dibandingkan dengan teori absolut,teori ini lebih berorientasi kedepan.
39
Ciri-ciri pokok teori Relatif yakni:
40
1.
Pemidanaan bertujuan sebagai pencegahan kejahatan;
2. pencegahan bukan tujuan akhir, namun ada tujuan yang lebih
penting yaitu untuk mencapai kesejahteraaan masyarakat;
3. pemidanaan hanya diterapkan pada pelaku pelanggaran hukum
yang terbukti bersalah, baik karena kesengajaan maupun karena kelalaianya;
4. pemidanaan berorientasi kedepan atau bersifat perspektif,
pemidanaan mengandung unsur pencelaan namun baik unsur pencelaan maupun unsur pembalasan ditolak apabila tidak dapat
membantu pencegahan kejahatan demi kesejahteraan masyarakat.
c. Vereningings theorieen teori gabungan
Teori ini dikemukakan oleh Satochid Kartanegara sebagai reaksi dari teori sebelumnnya yang kurang dapat memuaskan menjawab mengenai hakikat dari
tujuan pemidanaan. Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah terletak pada kejahatan itu sendiri, yaitu pembalasan atau siksaan, akan tetapi di
samping itu diakuinya pula sebagai dasar pemidanaan itu adalah tujuan dari pada hukum.
41
.
39
Orland, 1973, hlm.184 dikutip dalam ibid. hlm. 13
40
Ibid, hal.13-14
41
Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Bagian Kesatu, Jakarta, Balai Lektur Mahasiswa, 1955, hlm. 56
27
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Kesesuaian Antara Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan
Bebas Pada
Putusan Nomor:176PID.B2011PN.PRA.
Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penganiayaan Dengan Fakta-Fakta Dalam Persidangan
Pada penulisan skripsi ini Penulis hendak membahas kesesuaian antara pertimbangan hakim pada Putusan Nomor 176PID.B2011PN.PRA. tentang
penjatuhan putusan bebas pada pelaku tindak pidana penganiayaan, dengan fakta- fakta yang terungkap dalam persidangan, sebagai pokok bahasan yang pertama.
Dalam hal ini penulis menitikberatkan pada pertimbangan hakim yang bersifat yuridis diantaranya berkaitan dengan dakwaan penuntut umum, keterangan saksi,
keterangan terdakwa, serta pasal-pasal dalam peraturan hukum pidana. Pertama, pada Putusan Nomor 176PID.B2011PN.PRA. oleh penuntut
umum para terdakwa didakwa dengan dakwaan tunggal,
dimana menurut Hari Sasangka
surat dakwaan tunggal adalah “pembuatan surat dakwaan yang paling
ringan bila dibanding dengan surat dakwaan lainnya. Surat dakwaan ini dibuat jika penuntut umum yakin atas perbuatan seorang terdakwa atau beberapa orang
terdakwa. ”
42
Dapat dikatakan bahwa pada putusan yang menjadi bahan kajian pada penulisan skripsi ini menunjukkan bahwa penuntut umum memeiliki
keyakinan bahwa perbuatan para terdakwa telah memenuhi unsur-unsur pasal dalam dakwaan penuntut umum yakni, Pasal 351 ayat 1 KUHP jo Pasal 55 ayat
1 ke-1 KUHP, yang akan penulis uraikan sebagai berikut. Penuntut umum meyakini pasal yang didakwakan pada kasus ini sesuai
dengan rentetan peristiwa. Dalam dakwaan tersebut menyatakan bahwa berawal ketika saksi korban Hadijah beradu mulut dengan ibunya Terdakwa I Jamahir
yaitu Inaq Fatanah kemudian Terdakwa I Jamahir tiba-tiba datang dari arah
42
Hari Sasangka dkk, Penuntutan dan Teknik Membuat Surat Dakwaan, Surabaya, Dharma Surya Berlian, 1996, hlm. 93