Jurnal Administrasi Bisnis JAB|Vol. 47 No. 2 Juni 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
61
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi.
Autokorelasi muncul
karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lain. Hal ini sering ditemukan dalam data time series. Pada penelitian ini, uji
autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson uji D-W.
4 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan korelasi
antara variabel
bebasindependen Ghozali,
2016:103. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen.
Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel
ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antara sesama variabel independennya
sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi
adalah sebagai berikut:
1 Melihat dari nilai tolerance, dimana nilai tolerance di atas 0.10
2 Melihat dari nilai Variance Inflation Factor VIF dimana nilai VIF kurang dari 10.
Maka tidak terjadi multikolinearitas Ghozali, 2016:104
b. Pengujian Hipotesis
1 Uji F
Uji statistik F pada dasarnya digunakan untuk menguji besarnya pengaruh dari seluruh
variabel independen secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen.
2 Uji t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa
jauh pengaruh
satu variabel
penjelasindependen secara
individu dalam
menerangkan variasi variabel dependen Ghozali, 2016:97.
3 Uji Koefisien Determinasi R
2
Koefisien determinasi R
2
merupakan ukuran yang paling sederhana untuk mengukur
sejauh mana peran variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Analisis Regresi Berganda
Model analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh rasio inflasi
Indonesia relatif terhadap Amerika Serikat X
1
dan rasio suku bunga Indonesia relatif terhadap Amerika Serikat X
2
terhadap perubahan nilai tukar Rupiah Y. Hasil perhitungan koefisien
regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Model Regresi Linier Berganda
Model Unstandardzided
Coefficients Standardized
Coefficients T
Sig. B
Std. Error
Beta 1 Constant
Inflasi Suku_bunga
8.940 -.018
.063 .064
.006 .011
-.248 .501
139.918 -2.784
5.623 0.000
.006 .000
Sumber : Hasil Analisis SPSS, 2017 Berdasarkan pada Tabel 12 didapat persamaan
model regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = 8,940 – 0,018 X
1
+ 0,063 X
2
Konstanta pada persamaan menunjukkan a = 8,940 yang berarti bahwa apabila tidak terdapat
perubahan variabel rasio inflasi Indonesia relatif terhadap Amerika Serikat dan rasio suku bunga
Indonesia relatif terhadap Amerika Serikat X
1
= X
2
= Tetap, maka nilai tukar Rupiah akan meningkat sebesar 8,940 poin. Dengan kata lain,
nilai tukar Rupiah akan meningkat 8,940 poin dalam satu bulan tanpa adanya pengaruh dari rasio
inflasi dan rasio suku bunga
2. Uji Asumsi Klasik
a Uji Normalitas
Gambar 1. Hasil Uji Normalitas
Sumber : Hasil Analisis SPSS, 2017 Hasil pengujian tersebut didapat bahwa
grafik normal plot memberikan pola yang normal dimana titik-titik menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Pengujian ini dapat disimpulkan bahwa asumsi
normalitas dapat terpenuhi.
Jurnal Administrasi Bisnis JAB|Vol. 47 No. 2 Juni 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
62
b Uji Heterokedasitas
Gambar 2. Hasil Uji Heterokedasitas Sumber : Hasil Analisis SPSS, 2017
Dari hasil pengujian tersebut didapat bahwa diagram tampilan scatterplot menyebar dan tidak
membentuk pola tertentu yang teratur maka tidak terjadi
heterokedastisitas, sehingga
dapat disimpulkan bahwa variance dari residual
mengalami perbedaan yang mempunyai ragam homoskedastisitas.
c Uji Autokorelasi
Tabel 2. Hasil Uji Autokorelasi
Model
R R
Square Adjusted
R Square Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1
.463
a
.215 .201
.14041 .042
Sumber : Hasil Analisis SPSS, 2017 Berdasarkan batas atas dan batas bawah
yang diperoleh dari tabel statistik Durbin-Watson, maka daerah tidak adanya autokorelasi adalah
antara Du sampai 4-du, yaitu di antara nilai 1.742 sampai 2.258. Berdasarkan hasil tabel 9 nilai
Durbin-Watson diperoleh sebesar 0.042. Hasil pengolahan data ini menunjukkan telah terjadi
autokorelasi, karena 0.042 1.742, seharusnya nilai Durbin-Watson 1.742 dan nilai Durbin-
Watson 2.258.
Tabel 3. Hasil Pengobatan Uji Autokorelasi
Model
R R
Square Adjusted
R Square Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1
.272
a
.074 .066
.02798435 1.895
Sumber : Hasil Analisis SPSS, 2017 Berdasarkan
hasil dari
pengobatan autokorelasi pada Tabel 4 diperoleh nilai Durbin-
Watson sebesar 1.895. Nilai tersebut terletak diantara du d 4
– du, yaitu 1.742 1.895 2.258. Hasil pengobatan autokorelasi menunjukkan
bahwa sudah tidak terjadi lagi autokorelasi pada residual hasil regresi
d Uji Multikolinieritas
Tabel 4. Hasil Uji Multikolinieritas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Constant
Inflasi .846
1.182 suku_bunga
.846 1.182
Sumber : Hasil Analisis SPSS, 2017 Hasil pengujian diatas didapat bahwa
keseluruhan nilai tolerance 0,1 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas
antar variabel bebas. Berdasarkan hasil pengujian nilai VIF 10, maka dapat disimpukan bahwa
dalam pengujian ini tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas sehingga uji asumsi tidak
adanya multikolinieritas dapat terpenuhi.
Dengan terpenuhnya seluruh asumsi klasik regresi di atas maka dapat dikatakan model regresi
linier berganda yang dilakukan dalam penelitian ini sudah layak atau tepat. Menjadi dapat diambil
interprestasi dari hasil analisis regresi berganda yang telah dilakukan.
3. Hasil Pengujian Hipotesis