Perencanaan lanskap Candi Muara Takus sebagai objek wisata budaya dalam upaya pelestarian kawasan

PERENCANAAN LANSKAP CANDI MUARA TAKUS
SEBAGAI OBJEK WISATA BUDAYA
DALAM UPAYA PELESTARIAN KAWASAN

WIWIEK DWI SERLAN H

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

3

RINGKASAN
WIWIEK DWI SERLAN H., Perencanaan Lanskap Candi Muara Takus
sebagai Objek Wisata Budaya dalam Upaya Pelestarian Kawasan.
Dibimbing oleh SITI NURISJAH.
Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman sejarah dan budaya.
Warisan sejarah dan budaya tersebut mempengaruhi pola budaya yang ada dimasa
lalu dan dimasa kini. Warisan sejarah dan budaya merupakan sesuatu yang perlu

untuk dilestarikan serta dapat dikembangkan menjadi objek atau daya tarik wisata
yang bernilai tinggi. Salah satu warisan sejarah dan budaya yang terdapat di
Provinsi Riau adalah Candi Muara Takus yang berada di Desa Muara Takus,
Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar.
Candi Muara Takus merupakan candi peninggalan agama Budha yang
didirikan pada masa pemerintahan kerajaan Sriwijaya di Indonesia. Candi tersebut
telah dikenal dunia internasional dan banyak dikunjungi para wisatawan
mancanegara. Kawasan Candi Muara Takus berpotensi untuk dikembangkan
sebagai objek wisata yang memberi pengetahuan dan pengalaman sejarah dan
budaya sehingga meningkatkan apresiasi dan kecintaan terhadap warisan sejarah
dan budaya bangsa. Namun, saat ini pengembangan dan pembangunan kawasan
cenderung mengarah pada bentuk wisata rekreatif serta kurang memanfaatkan
sumberdaya budaya sekitar kawasan.
Keberadaan bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang ada
pada sungai Kampar Kanan di sekitar kawasan Candi Muara Takus juga
mengancam kelestarian kawasan tersebut. Bendungan PLTA sering menyebabkan
Sungai Kampar Kanan meluap sehingga berpotensi banjir khususnya pada musim
penghujan. Dengan kegiatan penelitian ini diharapkan nilai-nilai sejarah budaya
dan kualitas lanskap pada kawasan tersebut dapat terus terjaga dan lestari
keberadaannya sehingga Candi Muara Takus dapat menjadi unggulan tujuan

wisata di Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau yang berbasis
kepada sejarah dan kebudayaan lokal.
Penelitian ini dilakukan di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto,
Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Luas kawasan perencanaan adalah 94,5 Ha
dengan batasan fisik Sungai Kampar Kanan, hutan campuran, perkebunan
penduduk dan rawa. Tahap perencanaan meliputi kegiatan persiapan,
pengumpulan data dan informasi, analisis tapak, sintesis, penyusunan konsep, dan
perencanaan lanskap. Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data
sekunder terkait aspek kesejarahan kawasan, aspek religi kawasan, aspek
kepariwisataan dan aspek sosial budaya masyarakat. Metode pengumpulan data
dilakukan dengan cara survei lapang, studi pustaka dan wawancara.
Analisis dilakukan terhadap aspek kesejarahan kawasan, aspek religi,
aspek kepariwisataan dan aspek sosial budaya masyarakat. Kegiatan analisis yang
dilakukan berupa analisis deskriptif , tabular dan spasial. Analisis potensi lanskap
kawasan Candi Muara Takus dilakukan untuk mengetahui kondisi eksisting
kawasan dan peluang kawasan untuk dikembangkan sebagai objek wisata budaya.
Analisis aspek kesejarahan berperan dalam membentuk zonasi arkeologis yang
terdiri dari ruang yang diproteksi, direkonstruksi dan harus mendapat perbaikan.

4


Analisis aspek religi dilakukan untuk mengetahui ruang-ruang yang harus dijaga
tingkat kesakralannya dan analisis aspek wisata menghasilkan zona yang potensial
dan tidak potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata budaya. Aspek
sosial budaya dianalisis untuk mengetahui penerimaan penduduk dan keinginan
pengunjung dan peziarah Budhis dalam pengembangan kawasan. Zona dari aspekaspek tersebut diintegrasikan secara spasial dengan data aspek sosial budaya
sehingga dihasilkan zona pemanfaatan dan sirkulasi terpadu yang dapat
dikembangkan sebagai kawasan wisata budaya.
Perencanaan kawasan wisata budaya didasari oleh konsep menjaga
kelestariannya melalui pengembangannya sebagai kawasan wisata budaya.
Konsep tersebut bertujuan untuk melestarikan lanskap situs Candi Muara Takus,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitar candi, serta memberi kepuasan
bagi wisatawan domestik maupun wisatawan asing yang berkunjung ke Candi
Muara Takus. Konsep ruang dalam pelestarian situs membagi kawasan Candi
Muara Takus menjadi 2 ruang utama, yaitu ruang wisata budaya (9.32 Ha atau
9.86%) dan ruang pendukung wisata (85.18 Ha atau 90.14%). Ruang wisata
budaya terbagi menjadi wisata budaya khusus (0.97 Ha atau 1.02%) dan wisata
budaya umum (6.62 Ha atau 7.00%). Ruang pendukung wisata terbagi menjadi
ruang penerimaan (3.81 Ha atau 4.03%), ruang transisi (29.90 Ha atau 31.64%),
dan ruang pelayanan wisata (53.20 Ha atau 56.30%). Sementara konsep jalur

wisata budaya yang direncanakan akan menggunakan dasar peringkat keutamaan
dari tiap bangunan dalam ritual keagamaan Budha. Perjalanan wisata budaya akan
dimulai dengan mengunjungi kawasan yang peringkat keutamaannya paling
rendah kemudian meningkat sampai ke kawasan utama (daerah sakral).
Wisatawan akan mendapat klimaks diakhir perjalanan yaitu kemegahan kompleks
bangunan utama Candi Muara Takus. Hasil dari kegiatan perencanaan ini adalah
rencana lanskap kawasan wisata budaya yang mendukung upaya pelestarian
kawasan serta dapat meningkatkan kunjungan wisatanya.

5

PERENCANAAN LANSKAP CANDI MUARA TAKUS
SEBAGAI OBJEK WISATA BUDAYA
DALAM UPAYA PELESTARIAN KAWASAN

WIWIEK DWI SERLAN H

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

2

LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi “Perencanaan Lanskap Candi
Muara Takus sebagai Objek Wisata Budaya dalam Upaya Pelestarian Kawasan”
adalah karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2011


Penulis

6

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau
seruruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

7

Judul Skripsi

: Perencanaan Lanskap Candi Muara Takus sebagai Objek

Wisata Budaya dalam Upaya Pelestarian Kawasan.

Nama Mahasiswa

: Wiwiek Dwi Serlan H.

NRP

: A44062260

Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA.
NIP. 19480912 197412 2 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA.

NIP. 19480912 197412 2 001

Tanggal Lulus :

8

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampahan, Aceh Tengah, propinsi Nangroe Aceh
Darusalam, pada tanggal 1 April 1988. Penulis adalah anak kedua dari tiga
bersaudara dari pasangan Bapak M. Hutajulu dan Ibu Emma S.
Penulis menghabiskan masa kecilnya di Kota Takengon dan mulai
mengawali masa jenjang pendidikan formal pada tahun 1993 di Taman Kanakkanak Budi Dharma Katolik Takengon. Pada tahun 1999 penulis lulus dari
Sekolah Dasar Negeri No. 1 Takengon. Pendidikan dilanjutkan di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Takengon. Mengikuti orang tua yang dipindah
tugaskan, tahun 2000 penulis pindah ke Kota Bogor dan melanjutkan sekolahnya
di SLTP Negeri 15 Bogor.
Tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA di SMA
Negeri 3 Bogor dan berhasil menyelesaikan masa pendidikan SMA pada tahun
2006. Pada tahun yang sama penulis di terima di Institut Pertanian Bogor melalui

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada masa Tingkat Persiapan Bersama.
Pada Tahun 2007 penulis diterima di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakulatas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa penulis
merupakan anggota dari Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP)
serta pernah menjadi asisten di Mata Kuliah Komputer Grafik dan Mata Kuliah
Perencanaan Lanskap.

9

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat, berkat dan karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Perencanaan
Lanskap Candi Muara Takus sebagai Objek Wisata Budaya dalam Upaya
Pelestarian Kawasan” dapat diselesaikan dengan baik.
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Departemen
Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB. Selain itu penulis terdorong oleh
keinginan untuk memberikan kontribusi positif bagi Kabupaten Kampar untuk
melestarikan situs-situs religi yang ada seperti Candi Muara Takus serta

mengembangkannya melalui sektor kepariwisataan. Penulisan ini diharapkan
dapat memotivasi masyarakat Kabupaten Kampar pada umumnya dan khususnya
masyarakat setempat di Desa Muara Takus untuk dapat mengetahui karakter
kawasan Candi Muara Takus sehingga dapat menumbuhkan kepedulian dan
kebanggaan tersendiri bagi masyarakat untuk melestarikan lanskap sejarah dan
budaya yang ada.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih
kepada :
1. Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA sebagai pembimbing skripsi dan pembimbing
akademik yang telah memberikan dorongan, masukan dan nasehat kepada
penulis selama penulisan skripsi serta memberikan perhatian dan arahan
selama penulis menjadi mahasiswa di Departemen Arsitektur Lanskap.
2. Dr. Ir. Nurhayati HS Arifin, MSc dan Dr. Ir. Setia Hadi, MS selaku dosen
penguji atas kritik, saran dan masukannya.
3. Kedua orang tua, mama, papa dan adikku Putri Ghita Caroline atas segala
doa serta dukungan moril dan materil kepada penulis.
4. Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
5. Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) Institut
Pertanian Bogor.
6. Tim penyusun Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Wisata Terpadu Candi Muara Takus Kawasan Agropolitan Kecamatan

10

XIII Koto Kampar atas masukan dan bimbingannya kepada penulis selama
pelaksanaan proyek RPIJM.
7. Teman-teman yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada
penulis Vina Pratiwi, Purwanti Lukmanniah, Rosyidamayanti, Cici
Nurfatimah, Priambudi Trie Putra, Pratitou Arafat, Yudha Kartana Putra,
E. Junatan Muakhor dan Tati Supartini.
8. Teman-teman sebimbingan yaitu Dedi Ruspendi, Hanni Adriani, Wemby
Novitasari, Ray Agung dan Irvan Nugraha.
9. Teman-teman seperjuangan Arsitektur Lanskap 43 (tenk-tonk).
10. Teman-teman Arsitektur Lanskap lainya dari angkatan 41, 42, 44, dan 45.
11. Pihak-pihak yang membantu selama penelitian yang tidak bisa disebutkan
penulis satu-persatu.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar penulis dapat melakukan hal yang lebih baik lagi.
Semoga penelitian ini bermanfaat untuk kita semua.

Bogor, Maret 2011

Penulis

11

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................. i
DAFTAR TABEL ...................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... v
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
Latar belakang ......................................................................................... 1
Tujuan ..................................................................................................... 2
Manfaat ................................................................................................... 3
Keragka Pikir Penelitian ......................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 5
Lanskap Budaya ...................................................................................... 5
Pelestarian Lanskap Budaya ................................................................... 6
Metode Pelestarian Lanskap Budaya ...................................................... 6
Wisata Budaya ...................................................................................... 10
Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya ................................... 11
Candi Muara Takus ............................................................................... 12
KONDISI UMUM ..................................................................................... 14
Batas Geografis dan Administratif ....................................................... 14
Situs Candi Muara Takus ...................................................................... 14
METODOLOGI ........................................................................................ 17
Lokasi Penelitian ................................................................................... 17
Waktu Penelitian ................................................................................... 18
Batasan Studi......................................................................................... 18
Metode dan Tahapan Penelitian ............................................................ 18
Tahap Persiapan .............................................................................. 19
Tahap Pengumpulan data dan Informasi ......................................... 20
Tahap Analisis Data ........................................................................ 21
Tahap Sintesis ................................................................................. 24
Tahap Konsep.................................................................................. 24
Tahap Perencanaan Lanskap ........................................................... 24

12

DATA DAN ANALISIS ............................................................................ 25
Aspek Kesejarahan Kawasan ................................................................ 25
Penelusuran Bentuk dan Fungsi Arsitektural Situs ......................... 25
Penelusuran Kesejarahan dan Signifikansi Situs ............................ 37
Kondisi Peninggalan Situs Candi Muara Takus.............................. 39
Aspek Religi pada Situs Candi Muara Takus ....................................... 43
Filosofi Terkait Situs Candi Muara Takus ...................................... 43
Ritual Keagamaan dan Lokasi Pelaksanaannya .............................. 43
Aspek Kepariwisataan ........................................................................... 48
Potensi Lanskap Kawasan Candi Muara Takus .............................. 48
Topografi dan Kemiringan Tapak ............................................. 48
Tata Guna Lahan Kawasan ....................................................... 50
Hidrologi ................................................................................... 54
Potensi Visual Tapak................................................................. 55
Objek dan Atraksi Wisata ............................................................... 57
Aksesibilitas .................................................................................... 60
Infrastruktur Wisata ........................................................................ 64
Wisatawan ....................................................................................... 65
Peraturan Terkait Pengembangan Kawasan .................................... 67
Aspek Sosial Masyarakat ...................................................................... 67
Karakteristik Sosial Budaya Masyarakat ........................................ 67
Penerimaan Penduduk Lokal........................................................... 67
Keinginan Pengguna Tapak (Pemeluk Agama Budha) ................... 68
Sintesis .................................................................................................. 68
PERENCANAAN LANSKAP .................................................................. 71
Konsep Dasar Pengembangan Lanskap ................................................ 71
Tata Ruang Wisata Budaya ................................................................... 71
Konsep Ruang Wisata ..................................................................... 71
Rencana Tata Ruang ....................................................................... 72
Jalur Wisata Budaya .............................................................................. 76
Konsep Sirkulasi ............................................................................. 76
Rencana Jalur Wisata ...................................................................... 76

13

Rencana Aktivitas dan Fasilitas Kawasan Wisata Budaya ................... 78
Rencana Lanskap Kawasan Wisata Budaya ......................................... 78
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 85
Kesimpulan ........................................................................................... 85
Saran ...................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 87
LAMPIRAN ............................................................................................... 89

14

DAFTAR TABEL

Nomor

Teks

Halaman

1. Jenis Data Pelestarian ......................................................................... 10
2. Jenis, Bentuk, Sumber dan Cara Pengambilan Data .......................... 21
3. Penggolongan Fitur Arsitektur Candi Muara Takus .......................... 22
4. Evaluasi Makna Kekhususan Sejarah dari Suatu Lanskap ................ 22
5. Evaluasi Makna Keunikan dari Suatu Lanskap ................................. 23
6. Evaluasi Kondisi Arsitektur Candi Muara Takus .............................. 23
7. Identifikasi Fitur Arsitektur Candi Muara Takus ............................... 35
8. Evaluasi Makna Kekhususan Sejarah dari Suatu Lanskap ................ 38
9. Evaluasi Makna Keunikan Sejarah dari Suatu Lanskap .................... 39
10. Evaluasi Kondisi Arsitektur Sejarah Candi Muara Takus ................. 41
11. Distribusi Kelas Lereng dalam Kawasan Candi Muara Takus .......... 48
12. Penggunaan Lahan dalam Kawasan Candi Muara Takus .................. 50
13. Permasalahan dan Solusi terkait Tata Guna Lahan Kawasan ............ 52
14. Objek dan Atraksi yang Akan Dikembangkan .................................. 58
15. Jumlah Pengunjung Candi Muara Takus (Januari – Maret 2010)...... 66
16. Tanaman yang memiliki makna religi dan filosofi Agama Budha .... 74
17. Rencana Pengembangan Wisata Candi Muara Takus ........................ 78

15

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Teks

Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian .................................................................... 4
2. Kondisi Eksisting Kawasan Candi Muara Takus ............................... 15
3. Kompleks Bangunan Utama Candi Muara Takus .............................. 16
4. Peta Lokasi Penelitian ........................................................................ 17
5. Tahapan Penelitian ............................................................................. 19
6. Lokasi Peninggalan Arkeologi di Kawasan Candi Muara Takus ...... 26
7. Denah Bangunan Utama Candi Muara Takus .................................... 26
8. Pagar Keliling Kawasan Candi Muara Takus .................................... 27
9. Candi Utama di Kompleks Percandian Muara Takus ........................ 28
10. Candi Bungsu Memiliki Struktur Kepurbakalaan yang Unik ............ 29
11. Candi Mahligai Stupa dengan Kelengkapan Strukturnya .................. 30
12. Candi Palangka yang terdiri dari Bagian Kaki dan Tubuh Candi ...... 31
13. Bangunan Bersejarah yang Tidak Berbentuk Candi .......................... 32
14. Batas Tanggul Kuno yang Terbuat dari Tanah .................................. 34
15. Peta Kesakralan Kawasan .................................................................. 36
16. Peta Kondisi Candi Muara Takus Setelah Ada PLTA ....................... 40
17. Peta Kesejarahan Kawasan ................................................................ 42
18. Ritual Keagamaan di Candi Tua oleh Komunitas Budhis ................. 44
19. Ritual Air Berkah ............................................................................... 45
20. Peta Lokasi Ritual Keagamaan .......................................................... 46
21. Zonasi Religi Kawasan ...................................................................... 47
22. Peta Kemiringan Lahan Kawasan ...................................................... 49
23. Peta Tata Guna Lahan Kawasan ........................................................ 51
24. Penyimpangan Tata Guna Lahan Kawasan Candi Muara Takus ....... 53
25. Bentukan Hidrologis di Kawasan Candi Muara Takus ...................... 54
26. Peta Analisis Visual Kawasan Candi Muara Takus ........................... 56
27. Peta Objek dan Atraksi Wisata yang akan Dikembangkan ................ 59
28. Kondisi Jalan Menuju Candi Muara Takus ........................................ 60
29. Jalur Transpotrasi menuju Kawasan Candi Muara Takus.................. 61

16

30. Sirkulasi Jalan dalam Kompleks Candi Muara Takus ....................... 62
31. Peta Hasil Analisis Akses dan Sirkulasi dalam Kawasan .................. 63
32. Fasilitas Wisata Eksisting dalam Kompleks Candi Muara Takus ..... 64
33. Kegiatan Pengunjung di Kawasan Candi Muara Takus ..................... 66
34. Peta Komposit Wisata Kawasan Candi Muara Takus ....................... 70
35. Diagram Konsep Pembagian Ruang .................................................. 72
36. Rencana Tata Ruang Kawasan Wisata Budaya ................................. 75
37. Diagram Konsep Sirkulasi Kawasan .................................................. 76
38. Rencana Jalur Wisata Kawasan Candi Muara Takus ......................... 77
39. Blockplan Kawasan Wisata Budaya................................................... 79
40. Rencana Lanskap Kawasan Wisata Budaya Candi Muara Takus ...... 80
41. Perspektif Total Kawasan .................................................................. 81
42. Ilustrasi Gerbang Masuk Kawasan .................................................... 82
43. Ilustrasi Children Playground ............................................................ 82
44. Ilustrasi Aktivitas Bersampan ............................................................ 83
45. Ilustrasi Dermaga Wisata ................................................................... 83
46. Ilustrasi Camping Ground ................................................................ 84
47. Ilustrasi Site Furniture ....................................................................... 84

17

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Setiap kawasan memiliki identitas dan ciri khas yang berbeda dengan
kawasan lainnya. Identitas dan kekhasan yang ada akan meningkatkan serta
menguatkan nilai dari sebuah kawasan. Oleh karena itu, rencana pengembangan
kawasan yang baik harus dapat mengekspresikan waktu, teknologi dan cita-cita
serta mengadaptasi kesatuan organik yang berakar pada masa lalu dan berorientasi
terhadap masa depan (Simonds, 1983). Dalam pengembangan suatu kawasan
haruslah diperhatikan sejarah pengembangan wilayah tersebut dimasa lalu. Hal
lain yang juga penting adalah memperhatikan karakter lokal yang ada agar tercipta
suatu kesatuan ruang dengan karakter yang khas.
Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman sejarah dan budaya.
Warisan sejarah dan budaya tersebut mempengaruhi pola budaya yang ada dimasa
lalu dan masa kini. Warisan sejarah dan budaya merupakan sesuatu yang perlu
untuk dilestarikan serta dapat dikembangkan menjadi objek atau daya tarik wisata
yang bernilai tinggi. Warisan sejarah dan budaya secara fisik berupa bangunanbangunan peninggalan dengan karakter yang khas sesuai zamannya. Warisan
sejarah dan budaya yang terdapat di Provinsi Riau adalah kompleks Candi Muara
Takus yang berada di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten
Kampar.
Kompleks Candi Muara Takus adalah candi peninggalan agama Budha
yang didirikan pada masa pemerintahan kerajaan Sriwijaya di Indonesia. Pada
masa itu kompleks candi berfungsi sebagai bangunan suci untuk sarana pemujaan
dan ritual keagamaan dalam agama Budha. Kompleks Candi Muara Takus telah
dikenal dunia internasional dan banyak dikunjungi para wisatawan mancanegara,
khususnya para peziarah Budhis. Ketertarikan para wisatawan tersebut disebabkan
karena nilai artistik yang tinggi pada bangunan kompleks candi, kemiripan
struktur dan tata ruang bangunan dengan Candi Asoka di India, serta karena
kompleks candi tersebut merupakan salah satu tempat penting dalam
penyampurnaan ritual para biksu komunitas Budhis.

18

Kompleks Candi Muara Takus berpotensi untuk dikembangkan sebagai
objek wisata yang memberi pengetahuan dan pengalaman sejarah dan budaya
sehingga dapat meningkatkan apresiasi dan kecintaan pengunjung terhadap
warisan sejarah dan budaya bangsa. Kawasan ini pada awalnya dikembangkan
sebagai suatu kawasan wisata yang bersifat arkeologis. Namun, saat ini
pengembangan dan pembangunan kawasan cenderung mengarah pada tempat
tujuan wisata rekreatif serta kurang memanfaatkan sumberdaya budaya sekitar
kawasan. Selain itu, keberadaan bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Air
(PLTA) yang ada pada sungai Kampar Kanan di sekitar kawasan Candi Muara
Takus juga mengancam keberadaan dan kelestarian kawasan tersebut. Dimana,
bendungan PLTA sering menyebabkan Sungai Kampar Kanan meluap sehingga
berpotensi banjir khususnya pada musim penghujan. Tanpa adanya rencana
penataan yang baik serta pemanfaatan sumberdaya sejarah dan budaya pada
kawasan maka kualitas dan nilai dari lanskap budaya dan sejarah tersebut akan
menurun. Dampak negatif yang muncul adalah degradasi fisik kawasan serta
hilangnya salah satu akar budaya Indonesia yang sangat penting.
Dengan kegiatan penelitian ini diharapkan nilai-nilai sejarah dan kualitas
lanskap pada kawasan tersebut dapat terus terjaga dan lestari keberadaannya
sehingga Candi Muara Takus dapat menjadi unggulan tujuan wisata di Kecamatan
XIII Koto, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau yang berbasis pada sejarah dan
kebudayaan lokal.

Tujuan
Tujuan umum dari penelitian adalah menata lanskap kawasan Candi Muara
Takus di Kabupaten Kampar sebagai kawasan wisata budaya guna mendukung
upaya pelestarian dan peningkatan kunjungan wisatanya. Tujuan khusus penelitian
adalah untuk:
1. Mengidentifikasi karakter serta kondisi lanskap pada kompleks Candi
Muara Takus.
2. Menganalisis faktor yang mempengaruhi upaya pelestarian lanskap budaya
di Kabupaten Kampar.

19

3. Merencanakan wisata interpretatif pada lanskap kawasan candi Muara
Takus berbasis pada karakter lanskap budaya.

Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bahan masukan bagi pemerintah daerah Kecamatan XIII Koto, Kabupaten
Kampar dalam usaha pelestarian dan pengembangan situs sejarah di
Kabupaten Kampar.
2. Meningkatkan Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) Kecamatan XIII
Koto, Kabupaten Kampar.
3. Merencanakan Candi Muara Takus sebagai salah satu destinasi wisata
budaya yang utama di Indonesia.

Kerangka Pikir Penelitian
Kawasan Candi Muara Takus merupakan satu-satunya peninggalan budaya
yang berbentuk bangunan candi di Provinsi Riau. Candi ini merupakan situs
peninggalan agama Budha yang berlokasi di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII
Koto, Kabupaten Kampar dan terkait erat dengan masa kejayaan Kerajaan
Sriwijaya. Oleh karena itu, keberadaan Candi Muara Takus perlu dilestarikan
melalui pengembangannya sebagai kawasan wisata.
Kegiatan pelestarian kompleks Candi Muara Takus didasarkan pada
beberapa aspek yaitu aspek kesejarahan kawasan (Arkeologis), aspek religi, aspek
kepariwisataan dan aspek sosial masyarakat. Dengan menganalisis aspek-aspek
tersebut akan didapatkan zona pemanfaatan wisata dalam kawasan Candi Muara
Takus. Zona pemanfaatan tersebut selanjutnya akan dikembangkan dalam bentuk
rencana lanskap kawasan wisata berbasis budaya lokal.

20

Kompleks Candi Muara Takus
di Desa Muara Takus, Kabupaten XIII Koto Kampar.

Lanskap/Situs Sejarah dan Budaya

Perlu dilestarikan dan dikembangkan

Kepentingan
Pelestarian Lanskap

Aspek
Kesejarahan
Kawasan
(Arkeologis)

Aspek
Religi
Kawasan

Kepentingan
Pengembangan Wisata

Aspek
Kepariwisataan

Aspek
Sosial
Masyarakat

Zona Pemanfaatan Wisata
Candi Muara Takus

Perencanaan Lanskap Candi Muara Takus sebagai Objek
Wisata Budaya dalam Upaya Pelestarian Kawasan

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

21

TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap Budaya
Simonds (1983) mendefinisikan lanskap sebagai suatu bentang alam
dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia,
dimana karakter tersebut menyatu secara harmoni dan alami untuk memperkuat
karakter lanskapnya. Karakteristik tersebut dapat digolongkan sebagai keindahan
bila memiliki kesatuan harmoni dalam hubungan antar komponen lanskapnya.
Menurut Eckbo (1964) lanskap adalah ruang disekeliling manusia yang mencakup
segala sesuatu yang dapat dilihat dan dirasakan serta merupakan pengalaman terus
menerus disepanjang waktu dan seluruh ruang kehidupan manusia.
Elemen lanskap dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu elemen lanskap
makro, mikro dan buatan manusia (man made). Elemen lanskap makro meliputi
iklim dan kualitas tapak. Elemen mikro meliputi topografi, jenis dan karakter
tanah, vegetasi, satwa dan hidrologi. Sementara, elemen lanskap binaan (man
made) meliputi jaringan transportasi, tata guna lahan, pola permukiman dan
struktur bangunan (Gold, 1980).
Nurisyah dan Pramukanto (2001) menyatakan lanskap budaya (cultural
landscape) merupakan model atau bentuk dari lanskap binaan, yang dibentuk oleh
suatu nilai budaya yang dimiliki suatu kelompok masyarakat yang dikaitkan
dengan sumberdaya alam dan lingkungan yang ada pada tempat tersebut. Lanskap
tipe ini merupakan hasil interaksi manusia dan lingkungan yang ada disekitarnya.
Lanskap budaya merefleksikan adaptasi manusia serta perasaan dan ekspresinya
dalam menggunakan dan mengelola sumberdaya alam dan lingkungan yang
terkait erat dengan kehidupannnya. Bentuk dari refleksi adaptasi tersebut terlihat
dalam pola permukiman dan perkampungan, pola penggunaan lahan, sistem
sirkulasi, arsitektur bangunan dan struktur lainnya.
Menurut Tisler dalam Nurisyah dan Pramukanto (2001), lanskap budaya
adalah suatu kawasan geografis yang menampilkan ekspresi lanskap alami oleh
suatu pola kebudayaan tertentu. Lanskap ini memiliki hubungan yang erat dengan
aktivitas manusia, performa budaya dan nilai serta tingkat estetika. Kebudayaan
adalah agen atau perantara dalam proses pembentukan suatu lanskap dan kawasan

22

alami/asli merupakan medium atau wadah pembentuknya. Lanskap budaya
merupakan hasil atau produk yang dapat dilihat dan dinikmati keberadaannya baik
secara fisik maupun psikis.

Pelestarian Lanskap Budaya
Menurut Nurisyah dan Pramukanto (2001), pelestarian lanskap budaya
dapat didefinisikan sebagai usaha manusia untuk memproteksi atau melindungi
peninggalan sisa-sisa budaya dan sejarah yang terdahulu yang bernilai, dari
berbagai perubahan yang negatif atau yang merusak keberadaannya atau nilai
yang dimilikinya. Pelestarian suatu benda atau kawasan yang bernilai budaya dan
sejarah pada hakekatnya bukan untuk melestarikannya tapi untuk menjadi alat
dalam mengolah transformasi dan revitalisasi dari kawasan tersebut.
Kepentingan dari pelestarian lanskap yang terkait dengan aspek budaya
dan sejarah secara lebih spesifik adalah untuk:
1. Mempertahankan warisan budaya atau sejarah yang memiliki karakter
spesifik suatu kawasan.
2. Menjamin terwujudnya ragam dan kontras yang menarik dari suatu areal
atau kawasan.
3. Kebutuhan psikis manusia untuk melihat dan merasakan eksistensi dalam
alur kesinambungan masa lampau - masa kini - dan masa depan yang
tercermin dalam objek atau karya lanskap yang selanjutnya dikaitkan
dengan harga diri, percaya diri dan sebagai identitas dari suatu bangsa atau
kelompok masyarakat tertentu.
4. Motivasi Ekonomi. Peninggalan budaya dan sejarah dapat mendukung
perekonomian kota/ daerah bila dikembangkan sebagai kawasan tujuan
wisata (cultural and historical type of tourism).
5. Menciptakan simbolisme sebagai manifestasi fisik dari identitas suatu
kelompok masyarakat tertentu.

Metode Pelestarian Lanskap Budaya
Tindakan pelestarian lanskap sejarah dan budaya dapat dilakukan dengan
beragam bentuk dan kombinasi pendekatan. Pendekatan-pendekatan tersebut

23

dilakukan terhadap nilai, makna atau arti kesejarahan yang dimiliki suatu tatanan
lanskap serta terhadap bentang alam tersebut secara fisik. Pendekatan umumnya
mempertimbangkan aspek-aspek yang berperan dalam proses dinamika lanskap,
meliputi aspek kesejarahan, aspek arkeologis, aspek etnografis, serta nilai-nilai
desain yang dimilikinya.
Ditegaskan oleh Haris dan Dines (1988) bahwa tindakan pelestarian
lanskap sejarah tidak hanya untuk memenuhi persyaratan keindahan, tetapi juga
persyaratan kultural dan teknologikal yang terdapat atau tersedia dikawasan yang
dilestarikan. Kegiatan pelestarian menitik beratkan pada berbagai upaya guna
menciptakan pemanfaatan yang lebih kreatif, menghasilkan berbagai produk
warisan yang baru, melaksanakan berbagai program partisipasi, melaksanakan
analisis ekonomi serta berbagai kegiatan ekonomi dan budaya di kawasan
pelestarian tersebut. Dalam kondisi ini, masyarakat yang menghuni kawasan
bersejarah merupakan komponen utama untuk dipertimbangkan dalam setiap
kegiatan perencanaan dan pengelolaan (Nurisyah dan Pramukanto, 2001).
Menurut Nurisyah dan Pramukanto, (2001) dalam upaya pengelolaan
untuk pelestarian lanskap terdapat beberapa metode/tindakan teknis yang umum
dilakukan, diantaranya yaitu:
1. Adaptive use (Penggunaan Adaptif)
Mempertahankan dan memperkuat lanskap dengan mengakomodasi
berbagai penggunaan, kebutuhan dan kondisi masa kini. Untuk kegiatan
model ini perlu pengkajian yang cermat dan teliti terhadap sejarah,
penggunaan. Pengelolaan dan faktor lain yang berperan dalam
pembentukan lanskap tersebut. Pendekatan ini memperkuat arti sejarah
dan mempertahankan warisan sejarah yang masih ada pada lanskap itu dan
mengintegrasikannya dengan kepentingan, penggunaan, dan kondisi
sekarang yang relevan.
2. Rekonstruksi
Pembangunan ulang suatu bentuk lanskap baik secara keseluruhan atau
sebagian dari tapak asli, dilakukan pada kondisi:


Tapak yang tidak dapat bertahan lama pada kondisi yang asli atau
mulai hancur karena faktor alam.

24



Untuk menampilkan suatu babak sejarah tertentu.



Lanskap yang hancur sama sekali, tidak terlihat kondisi aslinya.



Karena alasan-alasan kesejarahan yang harus ditampilkan seperti arti,
simbolis dan wisata.

3. Rehabilitasi
Tindakan yang memperbaiki utilitas, fungsi atau penampilan suatu
lanskap sejarah. Dalam kasus ini, maka keutuhan lanskap dan struktur/
susunannya secara fisik dan visual serta nilai-nilai yang terkandung harus
dipertahankan. Tindakan/metode jenis ini digunakan dengan pertimbangan
terhadap faktor kenyamanan lingkungan, sumberdaya alam, dan segi
administratif.

4. Restorasi
Suatu model pendekatan tindakan pelestarian yang paling konservatif
yaitu pengembalikan penampilan lanskap pada kondisi aslinya dengan
upaya mengembalikan penampilan sejarah dari lanskap ini sehingga
apresiasi karya lanskap tetap ada. Hal ini dilakukan melalui penggantian
atau pengadaan elemen-elemen yang hilang atau yang tidak ada, atau
menghilangkan elemen-elemen tambahan yang menggangu. Hal ini dapat
dilakukan secara keseluruhan (murni) atau hanya pada bagian-bagian
tertentu.

5. Stabilisasi
Suatu tindakan atau strategi dalam melestarikan karya atau objek
lanskap yang ada melalui upaya memperkecil pengaruh negatif (gangguan
iklim, deterioration, dan suksesi alami) terhadap tapak.

6. Konservasi
Tindakan yang pasif dalam upaya pelestarian untuk melindungi suatu
lanskap sejarah dari kehilangan atau pelanggaran atau pengaruh yang tidak
tepat. Tindakan bertujuan hanya untuk melestarikan apa yang ada saat ini,

25

mengendalikan tapak sedemikian rupa untuk mencegah penggunaan lahan
yang tidak sesuai dengan kemampuan dan daya dukung serta mengarahkan
perkembangan dimasa depan. Dasar tindakan yang dilakukan umumnya
adalah hanya untuk tindakan pemeliharaan.

7. Interpretasi
Merupakan usaha pelestarian yang mendasar untuk mempertahankan
lanskap asli/alami secara terpadu dengan usaha-usaha yang juga dapat
menampung kebutuhan dan kepentingan baru serta berbagai kondisi yang
akan dihadapi masa ini dan yang akan datang. Interpretasi mancakup
pengkajian terhadap tujuan desain dan juga lanskap sebelumnya. Desain
yang baru haruslah mampu untuk memperkuat intergritas nilai historis
lanskap ini dan pada saat yang bersamaan juga mengintegrasikannya
dengan program-program kegiatan tapak yang baru diintroduksikan.

8. Period setting, Replikasi, Imitasi
Penciptaan suatu tipe lanskap pada tapak tertentu yang non-original
site. Usaha ini membutuhkan adanya data dan dokumentasi yang
dikumpulkan dari tapak dan lain-lain yang sama serta berbagai pengkajian
akan sejarah tapaknya sehingga pembangunan lanskap tersebut akan sesuai
dengan suatu periode yang telah ditentukan sebelumnya.

9. Release
Merupakan strategi pengelolaan yang memperbolehkan adaya suksesi
alam yang asli sejauh tidak merusak keutuhan atau merusak nilai
historikalnya. Tetapi metode ini memiliki kekurangan yaitu dapat
memberikan andil terhadap kemungkinan hilang atau terhapusnya arti dan
nilai sejarah dari lanskap dalam sistem budaya.

10. Replacement (Penggantian)
Subtitusi atas suatu komuniti biotik dengan lainnya. Contohnya adalah
penggunaan jenis penutup tanah untuk menampilkan bentukan lahan.

26

Dalam melakukan kegiatan pelestarian lanskap budaya dibutuhkan data
dan alat yang tepat untuk merencanakannya. Menurut Harris dan Dines (1988)
data dan alat tersebut dikelompokkan seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis Data Pelestarian
Tipe data

Informasi

Areal Studi
yang terlihat

Untuk prediksi
apa yang dapat
dilihat dari titik
pandang
tertentu dalam
tapak

Peta Tata
Guna Lahan

Untuk
pengembangan
tata guna lahan
tapak pada
masa lalu dan
saat ini

Vegetasi

Architectural
features (non
bangunan
utama)
Sumber : Harris dan Dines, 1988

Pertimbangan kondisi
untuk digunakan
 Ruang terbuka
potensial
 Keragaman
topografi
 Fasilitas yang
mengakomodasi
kegiatan wisata

 Areal yang terjadi
perubahan tata
guna lahan

 Tapak dengan
vegetasi penciri
yang penting
 Pola vegetasi
kaitannya dengan
penggunaan lahan
 Tapak dengan
bentukan arsitektur
merupakan penciri
yang penting

Aplikasi
 Untuk memproteksi
lingkungan visual pada
historical fabric
 Identifikasi area yang dapat
dikembangkan tanpa
mengganggu visual
 Identifikasi zona penyangga
dan areal viewing
 Identifikasi pembatas zonasi
 Pemahaman lingkungan
sejarah
 Identifikasi TGL saat ini
serta kesesuaiannya dengan
lingkungan sejarah
 Identifikasi kesesuaian lahan
dengan zonasi
 Identifikasi kecenderungan
penggunaan lahan disekitar
tapak
 Identifikasi vegetasi secara
ekologis dan historis
memiliki nilai penting
 Identifikasi vegetasi yang
perlu dilindungi/ diganti
 Untuk menunjukkan
keterkaitan lanskap secara
arsitektural

Wisata Budaya
Menurut Nurisjah (2008), wisata merupakan rangkaian kegiatan yang
terkait dengan pergerakan manusia yang melakukan perjalanan dan persinggahan
sementara dari tempat tinggalnya ke satu atau beberapa tempat tujuan diluar dari
lingkungan tempat tinggalnya, yang didorong oleh berbagai keperluan dan tanpa

27

bermaksud untuk mencari nafkah tetap. Pendit (2002) mengemukakan wisata
budaya adalah wisata yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas
pandangan hidup seseorang dengan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke
suatu tempat, mempelajari keadaan masyarakat, kebiasaan dan adat istiadat, cara
hidup, budaya serta seni yang ada dalam kehidupan masyarakat. Perjalanan
tersebut disatukan dengan kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan budaya
seperti eksplorasi seni atau kegiatan yang bermotif kesejarahan dan sebaginya.
Merencanakan kawasan wisata adalah menata dan mengembangkan area
dan jalur pergerakan pendukung kegiatan wisatasehingga kerusakan lingkungan
dampak dari pembangunan kawasan dapat diminimumkan. Pada saat yang
bersamaan kepuasaan wisatawan dapat terwujud. Gunn (1994) menyatakan bahwa
faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kawasan wisata
adalah ketersediaan obyek dan atraksi wisata, pelayanan wisata, dan transportasi
pendukung. Obyek dan atraksi wisata merupakan andalan utama untuk
mengembangkan kawasan wisata.

Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya
Perencanaan merupakan suatu alat yang sistematis dan dapat digunakan
pada suatu keadaan awal dan merupakan cara terbaik untuk mencapai suatu
keadaan tersebut (Gold, 1980). Proses perencanaan biasanya bersifat holistik dan
dinyatakan sebagai suatu proses yang dinamis, saling terkait dan saling
mendukung satu dengan lainnya. Suatu proses perencanaan yang baik merupakan
suatu alat yang terstruktur dan sistematis yang digunakan untuk menentukan
keadaan awal dari suatu bentuk fisik dan fungsi lahan/tapak/bentang alam,
keadaan yang diinginkan setelah dilakukan rencana perubahan, serta cara dan
pendekatan yang sesuai dan terbaik untuk mencapai keadaan yang diinginkan
tersebut (Nurisjah,2008)
Perencanaan adalah kegiatan mengumpulkan dan menginterpretasikan
data, memproyeksikannya ke masa depan, mengidentifikasi masalah, dan
memberi pendekatan yang beralasan untuk memecahkan masalah-masalah
tersebut (Knudson, 1980). Sementara itu, Simonds (1983) menyatakan bahwa
proses perencanaan terdiri dari beberapa tahapan yaitu tahap commission

28

(pemberian tugas), research (inventarisasi), analysis, synthesis, construction
(pelaksanaan), dan operation (pemeliharaan).
Perencanaan lanskap kawasan wisata adalah suatu proses untuk
memperoleh tapak yang cukup serta mengembangkan tapak tersebut sehingga
dapat memberi pengalamam yang tidak terlupakan bagi pengguna tapak. Ada dua
hal penting yang perlu diperhatikan dalam perencanaan lanskap kawasan wisata,
yaitu kebutuhan pengguna terhadap tapak dan konstruksi tapak yang diperuntukan
bagi pengguna tapak (Blom dan Rohlfs, 1966).
Menurut Gunn (1994) perencanaan wisata yang baik dapat membuat
kehidupan masyarakat lebih baik, meningkatkan ekonomi, melindungi dan peka
terhadap lingkungan, dan dapat diintegrasikan antara komunitas dengan dampak
negatif lingkungan yang minimal. Hal ini dapat tercapai dengan perencanaan yang
baik yang mengintegrasikan semua aspek dalam pengembangan wisata.

Candi Muara Takus
Candi adalah sebuah bangunan tempat ibadah dari peninggalan masa
lampau yang berasal dari agama Hindu-Buddha. Candi digunakan sebagai tempat
pemujaan dewa-dewa. Namun demikian, istilah 'candi' tidak hanya digunakan
oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah saja, banyak situs-situs purbakala
dari masa Hindu-Buddha atau masa Klasik Indonesia yang berupa istana,
pemandian/petirtaan, dan gapura juga disebut dengan istilah candi. Suatu candi di
masa lampau biasanya berfungsi dan digunakan masyarakat dari latar belakang
agamanya, yaitu Hindu-Saiwa, Budha Mahayana, Siwa Buddha dan Rsi.
Candi merupakan bangunan suci yang dikembangkan sebagai sarana
pemujaan bagi dewa-dewi agama Hindu maupun agama Buddha yang berasal dari
India sehingga konsep yang digunakan dalam pendirian sebuah bangunan suci
sama dengan konsep yang berkembang dan digunakan di India, yaitu konsep
tentang air suci. Bangunan suci harus berada di dekat air yang dianggap suci. Air
itu nantinya digunakan sebagai sarana dalam upacara ritual. Peran air tidak hanya
digunakan untuk upacara ritual saja, namun secara teknis juga diperlukan dalam
pembangunan maupun pemeliharaan dan kelangsungan hidup bangunan itu

29

sendiri. Didirikannya bangunan suci di suatu tempat memang tempat tersebut
potensi untuk dianggap suci, dan bukan bangunannya yang potensi dianggap suci.
Candi muara takus berasal dari dua kata “ muara “ dan “ takus “ . “muara”
yaitu suatu tempat dimana anak sungai mengakhiri alirannya ke laut atau ke
sungai yang lebih besar. “Takus” berasal dari bahasa China yaitu ta, ku dan se. Ta
berarti besar, ku berarti tua sedangkan se berarti candi. Gabungan arti keseluruhan
dari kata Muara Takus adalah : candi tua ( the old temple ) besar atau megah yang
terletak di muara sungai (Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar, 2010).

30

KONDISI UMUM

Batas Geografis dan Administratif
Wilayah perencanaan situs Candi Muara Takus terletak di Desa Muara
Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak
kompleks candi tersebut dengan Kota Pekanbaru adalah ± 128 Km atau sekitar 1,5
Km dari pusat desa Muara Takus. Secara astronomi Candi Muara Takus terletak
pada garis khatulistiwa koordinat 0°21 LU dan 100°39 BT.
Luas situs Candi Muara Takus dalam batas pagar batu keliling adalah 5476
m². Namun, berdasarkan beberapa penelitian diketahui bahwa terdapat batas
terluar lain berupa tanggul kuno dengan ketinggian ± 87 mdpl. Penetapan batasan
terluar tersebut berdasarkan pada penemuan bangunan pendukung di luar pagar
tembok keliling. Dalam rencana pelestarian Candi Muara Takus, batas terluar
yang digunakan adalah batas Tanggul Kuno (Arden Wall). Gambar 2 adalah
gambaran dari kondisi eksisting kawasan Candi Muara Takus dalam batas
Tanggul Kuno. Berdasarkan batas tersebut luas total kawasan adalah ± 94,5 Ha
dengan batasan fisik kawasan yaitu :
Sebelah Utara

: Danau PLTA Koto Kampar

Sebelah Timur

: Hutan rawa

Sebelah Barat

: Sungai Kampar Kanan

Sebelah Selatan

: Pusat Desa Muara Takus

Situs Candi Muara Takus
Berdasarkan penelusuran sejarah kawasan Candi Muara Takus dibangun
pada masa pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. Penelitian arkeologi pada awal
1980-an menyatakan bahwa kawasan ini diyakini merupakan sebuah kota yang
cukup besar dan menjadi pusat penyebaran agama Budha pada masa tersebut.
Penelitian J.W. Yzerman menyatakan dalam kompleks candi terdapat beberapa
bangunan utama, yaitu candi Tua, candi Bungsu, candi Mahligai Stupa, candi
Palangka, bangunan I dan bangunan II (Gambar 3).

31

32

Gambar 3. Kompleks Bangunan Utama Candi Muara Takus

Struktur dan lingkungan situs Candi Muara Takus dalam pagar batu
pembatas saat ini cukup terawat dengan baik. Hal ini disebabkan oleh kegiatan
pemugaran dan pemeliharaan yang dilakukan pihak pengelola. Jalan utama dalam
kawasan situs telah diperkeras dengan aspal sehingga cukup mudah diakses oleh
para pengunjung. Salah satu hal yang menarik dari kawasan ini adalah cerita dan
nilai historikal yang terkandung dalam tiap-tiap bangunan candi. Hal tersebut
manjadi pendukung utama dari keindahan alam dan nilai arsitektural bangunan
candi untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata budaya.

33

METODOLOGI

Lokasi Penelitian
Penelitian mengenai Rencana Penataan Lanskap Kompleks Candi Muara
Takus sebagai Kawasan Wisata Sejarah dilakukan di Desa Muara Takus,
Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau (Gambar 4). Luas total
kawasan adalah 94,5 Ha dengan batasan fisik Sungai Kampar Kanan, hutan
campuran, perkebunan penduduk dan rawa.

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

34

Waktu Penelitian
Penelitian mengenai Perencanaan Lanskap Candi Muara Takus sebagai
Objek Wisata Budaya dalam Upaya Pelestarian Kawasan dilakukan selama 10
bulan mulai (April 2010 – Januari 2011), melalui 5 (lima) tahapan kegiatan yaitu
persiapan, studi literatur, survei lapangan, pengolahan data dan proses
perencanaan lanskap.

Batasan Studi
Penelitian dilakukan sampai batas tahap perencanan untuk mendukung
pelestarian kawasan. Penelitian mencakup perencanaan tata ruang (zonasi), sistem
sirkulasi, jalur interpretasi wisata, fasilitas pendukung wisata, serta program
wisata sejarah yang terkait objek dan atraksi. Keseluruhannya akan diintegrasikan
dalam rencana lanskap wisata budaya. Produk dari penelitian ini adalah gambar
arsitektur lanskap dalam bentuk Rencana Lanskap dan gambar-gambar penunjang
lainnya serta program pendukung pengembangan wisata.

Metode dan Tahapan Penelitian
Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui dua cara yaitu studi
pustaka dan studi lapang. Studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan berbagai
informasi yang terkait dengan tapak/situs arkeologis dan kesejarahannya. Melalui
studi pustaka ditentukan kriteria yang akan digunakan untuk menentukan batas
kawasan dan kepentingan atau makna dari situs, daerah tujuan wisata, konsep
pengembangan, arahan dan strategi pengembangannya.
Studi lapangan merupakan tahap kegiatan yang sangat penting, yaitu
pengumpulan dan pemahaman data primer yang meliputi ber-bagai bidang terkait,
pengambilan gambar/foto, serta melakukan wawancara. Dari berbagai data yang
telah dikumpulkan, selanjutnya dilakukan analisis sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan studi.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah penelusuran sejarah
terkait kompleks Candi Muara Takus secara deskriptif kuantitatif, spasial maupun
tabular terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi rencana pelestarian dan
pengembangan kawasan sebagai wisata budaya.

Pendekatan yang digunakan

35

dalam perencanaan lanskap kawasan candi adalah pendekatan ketersediaan
sumberdaya objek dan atraksi wisata budaya yang dikemukan oleh Gunn (1994).
Tahap perencanaan meliputi beberapa kegiatan diantaranya persiapan,
pengumpulan data dan informasi secara primer maupun sekunder, analisis tapak,
sintesis, penyusunan konsep, dan perencanaan lanskap.