Viabilitas dan Daya Simpan Benih Lobak (Raphanus sativus L.) Lokal dan Impor Setelah Disimpan pada Ruang Simpan Berbeda

VIABILITAS DAN DAYA SIMPAN BENIH LOBAK (Raphanus
sativus L.) LOKAL DAN IMPOR SETELAH DISIMPAN PADA
RUANG SIMPAN BERBEDA

SELVIA ANASTHASIA

AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Viabilitas dan Daya
Simpan Benih Lobak (Raphanus sativus L.) Lokal dan Impor Setelah Disimpan
pada Ruang Simpan Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Selvia Anasthasia

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
SELVIA ANASTHASIA Viabilitas dan Daya Simpan Benih Lobak (Raphanus
sativus L.) Lokal dan Impor Setelah Disimpan pada Ruang Simpan Berbeda.
Dibimbing oleh TATIEK KARTIKA SUHARSI.
Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari viabilitas benih lobak lokal
dan impor setelah mengalami periode simpan dan ruang simpan berbeda.
Menentukan waktu hitungan I dan II dalam pengujian daya berkecambah.
Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan di Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Benih IPB menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua faktor,
yaitu periode simpan yang terdiri dari 0, 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 minggu sedangkan
faktor kedua adalah ruang simpan yang terdiri dari ruang kamar (27-30.7 oC) dan
AC (18.7-27.9 oC) dengan empat ulangan menggunakan benih lobak lokal dan

impor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih lobak lokal dan impor masih
memiliki viabilitas yang tinggi setelah melewati periode simpan selama 12
minggu, dan kedua benih tersebut juga dapat disimpan di ruang kamar maupun
AC bergantung pada ketersediaan ruang yang dimiliki untuk dapat
mempertahankan viabilitasnya tetap tinggi selama periode simpan. Hitungan I dan
II pada uji daya berkecambah sebaiknya dilakukan pada hari ke-3 dan ke-5.
Kata kunci: benih impor, benih lokal, periode simpan, uji viabilitas benih

ABSTRACT
SELVIA ANASTHASIA. Viability and Storability the Seeds of Radish
(Raphanus sativus L.) Local and Imported After Stored on Different Room
Storage Condition. Supervised by TATIEK KARTIKA SUHARSI.
The objective of this research was to study the viability local and imported
radish seed after storage period and different room storage condition. This
research was conducted at IPB Seed Science and Technology Laboratory for five
months. This research used completely randomized design with two factors. The
first factor is storage period consisting of 0, 2, 4, 6, 8, 10 and 12 weeks, and the
second factor is the room storage condition, such as the room (27-30.7 oC) and the
AC (18.7-27.9 oC) with four replicates, used local and imported radish seed. The
results showed that local and imported radish seed still have a high viability after

12 weeks storage period, and the both of seeds could be stored in room or AC
condition depend on the available of own room to maintain the viability still high
during storage period. First and final count of the germination test should be
performed on days 3 and 5.
Keywords: imported seeds, local seed, seed viability test, storage period

VIABILITAS DAN DAYA SIMPAN BENIH LOBAK (Raphanus
sativus L.) LOKAL DAN IMPOR SETELAH DISIMPAN PADA
RUANG SIMPAN BERBEDA

SELVIA ANASTHASIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Viabilitas dan Daya Simpan Benih Lobak (Raphanus sativus L.)
Lokal dan Impor Setelah Disimpan pada Ruang Simpan Berbeda
Nama
: Selvia Anasthasia
NIM
: A24090036

Disetujui oleh

Dr Tatiek Kartika Suharsi, MS
Komisi Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberi kemampuan dan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi hasil
penelitian ini. Kegiatan penelitian berjudul Viabilitas dan Daya Simpan Benih
Lobak (Raphanus sativus L.) Lokal dan Impor Setelah Disimpan pada Ruang
Simpan Berbeda dilaksanakan selama lima bulan di Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Benih, IPB.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dr. Tatiek Kartika
Suharsi, MS yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama pembuatan
skripsi hasil penelitian ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada orang tua
dan keluarga (Susan, Cindy, William dan Indra) yang telah memberikan dukungan
penuh serta kepada teman-teman Jaika B (Fita, Ena, Dian, Ragil dan Echi), Nurul,
Esty dan AGH 46 atas bantuannya. Semoga informasi dalam skripsi hasil
penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua yang memerlukan.
Bogor, Januari 2014
Selvia Anasthasia


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

vi
vi
vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Hipotesis

1
1
2
3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Lobak
Produksi Benih Lobak
Penyimpanan Benih dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyimpanan
Benih

3
3
3

METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Bahan
Alat
Prosedur Percobaan
Prosedur Analisis Data

7
7
7
7

7
8

4

HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Kondisi Umum Benih dan Ruang Simpan
8
Viabilitas Awal Benih Lobak Sebelum Dimulai Penelitian
10
Penyimpanan Benih Lobak Lokal
11
Penyimpanan Benih Lobak Impor
13
Perubahan Mutu Fisiologis Benih Lobak Lokal dan Impor Selama 12 Minggu
Penyimpanan Pada Ruang Kamar dan Ruang AC
15
Penentuan Hitungan I dan II dalam Uji Daya Berkecambah Benih Lobak
16

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

18
18
18

DAFTAR PUSTAKA

19

LAMPIRAN

21

RIWAYAT HIDUP

24


DAFTAR TABEL
1 Kondisi awal benih lobak lokal dan impor sebelum dimulai penelitian
2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh periode simpan, ruang simpan
dan interaksinya terhadap beberapa peubah mutu fisiologis benih lobak
lokal
3 Pengaruh periode simpan benih lobak terhadap beberapa peubah mutu
fisiologis benih lobak lokal
4 Pengaruh ruang simpan terhadap peubah mutu fisiologis benih lobak
lokal
5 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh periode simpan, ruang simpan
dan interaksinya terhadap beberapa peubah mutu fisiologis benih lobak
impor
6 Pengaruh periode simpan benih lobak terhadap beberapa peubah mutu
fisiologis benih lobak impor
7 Pengaruh ruang simpan terhadap peubah mutu fisiologis benih lobak
impor

11

12

12
13

14
14
15

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Perbedaan bentuk dan ukuran benih lobak lokal dan impor
Perubahan suhu pada ruang simpan kamar dan AC
Perubahan RH pada ruang simpan kamar dan AC
Kemasan yang digunakan pada benih lobak lokal dan impor
Perubahan daya berkecambah benih lobak lokal dan impor selama
disimpan 12 minggu di ruang kamar
Perubahan daya berkecambah benih lobak lokal dan impor selama
disimpan 12 minggu di ruang AC
Persentase daya berkecambah benih lobak lokal selama sepuluh hari
Persentase daya berkecambah benih lobak impor selama sepuluh hari
Keragaan kecambah lobak normal dan abnormal

9
9
10
10
16
16
17
17
18

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil analisis sidik ragam faktor periode simpan dan ruang simpan
benih lobak lokal
2 Hasil analisis sidik ragam faktor periode simpan dan ruang simpan
benih lobak impor

22
23

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Lobak merupakan tanaman yang cocok jika ditanam di daerah beriklim
dingin hingga sedang, khususnya pada fase vegetatif. Pada produksi benih lobak,
iklim yang lembab sangat diperlukan sehingga periode kering yang terlalu
panjang akan menyebabkan benih lobak tidak dapat diproduksi. Suhu lebih dari
32 oC dapat menyebabkan stigma mengering dan polen gagal untuk berkecambah.
Produksi benih lobak per hektarnya rata-rata dapat mencapai 600–800 kg. Setelah
dipanen benih lobak dapat dikeringkan hingga kadar air 6 % sebelum disimpan
(Agrawal 1980). Kadar air benih aman simpan dan kondisi penyimpanan yang
tepat dapat membuat benih lobak tahan untuk disimpan selama tiga sampai lima
tahun (Justice dan Bass 2002).
Indonesia memiliki potensi cukup besar dalam hal memproduksi benih
lobak, namun sayangnya berdasarkan data yang diperoleh dari sembilan
perusahaan benih sayuran yang terdapat di pasaran, hanya satu saja yang
memproduksi benih lobak (LAB ITB dan PT SHS 2002). Sedikitnya jumlah
produsen penghasil benih lobak menyebabkan banyak petani lobak mengandalkan
benih lobak impor. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlu diadakannya suatu
pengujian mutu benih yang akan dipasarkan untuk menjamin viabilitas benih tetap
baik sampai di tangan konsumen.
Periode simpan benih berbeda-beda, ada yang relatif singkat hanya
beberapa minggu saja atau ada pula yang dapat disimpan dalam jangka waktu
yang lebih lama hingga tahunan (George 1999). Benih lobak dapat dipertahankan
viabilitasnya hingga lima tahun jika disimpan pada ruang simpan yang dingin,
kering dan kondisi lingkungan yang gelap (Ashworth 2002). Metode
penyimpanan benih lobak impor dan lokal yang ada di pasaran saat ini berbedabeda. Benih lobak impor biasa dikemas menggunakan kaleng atau alumunium foil
yang dibungkus kembali dengan kertas, sedangkan benih lobak lokal seringkali
disimpan dalam jumlah yang besar setelah dikeringkan dalam sebuah karung yang
sebelumnya telah dilapisi dengan plastik berwarna hitam untuk mencegah paparan
sinar matahari terhadap benih. Perbedaan metode penyimpanan tersebut bisa jadi
mempengaruhi viabilitas benih selama di penyimpanan, maka dibutuhkan suatu
pengujian viabilitas benih impor maupun lokal setelah melewati periode simpan
tertentu.
Pengujian benih digunakan untuk mengetahui mutu atau kualitas dari suatu
lot atau kelompok benih tertentu. Keterangan hasil pengujian benih dibutuhkan
oleh produsen atau penjual benih dan konsumen (Sutopo 2010). Saat ini, banyak
diantara benih lobak impor maupun lokal belum mencantumkan hasil pengujian
viabilitasnya pada kemasan benih, padahal informasi tersebut sangat dibutuhkan
untuk mengetahui kemampuan benih tumbuh bahkan saat ditanam di lapang. Hal
tersebutlah yang menjadi dasar dibutuhkannya pengujian viabilitas benih lobak
baik itu impor maupun lokal.
Berdasarkan hasil penelitian Sadiman et al. (2003), pada suhu dingin,
aktifitas metabolisme benih selama penyimpanan berlangsung lambat, yang
berarti perombakan cadangan makanan juga berlangsung lambat, dengan
1

2
demikian memungkinkan benih masih memiliki viabilitas cukup tinggi meskipun
benih telah disimpan selama beberapa bulan. Kebanyakan dari petani dewasa ini
masih menggunakan suhu pada ruang kamar yang cenderung berfluktuatif untuk
menyimpan benih lobaknya, maka diperlukan pengujian untuk mengetahui apakah
viabilitas benih masih dapat dipertahankan tetap baik setelah mengalami periode
simpan meskipun disimpan pada suhu kamar.
Dewasa ini, banyak petani menghasilkan umbi segar lobak yang berasal dari
benih lobak impor. Alasan digunakannya benih lobak impor adalah karena
kemurnian benih terjamin dan umbi segar lobak yang dihasilkan pun lebih besar,
panjang dan putih sehingga dapat lebih meningkatkan keinginan konsumen untuk
membeli. Disamping beberapa keunggulan benih lobak impor tersebut, ada pula
kekurangannya, yaitu harga benih lobak impor masih tergolong mahal
dibandingkan dengan benih lobak lokal, selain itu kebanyakan dari benih lobak
impor merupakan hibrida sehingga produksi benih tidak dapat dilakukan. Benih
lobak lokal jarang digunakan oleh petani untuk produksi umbi karena umbi yang
dihasilkan relatif lebih kecil dibanding lobak impor dan tanaman lobak lokal juga
lebih rentan terserang hama dan penyakit sewaktu ditanam di lapang sehingga
membutuhkan pemeliharaan yang lebih intensif. Keunggulan yang dimiliki lobak
lokal adalah rasa umbi dan daun yang lebih manis sehingga dapat digunakan
sebagai lalapan, benih lobak lokal mudah didapat, harga lebih murah dibanding
benih lobak impor dan dapat digunakan sebagai bahan untuk produksi benih lobak.
Benih lobak impor yang sekarang ini berada di pasaran berasal dari
beberapa negara, seperti Cina, Amerika, Jepang dan Korea. Jumlah benih lobak
yang diimpor pada tahun 2012 adalah sebesar 1 502 kg sedangkan ekspor benih
lobak bernilai nol (Deptan 2013). Luas panen tanaman lobak tahun 2007 adalah
sebesar 3 160 ha, namun luas ini terus menurun, hingga pada tahun 2010 luas
lahan tanaman lobak hanya sebesar 2 083 ha. Produksi tanaman lobak pun
menurun sejak tahun 2007, yang awalnya 42 076 ton, pada tahun 2010 hanya 32
381 ton tanaman lobak yang dapat diproduksi (BPS 2011). Hal ini menunjukkan
bahwa perlu dilakukan pengujian viabilitas dan pengujian untuk mengetahui
potensi benih lobak lokal untuk dikembangkan di Indonesia, sehingga dapat
mengurangi jumlah benih lobak impor.
Pengamatan kecambah normal lobak yang umum dilakukan menurut standar
ISTA (International Seed Testing Association) adalah dengan menggunakan
hitungan I hari ke-4 dan hitungan II hari ke-10. Perbedaan kondisi lingkungan
dapat mempengaruhi proses perkecambahan benih lobak selama di dalam
germinator, misalnya dengan menggunakan alat pengecambah benih tipe IPB 72-1
dengan kisaran suhu lingkungan sebesar 28.07-28.99 oC membuat kecambah pada
hari ke-10 sudah mengalami pembusukan sehingga pengamatan sulit dilakukan.
Hal ini menunjukkan bahwa perlu dilakukan percobaan untuk mengetahui waktu
yang paling tepat untuk hitungan I dan II dalam penghitungan daya berkecambah
lobak lokal dan impor.
Tujuan Penelitian
Mempelajari viabilitas benih lobak lokal dan impor setelah mengalami
periode simpan dan ruang simpan berbeda. Menentukan waktu hitungan I dan II
dalam pengujian daya berkecambah

3
Hipotesis
1. Terdapat perbedaan penurunan viabilitas benih lobak lokal dan impor setelah
melewati periode simpan
2. Terdapat perbedaan penurunan viabilitas benih lobak lokal dan impor setelah
disimpan pada ruang simpan berbeda
3. Dapat ditentukan waktu hitungan I dan II dalam pengujian daya berkecambah
benih lobak.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Lobak
Menurut Williams et al. (1993), lobak (Raphanus sativus) termasuk ke
dalam suku kubis (Cruciferae) yang merupakan tanaman berumbi akar. Percobaan
tertinggi pada produksi umbi segar lobak dapat mencapai 44.7 ton/ha, dengan
rata-rata sebesar 22.3 ton/ha untuk 16 panenan pada varietas Minowase Cropp dan
kultivar lokal sebesar 15-20 ton/ha. Tergantung dari varietasnya, pertanaman
lobak dapat dipanen dalam 6-8 minggu di dataran rendah.
Menurut Sastrahidayat dan Soemarno (1991), lobak merupakan salah satu
tanaman herba semusim yang tingginya dapat mencapai 20-100 cm. Akar primer
membengkak menjadi umbi, kulit umbi putih atau merah, daging umbinya putih,
bentuknya lonjong silindris, daunnya pinnatifid dan hijau. Kandungan yang ada
pada 100 g umbi segar lobak adalah air 93.2%, protein 0.9%, karbohidrat 5%,
serat 0.7%, abu 0.8%, vitamin A dan C.
Tiga kelompok varietas lobak yang terkenal, antara lain:
1. Varietas genjah, dapat dipanen setelah umur 25-35 hari. Contoh: Cherry
Belle, Comet, Spakler, Cavalier (umbi bulat) White Icicle, Long Scarlet, White
Tipe (umbi panjang)
2. Varietas tengahan, dapat dipanen setelah umur 40-60 hari. Contoh:
Chartier, White Starburg (umbi panjang), Golden Globe (umbi membulat)
3. Varietas dalam, dapat dipanen setelah umur 60-80 hari. Contoh: Rose,
White Chinese, Round Black Spanish, Sakura (Sastrahidayat dan Soemarno 1991).
Benih lobak impor varietas Green Bow yang umum ditanam di Indonesia,
khususnya oleh petani di daerah Lembang, Jawa Barat termasuk kelompok
varietas tengahan karena umbinya dapat dipanen pada saat 60 HST (hari setelah
tanam). Umbi lobak yang dihasilkan memiliki panjang 35-40 cm, dengan bobot
per umbi sebesar 1.0-1.2 kg.
Produksi Benih Lobak
Sastrahidayat dan Soemarno (1991) menyatakan bahwa benih lobak dapat
diproduksi di dataran tinggi dan dataran rendah, namun cuaca lembab dan dingin
sangat diperlukan khususnya pada saat proses pembentukan bunga. Alasan
tersebutlah yang membuat benih lobak umum diproduksi di dataran tinggi, dengan

4
suhu optimum sekitar 16-18.5℃. Jenis tanah yang cocok adalah lempung berpasir,
gembur, drainase baik dan mudah diolah.
Menurut Copeland dan McDonald (2001), industri produksi benih berperan
penting dalam era revolusi modern. Peningkatan kemampuan produksi benih perlu
didukung dengan adanya penemuan varietas baru yang lebih unggul dan
efektivitas dalam memelihara kemurnian genetik. Salah satu produksi benih yang
berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia adalah benih lobak, khususnya benih
lobak putih.
Produksi benih lobak dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode,
yaitu root-to-seed atau seed-to-seed. Metode root-to-seed digunakan untuk lobak
tipe bienial seperti yang ada di Eropa, sedangkan metode seed-to-seed digunakan
untuk lobak tipe annual seperti yang umum dilakukan di Asia. Hal penting yang
perlu diperhatikan selama melakukan kegiatan produksi benih lobak adalah seperti
jarak isolasi yang direkomendasikan adalah sebesar 1000 m, sedangkan jarak
minimum antara tanaman lobak dengan tanaman komersial yang akan
dimanfaatkan bagian tanamannya dalam kultivar yang sama sebesar 200 m. Hal
ini ditujukan untuk menjamin kemurnian benih yang dihasilkan baik secara fisik
maupun genetik karena tanaman lobak termasuk tanaman yang menyerbuk silang
dan penyerbukannya juga dapat dibantu oleh serangga. Benih lobak dipanen saat
masak fisiologis yang dicirikan dengan perubahan warna polong dari hijau ke
coklat, permukaan kulit yang menyusut dan pemanenan sebaiknya dilakukan saat
kondisi lingkungan kering (George 1999).
Penyimpanan Benih dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyimpanan
Benih
Penyimpanan benih adalah upaya yang dapat dilakukan untuk
mempertahankan viabilitas benih tetap tinggi hingga saat benih ditanam.
Penyimpanan benih penting terutama untuk spesies dan kultivar yang produksi
benihnya sulit dilakukan, misalnya membutuhkan kondisi lingkungan atau
polinator tertentu. Penyimpanan benih juga dilakukan untuk melestarikan benih
yang secara ekonomi bernilai tinggi.
Laju kemunduran vigor dan viabilitas benih bergantung pada beberapa
faktor. Pertama adalah faktor innate yang mencakup kemurnian genetik dari
spesies atau kultivarnya, misalnya respon benih terhadap suhu dan KA, komposisi
kimia benih dan struktur benih. Respon benih terhadap suhu dan KA dibagi
menjadi tiga kelompok, yaitu benih ortodoks yang aman disimpan pada suhu
rendah (dibawah 0 oC) dan KA rendah (5 %) dengan periode simpan yang panjang,
benih intermediate aman disimpan pada suhu yang tidak terlalu rendah (5-15 oC)
dan KA (10-12 %) dengan periode simpan relatif panjang, dan benih rekalsitran
tidak tahan terhadap suhu rendah (dibawah suhu kamar) dan KA yang relatif
tinggi (15-45 %) dengan periode simpan yang relatif pendek.
Komposisi kimia yang dimiliki benih berbeda-beda. Benih dengan
komposisi dominan lemak tidak memiliki daya tarik terhadap air, komposisi
protein bersifat higroskopik, sedangkan komposisi karbohidrat memiliki daya
tarik terhadap air yang lebih kecil daripada protein. Struktur benih mencakup tebal
atau tipisnya kulit benih, ada tidaknya struktur pelindung benih, letak embrio dan
warna benih. Kulit benih yang tebal dan terdapatnya struktur pelindung benih
dapat membuat benih lebih tahan terhadap terserang hama dan penyakit yang

5
dapat menurunkan daya simpan benih. Letak embrio yang terdapat dibagian dalam
benih lebih sulit terserang hama dan penyakit dibanding benih dengan embrio
yang lebih dekat dengan bagian luar benih. Benih yang berwarna gelap cenderung
memiliki daya simpan lebih lama dibanding benih yang berwarna terang karena
tidak mudah teroksidasi.
Faktor kedua adalah induced, yang mencakup pada saat benih berada pada
tanaman induk hingga benih selesai diolah untuk disimpan. Selama periode
tersebut, kondisi benih dipengaruhi oleh iklim dan cuaca, kesuburan, hama dan
penyakit, tingkat kemasakan benih serta kerusakan mekanik pada penanganan
panen dan pasca panen. Benih yang dipanen pada saat cuaca kering membuat
benih memiliki KA aman untuk disimpan dibanding dengan saat cuaca basah,
sehingga daya simpan benih lebih lama. Defisiensi hara pada tanah dapat
membuat pengisian cadangan makanan benih menjadi tidak optimum, sebaliknya
kelebihan unsur hara N juga dapat membuat tanaman lebih rentan terhadap
penyakit, sehingga daya simpan benih menjadi lebih rendah.
Benih yang akan disimpan sebaiknya dipanen pada saat benih mencapai
masak fisiologis. Hal ini dicirikan oleh bobot kering dan KA benih yang
maksimum. Benih dengan viabilitas awal yang tinggi mampu disimpan lebih lama
dan dapat mempertahankan viabilitasnya tetap tinggi selama disimpan, oleh
karena itu benih lobak sebaiknya dipanen saat masak fisiologis karena pada saat
itu vigor benih maksimum. Benih yang mengalami kerusakan secara mekanis
dapat dengan mudah mengalami penurunan viabilitas selama disimpan. Benih
dengan kadar air yang lebih rendah dapat menyebabkan benih lebih mudah
mengalami luka akibat getaran mekanis pada alat atau mesin yang digunakan
(Justice dan Bass 2002).
Faktor ketiga adalah enforced, yang mencakup faktor abiotik dan biotik.
Faktor abiotik mencakup suhu, RH, kadar air benih, komposisi gas seperti O2
maupun CO2. Faktor biotik mencakup hama dan penyakit yang menyerang benih
pada saat masih di lapang maupun saat di ruang simpan.
Suhu dan RH mempengaruhi viabilitas benih selama disimpan karena
berdasarkan hukum Harrington, setiap penurunan RH sebesar 1% maka dapat
meningkatkan masa simpan benih dua kalinya dan setiap penurunan suhu 5 oC
maka dapat meningkatkan masa simpan benih dua kalinya. Suhu dan RH ruang
biasanya cenderung berfluktuatif dibandingkan dengan ruang AC. Salah satu cara
yang dapat digunakan untuk menurunkan suhu suatu ruangan adalah dengan
menggunakan ventilasi (George 1999).
Menurut George (1999), suhu yang optimum untuk mendukung
perkecambahan benih lobak berkisar antara 7.2-29.4 oC. Perkecambahan benih
lobak pada umumnya berlangsung sejak hari keempat hingga kesepuluh, sehingga
pengamatan yang dilakukan untuk pengujian DB pun berlangsung pada hari
keempat dan kesepuluh. Standar DB benih lobak yang layak secara komersil
adalah diatas 75 %.
Justice dan Bass (2002) menyatakan bahwa kadar air benih
berkeseimbangan dengan kelembaban nisbi. Benih lobak termasuk ke dalam
kelompok benih ortodoks, sehingga benih lobak sebaiknya disimpan pada kondisi
ruang simpan dengan suhu dan RH yang rendah untuk mencegah terjadinya
peningkatan kadar air benih selama di penyimpanan.

6
Hasil penelitian Quais et al. (2013), menunjukkan bahwa suhu (27.5-32
C) dan RH (84-89 %) ruangan yang meningkat dapat menyebabkan benih lobak
dengan KA awal sebesar 6.81 % yang disimpan pada kemasan kain selama 70 hari
mengalami peningkatan KA hingga 10.35 %. Benih lobak yang disimpan tersebut
pun mengalami penurunan viabilitas. Hal tersebut dibuktikan dengan DB awal
benih lobak yang mencapai 96 %, namun diakhir pengamatan DB benih lobak
menurun menjadi 75 %.
Kadar air benih yang baik untuk benih lobak selama di penyimpanan
adalah maksimum sebesar 5 %, sedangkan KA benih sebesar 40-60 % dapat
menyebabkan benih berkecambah bahkan pada saat masih di penyimpanan. Kadar
air benih yang tinggi dalam ruang simpan dapat menyebabkan berkembangnya
mikroflora maupun mikrofauna dengan sangat mudah, sehingga benih menjadi
lebih mudah rusak secara fisik dan viabilitas benih pun menurun. Kadar air benih
lebih dari 8 % membuat akitivitas serangga dapat tetap berlangsung, sedangkan
pada kadar air lebih dari 12 % fungi dapat dengan mudah berkembangbiak di
dalam ruang simpan. Kadar air 18-20 % dapat mendukung terjadinya local
heating yang disebabkan oleh metabolisme yang ada pada benih (George 1999).
Benih dengan KA tinggi akan mengalami penurunan viabilitas akibat
cadangan makanan yang akan digunakan selama pertumbuhan telah digunkan
untuk respirasi. Pengujian KA yang umum digunakan adalah secara langsung
dengan menggunakan oven (Justice dan Bass 2002).
Berdasarkan hasil penelitian Rahayu dan Widajati (2007) benih caisin
dengan kadar air awal 5.5% yang disimpan pada kemasan plastik polietilen, baik
itu disimpan di ruang AC maupun kamar selama 15 minggu tidak mengalami
penurunan yang nyata pada tolok ukur daya berkecambah (DB), potensi tumbuh
maksimum (PTM), indeks vigor (IV) dan bobot kering kecambah normal (BKKN).
Hal ini menunjukkan bahwa kadar air benih 5.5 % optimal untuk penyimpanan
benih dari famili Brassicaceae seperti caisin.
Sinar ultra violet matahari bersifat sebagai oksidan, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya kemunduran benih selama di penyimpanan (Justice dan
Bass 2002). Hal ini menunjukkan bahwa benih lobak sebaiknya disimpan dalam
kemasan yang tidak terpapar langsung oleh sinar matahari untuk mempertahankan
viabilitas benih tetap tinggi selama disimpan.
Kondisi ruang simpan dengan komposisi gas O2 yang tinggi dapat
membuat benih mengalami penurunan viabilitas. Jumlah gas O2 yang tinggi di
ruang simpan dapat membuat benih menjadi lebih cepat melakukan respirasi,
sehingga cadangan makanan yang seharusnya digunakan untuk perkecambahan
habis digunakan untuk respirasi. Respirasi benih yang cepat juga dapat
menyebabkan jumlah gas CO2 meningkat, sehingga cendawan dan hama dapat
dengan mudah berkembang biak di dalam ruang simpan.
Mutu benih dapat diketahui dengan pengujian. Keterangan hasil pengujian
benih dibutuhkan oleh produsen atau penjual benih dan konsumen. Pengujian
rutin yang dilakukan oleh badan pengawasan dan sertifikasi benih (BPSB) atau
perusahaan untuk memperlihatkan mutu benih adalah KA benih, kemurnian benih
dan DB.
Beberapa jenis pengujian yang umum dilakukan adalah pengujian terhadap
mutu fisik, yang dapat dilakukan dengan pengujian bobot 1000 butir dan
kemurnian fisik benih. Pengujian terhadap mutu fisiologi benih dilakukan dengan
o

7
cara pengujian daya berkecambah, kekuatan tumbuh dan kadar air benih.
Pengujian mutu pathologis benih dapat dilakukan dengan pengujian kesehatan
benih.
Peubah yang umum digunakan untuk mengetahui viabilitas benih setelah
disimpan adalah DB, dan vigor. Menurut Dina et al. (2006), pengujian DB
dianggap mampu untuk menduga nilai penanaman (planting value) dan potensi
pertanaman di lapang, disamping itu pengujian vigor pun menjadi bagian yang
penting karena pengujian vigor merupakan indeks mutu benih yang lebih peka
dibandingkan pengujian DB. Penurunan vigor lebih dulu terjadi dibanding
penurunan viabilitas potensialnya. Hal inilah yang menyebabkan pentingnya
untuk melakukan pengujian DB maupun IV secara berkala.

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB.
Penelitian dilaksanakan selama lima bulan, mulai bulan April sampai dengan
September 2013.
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih lobak lokal yang
berasal dari petani di daerah Jawa Tengah. Benih lobak lokal merupakan hasil
panen bulan Januari 2013 sedangkan, benih lobak impor yang digunakan adalah
varietas Green Bow dari negara Korea yang didapat dari salah satu toko pertanian
di daerah Lembang, Jawa Barat. Tanggal pengemasan benih impor yang
digunakan adalah September 2012 dengan nomor lot 12I046. Bahan lainnya yang
digunakan adalah kertas stensil, plastik, label dan plastik klip.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah germinator IPB 72-1, oven,
cawan, desikator, timbangan, wadah penyimpanan, pinset, kamera, alat tulis, alat
pengukur suhu dan RH.
Prosedur Percobaan
Benih lobak impor dan lokal masing-masing dikemas dalam sebuah plastik
klip berukuran 5cm x 8cm. Satu plastik klip berisi ± 130 butir benih lobak untuk
keempat ulangan, lalu masing-masing plastik klip yang sudah berisi benih
dimasukkan ke dalam wadah penyimpanan yang disimpan dalam ruangan dengan
suhu berbeda, yaitu ruang kamar (27-30.7 oC) dan ruang AC (18.7-27.9 oC)
selama 0, 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 minggu. Wadah penyimpanan yang digunakan
adalah stoples yang telah dilapisi bagian dalamnya dengan menggunakan plastik
hitam. Pada setiap akhir periode simpan dilakukan pengamatan terhadap beberapa
peubah mutu fisiologis benih lobak lokal dan impor.

8
Prosedur Analisis Data
Penelitian ini terdiri dari dua percobaan, yaitu percobaan penyimpanan
benih lobak lokal yang berasal dari Jawa Tengah dan benih lobak impor varietas
Green Bow yang berasal dari Korea. Rancangan lingkungan yang digunakan
adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial, dengan faktor pertama adalah
periode simpan (S) yang terdiri dari 0 minggu (S1), 2 minggu (S2), 4 minggu (S3),
6 minggu (S4), 8 minggu (S5), 10 minggu (S6) dan 12 minggu (S7). Faktor kedua
adalah ruang simpan (R) terdiri dari benih ruang simpan kamar (R1) dan ruang
simpan AC (R2). Pada percobaan ini digunakan empat ulangan, sehingga terdapat
112 satuan percobaan, dengan masing-masing satuan percobaan terdiri dari 130
butir benih lobak.
Rumus umum model rancangan percobaan yang akan digunakan adalah:
Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + Σijk
Keterangan :
Yijk : nilai peubah yang diamati
μ
: nilai tengah populasi
αi
: pengaruh faktor asal benih taraf ke-i (1,2)
βj
: pengaruh faktor lama penyimpanan taraf ke-j (0, 2, 4, 6, 8, 10, 12)
(αβ)ij : pengaruh interaksi faktor asal benih taraf ke-i dan faktor lama
penyimpanan taraf ke-j
Σijk
: komponen galat oleh faktor asal benih taraf ke-i, faktor lama
penyimpanan taraf ke-j dan ulangan ke-k (1, 2, 3, 4).
Pengaruh perlakuan dianalisis menggunakan sidik ragam atau Uji F dan
apabila berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test
(DMRT) pada taraf 5%. Perbandingan mutu fisiologis benih lobak lokal dan impor
sebelum dimulai penelitian diuji dengan menggunakan uji t.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Benih dan Ruang Simpan
Tujuan dari penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas
benih tetap tinggi sampai benih ditanam di lapang. Pengujian viabilitas benih
lobak yang dilakukan setiap dua minggu sekali selama tiga bulan penyimpanan
benih bertujuan untuk mengetahui viabilitas benih lobak setelah mengalami
periode simpan dan ruang simpan berbeda, sehingga pada saat musim tanam
berikutnya benih lobak masih dapat ditanam.
Secara morfologis benih lobak lokal dan impor berbeda, seperti yang terlihat
pada Gambar 1a, warna benih lobak lokal coklat pudar, bentuk lonjong dan
terdapat bagian berwarna hitam pada bagian ujung yang menandakan tempat
mikrofil benih berada. Benih lobak lokal biasa dijual dalam keadaan masih
tercampur dengan benih tanaman lain, kotoran benih maupun kotoran lain. Benih
lobak impor seperti terlihat pada Gambar 1b, memiliki ukuran yang relatif
berbeda-beda karena masih banyak ditemui benih yang berukuran kecil hingga

9
besar, warna kemerahan yang merupakan hasil dari pemberian fungisida, bentuk
yang membulat pada bagian bawah yang menandakan mikrofil dan bagian atas
benih yang mengecil. Benih lobak impor dijual dalam kemasan yang tertutup
rapat.
Secara morfologis, benih lobak lokal dan impor juga memiliki perbedaan
ukuran. Berdasarkan gambar 1a dan 1b yang merupakan hasil gambar awal
dengan dimensi 4288 mm x 3216 mm yang diperkecil sebanyak 2.6 kali hingga
mendekati ukuran asli benih, terlihat bahwa benih lobak lokal memiliki ukuran
yang lebih kecil dibandingkan dengan benih lobak impor.

(a)
(b)
Gambar 1 Perbedaan bentuk dan ukuran benih lobak lokal dan impor
(a). Lokal; (b). Impor
Benih lobak lokal dan impor disimpan pada ruang simpan yang berbeda
dalam hal suhu dan RH. Ruang simpan yang pertama adalah ruang kamar dengan
kisaran suhu sebesar 28.07-28.99 oC, sedangkan ruang simpan yang kedua adalah
ruang AC dengan kisaran suhu sebesar 20.45-25.76 oC (Gambar 2). Hal ini
menunjukkan bahwa ruang simpan kamar memiliki suhu yang selalu lebih tinggi
dibanding ruang simpan AC.
Suhu pada ruang simpan kamar relatif stabil dengan suhu maksimum
sebesar 29.1 oC pada saat minggu ke-6 dan suhu minimum sebesar 27.88 oC pada
minggu ke-10. Suhu pada ruang simpan AC cenderung berfluktuatif. Peningkatan
suhu yang terjadi pada ruang AC saat minggu ke-2 dan minggu ke-6 mencapai
titik tertinggi berturut-turut dengan rata-rata sebesar 25.76 oC dan 25.02 oC
(Gambar 2).
40

Suhu (o C)

30
20

AC

10

Kamar

0
2

4

6

8

10

12

Minggu ke-

Gambar 2 Perubahan suhu pada ruang simpan kamar dan AC
Faktor penting selain suhu yang berpengaruh terhadap viabilitas benih
selama di penyimpanan adalah RH lingkungan karena dapat mempengaruhi kadar
air benih. Gambar 3 menunjukkan bahwa ruang simpan kamar memiliki RH
berkisar antara 68.34-71.37 %, sedangkan pada ruang simpan AC berkisar antara

10
47.61-74.14 %. Perubahan RH yang terjadi pada ruang kamar relatif stabil,
sedangkan pada ruang simpan AC terjadi perubahan RH yang cukup bervariasi.
Perubahan RH yang bervariasi, khususnya pada saat minggu ke-2 sampai minggu
ke-6 disebabkan oleh kerusakan pada alat pendingin ruangan yang digunakan, dan
RH lingkungan kembali stabil sejak minggu ke-8 hingga ke-12 (47.61-49 %).
Menurut Handoko et al. (1995) suhu yang tinggi dapat menyebabkan RH
lingkungan rendah. Hal ini sesuai dengan yang terjadi pada ruang simpan kamar,
seperti yang terlihat pada Gambar 2 dan 3, peningkatan suhu menyebabkan RH
lingkungan menurun. Berbeda halnya dengan pada ruang simpan AC. Peningkatan
suhu pada ruang AC menyebabkan RH lingkungan juga meningkat.

RH (%)

80
60
40

AC

20

Kamar

0
2

4

6

8

10

12

Minggu ke-

Gambar 3 Perubahan RH pada ruang simpan kamar dan AC
Viabilitas Awal Benih Lobak Sebelum Dimulai Penelitian
Viabilitas awal benih sebelum disimpan sangat mempengaruhi penurunan
viabilitas benih lobak setelah melewati periode simpan tertentu. Kondisi awal
benih lobak lokal dan impor memiliki KA aman untuk disimpan yaitu antara 4.55.5 %. Benih lobak lokal memiliki KA yang relatif lebih besar dibanding benih
lobak impor (Tabel 1). Hal ini disebabkan karena benih lobak lokal setelah panen
dan dikeringkan hingga mencapai kadar air yang optimum untuk disimpan,
dikemas dalam wadah yang kurang kedap udara seperti karung maupun plastik
(Gambar 4a), sedangkan benih lobak impor yang umum dijual dipasaran dikemas
dalam bentuk kaleng sehingga kedap udara (Gambar 4b).

(a)
(b)
Gambar 4 Kemasan yang digunakan pada benih lobak lokal dan impor
(a). Benih lobak lokal; (b). Benih lobak impor

11
Skala komersial, benih lobak lokal maupun impor masih layak untuk
disimpan dan digunakan untuk ditanam pada musim berikutnya jika IV maupun
DB ≥ 75%. Hasil uji-t terhadap mutu fisiologis benih sebelum dimulai penelitian
menunjukkan bahwa pada semua peubah yang diamati, didapati bahwa IV dan DB
benih lobak impor masih tinggi, yaitu ≥ 95% (Tabel 1).
Tabel 1 Kondisi awal benih lobak lokal dan impor sebelum dimulai penelitian
Ulangan
1
2
3
4

KA (%)
J1
J2
5.63
6.73
6.85
3.85
4.35
5.55
3.64
2.86

Uji-t

P=0.752tn

Peubah
DB (%)
IV (%)
J1
J2
J1
J2
88
100
80
100
96
96
92
96
92
100
92
96
80
96
80
96
P=0.047*

P=0.022*

Kct (%etmal-1)
J1
J2
31.33
33.33
30.47
33.33
30.67
33.33
28.93
31.33
P=0.013*

KA= Kadar Air, DB= Daya Berkecambah, IV= Indeks Vigor, Kct= Kecepatan Tumbuh, J1=
Benih lobak lokal, J2= Benih lobak impor, **=Berpengaruh sangat nyata, *=Berpengaruh nyata,
tn= Tidak nyata

Benih lobak impor yang telah dipanen dibersihkan dari kotoran benih
maupun kotoran lain sebelum diberi perlakuan fungisida dan dikemas dalam
wadah yang kedap udara seperti kaleng, sehingga dapat mempertahankan mutu
fisiologisnya tetap baik pada saat disimpan. Benih lobak impor memiliki nilai IV
dan DB ≥ 80%, sehingga masih layak untuk dipasarkan, digunakan sebagai bahan
tanam pada musim berikutnya maupun disimpan (Tabel 1). Umumnya setelah
benih lobak lokal dipanen, benih yang masih memiliki KA tinggi dikeringkan
hingga mencapai KA aman untuk disimpan, namun kondisi benih yang akan
disimpan masih tercampur dengan benih tanaman lain, kotoran benih maupun
kotoran tanaman lain. Hal inilah yang membuat benih lobak lokal cenderung
memiliki viabilitas awal yang rendah.
Penyimpanan Benih Lobak Lokal
Hasil analisis sidik ragam pengaruh periode simpan dan ruang simpan
terhadap peubah mutu fisiologis benih lobak lokal disajikan pada Lampiran 1.
Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh periode simpan dan ruang simpan
terhadap peubah mutu fisiologis benih menunjukkan bahwa interaksi keduanya
tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah (Tabel 2). Hal ini menunjukkan
bahwa benih lobak lokal yang disimpan di ruang kamar dan AC selama 12
minggu dapat mempertahankan viabilitasnya tetap tinggi.
Faktor tunggal periode simpan berpengaruh sangat nyata terhadap semua
peubah mutu fisiologis benih lobak lokal yang diamati, kecuali kadar air (Tabel 2).
Hal tersebut menunjukkan bahwa benih lobak lokal maupun impor yang disimpan
selama 12 minggu tidak mengalami perubahan KA pada setiap periode
pengamatan, sedangkan viabilitas benih lobak lokal dan impor mengalami
perubahan pada setiap periode pengamatan.
Faktor tunggal ruang simpan tidak berpengaruh nyata terhadap semua
peubah, kecuali kadar air (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa ruang simpan,
baik itu ruang kamar maupun AC tidak berpengaruh nyata terhadap viabilitas

12
benih. Benih lobak lokal dapat disimpan di ruang kamar dengan suhu dan RH
yang cenderung berfluktuatif, atau disimpan di ruangan yang lebih terkontrol suhu
dan RH nya seperti di ruang ber-AC. Petani dapat memilih ruang simpan kamar
maupun AC, bergantung pada ketersediaan tempat yang dimiliki. Perubahan suhu
selama di ruang simpan kamar maupun AC dapat dilihat pada Gambar 2 dan
Gambar 3.
Peningkatan KA benih selama di penyimpanan dapat menyebabkan
terjadinya penurunan viabilitas benih, namun rekapitulasi hasil sidik ragam untuk
faktor tunggal ruang simpan menunjukkan hal yang berbeda. Hal tersebut
disebabkan oleh peningkatan KA benih yang terjadi masih dalam kisaran KA
aman untuk disimpan pada benih lobak, yaitu sekitar 5-7 %, sehingga tidak
menyebabkan benih mengalami penurunan viabilitas setelah disimpan selama 12
minggu.
Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh periode simpan, ruang simpan
dan interaksinya terhadap beberapa peubah mutu fisiologis benih lobak
lokal
Periode x
Periode
Ruang
Peubah
Ruang
simpan (S) simpan (R)
simpan (SxR)
KA (kadar air), %
tn
*
tn
DB (daya berkecambah), %
**
tn
tn
IV (indeks vigor), %
**
tn
tn
Kct (kecepatan tumbuh), %/etmal
**
tn
tn
**= Berpengaruh sangat nyata, *= Berpengaruh nyata, tn= Tidak berpengaruh nyata

Benih lobak lokal yang disimpan selama 12 minggu memiliki KA yang
cenderung berfluktuatif pada setiap periode pengamatannya, dengan kisaran
antara 5-7 %. Penyimpanan benih lobak lokal selama 12 minggu menunjukkan
hasil yang berbeda nyata dengan kondisi awal benih sebelum dilaksanakan
penelitan (Tabel 3).
Tabel 3 Pengaruh periode simpan benih lobak terhadap beberapa peubah mutu
fisiologis benih lobak lokal
Periode simpan (minggu ke-)
Peubah
0
2
4
6
8
10
12
KA
5.12
6.12
7.03
5.68
5.82
5.60
7.07
DB
89.00abc 95.00a 90.5ab 90.50ab 87.00bc 83.00c 85.00bc
IV
86.00abc 93.00a 87.5ab 77.5cd 78.00cd 74.50d 79.00bcd
Kct
30.35a
29.55ab 27.81bc 27.45bc 26.95c 28.07bc 26.75c
KA = Kadar air (%), DB = Daya berkecambah (%), IV = Indeks vigor (%), Kct = Kecepatan
tumbuh (%etmal-1). Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata
pada uji DMRT pada taraf 5%

Tabel 3 menunjukkan bahwa DB benih lobak lokal yang telah disimpan
selama 12 minggu tidak berbeda nyata dengan kontrol. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai DB benih lobak lokal dapat dipertahankan tetap baik setelah
mengalami periode simpan selama 12 minggu. Indeks vigor benih lobak lokal
menurun secara nyata setelah disimpan pada minggu ke-10 hingga mencapai
kurang dari 75 %, kemudian meningkat kembali pada minggu ke-12. Penurunan
nilai IV lebih besar dibanding dengan nilai DB benih. Hal ini sesuai dengan yang

13
dinyatakan oleh Dina et al. (2006) bahwa penurunan vigor pada benih dengan
komposisi dominan lemak seperti benih kedelai maupun benih dengan komposisi
utama karbohidrat seperti benih lobak terjadi lebih dulu dibanding viabilitasnya.
Kecepatan tumbuh benih lobak lokal berbeda nyata dengan kontrol pada minggu
ke-4. Nilai Kct benih lobak lokal pada minggu ke-4 adalah sebesar 27.81 %etmal-1.
Kadar air benih yang disimpan pada ruang simpan kamar berbeda nyata
dengan KA benih yang disimpan pada ruang simpan AC (Tabel 4). Kadar air
benih lobak lokal yang disimpan di ruang kamar lebih besar dibanding yang
disimpan di ruang AC. Hal tersebut sesuai dengan yang dinyatakan oleh Justice
dan Bass (2002), bahwa KA benih selalu melakukan penyesuaian dengan kondisi
lingkungannya. Benih lobak lokal yang disimpan pada ruang kamar memiliki
kadar air yang lebih besar karena RH lingkungan di ruang kamar lebih besar
dibanding ruang AC.
Tabel 4 Pengaruh ruang simpan terhadap peubah mutu fisiologis benih lobak lokal
Ruang
simpan
Kamar
AC

Peubah
Kadar air
(KA), %

Daya berkecambah
(DB), %

Indeks vigor
(IV), %

Kecepatan tumbuh
(Kct), %etmal-1

6.48a
5.64b

89.71
87.43

83.43
81.00

28.34
27.92

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda berdasarkan uji DMRT
pada taraf 5 %

Benih lobak lokal yang disimpan di ruang kamar maupun AC memiliki
viabilitas (89.71 % dan 87.43 %) dan vigor (83.43 % dan 81 %) yang cukup tinggi
(Tabel 4). Hal tersebut menunjukkan bahwa benih lobak lokal yang akan
digunakan pada musim tanam berikutnya dapat disimpan di ruang kamar maupun
AC, bergantung pada ketersediaan tempat yang dimiliki. Jika benih lobak lokal
disimpan di ruang kamar dengan suhu dan RH yang berfluktuatif, sebaiknya benih
lobak telah dikemas dalam wadah yang lebih kedap udara untuk mencegah
terjadinya peningkatan KA benih selama disimpan.
Kecepatan tumbuh benih lobak maksimum adalah sebesar 33.33 %etmal-1 .
Nilai ini akan tercapai jika pada hari ke-3, benih yang ditanam seluruhnya menjadi
kecambah normal (100 %). Benih lobak mulai membentuk kecambah normal pada
hari ke-3. Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa Kct benih lobak lokal masih cukup
tinggi, karena Kct benih lobak lokal pada ruang simpan kamar mencapai 28.34
%etmal-1 dan di ruang simpan AC sebesar 27.92 %etmal-1.
Penyimpanan Benih Lobak Impor
Hasil analisis sidik ragam pengaruh periode simpan dan ruang simpan
terhadap peubah mutu fisiologis benih lobak impor disajikan pada Lampiran 2.
Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh periode simpan dan ruang simpan
terhadap peubah mutu fisiologis benih menunjukkan bahwa interaksi antara
keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati (Tabel 5).
Hal tersebut menunjukkkan bahwa benih lobak impor yang disimpan di ruang
kamar maupun AC selama 12 minggu dapat mempertahankan viabilitasnya tetap
tinggi.
Faktor tunggal periode simpan berpengaruh nyata terhadap semua peubah.
Benih lobak impor yang disimpan selama 12 minggu mengalami perubahan mutu

14
fisiologis. Hal ini disebabkan oleh benih merupakan benda hidup, maka viabilitas
potensial dan vigornya akan menurun seiring dengan lamanya waktu simpan.
Faktor tunggal ruang simpan tidak berpengaruh nyata terhadap semua
peubah mutu fisiologis benih lobak impor, kecuali KA benih. Hal ini
menunjukkan bahwa benih lobak impor dapat disimpan di ruang simpan kamar
dengan kondisi lingkungan khususnya suhu dan RH yang berfluktuatif atau di
ruang simpan AC yang lebih terkontrol suhu dan RH nya. Ruang simpan manapun
yang dipilih, sebaiknya selalu bersih untuk menghindari munculnya faktor biotik
seperti cendawan, hama, bakteri selama di penyimpanan yang dapat menyebabkan
viabilitas benih menurun.
Tabel 5 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh periode simpan, ruang simpan
dan interaksinya terhadap beberapa peubah mutu fisiologis benih lobak
impor
Ruang
Periode x
Periode
Peubah
simpan
Ruang simpan
simpan (S)
(R)
(S x R)
KA (kadar air), %

*

*

tn

DB (daya berkecambah), %
IV (indeks vigor), %

**
**

tn
tn

tn
tn

Kct (kecepatan tumbuh), %etmal-1

**

tn

tn

** = Berpengaruh sangat nyata, * = Berpengaruh nyata, tn = Tidak berpengaruh nyata

Benih lobak impor yang disimpan selama 12 minggu mengalami
peningkatan KA yang nyata pada minggu ke-2, yaitu mencapai lebih dari 6 %
(Tabel 6). Kadar air benih lobak impor pada akhir pengamatan dengan
menggunakan wadah penyimpanan berupa plastik mencapai lebih dari 6.5 %. Hal
ini menunjukkan bahwa selama benih disimpan selama 12 minggu sebaiknya
dikemas dalam wadah yang lebih kedap udara untuk mencegah terjadinya
peningkatan KA.
Tabel 6 Pengaruh periode simpan benih lobak terhadap beberapa peubah mutu
fisiologis benih lobak impor
Periode simpan (minggu ke-)
Peubah
0
2
4
6
8
10
12
KA
DB

4.75c
6.37ab 5.93ab 5.27bc
98.00ab 100.00a 96.50ab 98.00ab

IV
Kct

97.00ab 99.50a
32.83a 32.57a

6.10ab 5.69abc 6.66a
98.00ab 90.50c 94.00bc

94.00bc 95.50abc 91.50c
32.27a 30.32b
30.53b

86.00d
29.66b

92.00bc
30.38b

KA = Kadar air (%),DB = Daya berkecambah (%), IV = Indeks vigor (%), Kct = Kecepatan
tumbuh (%etmal-1). Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata
pada uji DMRT pada taraf 5%

Tabel 6 menunjukkan bahwa DB benih lobak impor yang telah disimpan
12 minggu menurun secara nyata pada minggu ke-10. Daya berkecambah benih
lobak impor yang disimpan selama 12 minggu masih menunjukkan hasil > 90%.
Hal ini menunjukkan bahwa viabilitas awal benih lobak impor yang tinggi
membuat benih mampu mempertahankan viabilitasnya tetap tinggi setelah
disimpan. Peubah yang mewakili vigor benih lobak impor adalah IV dan Kct.

15
Indeks vigor benih lobak impor menurun secara nyata pada minggu ke-8.
Kecepatan tumbuh benih lobak impor yang disimpan selama 12 minggu menurun
secara nyata pada minggu ke-6 dengan nilai Kct < 31 %etmal-1. Hasil pengujian
terhadap mutu fisiologis benih menunjukkan bahwa peubah untuk vigor benih
seperti IV dan Kct menurun lebih cepat dibanding peubah viabilitas benih seperti
DB.
Kadar air benih lobak impor yang disimpan di ruang simpan kamar berbeda
nyata dengan KA benih pada ruang simpan AC (Tabel 7). Suhu dan RH yang
lebih rendah pada ruang AC menyebabkan benih lobak impor memiliki KA lebih
rendah dibanding ruang simpan kamar.
Seiring dengan meningkatnya KA benih selama di penyimpanan, benih
dapat mengalami penurunan viabilitas, namun hasil pengujian terhadap mutu
fisiologis pada Tabel 7 menunjukkan bahwa KA benih lobak impor yang
meningkat tidak membuat viabilitas benih berubah. Hal ini disebabkan oleh
peningkatan KA benih yang masih dalam kisaran aman disimpan, yaitu sekitar 57 %, sehingga viabilitas benih lobak impor masih dapat dipertahankan tetap baik.
Benih lobak impor setelah disimpan di ruang simpan kamar maupun AC
memiliki nilai IV dan DB yang tinggi, yaitu lebih dari 90 %. (Tabel 7). Kecepatan
tumbuh benih lobak maksimum adalah sebesar 33.33 %etmal-1. Hal ini akan
tercapai jika pada hari ke-3, benih yang ditanam seluruhnya menjadi kecambah
normal. Berdasarkan Tabel 7, terlihat bahwa benih lobak impor masih memiliki
viabilitas yang tinggi setelah disimpan selama 12 minggu karena Kct benih lobak
lokal pun mencapai lebih dari 31 %etmal-1.
Tabel 7 Pengaruh ruang simpan terhadap peubah mutu fisiologis benih lobak
impor
Peubah
Ruang
Daya
Indeks vigor
Kecepatan tumbuh
Kadar air
simpan
berkecambah
(IV), %
(Kct), %etmal-1
(KA), %
(DB), %
Kamar
6.17a
96.14
93.57
31.24
AC
5.47b
96.71
93.71
31.21
Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda berdasarkan uji DMRT
pada taraf 5 %

Perubahan Mutu Fisiologis Benih Lobak Lokal dan Impor Selama 12
Minggu Penyimpanan Pada Ruang Kamar dan Ruang AC
Viabilitas benih merupakan kemampuan hidup benih pada kondisi optimum.
Salah satu peubah yang dapat digunakan untuk mengetahui mutu fisiologis benih
adalah daya berkecambah (DB). Daya berkecambah merupakan peubah yang
menggambarkan kemampuan benih tumbuh menjadi kecambah normal pada
kondisi optimum. Hasil pengujian DB biasa dicantumkan dalam kemasan benih
untuk memberikan informasi kepada penjual benih sebagai produsen maupun
konsumen, sehingga pengguna benih dapat mengetahui mutu fisiologisnya
Perubahan mutu fisiologis benih lobak lokal dan impor, khususnya untuk
peubah DB pada ruang simpan kamar terdapat pada Gambar 5. Berdasarkan grafik
tersebut, terlihat bahwa penurunan nilai DB lobak lokal lebih besar dibanding
benih lobak impor pada setiap periode simpan. Daya berkecambah benih lobak
lokal mulai menurun pada periode simpan minggu ke-6 hingga akhir periode

16
simpan. Benih lobak impor yang disimpan di ruang kamar selama 12 minggu
menunjukkan hasil pengujian DB yang berfluktuatif pada setiap periode simpan.
Persentase Daya
Berkecambah (%)

120
100
80
60

Lokal

40

Impor

20
0
0

2

4

6

8

10

12

Minggu ke-

Persentase Daya
Berkecambah (%)

Gambar 5 Perubahan daya berkecambah benih lobak lokal dan impor selama
disimpan 12 minggu di ruang kamar
Perubahan daya berkecambah benih lobak lokal dan impor yang disimpan
di ruang AC disajikan pada Gambar 6. Grafik kemunduran nilai DB benih lobak
lokal dan impor menunjukkan kecenderungan yang sama. Kedua benih tersebut
cenderung berfluktuatif setiap periode pengamatan. Kedua benih sudah mulai
menurun DB nya sejak minggu ke-6, namun diakhir pengamatan terjadi kembali
peningkatan. Hasil pengujian DB benih lobak lokal dan impor masih
menunjukkan hasil diatas 80 % setelah disimpan selama 12 minggu di ruang AC.
Hal tersebut menunjukkan bahwa ruang simpan AC dapat menjadi ruang simpan
yang baik untuk benih dapat tetap mempertahankan viabilitasnya tetap tinggi
selama disimpan. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Buharman et al.
(2002) bahwa benih yang disimpan pada kondisi ruang simpan kamar mengalami
penurunan daya berkecambah yang lebih cepat dibanding kondisi ruang simpan
AC.
120
100
80
60
40
20
0

Lokal
Impor
0

2

4

6

8

10

12

Minggu ke-

Gambar 6 Perubahan daya berkecambah benih lobak lokal dan impor selama
disimpan 12 minggu di ruang AC
Penentuan Hitungan I dan II dalam Uji Daya B