Uji Ketahanan Beberapa Varietas Jagung (Zea Mays l.)Terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia Polysora Underw.)Di Dataran Rendah

(1)

Lampiran 1

Bagan Penelitian

10,1 m

II III I

26,1 m

Keterangan :

V1 = Pioneer 12 V6 = SHS 2

V2 = Pioneer 23 V7 = SHS 12

V3 = Bisi 2 V8 = NK 22

V4 = Bisi 12 V9 = NK 99

V5 = Bisi 16 V10 = DK 3

V3

S

U

V8

V2

V7

V9

V4

V1

V6

V5

V10

V1

V8

V5

V10

V7

V2

V9

V4

V6

V3

V5

V7

V4

V9

V3

V2

V10

V1

V6

V8


(2)

Lampiran 2

Bagan Tanaman Sampel

280 cm

35 cm

70 cm 30 cm

210 cm

Keterangan :

= Plot

= Tanaman Jagung


(3)

Lampiran 3 : Deskripsi Varietas Jagung

Varietas Jagung Hibrida PIONEER 12 Tanggal dilepas : 22 Juni 1999

Asal : F1 dari silang tungal (single cross) antara M30A97 dengan

F30A97. M30A97 dan F30A97 adalah galur murni tropis yang

Dikembangkan secara berurutan oleh Pioneer Hi-bred Philippines, Inc. dan Pioneer Hi-Bred, (Thailand) Co. Ltd.

Umur : Berumur dalam

50% polinasi : + 56 - 59 hari 50% keluar rambut : + 57 - 60 hari

Masak fisiologis : + 92 hari (< 600 m dpl) + 120 hari (> 600 m dpl) Batang : Besar dan kokok

Warna batang : Hijau Tinggi tanaman : + 211 cm Daun : Tegak dan lebar Warna daun : Hijau tua Keragaman tanaman : Sangat seragam Perakaran : Baik dan kuat Kerebahan : Tahan rebah

Bentuk malai : Tidak terbuka, ujung terkulai Warna sekam : Hijau

Warna anthera : Kuning

Warna rambut : Putih dengan merah muda di ujungnya Tongkol : Panjang dan silindris

Kedudukan tongkol : Agak tinggi, di pertengahan tinggi tanaman (+ 91 cm) Kelobot : Menutup biji dengan baik

Tipe biji : Mutiara (flint) Warna biji : Oranye

Baris biji : Lurus dan rapat Jumlah baris/tongkol : 14 - 16 baris Bobot 1000 biji : + 289 g

Kandungan nutrisi : 5,6% minyak, 10,6% protein, dan 71,2% tepung Rata-rata hasil : 8,1 t/ha pipilan kering

Potensi hasil : 10 - 12 t/ha pipilan kering

Ketahanan : Tahan terhadap penyakit karat daun, busuk tongkol Diplodia, dan busuk batang bakteri; agak tahan terhadap bulai, hawar daun H. turcicum, dan busuk batang Pythium Daerah adaptasi : Beradaptasi luas pada dataran rendah dan tinggi


(4)

Varietas Jagung Hibrida PIONEER 23

Tanggal dilepas : 29 Juli 2003

Asal : F1 dari silang tunggal (single cross) antara galur murni F30B80 dengn M30B80, keduanya adalah galur murni tropis yang dikembangkan oleh Pioneer Hi-Bred (Thailand) Co., Ltd. dan Hi-Bred dan Philippines, Inc.

Umur : Berumur agak dalam 50% polinasi : + 56 hari 50% keluar rambut : + 58 hari

Masak fisiologis : + 95 hari (< 600 m dpl) + 118 hari (> 600 m dpl) Batang : Besar dan kokok

Warna batang : Hijau Tinggi tanaman : + 225 cm Daun : Tegak dan lebar Warna daun : Hijau tua Keragaman tanaman : Sangat seragam Perakaran : Baik

Kerebahan : Tahan rebah

Bentuk malai : Besar, tegak, dan terbuka Warna malai : Ungu

Warna sekam : Hijau keunguan

Warna rambut : Hijau terang/putih dengan warna kemerahan di ujungnya Tongkol : Sedang, panjang, dan silindris

Kedudukan tongkol : Di pertengahan tinggi tanaman (+ 100 cm) Kelobot : Menutup biji dengan baik

Tipe biji : Semi mutiara Warna biji : Oranye

Baris biji : Tidak lurus dan rapat Jumlah baris/tongkol : 12 - 14 baris

Bobot 1000 biji : + 301 g

Rata-rata hasil : 6,3 t/ha pipilan kering Potensi hasil : 10,5 t/ha pipilan kering

Ketahanan : -Tahan terhadap bercak daun, kelabu C. maydis, dan busuk tongkol Diplodia;

-Cukup tahan terhadap busuk tongkol Gibberella, hawar daun, H.turcicum, karat daun, dan virus; serta ketahanan sedang terhadap perkecambahan tongkol

-Agak rentan terhadap bulai dan rentan terhadap busuk batang bakteri


(5)

Varietas Jagung Hibrida BISI-2

Tahun dilepas : 1995

Asal : F1 dari silang tunggal antara FS 4 dengan FS 9. FS 4 dan FS9

merupakan tropical inbred yang dikembangkan oleh

CharoenSeed Co., Ltd. Thailand dan Dekalb Plant Genetic, USA.

Umur : 50% keluar rambut : + 56 hari Panen : + 103 hari

Batang : Tinggi dan tegap Warna batang : Hijau

Tinggi tanaman : + 232 cm

Daun : Panjang, lebar, dan terkulai Warna daun : Hijau cerah

Keragaman tanaman : Seragam Perakaran : Baik Kerebahan : Tahan

Tongkol : Sedang, silindris, dan seragam Kedudukan tongkol : Di tengah-tengah batang Kelobot : Menutup tongkol dengan baik Tipe biji : Setengah mutiara (semi flint) Warna biji : Kuning oranye

Jumlah baris/tongkol : 12 - 14 baris Bobot 1000 biji : + 265 g

Rata-rata hasil : 8,9 t/ha pipilan kering Potensi hasil : 13 t/ha pipilan kering

Ketahanan : Toleran terhadap penyakit bulai dan karat daun


(6)

Varietas Jagung Hibrida BISI-12

Tanggal dilepas : 22 Oktober 2001

Asal : F1 silang tunggal antara galur murni FS 17 sebagai induk betina dan galur murni FS 10 sebagai induk jantan. FS 17 dan FS 10 dikembangkan oleh Charoen Seeds Co., Ltd. Thailand

Umur : 50% keluar rambut : 57 hari Masak fisiologis : 99 hari

Batang : Besar, kokoh, tegap Warna batang : Hijau

Tinggi tanaman : + 196 cm

Daun : Lebar, bergelombang, dan agak tegak Warna daun : Hijau gelap

Keragaman tanaman : Seragam Perakaran : Baik

Kerebahan : Tahan rebah

Bentuk malai : Terbuka dan agak terkulai Warna sekam : Ungu kehijauan

Warna anthera : Ungu kekuningan Warna rambut : Ungu

Tinggi tongkol : + 95 cm

Kelobot : Menutup tongkol dengan baik Tipe bijii : Semi mutiara

Warna biji : Kuning oranye Jumlah baris/tongkol : 12 - 14 baris Bobot 1000 biji : + 318,9 g

Rata-rata hasil : 8,0 t/ha pipilan kering Potensi hasil : 12,4 t/ha pipilan kering

Ketahanan : Sangat tahan terhadap penyakit bulai, dan tahan terhadap penyakit karat daun

Daerah pengembangan: Sumatera Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah (MK). Lampung dan Jawa Timur (MH)

Keunggulan : Potensi hasil tinggi, tahan terhadap karat daun, tahan rebah,beradaptasi baik pada musim kemarau di daerah yang cukup tersedia air, dan umur lebih genjah dari BISI-2 Keterangan : Baik ditanam untuk dataran rendah

Pemulia : Nasib W.W., Putu Darsana, M.H. Wahyudi, Setio Giri, dan Faishol A.


(7)

Varietas Jagung Hibrida BISI-16

Tanggal dilepas : 12 Oktober 2004

Asal : Hibrida modifikasi silang ganda antara hibrida silang tunggal FS 601 dan FS 602

Umur : 50% keluar rambut : Dataran rendah : + 57 hari Dataran tinggi : + 73 hari Masak fisiologis : Dataran rendah : + 107 hari

Dataran tinggi : + 135 hari

Batang : Besar, kokoh, tegap Warna batang : Hijau

Tinggi tanaman : + 224 cm

Daun : Medium, bergelombang, dan agak tegak Warna daun : Hijau gelap

Keragaman tanaman : Seragam Perakaran : Baik

Kerebahan : Tahan rebah

Bentuk malai : Sedikit terbuka dan agak tegak Warna sekam : Ungu

Warna anthera : Ungu kekuningan Warna rambut : Ungu kemerahan Tinggi tongkol : + 111 cm

Kelobot : Menutup tongkol cukup baik Tipe biji : Semi gigi kuda

Warna biji : Oranye kekuningan Jumlah baris/tongkol : 14 - 18 baris

Bobot 1000 biji : + 336 g

Rata-rata hasil : 9,2 t/ha pipilan kering Potensi hasil : 13,4 t/ha pipilan kering

Ketahanan : Tahan terhadap penyakit karat daun dan bercak daun Daerah pengembangan : Daerah yang sudah biasa menanam jagung hibrida pada

musim kemarau dan penghujan, terutama yang mempunyai pola tanam musim jagung serta daerah-daerah

pengembangan baru

Keterangan : Baik ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl


(8)

Varietas Jagung Hibrida SHS-2

Tanggal dilepas : 25 April 2002

Asal : G 5460 adalah F1 dari silang tunggal (single cross) antara 2 galur murni tropis yang dikembangkan oleh PT. Novartis (Thailand)

Umur : Berumur dalam

50% polinasi : 57-59 hari 50% keluar rambut : 57-60 hari Masak fisiologis : + 99 hari

Batang : Besar dan kokoh Warna batang : Hijau

Tinggi tanaman : + 210 cm Warna daun : Hijau tua Keragaman tanaman : Seragam Perakaran : Baik dan kuat Kerebahan : Tahan rebah

Bentuk malai : Sedang agak terbuka Warna sekam : Hijau bergaris merah Warna anthera : Coklat

Warna rambut : Putih dan ujungnya merah muda Tongkol : Panjang dan Silindris

Kedudukan tongkol : + 90 cm

Kelobot : Menutup tongkol dengan baik Tipe biiji : Semi mutiara

Warna biji : Oranye

Baris biji : Lurus dan rapat Jumlah baris/tongkol : 14 - 18 baris Bobot 1000 biji : + 320 g

Rata-rata hasil : 9,7 t/ha pipilan kering Potensi hasil : 12,6 t/ha pipilan kering Ketahanan : Peka terhadap bulai

Daerah pengembangan : Beradaptasi baik pada dataran rendah Pengusul : P.T. Sang Hyang Sri


(9)

Varietas Jagung Hibrida SHS-12

Tanggal dilepas : 4 Juni 2004

Asal : F1dari silang tunggal antara galur murni 220 dengan galur murni 83 yang dikembangkan oleh PT. Redi Mulya Abadi

Umur : Berumur sedang

50% polinasi : + 54 hari 50% keluar rambut : + 56 hari Masak fisiologis : + 96 hari Batang : Besar Warna batang : Hijau Tinggi tanaman : + 197 cm Warna daun : Hijau Keragaman tanaman : Seragam Perakaran : Baik

Kerebahan : Tahan rebah

Bentuk malai : Sedang dan terbuka Warna malai : Krem

Warna sekam : Krem Warna anthera : Violet muda Warna rambut : Krem kemerahan Tongkol : Silindris dan besar

Kedudukan tongkol : Di tengah-tengah tinggi tanaman Kelobot : Menutup tongkol cukup baik Tipe biji : Mutiara

Warna biji : Kuning emas Baris biji : Lurus dan rapat Jumlah baris/tongkol : 14 - 16 baris Bobot 1000 biji : + 295 g

Rata-rata hasil : 9,39 t/ha pipilan kering Potensi hasil : 11,49 t/ha pipilan kering Ketahanan : Tahan terhadap penyakit bulai

Keterangan : Beradaptasi baik pada dataran rendah sampai ketinggian 800 m dpl.


(10)

Varietas Jagung Hibrida NK 22

Tanggal dilepas : 14 Februari 2003

Asal : NT 6240 adalah hibrida F1 dari silang tunggal (single cross) antara galur tropis NP 5024 dengan galur tropis NP 5063 yang dikembangkan oleh PT. Novartis (Thailand)

Umur : Berumur dalam

50% polinasi : + 54 hari 50% keluar rambut : + 55 hari Masak fisiologis : + 98 hari

Batang : Besar dan kokoh Warna batang : Hijau

Tinggi tanaman : + 235 cm Warna daun : Hijau tua Keragaman tanaman : Seragam Perakaran : Baik

Kerebahan : Tahan rebah

Bentuk malai : Tegak, sedang, dan terbuka Warna malai : Kemerahan

Warna sekam : Hijau bergaris Warna anthera : Coklat tua

Warna rambut : Merah, 1-2 kuning Tongkol : Silindris

Kedudukan tongkol : + 95 cm

Kelobot : Menutup tongkol sangat baik Tipe biji : Semi mutiara

Warna biji : Kuning Jumlah baris/tongkol : 14 - 16 baris Bobot 1000 biji : + 290 g

Rata-rata hasil : 8,70 t/ha pipilan kering Potensi hasil : 10,48 t/ha pipilan kering

Ketahanan : Peka penyakit bulai, agak tahan terhadap hawar daun, dan karat

Daerah pengembangan : Beradaptasi pada dataran rendah sampai ketinggian 850 m dpl.


(11)

Varietas Jagung Hibrida NK 99

Tanggal dilepas : 17 Maret 2004

Asal : 02ALL000315 adalah hibrida F1 dari silang tunggal antara galur murni tropik NP5099 dengan galur tropika NP5095 yang dikembangkan oleh Novartis (Thailand) Umur : 50% antesis : + 58 hari

50% keluar rambut : + 60 hari Masak fisiologis : + 96 hari

Batang : Besar dan kokoh Warna batang : Hijau

Tinggi tanaman : + 196 cm Daun : Semi tegak Warna daun : Hijau tua Keragaman tanaman : Seragam Perakaran : Baik

Kerebahan : Tahan rebah

Bentuk malai : Tegak, sedang dan kompak Warna malai : Merah

Warna sekam : Hijau bergaris Warna anthera : Ungu

Warna rambut : Ungu Tongkol : Silindris Kedudukan tongkol : + 101 cm

Kelobot : Menutup tongkol dengan baik Tipe biji : Semi mutiara

Warna biji : Oranye, kuning Jumlah baris/tongkol : 14 - 16 baris Bobot 1000 biji : + 312 g

Rata-rata hasil : 9,89 t/ha pipilan kering Potensi hasil : 12.89 t/ha pipilan kering

Ketahanan : Tahan terhadap penyakit bulai dan agak tahan terhadap karat daun dan bercak daun


(12)

Varietas Jagung Hibrida

DK-3

Tanggal dilepas : 17 Maret 2004

Asal : Jagung hibrida Monsanto TB 9001 adalah persilangan ganda

(doble cross) TB840134FF/TB840134MF) dengan (TB840134FM/ TB840134MM), tetua betina (TB840134FF/TB840134MF) dan tetua jantan

(TB840134FM/TB840134MM) adalah persilangantunggal. Galur-galur TB840134FM, TB840134MM,

TB840134FF,TB840134MF berasal dari populasi yang berbeda. Galur ini dikembangkanoleh Departemen Penelitian Perbenihan Monsanto,Thailand

Umur : 50% keluar rambut : + 58 hari Masak fisiologis : + 98 hari

Batang : Besar dan kokoh Warna batang : Hijau

Tinggi tanaman : + 195 cm Warna daun : Hijau Keragaman tanaman : Baik Perakaran : Baik

Kerebahan : Tahan rebah Warna malai : Ungu Warna sekam : Hijau

Warna anthera : Merah muda Bentuk tongkol : Besar

Tinggi tongkol : Sedang (+ 103 cm) Warna tongkol : Putih

Kelobot : Menutup tongkol dengan baik Tipe biji : Semi mutiara

Warna biji : Oranye kuning Jumlah baris/tongkol : 14 - 16 baris Bobot 1000 biji : + 300 g

Rata-rata hasil : 9,25 t/ha pipilan kering Potensi hasil : 11,94 t/ha pipilan kering

Ketahanan : Tahan terhadap penyakit karat, toleran terhadap penyakit bulai

Keunggulan : Tahan terhadap kekeringan (stress air) dan tahan rebah sesuai untuk daerah yang sering terjadi angin dengan kecepatan yang tinggi seperti di Langkat (Sumut) Pengusul : P.T. Monagro Kimia (Monsanto Indonesia)


(13)

Lampiran 4 : Data Pengamatan I Persentase Serangan Karat Daun Jagung

Transformasi data Arc Sin √X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

V1  0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

V2  2.11 2.31 2.21 6.62 2.21

V3  0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

V4  0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

V5  0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

V6  0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

V7  0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

V8  2.21 2.01 1.91 6.12 2.04

V9  2.01 0.71 1.91 4.62 1.54

V10  0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

Total 11.27 9.97 10.97 32.21

Rataan 1.13 1.00 1.10 1.07

Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F. 05 F. 01

Perlakuan 9 10.13 1.13 20.23 ** 2.39 3.46

Error 20 1.11 0.06

Total 29 11.25

FK = 34.59

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

V1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 V2 1.40 1.60 1.50 4.50 1.50 V3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 V4 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 V5 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 V6 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 V7 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 V8 1.50 1.30 1.20 4.00 1.33 V9 1.30 0.00 1.20 2.50 0.83 V10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total 4.20 2.90 3.90 11.00 3.67


(14)

KK = 0.03 % Ket : tn = tidak nyata

* = nyata ** = sangat nyata

Uji Jarak Duncan

Sy= 0.14

-0.4 0.4

0.90 1.06

P 2 3 4 5

SSR 0.01 2.95 3.1 3.18 3.25

LSR 0.01 0.40 0.42

0.43 0.44

Perlakuan V5 V9 V8 V2

V7 V8 V4 V10

V1 V3

Rataan 0.00 0.83 1.33 1.50

A

B· C·


(15)

Lampiran 5 : Data Pengamatan II Persentase Serangan Karat Daun Jagung

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

V1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

V2 3.50 3.80 4.20 11.50 3.83

V3 1.30 0.00 1.50 2.80 0.93

V4 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

V5 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

V6 0.00 0.00 1.10 1.10 0.37

V7 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

V8 3.20 2.70 2.10 8.00 2.67

V9 3.30 1.50 2.80 7.60 2.53

V10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total 11.30 8.00 11.70 31.00

Rataan 1.13 0.80 1.17 1.03

Transformasi data Arc Sin √X

Perlakuan Ulangan

Total Rataan I II III

V1  0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

V2  4.21 4.51 4.91 13.62 4.54

V3  2.01 0.71 2.21 4.92 1.64

V4  0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

V5  0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

V6  0.71 0.71 1.81 3.22 1.07

V7  0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

V8  3.91 3.41 2.81 10.12 3.37

V9  4.01 2.21 3.51 9.72 3.24

V10  0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

Total 18.37 15.07 18.77 52.21

Rataan 1.84 1.51 1.88 1.74

Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F. 05 F. 01

Perlakuan 9 55.65 6.18 26.24 ** 2.39 3.46

Error 20 4.71 0.24

Total 29 60.37

FK = 90.87


(16)

Ket : tn = tidak nyata * = nyata ** = sangat nyata

Uji Jarak Duncan

Sy= 0.28

-0.8 -0.5

0.04 1.62 1.74 2.90

P 2 3 4 5 6 7

SSR 0.01 2.95 3.1 3.18 3.25 3.3 3.34

LSR 0.01 0.83 0.87

0.89 0.91 0.92 0.94

Perlakuan V1 V6 V3 V9 V8 V2 V4

V5 V7 V10

Rataan 0.00 0.37 0.93 2.53 2.67 3.83

 

  A·

B

C


(17)

Lampiran 6 : Data Pengamatan III Persentase Serangan Karat Daun Jagung

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

V1 0.00 1.20 0.00 1.20 0.40 V2 6.20 7.50 8.30 22.00 7.33 V3 3.20 1.20 3.50 7.90 2.63 V4 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 V5 0.00 0.00 1.30 1.30 0.43 V6 1.10 0.00 1.50 2.60 0.87 V7 0.00 1.30 0.00 1.30 0.43 V8 5.70 6.50 4.80 17.00 5.67 V9 5.90 3.20 4.70 13.80 4.60 V10 1.20 0.00 1.30 2.50 0.83

Total 23.30 20.90 25.40 69.60

Rataan 2.33 2.09 2.54 2.32

Transformasi data Arc Sin √X

Perlakuan Ulangan

Total Rataan I II III

V1  0.71 1.91 0.71 3.32 1.11

V2  6.91 8.21 9.01 24.12 8.04

V3  3.91 1.91 4.21 10.02 3.34

V4  0.71 0.71 0.71 2.12 0.71

V5  0.71 0.71 2.01 3.42 1.14

V6  1.81 0.71 2.21 4.72 1.57

V7  0.71 2.01 0.71 3.42 1.14

V8  6.41 7.21 5.51 19.12 6.37

V9  6.61 3.91 5.41 15.92 5.31

V10  1.91 0.71 2.01 4.62 1.54

Total 30.37 27.97 32.47 90.81

Rataan 3.04 2.80 3.25 9.08 3.03

Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F. 05 F. 01

Perlakuan 9 186.42 20.71 25.98 ** 2.39 3.46

Error 20 15.95 0.80

Total 29 202.37


(18)

KK = 0.13 %

Keterangan

: ** = Sangat Nyata * = Nyata tn = Tidak Nyata Uji Jarak Duncan

Sy= 0.52

-1.5 -1.2

(1.21) -0.84 -0.83 0.91 2.87 3.92 5.58

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10

SSR 0.01 2.95 3.1 3.18 3.25 3.3 3.34 3.36 3.38 3.4

LSR 0.01 1.52 1.60

1.64 1.68 1.70 1.72 1.73 1.74 1.75

Perlakuan V4 V1 V5 V10 V6 V3 V9 V8 V2

V7

Rataan 0.00 0.40 0.43 0.83 0.87 2.63 4.60 5.67 7.33

A

 

  B·

 

  C·


(19)

Lampiran 7 : Data Pengamatan IV Persentase Serangan Karat Daun Jagung

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

V1 1.30 1.60 1.30 4.20 1.40

V2 9.80 10.50 11.30 31.60 10.53

V3 5.80 2.80 5.80 14.40 4.80

V4 1.40 1.30 1.10 3.80 1.27

V5 1.20 1.40 2.50 5.10 1.70

V6 2.70 1.20 2.90 6.80 2.27

V7 1.30 2.30 1.10 4.70 1.57

V8 8.50 9.60 7.70 25.80 8.60

V9 8.30 6.60 7.80 22.70 7.57

V10 2.50 1.40 2.80 6.70 2.23

Total 42.80 38.70 44.30 125.80

Rataan 4.28 3.87 4.43 4.19

Transformasi data Arc Sin

√X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

V1  2.01 2.31 2.01 6.32 2.11

V2  10.51 11.21 12.01 33.72 11.24

V3  6.51 3.51 6.51 16.52 5.51

V4  2.11 2.01 1.81 5.92 1.97

V5  1.91 2.11 3.21 7.22 2.41

V6  3.41 1.91 3.61 8.92 2.97

V7  2.01 3.01 1.81 6.82 2.27

V8  9.21 10.31 8.41 27.92 9.31

V9  9.01 7.31 8.51 24.82 8.27

V10  3.21 2.11 3.51 8.82 2.94

Total 49.87 45.77 51.37 147.01

Rataan 4.99 4.58 5.14 14.70 4.90

Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F. 05 F. 01

Perlakuan 9 325.20 36.13 47.54 ** 2.39 3.46

Error 20 15.20 0.76

Total 29 340.40

FK = 720.43


(20)

Keterangan

: ** = Sangat Nyata

* = Nyata tn =

Tidak Nyata Uji Jarak Duncan

Sy= 0,50

‐0,2 ‐0,2     (0,03) 0,06 0,57 0,59 3,11 5,87 6,89 8,81

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

SSR 0.01 2,95 3,1 3,18 3,25 3,3 3,34 3,36 3,38 3,4 3,43 LSR 0.01 1,48 1,56      1,60 1,64 1,66 1,68 1,69 1,70 1,71 1,73

Perlakuan V4 V1 V7 V5 V10 V6 V3 V9 V8 V2

Rataan 1,27 1,40 1,57 1,70 2,23 2,27 4,80 7,57 8,60 10,53

A∙ B C∙


(21)

Lampiran 8 : Data Pengamatan V Persentase Serangan Karat Daun Jagung

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

V1 3.50 3.90 3.40 10.80 3.60

V2 10.30 13.50 16.20 40.00 13.33

V3 7.60 5.70 6.20 19.50 6.50

V4 1.50 2.10 2.80 6.40 2.13

V5 3.30 3.80 5.20 12.30 4.10

V6 3.50 2.80 4.20 10.50 3.50

V7 2.50 2.60 1.80 6.90 2.30

V8 10.30 13.60 9.70 33.60 11.20

V9 9.80 10.70 8.60 29.10 9.70

V10 3.80 2.50 4.20 10.50 3.50

Total 56.10 61.20 62.30 179.60

Rataan 5.61 6.12 6.23 5.99

Transformasi data Arc Sin

√X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

V1  4.21 4.61 4.11 12.92 4.31

V2  11.01 14.21 16.91 42.12 14.04

V3  8.31 6.41 6.91 21.62 7.21

V4  2.21 2.81 3.51 8.52 2.84

V5  4.01 4.51 5.91 14.42 4.81

V6  4.21 3.51 4.91 12.62 4.21

V7  3.21 3.31 2.51 9.02 3.01

V8  11.01 14.31 10.41 35.72 11.91

V9  10.51 11.41 9.31 31.22 10.41

V10  4.51 3.21 4.91 12.62 4.21

Total 63.17 68.27 69.37 200.81

Rataan 6.32 6.83 6.94 20.08 6.69

Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F. 05 F. 01

Perlakuan 9 435.80 48.42 26.68 ** 2.39 3.46

Error 20 36.29 1.81

Total 29 472.09

FK = 1344.20

KK = 0.14 %


(22)

* = Nyata tn = Tidak Nyata Uji Jarak

Duncan

Sy=  0.78 

   ‐0.2  ‐0.1         

1.03   0.97  1.03  1.50  3.89  7.07  8.56  10.67 

P  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11 

SSR 0.01  2.95  3.1  3.18  3.25  3.3  3.34  3.36  3.38  3.4  3.43  LSR 0.01  2.29  2.41 

       

2.47   2.53  2.57  2.60  2.61  2.63  2.64  2.67 

Perlakuan  V4  V7  V10  V6  V1  V5  V3  V9  V8  V2 

Rataan  2.13  2.30  3.50  3.50  3.60  4.10  6.50  9.70  11.20  13.33   

   

A  

 

B∙   

 

C


(23)

Lampiran 9 : Data Pengamatan VI Persentase Serangan Karat Daun Jagung

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

V1 4.80 5.00 5.20 15.00 5.00

V2 12.50 17.80 19.50 49.80 16.60

V3 9.70 9.50 10.10 29.30 9.77

V4 4.70 4.50 3.80 13.00 4.33

V5 4.50 5.30 7.60 17.40 5.80

V6 5.20 6.50 5.80 17.50 5.83

V7 4.80 5.20 3.20 13.20 4.40

V8 12.80 15.80 11.60 40.20 13.40 V9 11.50 13.80 10.80 36.10 12.03

V10 5.90 3.80 6.70 16.40 5.47

Total 76.40 87.20 84.30 247.90

Rataan 7.64 8.72 8.43 8.26

Transformasi data Arc Sin

√X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

V1  5.51 5.71 5.91 17.12 5.71

V2  13.21 18.51 20.21 51.92 17.31

V3  10.41 10.21 10.81 31.42 10.47

V4  5.41 5.21 4.51 15.12 5.04

V5  5.21 6.01 8.31 19.52 6.51

V6  5.91 7.21 6.51 19.62 6.54

V7  5.51 5.91 3.91 15.32 5.11

V8  13.51 16.51 12.31 42.32 14.11

V9  12.21 14.51 11.51 38.22 12.74

V10  6.61 4.51 7.41 18.52 6.17

Total 83.47 94.27 91.37 269.11

Rataan 8.35 9.43 9.14 26.91 8.97

Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F. 05 F. 01

Perlakuan 9 519.52 57.72 21.22 ** 2.39 3.46

Error 20 54.41 2.72

Total 29 573.93

FK = 2414.06


(24)

Keterangan : ** = Sangat Nyata * = Nyata tn = Tidak Nyata Uji Jarak

Duncan

Sy=  0.95 

   1.5  1.4 

       

1.97   2.37  2.66  2.65  6.57  8.81  10.16  13.33 

P  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11 

SSR 0.01  2.95  3.1  3.18  3.25  3.3  3.34  3.36  3.38  3.4  3.43 

LSR 0.01  2.81  2.95 

       

3.03   3.09  3.14  3.18  3.20  3.22  3.24  3.27 

Perlakuan  V4  V7  V1  V10  V5  V6  V3  V9  V8  V2 

Rataan  4.33  4.40  5.00  5.47  5.80  5.83  9.77  12.03  13.40  16.60 

  A

B   

  C   

 


(25)

Lampiran 10 : Data Pengamatan VII Persentase Serangan Karat Daun Jagung

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

V1  6.20 7.80 7.50 21.50 7.17

V2  16.30 18.70 21.60 56.60 18.87

V3  13.60 11.60 13.80 39.00 13.00

V4  5.20 5.80 5.30 16.30 5.43

V5  8.30 7.30 6.60 22.20 7.40

V6  8.80 9.20 7.60 25.60 8.53

V7  7.70 5.90 6.50 20.10 6.70

V8  16.90 18.60 14.70 50.20 16.73

V9  14.60 16.80 13.90 45.30 15.10

V10  8.50 6.80 8.30 23.60 7.87

Total 106.10 108.50 105.80 320.40

Rataan 10.61 10.85 10.58 10.68

Transformasi data Arc Sin √X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

V1  6.91 8.51 8.21 23.62 7.87

V2  17.01 19.41 22.31 58.72 19.57

V3  14.31 12.31 14.51 41.12 13.71

V4  5.91 6.51 6.01 18.42 6.14

V5  9.01 8.01 7.31 24.32 8.11

V6  9.51 9.91 8.31 27.72 9.24

V7  8.41 6.61 7.21 22.22 7.41

V8  17.61 19.31 15.41 52.32 17.44

V9  15.31 17.51 14.61 47.42 15.81

V10  9.21 7.51 9.01 25.72 8.57

Total 113.17 115.57 112.87 341.61

Rataan 11.32 11.56 11.29 34.16 11.39

Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F. 05 F. 01

Perlakuan 9 622.73 69.19 37.22 ** 2.39 3.46

Error 20 37.18 1.86

Total 29 659.91

 

 

FK = 3889.99


(26)

Keterangan : ** = Sangat Nyata * = Nyata tn = Tidak Nyata Uji Jarak Duncan 

Sy=  0.79 

   2.3  3.0 

       

3.21   3.24  3.53  4.05  8.40  10.40  11.94  13.99 

P  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11 

SSR 0.01  4.02  4.64  5.02  5.29  5.51  5.69  5.84  5.97  6.09  6.19 

LSR 0.01  3.16  3.65 

       

3.95   4.16  4.34  4.48  4.60  4.70  4.79  4.87 

Perlakuan  V4  V7  V1  V5  V10  V6  V3  V9  V10  V2 

Rataan  5.43  6.70  7.17  7.40  7.87  8.53  13.00  15.10  16.73  18.87 

     A

B   

 


(27)

Lampiran 11 : Data Pengamatan VIII Persentase Serangan Karat Daun Jagung

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

V1  9.50 8.70 9.30 27.50 9.17

V2  18.80 20.30 23.70 62.80 20.93

V3  17.50 15.80 17.30 50.60 16.87

V4  8.80 7.70 7.80 24.30 8.10

V5  9.20 9.30 9.10 27.60 9.20

V6  9.30 9.70 9.20 28.20 9.40

V7  8.60 7.80 8.30 24.70 8.23

V8  18.80 20.60 18.40 57.80 19.27

V9  16.70 19.80 17.60 54.10 18.03

V10  9.50 8.80 9.70 28.00 9.33

Total 126.70 128.50 130.40 385.60

Rataan 12.67 12.85 13.04 12.85

Transformasi data Arc Sin √X Perlakuan

Ulangan

Total Rataan I II III

V1  10.21 9.41 10.01 29.62 9.87

V2  19.51 21.01 24.41 64.92 21.64

V3  18.21 16.51 18.01 52.72 17.57

V4  9.51 8.41 8.51 26.42 8.81

V5  9.91 10.01 9.81 29.72 9.91

V6  10.01 10.41 9.91 30.32 10.11

V7  9.31 8.51 9.01 26.82 8.94

V8  19.51 21.31 19.11 59.92 19.97

V9  17.41 20.51 18.31 56.22 18.74

V10  10.21 9.51 10.41 30.12 10.04

Total 133.77 135.57 137.47 406.81

Rataan 13.38 13.56 13.75 40.68 13.56

Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F. 05 F. 01

Perlakuan 9 733.65 81.52 67.41 ** 2.39 3.46

Error 20 24.19 1.21

 

 

Total 29 757.83

FK = 5516.57

KK = 0.04 %


(28)

* = Nyata tn = Tidak Nyata

Uji Jarak Duncan 

Sy=  0.63 

   5.5  5.3 

       

5.98   5.84  5.83  5.79  13.16  14.24  15.40  17.00 

P  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11 

SSR 0.01  4.02  4.64  5.02  5.29  5.51  5.69  5.84  5.97  6.09  6.19 

LSR 0.01  2.55  2.95 

       

3.19   3.36  3.50  3.61  3.71  3.79  3.87  3.93 

Perlakuan  V4  V7  V1  V5  V10  V6  V3  V9  V8  V2 

Rataan  8.10  8.23  9.17  9.20  9.33  9.40  16.87  18.03  19.27  20.93 

     A

B∙  C


(29)

Lampiran 12 : Data Pengamatan Produksi Jagung

Perlakuan  Ulangan   Total  Rataan 

I  II  III 

V1  5.60  5.82 5.75 17.17 5.72

V2  3.20  5.20 3.50 11.90 3.97

V3  4.80  5.40 4.90 15.10 5.03

V4  5.70  6.43 6.30 18.43 6.14

V5  5.40  6.30 5.10 16.80 5.60

V6  5.20  5.80 4.70 15.70 5.23

V7  6.40  5.80 5.30 17.50 5.83

V8  5.70  4.80 3.20 13.70 4.57

V9  3.80  5.50 3.40 12.70 4.23

V10  5.60  4.90 5.40 15.90 5.30

Total  51.40  55.95 47.55 154.90   

Rataan  5.14  5.60 4.76    5.16

Daftar Sidik Ragam Sumber

Keragaman db JK KT F.Hit F. 05 F. 01

Perlakuan 9 13.82 1.54 2.84 * 2.39 3.46

Error 20 10.81 0.54

Total 29 24.63

FK = 799.80 KK = 0.05 % Keterangan

: ** = Sangat Nyata * = Nyata tn = Tidak Nyata

Uji Jarak Duncan 

Sy=  0.42  2.92 

      

3.22   3.65 3.83 3.88 4.17  4.29  4.39 4.69

P  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11 

SSR 0.05  2.95  3.1  3.18  3.25  3.3  3.34  3.36  3.38  3.4  3.43  LSR 0.05  1.25  1.32 

         

1.35   1.38  1.40  1.42  1.43  1.43  1.44  1.46 

Perlakuan  V2  V9  V8  V3  V6  V10  V5  V1  V7  V4 

Rataan  3.97  4.23  4.57  5.03  5.23  5.30  5.60  5.72  5.83  6.14 

                  a


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T., dan Y.D. Widyastuti, 2000. Meningkatkan Produksi Tanaman Jagung di Lahan Kering, Sawah dan Pasang Surut. Penebar Swadaya. Jakarta. Hlm. 50-51.

Agrios, G. N., 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hlm. 465.

Alexopoulus, C. J. dan C. W. Mims., 1979. Introductory Mycology. Third Edition. John Wiley & Sons, New York.

Bakhri, S, 2007. Budidaya Jagung Dengan Konsep Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BTTP), Sulawesi Tengah. Bangun, M.K., 1991. Perancangan Percobaan. Fakultas Pertanian. Universitas

Sumatera Utara Press, Medan. Hlm. 44.

Birch, C.J., Robertson, M.J., Humphreys, E., and Hutchins, N. 2003. Agronomy Of Maize-In Review and Prospect. In C.J Birch, SR Wilson, eds. Versatile maize-Golden Opportunities: 5th Australian Maize Conference, City Golf

Club, Toowoomba, 18-20 Februari 2003.

Burhanuddin. 2009. Komponen Teknologi Pengendalian Penyakit Karat Puccinia polysora Underw (uredinales: pucciniaceae) Pada Tanaman Jagung. Prosiding Seminar Nasional Serealia. Hlm 427-434.

Chavez-Medina, J. A., Leyva-López, N. E., and Pataky, J. K. 2007. Resistance to Puccinia polysora in maize accessions. Plant Dis. 91:1489-1495.

Dinas Pertanian Pertanian Sumatera Utara . 2010. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Jagung Menurut Kabupaten. Badan Pusat Statisitik. Jakarta. Flint, K. M., and Thomson, S. V. 2000. Seasonal infection of the weed dyer’s

woad by a Puccinia sp. rust used for biocontrol, and effects of temperature on basidiospore production. PlantDis. 84:753-759.

Galinat, W.C. 1988. The origin of corn. In G.F Sprague and J.W. Dudley, Eds. Corn and corn improvement. Agronomy Monographs No.18; pp. 1-31. American Society of Agronomy: Madison, Wisconsin.


(31)

Hooker, A. L. (1979). Estimating disease losses based on the amount of healthy leaf tissue during the plant reproductive period.Genetika 11,181–192

Irriani, E. 1994. Efikasi fungisida Captafol dan Triadimefon untuk mengendalikan penyakit karat pada jagung. Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan Tahun 1993. Balittan

Kranz J., H. Schmutterrer, and W. Kock. 1997. Disease, Pest, and Weeds in Tropical Crops. Paul Parey, Berlin. 666p.

Mejaya, M.J., M. Azrai, dan R. Neni Iriany. 2010. Pembentukan Varietas Unggul Jagung Bersari Bebas. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.

Melching, J. S. (1975). Corn rusts: Types, races, and destructive potential. Proc. 30th Annu. Corn Sorghum Res. Conf., pp. 90–115.

Melching, J. S. (1981). The effect of inoculum density on urediospore germination and infection of corn by Puccinia polysora, the cause of southern corn rust. Phytopathology 71, 769.

Pandey, B.P. 1969. Taksonomy Of Angiosperm. S Cand & Company Ltd, New Delhi.

Pasandaran. P.,dan Tangejaya.B., 2004. Prospek Produksi Jagung diIndonesia. Badan Litbang Pertanian, Jakarta.

Renfro, B. L. dan A. J. Ultstrup. 1976. A comparison of maize diseases in temperate and in tropical environment. PANS 22(4):491-498.

Roduel R. A., Gene E. Scot and Stanley B. King. 1988. Maize yield losses cause by viticola. Indian Phytopathology 39(6)812-814. Russel, G. E. 1978. Plant breeding for pest and disease resistance. Worth Butter, London, 458 p.

Santiago-Oro, R., and Exconde, O. R. (1974). Penetration and infection of corn by Puccinia polysora Underwent. Philipp. Agric. 58, 50–60. Saxena, K. M. S., and Hooker, A. L. (1968). On the structure of a gene for disease resistance in maize. Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A.

Schieber, E. 1977. Puccinia sorgi, P. polysora, Physopella zeae. P. 164-166. In. J. Kranz, H. Shumutterer and W. Koch. 1977. Disease, Pest, and Weeds in Tropical Crops. West Germany.

Semangun, H. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah Mada University. Yogyakarta. Hlm. 36.

. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah Mada University. Yogyakarta. Hlm. 36-38.


(32)

. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah Mada University. Yogyakarta. Hlm. 40.

Semangun, H. 1993. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gajah Mada University. Yogyakarta.

Shurtleff MC, 1980. A compendium of corn diseases. 2nd Edition. St. Paul, Minnesota, USA: American Phytopathological Society.Sim TIV, 1980. Southern rust of corn recognized in Kansas. Plant Disease.

Shurtleff MC, 1980. A compendium of corn diseases. 2nd Edition. Dalam Semangun, H. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia.

Gajah Mada University. Yogyakarta.

Steenis, C.G.G.J., G.H. Bloembergen., P.J. Eyma. 2005. Flora. PT. Pradya Paramitha, Jakarta.

Sugandi, E dan Sugiarto. 1994. Rancangan Percobaan. Andi Offset, Yogyakarta. Hlm. 8.

Sudjono, M. S. 1988. Penyakit Jagung dan Pengendaliannya. Hal. 205-241. Dalam. Subandi, M. Syam, dan A. Wdjono (ed.), Jagung. Pusat Peneitian dan Pengembangan Tanaman pangan, Bogor.

Sudjono, S. dan Sudarmadi. 1989. Teknik Pengamatan Hama dan Penyakit. Fakultas Pertanian. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hlm. 43. Sudjono, M. S., dan Sukmana. 1995. Pengaruh masa tanam jagung terhadap

penyakit dan hasil di Kecamatan Playen, kabupaten Gunung Kidul, D.I. Yogyakarta. Kongres Nasional XIII dan Seminar Ilmiah PFI, 25-27 September 1995. Mataram.

Sumartini. 1989. Penyaringan ketahanan varietas jagung terhadap penyakit karat dan bercak daun Helminthosporium. Prosiding Kongres Nasional X dan Seminar Ilmiah PFI, 14-16 Nopember 1989. Denpasar: 15159

Sumartini. 1992. Pengendalian penyakit bercak daun dan karat pada jagung secara kimiawi. Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan tahun 1991. Balittan Malang: 31-35.

Sumartini dan Sri Hardaningsih. 1995. Penyakit Jagung dan Pengendaliannya. p. 19-40. Dalam: Pengenalan Hama dan Penyakit Tanaman Jagung serta Pengendaliannya. Monograf Balittan Malang, No. 13. Badan Litbang Pertanian. Puslitbang Tanaman Pangan. Balittan Malang.


(33)

Tapsoba, H., and Wilson, J. P. 1997. Effects of temperature and light on germination of urediniospores of the pearl millet rust pathogen, Puccinia substriata var. indica. Plant Dis. 81:1049-1052.

Tim Bimbingan Teknis BPTP/LPTP, 1999. Metodologi Pengkajian Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. Hlm. 28- 29.

Tjitrosoepomo, G. 2001. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wakman, W. dan Burhanuddin., 2007. Pengelolaan Penyakit Prapanen Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Hlm. 310-313.


(34)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di desa Tanjung Selamat, Medan dengan ketinggian tempat 25 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2011.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan adalah benih jagung dari 10 varietas (Pioneer 12, Pioneer 23, Bisi 2, Bisi 12, Bisi 16, SHS 2, SHS 12, NK 22, NK 99 dan DK 3), pupuk dan air.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, ember, tugal, garpu, gunting, pisau, meteran, tali plastik, papan nama, papan sampel, cat, kuas, alat tulis dan mikroskop.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial. Varietas yang diuji adalah :

V1 = Pioneer 12 V6 = SHS 2 V2 = Pioneer 23 V7 = SHS 12 V3 = Bisi 2 V8 = NK 22

V4 = Bisi 12 V9 = NK 99


(35)

Jumlah ulangan diperoleh dengan rumus : t (r-1) ≥ 15

10 (r-1) ≥ 15 10 r – 10 ≥ 15 10 r ≥ 25

r ≥ 2,5 3 (dibulatkan) Jumlah ulangan : 3

Jumlah plot : 3 x 10 = 30 plot Jumlah tanaman per plot : 24 tanaman Jumlah seluruh tanaman : 720 tanaman Jumlah sampel yang diamati : 4 sampel/plot Jarak antar plot : 50 cm

Paret keliling : 30 cm

Jarak tanam : 70 cm x 30 cm Ukuran plot : 280 cm x 210 cm Luas lahan : 26,1 m x 10,1 m = 263,61 m2 (Sugandi dan Sugiarto, 1994)

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut :

Yij = µ + ρi + τj + εij Dimana :

Yij = data percobaan µ = efek nilai tengah


(36)

ρi = efek blok dari taraf ke-i τj = efek perlakuan dari taraf ke-j εij = efek error

(Bangun, 1991).

Pelaksanaan Penelitian Pengolahan Lahan

Lahan dibersihkan dari sisa- sisa gulma. Pengolahan dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu dilakukan terlebih dahulu pencangkulan tanah sedalam 20-30 cm (sedalam perakaran jagung). Pengolahan bertujuan memperbaiki tekstur tanah dan sirkulasi udara dalam tanah,memberikan tambahan humus, serta mendorong aktivitas mikroba tanah. Kemudian meratakan tanah yang telah dicangkul sehingga bongkahan tanah menjadi halus, Setelah itu tanah digemburkan kembali dengan membalik tanah sekaligus membuat petak- petak percobaan dengan ukuran yang telah ditentukan yaitu 2,8 m x 2,1 m.

Penanaman Benih

Penanaman benih jagung (Pioneer 12, Pioneer 23, Bisi 2, Bisi 12, Bisi 16, SHS 2, SHS 12, NK 22, NK 99 dan DK 3) dilakukan dengan menggunakan tugal dengan kedalaman ± 2,5- 5 cm dan jarak tanam 70 cm x 30 cm. Pada setiap lubang dimasukkan terlebih dahulu pupuk kompos kemudian dimasukkan 2 benih jagung dan ditutup kembali dengan pupuk kompos dan tanah yang gembur. Bila kedua benih telah tumbuh maka dipilih satu tanaman saja yang paling bagus.


(37)

sebanyak 200 kg/ ha dan KCL sebanyak 50 kg/ ha. Pada pemupukan pertama sebagai pupuk dasar, Urea yang digunakan adalah 200 kg/ ha (sekitar 4,2 gr/ tanaman), SP-36 sebanyak 4,2 gr/ tanaman dan KCL sebanyak 1,05 gr/ tanaman. Dengan jarak pemberian 10 cm dari tanaman. Pemupukan kedua dilakukan pada 35 hst, pupuk yang diberikan hanya Urea dengan dosis 150 kg/ha (sekitar 3,15

gr/tanaman) dengan jarak pemberian 15 cm dari tanaman (Syafruddin dan Akil, 2007).

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penyiangan gulma, penyiraman, penyulaman, pembumbunan tanah dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan sebanyak 2 kali, yakni 3 minggu setelah tanam (MST) dan 6 MST. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat menggunakan tangan atau cangkul kecil yang bertujuan untuk membersihkan gulma dari areal pertanaman. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman, dikarenakan tanaman pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah.

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yakni pada pagi dan sore hari apabila kondisi tanah kering. Tetapi apabila hujan dan kondisi tanah telah lembab penyiraman tidak dilakukan. Penyiraman cukup dilakukan disekitar perakaran tanaman.

Penjarangan dilakukan pada saat umur tanaman 14 hari dengan memotong tanaman yang tumbuhnya tidak baik dengan pisau atau gunting tepat di atas permukaan tanah dan meninggalkan satu tanaman yang terbaik terutama tanaman sampel pada setiap lubang tanam untuk parameter pengamatan. Pencabutan


(38)

tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh.

Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati. Dilakukan 7-10 hari setelah tanam (hst). Pembumbunan dilakukan dengan menimbun tanah pada batang bawah tanaman jagung yang bertujuan untuk menutupi akar yang terbuka dan untuk membuat pertumbuhan tanaman tetap tegak dan kokoh.

Panen

Kriteria panen pada jagung umumnya kira- kira setelah tanaman berumur 98-100 hari setelah tanaman (hst), pada saat daun telah menguning dan kering ini pun tergantung kepada varietas jagung yang digunakan, biji jagung telah berwarna kuning kemerahan dan telah mengeras, klobot daun telah menguning dan kering dan rambut berwarna coklat kehitaman. Bila kelobot dikupas terlihat biji jagung mengkilat dan bila ditusuk dengan kuku ibu jari tidak tampak bekas goresan, atau pangkal biji (lapisan absisi) sudah tampak menghitam, maka jagung siap panen.


(39)

Parameter Pengamatan Intensitas Serangan Penyakit

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah intensitas serangan P. polysora Underw. pada daun tanaman jagung. Pengamatan pertama dilakukan pada tanaman yang berumur 45 hari setelah tanam (hst), dengan interval waktu pengambilan data satu kali dalam seminggu sebanyak 8 kali. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

IS : Intensitas Serangan Penyakit n : Jumlah daun dari kategori serangan v : Nilai skala dari kategori serangan

Z : Nilai skala dari kategori serangan tertinggi N : Jumlah seluruh daun yang diamati

Kategori nilai skor serangan: 0 : Tidak ada gejala serangan

1 : Luas kerusakan pada permukaan daun 1- 5 % 3 : Luas kerusakan pada permukaan daun 6- 25% 5 : Luas kerusakan pada permukaan daun 26- 50% 7 : Luas kerusakan pada permukaan daun 51- 75% 9 : Luas kerusakan pada permukaan daun 76- 100% (Sudjono dan Sudarmadi, 1989).


(40)

Kategori ketahanan varietas terhadap penyakit ini adalah sebagai berikut :

- Varietas resisten yaitu apabila tingkat serangan penyakit di lapangan kurang dari 10%.

- Varietas toleran yaitu apabila tingkat serangan penyakit di lapangan antara 11-25%.

- Varietas setengah toleran yaitu apabila tingkat serangan penyakit di lapangan berkisar antara 26-50%.

- Varietas peka yaitu apabila tingkat serangan penyakit di lapangan lebih dari 50%

(Sumartini, 1989)

Produksi

Produksi dihitung dengan menimbang berat bersih biji jagung pipilan kering dari masing-masing plot perlakuan (kg/plot) pada akhir masa percobaan, lalu hasilnya dikonversikan ke dalam ton/ha, dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

Y = Produksi dalam ton/ha X = Produksi dalam kg/plot L = Luas plot dalam m2

(Tim Bimbingan Teknis BPTP/LPTP, 1999).

kg m2 x

L X Y

1000 10000


(41)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Intensitas Serangan (%) Puccinia polysora Underw.

Data pengamatan intensitas serangan P. Polysora Underw. pada setiap waktu pengamatan mulai dari 6-13 minggu setelah tanam (mst) dapat dilihat pada lampiran 1-8. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas berbeda sangat nyata pada pengamatan 6-13 mst . Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Beda Uji Rataan Pengaruh Varietas Terhadap Intensitas Serangan P. Polysora Underw. (%).

Perlakuan Minggu Pengamatan

6 mst 7 mst 8 mst 9 mst 10 mst 11 mst 12 mst 13 mst

V1 0.00C 0.00D 0.40D 1.40D 3.60D 5.00C 7.17C 9.17C

V2 1.50A 3.83A 7.33A 10.53A 13.33A 16.60A 18.87A 20.93A

V3 0.00C 0.93C 2.63C 4.80C 6.50C 9.77B 13.00B 16.87B

V4 0.00C 0.00D 0.00D 1.27D 2.13D 4.33C 5.43C 8.10C

V5 0.00C 0.00D 0.43D 1.70D 4.10C 5.80C 7.40C 9.20C

V6 0.00C 0.37C 0.87D 2.27D 3.50D 5.83C 8.53C 9.40C

V7 0.00C 0.00D 0.43D 1.57D 2.30D 4.40C 6.70C 8.23C

V8 1.33A 2.67B 5.67A 8.60B 11.20A 13.40A 16.73A 19.27A

V9 0.83B 2.53B 4.60B 7.57B 9.70B 12.03B 15.10A 18.03A

V10 0.00C 0.00D 0.83D 2.23D 3.50D 5.47C 7.87C 9.33C Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang

sama berbeda nyata, pada taraf 1%.

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada pengamatan 6 minggu setelah tanam intensitas serangan tertinggi P. Polysora Underw. terdapat pada perlakuan V2 dan V8 (varietas Pioneer 23 dan varietas NK 22) sebesar 3.83% dan 2.67% dan terendah pada perlakuan V1, V4, V5, V7,V 10 sebesar 0%. Pada pengamatan 13 minggu setelah tanam intensitas serangan tertinggi P. Polysora Underw. terdapat


(42)

pada perlakuan V2 dan V8 (varietas Pioneer 23 dan varietas NK 22) sebesar 20.93% dan 19.27% dan terendah pada perlakuan V4 (Bisi 12) sebesar 8.10 %. Ini dikarenakan pada perlakuan V4 (Bisi12) merupakan varietas yang tahan terhadap penyakit karat daun sehingga intensitas serangan yang ditimbulkan tergolong rendah. Hal ini menunjukkan bahwa varietas dapat berpengaruh

terhadap tinggi atau rendahnya intensitas serangan P. Polysora Underw. Schieber (1997) dalam Burhanuddin (2009) menyatakan bahwa menanam varietas

tahan merupakan cara efektif untuk mengendalikan dan menekan serangan penyakit P. Polysora Underw.

Tingginya sumber inokulum dan serangan penyakit di lapangan dan didukung dengan kondisi lingkungan yang mendukung memungkinkan meningkatnya penyebaran penyakit karat daun, sehingga ada varietas yang intensitas serangannya tinggi yaitu pada perlakuan V2 dan V8 (varietas Pioneer 23 dan varietas NK 22) sebesar 20.93% dan 19.27%. Ini dikarenakan V2 (Pioneer 23) merupakan varietas yang cukup tahan dan V8 (NK22) merupakan varietas yang agak tahan terhadap penyakit karat daun dan hasil yang tampak pun tidak berbeda nyata. Keadaan ini didukung dengan suhu rata-rata lapangan 270 C dengan persentase kelembapan yang mencapai 80%, sehingga infeksi alami di lapangan terjadi secara optimal. Semangun (1993) juga menyatakan perkembangan penyakit P. Polysora Underw. sangat berpengaruh terhadap keadaan tanaman dan suhu optimal untuk perkembangan penyakit yang berkisar 25-280 C.


(43)

Beda rataan intensitas serangan P. Polysora Underw. pada pengamatan 6-13 mst dapat dilihat pada histogram 1.

Histogram 1 : Pengaruh varietas terhadap intensits serangan P. Polysora Underw. (%) pada tanaman jagung

2. Produksi Jagung (ton/ha)

Hasil pengamatan produksi jagung pipilan kering yang telah dikonversikan dalam ton/ha dapat dilihat pada lampiran 11. Dari analisis sidik ragam produksi dapat dilihat adanya perbedaan yang nyata pada masing-masing perlakuan, maka dilakukan uji jarak Duncan dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Beda Uji Rataan Pengaruh Varietas Terhadap Produksi Jagung Perlakuan Produksi Jagung

(ton/ha)

V1 5.72a V2 3.97b V3 5.03a V4 6.14a V5 5.60a V6 5.23a V7 5.83a V8 4.57b V9 4.23b V10 5.30a


(44)

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata, pada taraf 5%.

Tabel 2 menunjukkan bahwa produksi tertinggi terdapat pada perlakuan V4 (Bisi 12) sebesar 6.14 ton/ha dan terendah pada perlakuan V2 (Pioneer 23) sebesar 3.97 ton/Ha. Hal ini menunjukkan bahwa varietas berpengaruh terhadap produksi jagung, karena produksi rata-rata varietas jagung hibrida yang ditanam produksinya beragam yaitu antara 6.15 ton/ha – 8.37 ton/ha pipilan kering, tetapi jika dilihat pada varietas unggul hasil rata-rata masih dibawah potensi hasil. Perlakuan V4 (Bisi 12) merupakan varietas yang tahan terhadap penyakit karat daun dan memiliki tingkat serangan yang rendah jika dibandingkan dengan perlakuan V2 (Pioneer 23) yang merupakan varietas yang cukup tahan terhadap penyakit dan memiliki tingkat serangan yang tinggi, sehingga tanaman ini tidak dapat melakukan fungsi fisiologisnya dengan baik. Tanaman yang memiliki tingkat serangan yang tinggi akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan pembentukan tongkol yang tidak sesuai dengan morfologi tanaman. Sebaliknya, varietas yang tahan akan dapat melakukan fungsi fisiologisnya dengan baik, pertumbuhan tanaman dan pembentukan tongkol juga akan optimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mejaya dkk (2010) yang menyatakan bahwa produksi jagung dapat ditingkatkan dengan pemakaian varietas unggul baik bersari bebas maupun jagung hibrida yang tahan dan memiliki daya toleransi tinggi terhadap serangan penyakit yang tidak mempengaruhi hasil produksi jagung sehingga dapat menghasilkan hasil yang tinggi.


(45)

oleh persentase pertumbuhan tanaman yang rendah dan pertumbuhan tanaman yang abnormal. Penurunan produksi juga disebabkan adanya massa spora jamur yang menutupi bagian tanaman terutama pada permukaan daun. Pada serangan yang berat akan mengakibatkan keringnya daun, sehingga menghambat proses fotosintesis tanaman yang akan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan tanaman dan pembentukan tongkol yang tidak optimal. Hal ini sesuai dengan literatur Hooker (1979) yang menyatakan bahwa spora jamur yang tumbuh pada bagian tanaman akan mengakibatkan tanaman jagung tidak dapat melakukan proses fotosintesis secara sempurna sehingga produksi yang dihasilkan pun rendah. Kranz et al. (1997) dalam Burhanuddin (2009) juga menyatakan tanaman yang terinfeksi P. polysora tidak dapat melakukan fotosintesis dengan sempurna sehingga pertumbuhannya melambat.

Beda rataan pengaruh varietas terhadap produks jagung dapat dilihat pada histogram 2.

. Histogram 2 : Pengaruh varietas terhadap produksi jagung


(46)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Varietas resisten terhadap penyakit karat daun terdapat pada varietas Pioneer 12, Bisi 12, Bisi 16, SHS 2, SHS 12 dan DK 3.

2. Varietas toleran terhadap penyakit karat daun terdapat pada varietas Pioneer 23, Bisi 2, NK 22 dan NK 99.

3. Dari 10 varietas yang diuji, tidak terdapat varietas setengah toleran dan varietas peka.

4. Produksi tertinggi pada varietas Bisi 12 dan Varietas SHS 12 sebesar 6.14 dan 5.83 ton/ha dan produksi terendah pada varietas Pioneer 23 sebesar 3.97 ton/ha.

5. Varietas yang cocok ditanam di dataran rendah yaitu varietas Bisi 12 dan varietas SHS 12, karena produksi yang tinggi dan tingkat ketahanan yang resisten terhadap penyakit karat daun.

Saran

Menggunakan varietas-varietas jagung yang memiliki daya toleransi tinggi terhadap serangan penyakit karat daun (P. Polysora Underw.) yang tidak mempengaruhi hasil produksi jagung.


(47)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Tanaman jagung termasuk tanaman dalam keluarga rumput-rumputan. Menurut Pandey (1969) tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermeae

Class : Monocotiledoneae

Ordo : Graminales

Family : Graminaceae

Genus : Zea

Species : Zea mays L.

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus hidupya merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif (Steenis dkk, 2005).

Jagung termasuk tanaman berakar serabut terdiri dari tiga tipe akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Akar seminal tumbuh dari radikula dan embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang. Akar ini tumbuh dari buku paling bawah, yaitu sekitar 4 cm di bawah permukaan tanah. Sementara akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah dekat permukaan tanah (Steenis dkk, 2005).


(48)

Batang jagung tidak bercabang, berbentuk silinder, dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Pada buku ruas akan muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin (Tjitrosoepomo, 2001).

Daun jagung memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Daun jagung terdiri dari tiga bagian, yaitu kelopak daun, lidah daun dan helaian daun. Kelopak daun umumnya membungkus batang. Antara kelopak dan helaian terdapat lidah daun atau ligula. Ligula ini berbulu dan berlemak dan berfungsi mencegah masuknya air ke dalam kelopak daun (Steenis dkk, 2005).

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Bunga jagung termasuk bunga tidak sempurna. Bunga jantan terdapat di ujung batang berupa karangan bunga (inflorescence). Sedangkan bunga betina terdapat di ketiak daun ke-6 atau ke-8 dari bunga jantan dan tersusun dalam tongkol (Tjitrosoepomo, 2001).

Buah jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi. Pada umumnya jagung memiliki barisan biji yang melibit secara lurus atau berkelok-kelok. Biji jagung terdiri dari tiga bagian yakni pericarp, endosperm (cadangan makanan biji), dan embrio atau lembaga (Steenis dkk, 2005).

Syarat Tumbuh Tanah


(49)

merupakan jenis tanah terbaik untuk pertumbuhan tanaman jagung. Tingkat keasaman yang baik bagi pertumbuhan jagung antara 5,5-7,5. Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi yang baik (Galinat, 1988).

Iklim

Tanaman jagung berasal dari daerah tropis. Untuk pertumbuhan yang baik

bagi tanaman jagung khususnya jagung hibrida, suhu optimum adalah 23-27oC.

Distribusi hujan yang ideal bagi pertumbuhan tanaman jagung 200 mm tiap bulan. Jagung hibrida memerlukan air yang cukup untuk pertumbuhan, terutama saat

berbunga dan pengisian biji (Birch et al., 2003).

Biologi Penyebab Penyakit

Klasifikasi jamur P. polysora Underw. menurut Alexopoulus dan Mims

(1979) adalah :

Divisio : Basidiomycota

Sub Divisio : Urediniomycotina

Kelas : Urediniomycetes

Sub Kelas : Urediniomycetidae

Ordo : Uredinales

Family : Pucciniaceae

Genus : Puccinia

Spesies : Puccinia polysora Underw.

Penyakit karat daun ini disebabkan oleh jamur P. polysora Underw.

Jamur ini membentuk uredium (urediosorus) pada permukaan atas dan bawah daun dan pada upih daun yang tersebar rapat. Uredium yang berbentuk bulat atau


(50)

lonjong dengan garis tengah 0,2-1 mm, berwarna jingga atau jingga tua menghasilkan urediospora yang berperan penting sebagai sumber inokulum dalam menginfeksi tanaman jagung dan sebarannya melalui angin. Bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat pada permukaan daun jagung di bagian atas dan bawah. Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah dan dataran tinggi dan infeksinya berkembang baik pada musim penghujan atau musim kemarau (Semangun, 1991).

P. polysora membentuk urediospora berbentuk bulat telur sampai bulat telur memanjang, agak bersudut-sudut dengan ukuran 28-38 x 22-30 µm. Berdinding agak tebal, berwarna emas, dengan duri-duri halus yang jarang dengan ketebalan 1-2 µm dan 4-5 pori yang tidak teratur (Gambar 1). Telium berwarna hitam kecoklatan, melingkar memanjang tetap tertutup oleh epidermis, bulat dengan garis tengah 0,2-0.5 µm. Teliospora berwarna kecoklatan berbentuk ellipsoid atau lonjong, biasanya tidak teratur atau agak bersudut-sudut, ujungnya tumpul atau terpancung, agak mengecil pada sekat dengan ukuran 20-27 x 29-31 µm dengan ukuran sisi dinding 1,5 µm, dinding apical 1,5-2,5 µm, pedicel 30 µm (Melching, 1981). Piknium dan aesium jamur ini belum diketahui (Holliday, 1980).


(51)

Gambar 1. Fotomikrograf Konidia P. polysora Underw Perbesaran 10 x 40

Gejala Serangan

Tanaman jagung yang terserang cendawan ini, khususnya pada bagian daun tanaman memperlihatkan gejala awal berupa bercak-bercak kuning kemerahan dan keluar serbuk seperti tepung berwarna coklat kekuningan.

(Gambar 2). Hasil penelitian Kranz et al. (1997) dalam Burhanuddin (2009)

didapatkan tanaman yang terinfeksi P. polysora Underw. tidak dapat melakukan

fotosintesis dengan sempurna sehingga pertumbuhan tanaman akan melambat.


(52)

Gejala penyakit karat dominan tampak pada daun tanaman jagung di banding dengan bagian tanaman lainnya. Pada tanaman dewasa, daun yang sudah tua terdapat titik-titik noda yang berwarna kecoklatan seperti karat dan terdapat

serbuk yang berwarna kuning kecoklatan. Kranz et al. (1997) dalam Burhanuddin

(2009) mengemukakan pada permukaan atas dan bawah daun terdapat bercak kecil atau seperti bisul, bentuknya bulat sampai lonjong berwarna coklat kemerahan ukuran 2 mm. Bercak ini menghasilkan spora yang disebut teliospora yang tersebar pada permukaan daun dan akan berubah warna menjadi hitam

kecoklatan setelah teliosporaberkembang.

Banyaknya teliospora yang terbentuk menyebabkan permukaan bagian atas daun menjadi kasar. Pada tingkatan yang jauh penyakit karat menyebabkan mengeringnya bagian-bagian daun. Hasil penelitian Santiago dan Exconde (1974) dalam Hooker (1991) didapatkan ada beberapa jenis infeksi, yakni sangat tahan atau resisten dan tidak terdapat uredia. Tingkatan toleran memiliki uredia yang mengandung sedikit spora. Setengah toleran, daun akan diselingi uredia dengan tingkatan sporulasi yang besar dan rentan yang mengandung sedang sampai banyak spora.

Daur Hidup Penyakit

Jamur ini mempertahankan diri pada tanaman jagung yang hidup dan dipencarkan oleh urediospora yang kemudian akan berkecambah dan pembuluh kecambah mengadakan infeksi melalui mulut kulit dengan mengadakan penetrasi secara langsung, yang didahului dengan pembentukan apresorium (Semangun, 1991). Gejala penyakit pada tanaman akan muncul sekitar 3 sampai 6 hari setelah


(53)

urediospora matang. Jamur karat tidak dapat hidup sebagai saprofit yakni tidak dapat menyerap makanan dari organisme yang telah mati, sehingga jamur ini tidak dapat mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman jagung. Tidak ditemukan bukti-bukti bahwa jamur ini mempertahankan diri dalam biji yang dihasilkan oleh tanaman sakit (Holliday, 1980).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit

Penyebaran P. polysora Underw. dipengaruhi oleh terbentuknya

urediospora yang berfungsi sebagai inokulum primer dan sekunder dan penyebarannya melalui angin dan disebarkan di siang hari. Penelitian tentang ketahanan varietas terhadap karat daun menunjukkan bahwa isolat suatu patogen dapat berbeda baik dalam hal virulensi. Hasil penelitian Melching (1975) dalam

Pataky et al. (2007) diketahui faktor lingkungan, yakni suhu 25-28oC dengan

kelembapan yang tinggi dan udara berembun pada permukaan tanaman akan membantu perkecambahan urediospora dan penetrasi awal pada tanaman.

Jarak tanam yang rapat pada pertanaman jagung akan menyebabkan kelembaban udara di sekitar tanaman menjadi lebih tinggi dan suhu menjadi

optimal bagi perkembangan P. polysora Underw. (Renfro dan Ultstrup, 1976).

Hasil penelitian Wilson dan Tapsoba (1997), didukung oleh Thomson dan Flint (2000) juga menyatakan tingkat perkecambahan dan produksi spora berbeda dari waktu ke waktu dan bervariasi secara signifikan yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Pengendalian

Pengendalian penyakit dengan menanam varietas tahan merupakan cara yang mudah penerapannya bagi petani, biayanya murah dan ramah lingkungan.


(54)

Menanam varietas tahan dimaksudkan untuk menekan serangan penyakit sehingga tidak menimbulkan kerugian secara ekonomi atau kehilangan hasil yang relatif kecil. Hasil penelitian Schieber (1997) dalam Burhanuddin (2009) menyatakan bahwa menanam varietas tahan adalah merupakan satu-satunya cara pengendalian penyakit karat. Russel (1978) memandang cara ini adalah paling efektif dan efisien dari cara pengendalian lainnya, asalkan sifat ketahanannya tidak berkaitan dengan produktivitas dan kualitas hasil rendah.

Pengendalian penyakit dengan cara menanam pada waktu yang tepat merupakan salah satu komponen pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, tidak menimbulkan efek samping terhadap patogen, musuh alami, dan ramah terhadap lingkungan (Sudjono dan Sukmana, 1995 ). Hasil penelitian Sudjono dan Sukmana (1995) didapatkan intensitas serangan penyakit karat sangat tinggi pada pertanaman jagung yang ditanam pada periode bulan Desember sampai Januari. Namun sampai saat ini informasi mengenai fluktuasi keberadaan penyakit karat di sentra-sentra produksi jagung di Indonesia masih sangat terbatas jumlahnya

sehingga penerapannya belum sepenuhnya dilaksanakan

(Wakman dan Burhanuddin, 2007)

Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan pengaturan jarak tanam dan penerapan sanitasi pada areal pertanaman, yang bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai dan merata untuk setiap tanaman (Sumartini dan Hardaningsih, 1995). Pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan pemberian fungisida zineb dan dithane. Pemberian fungisida digunakan bila perlu atau aplikasi dilakukan apabila tingkat serangan penyakit pada tanaman mencapai


(55)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan pertanian secara nasional maupun regional serta terhadap ketahanan pangan dan perbaikan perekonomian. Tanaman jagung juga merupakan salah satu komoditas strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri pengolahan pangan di Indonesia maka kebutuhan jagung akan semakin meningkat. Sebaliknya penggunaannya sebagai bahan pangan meningkat dan terjadi kekurangan 1,3 juta ton tiap tahunnya dan untuk menutupi kekurangannya pemerintah harus mengimpor jagung dari beberapa negara produsen (Bakhri, 2007)

Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi penghasil jagung, namun produksi jagung di Sumatera Utara masih tergolong rendah dibanding provinsi lain di Indonesia karena perluasan areal dan produksi jagung tidak menunjukkan angka yang cukup berarti. Pada tahun 2010 produksi jagung di Kabupaten Deli Serdang 101.937 ton, luas panen 20.321 ha dengan produktifitas 50,16 kw/ha. Kabupaten Karo 456.649 ton, luas panen 90.605 ha dengan produktifitas 50,40 kw/ha. Langkat 114.798 ton, luas panen 23.390 ha dengan produktifitas 49,08 kw/ha (Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, 2010).


(56)

Peningkatan produksi jagung dapat dilakukan melalui penggunaan varietas jagung introduksi yang adaptif dan pengelolaan hara. Perbaikan tingkat ketersediaan hara akan meningkatkan adaptasi varietas- varietas jagung introduksi. Varietas memiliki adaptasi yang berbeda terhadap lingkungan tumbuh, termasuk tingkat kesuburan tanah (Pasandaran dan Tangenjaya, 2004).

Salah satu kendala penting dalam upaya peningkatan produksi jagung adalah gangguan biotis yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu gangguan oleh makroorganisme yang dikenal dengan gangguan hama, dan gangguan oleh mikroorganisme yang disebut sebagai gangguan penyakit, termasuk penyakit yang disebabkan oleh jamur. Menurut Shurtleff (1980) dalam Semangun (1991) jamur mempunyai daya tular yang tinggi sehingga infeksinya pada tanaman budidaya berlangsung cepat dan dapat mencapai tingkat epidemi.

Mikroorganisme penyebab penyakit dikelompokkan ke dalam tiga golongan yaitu cendawan, bakteri, dan virus. Jenis penyakit yang disebabkan oleh cendawan yakni, Peronosclorospora maydis (penyakit bulai), Helminthosforium turcicum (hawar daun), Puccinia polysora Underw (karat daun). dan Fusarium spp yang dapat menyebabkan turunnya hasil produksi maupun kehilangan hasil pada tanaman jagung (Shurtleff 1980 dalam Semangun, 1991 ).

Penyakit karat (P. polysora) pada pertanaman jagung di Indonesia baru menarik perhatian pada tahun 1950-an dan telah menyebar di seluruh sentra produksi jagung di Indonesia. Jamur ini menyerang tanaman jagung pada fase pertumbuhan generatif hingga masa panen terutama pada bagian daun tanaman dan apabila tingkat serangan berat maka serangan dapat mencapai seludang daun


(57)

Teknologi yang dihasilkan melalui penelitian, varietas unggul sangat menonjol peranannya untuk pengendalian penyakit karat daun , baik peningkatan hasil persatuan luas maupun sebagai salah satu komponen pengendalian hama dan penyakit tumbuhan (Sudjono, 1988). Dengan melihat permasalahan di atas, penulis tertarik menguji ketahanan beberapa varietas jagung di dataran rendah untuk mengendalikan penyakit karat daun jagung.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui ketahanan beberapa varietas jagung hibrida (Zea mays L.) terhadap penyakit karat daun (P. polysora Underw.) di dataran

rendah.

Hipotesa Penelitian

Beberapa varietas jagung hibrida (Zea mays L.) yang ditanam di dataran rendah tahan terhadap penyakit karat daun (P. polysora Underw.).

Kegunaan Penelitian

- Mendapatkan varietas jagung hibrida yang sesuai ditanam di dataran rendah untuk mengendalikan penyakit karat daun jagung.

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(58)

ABSTRACT

Denny Irawan, “ Resistance Test of Maize Varieties (Zea mays L.) to Leaf Rust Disease Attack (Puccinia polysora Underw.) In the Lowlands”. Supervised by Dr. Ir. Hasanuddin, MS and Ir. Lahmuddin Lubis, MP. This study aims to determine the resistance of some varieties of maize (Zea mays L.) to leaf rust disease (Puccinia polysora Underw.) in the lowlands. Research conducted in the village of Tanjung Selamat, Medan. Research using randomized block design with 10 treatments and three replications.

The result showed resistant varieties was Pioneer 12, Bisi 12, Bisi 16, SHS 2, SHS 12 and DK 3. Tolerant varieties was Pioneer 23, Bisi 2, NK 22 and

NK 99. The highest production found on Bisi 12 amounting to 6.14 tonnes/ha and the lowest production found on Pioneer 23 amounting to 3.97 tonnes/ha.


(59)

ABSTRAK

Denny Irawan, “ Uji Ketahanan Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia polysora Underw.) Di Dataran Rendah“. Dibimbing oleh Dr. Ir. Hasanuddin, MS dan Ir. Lahmuddin Lubis, MP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan beberapa varietas jagung (Zea mays L.) terhadap penyakit karat daun (Puccinia polysora Underw.) di dataran rendah. Penelitian dilaksanakan di desa Tanjung Selamat, Medan. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan 10 perlakuan dan tiga ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan varietas resisten terdapat pada varietas Pioneer 12, Bisi 12, Bisi 16, SHS 2, SHS 12 dan DK 3. Varietas toleran terdapat pada varietas Pioneer 23, Bisi 2, NK 22 dan NK 99. Produksi tertinggi terdapat pada Bisi 12 sebesar 6.14 ton/ha dan produksi terendah pada Pioneer 23 sebesar 3.97 ton/ha.


(60)

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (

Zea mays

L.)

TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN (

Puccinia polysora

Underw.)

DI DATARAN RENDAH

SKRIPSI

Oleh :

DENNY IRAWAN 070302043

HPT

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(61)

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (

Zea mays

L.)

TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN (

Puccinia polysora

Underw.)

DI DATARAN RENDAH

SKRIPSI

Oleh :

DENNY IRAWAN 070302043

HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Di Departemen Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Hasanuddin, MS) (Ir. Lahmuddin Lubis, MP)

Ketua Anggota

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(62)

ABSTRACT

Denny Irawan, “ Resistance Test of Maize Varieties (Zea mays L.) to Leaf Rust Disease Attack (Puccinia polysora Underw.) In the Lowlands”. Supervised by Dr. Ir. Hasanuddin, MS and Ir. Lahmuddin Lubis, MP. This study aims to determine the resistance of some varieties of maize (Zea mays L.) to leaf rust disease (Puccinia polysora Underw.) in the lowlands. Research conducted in the village of Tanjung Selamat, Medan. Research using randomized block design with 10 treatments and three replications.

The result showed resistant varieties was Pioneer 12, Bisi 12, Bisi 16, SHS 2, SHS 12 and DK 3. Tolerant varieties was Pioneer 23, Bisi 2, NK 22 and

NK 99. The highest production found on Bisi 12 amounting to 6.14 tonnes/ha and the lowest production found on Pioneer 23 amounting to 3.97 tonnes/ha.


(63)

ABSTRAK

Denny Irawan, “ Uji Ketahanan Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia polysora Underw.) Di Dataran Rendah“. Dibimbing oleh Dr. Ir. Hasanuddin, MS dan Ir. Lahmuddin Lubis, MP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan beberapa varietas jagung (Zea mays L.) terhadap penyakit karat daun (Puccinia polysora Underw.) di dataran rendah. Penelitian dilaksanakan di desa Tanjung Selamat, Medan. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan 10 perlakuan dan tiga ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan varietas resisten terdapat pada varietas Pioneer 12, Bisi 12, Bisi 16, SHS 2, SHS 12 dan DK 3. Varietas toleran terdapat pada varietas Pioneer 23, Bisi 2, NK 22 dan NK 99. Produksi tertinggi terdapat pada Bisi 12 sebesar 6.14 ton/ha dan produksi terendah pada Pioneer 23 sebesar 3.97 ton/ha.


(64)

RIWAYAT HIDUP

Denny Irawan lahir pada tanggal 18 Desember 1989 di Stabat Sumatera Utara, sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Ayahanda Nasuji dan Ibunda Suriani Pendidikan formal yang pernah di tempuh penulis yaitu :

- Tahun 2001 lulus dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 056000 Kampung Baru,

Stabat.

- Tahun 2004 lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 2

Stabat.

- Tahun 2007 lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1

Kabanjahe.

- Tahun 2007 lulus dan diterima di Departemen Hama dan Penyakit

Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB

Pengalaman Kegiatan Akademis

1. Tahun 2007-2011 menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Perlindungan

Tanaman (IMAPTAN).

2. Tahun 2007-2011 menjadi anggota Komunikasi Muslim (KOMUS) FP

USU.

3. Tahun 2011 menjadi asisten Dasar Perlindungan Hutan.

4. Tahun 2011 menjadi asisten Perlindungan Hama dan Peyakit Terpadu.


(65)

7. Tahun 2011 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Unit Kebun Tonduhan PTPN IV Simalungun.


(66)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Judul dari skripsi ini adalah “ UJI KETAHANAN BEBERAPA

VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PENYAKIT KARAT

DAUN (Puccinia polysora Underw) DI DATARAN RENDAH” yang

merupakan salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. Hasanuddin, MS dan Ir.Lahmuddin Lubis, MP selaku dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Maret 2012


(67)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesa Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 4

Syarat Tumbuh ... 5

Biologi Penyebab Penyakit ... 6

Gejala Serangan ... 8

Daur hidup penyakit ... 9

Faktor yang Mempengaruhi Penyakit ... 10

Pengendalian ... 11

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

Bahan dan Alat ... 13

Metode Penelitian ... 13

Pelaksanaan Penelitian Pengolahan Lahan ... 15

Penanaman Benih ... 15

Pemupukan ... 15

Pemeliharaan ... 16

Panen ... 17

Parameter Pengamatan ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh varietas terhadap intensits serangan P. Polysora Underw. (%)... 20


(68)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan... 25 Saran... 25 DAFTAR PUSTAKA


(69)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hlm

1. Beda Uji Rataan Pengaruh varietas terhadap intensits serangan

P. Polysora Underw. (%)... 20


(70)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hlm

1. Konidia Puccinia polysora Underw. ……….. 8

2. Gejala Serangan Puccinia polysora Underw. ………... 8

3. Histogram intensitas serangan P. Polysora Underw... 22


(71)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hlm

1. Bagan Penelitian……… 30

2. Bagan Tanaman Sampel……… 31

3. Deskripsi Tanaman Jagung……… 32

4. Data Pengamatan I Intensitas Serangan (%) P.polysora Underw… 42 5. Data Pengamatan II Intensitas Serangan (%) P.polysora Underw… 44 6. Data Pengamatan III Intensitas Serangan (%) P.polysora Underw… 46 7. Data Pengamatan IV Intensitas Serangan (%) P.polysora Underw… 48 8. Data Pengamatan V Intensitas Serangan (%) P.polysora Underw… 50 9. Data Pengamatan VI Intensitas Serangan (%) P.polysora Underw… 52 10.Data Pengamatan VII Intensitas Serangan (%) P.polysora Underw… 54 11.Data Pengamatan VIII Intensitas Serangan (%) P.polysora Underw.. 56


(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Judul dari skripsi ini adalah UJI KETAHANAN BEBERAPA

VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN (Puccinia polysora Underw) DI DATARAN RENDAH” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. Hasanuddin, MS dan Ir.Lahmuddin Lubis, MP selaku dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Maret 2012


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesa Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 4

Syarat Tumbuh ... 5

Biologi Penyebab Penyakit ... 6

Gejala Serangan ... 8

Daur hidup penyakit ... 9

Faktor yang Mempengaruhi Penyakit ... 10

Pengendalian ... 11

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

Bahan dan Alat ... 13

Metode Penelitian ... 13

Pelaksanaan Penelitian Pengolahan Lahan ... 15

Penanaman Benih ... 15

Pemupukan ... 15

Pemeliharaan ... 16

Panen ... 17

Parameter Pengamatan ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh varietas terhadap intensits serangan P. Polysora Underw. (%)... 20


(3)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan... 25 Saran... 25 DAFTAR PUSTAKA


(4)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hlm

1. Beda Uji Rataan Pengaruh varietas terhadap intensits serangan

P. Polysora Underw. (%)... 20 2. Beda Uji Rataan Pengaruh varietas terhadap Produksi Jagung... 22


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hlm

1. Konidia Puccinia polysora Underw. ……….. 8

2. Gejala Serangan Puccinia polysora Underw. ………... 8

3. Histogram intensitas serangan P. Polysora Underw... 22


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hlm

1. Bagan Penelitian……… 30

2. Bagan Tanaman Sampel……… 31

3. Deskripsi Tanaman Jagung……… 32

4. Data Pengamatan I Intensitas Serangan (%) P.polysora Underw… 42 5. Data Pengamatan II Intensitas Serangan (%) P.polysora Underw… 44 6. Data Pengamatan III Intensitas Serangan (%) P.polysora Underw… 46 7. Data Pengamatan IV Intensitas Serangan (%) P.polysora Underw… 48 8. Data Pengamatan V Intensitas Serangan (%) P.polysora Underw… 50 9. Data Pengamatan VI Intensitas Serangan (%) P.polysora Underw… 52 10.Data Pengamatan VII Intensitas Serangan (%) P.polysora Underw… 54 11.Data Pengamatan VIII Intensitas Serangan (%) P.polysora Underw.. 56