Kesimpulan Perilaku Tasawuf Gus Dur

68 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Gus Dur menawarkan rekontruksi segar dalam bertasawuf, baginya tidak harus meninggalkan apa yang telah Tuhan ciptakan di dunia ini, karena memang benar menjadi lahan tunggal untuk kehidupan mendatang di akhirat, tempat yang bagi siapapun belum ada yang mengetahuinya. Ia mampu mengkolaborasikan tasawuf dengan berbagai ilmu pengetahuan, dalam bernegara, bersosial, apalagi dalam beragama, tasawuf sangat perlu bahkan seharusnya untuk dapat menjadi character building bagi setiap manusia. Gus Dur dalam bertasawuf memiliki gaya dan caranya tersendiri, ia lebih menekankan aspek nilai-nilai dalam tasawuf, sehingga tasawuf benar-benar dapat menjadi dirinya sendiri sebagai jembatan penghubung agama dan ilmu-ilmu lainnya, dan juga sebagai jalur sunyi seorang hamba mengarungi kehidupan dunia ini tanpa harus melupakan bahkan mentiadakan Tuhan dalam aspek urusan dunia nya. Gus Dur sangat paham betul terhadap berbagai ajaran tasawuf, ia mengerti harus kapan dan dimana harus meletakkan tasawuf dalam bingkai kehidupan beragama, bernegara, dan sebagai pola contoh berkehidupan dalam bermasyarakat yang luas dengan beragam tingkatan ilmu yang dimiliki setiap manusia. Bagi Gus Dur tasawuf harus dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat menjadi moralitas utama yang tidak perlu ditakuti maupun dijauhi. Serta dapat menjadikan tasawuf sebagai bangunan dalam sebuah karakter manusia terutama manusia-manusia yang ada di Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Langkah-langkah Gus Dur dalam bertasawuf memanglah tidak mudah dan ringan untuk dapat mengetahui secara langsung dan mungkin hanya orang-orang tertentu yang dapat memahami dan mengerti pola tasawuf yang sedang dijalankan oleh sosok Gus Dur. Akan tetapi ia mampu untuk menjadikan tasawuf sesunyi mungkin, karena Gus Dur tahu, seberapa kuat manusia dalam beragama maupun menjalankan tasawuf, manusia tetaplah menjadi manusia yang menjadi hamba Tuhan. Oleh sebab itu Gus Dur tidak ingin dalam menjalankan ajaran tasawufnya diketahui banyak orang apalagi kalangan awam, ia sangat mengkhawatirkan kalau saja suatu sat ia akan disucikan seperti Tuhan. Maka gaya bertasawuf yang dilakukan oleh Gus Dur tidak terlalu terlihat. Meskipun Gus Dur mampu sesunyi mungkin menyembunyikan hubungannya dengan Tuhannya, sebagai langkahnya dalam membuat perbaikan perbaikan dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara, Gus Dur tetaplah Gus Dur, ia sakti di mata pengikutnya apalagi yang sangat fanatik. Itulah hamba Allah yang ditakdirkan menjadi manusia yang sangat spesial bagi manusia yang lainnya, hamba yang terpilih. Buktinya, beliau meninggal pun, kuburannya sesak ramai dikunjungi para peziarah sampai saat ini, hal ini membuktikan ajaran Gus Dur benar-benar dijalankan oleh beberapa pengikutnya, tidak hanya dari kalangan NU dari kalangan luas pun datang menjenguk dan mendoakannya di atas pusara terakhirnya. Bahkan sebagian orang menganggap Gus Dur sebagai wali Allah. Begitulah manusia, ia akan tampak seperti hidup bila ajarannya dan perjuangannnya memang benar-benar tulus atas dirinya sebagai hamba Allah tentunya sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah. Bagi Gus Dur, ia menjalankan segalanya sesuai tatanan yang berlaku, orang lain menganggap apa, terserah orang itu, masih ada Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Adil. Dengan begitu, memanglah Gus Dur bertasawuf dengan caranya dan ia menguasai benar ilmu tasawuf, akan tetapi Gus Dur memanglah manusia, bisa salah dan bisa disalahkan, hal ini terjadi ketika Gus Dur tidak menuliskan secara langsung pengetahuannya tentang tasawuf dalam satu buku ilmiah, dan Gus Dur tidak pernah mengajarkan secara langsung ilmu tasawufnya, serta Gus Dur tidak memberi tahu orang dekatnya, murid maupun masyarakat bahwa ia bertasawuf.

B. Saran-Saran