Optimasi pemupukan nitrogen dan kalium terhadap tanaman kelapa sawit di pembibitan utama dan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

OPTIMASI PEMUPUKAN NITROGEN DAN KALIUM
TERHADAP TANAMAN KELAPA SAWIT DI PEMBIBITAN
UTAMA DAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM)

NORI ASTIANA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimasi Pemupukan
Nitrogen dan Kalium terhadap Tanaman Kelapa Sawit di Pembibitan Utama dan
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013
Nori Astiana
NIM A24090105

ABSTRAK

NORI ASTIANA. Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium terhadap Tanaman
Kelapa Sawit di Pembibitan Utama dan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM).
Dibimbing oleh SUDRADJAT.
Penelitian terdiri dari dua percobaan, yaitu (1) Optimasi pemupukan
Nitrogen dan Kalium terhadap tanaman kelapa sawit di pembibitan utama dan (2)
Optimasi pemupukan Nitrogen dan Kalium terhadap tanaman kelapa sawit di
tanaman belum menghasilkan (TBM). Penelitian optimasi pemupukan Nitrogen
dan Kalium terhadap tanaman kelapa sawit di pembibitan utama dan tanaman
belum menghasilkan (TBM) bertujuan untuk mengetahui dosis optimum pupuk
nitrogen dan kalium pada pembibitan utama dan tanaman belum menghasilkan.
Penelitian optimasi pemupukan nitrogen dan kalium terhadap tanaman
kelapa sawit di pembibitan utama dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB

Cikabayan, Dramaga, Bogor dari bulan Mei–September 2012. Rancangan yang
digunakan adalah Faktorial yang disusun dalam lingkungan Acak Kelompok
dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri atas dengan dua faktor. Faktor pertama
adalah pemupukan N, terdiri atas empat taraf, yaitu : 0 g tanaman-1 (N0), 25.91 g
tanaman-1 (N1), 51.83 g tanaman -1 (N2), dan 103.66 g tanaman-1 (N3) . Faktor
kedua adalah pemupukan K terdiri atas empat taraf, yaitu : 0 g tanaman-1 (K0),
26.99 g tanaman-1 (K1), 53.98 g tanaman-1 (K2), dan 107.96 g tanaman-1 (K3), .
Setiap satuan percobaan terdiri atas 5 tanaman, sehingga jumlah sampel adalah
240 tanaman. Hasil penelitian menunjukan bahwa pupuk N dan K meningkatkan
tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang bibit kelapa sawit. Dosis
optimum pupuk dari umur 24–40 MST adalah 67.70 g bibit-1, sedangkan untuk
pupuk Kalium adalah 86.68 g bibit-1.
Penelitian optimasi pemupukan Nitrogen dan Kalium terhadap tanaman
kelapa sawit di tanaman belum menghasilkan (TBM), dilaksanakan di Kebun
Percobaan IPB Singasari Jonggol, Bogor dari bulan Februari–Juni 2013.
Rancangan yang digunakan Faktorial yang disusun dalam lingkungan Acak
Kelompok dengan tiga ulangan. Penelitian dilaksanakan dengan dua percobaan,
percobaan pertama adalah pemupukan nitrogen terdiri atas empat taraf yaitu N45
g tanaman-1 (N1), 90 g tanaman-1 (N2), 135 g tanaman -1 (N3) , dan 180 g tanaman1
(N4). Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pupuk nitrogen di TBM

dari umur 3-6 BST meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman 12.88 (cm bulan-1),
jumlah daun 3.75 (helai bulan-1), lingkar batang 3.46 (cm bulan-1), dan jumlah
anak daun 3.16 (cm-2 bulan-1). Percobaan kedua adalah pemupukan kalium terdiri
atas empat taraf yaitu 30 g tanaman-1 (K1), 60 g tanaman-1 (K2), 90 g tanaman -1
(K3), dan 120 g tanaman-1 (K1). Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian
pupuk kalium di TBM dari umur 3-6 BST meningkatkan pertumbuhan tinggi
tanaman 12.83 (cm bulan-1), jumlah daun 3.61 (helai bulan-1), lingkar batang 4.03
(cm bulan-1), dan jumlah anak daun 2.61 (cm-2 bulan-1).
Kata kunci :

dosis optimum, Kalium, kelapa sawit, Nitrogen, tanaman belum
menghasilkan (TBM), pembibitan.

ABSTRACT

NORI ASTIANA. Optimizing of Nitrogen and Potassium Fertilizer Rate for Oil
Palm Plant in Main Nursery and Immature. Supervised by SUDRADJAT.
The experiment consist of two experiment, the first experiment was
optimizing of Nitrogen and Potassium fertilizer rate for oil palm seedling (Elaeis
guineensis Jacq.) on main nursery; and the second experiment was optimizing of

Nitrogen and Potassium fertilizers rate on immature plant of oil palm. The
purpose of both experiments is to determine the optimum rate of Nitrogen and
Potassium fertilizer.
The experiment of optimizing Nitrogen and Potassium fertilizer rate for oil
palm on main nursery aims to determine the optimum rate of nitrogen and
potassium fertilizers was carried out at IPB Experimental Station (Plantation
Teaching Farm), Cikabayan Dramaga, Bogor, from May to September 2012. The
treatment was laid-out in a factorial randomized block design with three
replications. The first factor N.i.e. 0, 25.92, 51.8, and 103.66 N plant-1 and the
second was K.i.e 0, 26.99, 53.98 and 107.96 g K2O plant-1. The result of the
experiment shows that Nitrogen and Potassium fertilizer increase the plant height,
number of frond and stem diameter. Base on the plant height the optimum dose of
Nitrogen fertilizer is 67.70 g and Potassium fertilizer is 86.68 during five months
in the main nursery.
The objectif of the experiment optimizing of Nitrogen and Potassium
fertilizer rate for oil palm on immature was to determine the optimum rate of
Nitrogen and Potassium fertilizers. Experiment was conducted at IPB
Experimental Station (Plantation Teaching Farm), Singasari Jonggol, Bogor, from
February to June 2013. The treatment was laid-out in a factorial randomized block
design with three replications. The experiment was conducted in two trials, the

first trial is made up of four Nitrogen fertilization levels N.i.e. 45, 90, 135, and
180 g N plant-1. The result shows that Nitrogen in immature increase 12.88 (cm
month-1) of growth of the plant height, 3.75 (sheet month-1) of number of fronds,
3.46 (cm month-1 ) of stem girth and 3.16 (cm2 month-1 ) of leaflet area. The
second is Potassium fertilization trial consist of four levels K.i.e. 30, 60, 90, dan
120 g K2O plant-1. The result shows that Potassium in immature increase 12.83
(cm month-1) of growth of the plant height, 3.61 (sheet month-1) of number of
fronds, 4.03(cm month-1 ) of stem girth and 2.61 (cm2 month-1 ) of leaflet area.
Keywords: oil palm immature plant, oil palm seedling, optimizing fertilizer rate,
main nursery, Nitrogen, Potassium.

OPTIMASI PEMUPUKAN NITROGEN DAN KALIUM
TERHADAP TANAMAN KELAPA SAWIT DI PEMBIBITAN
UTAMA DAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM)

NORI ASTIANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian

pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

Judul Skripsi : Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium terhadap Tanaman
Kelapa Sawit di Pembibitan Utama dan Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM)
Nama
: Nori Astiana
NIM
: A24090105

Disetujui oleh

Dr Ir Sudradjat, MS
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

Judul Skripsi : Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium terhadap Tanaman
Kelapa Sawit di Pembibitan Utama dan Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM)
Nama
: Nori Astiana
NIM
: A24090105

Disetujui oleh

Dr IT Sudradjat, MS
Pembimbing


Tanggal Lulus

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul Optimasi Pemupukan
Nitrogen dan Kalium terhadap Tanaman Kelapa Sawit di Pembibitan Utama dan
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) berhasil diselesaikan.
Terimakasih penulis ucapkan kepada:
1. Orang tua Drs Nana Sumarna, MM dan Dra Rinawanti, MM. Adik
Norman Wardana dan Ilham Agam, serta seluruh keluarga yang
senantiasa memberikan kasih sayang, semangat dan dorongan doa.
2. Dr Ir Sudradjat, MS selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan
waktu, memberikan bimbingan, saran dan arahan selama penulis
melakukan penelitian,
3. Dr Ir Suwarto, MSi dan Dr Ir Supijatno, MSi selaku dosen penguji
dalam ujian skripsi,
4. Dr Ir Nurul Khumaida MSi selaku pembimbing akademik,
5. Tim Riset Kelapa Sawit Jonggol IPB-Cargill, Manager kebun Bapak
Mohammad Joni beserta staf kebun. Rekan-rekan penelitian S2 Feni

Shintarika, Hidayat Saputra, Yan Sukmawan dan Irwan Siallagan yang
telah membantu penulis selama pelaksanaan penelitian,
6. Mei Lianti Arista, SP dan Rizqi Utami, SP yang telah membantu penulis
selama penelitian,
7. Keluarga besar Agronomi dan Hortikultura, khususnya angkatan 46,
8. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2013
Nori Astiana

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Tujuan ..................................................................................................... 1
Hipotesis ....................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 2

Botani Kelapa Sawit ...................................................................................... 2
Syarat Tumbuh............................................................................................... 3
Pembibitan Kelapa Sawit ............................................................................... 3
Pemupukan .................................................................................................... 4
Pemupukan Nitrogen (N) ..................................................................... 4
Pemupukan Kalium (K) ....................................................................... 5
BAHAN DAN METODE ....................................................................................... 5
Percobaan 1
Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium Terhadap
Tanaman Kelapa Sawit di Pembibitan Utama ..................... 5
Tempat dan Waktu ............................................................................... 5
Bahan dan Alat ..................................................................................... 5
Metode Percobaan ................................................................................ 6
Pelaksanaan Percobaan ........................................................................ 6
Pengamatan .......................................................................................... 7
Percobaan 2
Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium Terhadap
Tanaman Kelapa Sawit di Tanaman Belum Menghasilkan . 7
Tempat dan Waktu ............................................................................... 7
Bahan dan Alat ..................................................................................... 7

Metode Percobaan ................................................................................ 7
Pelaksanaan Percobaan ........................................................................ 8
Pengamatan .......................................................................................... 8
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 9
Percobaan 1
Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium Terhadap
Tanaman Kelapa Sawit di Pembibitan Utama................... 9
Kondisi Umum ..................................................................................... 9
Peubah Morfologi Tanaman ................................................................. 9
Tinggi tanaman ................................................................................... 10
Diameter Batang................................................................................. 12
Jumlah Daun ....................................................................................... 13
Optimasi Pupuk Nitrogen dan Kalium ............................................... 14
Percobaan 2
Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium Terhadap
Tanaman Kelapa Sawit di Tanaman Belum Menghasilkan15

Kondisi Umum ................................................................................... 15
Laju Pertumbuhan Peubah Morfologi di TBM ................................... 16
Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam ......................................................... 16
Kastrasi pada TBM ............................................................................. 18
SIMPULAN DAN SARAN................................................................................... 19
Percobaan 1
Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium Terhadap
Tanaman Kelapa Sawit di Pembibitan Utama ................... 19
Percobaan 2
Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium Terhadap
Tanaman Kelapa Sawit di Tanaman Belum Menghasilkan19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 20
LAMPIRAN .......................................................................................................... 20
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 35

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Pemberian dosis pupuk N dan K pada pembibitan utama
Pemberian dosis pupuk Nitrogen dan Kalium pada TBM
Pertumbuhan bibit kelapa sawit
Respon tinggi tanaman terhadap dosis pupuk Nitrogen dan Kalium
Respon diameter batang terhadap dosis pupuk Nitrogen dan Kalium
Respon banyak daun terhadap dosis pupuk Nitrogen dan Kalium
Dosis optimasi pupuk Nitorgen berdasarkan peubah tinggi tanaman
Dosis optimasi pupuk Kalium berdasarkan peubah tinggi tanaman
Peubah laju pertumbuhan TBM perlakuan Nitrogen dan Kalium
Rekapitulasi sidik ragam Nitrogen dan Kalium pada tinggi tanaman,
diameter batang, jumlah daun, dan luas anak daun
11 Pembungaan pada TBM perlakuan Nitrogen dan Kalium

6
8
10
10
13
14
15
15
16
17
18

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Respon tinggi tanaman terhadap pupuk Nitrogen
Respon tinggi tanaman terhadap pupuk Kalium
Respon diameter batang terhadap pupuk Nitrogen
Respon diameter batang terhadap dosis pupuk Kalium
Respon jumlah daun terhadap pupuk Nitrogen

11
12
13
13
14

DAFTAR LAMPIRAN
1

Rata–rata curah hujan, banyaknya hari hujan, temperatur, lama penyinaran
matahari dan kelembaban udara di Dramaga, Bogor
22
2 Hasil analisis tanah untuk media pembibitan utama
22
3 Hasil analisis tanah awal di lapangan untuk penananaman kelapa sawit
belum menghasilkan
23
4 Kriteria penilaian sifat kimia tanah (staf Pusat Penelitian Tanah, 2008) 24
5 Standar pertumbuhan morfologi bibit kelapa sawit Dami Mas pada pre
nursery (1-3 bulan) dan main nursery (4-12 bulan)
24
6 Laju pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang
25
7 Sidik Ragam Uji F peubah morfologi umur 24 MST sampai 40 MST
26
8 Sidik ragam uji F perlakuan N umur tanaman 3– 6 BST di TBM
29
9 Sidik ragam uji F perlakuan K umur tanaman 3–6 BST di TBM
31
10 Lay Out penelitian di pembibitan utama
34
11 Lay Out penelitian di TBM
34
12 Laju pertumbuhan TBM
34

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Luas perkebunan kelapa sawit yang dimiliki Indonesia terus mengalami
peningkatan. Tahun 1996 luas tanaman kelapa sawit adalah 1.2 juta ha dan tahun
2013 meningkat menjadi 9.2 juta ha (Badan Pusat Statistik 2013). Peningkatan
luas areal perkebunan kelapa sawit menuntut adanya kesiapan dan ketersediaan
bahan tanam atau bibit kelapa sawit dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.
Ketersediaan bibit juga sangat dibutuhkan untuk keperluan peremajaan kelapa
sawit (replanting) untuk mengganti tanaman yang sudah tidak menguntungkan
lagi dari segi ekonomi (Fauzi et al. 2008).
Penyediaan bibit kelapa sawit untuk memenuhi kebutuhan di atas tentu
tidak terlepas dari kegiatan pengadaan benih, penyemaian dan pembibitan di
lapangan. Keberhasilan pertumbuhan tanaman kelapa sawit di lapangan sangat
ditentukan oleh kondisi bibit yang ditanam. Bibit yang pertumbuhannya baik di
pembibitan akan memberikan tanaman yang pertumbuhannya baik pula di
lapangan (Solahuddin 2004). Pembibitan kelapa sawit merupakan titik awal yang
paling menentukan masa depan pertumbuhan kelapa sawit di lapangan. Bibit yang
unggul merupakan modal dasar untuk mencapai produktivitas yang tinggi dan
standar bibit yang baik dapat dilihat dari diameter batang yang tegap, tinggi bibit
yang jagur, jumlah daun yang cukup dan tidak terserang hama dan penyakit (Risza
1994).
Keberhasilan bercocok tanam dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah pemupukan, baik secara dosis maupun waktu pemberiannya.
Hal-hal yang menyangkut pupuk tidak asing bagi petani atau masyarakat. Namun,
yang mereka kerjakan belum tentu sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman
sehingga usaha budidayanya tidak berhasil dengan baik. Mengetahui kebutuhan
tanaman akan unsur hara, diharapkan kita dapat melakukan pemupukan yang tepat.
Jenis pupuk yang diberikan dapat disesuaikan dengan unsur yang dibutuhkan
tanaman. Biasanya tanaman fase tumbuhnya berbeda kebutuhannya dengan
tanaman yang sedang berbunga. Pemberian dosis pupuk harus disesuaikan dengan
takaran yang telah ditetapkan. Pemberian dosis pupuk disesuaikan dengan umur
tanaman, cara pemberian pupuk dan waktu pemberian pupuk sehingga kegiatan
pemupukan menjadi leih efisien (Prihmantoro 1997).
Pemupukan dengan pupuk tunggal yang dilakukan secara tepat
dikombinasikan dengan penerapan kultur teknis yang baik oleh perkebunan telah
mampu meningkatkan produktivitas tanaman seperti kita kehendaki
(Darmosarkoro et al. 2007).

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui respon pupuk Nitrogen dan
Kalium terhadap pertumbuhan tanaman kelapa sawit di pembibitan utama dan
tanaman belum menghasilkan. Menentukan dosis optimum pupuk Nitrogen dan

2
Kalium di pembibitan utama dan tanaman belum menghasilkan. Mengetahui
interaksi pupuk Nitrogen dan Kalium terhadap pertumbuhan tanaman kelapa sawit
di pembibitan utama.

Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan respon pertumbuhan
bibit kelapa sawit terhadap dosis pupuk di pembibitan utama dan tanaman belum
menghasilkan. Terdapat dosis optimum pupuk nitrogen dan kalium dari dosis
rekomendasi di pembibitan utama.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) termasuk ke dalam family
Palmae, subkelas Monocotyledoneae. Beberapa jenis kelapa sawit yang umumnya
banyak ditanam diantaranya Dura, Pisifera, dan Tenera (Lubis dan Widanarko
2011). Akar kelapa sawit berfungsi untuk menunjang struktur batang di atas tanah,
menyerap air dan unsur-unsur hara dari dalam tanah, serta sebagai salah satu alat
respirasi (Pahan 2008). Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar
tunggang, tetapi akar ini mudah mati dan segera diganti dengan akar serabut. Akar
serabut memiliki sedikit percabangan, membentuk anyaman rapat dan tebal
(Sastrosayono 2005). Akar kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar
primer, sekunder, tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh
kebawah, sedangkan akar sekunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar
dan ke bawah. Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam
tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah sampai
kedalaman 1 m dan semakin ke bawah semakin sedikit (Risza 1994).
Batang kelapa sawit termasuk monokotil, tidak bercabang, dan tidak
mempunyai kambium. Batang bersifat fototrofi dan heliotrofi tumbuh tegak lurus
dan menuju matahari (Risza 1994). Batang berbentuk silindris dan berdiameter
40–60 cm, tetapi pada pangkalnya membesar. Pada ujung batang terdapat titik
tumbuh yang membentuk daun-daun dan memanjangkan batang (Setyamidjaja
2006). Tinggi batang mencapai 30 m, tetapi secara komersial jarang ditemukan
tinggi tanaman kelapa sawit melebihi ketinggian 15–18 m (Setyamidjaja 2006 ).
Tanaman kelapa sawit mempunyai 8 spiral yang letaknya agak tegak dan
mengarah ke kanan atau ke kiri. Batang kelapa sawit terdiri dari pembuluhpembuluh yang terikat secara diskrit dalam jaringan parenkim (Pahan 2008).
Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi tanaman.
Bentuk daun, jumlah daun, dan susunannya sangat berpengaruh pada luas
tangkapan sinar matahari untuk diproses menjadi energi ( Lubis dan Widanarko
2011). Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian yaitu kumpulan anak daun
yang mempunyai helaian dan tulang anak daun, rachis yang merupakan tempat

3
anak daun melekat, tangkai daun yang merupakan bagian antara daun, batang dan
seludang daun yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan memberi
kekuatan pada batang (Pahan 2008). Daun kelapa sawit membentuk suatu pelepah
bersirip genap dan bertulang sejajar. Panjang pelepah dapat mencapai 9 m, jumlah
anak daun tiap pelepah dapat mencapai 380 helai. Panjang anak daun dapat
mencapai 120 cm (Risza 1994).
Susunan bunga terdiri dari karangan bunga yang terdiri dari bunga jantan
(tepung sari) dan bunga betina (putik), namun ada juga tanaman kelapa sawit yang
hanya memproduksi bunga jantan (Sastrosayono 2005).

Syarat Tumbuh
Kelapa sawit akan tumbuh dengan optimal apabila sesuai dengan syarat
tumbuh kelapa sawit. Sifat fisik dan kimia tanah untuk pertumbuhan kelapa sawit
yang optimal adalah tanah yang memiliki pH 5.0–5.5, solum dalam, tidak berbau,
kandungan hara tinggi, gembur, drainase baik, dan memiliki hara tinggi
(Setyamidjaja 2006). Kelapa sawit dapat hidup didaerah mineral, gambut dan
pasang surut (Lubis dan Widanarko 2011).
Kelapa sawit menghendaki kelembaban udara sekitar 80% dan penyinaran
matahari yang cukup (Setyamidjaja 2006). Tanaman kelapa sawit hanya dapat
tumbuh di daerah tropis. Tanaman kelapa sawit membutuhkan penyinaran
langsung dengan lama penyinaran 5–7 jam per hari. Curah hujan yang dibutuhkan
per tahunnya berkisar 1 500–4 000 mm, tetapi curah hujan optimum adalah 2
000–3 000 mm (Lumbangaol 2010). Kecepatan angin optimal untuk kelapa sawit
adalah 5-6 km jam-1 (Setyamidjaja 2006).
Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan hasil kelapa sawit.
Suhu dipengaruhi oleh ketinggian tempat, maka selalu ada korelasi untuk suhu
dan tinggi tempat bagi suatu lokasi penanaman kelapa sawit. Suhu optimal untuk
pertumbuhan kelapa sawit adalah 24–28 oC dengan suhu terendah 18oC dan
tertinggi 32oC (Setyamidjaja 2006). Suhu minimum untuk pertumbuhan vegetatif
kelapa sawit berkisar 20oC (Lubis dan Widanarko 2011).
Ketinggian tempat optimum untuk kelapa sawit adalah 0–400 m di atas
permukaan laut (dpl). Pada ketinggian tempa lebih dari 500 m dpl, pertumbuhan
kelapa sawit akan terhambat dan produksinya pun akan lebih rendah
(Setyamidjaja 2006).

Pembibitan Kelapa Sawit
Pembibitan merupakan kegiatan awal lapangan yang bertujuan untuk
mempersiapkan bibit siap tanam. Pembibitan harus sudah disiapkan sekitar satu
tahun sebelum penanaman di lapangan, agar bibit yang ditanam tersebut
memenuhi syarat, baik umurnya maupun ukurannya. Lokasi pembibitan harus
memenuhi beberapa persyaratan agar pelaksanaan pembibitan dapat berjalan
dengan baik dan aman. Syarat lokasi pembibitan yang perlu diperhatikan adalah
lokasi datar, bila tidak datar sebaiknya teras dan dekat dengan sumber air untuk
penyiraman (Setyamidjaja 2006).

4
Budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan
satu tahap dan pembibitan dua tahap. Pembibitan yang sering digunakan adalah
pembibitan dua tahap. Pembibitan dua tahap (double stage) adalah pembibitan
dilakukan pada polibag kecil. Pembibitan awal (pre nursery) dilakukan terlebih
dahulu hingga bibit berumur 3 bulan. Setelah bibit berumur 3 bulan, bibit
dipindah ke polibag besar atau tahap pembibitan utama (main nursery) hingga
bibit siap ditanam sampai bibit berumur 12 bulan. Pembibitan satu tahap (single
stage) adalah benih berupa kecambah kelapa sawit langsung ditanam pada polibag
besar dan dipelihara hingga siap tanam (Darmosarkoro et al. 2008).
Bibit yang ditanam di pre nursery maupun main nursery perlu dipelihara
dengan baik agar pertumbuhannya sehat dan subur. Kegiatan pemeliharaan
meliputi penyiraman. Penyiangan, pengawasan dan seleksi serta yang paling
penting adalah pemupukan (Setyamidjaja 2006).
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah air, unsur hara
dan mineral tanah, jenis tanah, iklim dan cahaya matahari. Faktor-faktor tersebut
mempengaruhi pertumbuhan tanaman dari pertumbuhan vegetatif sampai
generatif tanaman. Jika salah satu faktor tersebut tidak sesuai dan tidak tersedia
dalam jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman maka pertumbuhan tanaman pasti
akan terhambat dan bisa saja tanaman tersebut mati (Salisbury dan Ross 1995).

Pemupukan
Keberhasilan bercocok tanam dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah pemupukan baik secara dosis maupun waktu pemberiannya.
Mengetahui kebutuhan tanaman akan unsur hara, diharapkan kita dapat
melakukan pemupukan yang tepat. Jenis pupuk yang diberikan dapat disesuaikan
dengan unsur yang dibutuhkan tanaman. Biasanya tanaman fase tumbuhnya
berbeda kebutuhannya dengan tanaman yang sedang berbunga. Dosis pupuk
diberikan sesuai dengan takaran, umumnya disesuaikan dengan umur tanaman.
Cara pemberian pupuk perlu diperhatikan agar pupuk dapat diserap tanaman
secara efisien. Waktu pemberian harus diperhatikan agar tidak banyak pupuk yang
terbuang percuma (Prihmantoro 1997).
Unsur hara yang diserap tanaman kelapa sawit belum menghasilkan (TBM)
bersumber dari hara tanah, pelapukan bahan organik tanaman, kacangan
(leguminosa) yang ditanam sebagai penutup tanah dan dari pupuk yang diberikan.
Pada TBM, unsur hara yang diserap tanaman digunakan untuk pertumbuhan
vegetatif dan persiapan aktivitas pembungaan (Darmosarkoro et al. 2007).
Pemupukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) bertujuan untuk
membangun kerangka pertumbuhan vegetatif tanaman yang kokoh menunjang
sasaran produksi yang optimal pada masa tanaman menghasilkan (TM) (Lubis
1992).
Pemupukan Nitrogen (N)
Nitrogen merupakan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman sebab
merupakan penyusun dari semua protein dan asam nukleat dan dengan demikian
merupakan penyusun protoplasma secara keseluruhan. Pada umumnya Nitrogen

5
sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian tanaman
vegetatif seperti daun, batang, dan akar (Sutejo 1999).
Nitrogen merupakan hara penting untuk pertumbuhan tanaman,
pembentukan protein, sintesis klorofil dan untuk proses metabolisme. Kekahatan
N akan mengurangi efisiensi pemanfaatan sinar matahari dan keseimbangan
serapan unsur hara. Tanaman yang mengalami kekahatan N ditandai oleh daundaun tua berwarna hijau pucat kekuningan, kecepatan produksi menurun dan
menggulung ke arah lidi. Sebaliknya kelebihan N dapat menghasilkan daun yang
lemah serta berkurangnya buah (PPKS 2007).
Pemupukan Kalium (K)
Kalium merupakan unsur hara terpenting untuk kelapa sawit, karena unsur
ini paling banyak ditransfer ke tandan buah. Unsur ini juga berperan sebagai
katalisator dalam setiap proses biokimia dan sebagai regulator dalam proses
pembentukan minyak. Pada tanaman muda, unsur Kalium nyata memperbesar
perkembangan batang dan mempercepat panen pertama. Pemupukan Kalium pada
tanah yang kandungan pasirnya tinggi bisa meningkatkan produksi tandan kelapa
sawit (Sastrosayono 2005).
Kalium dalam sel daun sangat berperan dalam mekanisme pembukaan dan
penutupan stomata. Kalium berperan dalam proses perpindahan air dari luar sel
akar ke dalam xylem. Kalium mampu membentuk batang lebih kuat, dan
menghasilkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan (Ismunadji et al. 1976).
Kalium mempunyai peranan penting terhadap tanaman tingkat tinggi, yaitu
pemeliharaan turgor yang cukup dengan fotosintat dan konversi energi dalam
kloroplas. Kekurangan unsur K dapat menyebabkan jumlah akar tanaman sulit
mengambil unsur hara dari tanah dengan baik. Kalium berperan penting juga
dalam fotosintesis karena secara langsung meningkatkan translokasi hasil
fotosintesis keluar daun. Hampir seluruh K diserap selama pertumbuhan vegetatif
namun, sedikit yang ditransfer ke buah atau biji (Nelson 1968).

BAHAN DAN METODE
Percobaan 1 Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium terhadap
Tanaman Kelapa Sawit di Pembibitan Utama
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan Dramaga, IPBBogor. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian 240 m di atas permukaan laut
(dpl). Percobaan ini dilaksanakan lima bulan pada bulan Mei sampai September
2012.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 240 bibit tanaman
kelapa sawit umur 6 bulan varietas Damimas. Pupuk urea (45% N) dan KCl (60 %
K2O). Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, jangka sorong, label, dan
meteran.

6
Metode Percobaan
Penelitian menggunakan Rancangan Faktorial dalam lingkungan Acak
Kelompok yang terdiri dari dua faktor yaitu dosis pupuk N dan dosis pupuk K.
Faktor pertama adalah pemupukan N terdiri dari empat taraf yaitu 0 g bibit-1 (N0),
25.91 g bibit-1 (N1), 51.83 g bibit-1 (N2), dan 103.66 g bibit-1 (N3). Faktor kedua
pemupukan K terdiri dari empat taraf yaitu 0 g bibit-1 (K0), 26.99 g bibit-1 (K1),
53.98 g bibit-1 (K2), dan 107.96 g bibit-1 (K3). Kedua faktor dikombinasikan
menjadi 16 perlakuan. Setiap perlakuan diulang menjadi 3 kali. Setiap unit
percobaan terdiri atas 5 sampel bibit kelapa sawit. Jumlah tanaman yang dipakai
240 tanaman. Model rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
Yijk= µ + αi + βj + τk + (αβ)ij + εijk
Keterangan :
i = 1, 2, 3, 4
j= 1, 2, 3, 4
k= 1, 2, 3
Yijk
: hasil pengamatan pemupukan N ke-i, K ke-j pada
ulangan ke-k.
µ
: rataan umum
αi
: pengaruh perlakuan pupuk N ke-i.
βj
: pengaruh perlakuan pupuk K ke-j .
τk
: pengaruh dari kelompok ke-k
(αβ)jk
: pengaruh interaksi antara taraf pemupukan N ke-i dan
pemupukan K ke-j.
εijk
: pengaruh galat interaksi N ke-i dan K ke-j.
Data di analisis ragam dengan sidik ragam pada taraf F pada alfa (α) = 5 %,
jika menunjukkan pengaruh yang nyata pada peubah yang diamati, dilanjutkan uji
Kontras Polinomial Ortogonal (Matjik dan Sumertajaya 2006). Perhitungan
dilakukan menggunakan SAS (Statistical Analysis Sistem) dan Microsoft excel.
Pelaksanaan Percobaan
Pelaksanaan penelitian ini merupakan penelitian lanjutan, yaitu penelitian
dengan judul yang sama (Halim 2012). Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman
dan pembersihan gulma diikuti dengan penggemburan tanah dalam polibag.
Layout percobaan di pembibitan utama disajikan pada Lampiran 10. Aplikasi
dosis perlakuan dilaksanakan empat minggu satu kali, dengan dosis aplikasi
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Pemberian dosis pupuk Nitrogen dan Kalium pada pembibitan utama
Umur
(MST)

N0

Dosis Nitrogen (N)
N1
N2

24
28
32
36
40
Total

0
0
0
0
0
0

2.29
3.37
6.75
6.75
6.75
25.91

4.58
6.75
13.50
13.50
13.50
51.83

N3
(g bibit-1)
9.16
13.50
27.00
27.00
27.00
103.66

Dosis Kalium (K2O)
K0
K1
K2
0
0
0
0
0
0

2.99
6.00
6.00
6.00
6.00
26.99

K3

5.98 11.96
12.00 24.00
12.00 24.00
12.00 24.00
12.00 24.00
53.98 107.96

7
Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan adalah peubah morfologi pada tanaman
meliputi tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun. Pengamatan
dilakukan setiap empat minggu satu kali sebelum perlakuan pemupukan sampai
bibit berumur 10 bulan. Peubah yang diamati adalah :
a. Tinggi tanaman (cm), tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai
daun tertinggi.
b. Jumlah daun (helai), jumlah daun dihitung adalah daun sudah mulai terbuka
sempurna.
c. Diameter batang (cm), diameter batang diukur menggunakan jangka sorong.

Percobaan 2 Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium terhadap
Tanaman Kelapa Sawit di Tanaman Belum Menghasilkan
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kebun Pendidikan dan Penelitian (Teaching
Farm) Kelapa Sawit Jonggol, Bogor, IPB-Cargill. Lokasi percobaan terletak pada
ketinggian 113 m diatas permukaan laut. Percobaan ini dilaksanakan lima bulan
pada bulan Februari sampai bulan Juni 2013.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 120 tanaman kelapa
sawit belum menghasilkan (TBM) yang berumur 3 bulan. Pupuk urea (45% N)
dan K (60% K2O). Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, dodos,
cangkul, label, cat, dan meteran.
Metode Percobaan
Penelitian menggunakan Rancangan Faktorial dalam lingkungan Acak
Kelompok yang terdiri dari satu faktor dan dua percobaan. Setiap jenis pupuk
diberikan empat taraf yaitu pada percobaan pertama Nitrogen 22.5 g TBM-1 (N1),
45 g TBM-1 (N2), 67.5 g TBM-1 (N3) dan 90 g TBM-1 (N4). Pada percobaan kedua
yaitu Kalsium 30 g TBM-1 (K1), 60 g TBM-1 (K2), 90 g TBM-1 (K3) dan 120 g
TBM-1 (K4). Setiap perlakuan terdiri dari tiga ulangan dan setiap ulangan terdiri
lima sampel TBM. Model aditif dari rancangan yang digunakan sebagai berikut :
Yijk= µ + αi + βj + εij
i = 1, 2, 3, 4
j= 1, 2, 3
Keterangan
:
Yijk
: hasil pengamatan dari perlakuan ke-i ulangan ke-j.
µ
: rataan umum
αi
: pengaruh perlakuan ke-i.
βj
: pengaruh ulangan kontrol ke-j
εijk
: pengaruh galat percobaan pada perlakuan ke-i dan ke-j
Data di analisis dengan sidik ragam pada taraf uji F pada α = 5 % jika
menunjukkan pengaruh yang nyata pada peubah yang diamati, dilanjutkan dengan
uji Kontras Polinomial Ortogonal (Matjik dan Sumertajaya 2006). Perhitungan
dilakukan menggunakan SAS (Statistical Analysis Sistem) dan Microsoft excel.

8
Pelaksanaan Percobaan
Gulma pada gawangan TBM dibersihkan sampai W1 artinya penutup
tanah 100% kacangan dan gulma dibersihkan semuanya, sedangkan piringan
gulma dibersihkan sampai W0 artinya bebas dari gulma. Lahan yang digunakan
pada TBM mempunyai karakteristik bergelombang, maka dari itu dibuat teras dan
rorakan. Pemberian label untuk menandai perlakuan TBM agar memudahkan pada
saat aplikasi pupuk dan pengamatan. Layout percobaan disajikan dalam Lampiran
11.
Pemeliharaan. Pemeliharaan jalan di TBM sangat penting untuk
mempermudah akses serta memperbaiki aliran drainase agar air tidak tergenang.
Pengendalian gulma pada TBM secara manual atau kimia. Pembuangan buah
pasir dan pelepah akan dilakukan dengan cara didodos. Pembuatan rorakan
disebelah tanaman bertujuan untuk menempatkan pupuk organik dan berfungsi
sebagai lubang drainase.
Pemupukan. Pemupukan di TBM dilakukan setiap tiga bulan satu kali.
Pupuk diberikan sesuai dosis rekomendasi pemupukan PPKS (Pusat Penelitian
Kelapa Sawit). Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea dan KCL. Pupuk
ditimbang menggunakan timbangan analitik dan ditebar sesuai dosis perlakukan
yang ditentukan. Aplikasi pemupukan dilakukan dengan cara ditebar mengelilingi
piringan TBM tanpa mengenai permukaan tanaman. Aplikasi Pemupukan
Nitrogen dan Kalsium. Aplikasi pupuk Urea dan KCL pada TBM dilakukan pada
awal penelitian (Tabel 2).
Tabel 2 Pemberian dosis pupuk Nitrogen dan Kalium pada TBM.
Bulan

Dosis Nitrogen (N) (g tanaman-1)

Dosis Kalium (K2O) (g tanaman-1)

N1

N2

N3

N4

K1

K2

K3

K4

1

22.5

45

67.5

90

30

60

90

120

Total

22.5

45

67.5

90

30

60

90

120

Pengamatan
Tanggap Morfologi Tanaman. Pengamatan yang dilakukan meliputi
tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun dan luas anak daun. Pengamatan
pada TBM dilakukan satu bulan satu kali. Peubah yang diamati meliputi :
a. Tinggi tanaman (cm), tinggi tanaman diukur dari pemukaan tanah sampai
daun tertinggi.
b. Jumlah daun (helai), jumlah daun dihitung mulai pada daun yang sudah
terbuka sempurna.
c. Lingkar batang (cm), lingkar batang diukur dengan meteran pada atas bonggol
tanaman.
d. Luas anak daun (cm2), pengukuran luas anak daun diukur pada daun analisis
yaitu pada daun ke-9.
Analisis Tanah. Analisis tanah dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan.
Sampel tanah diambil secara komposit yang dapat mewakili areal penelitian.
Sampel tanah diperoleh dari beberapa titik di piringan dan gawangan blok
perlakuan Nitrogen serta Kalium.

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan 1 Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium terhadap
Tanaman Kelapa Sawit di Pembibitan Utama
Kondisi Umum
Media tanah yang digunakan merupakan media yang dipakai percobaan
sebelumnya yaitu umur bibit 0–24 MST. Menurut Halim (2012), media tanah
tanah yang dianalisis merupakan tanah latosol yang dicampur dengan kotoran sapi
7 : 1. Hasil analisis menunjukan, tanah yang digunakan mempunyai pH 4.7 –5.00,
N tersedia antara 0.05%–0.29% dan K tersedia antara 1.05–1.29 me 100g-1. Data
hasil analisis tanah pada percobaan pembibitan utama disajikan pada Lampiran 2.
Data iklim di daerah IPB Dramaga dari Badan Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika, Dramaga Bogor dapat dilihat pada Lampiran 1. Curah hujan ratarata dari bulan April sampai Agustus berkisar 173.04 mm bulan-1, curah hujan
tertinggi pada bulan April adalah 389.50 mm bulan-1 dan terendah pada bulan
Agustus adalah 70.3 mm bulan-1. Jumlah hari hujan adalah berkisar antara 7–31
hari dengan rata-rata 14.8 hari, jumlah hari hujan tertinggi pada bulan Mei yaitu
31 hari dan jumlah hari hujan terendah pada bulan Agustus yaitu 7 hari. Suhu
berkisar 26 0C, dengan rata-rata suhu 25.98 0C. Lama penyinaran matahari
berkisar 55%–89% dan kelembaban udara berkisar 74–86%. Menurut
Lumbangaol (2010) Curah hujan merupakan hal terpenting karena tanaman kelapa
sawit membutuhkan air untuk pertumbuhannya, bila kekurangan air pada tanaman
kelapa sawit akan menurunkan produksi sebanding dengan defisit air. Air
berfungsi sebagai pelarut pupuk yang diberikan sehingga tanaman dapat menyerap
nutrisi yang terdapat pada pupuk.
Peubah Morfologi Tanaman
Bibit kelapa sawit yang unggul merupakan modal dasar untuk mencapai
produktivitas yang tinggi dan standar bibit yang baik dapat dilihat dari peubah
morfologinya yaitu diameter batang yang tegap, tinggi bibit yang kokoh dan
jumlah daun yang cukup (Risza 1994). Pertumbuhan tinggi tanaman, diameter
batang, dan jumlah daun pada pengamatan pertama umur bibit 24 MST masingmasing adalah 91.3 ± 5.48 cm, 4.4 ± 0.34 cm, dan 14.2 ± 0.34 helai. Pertumbuhan
tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang pada akhir pengamatan umur
bibit 40 MST masing-masing adalah 155.42 ± 9.6 cm, 7.08 ± 0.45 cm, dan 17.55 ±
0.79 helai (Tabel 3). Peubah laju pertumbuhan dari umur bibit 24 MST sampai
umur bibit 40 MST yaitu tinggi tanaman 4.01 cm minggu-1, diameter batang 0.17
cm minggu-1, dan banyak daun 0.21 helai minggu-1. Laju pertumbuhan tinggi
tanaman, diameter batang, dan jumlah daun setiap perlakuan disajikan pada
Lampiran 6. Menurut Setyamidjaja (2006) laju kecepatan tumbuh tinggi tanaman
kelapa sawit berbeda-beda tergantung pada tipe atau varietasnya, tetapi secara
umum kecepatan pertumbuhan pertambahan tinggi sekitar 25–40 cm. Faktor lain
yang mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit yaitu kondisi sekitar tanaman
seperti iklim, pemeliharaan dan kerapatan tanaman. Sidik ragam untuk peubah
morfologi di pembibitan utama dapat dilihat pada lampiran 7.

10
Tabel 3 Pertumbuhan bibit kelapa sawit
Peubah tanaman
Tinggi tanaman
(cm)
Diameter batang
(cm)
Banyak daun
(helai)

24 MST
91.30 ± 5.48

28 MST
111.25 ±5.40

32 MST

36 MST

40 MST

125.41 ± 7.98

138.88 ± 8.58

155.42 ± 9.60

4.40 ± 0.34

5.40 ± 0.38

5.67 ± 0.50

6.14 ± 0.46

7.08 ± 0.45

14.20 ± 0.34

15.10 ± 0.49

15.64 ± 0.48

16.64 ± 0.61

17.55 ± 0.79

Pemberian perlakuan kombinasi pupuk Nitrogen dan Kalium merupakan
upaya untuk memenuhi standar bibit siap salur. Percobaan yang dilakukan belum
100% memenuhi kriteria standar bibit sawit Dami Mas karena pada pengamatan
umur bibit 24 MST tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun masingmasing mencapai 91.30 cm, 4.40 cm, dan 14.20 sedangkan pada standar bibit
sawit Dami Mas masing-masing adalah 102.5 cm, 6.1 cm, dan 17.1. Standar
pertumbuhan bibit kelapa sawit Dami Mas disajikan pada Lampiran 5. Hal ini
karena perbedaan tempat, setiap tempat memiliki lingkungan yang berbeda salah
satunya jenis tanah dan iklim.
Tinggi tanaman
Pupuk Nitrogen berpengaruh secara kuadratik terhadap tinggi tanaman
pada umur 24, 32, 36 dan 40 MST, sedangkan memberikan pengaruh secara linier
pada umur 28 MST. Pupuk Kalium berpengaruh secara kuadratik terhadap tinggi
tanaman pada umur 24, 32, 36, dan 40 MST, sedangkan pupuk Kalium
berpengaruh secara linier pada umur 28 MST.
Analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan pupuk Nitrogen dan Kalium
berpengaruh terhadap tinggi tanaman, tetapi tidak terdapat interaksi pada pupuk
Nitrogen dan Kalium. Respon peubah tinggi tanaman disajikan pada Tabel 4,
Gambar 1 dan Gambar 2. Pemupukan Nitrogen berperan pada pertumbuhan
vegetatif tanaman untuk meningkatkan tinggi tanaman (Setyamidjaja 2006).
Tabel 4 Respon tinggi tanaman terhadap dosis pupuk Nitrogen dan Kalium
Perlakuan

24 MST

28 MST

32 MST
36 MST
Tinggi tanaman (cm)
117.23 c
131.00 c
126.17ab
131.14ab
132.69 a
146.80a
125.57 b
136.57bc

40 MST

N0
85.13b
106.50b
146.90 c
N1
92.00a
115.57a
163.38ab
N2
94.84a
119.78a
152.94 a
N3
93.20a
114.76a
152.94bc
Notasi
**
**
**
**
**
Uji Kontras
Q**
L**
Q**
Q*
Q*
K0
87.37b
109.69b
119.26b
131.82b
146.43b
K1
91.52a
115.55a
126.77a
140.80a
157.40a
K2
92.62a
115.83a
127.18a
140.33a
157.49a
K3
93.67a
115.55a
128.44a
142.57a
160.36a
Notasi
**
*
*
*
**
Uji Kontras
Q*
L*
Q*
Q*
Q*
Interaksi
tn
tn
tn
tn
tn
Keterangan : * berbeda nyata pada taraf 5%; **: Berbeda nyata pada taraf 1%; Pr: Probability;
L: Linier; Q: Quadratik; tn: Tidak nyata

11

Tinggi tanaman (cm)

24 MST
100
95
90
85
80

y = -0,2808x2 + 3,4342x +
85,263
R² = 0,9962
0

5

10

Dosis Nitrogen (g bibit-1)
32 MST

125
120
115

y = 0.5111x + 111.14
R² = 0.2812

110
105
0

5

10

15

Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman (cm)

28 MST
165
160

y = -0,0738x2 + 2,2156x
+ 146,89
R² = 1

155
150
145
0

Dosis Nitrogen (g bibit-1)

20

30

Dosis Nitrogen (g bibit-1)

Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman (cm)

10

30

40MST

y = -0,0694x2 + 2,0913x
+ 130,78
R² = 0,9956

0

20

Dosis Nitrogen (g bibit-1)

36 MST
150
145
140
135
130
125

10

165
160

y = -0,0738x2 + 2,2156x
+ 146,89
R² = 1
150
155
145
0

10

20

30

Dosis Nitrogen (g bibit-1)

Gambar 1 Respon tinggi tanaman terhadap pupuk Nitrogen

12

Tinggi tanaman (cm)

24 MST
100
95
90
85
80

y = -0.1699x2 + 2.6956x
+ 85.234
R² = 0.9985

0

5

10

15

Dosis Kalium (g bibit-1)

118
116
114
112
110
108

32 MST

y = 0.1963x + 112.1
R² = 0.4564
0

10

20

30

Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman (cm)

28 MST
130

y = -0.03x2 + 1.0699x +
119.85
R² = 0.9177

125
120
115
0

Dosis Kalium (g bibit-1)

130
10

20

30

Dosis Kalium (g bibit-1)

Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman (cm)

135

0

30

40 MST

y = -0.0318x2 + 1.1626x
+ 132.68
R² = 0.8694

140

20

Dosis Kalium (g bibit-1)

36 MST
145

10

165
y = -0,0396x2 + 1,4762x
+ 147,4
R² = 0,8997

160
155
150
145
0

10

20

30

Dosis Kalium (g bibit-1)

Gambar 2 Respon tinggi tanaman terhadap pupuk Kalium
Diameter Batang
Pupuk Nitrogen dan Kalium memberikan pengaruh secara kuadratik
terhadap diameter batang pada umur 24 MST. Hasil analis ragam menunjukan
bahwa perlakuan Nitrogen dan Kalium berpengaruh terhadap diameter batang
pada umur 24 MST, sedangkan pada pengamatan 28, 32, 36 dan 40 MST tidak
berpengaruh. Respon diameter batang terhadap pupk Nitrogen dan pupuk Kalium
disajikan pada Tabel 5, Gambar 3 dan Gambar 4. Kalium dapat membentuk
batang lebih kuat dan menghasilkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan
(Ismunadji et al. 1976).

13
Tabel 5 Respon diameter batang terhadap dosis pupuk Nitrogen dan Kalium
Perlakuan

24 MST

28 MST

32 MST
36 MST
40 MST
Diameter batang (cm)
N0
4.14b
5.20
5.38
5.80
6.90
N1
4.37b
5.31
5.77
6.14
6.92
N2
4.71a
5.51
5.71
6.64
7.42
N3
4.38b
5.58
5.80
6.00
7.10
Notasi
**
tn
tn
tn
tn
Uji Kontras
Q*
K0
4.09b
5.18
5.50
5.89
6.73
K1
4.47a
5.34
5.55
6.17
7.28
K2
4.49a
5.54
5.81
6.37
7.28
K3
4.55a
5.54
5.80
6.16
7.05
Notasi
**
tn
tn
tn
tn
Uji Kontras
Q*
Interaksi
tn
tn
tn
tn
tn
Keterangan : * : berbeda nyata pada taraf 5%; **: Berbeda nyata pada taraf 1%; Pr: Probability;
L: Linier; Q: Quadratik; tn: Tidak nyata.
24 MST
Diameter batang (cm)

4,8
4,6

y = -0.0183x2 +
0.1995x + 4.1046
R² = 0.8972

4,4
4,2
4
0

5

10

Dosis Nitrogen (g bibit-1)

Gambar 3 Respon diameter tanaman terhadap pupuk Nitrogen

Diameter batang (cm)

24 MST
4,8
4,6

y = -0.0063x2 + 0.1102x +
4.1179
R² = 0.9196

4,4
4,2
4
0

5

10

Dosis Kalium (g

15

bibit-1)

Gambar 4 Respon diameter batang terhadap pupuk Kalium
Jumlah Daun
Pupuk Nitrogen memberikan pengaruh secara kuadratik terhadap jumlah
daun pada pengamatan 24 MST (Gambar 5), sedangkan respon pupuk Kalium
tidak berpengaruh terhadap jumlah daun. Hasil analis ragam menunjukan bahwa
perlakuan kalium tidak berpengaruh terhadap jumlah daun. Perlakuan Nitrogen
berpengaruh terhadap jumlah daun pada umur tanaman 24 MST, sedangkan pada
pengamatan 28, 32, 36 dan 40 MST tidak berpengaruh (Tabel 6). Kalium dalam

14
sel daun berperan dalam mekanisme pembukaan dan penutupan stomata
(Ismunadji et al. 1976). Bentuk daun dan jumlah daun sangat berpengaruh
terhadap luas tangkapan sinar matahari (Lubis dan Widanarko 2011).
Tabel 6 Respon jumlah daun terhadap dosis pupuk Nitrogen dan Kalium
Perlakuan

24 MST

28 MST

32 MST
36 MST
40 MST
Jumlah daun (helai)
N0
13.93
14.75
15.27
16.32
17.23
N1
14.25
15.15
15.82
16.82
17.76
N2
14.56
15.47
15.84
16.92
17.93
N3
14.18
15.05
15.80
16.60
17.28
Notasi
*
tn
tn
tn
tn
Uji Kontras
Q*
K0
13.99
14.70
15.32
16.22
17.12
K1
14.21
15.23
15.63
16.60
17.55
K2
14.20
15.32
15.90
17.05
17.93
K3
14.52
15.29
15.87
16.79
17.62
Notasi
tn
tn
tn
tn
tn
Uji Kontras
Interaksi
tn
tn
tn
tn
tn
Keterangan : * : berbeda nyata pada taraf 5%; **: Berbeda nyata pada taraf 1% Pr: Probability;
L: Linier; Q: Quadratik tn: Tidak nyata.

Jumlah daun (helai)

24 MST
14,6
14,4
14,2
14
13,8

y = -0.0221x2 +
0.2342x + 13.901
R² = 0.9526
0

5

10

Dosis Nitrogen (g)

Gambar 5 Respon jumlah daun terhadap pupuk Nitrogen
Optimasi Pupuk Nitrogen dan Kalium
Penentuan dosis optimum pupuk Nitrogen dan Kalium terhadap peubah
tinggi bibit kelapa sawit disajikan pada (Tabel 7) dan (Tabel 8). Dosis optimum
pupuk Nitrogen untuk peubah tinggi tanaman dari umur 24–40 MST adalah 64.70
g tanaman-1, sedangkan untuk pupuk Kalium adalah 86.68 g tanaman-1.
Tinggi tanaman sangat responsif terhadap perlakuan pupuk Nitrogen dan
Kalium. Analisis regresi pada umur tanaman 24 MST, menunjukan perlakuan
Nitrogen membentuk respon kuadratik artinya dosis optimum 6.11 g bibit-1.
Secara umum tinggi tanaman yang menunjukan hasil tertinggi adalah perlakuan
N2 94.84 cm, Koefisien korelasi (R2) sebesar 99%. Perlakuan Kalium membentuk
respon kuadratik dengan dosis optimum 7.93 g bibit-1, tinggi tanaman yang
menunjukan hasil tertinggi adalah K3 93.67 cm. Koefisien korelasi sebesar 0.99
artinya 99% tinggi tanaman disebabkan oleh perlakuan dosis Kalium. Pada akhir
pengamatan tinggi tanaman umur tanaman 40 MST perlakuan Nitrogen
membentuk respon kuadratik dengan dosis optimum 15.01 g bibit-1. Tinggi

15
tanaman yang menunjukan hasil tertinggi adalah N1 163.38 cm. Koefisien korelasi
sebesar 1 artinya 100% pertumbuhan tinggi tanaman dipengaruhi oleh perlakuan
dosis Nitrogen. Pada akhir pengamatan umur 40 MST perlakuan Kalium,
membentuk respon kuadratik dengan dosis optimum 18.64 g bibit-1. Tinggi
tanaman yang menunjukan hasil tertinggi adalah K3 160.36 cm. Koefisien korelasi
sebesar 0.90 artinya 90% pertumbuhan tinggi tanaman dipengaruhi oleh perlakuan
dosis Kalium.
Tabel 7 Dosis optimasi pupuk Nitrogen berdasarkan peubah tinggi tanaman
Umur
Dosis Nitrogen
Persamaan Regresia
R2
(MST)
(gram)
24
y = -0.2808x2 + 3.4342x + 85.263
0.99
6.11
28
y = 0.5111x + 111.14
0.28
13.50
32
y = -0.0738x2 + 2.2156x + 146.89
1
15.01
36
y = -0.0694x2 + 2.0913x + 130.78
0.99
15.07
40
y = -0.0738x2 + 2.2156x + 146.89
1
15.01
Total
64.70
a
Persamaan regresi linier tidak diperoleh dosis Nitrogen optimum sehingga dipilih dosis tertinggi.

Tabel 8 Dosis optimasi pupuk Kalium berdasarkan peubah tinggi tanaman
Umur
Dosis Kalium
Persamaan Regresia
R2
(MST)
(gram)
24
y = -0.1699x2 + 2.6956x + 85.234
0.99
7.93
28
y = 0.1963x + 112.1
0.46
24.00
32
y = -0.03x2 + 1.0699x + 119.8
0.92
17.83
36
y = -0.0318x2 + 1.1626x + 132.68
0.87
18.28
40
y = -0.0396x2 + 1.4762x + 147.4
0.90
18.64
Total
86.68
a
Persamaan regresi linier tidak diperoleh dosis Kalium optimum sehingga dipilih dosis tertinggi.

Peubah diameter batang dan jumlah daun kurang responsif terhadap
perlakuan pupuk N dan K. Perhitungan dosis optimasi pupuk Nitrogen dan
Kalium peubah diameter batang dan jumlah daun tidak bisa ditentukan

Percobaan 2 Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium terhadap
Tanaman Kelapa Sawit di Tanaman Belum Menghasilkan
Kondisi Umum
Lahan yang digunakan dalam percobaan di tanaman kelapa sawit belum
menghasilkan terdiri dari dua blok yaitu blok perlakuan Kalium dan blok
perlakuan Nitrogen. Hasil analisis sampel tanah sebelum percobaan dapat dilihat
pada Lampiran 3. Hasil analisis sampel tanah blok perlakuan K terdiri dari 2
sampel yaitu di dalam piringan dan di dalam gawangan. Pada piringan blok
perlakuan K tekstur tanah didominasi oleh liat 45.89%, debu 36.73%, dan
kandungan pasir 17.38% . Analisis tanah yang telah ada dinilai dari kriteria
penilaian berbagai sifat kimia tanah yang dikeluarkan Pusat Penelitian Tanah
(2008) disajikan pada Lampiran 4. reaksi tanah termasuk sangat masam dengan
pH (H2O) 4.50, kandungan C-Organik sedang (2.15%), Kadar N rendah (0.19%),
kadar P sangat rendah (8.60 ppm) dan kadar K sedang (0.43 me 100 g-1). Pada
gawangan blok perlakuan K tekstur tanah didominasi oleh liat 55.16%, debu

16
24.89%, dan kandungan pasir 19.95% . Reaksi tanah termasuk sangat masam
dengan pH (H2O) 4.50, kandungan C-Organik sedang (2.23%), Kadar N rendah
(0.21%), kadar P rendah (10.60 ppm) dan kadar K sedang (0.27 me 100 g-1).
Hasil analisis tanah blok perlakuan N ter