Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
57-4
Jumlah penambang mengikuti naik atau turunnya harga emas di pasaran, kadang-kadang
jumlah mereka bertambah dengan adanya masyarakat luar daerah datang untuk melakukan
penambangan di sana. Perlu disyukuri bahwa walaupun mereka bercampur bermacam suku
yang mengusahakan usaha tambang di daerah ini, belum pernah terjadi keributan, bentrokan
dan pertengkaran antara mereka, mereka sangat menyadari bahwa usaha mereka membutuhkan
kerjasama yang baik dan akan menghasilkan hasil yang baik pula untuk keluarga mereka.
Hanya saja sering terjadi kecelakaan di lubang tambang atau hanyut karena banjir.
Menurut catatan dari pengawas hutan Taman Nasional Kerinci Seblat TNKS telah
terjadi kecelakaan antara lain; Tahun 1998 terjadi kecelakaan meninggal sebanyak 5 orang
karena hanyut dan tahun 2001 juga terjadi kecelakaan meninggal sebanyak 11 orang karena
hanyut. Hal ini terjadi umumnya karena mereka membuat pondok dan tempat glundung di atas
batuan yang ada pada batang sungai dan pada pinggiran sungai Ketenong.
Mineralisasi emas yang terdapat di daerah ini merupakan sistem uratvein bersama kuarsa,
maka penambangan dilakukan dengan menggali serta membuat lubangterowongan menyusur
sepanjang urat. Pengolahan dengan cara menumbuk dan glundung dengan sistem
amalgamasi serta air raksa Hg dipakai sebagai penangkap emas sehingga menghasilkan bulion.
Hasilnya dijual kepada penampung yang datang dari kota yang umumnya sudah memiliki
jaringan saling menguntungkan.
Pembeli atau touke menyediakan bahan makanan, minuman serta kebutuhan harian dan
air raksa di lokasi penambangan, kadang–kadang mereka berhutang terlebih dahulu. Kemudian
nanti setelah hasil dan mendapatkan emas, baru hutang tersebut dipotongkan. Malah mereka
seperti telah diijonkan oleh para touke tersebut. Itulah keadaan mereka sehingga mereka telah
terjerat dan tidak lagi memiliki kesempatan untuk usaha lain, merubah nasib atau keluar dari
lingkungan keterikatan tersebut
Pemerintah terkait perlu menangani para penambang ilegal ini, serta masyarakat sekitar
daerah tambang untuk diberikan pengetahuan mengenai ; peraturan yang harus mereka patuhi,
kewajiban serta bimbingan dan pengarahan agar mereka bisa berusaha dengan baik, tanpa ada
keterikatan dengan para pengijon tersebut yang membuat mereka menjadi tidak menentu masa
depannya.
4. PEMBAHASAN
Mineralisasi emas, perak, pirit dan sedikit tembaga ditemukan terutama pada Formasi Hulu
Simpang yang ditafsirkan ada hubungan dengan batuan pluton diorit kuarsa tak tersingkap
berumur Miosen yang menerobosnya S.Gafoer, R Pardede, 1992. Untuk sumber daya dan
cadangan logam emas di daerah ini belum ada data yang akurat mengingat daerah ini sejak
lama zaman penjajahan Belanda telah diusahakan termasuk oleh rakyat hingga
sekarang.
Di daerah Kecamatan Lebong Utara ini terdapat 3 tiga daerah tempat penambangan
emas yang diusahakan oleh rakyat yaitu;
A. Daerah Lebong Tambang bagian barat
kota Muara Aman, pada daerah ini ada 7 tujuh buah lubang penggalian dengan
dedalaman maksimum sampai 50 meter. Tetapi, sekarang ini hanya ada 3 tiga buah
lubang masih aktif, yaitu;
a. Lubang Lapan sisa buangan kegiatan penambangan Belanda;
b. Lubang Kacamata; dan c. Lubang Dalam di daerah Saringan
Mineralisasi di daerah ini tampak berupa urat-urat kwarsa dengan tebal
beberapa mm sampai lebih 4 meter, menunjukan arah barat laut – tenggara
dengan kemiringan 85 °
, sedangkan di sekitarnya dapat diamati pola penyebaran
urat kwarsa yang tidak beraturan disebut “network stockwork” yang membawa
emas dan perak. Tetapi, pada fragmen breksi kadang-kadang terdapat dalam
kwarsa, atau juga kwarsa sendiri mengisi celah-celah antar fragmen breksi Herman,
Z.D dan Rusman,.1984.
Menurut pengukuran, panjang urat dimulai dari hulu sungai Racun hingga
daerah Kamar Bola daerah sawah di lubang bekas buangan Belanda berjarak
kurang lebih 380 meter, dilakukan
penyontohan urat mengandung logam emas dan perak termineralisasi pada 3 tiga
titik lokasi lubang untuk dilakukan analisis kadar pada batuan asli LT01 R,
LT03 R, LT04 R.
Dari pendataan di lapangan didapatkan data sebagai berikut; jumlah penambang
sebanyak 50 orang, alat pengolahan 65 buah glundung, para penambang umumnya
berasal dari desa Lebong Tambang dan desa Loka Sari. Pengolahan umumnya
mereka lakukan secara amalgamasi dengan
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005
57-5
air raksa sebagai penangkap emas dengan alat glundung pakai kincir air dan sebagian
di daerah desa Loka Sari memakai dinamolistrik sebagai penggerak.
Umumnya mereka menghasilkan 0,50 gr sampai 1,0 gr emashari dengan kadar
berkisar 10 sampai 50 . Sehingga rata- rata penghasilan para penambang adalah Rp
12.500,-glundunghari.
Pengolahan tailing olah para penambang sebagian sudah memakai
kolam penampung. Tetapi, sebagian besar masih membuang langsung ka dalam
sungai. Untuk yang melakukan penampungan tailing, umumnya mereka
melakukan proses ulang sampai dua kali. Sedangkan hasilnya dengan kadar emas
seperti berikut; 1. 10 dan ke 2. hanya 5 .
B. Daerah Tambang Sawah merupakan
daerah tempat pengolahan emas perusahaan Belanda yang ada di daerah Lebong Utara
pada zaman penjajahan Belanda dahulu. Pada desa Tambang Sawah masih ada bekas
bangunan untuk prosespengolahan emas serta kolam penampungan sisa proses
pengolahan tersebut. Saat ini kegiatan penambang rakyat masih berlangsung
dengan mengambil uratbijih pada daerah bekas galian zaman penjajah dahulu, dan
sebagian mereka membuat lubang baru dan biasanya lubang tersebut dinamai sesuai
dengan nama penemu lubang tersebut.
Di daerah Tambang Sawah ini dahulu ada 4 empat buah tempat untuk
pengambilan uratbijih tersebut yaitu : Daerah Lubang IVKompoy, Daerah Air
Bambu, Daerah Air Payau dan Daerah Gunung Bubung.
Untuk daerah Air Bambu dan daerah Gunung Bubung saat ini tidak ada lagi
kegiatan para penambang, sedangkan daerah Gunung Bubung telah temasuk
dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat TNKS. Pada daerah Gunung
Bubung ini para penambang terdiri dari 3 kelompok baru mencoba-coba apakah
daerah ini dapat menghasilkan seperti yang mereka harapkan. Tetapi, daerah ini
ternyata tidak menghasilkan seperti
informasi yang mereka dapatkan sebelumnya.
Pada saat pendataan dilakukan, para penambang mengambil bijih hanya pada
dua 2 tempat yaitu: pada daerah Lubang IVKompoy dan daerah Air Payau. Hasil
pendataan yang dilakukan oleh tim adalah sebagai berikut;
1. Daerah lubang IVKompoy; jumlah