Uji Efektifitas Beberapa Fungisida Nabati Terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia Polysora U.) Pada Tanaman Jagung (Zea Mays Linn.) Di Dataran Rendah

UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA FUNGISIDA NABATI
TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN (Puccinia polysora U.)
PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays Linn.)
DI DATARAN RENDAH

SKRIPSI

OLEH :
SITI HASRIANI
050302044
HPT

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara

UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA FUNGISIDA NABATI

TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN (Puccinia polysora U.)
PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays Linn.)
DI DATARAN RENDAH

SKRIPSI

OLEH :
SITI HASRIANI
050302044
HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh
Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing

(Ir. Lahmuddin Lubis, MP)


(Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr)

Ketua

Anggota

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Siti Hasriani "TEST THE EFFECTIVENESS OF SOME OF
DISEASE fungiside LEAF RUST (Puccinia polysora U.) ON MAIZE
PLANTS (Zea mays Linn.) LOW PLAIN." With the commission supervising Ir.
Lahmuddin Lopez as chairman and Ir. Iskandar Pinem Mukhtar, M. Agr as a

member.
The study aims to determine the influence of several botanical fungicide
against leaf rust disease (Puccinia polysora U.).
The experiment was conducted in UPT. Parent Seed (BBI) Agriculture
Crop Cape Congratulations, District Sunggal Medan, Medan, Deli Serdang
regency, with altitude ranging from ± 25 meters above sea level in January - April
2010.
Research using randomized block design (RAK), non-factorial with 9 =
Control P0, P1 = Solution of ginger rhizome 50 g / liter of water, ginger rhizome
solution P2 = 100 grams / liter of water, turmeric solution P3 = 50 g / liter of
water, P4 = Solution turmeric 100 grams / liter of water, P5 = Solution of clove
leaf 50 g / liter of water, P6 = solution leaf clove 100 g / liter of water, betel leaf
solution P7 = 50 g / liter of water, betel leaf solution P8 = 100 g / liter of water.
Parameters were the intensity of attacks Puccinia polysora U. (%) And maize
production (tonnes/ha).
Results showed that fungicide treatments showed significant differences
between the observations of 35 to 77 days. It can be seen that the observed 77
DAT in treatment P0 (control) was significantly different to the treatment of P1
(50 g ginger rhizome solution / liter of water), P2 (Solution of ginger rhizome 100
g / liter of water), P3 (50 g turmeric solution / liter water), P4 (turmeric solution

100 g / liter of water), P5 (50 g solution of clove leaf / liter of water), P6 (100 g
solution of clove leaf / liter of water), P8 (betel leaf solution was 100 grams / liter
of water) but not significantly different to the treatment of P7 (betel leaf solution
was 50 g / liter of water), and treatment of P1 (50 g ginger rhizome solution / liter
of water) was significantly different to the treatments P0 (control), P4 (turmeric
solution 100 g / liter of water ), P6 (100 g solution of clove leaf / liter of water),
P7 (betel leaf solution was 50 g / liter of water), P8 (betel leaf solution was 100
grams / liter of water) but not significantly different terhapat other treatments. The
highest intensity of the attacks on 77 HST observations on P0 treatment (Control)
that is equal to 57.20% and the lowest attack there on P1 treatment (50 g ginger
rhizome solution / liter of water) that is equal to 42.13%. For the production
parameters showed no significant difference is the highest production there
padaperlakuan P0 (control): 6.20 tons / ha and the lowest padaperlakuan P4
(turmeric solution 100gr / liter of water): 4.60 tons / ha.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Siti Hasriani “UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA FUNGISIDA NABATI

TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN (Puccinia polysora U.)PADA
TANAMAN JAGUNG (Zea mays Linn.) DI DATARAN RENDAH”. Dengan
komisi pembimbing bapak Ir. Lahmuddin Lubis selaku ketua dan bapak
Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr selaku anggota.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa fungisida nabati
terhadap penyakit karat daun (Puccinia polysora U.).
Penelitian dilaksanakan di UPT. Balai Benih Induk (BBI) Palawija Dinas
Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang
Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 mdpl mulai dari bulan januari – april
2010.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial
dengan 9 perlakuan P0 = Kontrol, P1 = Larutan rimpang jahe 50 gr /liter air, P2 =
Larutan rimpang jahe 100 gr /liter air, P3 = Larutan rimpang kunyit 50 gr /liter air,
P4 = Larutan rimpang kunyit 100 gr /liter air, P5 = Larutan daun cengkeh 50 gr
/liter air, P6 = Larutan daun cengkeh 100 gr /liter air, P7 = Larutan daun sirih 50 gr
/liter air, P8 = Larutan daun sirih 100 gr /liter air. Parameter yang diamati adalah
intensitas serangan Puccinia polysora U. (%) dan produksi jagung (ton/ha).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan fungisida nabati
menunjukkan perbedaan yang nyata antara pengamatan 35 sampai 77 hari. Dapat
dilihat bahwa pada pengamatan 77 hst pada perlakuan P0 (Kontrol) berbeda nyata

terhadap perlakuan P1 (Larutan rimpang jahe 50 gr /liter air), P2 (Larutan
rimpang jahe 100 gr /liter air), P3 (Larutan rimpang kunyit 50 gr /liter air), P4
(Larutan rimpang kunyit 100 gr /liter air), P5 (Larutan daun cengkeh 50 gr /liter
air), P6 (Larutan daun cengkeh 100 gr /liter air), P8 (Larutan daun sirih 100 gr
/liter air) tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan P7 (Larutan daun sirih 50
gr /liter air), dan perlakuan P1 (Larutan rimpang jahe 50 gr /liter air) berbeda
nyata terhadap perlakuan P0 (Kontrol), P4 (Larutan rimpang kunyit 100 gr /liter
air), P6 (Larutan daun cengkeh 100 gr /liter air), P7 (Larutan daun sirih 50 gr /liter
air), P8 (Larutan daun sirih 100 gr /liter air) tetapi tidak berbeda nyata terhapat
perlakuan lainnya. Intensitas serangan tertinggi pada pengamatan 77 hst pada
perlakuan P0 (Kontrol) yaitu sebesar 57.20% dan serangan terendah terdapat pada
perlakuan P1 (Larutan rimpang jahe 50 gr /liter air) yaitu sebesar 42.13%. Untuk
parameter produksi menunjukkan perbedaan yang tidak nyata yaitu produksi
tertinggi terdapat padaperlakuan P0 (kontrol) : 6.20 ton/ha dan yang terendah
padaperlakuan P4 (larutan rimpang kunyit 100gr /liter air) : 4.60 ton/ha.

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP


“Siti Hasriani” di lahirkan di Binjai pada tanggal 21 juni 1986 dari
pasangan bapak Asri Ahmad Parinduri dan ibu Zulbaidah Chaniago, penulis
merupakan anak kedua (2) dari tiga bersaudara.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah lulus dari Sekolah Dasar
Negeri 040447 Kabanjahe tahun 1998, tahun 2001 lulus dari Sekolah Menengah
Pertama swasta Galih Agung Medan,dan tahun 2004 lulus dari Sekolah Menengah
Umum Negeri IV Medan. Diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Hama
dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas sumatera Utara Medan
melalui jalur SPMB pada tahun 2005.
Kegiatan akademis yang penulis ikuti selama perkuliahan adalah menjadi
anggota IMAPTAN FP USU, mengikuti seminar Parintal Expo 2008 pada tanggal
14 maret 2008, seminar Peranan Pertanian dalam Pembangunan Sumatera Utara
pada tanggal 15 maret 2008,dan seminar Peringatan 100 tahun Kebangkitan
Nasional FP USU pada tanggal 24 mei 2008.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN IV Kebun
Tinjowan Kisaran pada bulan Juli- Agustus 2009 dan melaksanakan Praktek
Skripsi di UPT. Balai Benih Induk (BBI) Palawija Dinas Pertanian Tanjung
Selamat Kecamatan Medan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Medan mulai bulan
Januari- April 2010.


Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas
berkah dan rahmat – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA
FUNGISIDA

NABATI

TERHADAP

PENYAKIT

KARAT

DAUN

(Puccinia polysora U.) PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays Linn.) DI

DATARAN RENDAH”. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Hama dan
Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
bapak Ir. Lahmuddin Lubis, MP selaku ketua komisi pembimbing dan bapak
Ir. Mukhtar Iskandar Pimen, M.Agr selaku anggota yang telah memberikan saran
dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selain itu terima
kasih juga saya ucapkan kepada Keluarga besar di UPT. BBI Palawija Tj. Selamat
yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian.
Dan ucapan terima kasih terbesar kepada kedua orang tua ku atas segala
doa, dukungan dan perhatiannya juga kepada abang dan adikku, tak lupa pula
ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada bang ‘a’ yang telah banyak
membantu selama penelitian dan ‘dy’ yang telah membantu dan memberi support
kepada saya selama pengerjaan skripsi ini sampai selesai . Teman- teman HPT ‘05
dan pihak- pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian
dan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.


Medan, Januari 2011
Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................

i

ABSTRACT ...........................................................................................

i

RIWAYAT HIDUP ...............................................................................

ii


KATA PENGANTAR ...........................................................................

iii

DAFTAR ISI .........................................................................................

iv

DAFTAR TABEL .................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................

viii

PENDAHULUAN
Latar belakang.............................................................................
Tujuan penelitian.........................................................................
Hipotesa penelitian......................................................................
Kegunaan penelitian....................................................................

1
4
4
4

TIJAUAN PUSTAKA
Biologi Penyebab Penyakit..........................................................
Gejala penyakit................................................................
Daur hidup penyakit........................................................
Faktor yang mempengaruhi.............................................
Pengendalian...................................................................
Pestisida nabati............................................................................
Jahe (Zingiber officinale).................................................
Kunyit (Curcuma domestica)..........................................
Cengkeh (Syzygium aromaticum)....................................
Sirih (Piper betle).............................................................

5
6
7
8
8
8
9
11
11
12

METODOLOGIPENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian..................................................................
Bahan dan Alat Penelitian.......................................................................
Metode Penelitian....................................................................................
Pelaksanaan Penelitian.............................................................................
Pengolahan Lahan........................................................................
Penanaman Benih.........................................................................
Pemupukan...................................................................................
Penjarangan..................................................................................
Pemeliharaan................................................................................
Aplikasi fungisida........................................................................
Pemanenan...................................................................................
Pengamatan parameter.............................................................................

14
14
14
16
16
16
16
16
17
17
17
18

Universitas Sumatera Utara

Intensitas serangan.......................................................................
Produksi.......................................................................................

18
19

HASIL DAN PEMBAHASAN
Intensitas Serangan Puccinia polysora U................................................
Produksi...................................................................................................

20
23

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan..............................................................................................
Saran........................................................................................................

24
24

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................

25

LAMPIRAN..........................................................................................

27

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No

judul

hlm

1.

Daftar jenis tumbuhan dan bagian tumbuhan yang digunakan
sebagai bahan fungisida nabati.........................................................

9

2.

Rataan Intensitas Serangan Puccinia polysora U.............................

20

3.

Rataan Produksi biji kering..............................................................

23

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

judul

hlm

Jamur Puccinia polysora....................................................................
Teliospores of Puccinia polysora.......................................................
Patogen : fungus (Puccinia polysora)................................................
Gejala serangan Puccinia polysora....................................................
Jahe (Zingiber officinale Rosc.).........................................................
Senyawa aktif jahe.............................................................................
Kunyit (Curcuma domestica Val.).....................................................
Cengkeh (Syzygium aromaticum)......................................................
Sirih (Piper betle)..............................................................................
Histogram pengaruh pemberian fungisida nabati terhadap intensitas
serangan Puccinia polysora U. (%)...................................................
Lahan Penelitian Tampak dari Depan................................................
Lahan penelitian Tampak Pada Blok.................................................
P0 (Kontrol).......................................................................................
P1 (Larutan rimpang jahe 50 gr /liter air)..........................................
P2 (Larutan rimpang jahe 100 gr /liter air).......................................
P4 (Larutan rimpang kunyit 100 gr /liter air)....................................
P5 (Larutan daun cengkeh 50 gr /liter air).........................................
P8 (Larutan daun sirih 100 gr /liter air).............................................

6
6
7
7
9
10
11
11
12
22
46
46
47
47
47
47
47
47

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

judul

hlm

Bagan Penelitian.................................................................................
Bagan sampel penelitian.....................................................................
Tabel rataan intensitas serangan (%) 35 hst.......................................
Tabel rataan intensitas serangan (%) 42 hst.......................................
Tabel rataan intensitas serangan (%) 49 hst.......................................
Tabel rataan intensitas serangan (%) 56 hst.......................................
Tabel rataan intensitas serangan (%) 63 hst.......................................
Tabel rataan intensitas serangan (%) 70 hst.......................................
Tabel rataan intensitas serangan (%) 77 hst.......................................
Tabel Produksi....................................................................................
Deskripsi jagung hibrida varietas bisi 2.............................................
Foto lahan penelitian..........................................................................
Foto hasil penelitian...........................................................................

27
29
30
32
34
36
38
40
42
44
45
46
47

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Siti Hasriani "TEST THE EFFECTIVENESS OF SOME OF
DISEASE fungiside LEAF RUST (Puccinia polysora U.) ON MAIZE
PLANTS (Zea mays Linn.) LOW PLAIN." With the commission supervising Ir.
Lahmuddin Lopez as chairman and Ir. Iskandar Pinem Mukhtar, M. Agr as a
member.
The study aims to determine the influence of several botanical fungicide
against leaf rust disease (Puccinia polysora U.).
The experiment was conducted in UPT. Parent Seed (BBI) Agriculture
Crop Cape Congratulations, District Sunggal Medan, Medan, Deli Serdang
regency, with altitude ranging from ± 25 meters above sea level in January - April
2010.
Research using randomized block design (RAK), non-factorial with 9 =
Control P0, P1 = Solution of ginger rhizome 50 g / liter of water, ginger rhizome
solution P2 = 100 grams / liter of water, turmeric solution P3 = 50 g / liter of
water, P4 = Solution turmeric 100 grams / liter of water, P5 = Solution of clove
leaf 50 g / liter of water, P6 = solution leaf clove 100 g / liter of water, betel leaf
solution P7 = 50 g / liter of water, betel leaf solution P8 = 100 g / liter of water.
Parameters were the intensity of attacks Puccinia polysora U. (%) And maize
production (tonnes/ha).
Results showed that fungicide treatments showed significant differences
between the observations of 35 to 77 days. It can be seen that the observed 77
DAT in treatment P0 (control) was significantly different to the treatment of P1
(50 g ginger rhizome solution / liter of water), P2 (Solution of ginger rhizome 100
g / liter of water), P3 (50 g turmeric solution / liter water), P4 (turmeric solution
100 g / liter of water), P5 (50 g solution of clove leaf / liter of water), P6 (100 g
solution of clove leaf / liter of water), P8 (betel leaf solution was 100 grams / liter
of water) but not significantly different to the treatment of P7 (betel leaf solution
was 50 g / liter of water), and treatment of P1 (50 g ginger rhizome solution / liter
of water) was significantly different to the treatments P0 (control), P4 (turmeric
solution 100 g / liter of water ), P6 (100 g solution of clove leaf / liter of water),
P7 (betel leaf solution was 50 g / liter of water), P8 (betel leaf solution was 100
grams / liter of water) but not significantly different terhapat other treatments. The
highest intensity of the attacks on 77 HST observations on P0 treatment (Control)
that is equal to 57.20% and the lowest attack there on P1 treatment (50 g ginger
rhizome solution / liter of water) that is equal to 42.13%. For the production
parameters showed no significant difference is the highest production there
padaperlakuan P0 (control): 6.20 tons / ha and the lowest padaperlakuan P4
(turmeric solution 100gr / liter of water): 4.60 tons / ha.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Siti Hasriani “UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA FUNGISIDA NABATI
TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN (Puccinia polysora U.)PADA
TANAMAN JAGUNG (Zea mays Linn.) DI DATARAN RENDAH”. Dengan
komisi pembimbing bapak Ir. Lahmuddin Lubis selaku ketua dan bapak
Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr selaku anggota.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa fungisida nabati
terhadap penyakit karat daun (Puccinia polysora U.).
Penelitian dilaksanakan di UPT. Balai Benih Induk (BBI) Palawija Dinas
Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang
Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 mdpl mulai dari bulan januari – april
2010.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial
dengan 9 perlakuan P0 = Kontrol, P1 = Larutan rimpang jahe 50 gr /liter air, P2 =
Larutan rimpang jahe 100 gr /liter air, P3 = Larutan rimpang kunyit 50 gr /liter air,
P4 = Larutan rimpang kunyit 100 gr /liter air, P5 = Larutan daun cengkeh 50 gr
/liter air, P6 = Larutan daun cengkeh 100 gr /liter air, P7 = Larutan daun sirih 50 gr
/liter air, P8 = Larutan daun sirih 100 gr /liter air. Parameter yang diamati adalah
intensitas serangan Puccinia polysora U. (%) dan produksi jagung (ton/ha).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan fungisida nabati
menunjukkan perbedaan yang nyata antara pengamatan 35 sampai 77 hari. Dapat
dilihat bahwa pada pengamatan 77 hst pada perlakuan P0 (Kontrol) berbeda nyata
terhadap perlakuan P1 (Larutan rimpang jahe 50 gr /liter air), P2 (Larutan
rimpang jahe 100 gr /liter air), P3 (Larutan rimpang kunyit 50 gr /liter air), P4
(Larutan rimpang kunyit 100 gr /liter air), P5 (Larutan daun cengkeh 50 gr /liter
air), P6 (Larutan daun cengkeh 100 gr /liter air), P8 (Larutan daun sirih 100 gr
/liter air) tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan P7 (Larutan daun sirih 50
gr /liter air), dan perlakuan P1 (Larutan rimpang jahe 50 gr /liter air) berbeda
nyata terhadap perlakuan P0 (Kontrol), P4 (Larutan rimpang kunyit 100 gr /liter
air), P6 (Larutan daun cengkeh 100 gr /liter air), P7 (Larutan daun sirih 50 gr /liter
air), P8 (Larutan daun sirih 100 gr /liter air) tetapi tidak berbeda nyata terhapat
perlakuan lainnya. Intensitas serangan tertinggi pada pengamatan 77 hst pada
perlakuan P0 (Kontrol) yaitu sebesar 57.20% dan serangan terendah terdapat pada
perlakuan P1 (Larutan rimpang jahe 50 gr /liter air) yaitu sebesar 42.13%. Untuk
parameter produksi menunjukkan perbedaan yang tidak nyata yaitu produksi
tertinggi terdapat padaperlakuan P0 (kontrol) : 6.20 ton/ha dan yang terendah
padaperlakuan P4 (larutan rimpang kunyit 100gr /liter air) : 4.60 ton/ha.

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman jagung sudah ditanam sejak ribuan tahun yang lalu. Jagung ini
berasal dari Amerika. Dalam penemuan tertanyata Peru dan Meksiko telah
membudidayakan jagung sejak ribuan tahun yang lalu. Berkembang terutama di
daerah Meksiko, Amerika tengah dan Amerika Selatan. Akhirnya jagung
berkembang di Spanyol, Portugis dan Perancis, Italia dan bagian utara Afrika.
Pada awal abad ke-16 menyebar ke India dan China (Suprapto, 1999).
Jagung (Zea mays L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi
manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan dan serat kasar yang cukup
memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai makanan
pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak. Kebutuhan akan
konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Hal ini didasarkan pada makin
meningkatnya konsumsi perkapita per tahun dan semakin meningkatnya jumlah
penduduk indonesia (Dinas pertanian dan kehutanan, 2009).
Jagung merupakan salah satu jenis bahan makanan yang mengandung
sumber hidrat arang yang dapat digunakan untuk menggantikan (mensubtansi)
beras sebab:
1. Jagung memiliki kalori yang hampir sama dengan kalori yang terkandung
pada padi.

Universitas Sumatera Utara

2. Kandungan protein dalam biji jagung sama dengan biji padi, sehingga
jagung dapat pula menyumbangkan sebagian kebutuhan protein yang
dibutuhkan nasi.
3. Jagung dapat tumbuh pada berbagai tanah, bahkan pada kondisi tanah
yang agak kering pun jagung masih bisa ditanam (AAK,1993).
Di Indonesi sudah dikenal kira-kira 400 tahun yang lalu, yang pertama kali
oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia
pada mulanya terkonsentrasi di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura.
Dan lambat laun menyebar keseluruh provinsi yang ada di Indonesia
(Rukmana, 1997).
Kebutuhan jagung terus meningkat, baik untuk pangan maupun pakan dan
bahan baku industri. Pada saat produksi tidak memadai, impor terpaksa dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan. Pada tahun 2005 Indonesia mengimpor jagung 1,80
juta ton dan pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 2,20 juta ton, kalau produksi
nasional tidak segera dipacu
(Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2007).
Salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan produksi jagung
antara lain yaitu perbaikan teknologi budidaya sesuai dengan ciri agroekosistem
yang mampu meningkatkan produksi tanaman jagung. Selain dipengaruhi faktor
tumbuh, faktor penting yang mendukung keberhasilan penanaman jagung adalah
faktor pengolahan lahan oleh manusia. Kekurangan unsur hara yang diperlukan
oleh tanaman dapat diberikan melalui pemupukan, takaran , cara dan waktu
pemupukan yang tepat disertai dengan pengololahan tanah yang baik. Hal ini
membantu

meningkatkan

ketersedian

hara

yang

diperlukan

dan

akan

Universitas Sumatera Utara

menghasilkan produksi jagung yang tinggi. Pemupukan tepat yang berbeda,
tergantung dari kesuburan dan jenis tanah. Pada lahan yang bersifat masam,
ketersedian

P

dapat

ditingkatkan

melaui

pengapuran

produksi

jagung adalah

(http://www.tanindo.com/abdi3/hal1901.htm, 2009).
Salah

satu

faktor penentu

peningkatan

keberhasilan mengendalikan hama dan penyakit. Dengan mengetahui jenis dan
gejala serangan hama dan penyakit setidaknya membantu keberhasilan dalam
pengendaliannya. Salah satu penyakitnya adalah karat daun (Puccinia polysora U)
yang

biasanya

menyerang

tanaman

dewasa

yang

dapat

menyebabkan

terhambatnya pembentukan buah (Adisarwanto dan Widyastuti, 2000).
Penyakit karat pada jagung di Indonesia baru menarik perhatian pada
tahun 1950-an. Ditandai dengan adanya jamur karat pada jagung dan telah
diidentifikasi yaitu Puccinia polysora U. Jamur ini untuk pertama kali dilaporkan
di Amerika pada tahun 1891. Pada tahun 1940 ditemukan di Karabia dan akhirnya
menyebar keseluruh dunia (Semangun, 1993).
Dikatakan bahwa Puccinia polysora dan Puccinia sorghi terdapat disemua
negara penanam jagung diseluruh dunia, dimana P.Polysora lebih banyak terdapat
didataran rendah tropik sehingga sering disebut tropical rust sedangkan P.sorghi
lebih banyak terdapat dipegunungan tropik dan didaerah beriklim sedang. Pada
waktu P.polysora baru masuk di Afrika diberitakan bahwa kerugian yang
ditimbulkan mencapai 70 % akibat serangan penyakit ini (Semangun, 1993).
Gejala ditandai dengan baercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat
sampai oval terdapat pada permukaan daun jagung di bagian atas dan bawah,
uredinia menghasilkan uredospora yang berbentuk bulat atau oval dan berperan

Universitas Sumatera Utara

penting sebagai sumber inokulum dalam menginfeksi tanaman jagung yang lain
dan penyebarannya melalui angin. Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah
sampai tinggi dan infeksinya berkembang baik pada musim penghujan atau
musim kemarau (http://balitseral.litbang.deptan.go.id/leaflet/pot, 2009).
Pengendalian serangan penyakit karat daun dapat dilakukan dengan
menggunakan varietas unggul atau varietas tahan penyakit seperti Metro, Harapan
Baru, Kalingga, Arjuna, Wiyasa, dan Pioner 2. Selain itu sanitasi areal tanam dan
juga agar tidak lembab serta penyemprotan fungisida Ridomil 35SD, Daconil
75WP,

atau

Difolatan

4F

dengan

dosis

sesuai

anjuran

(Adisarwanto dan Widyastuti, 2000).
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui efektifitas pengendalian secara nabati terhadap penyakit
karat daun (Puccinia polysora U.) pada tanaman jagung di dataran rendah.
Hipotesa Penelitian
Ada perbedaan efktifitas diantara fungisida nabati yang diujikan untuk
mengendalikan Puccinia polysora U. pada tanaman jagung.
Kegunaan Penelitian


Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di
Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.



Sebagai informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Penyebab Penyakit
Klasifikasi jamur Pucinia polysora U.
Divisio

: Eumycota

Kelas

: Urediniomycetes

Ordo

: Uredinales

Famili

: Pucciniaceae

Genus

: Puccinia

Spesies

: Puccinia polysora U.

(Bachi, 2008).
Karat jagung disebabkan oleh tiga spesies dari dua negara yaitu
Puccinia sorghi Scw, P.polysora Underw dan Physopella zeae (Mains) Cunmins
dan Ramachar (Syn. Angiospora zeae Mains). P. polysora dan P. zeae
mempunyai uredospora berwarna kekuningan sampai keemasan, berbentuk elip,
berukuran 20-29 x 29-40 µm. Tebal dinding spora 1-1,5 µm dengan 4-5 lubang
ekuator. Teliospora berwarna coklat, halus, elip, kedua ujungnya membulat,
ukuran 18-27 x 29-41 µm, mudah lepas, dua sel, timbul pada tangkai pendek
ukuran 10-30 µm. Aeciosporanya belum diketahui (Wakman dkk, 1998).
Puccinia polysora membentuk urediospora bulat atau jorong dengan garis
tengah 0,2-1 mm. Dilapangan kadang-kadang epidermis menutupi urediosorus

Universitas Sumatera Utara

sampai matang. Tetapi adakalanya epidermis pecah dan dalam jumlah besar
menjadi tampak. Jamur banyak membentuk urediosorus pada daun dan kadangkadang juga pada upih daun. Karena adanya sorus ini permukaan atas menjadi
kasar (Semangun, 1993).

Pathogen of
Puccinia polysora

Gambar 1. Jamur Puccinia polysora
Sumber : Gadner and Hodges (1989)

Teliospora

Gambar 2. Teliospores of Puccinia polysora
Sumber : Bachi (2008)
Gejala penyakit
Gejala pada tanaman jagung yang terinfeksi penyakit karat adalah adanya
bisul (pustules=sori), terutama pada daun. Bisul dengan warna coklat kemerahan
tersebar pada permukaan daun dan berubah warna menjadi hitam kecoklatan
setelah teliospora berkembang. Pada saat terjadi penularan berat, daun menjadi
kering (Wakman dkk, 1998).
Bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat pada
permukaan daun jagung di bagian atas dan bawah, uredinia menghasilkan

Universitas Sumatera Utara

urediospora yang berbentuk bulat atau oval dan berperan penting sebagai sumber
inokulum dalam menginfeksi tanaman jagung yang lain dan sebarannya melalui
angin (htt://balitsereal.litbang.deptan.go.id/leaflet/opt, 2009).

Fungus of
Puccinia polysora

Gambar 3. Patogen : Fungus (Puccinia polysora)

Gambar 4. Gejala serangan Puccinia polysora di Lapangan
Sumber : Foto langsung
Perkembangan penyakit terjadi sangat cepat pada umur tanaman dewasa.
Akibat penyakit ini, tanaman tidak dapat melakukan fotosintesis dengan sempurna
sehingga pertumbuhannya terhambat, bahkan tanaman dapat mati (Utoro, 2007).
Daur Hidup Penyakit
Puccinia polysora dapat mempertahankan diri dari musim ke musim pada
tanaman jagung hidup yang selalu terdapat dan dipancarkan oleh urediospora.
Spora ini dapat diterbangkan jauh oleh angin dengan tetap hidup, karena kering
dan mempunyai dinding yang cukup tebal. Jamur ini tidak bisa hidup sebagai
saprofit, sehingga tidak dapat mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman

Universitas Sumatera Utara

jagung. Tidak terdapat pula bukti-bukti bahwa jamur ini mempertahankan diri
dalam biji yang dihasilkan oleh tanaman sakit (Semangun, 1993).
Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit
Puccinia polysora merugikan terutama di daerah basah tropik.
Urediospora paling banyak dipancarkan menjelang tengah hari. Suhu optimum
untuk perkecambahan urediospora adalah 27-280 C. Pada suhu ini uredium
terbentuk setelah 9 hari setelah infeksi. Jamur mengadakan infeksi melalui mulut
kulit. P. polysora ditentukan oleh gen-gen dominan atau dominan tidak penuh
(Semangun, 1993).
Pengendalian
Menanam varietas tahan Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima 1 dan Semar
10 dan melakukan eradikasi tanaman yang terinfeksi karat daun dan gulma.
Aplikasi fungisida pada saat mulai tampak bisul karat pada daun serta penggunaan
fungisida

dengan

bahan

aktif

benomil

(http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/leaflet/opt, 2009).
Pestisida Nabati
Pestisida nabati merupakan senyawa kimia yang berasal dari tumbuhan
untuk digunakan memberantas organisme pengganggu tanaman berupa hama dan
penyakit maupun tumbuhan pengganggu (gulma). Pestisida nabati merupakan
hasil ekstraksi bagian tertentu dari tumbuhan baik dari daun, buah, biji atau akar.
Biasanya bagian tumbuhan tersebut mengandung senyawa atau metabolit
sekunder dan memiliki sifat racun terhadap hama dan penyakit tertentu. Pestisida

Universitas Sumatera Utara

nabati ini dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul),
pembunuh dan bentuk lainnya (Wakiah dan Hanudin, 2007).
Secara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan
dasarnya berasal dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan
dan pengetahuan yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami atau nabati
maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam sehingga
tidak mencemari lingkungan, dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan
karena residu mudah hilang (Gerrits dan Latum, 1988).
Tabel 1. Daftar jenis tumbuhan dan bagian tumbuhan yang digunakan sebagai
bahan fungisida nabati
NO

Suku

Jenis Tumbuhan

1

Zingiberaceae Zingiber officinale
(Jahe)
2
Zingiberaceae Curcuma domestica
(Kunyit)
3
Myrtaceae
Syzygium aromaticum
(Cengkeh)
4
Piperaceae
Piper betle
(Sirih)
Sumber : Lestari (2008).

Bagian yang Kegunaan
Digunakan
Rimpang
Fungisida
Rimpang

Fungisida

Daun

Fungisida

Daun

Fungisida

Jahe (Zingiber officinale)

Gambar 5. Jahe (Zingiber officinale Rosc.)
http://www.tistr.or.th/pharma/jpg (2009)

Universitas Sumatera Utara

Kandungan dari setiap rimpang jahe berbeda. Kandungan yang terbanyak
di bawah bagian jaringan epidermis. Semakin tengah kandungan minyak semakin
sedikit, selain itu umur tanaman juga mempengaruhi kandungan minyaknya.
Komponen yang terkandung dalam rimpang jahe ini sangat banyak kegunaannya.
Terutama sebagai rempah, industri farmasi dan obat tradisional dan lain- lain.
Kandungannya terdiri dari oleoserin yang didalamnya terdapat beberapa
komponen yaitu zingerol, zingirone, shogoal, resin, dan minyak asiri
(Paimin dan Murhananto, 2000).

Gambar 6. Senyawa aktif Jahe
Lestari (2010)
Gingerol merupakan senyawa yang labil terhadap panas baik selama
penyimpanan maupun pada waktu pemrosesan, sehingga gingerol sulit untuk
dimurnikan. Rumus molekul gingerol C17H26O4. Gingerol dapat dibuat dengan
dua cara yaitu dengan dehidrasi dari shogaols, yang merupakan senyawa
campuran dari 3 homolog atau dengan kondensasi Retro-Aldol menjadi zingerone,
4-(3-metoksi-4 hidrophenil)-2butanone). Rimpang jahe dapat digunakan sebagai
bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti, roti, kue, biskuit,
kembang gula dan berbagai minuman. Jahe juga dapat digunakan pada industri
obat, minyak wangi, industri jamu tradisional, diolah menjadi asinan jahe, dibuat
acar, lalap, bandrek, sekoteng dan sirup. Dewasa ini para petani cabe

Universitas Sumatera Utara

menggunakan

jahe

sebagai

pestisida

alami

(http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.id=2, 2009).
Kunyit (Curcuma domestica)

Gambar 7. Kunyit (Curcuma domestica Val.)
http://www.tistr.or.th/pharma/jpg (2009)
Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut
kurkuminoid yang terdiri dari kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin,
demektosikurkumin. Selain itu juga mengandung minyak asiri yang memiliki bau
yang khas yang berasal dari zat keton sesquiterpen, α-turmeron, zingiberen, dan
sisanya terdiri dari α- felandren, α- sabinen, borneol dan sineol (Nugroho, 1998).
Cengkeh (Syzygium aromaticum)

Gambar 8. Cengkeh (Syzygium aromaticum (Linn) Merr.)
TOGA[tanaman obat keluarga], kaskus, forum.
http://tanamanherbal.wordpress.com (2009)

Universitas Sumatera Utara

Cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi
10 – 20 m, mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucukpucuknya. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika
bunga sudah mekar. Cengkeh akan di panen jika sudah mencapai panjang 1,5 – 2
cm (http://id.wikipedia.org/wiki/cengkeh, 2009).
Cengkeh merupakan tanaman perkebunan yang banyak dibudidayakan di
tingkat petani. Tanaman ini banyak mengandung minyak atsiri yang mempunyai
nilai jual tinggi. Minyak atsiri diperoleh melalui proses ekstraksi maupun
penyulingan bagian daun atau bunga cengkeh. Minyak tersebut diketahui
mengandung sampai dengan 80% eugenol dan berdasarkan uji laboratorium dan
rumah kaca diketahui sangat efektif membunuh nematoda puru akar, M. incognita
(http://www.smallcrab.com/, 2010).

Daun cengkeh berwarna hijau berbentuk bulat telur memanjang dengan
bagian ujung dan pangkalnya menyudut, rata- rata mempunyai ukuran lebar
berkisar 2-3 cm dan panjang daun tanpa tangkai berkisar 7,5 – 12,5 cm. Bunga
cengkeh selain mengandung minyak atsiri, juga mengandung senyawa kimia yang
disebut euenol, asam oleanolat, asam galotanat, fenilin, karyofilin, resin dan gom
(Admin, 2009).
Sirih (Piper betle)

Gambar 9. Sirih (Piper betle Linn.)
http://id.wikipedia.org/wiki/sirih, (2009).

Universitas Sumatera Utara

Sirih adalah nama sejenis tumbuhan yang merambat yang bersandar pada
batang pohon lain. Sebagai budaya daun dan buahnya biasa dimakan dengan cara
mengunyah bersama gambir, pinang dan kapur. Namun mengunyah sirih telah
dikaitkan dengan penyakit kanker mulut dan pembentukan squamous cell
carcinoma yang bersifat malignan (http://id.wikipedia.org/wiki/sirih, 2009).
Sirih dapat digunakan sebagai bahan pestisida alternatif karena dapat
digunakan / bersifat sebagai fungisida dan bakterisida. Senyawa yang dikandung
oleh tanaman ini antara lain profenil fenol (fenil propana), enzim diastase tanin,
gula, amilum/pati, enzim katalase, vitamin A,B, dan C, serta kavarol. Cara kerja
zat aktif dari tanaman ini adalah dengan menghambat perkembangan bakteri dan
jamur. Sirih memiliki daya pembunuh bakteri 5 kali dari phenol biasa
(Plantus, 2008).

Universitas Sumatera Utara

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Balai Benih Induk (BBI) Palawija Tanjung
Selamat Kecamatan Medan Sunggal Kabupaten Deli Serdang dengn ketinggian
tempat ± 25 mdpl. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2010.
Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : benih
jagung BISI 2, fungisida nabati dari larutan rimpang jahe, rimpang kunyit, daun
cengkeh dan daun sirih, tifoll, dan pendukung lainnya.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor,
ember, blender, hand sprayer, tugal, meteran, tali plastik, papan sampel, cat, kuas,
alat tulis dan pendukung lainnya.
Metode penelitian
Penelitian dilakukan di lapangan dengan menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) non faktorial yang terdiri dari :
P0 = Kontrol
P1 = Larutan rimpang jahe 50 gr /liter air
P2 = Larutan rimpang jahe 100 gr /liter air
P3 = Larutan rimpang kunyit 50 gr /liter air
P4 = Larutan rimpang kunyit 100 gr /liter air
P5 = Larutan daun cengkeh 50 gr /liter air

Universitas Sumatera Utara

P6 = Larutan daun cengkeh 100 gr /liter air
P7 = Larutan daun sirih 50 gr /liter air
P8 = Larutan daun sirih 100 gr /liter air
Jumlah perlakuan tanaman = 9
(t-1) (r-1)

≥ 15

(9-1) (r-1)

≥ 15

8r - 8

≥ 15

8r

≥ 15

r

≥ 2,87

r

=3

Jumlah ulangan = 3
Jumlah plot

: 9 x 3 = 27

Jarak antar plot

: 50 cm

Parit keliling

: 30 cm

Ukuran plot

: 280 x 275 cm

Luas lahan

: 29,50 x 10, 10 m

Jarak tanam

: 70 x 35 cm

Jumlah tanaman per plot

: 28 tanaman

Jumlah seluruh tanaman

: 756 tanaman

Metode linear yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yij

= µ + ρi + τj + €ij

Dimana :
Yij

= Data percobaan

µ

= Nilai tengah umum

Universitas Sumatera Utara

ρi

= Pengaruh perlakuan ke-i

τj

= Pengaruh blok ke-j

€ij

= Pengaru galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

(Sastrosupadi, 2000).
Pelaksanaan Penelitian
Pengolahan lahan
Lahan yang digunakan adalah bekas pertanaman jagung. Pengolahan lahan
dilakukan dengan mencangkul tanah 1-2 kali sekaligus memecah bongkahan
tanah hingga halus dan digemburkan dengan membalik tanah dan diratakan
kembali. Kemudian dibuat plot percobaan dan parit- parit untuk saluran drainase.
Penanaman benih
Sebelum benih ditanam, dibuat lubang tanaman pada setiap plot percobaan
menggunakan tugal. Kedalaman lubang tanam ± 2,5 cm. Jarak tanaman 70 x 35
cm . setiap lubang tanaman diisi 2-3 biji jagung lalu ditutup tanah.
Pemupukan
Bersamaan dengan penanaman benih jagung dilakukan pemupukan dasar.
Jenis dan dosis pupuk yang diberikan pada saat tanam adalah urea 100 kg, TSP
100kg, dan KCL 50- 100 kg/ha, atau 5-6 gr campuran pupuk pertanaman.
Penjarangan
Penjarangan dilakukan dengan mencabut tanaman yang tumbuhnya kurang
baik, untuk disisakan 1-2 tanaman paling baik perlubang tanaman. Penjarangan

Universitas Sumatera Utara

dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam atau

bersama- sama dengan

kegiatan penyiangan.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman dilakukan mulai dari penyiangan, pembubunan dan
pengendalian hama. Penyiangan pertama dilakukan pada umur 15 hari setelah
tanam dan harus dijaga agar tidak mengganggu atau merusak akar tanaman.
Penyiangan kedua dilakukan sekaligus dengan pembubunan pada waktu
pemupukan kedua. Pembubunan ini selain untuk memperkukuh batang juga untuk
memperbaiki drainase dan mempermudah pengairan.
Aplikasi fungisida
Aplikasi fungisida dilakukan jika sudah terlihat penyakit karat daun
Puccinia polysora U. (± 30-40hst). Penyemprotan dilakukan menggunakan hand
sprayer. Volume semprot yang dibutuhkan untuk P1, P3, P5, P7 adalah 50 gr/liter air
sedangkan untuk P2, P4, P6, P8

adalah 100 gr/ liter air. Aplikasi fungisida

dilaksanakan sebanyak 3 kali dengan interval aplikasi seminggu sekali sesuai
konsentrasi yang telah ditentukan.
Pemanenan
Penentuan saat panen jagung yang paling tepat pada stadium matang
fisiologis pada saat tongkol berumur 7 – 8 minggu setelah keluar bunga. Kelobot
sudah berwarna kuning atau putih kekuningan dan kadar air dalam biji sudah
mencapai 35% - 40%. Pemanenan dilakukan dengan memetik tongkol dengan
tangan hingga terlepas dari batangnya.

Universitas Sumatera Utara

Parameter pengamatan
Intensitas serangan
Pengamatan intensitas serangan dilakukan sebanyak 7 kali. Pangamatan
dilakukan 1 hari sebelum aplikasi fungisida. Interval waktu pengamatan seminggu
sekali. Pengamatan intensitas serangan dihitung dengan rumus :

�� =
Dengan :

�(� × �)
× ���%
��

IS

= Intensitas serangan penyakit karat daun (%)

n

= Jumlah daun dari kategori skala serangan

v

= Nilai skala daun yang terserang

N

= Jumlah seluruh daun yang mati

Z

= Skala tertinggi dari kategori skala serangan

Kategori skala serangan :
Skala

Keterangan

0

Tidak terdapat gejala serangan (sehat)

1

> 1% - ≤ 5% luas permukaan yang terserang

3

> 5% - ≤ 25% luas permukaan yang terserang

5

> 25% - ≤ 50% luas permukaan yang terserang

7

> 50% - ≤ 75% luas permukaan yang terserang

9

> 75% - ≤ 100% luas permukaan yang terserang

(Anonim, 1999).

Universitas Sumatera Utara

Produksi
Pengamatan produksi tanaman dilakukan saat panen, dengan cara
menghitung berat kering tongkol yang dipanen dari masing- masing plot
perlakuan (kg/plot). Lalu hasilnya dikonversikan kedalam ton/ha dengan
menggunakan rumus :

Dimana :

�=

Y

= Produksi dalam ton/ha

X

= Produksi dalam kg/plot

L

= Luas plot (m2)

� ����� ��
×
���� ��


(Sudarsono dan Sujarman, 1981).

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Intensitas Serangan Puccinia polysora U.
Hasil pengamatan intensitas serangan Puccinia polysora U. pada setiap
waktu pengamatan mulai dari 35 – 77 hari setelah tanam (hst) dapat di lihat pada
lampiran 3 – 9. Dari hasil analisa sidik ragam dapat dilihat adanya perbedaan yang
nyata. Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata, maka dilakukan
Uji Jarak Duncan hasil nya dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Rataan Intensitas Serangan (%) Puccinia polysora U. untuk setiap waktu
pengamatan.
Waktu Pengamatan (hst)
Perlakuan

P0
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8

35 hst

42 hst

49hst

56hst

63hst

70hst

1.37a
0.74b
0.31c
0.97b
0.61c
0.32c
0.70b
0.50c
0.65b

4.40a
3.47b
2.93b
3.37b
2.63c
2.93b
2.70c
2.93b
2.90b

10.50a
7.33d
8.43d
8.53c
9.07c
8.80c
9.43b
9.87b
9.17c

28.57a
19.90b
22.04b
24.37a
24.87a
23.70b
26.63a
28.40a
25.04a

37.67a 45.77a
23,73b 27,50b
30.10a 32,93b
30.83a 36.20a
32,97a 38.80a
32.23a 37.03a
34.30a 39.27a
36.50a 41.23a
28.63a 39.23a

77hst
57.20a
42.13d
43.40d
45.63d
49.07c
48.57d
52.63b
53.50a
50.67b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom
yang sama berbeda nyata pada taraf 5% (notasi huruf kecil).
Dari hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang nyata antara
pengamatan 35 sampai 77 hari. Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 77
hst pada perlakuan P0 (Kontrol) berbeda nyata terhadap perlakuan P1 (Larutan
rimpang jahe 50 gr /liter air), P2 (Larutan rimpang jahe 100 gr /liter air), P3
(Larutan rimpang kunyit 50 gr /liter air), P4 (Larutan rimpang kunyit 100 gr /liter
air), P5 (Larutan daun cengkeh 50 gr /liter air), P6 (Larutan daun cengkeh 100 gr

Universitas Sumatera Utara

/liter air), P8 (Larutan daun sirih 100 gr /liter air) tetapi tidak berbeda nyata
terhadap perlakuan P7 (Larutan daun sirih 50 gr /liter air). Hal itu disebabkan
karena selain sirih kurang efektif untuk mengendalikan jamur dapat juga
berpengaruh pada keadaan cuaca yang tidak mendukung yaitu terjadinya hujan
pada malam hari yang mengakibatkan tercucinya aplikasi yang telah dilakukan di
sore harinya. Perlakuan P1 (Larutan rimpang jahe 50 gr /liter air) berbeda nyata
terhadap perlakuan P0 (Kontrol), P4 (Larutan rimpang kunyit 100 gr /liter air), P6
(Larutan daun cengkeh 100 gr /liter air), P7 (Larutan daun sirih 50 gr /liter air), P8
(Larutan daun sirih 100 gr /liter air) tetapi tidak berbeda nyata terhapat perlakuan
lainnya. Intensitas serangan tertinggi pada pengamatan 77 hst pada perlakuan P0
(Kontrol) yaitu sebesar 57.20% dan serangan terendah terdapat pada perlakuan P1
(Larutan rimpang jahe 50 gr /liter air) yaitu sebesar 42.13%.
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa fungisida nabati yang efektif untuk
mengendalikan serangan penyakit karat daun Puccinia polysora U terdapat pada
perlakuan P1 dan P2. Hal ini menyatakan bahwa ekstrak jahe ini dapat menjadi
pestisida nabati yang dapat menghambat perkembangan penyakit yang ada pada
tanaman. Karena jahe memiliki kandungan yang terdiri dari oleoserin yang
didalamnya terdapat beberapa komponen yaitu zingerol, zingirone, shogoal, resin,
dan minyak asiri, dan zingerol tersebut memiliki rumus molekul C17H26O4.
Sesuai dengan liteatur Wakiah dan Hanudin (2007) menyatakan bahwa pestisida
nabati merupakan hasil ekstraksi bagian tertentu dari tumbuhan baik dari daun,
buah, biji atau akar. Biasanya bagian tumbuhan tersebut mengandung senyawa
atau metabolit sekunder dan memiliki sifat racun terhadap hama dan penyakit

Universitas Sumatera Utara

tertentu. Pestisida nabati ini dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas
(pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya.
Beda rataan pengaruh fungisida nabati terhadap intensitas serangan

Intensitas Serangan (%)

Puccinia polysora U. dapat disajikan pada histogram berikut :
P0
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8

70
60
50
40
30
20
10
0
35 HST

42 HST

49 HST

56 HST
63 HST
PENGAMATAN

70 HST

77 HST

Gambar 10. Histogram Rataan Intensitas Serangan Puccinia polysora U.
untuk setiap waktu pengamatan.
Dari histogram diatas terlihat bahwa pada setiap pengamatan 35 hst – 77
hst selalu terjadi perubahan nilai intensitas serangan dari setiap perlakuannya
secara bertahap. Serangan penyakit ini terjadi di dataran rendah sampai tinggi dan
infeksinya berkembang baik pada musim penghujan atau musim kemarau.
Semangun (1993) menyatakan bahwa Puccinia polysora merugikan terutama di
daerah basah tropik. Urediospora paling banyak dipancarkan menjelang tengah
hari. Suhu optimum untuk perkecambahan urediospora adalah 27-280 C. Pada
suhu ini uredium terbentuk setelah 9 hari setelah infeksi. Jamur mengadakan
infeksi melalui mulut kulit. P. polysora ditentukan oleh gen-gen dominan atau
domonan tidak penuh. Penyakit ini dapat mempertahankan diri dalam di tanaman
jagung yang msih hidup dan disebarkan melalui spora, dimana semangun (1993)
menyatakan bahwa spora diterbangkan jauh oleh angin dengan tetap hidup, karena

Universitas Sumatera Utara

kering dan mempunyai dinding yang cukup tebal. Jamur ini tidak bisa hidup
sebagai saprofit.
Produksi
Dari hasil analisa sidik ragam untuk pengamatan produksi dapat dilihat
bahwa pengaruh faktor fungisida, menunjukkan perbedaan yang tidak nyata
terhadap berat produksi biji kering. Dikarenakan tingkat intensitas serangan
penyakit tinggi dan juga karena tanaman tidak diberikan pupuk secara teratur.
Perbedaan jumlah produksi pada tiap- tiap perlakuan dapat dilihat dari
tabel berikut yang dikonversikan dalam satuan ton/ha :
Tabel 3. Rataan Produksi Biji Kering (ton/ha).
Perlakuan Rataan
P0
6,20
P1
5,57
P2
5,97
P3
5,97
P4
4,60
P5
4,80
P6
5,90
P7
5,93
P8
6,13

Dari tabel 3 dapat dilihat produksi tertinggi terdapat pada perlakuan P0
(kontrol) : 6.20 ton/ha dan yang terendah P4 (larutan rimpang kinyit 100gr / liter
air) : 4.60 ton/ha. Utoro (2007) menyatakan perkembangan penyakit terjadi sangat
cepat pada umur tanaman dewasa. Akibat penyakit ini, tanaman tidak dapat
melakukan fotosintesis dengan sempurna sehingga pertumbuhannya terhambat,
bahkan tanaman dapat mati. Makanya petumbuhan buah banyak yang tidak
sempurna.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Intensitas serangan Puccinia polysora U. tertinggi pada pengamatan 77 hst
pada perlakuan P0 (kontrol) sebesar 57,20 % dan yang terendah terdapat
pada perlakuan P1 (larutan rimpang jahe 50 gr / liter air) sebesar 42,13 %.
2. Interaksi antara jenis fungisida yang diberikan pada tanaman jagung pada
setiap

pengamatan

menunjukkan

bahwa

in