Hubungan Pola Konsumsi, Lingkungan Pengasuhan, dan Status Kesehatan dengan Status Gizi dan Perkembangan Balita

HUBUNGAN POLA KONSUMSI, LINGKUNGAN
PENGASUHAN, DAN STATUS KESEHATAN DENGAN
STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN BALITA

ENGKUN ROHIMAH

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Pola
Konsumsi, Lingkungan Pengasuhan, dan Status Kesehatan dengan Status Gizi dan
Perkembangan Balita adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Engkun Rohimah
NIM I14100146

ABSTRAK
ENGKUN ROHIMAH. Hubungan Pola Konsumsi, Lingkungan Pengasuhan, dan
Status Kesehatan dengan Status Gizi dan Perkembangan Balita. Dibimbing oleh
LILIK KUSTIYAH dan NETI HERNAWATI.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pola konsumsi,
lingkungan pengasuhan, dan status kesehatan dengan status gizi dan
perkembangan balita. Desain penelitian adalah cross sectional dengan contoh
sebanyak 63 balita. Variabel pola konsumsi diambil dengan menggunakan
kuesioner FFQ, lingkungan pengasuhan dengan menggunakan instrumen HOME
inventory, dan perkembangan balita dengan menggunakan instrumen BKB. Hasil
uji beda menunjukan adanya perbedaan signifikan (p0.05). Begitupun, hasil uji beda Mann Whitney antara
pengetahuan gizi dan kesehatan dari ibu anak perempuan usia prasekolah dengan
anak laki-laki usia prasekolah menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan (p>0.05). Contoh pengetahuan kesehatan yang paling banyak dijawab

salah oleh ibu contoh adalah soal mengenai bahaya penggunaan formalin,
pewarna tekstil, dan zat lainnnya. Sebagian besar ibu menjawab bahwa formalin,
pewarna tekstil, dan zat lainnnya adalah dapat menyebabkan kematian padahal
jawaban yang paling tepat adalah menyebabkan keracunan. Selain itu, soal yang
juga masih cukup banyak dijawab salah oleh ibu contoh adalah soal mengenai
kandungan makanan ringan atau cemilan dan cara mencuci sayur yang benar. Soal
pengetahuan gizi yang paling banyak di jawab salah oleh sebagian besar ibu
adalah soal mengenai contoh makanan sumber tenaga, contoh makanan sumber
zat pengatur dan contoh makanan sumber zat pembangun seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 5.

15
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan sub skala pengetahuan gizi dan kesehatan
Pengetahuan Gizi dan Kesehatan
Pengetahuan Gizi
Contoh makanan sumber zat pengatur
Contoh makanan sumber tenaga
Contoh makanan sumber zat pembangun
Contoh menu makanan yang baik
Zat gizi untuk pertumbuhan tulang dan gigi

Zat gizi untuk mencegah terjadinya rabun ayam
Zat gizi untuk mencegah gondok dan anak berprestasi
Zat gizi untuk anak dapat fokus di sekolah
Pengetahuan Kesehatan
Guna makanan sebagai perlindungan bagi anak
Bahaya penggunaan formalin, pewarna tekstil, dll
Waktu yang tepat untuk mencuci tangan
Kandungan makanan ringan atau cemilan
Cara memasak air untuk minum
Cara mencuci sayur yang benar
Cara menyimpan makanan yang telah masak

Salah

Benar

Total

36.5
54.0

36.5
1.6
6.3
9.5
3.2
27.0

63.5
46.0
63.5
98.4
93.7
90.5
96.8
73.0

100.0
100.0
100.0
100.0

100.0
100.0
100.0
100.0

4.8
60.3
3.2
22.2
0.0
20.6
3.2

95.2
39.7
96.8
77.8
100.0
79.4
96.8


100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0

Waktu Menonton Televisi
Aktivitas anak sebelum dan sesudah munculnya televisi tampak berbeda,
dulu anak-anak lebih sering bermain bersama teman-temannya di luar rumah
tetapi sekarang anak-anak lebih memilih untuk menonton televisi seharian di
rumah. Berdasarkan penelitian terdapat hubungan positif antara jumlah waktu
menonton televisi dengan frekuensi makanan cemilan (Putri 2012).
Penelitian lain telah menunjukkan bahwa : (1) anak-anak yang menonton
TV lebih lama makan lebih banyak makanan berkalori dan minum bersoda; (2)
anak-anak yang menonton TV lebih banyak memakan makanan rendah gizi,
tetapi berkalori tinggi; (3) prestasi akademik turun tajam untuk anak-anak yang
menonton lebih dari 10 jam TV seminggu; (4) TV mengganggu perkembangan

kecerdasan, pemikiran dan keterampilan imajinasi; (5) TV mengganggu
perkembangan bahasa; (6) TV menghambat pengembangan rentang perhatian
yang lebih lama; (7) Beberapa jenis TV menumbuhkan perilaku agresif atau
kekerasan (Vancouver Island 2011). Tabel 6 menyajikan sebaran contoh
berdasarkan lama waktu menonton televisi.
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan lama waktu menonton televisi dan kelompok
usia
Lama waktu
menonton TV
sehari
Rata-rata (menit)
≤4 jam
>4 jam
Total

Batita
L

P


Prasekolah
L
P

212±90.84
60.0
93.3
40.0
6.7
100.0
100.0

225±61.39
81.2
70.6
18.8
29.4
100.0
100.0


Total
218.81±76.47
38.1
61.9
100.0

p value

0.825

16
Lama menonton televisi pada contoh bervariasi mulai dari 0 menit (tidak
menonton televisi) sampai 420 menit (7 jam). Rata-rata lama menonton televisi
pada contoh adalah 218.81±76.47 menit. Anak yang memiliki waktu menonton
televisi 0 menit adalah anak yang tidak pernah menonton televisi dalam sehari.
Anak ini tidak memiliki televisi sehingga waktu yang dimilikinya digunakan
untuk belajar menulis dengan ibunya. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara lama waktu menonton
televisi anak usia batita dengan anak usia prasekolah (p>0.05). Lama waktu yang
digunakan untuk menonton televisi untuk anak usia batita dan prasekolah hampir

sama yaitu rata-rata sekitar 3,5 jam. Selain melakukan uji beda berdasarkan usia
anak, dilakukan juga uji beda berdasarkan jenis kelamin pada setiap kelompok
usia anak. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara lama menonton televisi pada anak perempuan
usia prasekolah dengan anak laki-laki usia prasekolah (p>0.05). Namun, hasil uji
beda Mann Whitney antara lama menonton televisi pada anak perempuan usia
batita dengan anak laki-laki usia batita menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan (p4 jam).

Pola Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan dapat dilihat dari metode penilaian konsumsi pangan pada
tingkat individu, rumah tangga, atau nasional. Metode penilaian konsumsi pangan
pada tingkat individu dibagi menjadi dua. Metode pertama adalah metode
penilaian yang bersifat kuantitatif contohnya recall atau record. Metode kedua
adalah metode penilaian yang bersifat kualitatif contohnya food frequency
questionnaire dan dietary history. Food frequency questionnaire digunakan untuk
menilai frekuensi suatu jenis pangan atau suatu kelompok pangan yang
dikonsumsi seseorang dalam periode waktu tertentu sehingga kuesioner ini dapat
memberikan informasi mengenai pola konsumsi pangan seseorang (Gibson 2005).
Kuesioner ini juga merupakan kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini.

Adapun hasil yang ditemukan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar balita sering mengkonsumsi
nasi dan susu. Pangan serealia yang paling sering dikonsumsi balita adalah nasi.
Pangan sayuran dan buah yang paling sering dikonsumsi balita adalah bayam dan
wortel. Pangan kacang-kacangan yang paling sering dikonsumsi balita adalah tahu.
Pangan jajanan yang paling sering dikonsumsi balita adalah chiki. Hasil ini sesuai
dengan hasil penelitian Atsaniyah (2014) dimana makanan pokok yang sering
dikonsumsi balita dalam sebulan terakhir adalah nasi, mie roti. Protein nabati yang
sering dikonsumsi balita dalam sebulan terakhir adalah tempe, tahu, dan kacang
hijau.

17
Tabel 7 Frekuensi rata-rata konsumsi pang

Dokumen yang terkait

Gambaran Ketersediaan Pangan dan Status Gizi Anak Balita Pada Keluarga Perokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

1 50 101

Karakteristik Anak dan Ibu, Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan Tahun 2014

4 89 208

Pola konsumsi, Status Gizi dan Prestasi Belajar Anak Vegetarian dan Non Vegetarian Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Yayasan Perguruan Bodhicitta Medan Tahun 2013

5 59 89

Gambaran Status Gizi Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya di Wilayah Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara

8 103 89

Gambaran Status Gizi Balita Pada Penderita Diare dan ISPA di Ruang Rawat Inap Bagian Anak RSU.H.Adam Malik Medan Periode Januari sampai Juni Tahun 2000

1 38 45

Gambaran Status Gizi dan Pola Penyakit Anak Balita di Ruang Rawat Inap Bagian Anak Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Periode Januari Sampai Juni Tahun 2000

0 24 64

Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Anak Balita Di Kelurahan Sei Putih Timur Ii Kecamatan Medan Petisah Tahun 2004

0 26 88

Pola Makan dan Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Karakteristik Keluarga di Kelurahan Pekan Dolok Masihul Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011

5 41 77

Gambaran Pola Konsumsi Pangan Dan Status Gizi Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Tahun 2008

0 66 64

POLA KONSUMSI, STATUS KESEHATAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN BALITA

0 0 8