Pendidikan Agama Kristen Dan Budi Pekerti 139
pukul 22.00 WIB tidak menerima tamu, untuk menjamin semua orang dapat belajar dan istirahat tanpa gangguan.
b. Membangun kepribadian
Kepribadian menyangkut sikap, tingkah laku dan perkataan seseorang turut ditentukan oleh lingkungan di mana ia hidup dan bertumbuh, yaitu lingkungan rumah, sekolah dan
masyarakat. Seseorang yang terbiasa hidup disiplin sejak kecil di rumah maupun di sekolah membawa pengaruh positif bagi pembentukan kepribadiannya. Itulah sebabnya sekolah
dan keluarga adalah dua lembaga atau institusi penting sebagai peletak dasar kehidupan moral dan disiplin.
c. Melatih kepribadian
Kepribadian terbentuk melalui latihan dan disiplin dan itu tidak dapat terbentuk dalam 1 atau 2 tahun melainkan bertahun-tahun, karena itu dibutuhkan waktu yang lama untuk
menanamkan disiplin bagi pembentukan kepribadian seseorang. Rumah dan sekolah merupakan institusi strategis bagi pembentukan kepribadian seseorang melalui disiplin.
d. Unsur paksaan
Faktor yang mendorong terbentuknya disiplin adalah dorongan dari dalam diri. Namun, dalam rangka mewujudkan disiplin ada juga dorongan dari luar diri. Misalnya, paksaan
karena sesuatu merupakan aturan, mau tidak mau harus dijalani, jika tidak maka seseorang akan berhadapan dengan sanksi dan hukuman. Jadi, salah satu fungsi disiplin adalah
memaksa seseorang untuk hidup menurut aturan yang berlaku.
e. Hukuman
Aturan di sekolah dan di rumah, jika tidak dijalankan atau ditaati ada sanksi atau hukuman yang harus diterima. Peran hukuman atau sanksi amat penting sebagai pendorong
agar peserta didik mau melaksanakan tata tertib dan aturan yang berlaku.
f. Menciptakan lingkungan yang kondusif
Disiplin menyebabkan kehidupan menjadi tertib dan pada akhirnya tercipta lingkungan yang kondusif di tiap lembaga. Di sekolah dan di rumah, dapat tercipta situasi yang kondusif
bagi semua penghuni karena tata tetib dan peraturan dijalankan dengan baik.
2. Tujuan disiplin menurut Singgih D. Gunarsa dalam Asti Fajjaria 2012 adalah sebagai berikut.
a. Mengetahui dan menyadari mengenai hak milik orang lain. b. Mengerti larangan-larangan dan segera menurut untuk menjalankan kewajibannya.
Buku Guru Kelas VII SMP 140
c. Mengerti tingkah laku yang baik dan yang buruk. d. Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa merasa terancam oleh
hukuman.
3. Disiplin di Sekolah
Menurut Fajjaria yang mengutip Tulus 2004:34, apabila di sekolah disiplin dikembangkan dan ditetapkan dengan baik, konsisten dan konsekuen, maka akan
berdampak positif bagi kehidupan dan perilaku peserta didik. Disiplin dapat mendorong peserta didik belajar secara konkret dalam praktik hidup tentang hal positif, melakukan hal
baik dan benar dan menjauhkan mereka dari hal negatif. Melalui pemberlakuan disiplin yang konsisten, peserta didik belajar beradaptasi dengan lingkungan yang baik sehingga
muncul keseimbangan diri dalam hubungan dengan orang lain. Sekolah merupakan lembaga kedua setelah rumah keluarga yang dapat membawa
anak-anak bertumbuh menjadi manusia berguna bagi dirinya, bagi keluarga, gereja dan masyarakat. Figur yang dekat dengan anak-anak dan remaja setelah orang tua adalah
guru, dalam menjalankan disiplin, peserta didik membutuhkan keteladanan di sekolah. Misalnya, aturan tidak boleh merokok, tetapi guru merokok di depan peserta didik, maka
pemberlakuan disiplin tidak konsisten. Seharusnya guru memberi contoh yang baik dengan tidak merokok. Ada aturan mengenai jam masuk sekolah, hendaknya berlaku bagi peserta
didik dan guru, jadi guru harus menjadi teladan dalam hal ketepatan waktu. Aturan disiplin yang dibuat sekolah hendaknya dalam bagian tertentu berlaku untuk peserta didik juga guru.
a. Memberi Hukuman yang Mendidik
Menurut Tina Rahmawati yang dimaksud hukuman adalah sesuatu yang tidak menyenangkan yang harus diterima atau dikerjakan peserta didik karena bertingkah laku
tidak pada tempatnya. Hukuman sebagai penguatan negatif merupakan salah satu penunjang untuk tegaknya disiplin dan dilakukan apabila terjadi pelanggaran tata tertib atau disiplin.
Hukuman, di lain pihak adalah “imbalan” yang tidak menyenangkan yang harus diterima peserta didik akibat tingkah laku mereka dinilai tidak pada tempatnya.
Hukuman merupakan cara sekolah memperingati dan memberitahu peserta didik bahwa perilakunya tidak menyenangkan dan tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Sosialisasi
peraturan pada peserta didik amat perlu, bukan hanya pada waktu peserta didik diterima di sekolah, melainkan harus senantiasa diulang setiap ada kesempatan yang tepat sehingga
berbagai aturan dan tata tertib dapat tertanam dalam pikiran dan hati peserta didik. Hukuman seyogyanya diberikan jika cara-cara pendisiplinan lainnya tidak berhasil.
Hukuman memberi tahu pada anak mengenai perilaku apa yang tidak diinginkan, tetapi belum tentu menjelaskan perilaku yang bagaimana yang diinginkan. Sedangkan persyaratan
dalam penanaman disiplin adalah bahwa anak-anak harus tahu betul perilaku apa yang