak oval, berwarna hitam bila belum masak dan merah kekuningan setelah matang panen, umur mulai berbuah 22 bulan, umur mulai dipanen 28 bulan, jumlah tandan 12,9 tandan pertahun, produksi minyak 7,53 ton/ha/tahun, rerata produksi TBS 210,4 kg/pohon/tahon, rerata produktivitas TBS 28,4 ton/ha/tahun, buah pertandan 61,3 %, inti perbuah 8,5 %, cangkang perbuah 11,0 %, mesokarp perbuah 85,4 %, minyak/mesokarp 58,6 %, dianjurkan ditanam dengan kerapatan 130-135 pohon per hektar, tumbuh baik pada curah hujan 1500 – 3500 mm per tahun dengan ketinggian dibawah 400 meter dari permukaan laut.

Varietas adalah individu tanaman yang memiliki sifat yang dapat dipertahankannya setelah melewati berbagai proses pengujian keturunan. Setiap varietas memiliki perbedaan ciri-ciri yang khas yang dapat dibedakan antara varietas satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu baik dari segi anatomi, fisiologi dan morfologi tanaman itu sendiri yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi dari suatu tanaman (Mangoendidjojo, 2003).

Perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada


(28)

suatu fase pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu dan mungkin terjadi sekalipun tanaman yang digunakan berasal dari jenis yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995).

Gen-gen dari tanaman tidak akan dapat menyebabkan berkembangnya suatu karakter terkecuali apabila gen-gen tersebut berada dalam lingkungan yang sesuai dan sebaliknya tidak akan ada pengaruh gen-gen terhadap berkembangnya karakteristik denagan merubah tingkat keadaan lingkungan terkecuali gen yang diperlukan ada (Allard, 1995).

Pada umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap genotip. Respon genotip terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam penampilan fenotip dari tanaman bersangkutan, dan salah satunya dapat dilihat dari pertumbuhannya (Darliah, dkk, 2001).

Perbedaan kondisi lingkungan memberikan kemungkinan munculnya variasi yang akan menentukan penampilan akhir dari tanaman tersebut. Bila ada variasi yang timbul atau tampak pada populasi tanaman yang ditanam pada kondisi lingkungan yang sama maka variasi tersebut merupakan variasi atau perbedaan yang berasal dari genotip individu anggota populasi (Mangoendidjojo, 2003).


(29)

Heritabilitas

Pada dasarnya penampakan luar (fenotip) individu tanaman dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan. Karenanya dalam perhitungan nilai heritabilitas, apabila pengaruh lingkungan lebih besar dibandingkan dengan pengaruh genetik, maka nilai heritabilitas rendah (Welsh, 1987).

Nilai heritabilitas dinyatakan dalam pecahan (desimal) atau presentase. Nilainya berkisar antara 0 dan 1. Heritabilitas dengan nilai 0 berarti bahwa keragaman fenotip hanya disebabkan oleh lingkungan, sedangkan keragaman dengan keragaman 1 berarti keragaman fenotip hanya disebabkan oleh genotip. Makin mendekati 1 dinyatakan heritabilitasnya makin tinggi, sebaliknya semakin mendekati 0, heritabilitasnya semakin rendah (Posespodarsono, 1988).

Ada dua macam heritabilitas, yaitu heritabilitas arti luas dan heritabilitas arti sempit. Heritabilitas arti luas mempertimbangkan keragaman total genetik dalam kaitannya dengan keragaman fenotipiknya, sedangkan heritabilitas arti sempit melihat lebih spesifik pada pengaruh ragam aditif terhadap keragaman fenotipiknya (Nasir, 1999).

Heritabilitas yang sedang tersebut tidak sesuai dengan yang umum terjadi pada karakter kuantitatif dengan nilai heritabilitas rendah. Hal ini dapat terjadi karena nilai heritabilitas bukanlah suatu konstanta sehingga untuk karakter yang sama, nilainya dapat berbeda. Karena itu, walaupun metode pendugaannya serupa, tapi heritabilitas suatu karakter tidak selalu persis sama. Di sisi lain, walaupun metode pendugaan berbeda, mungkun saja diperoleh heritabilitas yang sama untuk karakter tertentu (Namkoong, 1979).


(30)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rantau Prapat, Kabupaten Labuhan Batu provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian ± 400 meter diatas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan Bulan November 2011. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam panelitian ini adalah kecambah kelapa sawit sebanyak 3 varietas yaitu DxP Marihat, DxP Simalungun, DxP Langkat yang baru keluar plumula dan radikulanya yang diperoleh dari PPKS Medan, tanah yang digunakan sebagai media tanam adalah tanah gambut jenis hemix (setengah matang) dan tanah topsoil jenis inceptisol, polibag ukuran 1 kg sebagai tempat media tanam, bambu dan pelepah kelapa sawit untuk naungan dan bahan lain yang mendukung dalam penelitian ini.

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran untuk mengukur tinggi tanaman, timbangan analitik untuk menimbang berat basah akar dan daun, berat kering akar dan daun, oven untuk mengeringkan akar dan daun, leaf area meter untuk mengukur luas daun, klorofil meter untuk mengukur jumlah klorofil, pacak sampel, amplop, gunting, alat tulis dan alat lain yang mendukung dalam penelitian ini.


(31)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dengan petak utama adalah varietas :

V1 : DxP Marihat V2 : DxP Simalungun V3 : DxP langkat

Anak petak adalah komposisi tanah gambut (G) terdiri dari 5 taraf yaitu: G0 :0% gambut hemix + 100% topsoil

G1 :25% gambut hemix + 75% topsoil G2 : 50% gambut hemix + 50% topsoil G3 :75 % gambut hemix + 25% topsoil G4 : 100% gambut hemix + 0% topsoil

Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 15 kombinasi, yaitu : V1G0 V2G0 V3G0

V1G1 V2G1 V3G1 V1G2 V2G2 V3G2 V1G3 V2G3 V3G3 V1G4 V2G4 V3G4

Jumlah ulangan : 3 ulangan Jumlah plot/blok : 15 plot Jumlah plot seluruhnya : 45 plot Jumlah tanaman/plot : 5 tanaman Jumlah sampel/plot : 5 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 225 tanaman


(32)

Jarak antar polibeg : 0,25 meter Jarak antar ulangan : 1 meter Jarak antar plot : 0,5 meter Jarak antar blok ukuran plot : 0,75 meter

Penelitian diulang sebanyak 3 kali. Jumlah tanaman per petak adalah 5 tanaman, jumlah tanaman seluruhnya 225 tanaman. Data yang diperoleh dianalisis dengan Anova dengan model linier sebagai berikut:

Y

ijk=

μ

+

ρ

i +

α

j +

ε

ij +

β

k +

(αβ)

jk +

ε

ijk i = 1,2,3 j = 1,2,3 k = 1,2,3,4,5

Yijk

= adalah nilai pengamatan pada blok ke-i, varietas ke-j, dan perlakuan komposisi media tanaman pada taraf ke-k.

μ

= nilai rataan umum

ρ

i = pengaruh blok ke-i

α

j = pengaruh perlakuan varietas ke-j

ε

ij = pengaruh error pada blok ke-i dan varietas ke-j.

β

k = pengaruh perlakuan komposisi media tanam pada taraf ke-k

(αβ)

jk = pengaruh interaksi antara veriatas ke-j dengan komposisi media tanaman pada taraf ke-k.

ε

ijk = pengaruh error pada blok ke-i, perlakuan varietas ke-j, dan komposisi media tanam pada taraf ke-k.

Jika data hasil penelitian berbeda atau berpengaruh nyata, analisis dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan uji jarak berganda duncan (DMRT) pada taraf 5% (Steel dan Torrie, 1995).


(33)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah gambut hemix (setengah matang) dan topsoil jenis inceptisol yang sebelumnya telah di timbang berat untuk masing-masing perlakuan media kemudian langsung dimasukkan kedalam polibag ukuran 1 kg setelah keduanya dicampur dengan cara diaduk terlebih dahulu.

Pembuatan Naungan

Pembuatan naungan dari bambu dan pelepah daun kelapa sawit di sepanjang blok guna melindungi benih yang akan tumbuh dari sinar matahari langsung.

Penanaman

Kecambah kelapa sawit ditanam kedalam lubang tanam masing-masing kedalam satu polibeg untuk satu kecambah, dilakukan sesuai dengan perlakuan jenis varietas, kemudian ditutup dengan tanah.

Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari sesuai kebutuhan agar tanah tidak mengalami kekeringan. Apabila hari hujan maka tidak dilakukan penyiraman sampai tanah mulai terlihat kering.

Penyiangan

Untuk menghindari persaingan antara gulma dan tanaman, maka dilakukan penyiangan. Penyiangan gulma dilakukan secara manual untuk membersihkan gulma yang ada di polibeg, penyiangan dilakukan pada umur 1 bulan setelah tanam.


(34)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu dilakukan jika diperlukan sesuai dengan kondisi di lapangan yaitu apabila tingkat kerusakan yang di timbulkan sudah sangat parah dengan menggunakan pestisida.

Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi pada tanaman sampel. Pengambilan tinggi tanaman dilakukan dengan menggunakan meteran. Pengambilan data dilakukan dengan interval setiap 2 minggu sampai dengan 14 minggu setelah tanam (MST).

Jumlah Daun (helai)

Jumlah daun dihitung pada tanaman sampel, dimana jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna. Pengambilan data dilakukan mulai umur 2 MST dengan interval setiap dua minggu sampai dengan 14 minggu setelah tanam (MST).

Luas Daun (cm2)

Luas daun diukur pada tanaman sampel yaitu pada daun yang telah membuka sempurna kemudian ditotalkan. Pengambilan parameter luas daun dengan menggunakan leaf area meter yang sebelumnya daun dari tanaman sampel dipotong terlebih dahulu untuk diukur luas daunnya pada leaf area meter. Pengambilan data luas daun yaitu pada umur 12 dan 14 MST.

Jumlah Klorofil (Unit/6mm3)

Jumlah klorofil diukur pada tanaman sampel dimulai setelah daun mulai membuka sempurna dengan interval setiap 2 minggu sekali sampai dengan


(35)

14 MST. Pengambilan parameter jumlah klorofil dilakukan dengan menggunakan klorofil meter.

Berat Basah Tajuk (g)

Berat basah tajuk dihitung dengan menimbang seluruh tajuk tanaman yang masih segar, sebelumnya tajuk dipisahkan dari akar dengan cara memotong leher tajuk. Pengamatan ini dilakukan pada akhir pengamatan yaitu pada tanaman umur 12 MST dan 14 MST.

Berat Basah Akar (g)

Berat basah akar dianalisis dengan terlebih dahulu polibeg dan tanah dirusakkan secara perlahan agar akar-akar halus tidak terputus, setelah dibersihkan sampai tanah tidak ada yang menempel pada akar kemudian bagian akar tanaman dipisahkan dari tajuk tanaman dengan cara memotong bagian leher akar setelah itu ditimbang. Pengamatan ini dilakukan pada umur tanaman 12 dan 14 MST.

Berat Kering Tajuk (g)

Berat kering tajuk dianalisis dengan cara tajuk yang telah dipisahkan dari akar lalu tajuk tersebut dibersihkan dari kotoran yang menempel kemudian tajuk dari setiap perlakuan dan kontrol masing-masing dimasukkan ke dalam amplop cokelat yang sudah dilubangi terlebih dahulu lalu diovenkan dengan suhu 70ºC sampai bobotnya konstan. Setelah itu ditimbang dengan timbangan analitik. Pengamatan ini dilakukan pada tanaman umur 12 dan 14 MST.

Berat Kering Akar (g)

Berat kering akar diukur saat akar sudah dipisahkan dari tajuk dan dibersihkan dari kotoran yang ada lalu dimasukkan kedalam amplop cokelat yang


(36)

telah dilubangi, kemudian diovenkan dengan suhu 70°C sampai bobotnya konstan. Setelah itu ditimbang dengan timbangan analitik. Pengamatan ini dilakukan pada tanaman umur 12 dan 14 MST.

Heritabilitas

Nilai heritabilitas dalam arti luas dihitung berdasaskan rumus:

e g

g p

g h

2 2

2 2

2 2

σ σ

σ σ

σ

+ =

=

Dengan kriteria heritabilitas: h2 > 0,5 : tinggi h2 0,2- 0,5 : sedang

h2 < 0,2 : rendah (Stansfield, 1991).

Pendugaan nilai heritabilitas berdasarkan tabel anova dengan membagikan

nilai σ2g dan σ2

f yang sebelumnya telah masing-masing dicari nilai σ2g dan σ2f menggunakan nilai (KT gambut – KT error b)/ulangan dan kemudian σ2g dijumlahkan dengan nilai KT error b yang terdapat pada tabel anova untuk

mengetahui nilai σ2 f.


(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi Tanaman (cm)

Data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam untuk parameter tinggi tanaman 2 s/d 14 MST dapat dilihat pada lampiran 4 s/d 17. Untuk mengetahui perbedaan tinggi tanaman pada perlakuan varietas, komposisi tanah gambut dan interaksi VxG dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman (cm) pada umur 14 MST.

Varietas Rataan

Komposisi Media Tanam V1 V2 V3 (cm)

G0 ( 0% gambut + 100% topsoil ) 28.50 28.29 27.39 28.06 a G1 ( 25% gambut + 75 % topsoil) 26.90 24.61 25.42 25.64 b G2 ( 50% gambut + 50% topsoil) 25.63 25.76 26.61 26.00 b G3 (75 % gambut + 25 % topsiol) 25.38 26.54 26.00 25.97 b G4 (100% gambut + 0 % topsoil) 21.51 21.18 23.34 22.01 c

Rataan 25.58 25.28 25.75 25.54

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pengaruh komposisi media tanam menunjukkan berbeda nyata terhadap karakter tinggi tanaman dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan G0 (28,06 cm) dan rataan terendah terdapat pada perlakuan G4 (22,01 cm). Perlakuan varietas dan interaksi VxG menunjukkan tidak berbeda nyata.

Jumlah Daun (helai)

Data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam untuk karakter pengamatan jumlah daun pada saat umur tanaman 2 s/d 14 MST dapat dilihat pada lampiran 18 s/d 29. Berdasarkan pengamatan pada saat umur tanaman 2 MST daun tanaman kelapa sawit belum membuka sempurna sehingga tidak


(38)

dilakukan pengambilan data, namun pada saat umur 4 MST daun kelapa sawit baru membuka sempurna. Untuk mengetahui perbedaan jumlah daun pada perlakuan varietas, komposisi media tanam dan interaksi VxG dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rataan data jumlah daun (helai) tanaman kelapa sawit umur 14 MST Varietas

Komposisi Media Tanam V1 V2 V3 Rataan

G0 ( 0% gambut + 100% topsoil ) 4.22 4.00 4.00 4.07 G1 ( 25% gambut + 75 % topsoil) 4.11 4.11 4.33 4.19 G2 ( 50% gambut + 50% topsoil) 3.89 4.44 4.56 4.30 G3 (75 % gambut + 25 % topsoil) 4.11 4.22 4.33 4.22 G4 (100% gambut + 0 % topsoil) 4.00 3.89 3.89 3.93

Rataan 4.07 4.13 4.22 4.14

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan varietas, komposisi media tanam dan interaksi VxG menunjukkan perbedaan yang tidak nyata untuk karakter pengamatan parameter jumlah daun 14 MST.

Luas Daun (cm2)

Data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam untuk parameter pengamatan luas daun dapat dilihat pada Lampiran 30 s/d 33. untuk mengetahui perbedaan luas daun pada perlakuan varietas, komposisi media tanam dan interaksi VxG dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rataan luas daun daun (cm2) tanaman kelapa sawit umur 14 MST

Varietas Rataan

Komposisi Media Tanam V1 V2 V3 (Helai)

G0 ( 0% gambut + 100% topsoil ) 46.67 e 42.67 f 54.56 d 47.96 c G1 ( 25% gambut + 75 % topsoil) 59.33 c 58.67 c 61.44 ab 59.81 b G2 ( 50% gambut + 50% topsoil) 63.44 a 60.44 bc 62.89 ab 62.26 a G3 (75 % gambut + 25 % topsiol) 40.00 f 37.00 g 36.22 g 37.74 d G4 (100% gambut + 0 % topsoil) 34.00 gh 31.78 h 33.00 h 32.93 e Rataan 48.69 ab 46.11 b 49.62 a 48.14 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.


(39)

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan varietas, komposisi media tanam dan interaksi VxG menunjukkan berbeda nyata terhadap parameter luas daun pada umur tanaman 14 MST. Untuk perlakuan varietas rataan tertinggi terdapat pada V3(49,62 cm2) dan terendah terdapat pada V2 (46,11 cm2). Pada perlakuan komposisi media tanam rataan tertinggi terdapat pada perlakuan G2 (62,26 cm2) dan rataan terendah terdapat pada G4 (32,93 cm2). Selanjutnya interaksi VxG tertinggi terdapat pada kombinasi V1G2 (63,44 cm2) dan kombinasi terendah yaitu V2G4 (31,78 cm2)

Jumlah Klorofil (unit/6mm3)

Data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam untuk parameter pengamatan jumlah klorofil dapat dilihat pada lampiran 34 s/d 45. Untuk mengetahui perbedaan jumlah klorofil pada perlakuan varietas, komposisi media tanam dan interaksi VxG dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Rataan jumlah klorofil (unit/6mm3) pada umur 14 MST Komposisi Media Tanam

Varietas

V1 V2 V3 Rataan

G0 ( 0% gambut + 100% topsoil ) 58.44 ab 51.44 def 60.44 a 56.78 a G1 ( 25% gambut + 75 % topsoil) 48.67 g 55.44 bcd 54.67 cde 52.93 b G2 ( 50% gambut + 50% topsoil) 53.22 cdef 55.44 bcd 61.56 a 56.74 a G3 (75 % gambut + 25 % topsiol) 49.78 ef 53.11 cdef 56.67 bc 53.19 b G4 (100% gambut + 0 % topsoil) 51.44 def 49.89 ef 52.67 def 51.33 b

Rataan 52.31 b 53.07 b 57.20 a 54.19

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji jarak berganda Duncan dengan taraf 5 %.

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa akibat perlakuan varietas, komposisi media tanam dan interaksi VxG menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap pengamatan parameter jumlah klorofil umur 14 MST. Rataan perlakuan varietas tertinggi yaitu V3 (57,20 unit/6mm3) diikuti V2 (53,07 unit/6mm3) dan V1 (52,31


(40)

yaitu G0 (52,78 unit/6mm3) dan rataan terendah G4 (51,33 unit/6mm3). Interaksi VxG teringgi terdapat pada kombinasi V3G2 (61,56 unit/6mm3) dan kombinasi terendah yaitu V1G1 (48,67 unit/6mm3).

Berat Basah Tajuk (g)

Data pengamatan rata-rata berat basah tajuk dan hasil analisis sidik ragam untuk parameter pengamatan berat basah tajuk pada umur 12 dan 14 MST dapat dilihat pada lampiran 25 dan 26. Untuk mengetahui perbedaan berat basah tajuk pada perlakuan varietas, komposisi media tanam dan interaksi VxG dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rataan berat basah tajuk (g) pada umur 14 MST Komposisi Media Tanam

Varietas

V1 V2 V3 Rataan

G0 ( 0% gambut + 100% topsoil ) 7.20 7.63 7.27 7.37 a G1 ( 25% gambut + 75 % topsoil) 7.47 7.43 7.60 7.50 a G2 ( 50% gambut + 50% topsoil) 7.53 7.53 7.53 7.53 a G3 (75 % gambut + 25 % topsiol) 7.73 7.00 8.42 7.72 a G4 (100% gambut + 0 % topsoil) 6.07 5.97 5.70 5.91 b

Rataan 7.20 7.11 7.30 7.21

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji jarak berganda Duncan dengan taraf 5 %.

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan komposisi media tanam berbeda nyata untuk karakter pengamatan berat basah tajuk umur 14 MST. Rataan teringgi yaitu G3 (7,72 g) dan rataan terendah yaitu G4 (5,91 g). Pada perlakuan varietas dan interaksi V x G menunjukkan tidak berbeda nyata.

Berat Kering Tajuk (g)

Data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam untuk parameter pengamatan berat kering tajuk pada umur 12 dan 14 MST dapat dilihat pada lampiran 27 dan 28. Untuk mengetahui perbedaan berat kering tajuk akibat


(41)

perlakuan varietas, komposisi media tanam dan interaksi VxG dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Rataan berat kering tajuk (g) pada umur 14 MST

Varietas Rataan

Komposisi Media Tanam V1 V2 V3 (cm)

G0 ( 0% gambut + 100% topsoil ) 2.17 2.37 1.83 2.12 G1 ( 25% gambut + 75 % topsoil) 2.20 2.37 2.10 2.22 G2 ( 50% gambut + 50% topsoil) 1.63 2.27 2.03 1.98 G3 (75 % gambut + 25 % topsiol) 2.27 2.23 2.53 2.34 G4 (100% gambut + 0 % topsoil) 2.00 1.97 2.17 2.04

Rataan 2.05 2.24 2.13 2.14

Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan varietas, komposisi media tanam dan interaksi VxG menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap karakter berat kering tajuk umur 14 MST.

Berat Basah Akar (g)

Data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam untuk pengamatan parameter berat basah akar pada umur 12 dan 14 MST dapat dilihat pada lampiran 29 dan 30. Untuk mengetahui perbedaan berat basah akar akibat perlakuan varietas, komposisi media tanam dan interaksi VxG dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Rataan berat basah akar (g) umur 14 MST

Varietas Rataan

Komposisi Media Tanam V1 V2 V3 (cm)

G0 ( 0% gambut + 100% topsoil ) 1.80 1.60 1.50 1.63 b G1 ( 25% gambut + 75 % topsoil) 1.87 1.80 2.50 2.06 a G2 ( 50% gambut + 50% topsoil) 1.83 2.07 1.83 1.91 a G3 (75 % gambut + 25 % topsiol) 1.87 1.83 2.07 1.92 a G4 (100% gambut + 0 % topsoil) 1.97 1.80 2.00 1.92 a

Rataan 1.87 1.82 1.98 1.89

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam berbeda nyata terhadap parameter berat basah akar umur 14 MST. Rataan berat


(42)

basah akar tertinggi terdapat pada perlakuan G1 (2,06 g) dan terendah terdapat pada G0 (1,63 g). Pada perlakuan varietas dan interaksi VxG menunjukkan perbedaan yang tidak nyata.

Berat Kering Akar

Data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam untuk pengamatan parameter berat kering akar pada umur 12 dan 14 MST dapat dilihat pada lampiran 31 dan 32. Untuk mengetahui perbedaan berat kering akar akibat perlakuan varietas, komposisi media tanam dan interaksi VxG dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Rataan berat kering akar (g) umur 14 MST.

Varietas Rataan

Komposisi Media Tanam V1 V2 V3 (cm)

G0 ( 0% gambut + 100% topsoil ) 0.50 0.40 0.43 0.44 bc G1 ( 25% gambut + 75 % topsoil) 0.53 0.47 0.53 0.51 a

G2 ( 50% gambut + 50% topsoil) 0.50 0.60 0.37 0.49 ab G3 (75 % gambut + 25 % topsiol) 0.47 0.37 0.37 0.40 c

G4 (100% gambut + 0 % topsoil) 0.60 0.60 0.50 0.57 a

Rataan 0.52 0.49 0.44 0.48

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama berbeda tidak nyata menurut uji rata-rata Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa perlakuan komposisi media tanam menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap parameter berat kering akar umur 14 MST. Rataan berat kering akar tertinggi terdapat pada perlakuan G4(0,57 g) dan rataan terendah terdapat pada perlakuan G3 (0,40 g). Perlakuan varietas dan interaksi VxG menunjukkan perbedaan yang tidak nyata.


(43)

Heritabilitas

Tabel 9. Nilai duga heritabilitas beberapa parameter dari tanaman kelapa sawit.

No Karakter σ2g σ2f Nilai (H) Kriteria (H)

1 Tinggi Tanaman 12,85 17,53 0.73 Tinggi

2 Jumlah Daun 0,03 0,13 0.24 Sedang

3 Luas Daun 504,91 509,59 0.99 Tinggi

4 Jumlah Klorofil 15,53 22,87 0.68 Tinggi

5 Bobot Basah Tajuk 1,38 2,09 0.66 Tinggi

6 Bobot Basah Akar 0,05 0,12 0.42 Sedang

7 Bobot Kering Tajuk 0,03 0,26 0.11 Rendah

8 Bobot Kering Akar 0,09 0,02 0.47 Sedang

Dari Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa nilai duga heritabilitas untuk beberapa karakter pengamatan tanaman kelapa sawit memiliki kategori tinggi untuk pengamatan tinggi tanaman (0,73), Luas Daun (0,99), Jumlah Klorofil (0,68) dan bobot basah tajuk (0,66). Sementara nilai duga heritabilitas memiliki kategori sedang yaitu pada pengamatan parameter Jumlah Daun (0,24), bobot basah akar (0,42) dan bobot kering akar (0,47). Nilai duga heritabilitas memiliki karakter rendah yaitu pada pengamatan parameter bobot kering tajuk (0,00). Persentase Kadar Air Tanaman

a. Tajuk b. Akar

G0 : x 100 % = 71,23 % G0 : x 100 % = 73 %

G1 : x 100 % = 70,4 % G1 : x 100 % = 75,24 %

G2 : x 100 % = 73,71 % G2 : x 100 % = 74,34 %

G3 : x 100 % = 69,69 % G3 : x 100 % = 79,2 %

G4 : x 100 % = 65,48 % G4 : x 100 % = 70,3 % 7,37 - 2,12

7,37 7,50 - 2,22

7,50 7,53 – 1,98

7,53 7,72 - 2,34

7,72 5,91 - 2,04

5,91

1,63 – 0,44 1,63 2,06 – 0,51

2,06 1,91 – 0,49

1,91 1,92 – 0,40

1,92 1,92 – 0,57


(44)

PEMBAHASAN

Pengaruh perlakuan varietas terhadap pertumbuhan kelapa sawit di prenursery.

Dari pengamatan terlihat bahwa pengaruh varietas berbeda nyata terhadap parameter luas daun dan jumlah klorofil umur 14 MST, sedangkan parameter lainnya tidak berbeda nyata. Luas daun tertinggi dijumpai pada perlakuan V3 (49,62 cm2) dan terendah pada V2 (46,11 cm2). Jumlah klorofil tertinggi terdapat pada perlakuan V3 (57,20 unit/6mm3) dan terendah terdapat pada perlakuan V1 (52,31 unit/6mm3). Hal ini disebabkan karena pertumbuhan kelapa sawit relatif seragam dari setiap varietas. Luas daun dan jumlah klorofil meningkat karena adanya pengaruh dari faktor genetis dari masing-masing varietas. Hal ini sesuai dengan literatur Mangoendidjojo (2003) yang menyatakan bahwa setiap varietas memiliki perbedaan ciri-ciri yang khas yang dapat dibedakan antara varietas satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu baik dari segi anatomi, fisiologi dan morfologi tanaman itu sendiri yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi dari suatu tanaman.

Perlakuan varietas tidak memberikan pengaruh yang nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah tajuk, berat kering tajuk, berat basah akar dan berat kering akar pada umur 14 MST. Hal ini menunjukkan antara ketiga varietas (marihat, simalungun dan langkat) yang digunakan memiliki keseragaman pertumbuhan pada saat pembibitan awal yang merupakan faktor genetik tanaman. Menurut Pahan (2006) faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit sepanjang kehidupannya,


(45)

yaitu faktor innate adalah faktor yang terkait dengan genetik tanaman. Faktor ini bersifat mutlak dan sudah ada sejak mulai terbentuknya embrio dalam biji.

Selanjutnya pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang masih berumur 3 bulan dikatakan singkat karena pertumbuhannya relatif lambat dan dipengaruhi oleh faktor dari dalam biji kelapa sawit itu sendiri. Terdapat endosperm didalam cangkang kelapa sawit yang mempengaruhi pertumbuhan awal kelapa sawit. Hal ini sesuai dengan literatur Mangoensoekarjo dan Semangun (2008) bahwa waktu berkecambah, embrio mengembang, volume bertambah, bakal batang dan bakal akar tumbuh keluar dari cangkang melalui lubang pada cangkang tersebut dan berkembang menjadi batang, daun dan akar dibantu endosperm sebagai bahan makanan untuk pertumbuhan kecambah pada saat awal.

Pengaruh perlakuan komposisi media tanam tanah gambut terhadap pertumbuhan kelapa sawit di prenursery.

Perlakuan komposisi media tanam tanah gambut memberikan pengaruh yang nyata terhadap karakter tinggi tanaman, luas daun, jumlah klorofil umur 14 MST. Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan G0 (28,06 cm) dan yang terendah terdapat pada perlakuan G4 (22,01 cm). Untuk parameter luas daun rataan tertinggi terdapat pada perlakuan G2 (62,26 cm2) dan yang terendah terdapat pada perlakuan G4 (32,93 cm2). Pada pengamatan jumlah klorofil rataan tertinggi terdapat pada perlakuan G0 (56,78 unit/6mm3) dan yang terendah terdapat pada G4 (51,33 unit/6mm3). Hal ini dikarenakan ketersediaan unsur hara yang terdapat pada media tanam dan kemampuan kelapa sawit dalam menyerap unsur hara yang tersedia berbeda-beda. Hai ini sesuai dengan literatur Rinsema (1983) tanaman akan tumbuh subur bila elemen yang dibutuhkan cukup


(46)

tersedia dan berada dalam konsentrasi yang sesuai untuk diserap oleh tanaman. Disamping itu kandungan unsur hara yang sesuai hingga ketersediaannya tidak mengganggu keseimbangan hara di dalam tanah akan memberikan respon yang nyata terhadap pertumbuhan.

Dapat dibandingkan dari parameter yang diamati seperti tinggi tanaman, luas daun dan jumlah klorofil yang berbeda nyata akibat pengaruh komposisi media tanam tanah gambut perlakuan G4 (100% tanah gambut) pertumbuhan tanaman kurang maksilmal. Hal ini dikarenakan pH tanah gambut yang sangat masam sehingga mempengaruhi ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman. Berdasarkan hasil analisa tanah gambut pH (H2O) tanah 4,3, kandungan C 23,05%, N total 0,98%, C/N 23,5, P Bray 14 ppm, K 0,48 m.e/100g dan KTK 42,32 m.e/100g. Fadli,dkk (2006) menyatakan bahwa sifat kimia dari tanah gambut adalah bereaksi masam yaitu memiliki pH 3,5 sampai 5,0; kandungan N total tinggi tetapi tidak tersedia bagi tanaman karena nisbah C/N yang tinggi juga, kandungan unsur hara Mg tinggi sementara P dan K rendah, kandungan unsur hara mikro terutama Cu, B dan Zn sangat rendah dan memiliki daya sangga air tinggi sehingga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yang terdapat diatasnya.

Pada perlakuan G0 (100% tanah topsoil) parameter tinggi tanaman, luas daun dan jumlah klorofil memberikan perbedaan yang nyata dengan rataan tertinggi. Hal ini diduga karena media tanam memiliki kesesuaian sehingga kelapa sawit dapat tumbuh secara optimal. Berdasarkan hasil analisa tanah topsoil jenis inceptisol pH (H2O) tanah 5,01, kandungan C 2,35%, N total 0,16%, C/N 14,68, P Bray 6,35 ppm, K 0,32 m.e/100g dan KTK 28,44 m.e/100g sehingga memenuhi


(47)

kriteria kelapa sawit untuk tumbuh secara optimal. Mangoensoekarjo dan Semangun (2008) menyatakan bahwa kelapa sawit dapat

tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah tropika. Akan tetapi, kelapa sawit akan dapat tumbuh secara optimal jika jenis tanahnya sesuai dengan syarat tumbuh kelapa sawit. Sifat fisika dan kimia tanah yang harus dipenuhi untuk pertumbuhan optimal kelapa sawit adalah memiliki drainase baik, tekstur ringan, solum tanah cukup dalam, pH 4,0 – 6,0 dan pH optimal 5,0 – 5,5 dan tanah memiliki kandungan hara cukup tinggi.

Parameter berat basah tajuk umur 14 MST berbeda nyata akibat perlakuan komposisi tanah gambut dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan G2 (7,53 g) dan yang terendah terdapat pada perlakuan G4 (5,91 g). Berat basah akar 14 MST dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan G1 (2,06 g) dan yang terendah terdapat pada perlakuan G0 (1,63 g). Berat kering akar 14 MST dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan G4 (0,57 g) dan terendah terdapat pada perlakuan G3 (0,40 g). Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis yang berlangsung pada tanaman kelapa sawit yang berkorelasi dengan luas daun dan jumlah klorofil pada daun. Pahan (2006) menyatakan tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakukan fotosintesis dalam melangsungkan aktivitas hidupnya yang berguna untuk pertumbuhan, kecuali pada kondisi juvenile di pre nursery. Intensitas cahaya matahari bervariasi 1410-1540 J/cm2/hari. Fotosintesis pada daun kelapa sawit meningkat sejalan dengan kondisi luas daun dan jumlah klorofil yang dapat menerima cahaya. Produksi bahan kering bibit umur 13 minggu yang diberi


(48)

naungan sangat berpengaruh terhadap berat basah dan berat kering pada bagian tajuk dan pada bagian akar.

Pengaruh interaksi antara varietas dan komposisi tanah gambut terhadap pertumbuhan kelapa sawit di prenursery.

Pengaruh interaksi antara varietas dan komposisi media tanam tanah gambut berbeda nyata terhadap parameter luas daun dan jumlah klorofil umur 14 MST. Sedangkan parameter lainnya tidak berbeda nyata. Pada parameter luas daun kombinasi dengan rataan tertinggi terdapat pada V1G2 (63,44 cm2) dan kombinasi terendah V2G4 (31,78 cm2). Jumlah klorofil dengan rataan tertinggi terdapat pada kombinasi V3G2 (61,56 unit/6mm3) dan terendah terdapat pada kombinasi V1G1 (48,67 unit/6mm3). Hal ini disebabkan varietas memiliki respon terhadap kondisi lingkungan. Pahan (2006) menyatakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit sepanjang kehidupannya salah satunya adalah faktor induce merupakan faktor yang mengimbas (mempengaruhi) ekspresi sifat genetik sebagai manifestasi faktor lingkungan yang terkait dengan keadaan buatan manusia (perlakuan). Selain itu, parameter pengamatan lain tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap interaksi VxG. Hal ini diduga karena karakter yang diteliti bertindak sendiri-sendiri satu sama lain atau masing-masing karakter dari faktor perlakuan mempunyai kerja yang berbeda.

Heritabilitas

Dari hasil analisa statistika dapat dilihat bahwa untuk karakter tinggi tanaman, luas daun, jumlah klorofil dan bobot basah tajuk memiliki nilai duga heritabilitas yang tinggi. Ini berarti faktor genotif sangat berpengaruh terhadap


(49)

karakter pertumbuhan tanaman sedangkan pada karakter pengamatan jumlah daun, bobot basah akar dan bobot kering akar menunjukkan nilai duga heritabilitas dengan kriteria sedang, kemudian pada karakter pengamatan berat kering tajuk memiliki nilai duga heritabilitas yang rendah ini di sebabkan lingkungan yang mempengaruhi.hal ini sesuai dengan literatur Posespodarsono (1988) yang menyatakan bahwa nilai heritabilitas dinyatakan dalam pecahan (desimal) atau presentase. Nilainya berkisar antara 0 dan 1. Heritabilitas dengan nilai 0 berarti bahwa keragaman fenotip hanya disebabkan oleh lingkungan, sedangkan keragaman dengan keragaman 1 berarti keragaman fenotip hanya disebabkan oleh genotip. Makin mendekati 1 dinyatakan heritabilitasnya makin tinggi, sebaliknya semakin mendekati 0, heritabilitasnya semakin rendah. Welsh (1987) menyatakan bahwa pada dasarnya penampakan luar (fenotip) individu tanaman dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan. Karenanya dalam perhitungan nilai heritabilitas, apabila pengaruh lingkungan lebih besar dibandingkan dengan pengaruh genetik, maka nilai heritabilitas rendah. Selanjutnya Namkoong (1979) menyatakan bahwa heritabilitas yang sedang tidak sesuai dengan yang umum terjadi pada karakter kuantitatif dengan nilai heritabilitas rendah. Hal ini dapat terjadi karena nilai heritabilitas bukanlah suatu konstanta sehingga untuk karakter yang sama, nilainya dapat berbeda. Karena itu, walaupun metode pendugaannya serupa, tapi heritabilitas suatu karakter tidak selalu persis sama. Di sisi lain, walaupun metode pendugaan berbeda, mungkin saja diperoleh heritabilitas yang sama untuk karakter tertentu.


(50)

KESIMPULAN

1. Secara umum Varietas Langkat (V3) memiliki rata-rata pertumbuhan yang lebih jagur pada tahap prenursery untuk semua parameter pengamatan dari pada Varietas Marihat (V1) dan Varietas Simalungun (V2).

2. Komposisi 100% tanah topsoil (G0) memiliki rata-rata pertumbuhan bibit kelapa sawit yang lebih tinggi dari pada komposisi media tanam yang lain sedangkan perlakuan 100% tanah gambut (G4) memiliki rata-rata pertumbuhan bibit kelapa sawit yang paling rendah.

3. Interaksi varietas dengan komposisi media tanam tanah gambut berbeda nyata pada pengamatan luas daun dan jumlah klorofil dan tidak berbeda nyata pada beberapa karakter pengamatan lainnya seperti tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah tajuk dan akar, berat kering tajuk dan akar.

SARAN

Perlu diadakan penelitian lanjutan ke tahap Main nursery untuk menguji varietas kelapa sawit yang cocok untuk dikembangkan di lahan gambut.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Allard, R. W., 1995. Pemuliaan Tanaman. Terjemahan Manna. Rineka Cipta, Jakarta.

Andriesse, J.P. 1994. Constrainsts and opportunities for alternative use options of tropical peat land. In B.Y. Aminuddin (Ed.). Tropical Peat; Proceedings of International Symposium on Tropical Peatland, 6-10 May 1991, sKuching, Sarawak, Malaysia.

Arismoenandar, B. 1993. Vademicum Kelapa Sawit dan Karet. PT. Perkebunan I. Langsa. Aceh Timur.

Diemont, W.H. and L.J. Pons. 1991. A preliminary note on peat formation and gleying in Mahakam inland floodplain, East kalimantan, Indonesia. Proc. International Symposium on Tropical Peatland. 6-10 May 1991, Kuching, Serawak, Malaysia.Risza, S. 2008. Kelapa Sawit dan Upaya Peningkatan Produktivitas. Penerbit Kanisius. Jakarta.

Djainudin, D., Marwan H., Subagjo H., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Bogor.

Erningpraja, L., L. Buana, Satyoso, A. Suyatno dan Z. Poeloengan. 1995. Kontribusi Pemupukan Pada Masa TBM terhadap Produksi dan Pertumbuhan Kelapa Sawit Pada Tanah Dystropepts. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit, 3(2): 101-118.

Fadli,M.L., Edy,S.T., Petrus, P.,Sugiyono.,Witjaksana, D.,Eko,N.G., 2006. Kelapa Sawit Pada Lahan Gambut. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan,

Kiswanto., J.H. Purwanta., B. Wijayanto. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Lampung.

Lubis,A.U.,2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Edisi 2. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Mangoendidjojo, W.,2003. Dasar-Dasar Pemiliaan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.

Mangoensoekarjo, S. Dan H. Semangun. 2008. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Jakarta.

Najiati, S., L. Muslihat., I.N.N. Suryadiputra. 2005. Panduan Pengelolaan Lahan Gambut untuk Pertanian Berkelanjutan. Proyek Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia. Wetlands International – Indonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada. Bogor. Indonesia.

Namkoong, G. 1979. Introduction to Quantitative Genetics in Forestry. Tech. Bull. No. 1588, Forest Service USDA.


(52)

Nasir, M., 1999. Heritabilitas dan Kemajuan Genetik harapan karakter agromomi tanaman lombok (Capsicum annum L.). Habitat 11 (109) : 1-7, dalam kemajuan genetik beberapa karakter agronomi genotip cabai (Capsicum annum L.) F4. IPB. Bogor.

Noor, M. 2001. Pertanian Lahan Gambut: Potensi dan Kendala. Penerbit Kanisius. Jakarta.

Pahan, I. 2006., Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.

Poespodarsono, S. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Radjagukguk, B. 1997. Peat soil of Indonesia: Location, classification, and problems for sustainability. In: Rieley and Page (Eds.). pp. 45-54. Biodiversity and sustainability of tropical peat and peatland. Samara Publishing Ltd. Cardigan. UK.

Rinsema, W.T. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan. Karya Aksara. Jakarta.

Risza, S. 2008. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktifitas. Kanisius. Jogjakarta.

Rosmarkam, A. 1992. Peat Soils in Indonesia. Classification and Distribution. Poster congres. Swedia

Sastrosayono, S., 2008. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. Sianturi, H.S.D., 1993. Bududaya Kelapa Sawit. Fakultas Pertanian. USU Pres.

Medan.

Sitompul, S. M., dan B. Guritno, 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Stansfield. W. D., 1991. Teori dan Soal-Soal Genetika, Edisi II, Terjemahan M, Afandi, Erlangga, Jakarta.

Steel R,G.D., dan J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika, Suatu Pendekatan Biometrik, Terjemahan Ir. Bambang Sumantri. IPB-Press. Bogor.

Sunarko. 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Kanisius Jakarta.

Tie, Y.L. and J.S. Esterle. 1991. Formation of lowland peat domes in Serawak, Malaysia. Proc. International Symposium on Tropical Peatland. 6-10 May 1991, Kuching, Serawak, Malaysia.

Welsh, J.R. 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Terjemahan J.P. Mogea. Erlangga. Jakarta.

Wibisono, I. T., Laubeni Siboro, INN Suryadiputra. 2004. Rehabilitasi hutan dan lahan rawa gambut bekas terbakar. Leaflet Seri Pengelolaan Hutan dan Lahan Gambut. Proyek Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia. Wetlands International – Indonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada. Bogor. Indonesia.


(53)

Lampiran 2. Bagan Penelitian

BLOK I BLOK II BLOK III

U

E V2G4

V2G1 V2G3

V2G2 V2G0

V3G4

V3G2 V3G0 V3G1 V3G3

V2G3 V2G1

V2G4 V1G1

V1G4

V1G2

V1G3 V1G0

V3G2

V3G1

V3G0 V3G3 V3G4

V2G2 V2G0

V1G0

V1G2

V1G4 V1G3 V1G1

V1G0

V1G4 V1G1 V1G2

V2G2 V3G1 V3G2 V3G4 V1G3

V2G3

V2G4 V3G0 V3G3

V2G0


(54)

(55)

Lampiran 4. Data tinggi tanaman kelapa sawit 2 mst

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

V1 G0 1,90 2,53 2,43 6,87 2,289

G1 1,90 2,17 1,93 6,00 2,000

G2 2,07 1,27 2,33 5,67 1,889

G3 2,30 2,23 2,00 6,53 2,178

G4 2,10 1,50 1,50 5,10 1,700

V2 G0 2,30 2,53 2,33 7,17 2,389

G1 1,83 2,17 1,90 5,90 1,967

G2 1,63 2,40 2,30 6,33 2,111

G3 1,73 2,70 2,47 6,90 2,300

G4 0,63 2,27 3,17 6,07 2,022

V3 G0 1,97 2,87 2,87 7,70 2,567

G1 2,00 1,90 2,30 6,20 2,067

G2 2,47 2,87 2,30 7,63 2,544

G3 2,57 1,80 2,37 6,73 2,244

G4 2,37 0,97 2,40 5,73 1,911

Total 29,77 32,17 34,60 96,53

Rataan 1,984 2,144 2,307 2,145

FK= 207,08

Lampiran 5. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST

SK db JK KT Nilai F

Fhit ket F05

Blok 2 0,78 0,39 0,91 tn 6,94

Varietas (V) 2 0,49 0,25 0,58 tn 6,94

Error a 4 1,71 0,43 _ _ _

Gambut (G) 4 1,55 0,39 1,73 tn 2,78

Iinteraksi

(VxG) 8 0,49 0,06 0,27 tn 2,36

Error b 24 5,39 0,22 _ _ _

Total 44 10,42 _ _ _ _

KKa= 30,50%


(56)

Lampiran 6. Data tinggi tanaman kelapa sawit umur 4 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

V1 G0 4,83 5,63 6,43 16,90 5,633

G1 6,17 5,37 5,83 17,37 5,789

G2 4,97 5,00 6,50 16,47 5,489

G3 6,27 6,17 5,33 17,77 5,922

G4 6,50 4,77 5,23 16,50 5,500

V2 G0 6,50 5,50 6,40 18,40 6,133

G1 5,87 5,40 5,33 16,60 5,533

G2 6,53 6,00 6,50 19,03 6,344

G3 5,37 7,20 7,03 19,60 6,533

G4 3,07 6,00 7,80 16,87 5,622

V3 G0 6,00 7,67 6,87 20,53 6,844

G1 5,50 4,67 6,80 16,97 5,656

G2 7,50 6,73 5,93 20,17 6,722

G3 7,43 5,47 7,67 20,57 6,856

G4 5,27 3,13 6,83 15,23 5,078

Total 87,77 84,70 96,50 268,97

Rataan 5,851 5,647 6,433 5,977

FK= 1607,62

Lampiran 7. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST

SK db JK KT Nilai F

Fhit ket F05

Blok 2 5,00 2,50 3,18 tn 6,94

Varietas (V) 2 2,46 1,23 1,57 tn 6,94

Error a 4 3,14 0,79 _ _ _

Gambut (G) 4 6,66 1,67 1,52 tn 2,78

Iinteraksi

(VxG) 8 4,09 0,51 0,47 tn 2,36

Error b 24 26,31 1,10 _ _ _

Total 44 47,66 _ _ _ _

KKa= 14,83%

KKb= 17,52%


(57)

Lampiran 8. Data tinggi tanaman kelapa sawit umur 6 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

V1 G0 9,77 11,67 13,37 34,80 11,600

G1 9,77 12,93 11,33 34,03 11,344

G2 13,30 10,50 12,67 36,47 12,156 G3 11,90 11,97 10,43 34,30 11,433

G4 10,70 8,13 11,00 29,83 9,944

V2 G0 13,87 10,57 10,53 34,97 11,656

G1 12,30 12,17 9,47 33,93 11,311

G2 12,70 11,63 12,33 36,67 12,222 G3 12,40 12,50 12,33 37,23 12,411

G4 6,50 11,67 12,20 30,37 10,122

V3 G0 10,47 12,33 12,87 35,67 11,889

G1 9,97 10,50 13,37 33,83 11,278

G2 11,37 13,40 12,83 37,60 12,533

G3 12,80 8,87 12,43 34,10 11,367

G4 10,70 8,67 12,70 32,07 10,689

Total 168,50 167,50 179,87 515,87 Rataan 11,233 11,167 11,991 11,464 FK= 5913,74

Lampiran 9. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST

SK db JK KT Nilai F

Fhit ket F05

Blok 2 6,29 3,15 1,52 tn 6,94

Varietas (V) 2 0,64 0,32 0,15 tn 6,94

Error a 4 8,30 2,08 _ _ _

Gambut (G) 4 21,02 5,25 1,80 tn 2,78

Iinteraksi

(VxG) 8 2,71 0,34 0,12 tn 2,36

Error b 24 70,20 2,92 _ _ _

Total 44 109,16 _ _ _ _

KKa= 12,57%

KKb= 14,92%


(58)

Lampiran 10. Data tinggi tanaman kelapa sawit umur 8 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

V1 G0 14,27 16,57 18,47 49,30 16,433

G1 15,47 17,87 15,80 49,13 16,378 G2 17,83 15,70 17,03 50,57 16,856 G3 15,53 16,20 13,93 45,67 15,222 G4 14,53 11,53 13,97 40,03 13,344

V2 G0 17,13 17,00 15,53 49,67 16,556

G1 17,07 17,00 13,93 48,00 16,000 G2 18,23 16,83 16,33 51,40 17,133 G3 16,20 17,00 15,80 49,00 16,333 G4 10,40 16,13 15,17 41,70 13,900

V3 G0 15,37 17,27 17,87 50,50 16,833

G1 15,17 14,57 17,90 47,63 15,878 G2 16,40 18,67 16,83 51,90 17,300 G3 16,00 14,73 15,83 46,57 15,522 G4 14,43 13,13 15,60 43,17 14,389 Total 234,03 240,20 240,00 714,23 Rataan 15,602 16,013 16,000 15,872 FK= 11336,21

Lampiran 11. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST

SK db JK KT Nilai F

Fhit ket F05

Blok 2 1,64 0,82 0,35 tn 6,94

Varietas (V) 2 1,14 0,57 0,25 tn 6,94

Error a 4 9,24 2,31 _ _ _

Gambut (G) 4 54,85 13,71 5,71 * 2,78

Iinteraksi

(VxG) 8 3,44 0,43 0,18 tn 2,36

Error b 24 57,59 2,40 _ _ _

Total 44 127,90 _ _ _ _

KKa= 9,58%

KKb= 9,76%


(1)

Lampiran 56. Data berat basah akar 14 mst

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

V1 G0 1,50 1,90 2,00 5,40 1,800

G1 2,00 1,80 1,80 5,60 1,867

G2 1,90 1,80 1,80 5,50 1,833

G3 2,00 1,80 1,80 5,60 1,867

G4 1,60 2,30 2,00 5,90 1,967

V2 G0 1,40 1,80 1,60 4,80 1,600

G1 1,90 1,60 1,90 5,40 1,800

G2 2,00 2,00 2,20 6,20 2,067

G3 2,00 1,70 1,80 5,50 1,833

G4 1,80 1,80 1,80 5,40 1,800

V3 G0 1,20 1,20 2,10 4,50 1,500

G1 2,60 2,50 2,40 7,50 2,500

G2 1,90 1,60 2,00 5,50 1,833

G3 1,60 2,50 2,10 6,20 2,067

G4 2,00 1,60 2,40 6,00 2,000

Total 27,40 27,90 29,70 85,00

Rataan 1,827 1,860 1,980 1,889

FK= 160,56

Lampiran 57. Tabel Sidik Ragam Berat Basah Akar 14 MST

SK db JK KT Nilai F

Fhit ket F05

Blok 2 0,20 0,10 1,76 tn 6,94

Varietas (V) 2 0,20 0,10 1,83 tn 6,94

Error a 4 0,22 0,06 _ _ _

Gambut (G) 4 0,86 0,22 3,20 * 2,78

Iinteraksi

(VxG) 8 1,11 0,14 2,05 tn 2,36

Error b 24 1,62 0,07 _ _ _

Total 44 4,20 _ _ _ _

KKa= 12,48%

KKb= 13,74%


(2)

Lampiran 58. Data berat kering akar 12 mst

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

V1 G0 0,30 0,50 0,50 1,30 0,433

G1 0,50 0,50 0,50 1,50 0,500

G2 0,20 0,30 0,20 0,70 0,233

G3 0,20 0,50 0,20 0,90 0,300

G4 0,30 0,30 0,30 0,90 0,300

V2 G0 0,30 0,30 0,50 1,10 0,367

G1 0,30 0,20 0,40 0,90 0,300

G2 0,40 0,30 0,40 1,10 0,367

G3 0,20 0,50 0,30 1,00 0,333

G4 0,30 0,40 0,40 1,10 0,367

V3 G0 0,20 0,40 0,30 0,90 0,300

G1 0,50 0,30 0,40 1,20 0,400

G2 0,20 0,30 0,40 0,90 0,300

G3 0,30 0,20 0,40 0,90 0,300

G4 0,20 0,20 0,30 0,70 0,233

Total 4,40 5,20 5,50 15,10

Rataan 0,293 0,347 0,367 0,336

FK= 5,07

Lampiran 59. Tabel Sidik Ragam Berat Kering Akar 12 MST

SK db JK KT Nilai F

Fhit ket F05

Blok 2 0,04 0,02 2,11 tn 6,94

Varietas (V) 2 0,02 0,01 0,93 tn 6,94

Error a 4 0,04 0,01 _ _ _

Gambut (G) 4 0,07 0,02 2,20 tn 2,78

Iinteraksi

(VxG) 8 0,12 0,02 1,82 tn 2,36

Error b 24 0,20 0,01 _ _ _

Total 44 0,50 _ _ _ _

KKa= 30,13%


(3)

Lampiran 60. Data berat kering akar 14 mst

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

V1 G0 0,50 0,60 0,40 1,50 0,500

G1 0,60 0,40 0,60 1,60 0,533

G2 0,40 0,60 0,50 1,50 0,500

G3 0,30 0,60 0,50 1,40 0,467

G4 0,60 0,50 0,70 1,80 0,600

V2 G0 0,40 0,50 0,30 1,20 0,400

G1 0,40 0,50 0,50 1,40 0,467

G2 0,50 0,60 0,70 1,80 0,600

G3 0,30 0,40 0,40 1,10 0,367

G4 0,50 0,60 0,70 1,80 0,600

V3 G0 0,30 0,50 0,50 1,30 0,433

G1 0,50 0,50 0,60 1,60 0,533

G2 0,30 0,30 0,50 1,10 0,367

G3 0,40 0,40 0,30 1,10 0,367

G4 0,40 0,40 0,70 1,50 0,500

Total 6,40 7,40 7,90 21,70

Rataan 0,427 0,493 0,527 0,482

FK= 10,46

Lampiran 61. Tabel Sidik Ragam Berat Kering Akar 14 MST

SK db JK KT Nilai F

Fhit ket F05

Blok 2 0,08 0,04 7,95 * 6,94

Varietas (V) 2 0,05 0,02 4,95 tn 6,94

Error a 4 0,02 0,00 _ _ _

Gambut (G) 4 0,15 0,04 3,71 * 2,78

Iinteraksi

(VxG) 8 0,10 0,01 1,25 tn 2,36

Error b 24 0,24 0,01 _ _ _

Total 44 0,63 _ _ _ _

KKa= 14,50%

KKb= 20,56%


(4)

Lampiran 62. Deskripsi Varietas Kelapa Sawit DxP Marihat

Asal : Persilangan F1 antara pohon induk deli dura dengan pisifera EX5 dan H5

Tinggi Tanaman : 3,9 meter (pada umur 8 tahun) Kec. Pertumbuhan : 65 cm/tahun

Lingkar Batang : 304 cm (pada umur 8 tahun) Warna Daun : Hijau

Panjang Daun : 6,22 meter Pelepah Daun : berpangkal besar

Warna Tangkai Daun : hijau muda, dibagian bawah cokelat muda dengan bulu-bulu

Tandan : berduri, dengan tangkai berwarna putih kecokelat-cokelatan

Buah : bentuk bulat sampai oval, berwarna violet sampai hitam bila belum masak dan merah kekuningan setelah masak Umur Mulai Berbuah : 14 – 18 bulan

Umur Mulai Dipanen : 30 bulan

Jumlah Tandan : 12 tandan pertahun Produksi Minyak : 7,1 ton/ha/tahun Buah Pertandan : 61,3 %

Inti Perbuah : 8,5 % Cangkang Perbuah : 11,0 % Mesokarp Perbuah : 80,5 % Minyak/mesokarp : 60,6 % Minyak per tandan : 25,6 %

Keterangan : dianjurkan ditanam dengan kerapatan 130 pohon per hektar, tumbuh baik pada curah hujan 1500 – 3500 mm per tahun dengan ketinggian dibawah 400 meter dari permukaan laut


(5)

Lampiran 63. Deskripsi Varietas Kelapa Sawit DxP Simalungun

Asal : Persilangan antara tetua dura deli dengan tetua pisifera keturunan SP 540 T direkombinasikan dengan tetua yangambi (orijin Zaire) dan Marihat (orijin Kamerun) Tinggi Tanaman : 3,63 meter (pada umur 7 tahun)

Kec. Pertumbuhan : 75 - 80 cm/tahun Warna Daun : Hijau

Panjang Daun : 6,20 meter Pelepah Daun : berpangkal besar

Warna Tangkai Daun : hijau muda, dengan pangkal bearwarna kecoklatan Tandan : berduri sedikit

Buah : bentuk bulat sampai oval, berwarna hitam bila belum masak dan merah kekuningan setelah matang panen Umur Mulai Berbuah : 22 bulan

Umur Mulai Dipanen : 28 bulan

Jumlah Tandan : 12,5 tandan pertahun Produksi Minyak : 7,23 ton/ha/tahun Rerata Produksi TBS : 203,7 kg/pohon/tahon Rerata Produktivitas TBS : 27,5 ton/ha/tahun Buah Pertandan : 61,0 %

Inti Perbuah : 9,3 % Cangkang Perbuah : 10,5 % Mesokarp Perbuah : 85,2 % Minyak/mesokarp : 57,9 %

Keterangan : dianjurkan ditanam dengan kerapatan 130-135 pohon per hektar, tumbuh baik pada curah hujan 1500 – 3500 mm per tahun dengan ketinggian dibawah 400 meter dari permukaan laut


(6)

Lampiran 64. Deskripsi Varietas Kelapa Sawit DxP Langkat

Asal : Persilangan antara tetua dura deli dengan tetua pisifera keturunan SP 540 T (RS 1 T self, RS 3 T self, dan RS 8 self

Tinggi Tanaman : 3,98 meter (pada umur 7 tahun) Kec. Pertumbuhan : 75 - 80 cm/tahun

Warna Daun : Hijau Panjang Daun : 6,22 meter Pelepah Daun : berpangkal besar

Warna Tangkai Daun : hijau muda, dengan pangkal bearwarna kecoklatan Tandan : berduri sedikit

Buah : bentuk bulat agak oval, berwarna hitam bila belum masak dan merah kekuningan setelah matang panen

Umur Mulai Berbuah : 22 bulan Umur Mulai Dipanen : 28 bulan

Jumlah Tandan : 12,9 tandan pertahun Produksi Minyak : 7,53 ton/ha/tahun Rerata Produksi TBS : 210,4 kg/pohon/tahon Rerata Produktivitas TBS : 28,4 ton/ha/tahun Buah Pertandan : 61,3 %

Inti Perbuah : 8,5 % Cangkang Perbuah : 11,0 % Mesokarp Perbuah : 85,4 % Minyak/mesokarp : 58,6 %

Keterangan : dianjurkan ditanam dengan kerapatan 130-135 pohon per hektar, tumbuh baik pada curah hujan 1500 – 3500 mm per tahun dengan ketinggian dibawah 400 meter dari permukaan laut


Dokumen yang terkait

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Pre Nursery

4 102 53

Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Terhadap Pupuk Zeorea Pada Berbagai Jenis Media Tanam Di Main Nursery

6 38 97

Media Tanam dan Super Bionik Mempengaruhi Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Main Nursery

0 23 81

Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Main Nursery Terhadap Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Posfat

6 92 114

Pengaruh Media Tanam dan Pupuk Majemuk Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Pre Nursery

7 51 71

Perubahan Pola Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis, Jacq) Dengan Pemberian ZPT Atonik Pada Media Campuran Pasir Dengan Blotong Tebu Di Pre Nursery

4 33 67

Respons Pertumbuhan Vegetatif Tiga Varietas Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pre Nursery Pada Beberapa Komposisi Media Tanam Limbah

3 33 65

Respons Pertumbuhan Vegetatif Tiga Varietas Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pre Nursery Pada Beberapa Komposisi Media Tanam Limbah

0 0 19

Respons Pertumbuhan Vegetatif Tiga Varietas Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pre Nursery Pada Beberapa Komposisi Media Tanam Limbah

0 0 12

EVALUASI KARAKTER PERTUMBUHAN BEBERAPA VARIETAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PRE NURSERY PADA BEBERAPA KOMPOSISI MEDIA TANAM TANAH GAMBUT SKRIPSI 0LEH: ADE MORIZA LUBIS 070307004 PEMULIAAN TANAMAN

0 0 13