Daya Simpan Benih Mentimun (Cucumis sativus L.) yang Telah Diusangkan dengan Perlakuan Etanol

DAYA SIMPAN BENIH MENTIMUN (Cucumis sativus L.)
YANG TELAH DIUSANGKAN DENGAN
PERLAKUAN ETANOL

ASTRYANI ROSYAD

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Daya Simpan Benih
Mentimun (Cucumis sativus L.) yang Telah Diusangkan dengan Perlakuan Etanol
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Astryani Rosyad
NIM A24090039

ABSTRAK
ASTRYANI ROSYAD. Daya Simpan Benih Mentimun (Cucumis sativus L.)
yang Telah Diusangkan dengan Perlakuan Etanol. Dibimbing oleh FAIZA C
SUWARNO.
Lot benih dengan berbagai tingkat viabilitas diperlukan sebagai bahan
penelitian invigorasi. Tujuan penelitian ini adalah menentukan metode
pengusangan cepat kimiawi untuk mendapatkan lot benih dengan persentase daya
berkecambah 80% dan 60% serta mengetahui berapa lama benih tersebut mampu
mempertahankan viabilitasnya. Tiga varietas benih mentimun (Misano, Monza
dan Penus) diberikan perlakuan lama perendaman dalam larutan etanol 96%
kemudian dilakukan penyimpanan pada kondisi simpan kamar (25-30 ºC dan RH
57-75%) dan kondisi simpan AC (20-28 ºC dan RH 45-74%). Lot benih varietas
Monza, Misano dan Penus dengan tingkat viabilitas 80% (TV1) didapatkan
dengan perendaman selama 80 menit, 10 jam 48 menit, dan 4 jam sedangkan

tingkat viabilitas 60% (TV2) dilakukan perendaman selama 170 menit, 14 jam 44
menit, dan 7 jam. Penyimpanan benih pada kondisi simpan kamar menunjukkan
kedua tingkat viabilitas pada benih varietas Misano dapat dipertahankan hingga
periode simpan 4 minggu, varietas Monza 2 minggu, dan varietas Penus 8
minggu. Kondisi simpan AC menunjukkan kedua tingkat viabiliats benih varietas
Misano dan Penus dapat dipertahankan hingga periode simpan 8 minggu,
sedangkan pada varietas Monza viabilitas benih dapat dipertahankan hingga
periode simpan 6 minggu.
Kata Kunci : benih mentimun, etanol 96%, pengusangan cepat, penyimpanan
benih

ABSTRACT
ASTRYANI ROSYAD. Storability of Cucumber (Cucumis sativus L.) Seed After
Accelerated Aging Treatment with Ethanol. Supervised by FAIZA C SUWARNO.
Seed lots with different viability levels were needed in seed invigoration.
The objectives of this research were to find out the method of Chemical
Accelerated aging that could produce the desirable cucumber seed lot with 80%
and 60% germination percentage, and the storability of the treated seeds. Seeds of
three cucumber varieties (Misano, Monza, and Penus) were treated by different
soaking duration in liquid ethanol 96% to produce 80% and 60% viabilitiy levels

and then storedin ambient room (25-30 ºC and RH 57-75%) and AC room (20-28
ºC and RH 45-74%). Cucumber seed of varieties Monza, Misano, dan Penus with
viability level of 80% (VL1) could be obtain by soaking the seed into ethanol
liquid 96% for 80 minutes, 10 hours 48 minutes, and 4 hours, whereas those with
viability level of 60% (VL2) were obtained by soaking duration of 170 minutes,
14 hours 44 minutes and 7 hours. Storage experiment showed that in ambient
condition both viability level of Monza seed could maintained the viability for 4
weeks, Misano seed 2 weeks, whereas Penus seed 8 weeks. In AC condition
Misano and Penus seed could maintained the viability for 8 weeks, whereas
Monza seed 6 weeks.
Key words : accelerated aging treatment, cucumis seed, ethanol 96%, seed storage

DAYA SIMPAN BENIH MENTIMUN (Cucumis sativus L.)
YANG TELAH DIUSANGKAN DENGAN
PERLAKUAN ETANOL

ASTRYANI ROSYAD

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Daya Simpan Benih Mentimun (Cucumis sativus L.) yang Telah
Diusangkan dengan Perlakuan Etanol
: Astryani Rosyad
Nama
: A24090039
NIM

Disetujui oleh

Dr Ir Faiza C Suwamo, MS

Pembimbing

Tanggal Lulus:

2 3 t..UG 2013

Judul Skripsi : Daya Simpan Benih Mentimun (Cucumis sativus L.) yang Telah
Diusangkan dengan Perlakuan Etanol
Nama
: Astryani Rosyad
NIM
: A24090039

Disetujui oleh

Dr Ir Faiza C Suwarno, MS
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul Daya Simpan Benih
Mentimun (Cucumis sativus L.) yang telah Diusangkan dengan Perlakuan Etanol
berhasil diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Faiza C Suwarno, MS
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan dan saran.
Penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr Tatiek Kartika Suharsi, MS dan
Bapak Dr Ir Abdul Qadir, MSi selaku dosen penguji serta kepada Bapak Prof Dr
Ir Roedhy Poerwanto, MSc selaku dosen pembimbing akademik. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada PT East West Seed Indonesia yang telah
membantu dalam penyediaan bahan penelitian. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, Socrates 46, atas segala doa
dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Agustus 2013
Astryani Rosyad

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan

2

Hipotesis

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Botani Mentimun

2


Metode Pengusangan Cepat Kimia

2

Viabilitas dan Vigor Benih

3

Daya Simpan Benih

4

METODE

5

Tempat dan Waktu

5


Bahan dan Alat

5

Metode Percobaan

6

Pengamatan

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

10

KESIMPULAN DAN SARAN

21


Kesimpulan

21

Saran

22

DAFTAR PUSTAKA

22

LAMPIRAN

24

RIWAYAT HIDUP

25

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

8

9

10
11
12
13
14

Kondisi awal benih yang digunakan dalam penelitian
Pengaruh waktu perendaman terhadap persentase daya berkecambah
Rekapitulasi hasil analisis regresi penentuan waktu perendaman
Nilai tengah daya hantar listrik benih mentimun pada berbagai tingkat
viabilitas
Koefisien korelasi antara daya berkecambah (DB) dan kecepatan
tumbuh (KCT) dengan Daya Hantar Listrik pada Benih Mentimun
Kondisi awal benih sebelum penyimpanan
Rekapitulasi hasil sidik ragam tingkat viabilitas dan periode simpan
serta interaksinya terhadap tolok ukur DB, KCT dan KA pada kondisi
simpan kamar
Rekapitulasi hasil sidik ragam tingkat viabilitas dan periode simpan
serta interaksinya terhadap tolok ukur DB, KCT dan KA pada kondisi
simpan AC
Pengaruh interaksi tingkat viabilitas dan periode simpan terhadap tolok
ukur daya berkecambah dan kecepatan tumbuh benih mentimun
varietas Penus
Pengaruh tingkat viabilitas dan periode simpan terhadap daya
berkecambah pada kondisi simpan kamar
Pengaruh tingkat viabilitas dan periode simpan terhadap daya
berkecambah pada kondisi simpan AC
Pengaruh tingkat viabilitas dan periode simpan terhadap kecepatan
tumbuh pada kondisi simpan kamar
Pengaruh tingkat viabilitas dan periode simpan terhadap kecepatan
tumbuh pada kondisi smpan AC
Pengaruh tingkat viabilitas dan periode simpan terhadap kadar air pada
kondisi simpan kamar

5
10
10
11
12
13

13

14

15
16
17
18
19
20

DAFTAR GAMBAR
1 Konsepsi Steinbauer-Sadjad
2 Ukuran benih (a) Varietas Misano, (b) Varietas Monza, (c) Varietas
Penus
3 Perendaman benih dalam etanol 96%
4 Keragaan kecambah varietas Penus dengan tingkat viabilitas 60%
pada periode simpan (a) 0 minggu, (b) 2 minggu, dan (c) 4 minggu

4
6
11
16

DAFTAR LAMPIRAN
1 Bagan alir penelitian

24

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang
memiliki gizi tinggi. Jenis sayuran ini populer di hampir semua negara. Di
Indonesia mentimun banyak ditanam di Jawa dan Sumatera (Sumpena 2007).
Produksi mentimun pada tahun 2012 mencapai 512 556 ton (BPS 2013).
Penyediaan benih yang baik mutlak bagi keberhasilan sistem produksi tanaman,
khususnya sayuran yang kualitas hasilnya sangat penting dalam pemasaran kepada
konsumen. Produksi benih sejak tanam hingga penyimpanan, benih telah melalui
serangkaian proses yang dapat mempengaruhi viabilitasnya (Justice dan Bass
2002). Saat ini banyak perusahaan benih maupun peneliti melakukan berbagai
macam perlakuan untuk memperbaiki kondisi benih yang telah mundur
(deteriorated) sebagai upaya peningkatan vigor benih di lapangan dan hasil.
Lot benih dengan tingkat viabilitas yang bervariasi sangat diperlukan
didalam penelitian yang berkaitan dengan reversibilitas atau recovery seperti pada
penelitian invigorasi (Belo 2012). Benih dengan berbagai tingkat viabilitas dapat
diperoleh dengan metode pengusangan cepat (MPC). Metode pengusangan cepat
dapat berupa perlakuan fisik menggunakan suhu dan kelembaban nisbi yang
tinggi dan perlakuan kimiawi dengan menggunakan etanol. Etanol adalah
senyawa organik yang bersifat nonpolar yang dapat mendenaturasi protein pada
konsentrasi tertentu. Etanol juga dapat menghilangkan integritas membran,
meningkatkan permeabilitasnya kemudian meningkatkan kebocoran hasil
metabolisme (Saenong 1986).
Menurut Belo dan Suwarno (2012) metode pengusangan cepat
menggunakan etanol 96% merupakan metode tercepat dan paling mudah untuk
menurunkan viabilitas benih padi. Hasil penelitian menujukan bahwa tingkat
viabilitas benih padi 60% dan 50% dapat diperoleh dengan perlakuan uap etanol
selama 4.9 jam dan 5.3 jam, sedangkan perendaman dengan etanol 96% hanya
membutuhkan waktu 4.0 menit dan 4.4 menit. Penelitian yang sama dilakukan
oleh Permatasari (2013) pada benih mentimun varietas Harmoni dimana viabilitas
60% didapatkan dengan perendaman dalam etanol 96% selama 85 jam 11 menit.
Seiring berjalannya waktu benih terus mengalami kemunduran yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya kondisi fisiologi benih, komponen
genetik dan kondisi penyimpanan (Maskri et al. 2003). Justice dan Bass (2002)
menyatakan bahwa benih yang berviabilitas awal tinggi lebih tahan terhadap
kondisi simpan yang kurang menguntungkan dibanding dengan benih yang
berviabilitas awal rendah. Kondisi simpan yang paling berpengaruh dalam
penyimpanan benih adalah suhu dan kelembaban. Menurut Copeland dan
McDonald (2001) berdasarkan kaidah Harrington setiap penurunan suhu 5.6 ºC
(pada kisaran 0-50 ºC) maka daya simpan benih meningkat dua kali lipat
sedangkan peningkatan kadar air sebesar 1% (pada kisaran 5-14%) maka daya
simpan benih turun setengahnya. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan lot
benih dengan persentase daya berkecambah 80% dan 60% dengan metode
perendaman benih dalam etanol 96% serta mengetahui berapa lama benih tersebut
mampu mempertahankan viabilitasnya pada kondisi simpan kamar dan AC.

2
Tujuan
1. Menentukan waktu perendaman yang tepat untuk mendapatkan dua lot benih
mentimun yang memiliki viabilitas 80% dan 60%.
2. Mengetahui berapa lama benih tersebut dapat mempertahankan viabilitasnya
pada kondisi simpan Kamar dan AC.
Hipotesis
1. Terdapat waktu perendaman yang terbaik untuk mendapatkan dua lot benih
mentimun yang memiliki viabilitas 80% dan 60%.
2. Ruang simpan dapat mempengaruhi kurun waktu benih untuk mempertahankan
viabilitasnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Mentimun
Mentimun (Cucumis sativus L.) dapat tumbuh dengan baik dan mampu
beradaptasi pada kondisi lingkungan yang memiliki curah hujan 200-400
mm/bulan, suhu 18-30 ºC, RH 50-85% serta kemasaman tanah antara 5.5-6.5
(Sumpena 2007). Mentimun merupakan tanaman setahun. Tanaman ini memiliki
tipe pertumbuhan memanjat. Sistem perakaran tanaman luas, tetapi biasanya
dangkal. Batang memiliki panjang antara 1 m hingga 3 m, dan bersudut empat.
Daun bulat telur segitiga, agak berbentuk jantung, lebar 7-25 cm. Bunga berwarna
kuning berbentuk mangkuk. Mentimun merupakan tanaman monoecious dengan
tipe penyerbukan menyerbuk silang (George 2009).
Buah mentimun yang matang dapat dilihat dari warna kulit buah. Warna
kulit buah beragam dari hijau pucat hingga hijau sangat gelap tergantung setiap
varietas, selain itu dapat dilihat dari layunya tangkai yang berdekatan dengan buah.
Biji matang berbentuk pipih berwarna putih. Rata-rata produksi benih di lapangan
sebesar 400 kg-1ha dengan jumlah biji 500 butir-1buah (George 2009).
Metode Pengusangan Cepat Kimia
Metode pengusangan cepat merupakan salah satu metode pengujian vigor
dan pengujian daya simpan benih. Metode ini ditemukan pertama kali oleh
Delouche (1971) dengan menggunakan perlakuan fisik yaitu suhu 41 ºC dan RH
sekitar 100% selama tiga sampai empat hari. Metode tersebut digunakan sebagai
metode standar untuk pengujian vigor benih kedelai (ISTA 2008). Sadjad (1994)
menemukan metode pengusangan cepat menggunakan senyawa kimiawi yaitu
etanol. Etanol adalah senyawa organik yang bersifat nonpolar yang dapat
mendenaturasi protein pada konsentrasi tertentu (Saenong 1986). Etanol juga
dapat menghilangkan integritas membran, meningkatkan permeabilitasnya
kemudian meningkatkan kebocoran hasil metabolisme.

3
Pengusangan cepat mengakibatkan rusaknya membran sel benih yang
menjadikan banyak elektrolit yang keluar sehingga daya hantar listrik (DHL)
meningkat dan terjadinya aberasi kromosom oleh reduksi bebas. Menurut
Saenong (1986) selama pengusangan cepat terjadi penurunan fosfolipid pada
benih kedelai yang berdampak pada rusaknya integritas membran, sehingga
semakin lama perlakuan penderaan semakin tinggi DHL-nya. Tilebani dan
Golpayegani (2011) menyatakan bahwa proses pengusangan cepat berkorelasi
dengan penurunan aktivitas peroksidase. Semakin lama pengusangan akan
menyebabkan aktivitas enzim semakin menurun. Pengaruh pengusangan cepat
pada benih wortel (Daucus carota L.) menyebabkan nilai DHL benih meningkat
dengan meningkatnya waktu pengusangan.
Viabilitas dan Vigor Benih
Viabilitas merupakan kemampuan benih untuk hidup, tumbuh, dan
berkembang. Viabilitas merupakan ciri utama yang membedakan antara benih dan
biji. Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat diindikasikan oleh
pertumbuhannya ataupun gejala metabolismenya yang mencakup viabilitas total,
viabilitas potensial dan vigor. Viabilitas benih di lapang ditunjukkan dengan
banyaknya benih yang berkecambah dari seluruh lot benih yang ditanam, tumbuh
menjadi tanaman dan berproduksi secara normal pada kondisi lapang yang
optimum (Sadjad 1994). Pengujian viabilitas bertujuan untuk mengetahui semua
benih yang hidup baik dorman maupun tidak dorman sehingga dapat
menggambarkan daya hidup benih, karena benih merupakan individu yang hidup.
Vigor benih merupakan kemampuan benih untuk tumbuh menjadi tanaman
normal pada kondisi suboptimum di lapangan atau sesudah disimpan dalam
kondisi simpan yang suboptimum (Sadjad 1994). Vigor benih dibagi menjadi dua
kualifikasi, yaitu Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT) dan Vigor Daya Simpan (VDS).
Kedua macam vigor dikaitkan pada analisis suatu lot benih, merupakan parameter
viabilitas absolut yang tolok ukurnya dapat bermacam-macam (Sadjad 1994).
Sutopo (2004) menyatakan bahwa vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain
oleh: (1) tahan disimpan lama, (2) tahan terhadap hamadan penyakit, (3)
pertumbuhan yang cepat dan merata, (4) mampu menghasilkan tanaman dewasa
yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan sub-optimum.
Periode viabilitas benih dijabarkan mulai anthesis sampai benih mati.
Periodisasi ini dikembangkan dalam Konsepsi Steinbaurer-Sadjad (Gambar 1).
Fragmentasi periode viabilitas dibagi menjadi tiga periode yaitu Periode I, II, dan
III. Periode I merupakan periode dimana benih terbentuk dan berkembang sampai
benih mencapai masak fisiologi. Viabilitas potensial (Vp) dan Vigor benih (Vg)
pada periode I meningkat secara sigmoid dan mencapai titik maksimum pada
benih pada saat benih masak fisiologi. Kondisi tanaman maupun faktor
lingkungan pada periode ini akan menentukan mutu fisik, fisiologi, genetik, dan
patologis benih. Periode II merupakan periode dimana benih mengalami proses
pengolahan dan penyimpanan. Pada periode II mutu benih dipertahankan tetap
tinggi, garis Vp dan Vg sejajar dan tidak mengalami penurunan. Periode II
merupakan periode kritikal, garis Vp dan Vg mulai menurun sampai benih mati.
Periode ini merupakan periode kritikal karena laju penurunan vigor sangat tinggi,

4
pada kondisi optimum viabilitas benih masih tinggi, tetapi viabilitas benih
menurun secara tajam pada kondisi suboptimum.

Periode I : Periode Pembangunan Benih
Periode II : Periode Simpan
Periode II : Periode Kritikal
Vp : Viabilitas Potensial
Vg : Vigor
Vss : Viabilitas Sesungguhnya
PKs : Periode Konservasi sebelum simpan
PKT : Periode Konservasi sebelum tanam
D : Nilai Delta

Gambar 1 Konsepsi Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1994)

Copeland dan McDonald (2001) mengemukakan bahwa proses penuaan atau
mundurnya vigor secara fisiologi ditandai dengan penurunan daya berkecambah,
peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan pemunculan kecambah di
lapangan, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, meningkatkan
kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya dapat menurunkan
produksi tanaman. Osborne dalam Tatipata (2008) menyatakan bahwa hilangnya
kemampuan benih untuk berkecambah ditandai oleh penurunan integritas
membran, kerusakan makromolekul, dan hilangnya kompartmensasi seluler.
Daya Simpan Benih
Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas
benih dalam periode simpan yang panjang. Faktor-faktor yang mempengaruhi
viabilitas benih selama penyimpanan dibagi menjadi faktor internal dan eksternal.
Faktor internal mencakup sifat genetik, daya tumbuh, vigor, kondisi kulit, dan
kadar air benih awal. Faktor eksternal antara lain kemasan benih, komposisi gas,
suhu, dan kelembaban ruang simpan (Copeland dan McDonald 2001). Justice dan
Bass (2002) menyatakan bahwa benih yang berviabilitas awal tinggi lebih tahan
terhadap kondisi simpan yang kurang menguntungkan dibandingkan dengan benih
yang berviabilitas awal rendah.
Benih dikatakan disimpan dalam kondisi simpan optimum, apabila benih
tersebut disimpan dalam ruang simpan yang memiliki suhu dan kelembaban nisbi
udara serba terkontrol (Sadjad et al. 1999). Menurut Justice dan Bass (2002)

5
kondisi simpan yang paling berpengaruh dalam penyimpanan benih adalah suhu
dan kadar air. Suhu penyimpanan dan kadar air benih merupakan faktor penting
yang mempengaruhi masa hidup benih. Menurut Copeland dan McDonald (2001)
berdasarkan kaidah Harrington setiap penurunan suhu 5.6 ºC (pada kisaran 0-50
ºC) maka daya simpan benih meningkat dua kali lipat sedangkan peningkatan
kadar air sebesar 1% (pada kisaran 5-14%) maka daya simpan benih turun
setengahnya.
Kuswanto (2003) menyatakan bahwa berdasarkan kaidah Harrington
semakin rendah suhu ruang penyimpanan, semakin lambat laju deteriorasi
sehingga benih dapat lebih lama disimpan. Sebaliknya semakin tinggi suhu
penyimpanan, semakin cepat laju deteriorasi, sehinggaa penyimpanan benih lebih
singkat.

METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih,
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Pelaksanaan
penelitian dimulai pada bulan Februari hingga Mei 2013.
Bahan dan Alat
Bahan percobaan yang digunakan adalah tiga varietas benih mentimun yaitu
Misano, Monza, dan Penus (Gambar 2) dengan viabilitas awal > 95% (Tabel 1),
larutan etanol 96%, kertas merang, kain kassa, plastik, plastik polypropylene
dengan ketebalan 0.08 mm, kertas label, dan selotip. Alat-alat yang digunakan
adalah alat pengepres kertas tipe IPB 75-1, alat pengecambah benih (APB) tipe
IPB 72-1, oven, desikator, cawan, timbangan analitik, glass jar 100 mL, sealer,
conductivitymeter tipe sensIon5, bak rendam, wadah penyimpanan, hand spayer,
dan pinset.
Tabel 1 Kondisi awal benih yang digunakan dalam penelitian
Parameter
Daya Berkecambah (%)
Kecepatan Tumbuh (%etmal-1)
Kadar Air (%)
Bobot 1000 butir (g)
Panjang (mm)
Lebar (mm)

Misano
97.33
30.84
6.60
23.89
9.12
2.99

Varietas
Monza
97.33
31.38
6.59
19.96
8.77
3.31

Penus
98.67
32.18
6.00
26.17
10.03
3.52

6
a

b

c

Gambar 2 Ukuran benih (a) Varietas Misano, (b) Varietas Monza, (c) Varietas Penus

Metode Percobaan

Percobaan 1 : Pengusangan Cepat dengan Perendaman dalam Larutan
Etanol 96%
Pecobaan penentuan waktu perendaman yang tepat digunakan untuk
mendapatkan dua lot benih mentimun yang memiliki viabilitas 80% dan 60%.
Setiap varietas memiliki lama waktu perendaman yang berbeda-beda. Waktu
perendaman benih mentimun varietas Monza adalah 0, 20, 40, 60, 80, 100, 120,
140, 160, dan 180 menit , varietas Penus adalah 0, 1, 3, 15, 20, dan 25 jam, dan
varietas Misano adalah 0, 8, 9, 10, 13, 15, 17, 20, dan 23 jam. Setiap perlakuan
perendaman diulang sebanyak tiga kali. Satu satuan percobaan terdiri dari 25 butir
benih. Peubah yang diamati adalah daya berkecambah.

Gambar 3 Perendaman benih dalam etanol 96%
Data dianalisis dengan analisis regresi linear. Analisis data bertujuan untuk
mengetahui dan membandingkan antara pengaruh waktu pengusangan terhadap
persentase daya berkecambah benih. Persamaan regresi yang digunakan adalah :
Y = a + bX.
Keterangan :
Y
a
b
X

= daya berkecambah benih
= titik potong garis dengan sumbu Y
= kemiringan antara koefisien regresi
= waktu perendaman

7
Pelaksanaan percobaan dimulai dengan memasukan sebanyak 25 butir benih
ke dalam kantong yang terbuat dari kain kassa dengan ukuran 4 cm x 6 cm.
Kantong dimasukan kedalam glass jar yang telah berisi etanol 96% dimana
kondisi benih terendam dengan baik. Lama dan interval waktu perendaman untuk
setiap varietas menggunakan waktu yang telah ditentukan. Setelah direndam benih
dikering anginkan selama tiga jam. Pengujian dilakukan dengan metoda Uji
Kertas Digulung didirikan dalam plastik (UKDdp). Peubah yang diamati pada
pengujian viabilitas adalah daya berkecambah (DB).
Pengujian Kebocoran Membran dengan Uji Daya Hantar Listrik (DHL)
Percobaan ini dilakukan untuk mengukur jumlah larutan elektrolit atau ion
yang keluar dari benih sebagai akibat kebocoran membran sel. Rancangan
percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan satu
faktor, yaitu tingkat viabilitas dengan tiga taraf yaitu TV0 (viabilitas > 95%), TV1
(viabilitas 80%), dan TV2 (viabilitas 60%). Setiap perlakuan diulang sebanyak
tiga kali sehingga diperoleh sembilan satuan percobaan untuk setiap varietas. Satu
satuan terdiri dari 25 butir benih. Model linier yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Yij = μ + αi + βj + εij
Keterangan :
Yij

= nilai peubah yang diamati pada perlakuan tingkat viabilitas ke-i dan
ulangan ke-j
μ
= nilai tengah umum
αi
= pengaruh tingkat viabilitas ke-i (i= TV0,TV1,TV2)
βj
= pengaruh kelompok ke-j (j= 1,2,3)
εij
= pengaruh galat percobaan
Data dianalisis menggunakan analiasi ragam (Uji F). Uji nilai tengah yang
digunakan adalah Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada selang kepercayaan
5% (Gomez dan Gomez 1995).
Pengujian diawali dengan mengukur nilai DHL aquades yang akan
digunakan. Sebanyak 50 mL aquades diletakan dalam glass jar 100 mL,
kemudian diukur nilai DHL-nya. Aquades memenuhi syarat untuk digunakan
apabila nilai DHL kurang dari 5 µS cm-1 (ISTA 2008). Sebanyak 25 butir benih
yang sudah ditimbang dimasukan ke dalam glass jar yang telah berisi 50 mL
aquades, kemudian ditutup menggunakan aluminium foil dan diinkubasi selama
24 jam. Air rendaman benih diukur dengan conductivitymeter untuk mengukur
jumlah elektrolit yang keluar dari benih pada setiap tingkat viabilitas yang diuji.
Percobaan 2 : Penyimpanan Benih Mentimun pada Kondisi Simpan Kamar
dan Kondisi Simpan AC
Penelitian terdiri atas dua percobaan, percobaan pertama adalah
penyimpanan benih pada kondisi simpan kamar dan percobaan kedua adalah
penyimpanan benih
pada kondisi simpan AC. Percobaan menggunakan
rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor yaitu tingkat
viabilitas dan periode simpan. Faktor tingkat viabilitas terdiri dari dua taraf yaitu

8
tingkat viabilitas 80% (TV1) dan tingkat viabilitas 60% (TV2). Faktor periode
simpan terdiri dari 5 taraf yaitu 0, 2, 4, 6, dan 8 minggu. Kombinasi menghasilkan
10 perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali sehingga diperoleh 30 satuan
percobaan untuk setiap varietas pada setiap ruang simpan. Setiap satuan terdiri
atas 50 butir benih untuk pengujian DB dan KCT. Pengujian kadar air pada kedua
tingkat viabilitas (TV1 dan TV2) dilakukan pada periode simpan 0, 4, dan 8
minggu. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga menghasilkan 18
satuan percobaan. Setiap satuan terdiri dari 2-2.5 gram. Model linier yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Yijk = μ + αi +βj + ɣk + (αɣ)ik + εijk
Keterangan :
Yijk

= nilai peubah yang diamati pada perlakuan tingkat viabilitas ke-i, ulangan
ke-j dan periode simpan ke-k.
μ
= nilai tengah umum
αi
= pengaruh tingkat viabilitas ke-i (i = TV1,TV2)
βj
= pengaruh ulangan ke-j (j = 1, 2, 3)
ɣk
= pengaruh periode simpan benih ke-k (k = 0,2,4,6,8)
(αɣ)ik = pengaruh interaksi tingkat viabilitas ke-i dan periode simpan ke-k
εijk
= pengaruh galat jenis tingkat viabilitas ke-i, periode simpan ke-j dan
ulangan ke-k
Data dianalisis menggunakan analiasi ragam (Uji F). Uji nilai tengah yang
digunakan adalah Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada selang kepercayaan
5% (Gomez dan Gomez 1995).
Tiga varietas benih mentimun dengan tingkat viabilitas 80% (TV1) dan 60%
(TV2) dikemas sebanyak 50 butir untuk pengujian vigor dan viabilitas benih, serta
sebanyak 2-2.5 gram untuk pengujian kadar air. Pengemasan menggunakan
plastik polypropylene dengan ketebalan 0.08 mm dan direkatkan. Selanjutnya
benih disimpan dalam wadah penyimpanan. Setiap wadah dinyatakan sebagai satu
ulangan sehingga dalam satu ruangan terdapat tiga wadah simpan. Benih disimpan
pada dua ruangan yaitu kondisi simpan kamar dan AC selama delapan minggu.
Pengujian dilaksanakan pada setiap periode simpan (0, 2, 4, 6, 8 minggu). Uji
viabilitas menggunakan metode UKDdp dengan peubah yang diamati adalah daya
berkecambah (DB) dan kecepatan tumbuh (KCT). Pengujian kadar air (KA)
dilakukan pada periode simpan 0,4, dan 8 minggu.
Pengamatan
1.

Daya Berkecambah (DB)
Pengamatan DB dilakukan terhadap jumlah kecambah normal pada
hitungan pertama (hari ke-3) dan hitungan kedua (hari ke-5). DB dihitung
berdasarkan rumus :
DB (%) =

x 100 %

9

2.

Kecepatan Tumbuh (KCT)
Kecepatan tumbuh diukur berdasarkan persentase kecambah normal
harian yang tumbuh per etmal (24 jam) pada kurun waktu perkecambahan
dalam kondisi optimum. Kecambah normal dihitung sejak hari pertama
hingga hari kelima setelah tanam. Rumus kecepatan tumbuh adalah sebagai
berikut :

Keterangan :
= waktu pengamatan ke-i (etmal)
= persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan ke-i
3.

Kadar Air (KA)
Kadar air benih diukur dengan menggunakan metode langsung
menggunakan oven saat periode simpan 0, 4, dan 8 minggu. Benih dan
dioven pada suhu 103 ± 2 ºC selama 17 ± 1 jam.

Kadar Air (%) =

x 100 %

Keterangan :
M1
= berat wadah + tutup
M2
= berat wadah + tutup + contoh benih mula-mula
M3
= berat wadah + tutup + contoh benih setelah dikeringkan
4.

Daya Hantar Listrik (DHL)

DHL (µMhos cm-1g-1) =
X adalah nilai daya hantar listrik air rendaman benih yang terbaca pada
conductivitymeter (ISTA 2008).

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan 1 : Pengusangan Cepat dengan Perendaman dalam Larutan
Etanol 96 %
Viabilitas awal benih varietas Monza dan Penus yang digunakan memiliki
persentase daya berkecambah sebesar 95%, sedangkan varietas Misano sebesar
100%. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pengaruh lama waktu perendaman
terhadap daya berkecambah benih bervariasi antar varietas (Tabel 2).
Benih mentimun varietas Monza relatif lebih cepat mengalami penurunan
dibandingakan dengan varietas lainnya. Perendaman selama 180 menit mampu
menurunkan daya berkecambah (DB) varietas Monza dari 95% menjadi 44%.
Varietas Misano dengan DB awal 100% turun menjadi 31% dengan perendaman
selama 23 jam sedangkan varietas Penus dengan DB awal 95% turun menjadi
25% dengan perendaman selama 25 jam. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
waktu penderaan menunjukkan penurunan daya berkecambah dan pengaruhnya
berbeda antar varietas. Hal ini juga terjadi pada penelitian pengusangan padi
(Oryza sativa L.) (Belo dan suwarno 2012) dan pengusangan beberapa kultivar
kanola (Brassica napus L.) (Janmohammadi et al 2008). Penurunan viabilitas
yang berbeda antar varietas diduga akibat perbedaan sifat genetik serta kebocoran
membran benih pada awal sebelum dilakukan pengusangan.
Tabel 2 Pengaruh waktu perendaman terhadap persentase daya berkecambah
Varietas
Monza

0
95

20
92

40
89

Misano

0
100

8
95

9
89

Penus

0
95

1
99

3
99

Waktu perendaman (menit)
60
80
100 120 140
81
76
79
80
76
Waktu perendaman (jam)
10
13
15
17
20
95
60
60
41
24
Waktu perendaman (jam)
15
20
25
45
35
25

160
71

180
44

23
31

Waktu perendaman yang tepat untuk mendapatkan lot benih dengan tingkat
viabilitas 80% dan 60% didapatkan dengan melakukan analisis data pada Tabel 2
menggunakan analisis regresi. Hasil analisis regresi penentuan waktu perendaman
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Rekapitulasi hasil analisis regresi penentuan waktu perendaman
Waktu perendaman
Persamaan regresi
Nilai R2
TV1
TV2
Monza
80 menit
170 menit
Y = 95.909 - 0.1979x
0.73
Misano 10 jam 48 menit 14 jam 44 menit Y = 134.83 - 5.0748x
0.91
Penus
4 jam
7 jam
Y = 105.08 - 3.4339x
0.96
Y: Daya berkecambah; x: Waktu perendaman; TV1: Tingkat viabilitas 80%;
Tingkat viabilitas 60%.
Varietas

Nilai r
0.85
0.95
0.98
TV2:

11
Hasil menunjukkan pada varietas Monza dengan nilai R2 sebesar 0.73 dan r
sebesar 0.85 benih TV1 dan TV2 didapatkan dengan perendaman selama 80 dan
170 menit. Varietas Misano dan Penus memiliki nilai determinasi dan korelasi
yang lebih tinggi. Varietas Misano dengan nilai R2 sebesar 0.91 dan r sebesar 0.95
benih TV1 dan TV2 secara berurutan didapatkan dengan perendaman selama 10
jam 48 menit dan 14 jam 44 menit. Pada varietas Penus dengan nilai R2 sebesar
0.96 dan r sebesar 0.98 benih TV1 dan TV2 secara berurutan didapatkan dengan
perendaman selama 4 jam dan 7 jam.
Waktu penderaan yang didapatkan lebih singkat dibandingkan dengan hasil
penelitian Permatasari (2013) pada benih mentimun varietas Harmoni, dimana
viabilitas 60% didapatkan dengan perendaman benih dalam etanol 96% selama 85
jam 11 menit. Demir dan Mavi (2008) menunjukkan dengan pengusangan secara
fisik, viabilitas 51-52% dihasilkan dengan menggunakan suhu 45 ºC selama 144
jam.
Pengujian kebocoran membran dengan Uji Daya Hantar Listrik (DHL)
Metode pengusangan cepat mengakibatkan benih mengalami degradasi
membran. Degradasi membran menyebabkan (1) Hilangnya kontrol permeabilitas
membran ditunjukkan dengan meningkatnya nilai daya hantar listrik (DHL), (2)
hilangnya energi yang dibutuhkan pada proses biosintesis dan kecepatan respirasi
bertambah, (3) Cadangan makanan di embrio habis, (4) viabilitas dan vigor benih
menurun, (5) kehilangan resistensi pada stres lingkungan, dan (6) mempercepat
proses deteriorasi benih (Addai dan Kantanka 2006; Jain et al 2006; Shiddiqui et
al 2008; Soltani et al 2010).
Tabel 4 Nilai tengah daya hantar listrik benih mentimun pada berbagai tingkat viabilitas
Uji DHL(µMhos cm-1 g-1)
TV0
TV1
TV2
Misano
21.71b
192.44a
216.70a
Monza
37.39c
58.37b
103.97a
Penus
26.74c
41.67b
87.67a
TV0: Tingkat viabilitas > 95% (kontrol); TV1: Tingkat viabilitas 80%; TV2: Tingkat
viabilitas 60%. Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris tidak berbeda nyata pada
DMRT 5%.
Varietas

Tabel 4 menunjukkan nilai DHL benih pada setiap tingkat viabilitas yaitu
TV0, TV1, dan TV2. Benih TV0 (kontrol) dengan tingkat viabilitas > 95%
merupakan benih yang tidak mengalami perendaman dengan etanol. Benih TV1
dan TV2 merupakan lot benih dengan tingkat viabilitas 80% dan 60% yang
didapatkan dengan perendaman dengan etanol. Hasil menunjukkan bahwa pada
perlakuan kontrol, nilai DHL tertinggi dimiliki oleh benih varietas Monza. Nilai
DHL yang tinggi menunjukkan bahwa benih varietas ini telah mengalami
kebocoran membran awal yang paling tinggi dibandingkan varietas lainnya. Hal
ini diduga menjadi salah satu penyebab varietas Monza relatif lebih cepat
mengalami penurunan viabilitas pada saat dilakukan perendaman dengan etanol
96% (Tabel 2). Varietas Misano memiliki nilai DHL awal yang rendah serta
memiliki vigor yang tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan viabilitas
menjadi 80% dan 60% secara berurutan benih mengalami kebocoran membran

12
sebesar 192.44 µMhos cm-1 g-1 dan 216.70 µMhos cm-1 g-1 dengan melakukan
perendaman selama 10 jam 48 dan 14 jam 44 menit (Tabel 3).
Secara keseluruhan perlakuan TV2 memiliki nilai DHL yang paling tinggi
dibandingkan perlakuan TV1, kecuali pada varietas Misano dimana nilai DHL
pada TV1 dan TV2 menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Lot benih
dengan perlakuan TV2 merupakan lot yang memiliki tingkat viabilitas sekitar
60%. Lot benih tersebut didapatkan dengan merendam benih menggunakan waktu
perendaman yang paling lama di bandingkan dengan perlakuan TV1. Hal ini
sesuai dengan Maskri et al (2003) dimana pengaruh pengusangan cepat pada
benih wortel (Daucus carota L.) menyebabkan nilai DHL benih meningkat
dengan meningkatnya waktu pengusangan.
Nilai DHL pada setiap varietas mempunyai korelasi yang sangat erat dengan
DB dan KCT (Tabel 5). Terlihat hampir seluruh nilai r pada setiap varietas berkisar
antara 0.9-1.0 serta memiliki tanda negatif. Hal ini menunjukkan hubungan antara
kedua peubah yang sangat erat dan bersifat berlawanan, dimana semakin tinggi
nilai DHL maka semakin rendah nilai persentase daya berkecambah dan
kecepatan tumbuh benih tersebut. Demir dan Mavi (2010) menyatakan bahwa
metode pengusangan cepat berkorelasi dengan penurunan mutu benih
(deteriorasi). Korelasi antara DHL vs DB pada setiap varietas berpengaruh nyata.
Korelasi antara DHL vs KCT pada varietas Monza dan Penus berpengaruh nyata,
sedangkan pada varietas Misano tidak berpengaruh nyata dengan nilai r sebesar
-0.959.
Tabel 5 Koefisien korelasi antara daya berkecambah (DB) dan kecepatan tumbuh (KCT)
dengan daya hantar listrik (DHL) pada benih mentimun
Varietas

Koefisien Korelasi
DHL vs DB

DHL vs KCT

Misano
-1.000*
-0.998*
Monza
-0.996*
-0.959tn
Penus
-1.000*
-0.997*
**: berpengaruh sangat nyata pada α = 1%; *: berpengaruh nyata α = 5%; tn: tidak nyata.

Prinsip dari pengujian daya hantar listrik adalah mengukur jumlah larutan
elektrolit atau ion yang keluar dari benih sebagai akibat kebocoran membran sel.
Jumlah larutan elektrolit yang tinggi menunjukkan kebocoran yang tinggi yang
menandakan membran sel mengalami kerusakan sehingga digolongkan dalam lot
benih bervigor rendah. Rusaknya membran menyebabkan banyak senyawa yang
keluar antara lain gula, asam amino dan lemak (Tatipata 2008). Hilangnya
senyawa tersebut dalam benih menyebabkan energi yang digunakan benih untuk
berkecambah menjadi berkurang.
Percobaan 2 : Penyimpanan Benih Mentimun pada Kondisi simpan Kamar
dan AC
Kondisi lingkungan ruang simpan selama penyimpanan memiliki RH dan
suhu yang berfluktuatif. Ruang simpan kamar memiliki nilai RH berkisar antara
57-73% dan suhu sebesar 25-30 ºC. Ruang simpan AC memiliki RH 45-74%

13
dengan suhu ruangan mencapai 20-28 ºC. Suhu pada ruang simpan AC sempat
mengalami kenaikan hingga mencapai 28 ºC pada periode simpan 3 s.d 5 minggu.
Selain tiga periode minggu tersebut ruang AC memiliki suhu 25ºC. Selama
penyimpanan benih tidak mengalami kerusakan fisik yang diakibatkan oleh faktor
biotik maupun abiotik.
Kondisi awal setiap varietas benih pada sebelum penyimpanan disajikan
pada Tabel 6. Kedua lot benih yang disimpan pada kedua ruangan memiliki
viabilitas dan vigor yang hampir seragam. Kadar air benih untuk seluruh varietas
berkisar antara 6.88-9.92%. Kadar air ini lebih tinggi dibandingkan dengan kadar
air benih sebelum perlakuan pengusangan (Tabel 1).
Tabel 6 Kondisi awal benih sebelum penyimpanan
Tolok Ukur

Tingkat
viabilitas

Misano
Kondisi simpan Kamar
TV1
80.67
Daya Berkecambah (%)
TV2
78.67
TV1
25.02
Kecepatan Tumbuh (% etmal-1)
TV2
23.20
TV1
7.50
Kadar Air (%)
TV2
6.88
Kondisi simpan AC
TV1
80.67
Daya Berkecambah (%)
TV2
68.67
TV1
24.31
Kecepatan Tumbuh (% etmal-1)
TV2
19.33
TV1
7.67
Kadar Air (%)
TV2
7.55
TV1: Tingkat viabilitas 80%; TV2: Tingkat viabilitas 60%.

Varietas
Monza

Penus

87.33
76.00
20.70
16.14
9.92
9.29

90.67
72.00
28.36
21.07
7.70
7.19

87.33
75.33
22.27
17.29
8.89
9.12

90.00
71.33
29.56
20.49
7.31
8.05

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat viabilitas dan
periode simpan serta interaksi keduanya terhadap tolok ukur daya berkecambah,
kecepatan tumbuh, dan kadar air pada setiap ruang simpan.
Hasil rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 7 menunjukkan bahwa pada
varietas Misano setiap faktor tunggal berpengaruh sangat nyata terhadap tolok
ukur DB, KCT, dan KA. Pada varietas Monza faktor tunggal tingkat viabilitas
berpengaruh sangat nyata terhadap DB dan KCT, sedangkan faktor periode simpan
berpengaruh nyata terhadap DB dan sangat nyata terhadap KCT. Tolok ukur
lainnya yaitu KA pada kedua faktor tunggal berpengaruh tidak nyata, dimana Pr >
0.9709. Interaksi antara kedua faktor hanya terjadi pada varietas Penus, dimana
interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap tolak ukur DB dan KCT serta
berpengaruh tidak nyata terhadap tolok ukur KA dimana Pr > 0.3411.

14
Tabel 7

Rekapitulasi hasil sidik ragam tingkat viabilitas dan periode simpan serta
interaksinya terhadap tolok ukur DB, KCT, dan KA pada kondisi simpan kamar

Sumber keragaman

DB (%)

Tolok Ukur
KCT (% etmal-1)

KA (%)

Varietas Misano
Tingkat Viabilitas
**
**
**
Periode Simpan
**
**
**
Interaksi
tn
tn
tn
Varietas Monza
Tingkat Viabilitas
**
**
tn
Periode Simpan
*
**
tn
Interaksi
tn
tn
tn
Varietas Penus
Tingkat Viabilitas
**
**
tn
Periode Simpan
**
**
*
Interaksi
**
**
tn
DB: daya berkecambah; KCT: kecepatan tumbuh; KA: kadar air; **: berpengaruh
sangat nyata pada α = 1%; *: berpengaruh nyata α = 5%; tn : tidak nyata.

Pengaruh faktor tunggal tingkat viabilitas, periode simpan, serta
interaksinya terhadap daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan kadar air pada
kondisi simpan AC disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8

Rekapitulasi hasil sidik ragam tingkat viabilitas dan periode simpan serta
interaksinya terhadap tolok ukur DB, KCT, dan KA pada kondisi simpan AC
Sumber keragaman

DB (%)

Tolok Ukur
KCT (% etmal-1)

KA (%)

Varietas Misano
Tingkat Viabilitas
**
**
tn
Periode Simpan
**
**
tn
Interaksi
tn
tn
tn
Varietas Monza
Tingkat Viabilitas
**
**
tn
Periode Simpan
*
*
tn
Interaksi
tn
tn
tn
Varietas Penus
Varietas Penus
Tingkat Viabilitas
**
**
tn
Periode Simpan
tn
tn
tn
Interaksi
tn
tn
tn
DB: daya berkecambah; KCT:kecepatan tumbuh; KA: kadar air; **: berpengaruh sangat
nyata pada α = 1%; *: berpengaruh nyata α = 5%; tn: tidak nyata.

Hasil sidik ragam pada Tabel 8 menunjukkan bahwa pada varietas Misano
faktor tunggal tingkat viabilitas dan periode simpan berpengaruh sangat nyata
terhadap tolok ukur DB dan KCT. Pada varietas Monza faktor tunggal tingkat
viabilitas berpengaruh sangat nyata terhadap DB dan KCT, sedangkan untuk

15
periode simpan berpengaruh nyata pada kedua tolok ukur. Pada varietas Penus
hanya faktor tingkat viabilitas yang berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur
DB dan KCT, untuk faktor periode simpan tidak berpengaruh nyata dimana nilai Pr
>0.5744. Tolok ukur kadar air pada setiap varietas menunjukkan hasil yang tidak
nyata untuk setiap faktor. Interaksi antar faktor menunjukkan hasil yang tidak
nyata untuk setiap varietas.
Interaksi Tingkat Viabilitas dan Periode Simpan
Berdasarkan hasil sidik ragam yang disajikan pada Tabel 3 interaksi antara
faktor tingkat viabilitas dan periode simpan hanya terjadi pada varietas Penus
pada kondisi simpan kamar. Hasil uji nilai tengah pengaruh interaksi faktor
tingkat viabilitas dan periode disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Pengaruh interaksi tingkat viabilitas dan periode simpan terhadap tolok ukur
daya berkecambah dan kecepatan tumbuh benih mentimun varietas Penus
Periode simpan (minggu)
Rata-rata
0
2
4
6
8
Daya Berkecambah (%)
87.87a
TV1
90.67ab
88.00ab 78.00b
96.00a 86.67ab
64.53b
TV2
72.00ab
77.33a
38.67c
62.00b 72.67ab
Rata-rata
81.33a
81.33a
58.33b
79.00a
79.67a
-1
Kecepatan Tumbuh (% etmal )
TV1
28.36ab
28.45ab 23.51b
30.14a 28.27ab
27.43a
TV2
21.07a
23.65a
10.22c
17.02b 22.18a
18.83b
Rata-rata
24.71a
26.05a
16.87b
23.58a 25.22a
Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris dan kolom tidak berbeda nyata
pada DMRT 5%. TV1: Viabilitas Benih 80%; TV2: Viabilitas Benih 60%
Tingkat
viabilitas

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat benih varietas Penus dengan tingkat
viabilitas TV1 dan TV2 tidak mengalami penurunan viabilitas dan vigor selama
penyimpanan, walaupun sempat terjadi penurunan pada periode simpan 4 minggu.
Persentase daya berkecambah disetiap tingkat viabilitas masih bertahan hingga
akhir periode simpan. Rata-rata daya berkecambah TV1 sebesar 87.87% dan TV2
sebesar 64.53%. Tolok ukur kecepatan tumbuh (KCT) juga menunjukkan hal yang
sama. KCT benih merupakan tolok ukur yang lebih peka dari DB. Nilai KCT
menunjukkan bahwa rata-rata selama periode simpan nilai KCT pada TV1 sebesar
27.43 etmal-1 dan TV2 sebesar 18.83 % etmal-1.
Penurunan viabilitas dan vigor benih yang terjadi pada periode simpan 4
minggu diduga benih mengalami kondisi lingkungan perkecambahan yang kurang
optimal. Hal ini diperkuat dengan meningkatnya jumlah benih abnormal dan benih
mati dengan kriteria benih segar tidak tumbuh (BSTT) (Gambar 4). Kriteria
kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan benih adalah ketersediaan air,
suhu, cahaya dan oksigen (Copeland dan McDonald 2001).

16
a

b

c

Gambar 4 Keragaan kecambah varietas Penus dengan tingkat viabilitas 60% pada
periode simpan (a) 0 minggu, (b) 2 minggu, dan (c) 4 minggu.

Gambar 4 menunjukkan keragaan kecambah pada setiap periode simpan.
Gambar 4a merupakan keragaan kecambah pada kondisi simpan 0 minggu
persentase DB sebesar 72.00%. Kondisi kecambah pada Gambar 4b dan 4c
dikelompokan berdasarkan kriteria normal, abnormal, dan BSTT. Penyimpanan
benih pada periode simpan 4 minggu (Gambar 4c) menunjukkan jumlah
kecambah abnormal dan BSTT lebih banyak dibandingkan dengan periode simpan
2 minggu (Gambar 4b).
Pengaruh Faktor Tunggal Tingkat Viabilitas dan Periode Simpan terhadap
Tolok Ukur Viabilitas Benih
Hasil analisis uji nilai tengah pengaruh faktor tunggal tingkat viabilitas dan
periode simpan terhadap tolok ukur viabilitas benih yaitu persentase daya
berkecambah pada kondisi simpan kamar disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Pengaruh tingkat viabilitas dan periode simpan terhadap daya berkecambah
pada kondisi simpan kamar
Periode simpan (minggu)
0
2
4
6
8
Rata-rata
Varietas Misano
---------------------------- % -------------------------TV1
80.67
86.00
64.67
68.00
78.00
75.47a
TV2
78.67
77.33
56.67
68.00
62.67
68.67b
Rata-rata
79.67a
81.67a
60.67b
68.00b
70.33b
Varietas Monza
---------------------------- % -------------------------TV1
87.33
89.33
84.00
67.33
73.33
80.27a
TV2
76.00
80.67
68.00
66.67
67.33
71.73b
Rata-rata
81.67a
85.00a
76.00ab
67.00b
70.33b
Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris dan kolom tidak berbeda nyata
pada DMRT 5%. TV1: Viabilitas Benih 80%; TV2: Viabilitas Benih 60%.
Tingkat viabilitas

Pengaruh faktor tunggal tingkat viabilitas dan periode simpan menunjukkan
hasil yang berbeda nyata terhadap daya berkecambah untuk setiap varietas. Benih
varietas Misano memiliki rata-rata daya berkecambah selama periode
penyimpanan sebesar 75.47% untuk TV1 dan 68.67% untuk TV2. Persentase daya
berkecambah pada varietas Monza menunjukkan hasil yang lebih tinggi, yaitu
sebesar 80.27% pada TV1 dan 71.73% pada TV2. Faktor tunggal periode simpan
terhadap daya berkecambah menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Viabilitas
benih varietas Misano dapat dipertahankan hingga periode simpan 2 minggu dan

17
varietas Monza selama 4 minggu, dengan rata-rata daya berkecambah secara
berurutan sebesar 79.67-81.67% dan 76.00-85.00%.
Hasil uji nilai tengah penyimpanan benih pada kondisi simpan AC (Tabel
11) menunjukkan faktor tunggal tingkat viabilitas berbeda nyata terhadap daya
berkecambah untuk setiap varietas. Hal ini ditunjukkan dengan persentase daya
berkecambah pada TV1 (viabilitas 80%) lebih tinggi dibandingkan dengan TV2
(viabilitas 60%). Faktor periode simpan menunjukkan hasil yang berbeda nyata
terhadap DB pada varietas Monza, dimana viabilitasnya dapat dipertahankan
hingga periode simpan 6 minggu dengan rata-rata daya berkecambah sebesar
73.67-81.33%. Pada varietas Misano dan Penus selama periode simpan 8 minggu
persentase daya berkecambah belum mengalami penurunan dengan rata-rata daya
berkecambah secara berurutan sebesar 74.67-78.33% dan 75.00-80.67%. Daya
berkecambah benih varietas Misano sempat mengalami penurunan pada periode
simpan 4 minggu, namun kembali naik pada periode simpan selanjutnya. Hal ini
diduga benih mengalami kondisi lingkungan perkecambahan yang kurang optimal.
Tabel 11 Pengaruh tingkat viabilitas dan periode simpan terhadap daya berkecambah
pada kondisi simpan AC
Tingkat Viabilitas

Periode simpan
0
2
4
6
8
Rata-rata
Varietas Misano
------------------------ % -------------------------TV1
80.67
87.33
53.33
84.00
87.33
78.53a
TV2
68.67
72.00
48.67
70.67
69.33
65.87b
Rata-rata
74.67a
79.67a
51.00b
77.33a
78.33a
Varietas Monza
------------------------ % -------------------------TV1
87.33
88.00
78.00
76.67
75.33
81.07a
TV2
75.33
73.33
80.67
70.67
63.33
72.67b
Rata-rata
81.33a
80.67a
79.33a
73.67ab
69.33b
Varietas Penus
------------------------ % -------------------------TV1
90.00
90.67
88.00
81.33
89.33
87.87a
TV2
71.33
55.00
70.00
72.00
60.67
65.80b
Rata-rata
80.67a
72.83a
79.00a
76.67a
75.00a
Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris dan kolom tidak berbeda nyata
pada DMRT 5%. TV1: Viabilitas benih 80%; TV2: Viabilitasbenih 60%.

Viabilitas awal dari benih yang akan disimpan sangat berpengaruh terhadap
laju penurunan viabilitas benih tersebut. Justice dan Bass (2002) menyatakan
bahwa benih yang berviabilitas awal rendah lebih rentan terhadap kondisi simpan
yang kurang menguntungkan dibandingkan dengan benih yang berviabilitas awal
tinggi. Hal ini dibuktikan oleh Owen (1956 dalam Sutopo 2002) hasil
penelitiannya menujukkan bahwa benih kapri (Pisum arvense L.) kualitas baik
dengan daya berkecambah awal 94% disimpan di tempat terbuka dengan
kelembaban dan temperatur normal, ternyata daya berkecambah tidak merosot
secepat seperti benih-benih berkualitas rendah dengan daya berkecambah awal
75.5%. Umumnya viabilitas benih mengalami penurunan setelah melewati masa
penyimpanan, karena setiap organisme hidup selalu mengalami penuaan. Sadjad

18
(1994) menyatakan bahwa periode simpan akan berpengaruh terhadap viabilitas
benih, dimana penurunan viabilitas terjadi seiring dengan pertambahan waktu.
Benih dari famili Cucurbitaceae mempunyai umur simpan yang panjang
(George 2009). Benih mentimun yang disimpan pada suhu 22 ºC dapat bertahan
hingga 5 tahun (Romer 1999). Pada percobaan ini benih mentimun hasil
pengusangan dengan viabilitas awal sebesar 80% dan 60% yang disimpan pada
kondisi simpan kamar cenderung mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Bahkan penurunan mulai terjadi di pertengahan periode simpan (4 minggu).
Percobaan penyimpanan pada kondisi simpan AC menunjukkan benih
varietas Monza mulai mengalami penurunan viabilitas pada periode simpan 8
minggu pada. Viabilitas varietas Misano dan Penus tetap bertahan hingga akhir
periode simpan. Selisih suhu antara ruang simpan kamar dan AC selama
penyimpanan berkisar antara 2-5 ºC. Berdasarkan Kaidah Harrington, peningkatan
suhu 5.6 ºC (pada kisaran 0-50 ºC) dapat menurunkan umur simpan benih
setengahnya.
Penyimpanan benih pada suhu tinggi mempercepat aktivitas enzim respirasi.
Aktivitas respirasi menggunakan substrat dari cadangan makanan dari dalam benih,
sehingga cadangan makanan berkurang untuk pertumbuhan embrio pada saat benih
dikecambahkan (Purwanti 2004).
Pengaruh Faktor Tunggal Tingkat Viabilitas dan Periode Simpan terhadap
Tolok Ukur Vigor Benih
Vigor benih merupakan kemampuan benih untuk tumbuh menjadi tanaman
normal pada kondisi suboptimum di lapangan, atau sesudah disimpan dalam
kondisi simpan yang suboptimum (Sadjad 1994). Vigor disini dihubungkan
kekuatan tumbuh (VKT) dengan tolok ukur pengamatan kecepatan tumbuh (KCT).
Hasil uji nilai tengah pengaruh faktor tunggal viabilitas dan periode simpan
terhadap KCT pada kondisi simpan kamar disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12 Pengaruh tingkat viabilitas dan periode simpan terhadap kecepatan tumbuh
pada kondisi simpan kamar
Periode simpan
Tingkat
Viabilitas
0
2
4
6
8
Rata-rata
-1
Varietas Misano
------------------------- % etmal -------------------TV1
25.02
26.00
20.58
21.24
21.56
22.88a
TV2
23.20
22.76
17.47
21.16
16.71
20.26b
Rata-rata
24.11ab
24.38a
19.02c
21.20bc 19.13c
-1
Varietas Monza
------------------------- % etmal -------------------TV1
25.29
28.62
24.80
19.78
22.58
24.18a
TV2
21.16
25.56
20.00
19.29
20.31
21.26b
Rata-rata
23.13b
27.09a
22.40bc 19.54c
21.45c
Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada baris dan kolom tidak berbeda nyata
pada DMRT 5%. TV1: Viabilitas Benih 80%; TV2: Viabilitas Benih 60%.

Faktor tunggal tingkat viabilitas dan periode simpan menunjukkan hasil
yang berbeda nyata terhadap KCT pada varietas Misano dan Monza. Nilai KCT
untuk TV1 menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan TV2. Faktor
tunggal periode simpan menunjukkan bahwa vigor benih dapat dipertahankan

19
hingga periode simpan 2 minggu pada varietas Misano dan 4 minggu pada
varietas Monza. Kecepatan tumbuh (KCT) benih varietas Monza pada periode
simpan 2 minggu sempat mengalami peningkatan dan kembali turun untuk
periode simpan selanjutnya. Hal ini diduga adanya ketidaks