Optimasi Pupuk Nitrogen, Fosfor, dan Kalium pada Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan Umur Satu Tahun

i

OPTIMASI PUPUK NITROGEN, FOSFOR, DAN KALIUM
PADA TANAMAN KELAPA SAWIT BELUM
MENGHASILKAN UMUR SATU TAHUN

FENI SHINTARIKA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Optimasi Pupuk
Nitrogen, Fosfor, dan Kalium pada Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan

Umur Satu Tahun adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Feni Shintarika
NIM A252120061

ii

RINGKASAN
FENI SHINTARIKA. Optimasi Pupuk Nitrogen, Fosfor, dan Kalium pada
Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan Umur Satu Tahun. Dibimbing oleh
SUDRADJAT dan SUPIJATNO.
Tanaman kelapa sawit menjadi salah satu tanaman perkebunan andalan di
Indonesia yang menjadi sumber perolehan devisa negara. Salah satu faktor utama
penentu produktivitas kelapa sawit adalah pemupukan. Ketepatan dosis pupuk

selama fase tanaman belum menghasilkan (TBM) menjadi faktor yang sangat
penting. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mempelajari pengaruh pertumbuhan
tanaman kelapa sawit TBM 1 terhadap pemberian pupuk tunggal nitrogen, fosfor,
dan kalium; dan (2) mendapatkan dosis optimum pupuk tunggal nitrogen, fosfor,
dan kalium pada tanaman kelapa sawit TBM 1. Penelitian dilaksanakan di Kebun
Pendidikan dan Penelitian Kelapa Sawit Jonggol IPB-Cargill pada bulan Februari
2013 – Maret 2014. Penelitian ini terdiri atas tiga percobaan terpisah: (1) optimasi
pupuk nitrogen (N), (2) optimasi pupuk fosfor (P) dan (3) optimasi pupuk kalium
(K). Rancangan yang digunakan untuk ketiga penelitian adalah rancangan acak
kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Perlakuan dosis pupuk terdiri atas lima
taraf untuk masing-masing percobaan (0, 126, 252, 378, 504 g N tanaman-1; 0,
127.5, 255, 382.5, 510 g P2O5 tanaman-1 dan 0, 196, 392, 588, 784 g K2O
tanaman-1).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk N meningkatkan tinggi
tanaman secara linier pada umur 10, 11 bulan setelah perlakuan (BSP) dan
berpengaruh secara kuadratik pada umur 12 BSP. Pupuk N berpengaruh nyata
secara kuadratik terhadap lingkar batang umur 7, 9, 10, dan 12 BSP dan secara
linier pada umur 8 dan 11 BSP. Luas daun pelepah ke-9 berpengaruh nyata secara
kuadratik umur 9-12 BSP. Pupuk N berpengaruh secara kuadratik terhadap jumlah
klorofil umur 6, 12 BSP dan kadar N daun umur 6 BSP. Pupuk P meningkatkan

tinggi tanaman secara linier umur 9-11 BSP sedangkan berpengaruh secara
kuadratik pada umur 12 BSP. Lingkar batang berpengaruh secara linier pada umur
11, 12 BSP dan secara kuadratik pada umur 9, 10 BSP. Pupuk P berpengaruh
secara kuadratik terhadap jumlah pelepah pada umur 9-12 BSP dan meningkatkan
luas daun pelepah ke-9 secara linier pada umur 9 BSP sedangkan secara kuadratik
pada umur 12 BSP. Pupuk P berpengaruh nyata secara kuadratik terhadap jumlah
klorofil pada 6 BSP dan secara linier pada 12 BSP. Pemberian pupuk K
berpengaruh secara kuadratik terhadap tinggi tanaman hanya pada umur 12 BSP.
Pupuk K berpengaruh nyata secara kuadratik terhadap lebar lingkar batang pada
9-12 BSP. Perlakuan pupuk K meningkatkan jumlah pelepah secara linier pada 9
BSP sedangkan secara kuadratik pada 10-12 BSP. Pupuk K berpengaruh nyata
secara linier terhadap jumlah klorofil pada umur 6, 12 BSP. Pemberian pupuk K
berpengaruh nyata secara kuadratik terhadap kerapatan stomata pada umur 12
BSP. Pupuk K meningkatkan kandungan K daun secara linier pada 6, 12 BSP.
Dosis optimum pupuk nitrogen dan fosfor berdasarkan peubah tinggi
tanaman, lingkar batang, dan luas daun pelepah ke-9 sebesar 345.8 g N tanaman-1
tahun-1 dan 318.5 g P2O5 tanaman-1 tahun-1 sedangkan untuk pupuk kalium dosis
optimum hanya didasarkan pada peubah tinggi tanaman dan lingkar batang saja
sebesar 514.9 g K2O tanaman-1 tahun-1.
Kata kunci : anorganik, filotaksi, fisiologi, morfologi, pupuk tunggal


iii

SUMMARY
FENI SHINTARIKA. Optimizing of Nitrogen, Phosphorus, and Pottasium
Fertilizer in One Year Old Plant of Oil Palm. Supervised by SUDRADJAT and
SUPIJATNO
Oil palm is the main plantation crop in Indonesia, which becomes a source
of foreign exchange revenue of the country. One of the main factors determining
productivity of oil palm is fertilization. The accuracy for fertilizer rate during the
phase of young oil palm could be a very important factor.The objectives of the
research were (1) to study the effect of Nitrogen, Phosphorus, and Pottasium
fertilizers on plant growth and (2) to determine the optimum rates of Nitrogen,
Phosphorus, and Pottasium fertilizers for young plant of oil palm. The
experiments were conducted at IPB-Cargill Teaching Farm of Oil Palm at
Jonggol, Bogor from February 2013 to March 2014. This study consisted of three
separate experiments namely: (1) optimizing nitrogen fertilizer (N), (2) optimizing
phosphorus fertilizer (P), and (3) optimizing pottasium fertilizer (K). Each
experiment consisted of single factor using randomized block design with three
replications. The treatments consisted of five rates for each experiment (0, 126,

252, 378, 504 g N plant-1; 0, 127.5, 255, 382.5, 510 g P2O5 plant-1 and 0, 196, 392,
588, 784 g K2O plant-1).
The result showed that N fertilizer increased plant height linearly at 10 and
11 month after treatment (MAT) and quadratically at 12 MAT. Stem girth
increased quadratically with N rates at 7, 9, 10, and 12 MAT, and increased
linearly at 8 and 11 MAT. Leaf area of 9th frond affected quadratically at 9-12
MAT. N fertilizer was affect quadratically on leaf chlorophyll at 6, 12 MAT and
leaf-N content at 6 MAT. P fertilizer increased height plant linearly at 9-11 MAT
whereas quadratically at 12 MAT. Stem girth increased linearly with P fertilizer at
11 and 12 MAT and quadratically at 9, 10 MAT. P fertilizer was affect
quadratically on frond production at 9-12 MAT. Leaf area of 9th frond was
affected with P fertilizer at 9 MAT, and quadratically at 12 MAT. P fertilizer
quadratically on leaf chlorophyll content at 6 MAT and linearly at 12 MAT.
Aplication of K fertilizer was affect quadratically on plant height only at 12 MAT.
K fertilizer increased stem girth linearly at 9, 11, 12 MAT. The treatment of K
fertilizer increased frond production linearly at 9 MAT whereas quadratically at
10-12 MAT. Leaf chlorophyll was affect linearly at 6, 12 MAT. K fertilizer was
affect quadratically on number of stomata at 12 MAT. K fertilizer increased leaf
K content linearly at 6, 12 MAT.
The optimum rates of N and P fertilizer base on the height, stem girth, and

leaf area of 9th frond were 345.8 g N plant-1 year -1 and 318.5 g P2O5 plant-1 year1
whereas for K fertilizer only base on the height and stem girth was 514.9 g K2O
plant-1 year -1 for one year old plant.
Keywords : inorganic, morphology, phylotaksis, physiology, single fertilizer

iv

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

i

OPTIMASI PUPUK NITROGEN, FOSFOR, DAN KALIUM

PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
BELUM MENGHASILKAN UMUR SATU TAHUN

FENI SHINTARIKA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi


iii

Judul Tesis
Nama
NIM

: Optimasi Pupuk Nitrogen, Fosfor, dan Kalium pada Tanaman
Kelapa Sawit Belum Menghasilkan Umur Satu Tahun
: Feni Shintarika
: A252120061

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Sudradjat, MS
Ketua

Dr Ir Supijatno, MSi
Anggota


Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Agronomi dan Hortikultura

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Maya Melati, MS, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 6 Agustus 2014

Tanggal Lulus:

iv

v

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Februari 2013-Maret 2014 ini
adalah pemupukan dengan judul Optimasi Pupuk Nitrogen, Fosfor dan Kalium
pada Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan Umur Satu Tahun.
Terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Dr Ir Sudradjat, MS dan Dr Ir Supijatno, MSi selaku komisi
pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberikan saran,
bimbingan dan arahan kepada penulis selama kegiatan penelitian dan
penulisan tesis.
2. Dr Ir Maya Melati, MS, MSc selaku Ketua Program Studi Agronomi
dan Hortikultura atas arahan selama menyelesaikan studi.
3. Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi selaku penguji luar komisi atas masukan dan
saran yang telah diberikan.
4. Ayahanda (alm) Rasjid Pranoto dan Ibunda Siti Amonah serta Kakanda
Heri Setiawan, Yetty Indrawaty, dan Ervi Widyawaty, dan Iqbal
Imannulloh terima kasih yang tulus dan mendalam atas segala doa,
semangat, bantuan, dan kasih sayang yang diberikan selama ini.
5. Bapak Joni dan Bapak Rahman serta seluruh staf Kebun Pendidikan dan
Penelitian Kelapa Sawit Jonggol IPB-Cargill yang telah banyak

membantu selama percobaan di lapangan.
6. Hidayat Saputra, Irwan Siallagan, dan Yan Sukmawan, teman
seperjuangan selama penelitian hingga tesis ini selesai.
7. Teman-teman Pascasarjana AGH 2012, AGH 44, dan The Suganders
atas bantuan dan saran yang diberikan.
8. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat dan ilmu
pengetahuan kepada pihak-pihak yang memerlukan.
Bogor, Agustus 2014

Feni Shintarika

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

ix

1 PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

2 TINJAUAN PUSTAKA

3

Morfologi Tanaman Kelapa Sawit

3

Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit

4

Pemupukan Kelapa Sawit

4

Nitrogen

4

Fosfor

5

Kalium

6

Penentuan Optimasi Dosis

7

3 METODE

7

Lokasi dan Waktu Penelitian

7

Bahan dan Alat

7

Metode Penelitian`

8

Analisis Data

9

Pelaksanaan

9

Pengamatan

10

Tanggap Morfologi Tanaman

10

Tanggap Fisiologi Tanaman

11

Analisis Tanah

12

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum

12
12

Percobaan I: Optimasi Pupuk Nitrogen pada Tanaman Kelapa Sawit
Belum Menghasilkan Umur Satu Tahun
Tanggap Morfologi Tanaman

13
14

Tanggap Fisiologi Tanaman

18

Penentuan Optimasi Dosis

20

Neraca Hara

21

Dinamika Hara

22

Percobaan II: Optimasi Pupuk Fosfor pada Tanaman Kelapa Sawit
Belum Menghasilkan Umur Satu Tahun

23

Tanggap Morfologi Tanaman

23

Tanggap Fisiologi Tanaman

28

Penentuan Optimasi Dosis

29

Neraca Hara

30

Dinamika Hara

30

Percobaan III: Optimasi Pupuk Kalium pada Tanaman Kelapa Sawit
Belum Menghasilkan

31

Tanggap Morfologi Tanaman

32

Tanggap Fisiologi Tanaman

35

Penentuan Optimasi Dosis

38

Neraca Hara

38

Dinamika Hara

39

Pembahasan Umum

40

5 SIMPULAN DAN SARAN

41

Simpulan

41

Saran

41

DAFTAR PUSTAKA

42

LAMPIRAN

47

RIWAYAT HIDUP

52

DAFTAR TABEL

1 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh pupuk nitrogen terhadap peubah
morfologi dan fisiologi pada tanaman kelapa sawit
2 Tinggi tanaman pada berbagai dosis pupuk nitrogen
3 Lingkar batang pada berbagai dosis pupuk nitrogen
4 Jumlah pelepah pada berbagai dosis pupuk nitrogen
5 Panjang pelepah ke-9 pada berbagai dosis pupuk nitrogen
6 Luas daun pelepah ke-9 pada berbagai dosis pupuk nitrogen
7 Jumlah klorofil dan kerapatan stomata pada berbagai dosis pupuk nitrogen
8 Kadar N pada berbagai dosis pupuk nitrogen
9 Persamaan regresi dan dosis optimum pupuk nitrogen pada tanaman kelapa
sawit TBM 1
10 Neraca hara nitrogen pada dosis 378 g N tanaman-1 umur 12 BSP
11 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh pupuk fosfor terhadap peubah
morfologi dan fisiologi pada tanaman kelapa sawit
12 Tinggi tanaman pada berbagai dosis pupuk fosfor
13 Lingkar batang pada berbagai dosis pupuk fosfor
14 Jumlah pelepah pada berbagai dosis pupuk fosfor
15 Panjang pelepah ke-9 pada berbagai dosis pupuk fosfor
16 Luas daun pelepah ke-9 pada berbagai dosis pupuk fosfor
17 Jumlah klorofil dan kerapatan stomata pada berbagai dosis pupuk fosfor
18 Kadar P pada berbagai dosis pupuk fosfor
19 Persamaan regresi dan dosis optimum pupuk fosfor pada tanaman kelapa
sawit TBM 1
20 Neraca hara fosfor pada dosis 382.5 g P2O5 tanaman-1 umur 12 BSP
21 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh pupuk kalium terhadap peubah
morfologi dan fisiologi pada tanaman kelapa sawit
22 Tinggi tanaman pada berbagai dosis pupuk kalium
23 Lingkar batang pada berbagai dosis pupuk kalium
24 Jumlah pelepah pada berbagai dosis pupuk kalium
25 Panjang pelepah ke-9 pada berbagai dosis pupuk kalium
26 Luas daun pelepah ke-9 pada berbagai dosis pupuk kalium
27 Jumlah klorofil dan kerapatan stomata pada berbagai dosis pupuk kalium
28 Kadar K pada berbagai dosis pupuk kalium
29 Persamaan regresi dan dosis optimum pupuk kalium pada tanaman kelapa
sawit TBM 1
30 Neraca hara fosfor pada dosis 588 g K2O tanaman-1 umur 12 BSP
31 Perbandingan antara dosis rekomendasi dan optimum pada tanaman kelapa
Sawit TBM 1

14
14
15
15
16
16
19
20
21
21
23
24
24
25
25
26
28
29
29
30
32
32
33
33
34
34
36
37
38
39
40

DAFTAR GAMBAR
1 Tanaman kelapa sawit TBM 1 umur 3 BSP
2 Pengaruh pupuk nitrogen terhadap persentase berbunga kelapa sawit
3 Kurva dan persamaan regresi respons tinggi tanaman (a), lingkar batang (b),
jumlah pelepah (c), dan luas daun pelepah ke-9 (d) pada berbagai dosis
pupuk nitrogen umur 12 BSP
4 Dinamika pergerakan hara N total dalam tanah
5 Pengaruh pupuk fosfor terhadap persentase berbunga kelapa sawit
6 Kurva dan persamaan regresi respons tinggi tanaman (a), lingkar batang (b),
jumlah pelepah (c), dan luas daun pelepah ke-9 (d) pada berbagai dosis
pupuk fosfor umur 12 BSP
7 Dinamika pergerakan hara P total dalam tanah
8 Pengaruh pupuk kalium terhadap persentase berbunga kelapa sawit
9 Kurva dan persamaan regresi respons jumlah klorofil (a) dan kerapatan
stomata (b) pada berbagai dosis pupuk kalium umur 12 BSP
10 Dinamika pergerakan hara K total dalam tanah

13
17

18
22
26

27
31
35
37
39

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Hasil analisis sampel tanah awal
Kriteria sifat kimia tanah
Dosis rekomendasi pemupukan PPKS kelapa sawit TBM 1
Hasil analisis pupuk anorganik pada penelitian
Rata-rata curah hujan, hari hujan, suhu, dan kelembaban udara April 2013Maret 2014
6 Sidik ragam uji korelasi antara peubah morfologi dan fisiologi pada optimasi
pupuk nitrogen umur 12 BSP
7 Sidik ragam uji korelasi antara peubah morfologi dan fisiologi pada optimasi
pupuk fosfor umur 12 BSP
8 Sidik ragam uji korelasi antara peubah morfologi dan fisiologi pada optimasi
pupuk kalium umur 12 BSP

48
48
49
49
49
50
50
51

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Subsektor perkebunan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
perekonomian Indonesia. Beberapa komoditas perkebunan dapat dijadikan
sebagai sumber energi terbarukan, antara lain kelapa sawit dan jarak pagar untuk
biodiesel (pengganti solar) dan tebu untuk bioethanol (pengganti premium) (Hadi
et al. 2006). Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu
tanaman penting penghasil minyak di dunia dan dibudidayakan secara luas di Asia
Tenggara terutama Indonesia, Malaysia, dan Thailand (Wilcove dan Koh 2010).
Tanaman kelapa sawit menjadi salah satu tanaman perkebunan andalan di
Indonesia yang memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan sebagai sumber
perolehan devisa negara. Hal ini terlihat dari posisi Indonesia yang menjadi
negara produsen minyak sawit utama di dunia disusul oleh Malaysia, Thailand,
Nigeria, Colombia dan negara lainnya (FAOSTAT 2013).
Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman yang memiliki banyak manfaat.
Selain minyaknya dapat digunakan sebagai bahan pangan, kosmetika, obatobatan, pelumas, lilin dan detergen, limbah kelapa sawit juga dapat digunakan
sebagai pakan ternak dan pupuk organik serta bahan bakar alternatif yang sangat
menjanjikan (IPOB 2007). Manfaat yang banyak tersebut menyebabkan tanaman
kelapa sawit mempunyai pangsa pasar yang tinggi sehingga permintaan
meningkat. Kebutuhan minyak kelapa sawit juga meningkat seiring dengan
peningkatan populasi penduduk (Sayer et al. 2012). Corley (2009) memperkirakan
kebutuhan minyak kelapa sawit dunia pada tahun 2050 sekitar 120-156 juta ton,
sehingga perlu upaya peningkatan produksi. Peningkatan produksi minyak sawit
karena pertambahan luas areal dan peningkatan produktivitas tandan buah segar
(TBS). Data luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun
2009-2013 mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Pada tahun
2009 luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia adalah 8.2 juta ha dengan
produksi minyak sawit sebesar 19.3 juta ton, meningkat menjadi 10 juta ha
dengan produksi minyak sawit sebesar 27.7 juta ton pada tahun 2013 (Ditjenbun
2014).
Secara umum produktivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, genetik, dan teknik budidaya (Santosa et al. 2011). Faktor yang
spesifik mempengaruhi hasil panen kelapa sawit, antara lain: asal tanaman
(Hetharie et al. 2007), genotipe (Palupi dan Dedywiryanto 2008), curah hujan
(Corley dan Gray 1976), dan pemupukan (Corley dan Mok 1972; Poeloengan et
al. 2007). Pemupukan merupakan salah satu faktor utama untuk mengatasi kondisi
tanah marginal khususnya (Wachjar dan Kadarisma 2007; Ng et al. 2011).
Kandungan tanah akan unsur hara berbeda-beda sehingga kebutuhan pupuk setiap
jenis tanah juga berbeda, dengan demikian diperlukan penelitian yang spesifik
untuk menentukan dosis pemupukan yang optimum (Hardjowigeno 2010).
Berdasarkan standar penelitian berbagai sifat kimia tanah yang dikeluarkan oleh
Pusat Penelitian Tanah (2005), maka hasil pengujian sifat kimia tanah di Teaching
Farm Kebun Jonggol IPB-Cargill termasuk ke dalam kategori tanah Ultisol.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi adanya keterbatasan pada tanah

2

Ultisol di Jonggol dengan pemberian hara melalui pupuk tunggal dengan dosis
pupuk yang mengacu pada dosis rekomendasi TBM 1 (PPKS 2007).
Pupuk tunggal adalah kelompok pupuk yang hanya mengandung satu jenis
hara makro. Kelebihan dalam penggunaan pupuk tunggal yaitu memiliki
kandungan hara makro yang tinggi, jumlah hara yang akan diberikan dapat
ditentukan sesuai kebutuhan tanaman, dan dari segi harga, pupuk tunggal
umumnya tidak terlalu mahal per kg hara (Sutarta dan Darmosarkoro 2005). Hasil
penelitian dari beberapa tempat areal pengembangan perkebunan yang didominasi
oleh tanah Ultisol di Indonesia menunjukkan bahwa potensi produksi lahan kelapa
sawit di lahan ini tergolong rendah (Koedadiri et al. 1999). Rendahnya produksi
ini membuat pengelolaan perkebunan pada tanah ini menjadi penting karena
menyangkut biaya. Biaya pemupukan merupakan komponen yang besar dari
pemeliharaan tanaman, mencapai 50-70% dari biaya pemeliharaan atau 25% dari
seluruh biaya produksi (Fairhurst et al. 2006).
Tanaman kelapa sawit muda membutuhkan jumlah nutrisi hara yang banyak
untuk pertumbuhan yang maksimal (Tarmizi dan Tayeb 2006). Hara nitrogen
(N), fosfor (P), dan kalium (K) merupakan unsur -unsur hara makro yang
berperan penting dalam pertumbuhan tanaman, terutama kelapa sawit.
Kekurangan salah satu dari ketiga unsur tersebut dalam tanaman akan
mengalami gangguan pertumbuhan dan produksi baik secara kualitas
maupun kuantitas (Munawar 2011). Ketepatan frekuensi aplikasi pupuk
sangat menentukan ketersediaan nutrisi bagi tanaman sepanjang tahun. Semakin
banyak frekuensi aplikasi maka kehilangan nutrisi dapat diminimalkan, tetapi
frekuensi aplikasi pupuk yang banyak membutuhkan banyak pengeluaran.
Frekuensi aplikasi yang umum diterapkan pada tanaman kelapa sawit TBM adalah
4-5 kali per tahun (Sutarta dan Darmosarkoro 2005), sedangkan frekuensi aplikasi
pupuk di Jonggol hanya dilakukan sebanyak 3 kali per tahun. Ketepatan dosis dan
frekuensi aplikasi pupuk sangat menentukan dalam efisiensi pemupukan sehingga
diperlukan dosis optimum yang tepat untuk menjamin ketersediaan nutrisi bagi
tanaman kelapa sawit TBM 1.
Tujuan Penelitian

1.

2.

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
mempelajari pengaruh pemberian pupuk tunggal nitrogen, fosfor, dan
kalium terhadap pertumbuhan tanaman kelapa sawit belum menghasilkan
umur satu tahun (TBM 1);
mendapatkan dosis pupuk tunggal nitrogen, fosfor, dan kalium yang
optimum pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan umur satu tahun
(TBM 1).
Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menghasilkan informasi mengenai dosis
optimum pupuk tunggal nitrogen, fosfor, dan kalium pada tanaman kelapa sawit
belum menghasilkan umur satu tahun (TBM 1) di daerah Jonggol, Bogor.

3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tumbuhan kelas
angiospermae, ordo Palmales, famili Palmae dan genus Elaeis (Hartley 1977).
Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah
dan respirasi tanaman. Fungsi akar lainnya adalah sebagai penyangga berdirinya
tanaman sehingga mampu menyokong tegaknya tanaman pada ketinggian yang
mencapai puluhan meter hingga tanaman berumur 25 tahun. Akar tanaman kelapa
sawit tidak berbuku dan berwarna putih atau kekuningan. Tanaman kelapa sawit
berakar serabut, sistem perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke
samping membentuk akar primer, sekunder, tertier, dan kuarter. Akar primer
tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Akar
sekunder, tertier dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan
akar tertier dan kuarter menuju ke lapisan atas atau tempat yang paling banyak
mengandung zat hara (Fauzi et al. 2008).
Batang kelapa sawit tidak bercabang dengan diameter 25-75 cm dengan
ketinggian dapat mencapai 25 m dengan satu titik tumbuh kelapa sawit. Batang
kelapa sawit yang berumur muda merupakan pangkal pelepah daun yang melekat
kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua,
pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas,
sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas (Corley dan Tinker
2003).
Daun (frond) kelapa sawit terdiri dari tangkai daun (petiole) yang pada
kedua sisinya terdapat dua baris duri. Tangkai daun bersambungan langsung
dengan tulang daun utama (rachis) yang lebih panjang dari tangkai daun. Pada
kanan dan kiri rachis terdapat anak daun (pinnae). Tiap anak daun mempunyai
tulang daun (lidi yang menghubungkan anak daun dengan tulang daun utama).
Kelapa sawit dewasa menghasilkan 20-25 pelepah tahun-1. Pada tanah yang
subur, daun cepat membuka sehingga makin efektif untuk melakukan fungsinya
sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin
lama proses fotosintesis berlangsung, semakin banyak karbohidrat yang dibentuk
sehingga produktivitas akan meningkat (Corley dan Tinker 2003; Fauzi et al.
2008).
Bunga kelapa sawit termasuk bunga berumah satu (monocious) yaitu bunga
jantan dan bunga betina terletak pada satu tanaman tetapi terpisah. Penyerbukan
kelapa sawit dibantu dengan angin atau serangga penyerbuk (Corley dan Tinker
2003). Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicarp),
daging buah (mesocarp) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak,
kulit biji (endocarp) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan
keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak,
serta lembaga (embryo). Proses pembentukan buah dari penyerbukan sampai
dengan matang memerlukan waktu selama 5-6 bulan. Panen pertama buah kelapa
sawit dilakukan pada umur 3 tahun (Mangoensoekardjo dan Semangun 2005).

4

Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Daerah yang sesuai untuk tanaman kelapa sawit berada pada 15°LU-15°LS.
Ketinggian pertanaman kelapa sawit yang ideal berkisar antara 1-500 m dpl.
Pertumbuhan dan produktivitas yang optimal akan tercapai jika ditanam di lokasi
dengan ketinggian maksimum 400 m dpl. Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7
jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm dengan temperatur optimal 2428°C. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan.
Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80-90%. Suhu optimum yang diperlukan
tanaman kelapa sawit berkisar antara 27-29°C. Suhu dingin dapat menyebabkan
tandan bunga mengalami aborsi serta pembungaan tidak merata sepanjang tahun
(Corley dan Tinker 2003).
Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik
Kelabu, Alluvial atau Regosol. Tanaman kelapa sawit akan tumbuh baik pada
tanah yang gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan membuat
solum tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Derajat keasaman (pH) tanah
sangat terkait dengan ketersediaan hara yang diserap oleh akar. Kelapa sawit
dapat tumbuh pada pH 4.0-6.0, tetapi nilai pH yang optimum antara 5.0–5.6,
tekstur ringan (pasir 20-60%, debu 10-40%, dan liat 20-50%). Tanah dengan pH
rendah dapat ditingkatkan dengan cara pengapuran. Tanah tersebut biasanya
dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut (Lubis 1992).
Pemupukan Kelapa Sawit
Fauzi et al. (2008) menunjukkan bahwa salah satu tindakan perawatan
tanaman yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
adalah pemupukuan. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit TBM merupakan
suatu upaya menyediakan unsur hara yang cukup
untuk meningkatkan
pertumbuhan vegetatif sedangkan pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM)
diarahkan untuk produksi buah. Pemupukan yang baik mampu meningkatkan
produksi hingga mencapai produktivitas standar yang sesuai dengan kelas
kesesuaian lahannya (Sutarta et al. 2003). Pemberian pupuk dilakukan dua kali
setahun, yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. Pemupukan
dilakukan dengan menyebarkan pupuk secara merata di dalam piringan.
Ketersediaan hara dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
pH tanah, KTK tanah, dan komposisi kation baik yang sinergis maupun antagonis.
Kelapa sawit membutuhkan unsur hara makro dan mikro untuk menunjang
pertumbuhannya (Sutarta et al. 2005). Rekomendasi pemupukan didasarkan pada
hasil analisis jaringan dan hasil analisis tanah. Selain itu, rekomendasi pemupukan
harus mempertimbangkan keterbatasan faktor lingkungan serta faktor ekonomi
(ARAB 2000). Rekomendasi penggunaan pupuk tunggal pada tahap TBM 1
sebesar 600 g Urea tanaman-1 tahun-1, 750 g SP-36 tanaman-1 tahun-1, dan 700 g
KCl tanaman-1 tahun-1 (PPKS 2007).
Nitrogen
Sumber utama nitrogen di alam adalah N2 udara (78%), tetapi tidak dapat
dimanfaatkan secara langsung. Perubahan N2 menjadi bentuk ammonia (NH4+)

5

atau nitrat (NO3-) disebut fiksasi nitrogen. Fiksasi nitrogen terjadi secara alami,
biologi, dan buatan. Proses fiksasi secara alami antara lain dengan kilat yang
menyebabkan terbentuknya H bebas dan O bebas yang menyerang molekul N
sehingga terbentuk asam nitrat yang terbawa air hujan ke tanah, selain itu juga
dapat terjadi antara gas nitri oksida dan ozon yang difiksasi menjadi asam nitrat.
Proses biologis dilakukan oleh bakteri yang hidup bebas dan bakteri yang
bersimbiosis dengan tanaman (Havlin et al. 2005).
Total N dalam tanah berkisar antara 0.02% pada sub soil dan > 2.5% pada
lapisan olah. Bentuk N pada tanah adalah N organik dan N anorganik, dimana
hampir 95% N adalah N organik. N organik dalam tanah berbentuk protein, asam
amino dan bentuk kompleks lain. N anorganik antara lain ammonium, nitrit (NO2) dan nitrat, dimana bentuk-bentuk ini dapat dimanfaatkan oleh mikroba atau
tanaman (Havlin et al. 2005).
Nitrogen dipergunakan tanaman dalam jumlah yang relatif besar. Sebagian
besar tanaman mengandung 1-2% N dari berat keringnya dan jumlahnya terbesar
setelah unsur karbon (C), oksigen (O), dan hidrogen (H) (Salisburry dan Ross
1992). Kenyataan menunjukkan bahwa 15-18% dari bobot senyawa albumin atau
protein terdiri dari nitrogen dan protein, yang ada pada semua sel-sel hidup, dalam
protoplasma dan juga nukleus. Selain dalam bentuk protein, nitrogen juga
ditemukan pada senyawa lain yang berperan penting dalam metabolisme seperti
klorofil, nukleotida, fosfotida, alkaloid, protein, hormon, dan vitamin (Marschner
1995). Kisaran kecukupan N dalam jaringan tanaman adalah 1-5% (Havlin et al.
1999). Namun kisaran kecukupannya antara 2-5% dari berat tanamannya,
tergantung pada jenis tanaman, tahap perkembangan, dan organ tanaman. N jarang
menyebabkan toksisitas, namun dalam kondisi berlebih menyebabkan
ketidakseimbangan hara dan menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu
(Marschner 1995).
Nitrogen sangat besar peranannya dalam pertumbuhan vegetatif tanaman.
Urea (Co(NH2)2 adalah salah satu sumber nitrogen yang digunakan untuk
menggantikan nitrogen yang telah terserap oleh tanaman. Kekurangan N
berpengaruh pada pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, sistem perakaran jelek
dan daun yang terbentuk lebih sedikit. Warna daun menjadi kekuning-kuningan
karena kurang klorofil. Batang berwarna merah atau agak keunguan bila kelebihan
produksi antosianin. N juga menentukan pertumbuhan batang utama (tinggi
tanaman), dan percabangan (menambahkan kuncup bunga dan buah). N berlebih
dapat merugikan karena sistem perakaran yang terbentuk berkurang (Salisburry
dan Ross 1992).
Fosfor
Fosfor merupakan salah satu dari tiga unsur hara makro paling penting
bersama nitrogen dan kalium bagi tanaman. Fosfor dalam tanah dibedakan atas P
organik dan P anorganik. Kandungan P anorganik di dalam tanah mineral selalu
lebih tinggi dibanding P organik, kecuali pada tanah organik. Pada lapisan olah,
kadar P organik pada tanah selalu lebih tinggi, karena adanya penimbunan bahan
organik. Fosfor yang diserap tanaman dalam bentuk anion yaitu dihidrogen fosfat
(H2PO4-) atau monohidrogen fosfat (HPO42-) (Jones 1998). Fosfat diubah menjadi
bentuk organik setelah masuk ke dalam akar atau sesudah diangkut melalui xilem

6

menuju tajuk. Fosfor tidak pernah direduksi dalam tumbuhan dan tetap sebagai
fosfat, baik dalam bentuk bebas maupun terikat pada senyawa organik sebagai
ester (Salisbury dan Ross 1992).
Fosfor dibutuhkan dalam jumlah banyak dan pada umumnya tanaman sering
mengalami defisiensi P selama masa pertumbuhannya. Fungsi hara P dalam
tumbuhan tidak dapat digantikan oleh hara lain. Kecukupan kebutuhan unsur hara
P diperlukan untuk pertumbuhan tanaman yang optimum. Konsentrasi P-total
pada tanaman budidaya umumnya bervariasi antara 0.1-0.5% bobot kering
tanaman (Liu 2007). Fosfor berperan penting dalam aktivitas fotosintesis, karena
terkait dengan kandungan karbohidrat sebagai sumber energi untuk pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Fotosintesis merupakan proses metabolisme kunci
yang mempengaruhi sistem metabolisme dan proses fisiologi lainnya yang
berkaitan dengan penyediaan ATP dan kerangka karbon dalam lintasan respirasi,
mengendalikan sistem transpor, sebagai penghantar signal bagi fungsi-fungsi akar
yang juga berkaitan dengan zat pengatur tumbuh sitokinin pada saat pucuk
terinduksi, metabolisme nitrogen, dan beberapa pengaruh tidak langsung dalam
proses fisiologi lainnya (Marschner 2011).
Fosfor menyusun sekitar 0.1-1.0% bahan kering tanaman dan merupakan
komponen kunci biomolekul seperti asam nukleat (pembawa informasi genetik),
fosfolipid (penyusun struktur membran), P-ester, dan ATP (sumber energi untuk
reaksi enzimatik). Peran fosfor sangat penting karena tanaman tidak akan tumbuh
dengan baik tanpa ketersediaan fosfor yang cukup (Dobermann dan Fairhurst
2000). Dalam tanaman, fosfat tidak pernah berkurang dan tetap tinggi dalam
bentuk teroksidasi. Fosfor merupakan hara yang mudah diredistribusi dari organ
satu ke organ lainnya, mudah hilang dari daun yang lebih tua dan terakumulasi ke
daun yang lebih muda (Salisburry dan Ross 1992). Fungsi fosfor adalah sebagai
konstituen struktur makromolekul yang sangat menonjol pada asam nukleat yaitu
sebagai jembatan antara dua unit ribonukleosida dan juga konstituen senyawa
pembentuk energi (ATP dan ADP). Fosfor juga berperan dalam proses biologis,
penyusun metabolik dan senyawa kompleks serta aktivator berbagai enzim (Taiz
dan Zeiger 2002).
Kalium
Kalium merupakan unsur hara yang paling banyak digunakan tanaman
setelah nitrogen. Kalium adalah logam lunak berwarna putih keperakan, mudah
bereaksi dengan O2 menjadi K-oksida yang mudah larut dalam air membentuk
kalium hidroksida. Kalium tidak terdapat bebas di alam, melainkan tersedia di
semua jasad hidup atau terikat dengan unsur lain sebagai senyawa atau mineral
(Ruhnayat 1995). Kalium dalam tanah terdapat dalam empat bentuk: (1) kation K+
dalam larutan tanah, (2) K+ yang dapat dipertukarkan dalam koloid tanah, (3) K+
yang terikat dalam kisi-kisi lempung (clay), dan (4) sebagai komponen mineral
yang mengandung K (Jones 1998).
Kalium di dalam tanah terurai dan menghasilkan K+ dan ion sisa asam serta
kation lain, seperti K-Mg-Sulfat, ion K akan segera diikat kompleks adsorpsi
tanah dalam bentuk yang dapat dipertukarkan (bentuk tersedia) sampai yang sukar
tersedia (fiksasi) tergantung dari jenis liat dan faktor penentu lainnya seperti
kelembaban tanah dan lain-lain. Sebagian lagi tetap dalam fase larutan (ion) yang

7

dapat dimobilisasi tanaman dan dapat hilang melalui pencucian. Peran unsur K
dalam tanaman, yaitu sebagai pengatur tekanan osmotik, pH sel, aktivasi enzim,
pengatur transpirasi, transport asimilat, transpor pada membran sel, membantu
pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat jaringan tanaman, dan
berperan dalam membentuk antibodi tanaman terhadap penyakit serta kekeringan
(Maschner 2011).
Penentuan Optimasi Dosis
Secara umum pemupukan berguna untuk menyediakan unsur hara di
dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan produksi yang maksimal
dapat tercapai. Penyusunan kebutuhan pupuk dapat menggunakan kurva respon
umum tanaman terhadap pemupukan. Penetapan dosis optimum menggunakan
dasar teori fungsi kuadratik, fungsi tersebut mewakili keadaan hara dalam kondisi
kahat, cukup dan berlebihan (Webb 2009). Penetapan rekomendasi pemupukan
dapat dilakukan melalui pendekatan uji tanah dan analisis tanaman. Widjaja
(1993) menunjukkan bahwa penelitian analisis tanaman diutamakan untuk
tanaman tahunan sebaliknya penelitian uji tanah lebih ditujukan untuk tanaman
setahun. Selain untuk mengetahui status hara tanaman atau adanya kahat hara,
analisis tanaman juga dapat digunakan untuk menetapkan kebutuhan pupuk
dengan cara mengkombinasikan status hara tanah dan kebutuhan tanaman (Jones
1998).

3 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Percobaan dilaksanakan di Kebun Pendidikan dan Penelitian Kelapa Sawit
Jonggol IPB-Cargill, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, yang terletak pada
ketinggian 113 m di atas permukaan laut. Waktu penelitian dilaksanakan dari
bulan Februari 2013-Maret 2014. Analisis tanah, pupuk, dan jaringan dilakukan di
Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman kelapa
sawit varietas Damimas umur 4 bulan setelah pindah tanam ke lapang. Pupuk
yang dipakai adalah pupuk Urea, pupuk SP-36, dan pupuk KCl. Bahan untuk
pengamatan stomata adalah selulosa asetat (cat kuku bening). Alat-alat yang
digunakan di lapang terdiri atas timbangan digital, meteran, SPAD-502 plus
chlorophyll meter, ombrometer, dan kamera digital. Alat yang digunakan di
laboratorium terdiri atas mikroskop, preparat, dan grinder.

8

Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri atas tiga percobaan terpisah, yaitu optimasi pupuk
nitrogen (percobaan 1), optimasi pupuk fosfor (percobaan 2), dan optimasi pupuk
kalium (percobaan 3) pada tanaman belum menghasilkan umur satu tahun (TBM
1).
Percobaan I
Optimasi Pupuk Nitrogen pada Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan
Umur Satu Tahun
Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan satu
faktor yaitu dosis pupuk nitrogen. Perlakuan dosis pupuk nitrogen terdiri atas lima
taraf antara lain 0, 126, 252, 378, dan 504 g N tanaman-1. Tiap perlakuan pupuk
nitrogen diulang sebanyak tiga kali untuk masing-masing taraf sehingga terdapat
15 unit percobaan dimana setiap unit percobaan terdiri atas 5 tanaman dengan
demikian jumlah tanaman seluruhnya adalah 75 tanaman. Model linier yang
digunakan adalah:
Yij= µ + τi + βj+ εij
Keterangan:
i
: 1, 2, 3, 4
j
:1, 2, 3
Yij
: respon pengamatan pada unit percobaan yang terdapat pada
perlakuan dosis pupuk nitrogen taraf ke-i dan kelompok ke-j
µ
: rataan umum
τi
: pengaruh perlakuan dosis pupuk nitrogen ke-i
βj
: pengaruh kelompok ke-j
εijk
: pengaruh acak pada perlakuan dosis pupuk nitrogen pada
taraf ke-i dan kelompok ke-j
Percobaan II
Optimasi Pupuk Fosfor pada Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan
Umur Satu Tahun
Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan satu
faktor yaitu dosis pupuk fosfor. Perlakuan dosis pemupukan fosfor terdiri atas
lima taraf antara lain 0, 127.5, 255, 382.5, dan 510 g P2O5 tanaman-1. Tiap
perlakuan pemupukan fosfor diulang sebanyak tiga kali untuk masing-masing
taraf sehingga terdapat 15 unit percobaan dimana setiap unit percobaan terdiri atas
5 tanaman dengan demikian jumlah tanaman seluruhnya adalah 75 tanaman.
Model linier yang digunakan adalah:
Yij= µ + τi + βj+ εij
Keterangan:
i
: 1, 2, 3, 4
j
: 1, 2, 3
Yij
: respon pengamatan pada unit percobaan yang terdapat pada
perlakuan dosis pupuk fosfor taraf ke-i dan kelompok ke-j
µ
: rataan umum

9

τi
βj
εijk

: pengaruh

perlakuan dosis pupuk fosfor ke-i
: pengaruh kelompok ke-j
: pengaruh acak pada perlakuan dosis pupuk fosfor pada
taraf ke-i dan kelompok ke-j

Percobaan III
Optimasi Pupuk Kalium pada Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan
Umur Satu Tahun
Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan satu
faktor yaitu dosis pupuk kalium. Perlakuan dosis pupuk kalium terdiri atas lima
taraf, antara lain 0, 196, 392, 588, dan 784 g K2O tanaman-1. Tiap perlakuan
pemupukan kalium diulang sebanyak tiga kali untuk masing-masingtaraf sehingga
terdapat 15 unit percobaan dimana setiap unit percobaan terdiri atas 5 tanaman
dengan demikian jumlah tanaman seluruhnya adalah 75 tanaman. Model linier
yang digunakan adalah :
Yij= µ + τi + βj+ εij
Keterangan:
i
:1, 2, 3, 4
j
: 1, 2, 3
Yij
: respon pengamatan pada unit percobaan yang terdapat
pada perlakuan dosis pupuk kalium taraf ke-i dan kelompok ke-j
µ
: rataan umum
τi
: pengaruh perlakuan dosis pupukkalium ke-i
βj
: pengaruh kelompok ke-j
εijk
: pengaruh acak pada perlakuan dosis pupuk kalium pada
taraf ke-i dan kelompok ke-j
Analisis Data
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan SAS (Statistical Analysis
Sistem) dan Minitab. Data dianalisis dengan analisis sidik ragam pada taraf α =
0.05 apabila terdapat pengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji polynomial
orthogonal, untuk menelusuri pola respon dari suatu faktor yang diteliti bertaraf
kuantitatif kemudian dilanjutkan dengan uji regresi untuk menentukan dosis
optimum (Mattjik dan Sumertajaya 2006).
Pelaksanaan
Perlakuan Dosis Pemupukan
Tanaman kelapa sawit sebelum mulai aplikasi perlakuan pemupukan telah
terlebih dahulu diberikan pupuk dasar sebanyak 60 kg pupuk organik lubang-1,
500 g Rock Phospate lubang-1, dan 500 g dolomit lubang-1. Pupuk perlakuan
ditimbang sesuai dosis perlakuan dengan timbangan digital. Penetapan dosis
pemupukan berdasarkan rekomendasi pemupukan TBM 1 kelapa sawit (PPKS
2007). Perlakuan pupuk dilakukan sebanyak tiga kali aplikasi yaitu bulan Maret,
Juli, dan Desember. Dosis pupuk untuk tiap aplikasi adalah 1/3 total dosis.

10

Pemberian pupuk dengan cara ditaburkan merata melingkar pada piringan pohon
dengan jarak ± 10 cm dari pangkal batang dan kemudian ditutup kembali dengan
tanah.
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan pada TBM 1 meliputi pengendalian gulma, hama
penyakit, dan kastrasi. Pengendalian gulma dilakukan secara manual. Interval
penyiangan bergantung pada pertumbuhan gulma yang tumbuh di piringan.
Kastrasi adalah kegiatan membuang bunga jantan dan betina yang tumbuh di
TBM. Hal ini dilakukan karena bunga muda umumnya masih kecil dan belum
sempurna, sering gugur atau aborsi, bunga seperti ini tidak menguntungkan bila
dipertahankan. Kastrasi dapat dimulai jika 25% dari tanaman telah berbunga.
Tujuan dibuangnya bunga jantan dan betina untuk mengurangi persaingan unsur
hara, sehingga pertumbuhan vegetatifnya maksimal. Caranya adalah semua bunga
jantan dan betina di atas tanah dibuang tanpa memotong pelepah.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan interval waktu setiap bulan selama 12 bulan
selanjutnya. Jumlah sampel yang diamati setiap perlakuan sebanyak lima
tanaman. Pengamatan yang dilakukan terdiri dari tanggap morfologi, tanggap
fisiologi, dan analisis tanah.
Tanggap Morfologi Tanaman
Pengamatan terhadap peubah morfologi tanaman kelapa sawit TBM 1 di
lapang secara lengkap dilakukan terhadap peubah-peubah sebagai berikut :
Tinggi tanaman (cm). Tinggi tanaman diukur dari batas pangkal batang
yang telah diberi tanda sampai ujung daun termuda yang telah membuka
sempurna kemudian daun tersebut ditegakkan. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan meteran setiap bulan sampai akhir penelitian.
Lingkar Batang (cm). Pengertian lingkar batang disini adalah kumpulan
pelepah daun yang masih terbungkus oleh serabut. Pengukuran lingkar batang
dengan menggunakan meteran diukur ± 5 cm diatas permukaan tanah.
Jumlah Pelepah (helai). Penghitungan jumlah pelepah dengan menghitung
jumlah pelepah yang telah membuka sempurna.
Panjang Pelepah ke-9 (cm). Panjang pelepah diukur dari pangkal pelepah
yang berduri sampai ujung pelepah. Pelepah yang diukur adalah pelepah yang ke9.
Luas daun pelepah ke-9 (m2). Pengukuran luas daun dilakukan pada daundaun tanaman contoh yaitu pada daun ke-9 dari daun pertama setelah daun
tombak dalam satu pelepah daun. Jumlah anak daun ke-9 (helai) dihitung jumlah
anak daun keseluruhan dihitung dari pangkal pelepah sampai ujung pelepah.
Panjang dan lebar anak daun pada pelepah daun ke-9 (cm). Pengukuran dilakukan
dengan mengukur panjang helaian anak daun dan lebar helaian anak daun
sebanyak 3 helai pada bagian tengah pelepah kiri dan kanan. Luas daun dihitung
dengan rumus (Sutarta et al. 2003):

11

Keterangan:
p = panjang anak daun (cm)
l = lebar anak daun (cm)
n = jumlah helai anak daun sebelah kiri atau kanan
k = konstanta (0,57 untuk TBM)
Persentase Tanaman Berbunga (%). Persentase tanaman berbunga
diukur dengan menghitung tanaman yang sudah berbunga untuk setiap
tanaman contoh pada semua perlakuan kemudian dikastrasi sampai umur 18
bulan setelah pindah tanam.
Tanggap Fisiologi Tanaman
Pengamatan terhadap peubah fisiologi tanaman kelapa sawit TBM 1
di lapang secara lengkap dilakukan terhadap peubah sebagai berikut :
Jumlah Klorofil. Jumlah klorofil daun dihitung dengan menggunakan
alat SPAD-502 Plus chlorophyll meter. Alat ini secara digital mencatat
tingkat kehijauan dan jumlah relatif molekul klorofil yang ada dalam daun
dalam satu nilai berdasarkan jumlah cahaya yang ditransmisikan oleh daun
(Konika Minolta 1989). Pengukuran dilakukan pada 6 dan 12 BSP. Sampel
daun yang diukur adalah daun ke-9 dengan cara meletakkan daun pada titik
alat pembaca, kemudian tombol pembaca ditekan. Penghitungan dilakukan
pada tiga titik (pangkal, tengah dan ujung) yang berjarak ± 0.5 cm dari tepi
leaflet. Nilai real kadar klorofil daun untuk kelapa sawit dihitung
menggunakan rumus Y= 0.0007x – 0.0059, dimana Y = jumlah klorofil dan
x = nilai hasil pengukuran SPAD-502 (Farhana 2007).
Kerapatan stomata. Kerapatan stomata diamati menggunakan
mikroskop. Pengamatan dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada 6 dan 12
BSP di Laboratorium Mikroteknik Departemen Agronomi dan Hortikultura
IPB. Sampel daun yang diamati adalah daun pelepah ke-9. Pengamatan
sampel stomata dilakukan dengan cara mengoleskan cat kuku bening di
permukaan bawah daun sekitar 2 x 2 cm pada pagi hari dan dibiarkan
mengering. Kemudian ditempelkan selotip bening pada permukaan daun
yang telah diolesi cat kuku bening dan ditekan agar cat kuku tersebut
menempel sempurna. Selotip dilepaskan dan ditempelkan pada preparat.
Stomata dapat diamati di bawah mikroskop elektron pada perbesaran 40 x
10. Menghitung jumlah stomata dengan menggunakan rumus :
1. Kerapatan Stomata (KS)
dimana : n = jumlah stomata / luas bidang pandang
x = jumlah stomata / mm2
2. Luas bidang pandang mikroskop (L)
dimana : π = 3.14; r = jari-jari bidang pandang (0.5 mm dengan
pembesaran 40x10)

12

Analisis Kadar Hara N, P, dan K dalam Jaringan Daun (%). Analisis
dilakukan pada 6 dan 12 BSP. Sampel daun yang digunakan merupakan anak
daun bagian tengah yang berjumlah 3 helai sebelah kanan dan kiri dari daun ke-9
kemudian dikomposit. Sampel tanaman yang diambil berasal dari masing-masing
perlakuan. Bahan dikeringkan dan dioven pada suhu 800C sampai mencapai berat
konstan. Bahan dipotong kasar dan dicampur, kemudian diambil ± 10 gram untuk
digiling halus dengan grinder sampai dapat lolos mata saring 0.5 mm dan
dianalisis mengikuti prosedur baku di laboratorium (Puslitan 2005).
Analisis Tanah
Awal penelitian. Sampel tanah diambil secara komposit yang diperoleh
pada beberapa titik yang mewakili areal yang ditetapkan sebagai lokasi penelitian,
sampel tanah diambil pada kondisi kapasitas lapang dengan menggunakan sekop
dengan kedalaman ± 20 cm. Sampel tanah dibersihkan dari sisa-sisa akar. Tanah
dikeringudarakan dan diayak dengan menggunakan ayakan bermata saring 2 mm,
untuk memperoleh ukuran yang relatif sama seberat 200 g untuk dianalisis.
Selanjutnya tanah tersebut dianalisis secara lengkap menyangkut sifat kimianya.
Sifat kimia tanah meliputi : pH (H2O dan HCl), Kadar C-organik (Walkley
&Black), N-total (Kjeldahl,), P (HCl 25% dan Bray 1), Kapasitas Tukar Kation,
Kejenuhan Basa, Al-dd, dan H-dd.
Akhir penelitian. Pengambilan sampel tanah diambil dari piringan kelapa
sawit TBM 1 yang berasal dari perlakuan yang optimum, pengambilan sampel
pada 0–20 cm, 20–40 cm, dan 40–60 cm. Sampel tanah diambil dengan cara
membuat lubang sedalam 60 cm menggunakan auger di setiap ulangan pada
ketiga percobaan. Pengamatan ini ditujukan untuk melihat pola pergerakan hara
N, P, dan K di dalam tanah.
Neraca hara (N, P, dan K). Penghitungan neraca hara dilakukan diakhir
penelitian (12 BSP) berdasarkan perlakuan optimum yang meliputi sumber hara
(kandungan hara tanah awal dan pupuk), recovery nutrient (kandungan hara tanah
akhir dan serapan hara tanaman), efisiensi pemupukan, dan persentase pupuk
tidak terukur.

Keterangan:

a = jumlah hara yang berasal dari pupuk (g)
b = jumlah hara yang diserap tanaman (g)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Analisis tanah awal dilakukan di piringan dan gawangan yang mewakili
masing-masing percobaan. Hasil analisis menunjukkan, tekstur tanah yang
diambil dari piringan terdiri dari 17.34% pasir, 28.67% debu dan 53.99% liat
sedangkan tekstur tanah di gawangan terdiri dari 18.63 % pasir, 22.75% debu dan

13

58.63% liat. Berdasarkan kriteria Pusat Penelitian Tanah (2008), tanah di piringan
termasuk masam dengan pH (H2O) 4.55, kandungan C-organik sedang (2.15),
kandungan unsur hara Ca dan Mg tergolong rendah sampai sedang dengan nilai
masing-masing 4.14 me 100 g-1dan 1.86 me 100 g-1. Unsur lainnya seperti unsur
N tergolong rendah (0.19), unsur P (Bray I) tersedia rendah (10.15 ppm) dan
unsur K sedang (0.38 me 100 g-1). Kapasitas tukar kation tergolong tinggi (34.38
me 100 g-1) dan kejenuhan basa tergolong sangat rendah (19.39 %). Hasil analisis
tanah di gawangan hampir sama dengan hasil analisis tanah di piringan. Hasil
analisis sampel tanah awal di piringan dan gawangan disajikan pada Lampiran 1.
Data iklim selama penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5 yang diperoleh
dari hasil pengukuran menggunakan ombrometer. Curah hujan bulanan di lokasi
percobaan (Februari 2013 – Maret 2014) berkisar antara 60-606 mm bulan-1,
tertinggi pada bulan Januari 2014 dan terendah pada bulan September 2013,
dengan rata-rata 302.58 mm bulan-1. Jumlah hari hujan berkisar antara 2-24 hari
dengan rata-rata 14.17 hari bulan-1, sedangkan suhu bulanan berkisar antara 25-34
0
C dengan rata-rata 26-32 0C. Kelembaban berkisar antara 66-80% dengan ratarata 74.83%.
Serangan hama dan penyakit tidak ditemukan selama penelitian
berlangsung. Gulma dominan yang ada di pertanaman kelapa sawit TBM 1 yaitu
alang-alang (Imperata cylindrica). Pertumbuhan gulma tidak terlalu
mempengaruhi perlakuan penelitian karena pengendalian dilakukan secara rutin
setiap 2 bulan atau disesuaikan dengan intensitas pertumbuhan gulma yang
tumbuh di dalam piringan. Pengendalian gulma dilakukan secara manual.
Gambaran keadaan umum tanaman kelapa sawit TBM 1 pada umur 3 BSP di
lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Tanaman kelapa sawit TBM 1 umur 3 BSP
Percobaan I
Optimasi Pupuk Nitrogen pada Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan
Umur Satu Tahun
Pemberian pupuk N sampai batas tertentu memberikan pengaruh nyata
terhadap peubah morfologi dan fisiologi tanaman, ditunjukkan dengan adanya

14

tanggap linier dan kuadratik. Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh N terhadap
peubah morfologi dan fisiologi pada tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh pupuk nitrogen terhadap
peubah morfologi dan fisiologi pada tanaman kelapa sawit
Waktu Pengamatan
(BSP)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Respon Perlakuan Pupuk Nitrogen
Morfologi
Fisiologi
TT LB
JP
PP
LD
PB
JK
KS
KN
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn