Gambaran Ketersediaan Pangan dan Status Gizi Anak Balita Pada Keluarga Perokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

(1)

GAMBARAN KETERSEDIAAN PANGAN DAN STATUS GIZI

ANAK BALITA PADA KELUARGA PEROKOK DI DESA

TRANS PIRNAK MARENU KECAMATAN AEK NABARA

BARUMUN KABUPATEN PADANG LAWAS

SKRIPSI

OLEH

MARIANA SIREGAR NIM : 101000023

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

MARIANA SIREGAR NIM : 101000023

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(3)

PERNYATAAN

GAMBARAN KETERSEDIAAN PANGAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA PADA KELUARGA PEROKOK DI DESA TRANS PIRNAK MARENU KECAMATAN AEK NABARA BARUMUN KABUPATEN

PADANG LAWAS

SKRIPSI

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2015

Mariana Siregar 101000023


(4)

(5)

ABSTRAK

Ibu dan anak balita merupakan salah satu kelompok masyarakat yang peka terhadap masalah ketersediaan pangan. Desa Trans Pirnak Marenu termasuk daerah rawan pangan dengan manyoritas penduduk bekerja sebagai petani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran ketersediaan pangan dan status gizi balita pada keluarga perokok di desa Trans Pirnak Marenu.

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner terdiri dari : ketersediaan pangan, dan keluarga perokok di Desa Trans Pirnak Marenu kemudian di analisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabulasi silang dan tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan ketersediaan pangan pada keluarga perokok sebagian besar (78,9%) rawan pangan dengan kelaparan, tingkat ringan sebanyak 21,2%, kelaparan tingkat sedang sebanyak 32,7%, dan kelaparan tingkat berat 25,0%. Pengeluaran rokok lebih kecil, ketersediaan pangan terjamin sebanyak 27,6%, sedangkan pengeluaran rokok lebih besar, ketersediaan pangan terjamin sebanyak 13,0%, dan gizi akut dan kronis masih ditemukan pada keluarga perokok.

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan terjalinnya kerjasama lintas sektoral untuk memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok, dan penyuluhan gizi bagi masyarakat terutama keluarga yang memiliki anak balita untuk meningkatkan konsumsi pangan bergizi dan berimbang.


(6)

ABSTRACT

Mother and children under five are one group of people who are sensitive to issues of food available. The objective of this study is to determine the existence supply of food and nutritional status on those head of household as smoker family at Desa Trans Pirnak Marenu.

This study is a survey research with cross sectional approach. Population involved those smoking members having children under five years. As primary data, collected with questionnaire consisting of available foods, nutritional status children under five years, and smoker family in nthat area mentioned. Secondary data, is every details of children under five years taken from puskesmas Desa Trans Pirnak Marenu.

The results showed levels of food availability by cigarette spending most (78.9%) of food insecurity with hunger as much as 21.2% mild, moderate hunger as much as 32.7%, and the rate of severe hunger as much as 25.0%. Spending smaller cigarette, food availability is assured as much as 27.6%, while expenditure cigarette, food availability is assured as much as 13.0%. and problems still existing nutrient found.

In this research showed more correlation be encouraged in sector cross in order to provide them personally counseling, about health, and the dangerous of smoking, it shhould be enlarge promoted to all families having children, this in order to improve consumption of nutritious and balanced food.

Keywords : Food available, nutritional status children under Five years, smoker family


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Ketersediaan Pangan dan Status Gizi Anak balita Pada Keluarga Perokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas”, guna memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tercinta, Ayahanda Syamsul Bahri Siregar dan Tilanna Tanjung SAg, yang tiada henti memberikan

kasih sayang, do‟a, bimbingan, arahan, motivasi, serta memberikan apapun yang

bisa dan mampu diberikan demi kebahagiaan dan kesuksesan anak-anaknya. Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan saran dan arahan kepada penulis.

3. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.


(8)

4. Ibu Fitri Ardiani, SKM, MPH,selaku Dosen Pembimbing II, yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si, selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, arahan kepada penulis.

6. Ibu Etti Sudaryati, MKM, Ph.D, selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, arahan kepada penulis.

7. Ibu Ernawati Nasution, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu yang bermanfaat.

8. Bapak Alm.dr. Muhammad Arifin Siregar, MS, selaku selaku Dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah banyak memberikan ilmu dan motivasi.

9. Ibu Dra. Jumirah, Apt, M.Kes, selaku Dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu yang bermanfaat.

10.Bang Marihot Oloan Samosir, ST, selaku staf Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan berkas-berkas penelitian dengan tepat waktu.

11.Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS, selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan banyak bimbingan dan nasehat selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 12.Para Dosen dan staf di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya


(9)

13.Bapak Sarmadan Siregar, selaku Kepala Desa yang telah banyak membantu penelitian penulis.

14.Saudara/i ku tersayang, Nur Habibah Siregar SPdi, Raja Inal Siregar calon Sarjana Ekonomi, Adean Sanjaya Siregar calon Amd.RO, Miftah Hurrizky Siregar, dan Assyfah Faujiah Siregar, yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dukungan serta semangat kepada penulis selama ini.

15.Sahabat-sahabatku tersayang, Ratu Afrienni CH, Ratna Juwita Sari, Mustapa Kamal, Rini Puspa Sari, Vinny Ardwifa, Ina Yusanti Rambe, Eva Elisna Tnj, Nur Kholijah Nst, Mira Maharani, Nurul Mawaddah, Safrina Hsb, Ayu handayani, Novita Sitorus, Sri Ulina Sitomorang, Dyah Ayu Wulandari, Evi Sri Wahyuni, Rodhia Ramadhani, Putri Wella Suresti, Nur Khalis Br.regar, Chintya Nurul Aidina, Fitratur Rahma Agustina, Entiwe Habeahan, Mayanta Sinaga, Alvira Axza, Aminah Arfah, Syahreni Ayu, Damayani, Olivia Glantika, Kak Faradilah, Kak Nurmaidah Sari Tjg, Kak Dian Royana, Kak Merkawati, Kak Winda, yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

16.Teman-teman angkatan 2010 khususnya kepada teman-teman Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan bagi para pembaca. Amin.

Medan, Agustus 2015

Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Ketersediaan Pangan ... 7

2.2 Status Gizi Anak Balita ... 10

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Anak Balita ... 11

2.3.1 Penyebab Langsung ... 11

2.3.2 Penyebab tidak Langsung ... 12

2.4 Rokok ... 13

2.4.1 Keluarga Perokok ... 13

2.4.2 Kerugan Ekonomi Akibat Rokok ... 16

2.4.3 Dampak Rokok Terhadap Kesehatan ... 17

2.5 Kerangka Konsep Penelitian ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Jenis Penelitian ... 19

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 20

3.2.2 Waktu Peneltitian ... 20

3.3 Populasi dan Sampel ... 28

3.2.1 Populasi ... 20

3.2.2 Sampel ... 21

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 22

3.3.1 Data Primer ... 22

3.3.2 Data Sekunder ... 22

3.5 Definisi Operasional ... 22


(11)

3.7 Teknik Pengolahan Data ... 27

3.8 Teknik Analisis Data ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 29

4.1 Gambaran Umu Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ... 29

4.2 Demografi Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ... 30

4.3 Karakteristik Keluarga Perokok ... 30

4.3.1 Data Balita ... 30

4.3.2 Data Orang Tua ... 31

4.4 Ketersediaan Pangan ... 33

4.5 Status Gizi Anak Balita ... 38

BAB V PEMBAHASAN ... 41

5.1 Karakteristik Keluarga Perokok dengan Ketersediaan Pangan . 41 5.2 Ketersediaan Pangan dengan Status Gizi Anak Balita ... 49

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

6.1 Kesimpulan ... 51

6.2 Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53 DAFTAR LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas

di Kabupaten Padang Lawas ...………....9 Tabel 2.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ...15 Tabel 4.1 Data Penduduk di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan

Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ...29 Tabel 4.2 Distribusi Data Balita menurut Umur, Jenis Kelamin

dan Status Gizi di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ...………...30 Tabel 4.3 Distribusi Data Orang tua menurut pendidikan, pekerjaan, suku di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun

Kabupaten Padang Lawas …...31 Tabel 4.4 Distribusi Data Orang tua menurut Jumlah Keluarga, Penghasilan

Keluarga, Pengeluaran Keluarga, Penggolongan Perokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun

Kabupaten Padang Lawas …...32 Tabel 4.5 Distribusi Ketersediaan Pangan di Desa Trans Pirnak Marenu

Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ...33 Tabel 4.6 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pendidikan Ibu di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara

Barumun Kabupaten Padang Lawas ...33 Tabel 4.7 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pekerjaan Ayah di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara

Barumun Kabupaten Padang Lawas ... ………...34 Tabel 4.8 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pekerjaan Ibu

di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara

Barumun Kabupaten Padang Lawas ………..

34 Tabel 4.9 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Penghasilan

Keluarga di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ………...35

Tabel 4.10 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pengeluaran Rokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara


(13)

Tabel 4.11 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pengeluaran Pangan di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara

Barumun Kabupaten Padang Lawas ………...36 Tabel 4.12 Distribusi Ketersediaan Berdasarkan Pengeluaran Non Pangan Pangan di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara

Barumun Kabupaten Padang Lawas ………...36 Tabel 4.13 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Jumlah Keluarga di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun

Kabupaten Padang Lawas ...37 Tabel 4.14 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Penggolongan Rokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ...37 Tabel 4.15 Distribusi Status Gizi Anak Balita (BB/U, TB/U, dan BB/TB) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ...38 Tabel 4.16 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Status Gizi Balita (BB/U) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek

Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ...39 Tabel 4.17 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Status Gizi Balita (TB/U) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek

Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas ...39 Tabel 4.18 Distibusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Status Gizi Balita (BB/TB) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek


(14)

DAFTAR GAMBAR


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian ...57

Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian ...61

Lampiran 3 : Surat Selesai Penelitian ...62

Lampiran 4 : Master Data ...63

Lampiran 5 : Hasil Deskriptif ...65


(16)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mariana Siregar

Tempat Lahir : Marenu

Tanggal Lahir : 04 Juni 1991

Suku Bangsa : Mandailing/Indonesia

Agama : Islam

Nama Ayah : Syamsul Bahri Siregar

Suku Bangsa Ayah : Mandailing/Indonesia

Nama Ibu : Tilanna Tanjung SAg

Suku Ibu : Mandailing/Indonesia

PENDIDIKAN FORMAL

1. SD/Tamat tahun : 1998-2004

2. SLTP/Tamat tahun : 2004-2007 3. SLTA/Tamat tahun : 2007-2010 4. Akademi/Tamat tahun : 2010-2015 5. Lama studi di FKM USU : 5 Tahun


(17)

ABSTRAK

Ibu dan anak balita merupakan salah satu kelompok masyarakat yang peka terhadap masalah ketersediaan pangan. Desa Trans Pirnak Marenu termasuk daerah rawan pangan dengan manyoritas penduduk bekerja sebagai petani. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran ketersediaan pangan dan status gizi balita pada keluarga perokok di desa Trans Pirnak Marenu.

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Data primer dikumpulkan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner terdiri dari : ketersediaan pangan, dan keluarga perokok di Desa Trans Pirnak Marenu kemudian di analisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabulasi silang dan tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan ketersediaan pangan pada keluarga perokok sebagian besar (78,9%) rawan pangan dengan kelaparan, tingkat ringan sebanyak 21,2%, kelaparan tingkat sedang sebanyak 32,7%, dan kelaparan tingkat berat 25,0%. Pengeluaran rokok lebih kecil, ketersediaan pangan terjamin sebanyak 27,6%, sedangkan pengeluaran rokok lebih besar, ketersediaan pangan terjamin sebanyak 13,0%, dan gizi akut dan kronis masih ditemukan pada keluarga perokok.

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan terjalinnya kerjasama lintas sektoral untuk memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok, dan penyuluhan gizi bagi masyarakat terutama keluarga yang memiliki anak balita untuk meningkatkan konsumsi pangan bergizi dan berimbang.


(18)

ABSTRACT

Mother and children under five are one group of people who are sensitive to issues of food available. The objective of this study is to determine the existence supply of food and nutritional status on those head of household as smoker family at Desa Trans Pirnak Marenu.

This study is a survey research with cross sectional approach. Population involved those smoking members having children under five years. As primary data, collected with questionnaire consisting of available foods, nutritional status children under five years, and smoker family in nthat area mentioned. Secondary data, is every details of children under five years taken from puskesmas Desa Trans Pirnak Marenu.

The results showed levels of food availability by cigarette spending most (78.9%) of food insecurity with hunger as much as 21.2% mild, moderate hunger as much as 32.7%, and the rate of severe hunger as much as 25.0%. Spending smaller cigarette, food availability is assured as much as 27.6%, while expenditure cigarette, food availability is assured as much as 13.0%. and problems still existing nutrient found.

In this research showed more correlation be encouraged in sector cross in order to provide them personally counseling, about health, and the dangerous of smoking, it shhould be enlarge promoted to all families having children, this in order to improve consumption of nutritious and balanced food.

Keywords : Food available, nutritional status children under Five years, smoker family


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap tahun lebih dari sepertiga kematian anak di dunia berkaitan dengan masalah kurang gizi, yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Ibu yang mengalami kekurangan gizi pada saat hamil, atau anaknya mengalami kekurangan gizi pada usia 2 tahun pertama, pertumbuhan serta perkembangan fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai pencapaiannya dalam Millenium Development Goals (MDGs) adalah status gizi balita. Status gizi anak balita diukur berdasarkan umur, berat badan dan tinggi badan.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 secara Nasional diperkirakan prevalensi balita gizi buruk dan kurang sebesar 19,6 %. Jumlah ini jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas tahun 2007, terjadi peningkatan yaitu dari 18,4 %. Bila dilakukan konversi ke dalam jumlah absolutnya, maka ketika jumlah Balita tahun 2013 adalah 23.708.844, sehingga jumlah balita gizi buruk kurang sebesar 4.646.933 balita.

Masalah kesehatan masyarakat dianggap serius, bila prevalensi kekurangan gizi pada balita antara 20,0-29,0%, dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila ≥30 persen (WHO, 2010). Pada tahun 2013, secara nasional prevalensi kekurangan gizi pada anak balita sebesar 19,6%, yang berarti masalah kekurangan pada balita di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat mendekati prevalensi tinggi.


(20)

Dinas Kesehatan Sumatera Utara, untuk balita pendek 43,1 persen, begitu juga hasil Riskesdas 2010, sebanyak 42,3 persen balita pendek yang lebih tinggi dari nasional sebanyak 35,6%. Demikian juga Riskesdas 2007 di Sumut, kasus gizi buruk 8,7 persen dan tahun 2010 turun menjadi 4,2 persen. Persentase ini masih dibawah target nasional tahun 2014 sebesar 5 persen, dari 33 kabupaten/kota di Sumatera Utara.

Merokok merupakan hak asasi manusia, namun merokok merugikan kesehatan tidak hanya bagi perokok sendiri tapi juga bagi orang lain disekitarnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rawan seperti balita . Padahal mereka yang bukan perokok mempunyai hak untuk menghirup udara bersih bebas asap rokok. Seseorang yang bukan perokok apabila terus-menerus terkena asap rokok dapat menderita dampak risiko penyakit jantung dan kanker paru-paru. Menurut Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi persoalan sosial ekonomi. Terdapat 60% dari perokok aktif atau sebesar 84,84 juta orang dari 141,44 juta orang adalah mereka yang berasal dari penduduk miskin atau ekonomi lemah yang sehari-harinya kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokoknya. Selain itu, dengan berkurangnya hari bekerja yang di-sebabkan sakit, maka perokok menurunkan produktivitas pekerja. Dengan demikian, jumlah pendapatan yang diterima berkurang dan pengeluaran meningkat untuk biaya berobat (Chaudhuri, 2006).

Menurut WHO (2002), Indonesia menempati urutan kelima dalam konsumsi rokok di dunia. Rokok telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Berdasarkan data, akibat rokok di Indonesia menyebabkan 9,8% kematian karena penyakit paru kronik dan emfisema pada tahun 2001. Selain itu


(21)

3

rokok merupakan penyebab stroke sebesar 5% dari jumlah kasus stroke yang ada. Lebih dari 40,3 juta anak Indonesia berusia 0-14 tahun terpapar asap rokok di lingkungannya. Akibatnya mereka mengalami pertumbuhan paru yang lambat dan lebih mudah terkena infeksi saluran pernapasan, infeksi telinga dan asma. Diperkirakan hingga menjelang 2030 kematian akibat merokok akan mencapai 10 juta pertahunnya dan di negara berkembang diperkirakan tidak kurang 70% kematian yang disebabkan oleh rokok. Meningkatnya kematian akibat rokok berbanding lurus dengan jumlah remaja perokok yang setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2010, di Indonesia usia perokok makin muda, yaitu sebanyak 1,7% perokok mulai merokok pada usia 5-9 tahun. Persentase nasional penduduk berumur 15 tahun ke atas yang merokok setiap hari sebesar 28,2%. Lebih dari separuh (54,1%) penduduk laki-laki beru-mur 15 tahun ke atas merupakan perokok harian. Persentase penduduk perokok yang merokok tiap hari tampak tinggi pada kelompok umur produktif (25-64 tahun) dengan rentang 30,7%-32,2%.

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan Maret 2014 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1.286.700 orang atau sebesar 9,38 persen terhadap jumlah total penduduk. Kondisi ini lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi September 2013 yang jumlah penduduk miskinnya sebanyak 1.416.400 jiwa, Dan jumlah penduduk di padang lawas 227.365 jiwa yang mengalami kemiskinan sebanyak 24.863 jiwa. di Desa Trans Pirnak Marenu Keluarga Miskin 80 kk dengan mendapat bantuan dari pemerintah.


(22)

Profil kesehatan Depkes Provinsi Sumatera Utara (2008) menunjukkan sekitar 86,1% perokok merokok di dalam rumah. Anggota keluarga lain yang tinggal bersama dengan perokok akan terpapar dengan asap rokok tersebut. Keseluruhan perokok aktif yang merokok setiap hari dengan usia diatas 10 tahun di Sumatera Utara diperkirakan sekitar 23,3%. Jumlah perokok tahun 2011 di Padang Lawas sebanyak 4748 dan dari survei awal yang dilakukan, di Desa Trans Pirnak Marenu diketahui jumlah penduduk 280 KK, dengan tingkat ketersediaan pangan yang masih kurang karena belum mampu mempertahankan pangannya sampai 8 bulan dalam setahun. Terdapat 200 orang kepala keluarga (suami) perokok, diantaranya memiliki anak balita. Tingginya jumlah perokok dalam keluarga miskin sangat berpengaruh pada gizi anak balitanya. Jumlah Balita sebanyak 112 Balita ditemukan pada keluarga perokok. Berdasarkan Antropometri rasio berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan terhadap umur (TB/U), dan rasio berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB), dari 15 Balita yang dikunjungi, 2 orang memiliki berat badan lebih, 5 orang normal, dan 8 orang berat badannya kurang. Hal ini diduga karena tingginya angka kemiskinan pada keluarga perokok sehingga ketersediaan pangan rumah tangga tergantung pada daya beli keluarga.

Peran keluarga khususnya orang tua merupakan faktor penting dalam rangka peningkatan status gizi balita. Penghasilan keluarga menjadi parameter dalam pemenuhan status gizi anak balita, didapatkan hasil bahwa rata-rata pengahasilan keluarga perbulan ialah Rp 800.000,- sampai Rp 1.000.000,- dengan pengeluaran untuk rokok Rp 200.000,- sampai Rp 400.000,- perbulannya, mampu menghabiskan rokok sabanyak > 10 batang rokok atau dengan rata – rata satu


(23)

5

bungkus setengah bahkan ada juga yang mampu menghabiskan dua bungkus dalam setiap harinya, selain itu didukung oleh pengetahuan gizi yang kurang dalam rumah tangga seperti pembagian makanan dalam keluarga. Kondisi kesehatan dan gizi banyak dipengaruhi pada kondisi ketersediaan pangan dan ekonomi keluarga.

Melalui wawancara yang dilakukan keluarga cenderung beranggapan bahwa besarnya pengeluaran non pangan berpengaruh pada pangan rumah tangga, sehingga anak balitanya makan hanya untuk memenuhi kebutuhan saja, tanpa harus memerhatikan makanan yang dikonsumsi apakah mengandung gizi atau tidak. Anak balita yang ditemukan pada keluarga perokok lebih sering sakit dibanding anak balita pada keluarga yang bukan perokok. Untuk itu keluarga perokok harus memerhatikan gizi balitanya agar kebutuhan gizi balita terpenuhi. Hal ini disebabkan masih banyaknya keluarga miskin yang merokok dan masih mempunyai anak balita. Untuk itu informasi kesehatan perlu ditingkatkan terutama tentang rokok dan gizi balita, agar keluarga perokok dapat meminimalkan pengeluaran rokok dan memenuhi kebutuhan gizi balita dengan makanan bergizi.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melihat gambaran ketersediaan pangan dan status gizi balita pada keluarga perokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah apakah ada pengaruh ketersediaan pangan dan status gizi balita di


(24)

Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang lawas.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran ketersediaan pangan dan status gizi balita pada keluarga perokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik keluarga perokok yang dilihat dari tingkat pendapatan keluarga, tingkat pedidikan, tingkat pekerjaan dan perilaku merokok keluarga di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas.

2. Mengetahui ketersediaan pangan keluarga di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan informasi bagi masyarakat khususnya keluarga perokok dalam rangka meningkatkan kebutuhan gizi bagi balita.

2. Sebagai masukan informasi bagi Puskesmas Trans Pirnak Marenu untuk meningkatkan upaya promosi kesehatan bagi keluarga perokok terutama yang memiliki balita.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ketersediaan Pangan

Ketersediaan (food availabillity) yaitu ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang baik yang berasal dari produksi sendiri, impor, cadangan pangan maupun bantuan pangan. Ketersediaan pangan ini diharapkan mampu mencukupi pangan yang didefenisikan sebagai jumlah kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2012).

Ketersediaan pangan artinya pangan tersedia dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga baik jumlah, mutu, dan keamananya. Ketersediaan pangan mencakup kualitas dan kuantitas bahan pangan untuk memenuhi standart energi bagi individu agar mampu menjalankan aktivitas sehari-hari (Dinkes Propsu, 2006).

Jumlah penduduk padang lawas yang cukup besar, dengan pertambahan jumlah penduduk setiap tahun, sehingga membutuhkan ketersediaan pangan yang cukup, yang tentunya akan memerlukan upaya dan sumber daya untuk memenuhinya. Beberapa masalah dalam mencukupi ketersediaan pangan adalah : 1. Upaya mewujudkan ketersediaan pangan yang cukup menghadapi kendala

kemampuan produksi pangan yang semakin terbatas disebabkan oleh berlanjutnya konversi lahan pertanian kepada kegiatan non pertanian: semakin langkanya ketersediaan sumber daya air untuk pertanian, curah hujan yang tidak menentu.


(26)

2. Terbatasnya kemampuan petani berlahan sempit dalam menerapkan teknologi tepat guna menyebabkan tingkat produktifitas usaha tani relatif rendah.

Ketersediaan pangan dalam keluarga yang dipakai dalam pengukuran mengacu pada pangan yang cukup dan tersedia dalam jumlah yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga. Penentuan jangka waktu ketersediaan pangan di pedesaan biasanya mempertimbangkan jarak waktu antara musim tanam dengan musim tanam berikutnya. Perbedaan jenis makanan pokok yang dikonsumsi masyarakat berimplikasi pada penggunaan ukuran yang berbeda, misalnya:

a) Di daerah yang masyarakatnya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, dapat digunakan nilai 240 hari sebagai batas untuk menentukan apakah suatu rumah tangga memiliki persediaan makanan pokok cukup/tidak cukup. Penetapan nilai ini didasarkan pada panen padi yang dapat dilakukan selama tiga kali dalam dua tahun.

b) Di daerah yang masyarakatnya mengkonsumsi jagung sebagai makanan pokok, dapat digunakan batas waktu selama 365 hari sebagai ukuran untuk menentukan apakan rumah tangga mempunyai ketersediaan pangan cukup/tidak cukup. Hal ini didasarkan pada masa panen jagung satu kali dalam setahun (Soemarno, 2010).

Ketersediaan dapat diukur dengan menggunakan setara beras sebagai makanan pokok (Soemarno, 2010).

1. Jika persediaan pangan mencukupi selama 240, berarti persediaan rumah tangga cukup.


(27)

9

2. Jika persediaan pangan mencukupi selama 1- 239, berarti persediaan rumah tangga kurang cukup

3. Jika tidak punya persediaan pangan, berarti persediaan pangan rumah tangga tidak cukup

Kabupaten Padang Lawas merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Propinsi Sumatera Utara yang mempunyai sumber daya alam yang cukup besar dan tingkat pertumbuhan yang semakin meningkat. Sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian. Produksi tanaman bahan makanan (tabama) di Kabupaten Padang Lawas terbesar adalah padi dan ubi kayu. Untuk tanaman padi, kecamatan penghasil terbesar adalah kecamatan Barumun dengan Produksi pada tahun 2012 mencapai 26.859 ton, atau 29,89 persen dari total Produksi Kabupaten. Berikut ini adalah data yang menunjukkan Produksi padi di Kabupaten Padang Lawas yang tidak menetap (BPS. Padang Lawas 2012).

Tabel 2.1 Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas di Kabupaten Padang Lawas.

Sumber : BPS Kabupaten Padang Lawas, 2012

Ketersediaan pangan rumah tangga Padang Lawas Desa Trans Pirnak Marenu dikategorikan persediaan pangan rumah tangga tidak cukup karena belum mampu mempertahankan pangannya selama 240 hari dalam setiap tahunnya.

Uraian 2009 2010 2011 2012

Luas panen (Ha) 17.649 23.381 14.185 17.677

Produksi (Ton) 85.769 104.755 66.287 89.830

Produkttivtas (Ton/Ha)


(28)

2.2 Status Gizi Balita

Status gizi adalah keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi. Status gizi baik bila jumlah asupan zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan. Status gizi tidak seimbang dapat diprestasikan dalam bentuk gizi kurang dari yang dibutuhkan. Sedangkan status gizi lebih bila asupan zat gizi melebihi dari yang dibutuhkan. Sehingga status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2003).

Masalah gizi merupakan masalah yang multi dimensi, dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab. Penyebab langsung gizi kurang adalah makanan tidak seimbang baik jumlah, dan gizinya, disamping itu asupan zat gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal karena adanya gangguan penyerapan akibat adanya penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung adalah tidak tersediaanya pangan rumah tangga, besarnya pengeluaaran non pangan seperti rokok akan berdampak pada kesehatan keluarga terutama anak balita. Semua keadaan ini erat kaitannya dengan rendahnya pendidikan, pendapatan, dan kemiskinan.

Keadaan diatas menunjukkan bahwa ditingkat rumah tangga ketersediaan pangan masih lemah. Penyebab utama lemahnya ketersediaan pangan adalah kemiskinan yang bukan hanya keluarga tidak mampu membeli pangan, untuk mencukupi kebutuhan minimum mereka, tetapi juga rendahnya pengetahuan mengenai pangan yang ikut menyumbang terhadap status gizi seseorang.

Kemiskinan dan ketersediaan pangan merupakan dua fenomena yang saling terkait, bahkan dapat dipandang memiliki hubungan sebab akibat. Dalam hal ini kondisi ketersediaan pangan yang rentan menjadi sumber kemiskinan dan


(29)

11

sebaliknya, oleh karena itu kemiskinan dan ketersediaan pangan merupakan dua hal yang tak terpisahkan karena saling satu sama lain saling interaksi.

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Balita 2.3.1. Penyebab Langsung

Penyebab lansung yang mempengaruhi status gizi antara lain : 1) Konsumsi Makanan

Faktor makanan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh langsung terhadap keadaan gizi seseorang karena konsumsi makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, baik kualitas maupun kuantitas dapat menimbulkan masalah gizi.

2) Kondisi Fisik

Balita yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat. 3) Infeksi

Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan.

2.3.2 Penyebab tidak langsung

1. Tingkat Pendapatan

Pendapatan keluarga merupakan penghasilan dalam jumlah uang yang akan dibelanjakan oleh keluarga dalam bentuk makanan. Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama pada kondisi


(30)

yang umum. Hal ini harus mendapat perhatian serius karena keadaan ekonomi ini relatif mudah diukur dan berpengaruh besar terhadap konsumen pangan. Golongan miskin menggunakan bagian terbesar dari pendapatan untuk memenuhi kebutuhan makanan, dimana untuk keluarga di negara berkembang sekitar dua pertiganya (Suhardjo, 1996).

2. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi ibu merupakan proses untuk merubah sikap dan perilaku masyarakat untuk mewujudkan kehidupan yang sehat jasmani dan rohani. Pengetahuan ibu yang ada kaitannya dengan kesehatan dan gizi erat hubungannya dengan pendidikan ibu. Semakin tinggi pendidikan akan semakin tinggi pula pengetahuan akan kesehatan dan gizi keluarganya. Hal ini akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas zat gizi yang dikonsumsi oleh anggota keluarga (Soekirman, 2000).

3. Sanitasi Lingkungan

Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya berbagai jenis penyakit antara lain diare, kecacingan,dan infeksi saluran pencernaan. Apabila anak menderita infeksi saluran pencernaan, penyerapan zat-zat gizi akan terganggu yang menyebabkan terjadinya kekurangan zat-zat gizi. Seseorang kekurangan zat gizi akan mudah terserang penyakit, dan pertumbuhan akan terganggu (Supariasa dkk, 2002).


(31)

13

2.4 Rokok

Rokok adalah Silinder kertas yang berukuran 70-120 mm dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun yang dicacah, yang dihasilkan dari tanaman Nicotina tabakum, Nicotina Restika dan spesies lainnya. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain ( Jaya, 2009).

2.4.1 Keluarga Perokok

Keluarga perokok adalah sebuah keluarga dimana satu atau lebih anggotanya merokok baik perempuan maupun laki-laki. Merokok saat ini sudah menjadi kebiasaan sebagian besar orang dewasa, kebanyakan dari mereka yaitu laki-laki. Sebagai kepala keluarga sering sekali mereka tidak menyadari bahwa rokok yang mereka hisap tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri namun juga berdampak buruk bagi anggota keluarganya yang lain, khususnya anggota keluarga yang merupakan kelompok rawan seperti balita. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keluarga perokok antara lain:

1. Perilaku merokok

Perilaku merokok dalam keluarga dapat mempengaruhi status gizi anak balita yang tinggal serumah. Konsumsi energi anak yang rumahnya ada orang merokok lebih rendah daripada yang rumahnya tidak ada perokok. Sebagai akibatnya, status gizi anak tersebut lebih rendah (Damayanti, 2009). Perilaku kepala rumah tangga atau suami perokok, akan berdampak pada kebutuhan pangan keluarga, dimana uang yang seharusnya dipergunakan untuk makan berkurang untuk membeli rokok.


(32)

2. Tingkat Pendapatan

Penggunaan rokok dapat meningkatkan kemiskinan melalui kerentanan timbulnya risiko karena sumber pendapatan keluarga miskin yang terbatas justru dibelanjakan untuk rokok, yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan pokok lainnya, seperti makanan pokok, pendidikan anak, biaya kesehatan dan upaya meningkatkan gizi anak-anak dan keluarga (Irawan, 2009).

Pendapatan yang terpakai dan jumlah uang yang akan dibelanjakan untuk membeli makanan merupakan salah satu faktor penting dalam pemilihan makanan. Tingkat pendapatan masyarakat yang ada di padang lawas barasal dari hasil pertanian, dan sebagian dari hasilnya akan dijual untuk memenuhi kebutuhan yang lain. Pendapatan Padang Lawas masih banyak ditemukan di bawah Upah Minimum Kabupaten (UMK) Padang Lawas Rp1.605.000 dalam setiap bulan.

3. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga sangat menentukan jumlah kebutuhan keluarga. Semakin banyak anggota keluarga berarti semakin banyak pula jumlah kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit anggota keluarga berarti semakin sedikit pula kebutuhan yang harus dipenuhi keluarga. Sehingga dalam keluarga yang jumlah anggotanya banyak, akan diikuti oleh banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Semakin besar ukuran keluarga berarti semakin banyak anggota keluarga yang pada akhirnya akan semakin berat beban keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Jumlah anggota keluarga juga dapat mempengaruhi pembagian makanan pada keluarga. Menurut Khumaidi (1994), distribusi makanan sering kali


(33)

15

dihubungkan dengan status gizi yang terjalin antara anggota keluarga daripada kebutuhan gizinya. Anggota keluarga pria yang lebih tua (ayah) mendapatkan jumlah dan mutu susunan makanan yang lebih baik daripada anak kecil dan perempuan. Pembagian makanan harusnya disesuaikan dengan kebutuhan gizi dalam tubuh. Untuk anak balita, meskipun jumlah makanannya lebih sedikit, namun membutuhkan kandungan gizi yang lebih dalam makanan. Jumlah rata-rata keluarga perokok yang ada di Desa Trans Pirnak Marenu berjumlah 4 orang anak. 4.Tingkat Pendidikan

Menurut Todaro (2000), alasan pokok mengenai pengaruh dari pendidikan formal terhadap distribusi pendapatan adalah adanya korelasi positif antara pendidikan seseorang dengan penghasilan yang akan diperolehnya. Maka hal tersebut akan mendorong terjadinya rendahnya pendapatan yang akan menimbulkan jurang kemiskinan.

5.Tingkat Pekerjaan

Tabel 2.2 Komposisi penduduk berdasarkan Mata Pencaharian

No Bidang Perkerjaan 2009 2010 2011

1 Pertanian,Peternakan dan Perikanan 54.696 54.716 71.343

2 Industri 1920 1.99 3.551

3 Konstruksi 4977 4.997 1.491

4 Perdagangan Besar 1253 1.271 11.846

5 Transportasi,Pergudangan,dan Perikanan

4992 5022 3645

6 Keuangan,Asuransi dan Usaha Persewaan Bagunan

51 80 471

7 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perseorangan

19.980 19.983 8971

8 Pertambangan dan Penggalian 50 52 Na

9 Listrik, Gas dan Air Na 70 116

Sumber: BPS Padang Lawas 2011 dan 2012

Desa Trans Pirnak Marenu bekerja sebagai petani, baik petani sawah maupun ladang kelapa sawit dan karet. Dalam 3 tahun terakhir sudah mengalami


(34)

peningkatan. Meningkatnya mata pencaharian sebagai petani, khususnya pertanian tanaman keras, yakni sawit seiring dengan boomingnya harga sawit, sehingga banyak petani yang ramai-ramai menanam sawit. Banyak lahan tanaman pangan yang berubah menjadi tanaman sawit.

2.4. 2 Kerugian Ekonomi Akibat Rokok

Selain berdampak buruk terhadap kesehatan, kebiasaan merokok akan membawa dampak kerugian ekonomi yang cukup besar bagi keluarga dan masyarakat. Pengeluaran untuk konsumsi rokok (tembakau) ditingkat rumah tangga melebihi pengeluaran untuk menyediakan makanan, pendidikan dan kesehatan.

Menurut (WHO, 2005) 80% perokok di dunia berdomisili di negara-negara berkembang. Di indonesia terdapat 50 juta orang yang membelanjakan uangnya secara rutin untuk membeli rokok. Berbagai penelitan telah membuktikan bahwa kebiasaan merokok akan menurunkan kemampuan ekonomi keluarga miskin yang banyak terdapat di negara-negara berkembang. Sedangkan menurunnya kemampuan ekonomi akan berakibat lebih lanjut pada menurunnya kemampuan menyediakan makanan bergizi bagi keluarga, pendidikan dan upaya memperoleh pelayanan kesehatan.

Keluarga miskin Padang Lawas mempunyai kebiasaan yang tinggi terhadap rokok, bukan hanya berdampak kesehatan namun ekonomi keluarga yang terus berkurang. Dimana penghasilan keluarga untuk makanan berkurang karena penghasilan juga dialokasikan untuk rokok.


(35)

17

2.4.3 Dampak Rokok Terhadap Kesehatan

Dampak rokok terhadap kesehatan sering disebut sebagai „Silent Killer‟

karena timbul secara perlahan dalam tempo yang relatif lama, tidak langsung dan tidak nampak secara nyata. Kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor resiko bagi banyak penyakit tidak menular yang berbahaya antar lain: kanker, gangguan kardiovaskuler, (misal: Stroke, Jantung, Impotensi), serta gangguan kehamilan dan janin.

Tingkat kematian bayi dan balita dari keluarga yang ayahnya merokok jauh lebih besar dibandingkan keluarga dengan ayah yang tidak merokok baik diperkotaan maupun dipedesaan. Angka kematian bayi diperkotaan sebanyak 6,3 % ayah merokok, 5,3% ayah tidak merokok, sedangkan angka kematian balita sebanyak 8,1% ayah merokok, 6,6% ayah tidak merokok dan dipedesaan angka kematian bayi 9,2% ayah merokok, 6,4% ayah tidak merokok, angka kematian balita 10,9% ayah merokok, 7,6% ayah tidak merokok.


(36)

2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

Karakteristik keluarga perokok dapat dilihat dari tingkat pendidikan, tingkat pekerjaan, suku, jumlah anggota keluarga, penghasilan, pengeluaran, penggolongan perokok, pengeluaran pangan, pengeluaran non pangan dan pengeluaran rokok, dimana penghasilan yang rendah, dan besarnya pengeluaran untuk biaya pangan, non pangan, dan rokok, akan berpengaruhi terhadap tingkat

Karakteristik Keluarga Perokok :

- Pendidikan

- Pekerjaan

- Suku

- Jumlah Anggota Keluarga

- Penghasilan

- Pengeluaran

- Penggolongan Perokok

- Pengeluaran Rokok

- Pengeluaran Pangan

- Pengeluaran non pangan

Status Gizi Balita Ketersediaan


(37)

19

ketersediaan pangan keluarga, kemampuan masyarakat dalam memperoleh pangan baik dari produksi sendiri, maupun kemampuan daya beli pangan yang cukup pada keluarga. Sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi keluarga terutama anak balita, yang akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak balita.


(38)

Penelitian ini merupakan penelitian survei, bersifat deskriptif, penelitian deskriptif yang menggunakan rancangan penelitian sekat silang (cross sectional),

yang bertujuan untuk mengetahui gambaran ketersediaan pangan dan status gizi balita pada keluarga perokok di desa Trans Marenu kecamatan Aek Nabara Barumun Kecamatan Padang Lawas Tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di desa Trans Marenu kecamatan Aek Nabara Barumun Kecamatan Padang Lawas Tahun 2015. Alasan pemilihan lokasi yaitu Desa Trans Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kecamatan Padang Lawas adalah banyaknya keluarga miskin yang merokok dan memiliki balita.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari – Agustus 2015

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah keluarga perokok yang memiliki balita di Desa Trans Pirnak Marenu kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas Tahun 2015 berjumlah 112 Balita.


(39)

21

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi, pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan kriteria inklusi dan ekstlusi, sampel yang di teliti adalah keluarga perokok yang mempunyai anak balita umur 12-59 bulan. Penentuan besar sampel menggunakan rumus ( Murti, B. 2006) :

n =

n =

n =

n = 51.96 n = 52 Keterangan :

N = Besar Populasi

n = Besar sampel yang akan diteliti

Z 1 –α / 2 = Tingkat kemaknaan ( Z = 1, 96, α = 0,05 )

p = Proporsi keluarga yang mempunyai anak balita ( 0,5 ) q = 1-P ( 1- 0,5 = 0,5 )


(40)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner (Simarmata, 2009, dan Kurniasih, 2008), yang sebelumnya sudah di uji validitas dan uji reliabilitas untuk mengetahui kevalidan dan kendala data yang diperoleh, kepada responden atau sampel penelitian dan wawancara langsung dengan responden serta observasi langsung pada objek penelitian, hasil wawancara dan hasil observasi yang diperoleh, dicatat pada lembar kuesioner dan lembar observasi penelitian yang telah dipersiapkan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data Status Anak Balita dari Puskesmas di Desa Trans Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas.

3.5 Defenisi Operasional

1. Ketersediaan pangan rumah tangga adalah keadaan rumah tangga dalam 12 bulan terakhir dan jumlah pangan yang tersedia dalam rumah tangga untuk dikonsumsi keluarga dalam sehari-hari.

2. Status Gizi Balita adalah gambaran atau kondisi status gizi balita dilihat berdasarkan BB/U, TB/U, dan BB/TB.

3. Pendidikan adalah Jenjang pendidikan formal yang telah ditempuh oleh orangtua

4. Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas orangtua balita sehari-hari 5. Suku adalah golongan sosial berkaitan dengan asal usul dan tempat asal


(41)

23

6. Jumlah keluarga adalah seluruh anggota keluarga yang menjadi beban tanggung jawab orangtua.

7. Penghasilan adalah segala bentuk pendapatan keluarga dari hasil pekerjaan tetap maupun tambahan (dalam rupiah).

8. Pengeluaran adalah Seluruh biaya yang dikeluarkan oleh seluruh anggota rumah tangga yang meliputi pengeluaran pangan, non pangan dan rokok. 9. Penggolongan perokok adalah jumlah rokok yang dihisab oleh kepala

keluarga ( ayah) dalam sehari-hari.

10. .Pengeluaran Pangan adalah besarnya uang yang dikeluarkan untuk konsumsi makanan dan minuman seluruh anggota rumah tangga.

11. Pengeluaran Non Pangan adalah besarnya uang yang dikeluarkan bukan untuk konsumsi makanan dan minuman seluruh anggota rumah tangga. 12. Pengeluaran Rokok adalah besarnya uang yang dikeluarkan untuk konsumsi

rokok kepala rumah tangga (ayah).

3.6 Metode Pengukuran

1. Ketersediaan pangan

Ketersediaan pangan diperoleh berdasarkan jawaban responden terhadap pertanyaan dari kuesioner yang disusun (Bickel et al., 2000, dalam tobing, 2010), dengan kategori sebagai berikut:

Terjamin : 0-2 dari 18 pertanyaan dijawab dengan

sering/kadang-kadang, ya dan hampir setiap bulan/beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan.


(42)

Rawan kelaparan tingkat ringan : 3-5 dari 18 pertanyaan dijawab dengan sering/kadang-kadang, ya dan hampir setiap bulan /beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan.

Rawan Kelaparan tingkat sedang: 6-8 dari 18 pertanyaan dijawab dengan sering/kadang-kadang, ya dan hampir setiap bulan /beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan.

Rawan Kelaparan tingkat berat : Lebih dari 9 dari 18 pertanyaan dijawab dengan : dengan sering/kadang-kadang, ya dan hampir setiap bulan /beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan.

2. Status gizi balita

Status gizi balita diperoleh melalui pengukuran antropometri BB/U, TB/U dan BB/TB dengan menggunakan standart Kemenkes RI. 2010.

a. Kategori status gizi berdasarkan indeks BB/U, 0- 60 Bulan a. Gizi Buruk :

b. Gizi Kurang :

c. Gizi Baik :


(43)

25

b. Kategori status gizi berdasarkan indeks TB/U, 0-60 Bulan a. Sangat Pendek :

b. Pendek :

c. Normal :

d. Tinggi :

c. Kategori status gizi berdasarkan indeks BB/TB, 0-60 Bulan· a. Sangat Kurus :

b. Kurus :

c. Normal :

d. Gemuk :

3. Pendidikan orangtua dapat dikelompokkan menjadi : a. SD

b. SMP c. SMA

d. Perguruan Tinggi.

4. Pekerjaan orangtua dapat dikelompokkan menjadi : a. Pengawai Negeri

b. Pedagang c. Petani


(44)

5. Suku orangtua dapat dikelompokkan menjadi : a. Jawa

b. Mandailing c. Melayu d. Karo

6. Menurut (Papalia olds dan feldman, 2009), Jumlah keluarga dapat dikelompokkan menjadi : 3 kelompok

a. Keluarga kecil : 4 orang

b. Keluarga sedang : 5 - 6 orang c. Keluarga besar : 7 orang

7. Penghasilan rumah tangga adalah berdasarkan standar pendapatan upah minimum kabupaten Padang Lawas menurut Badan Pusat Statistik (2013) Kecamatan Aek Nabara Barumun dalam Angka 2013 adalah sebesar Rp. 1.605.000.

a. <Rp 1.605.000 maka dikatakan pendapatan rendah b. Rp 1.605.000 dikatakan pendapatannya tinggi

8. Pengeluaran rumah tangga adalah berdasarkan standar pendapatan upah minimum kabupaten Padang Lawas menurut Badan Pusat Statistik (2013) Kecamatan Aek Nabara Barumun dalam Angka 2013 adalah sebesar Rp. 1.605.000.

a. < Rp 1.605.000 maka dikatakan pendapatan rendah b. Rp 1.605.000 maka dikatakan pendapatannya tinggi


(45)

27

9. Penggolongan Perokok

Menurut Sitepoe, 2000 dalam Alamsyah, 2007 membagi perokok atas empat bagian:

a. Perokok ringan, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 1-10 batang perhari,

b. Perokok sedang, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 11-20 batang perhari,

c. Perokok berat, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih dari 20 batang perhari, dan

d. Perokok yang mengisap rokok dalam-dalam.

10. Pengeluaran pangan dapat dikategorikan berdasarkan nilai median dari pengeluaran pangan yang ada di Desa Trans Pirnak Marenu

a. < Rp 500.000 maka dikatakan pengeluaran rendah b. Rp 500.000 maka dikatakan pengeluaran tinggi

11. Pengeluaran non pangan dapat dikategorikan berdasarkan nilai median dari pengeluaran non pangan yang ada di Desa Trans Pirnak Marenu

a. < Rp 225.000 maka dikatakan pengeluaran rendah b. Rp 225.000 maka dikatakan pengeluaran tinggi

12. Pengeluaran pangan dapat dikategorikan berdasarkan nilai median dari pengeluaran rokok yang ada di Desa Trans Pirnak Marenu

a. < Rp 430.000 maka dikatakan pengeluaran rendah b. Rp 4300.000 maka dikatakan pengeluaran tinggi


(46)

3.7 Teknik Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul diolah secara manual dan komputerisasi untuk mengubah data menjadi informasi. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data dimulai dari editing, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperlukan.

Coding, yaitu memberikan kode numerik atau angka kepada masing-masing kategori. Data entry yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputerisasi. Analisis ini untuk mendeskripsikan masing-masing variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan tabulasi silang, dan tabel distribusi frekuensi.

3.8 Teknik Analisis Data

Data yang telah diolah akan dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabulasi silang, dan tabel distribusi frekuensi.


(47)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

Desa Trans Pirnak Marenu merupakan salah satu desa dari 290 desa yang ada di Kabupaten Padang Lawas dengan luas wilayah ± 900 km2. Desa Trans Pirnak Marenu memiliki batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Aek Bonban - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kawasan Hutan - Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Barumun - Sebelah Barat berbatasan dengan Gulangan

4.2 Demografi Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas.

Desa Trans Pirnak Marenu terdiri dari 280 KK, dengan jumlah penduduk sebanyak 1.319 jiwa yang terdiri dari 665 jiwa penduduk laki-laki dan 654 jiwa penduduk perempuan.

Tabel 4.1 Data Penduduk di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

No. Umur Jenis Kelamin n %

Laki-Laki Perempuan

1. 0 – 5 Tahun 52 60 112 11,3

2. 5 – 11 Tahun 135 111 246 24,8

3. 12 – 16 Tahun 42 57 99 10,0

4. 17 – 25 Tahun 107 86 193 19,5

5. 26 – 35 Tahun 101 96 197 19,8

6. 36 – 45 Tahun 73 70 143 14,4

Jumlah 510 480 990 100,0


(48)

4.3 Karakteristik Keluarga Perokok

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada keluarga yang berjumlah 52 keluarga perokok. Adapun karakteristik keluarga meliputi data balita (umur dan jenis kelamin), data orang tua balita (umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, suku), jumlah anggota keluarga dan penghasilan keluarga.

4.3.1 Anak Balita

Dari hasil penelitian dapat dilihat balita menurut umur dan jenis kelamin pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi Balita menurut Umur, Jenis Kelamin dan Status Gizi Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

No Karakteristik Anak Balita

n %

1. Umur (Bulan) 12 – 36 37 – 59

30 22

57,7 42,3

Jumlah 52 100,0

2. Jenis Kelamin

Laki-laki 27 51,9

Perempuan 25 48,1

Jumlah 52 100,0

3. Status Gizi

Sangat Kurus 13

25,0

Kurus 14 26,9

Normal 15 28,8

Gemuk 10 19,2

Jumlah 52 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa balita menurut umur, lebih banyak pada kelompok umur 12 – 36 bulan yaitu sebanyak 30 orang (57,7%), jenis kelamin lebih banyak pada laki-laki yaitu 27 orang (51,9%) dan status gizi lebih banyak pada kategori normal yaitu 14 orang (28,8%).


(49)

31

4.3.2 Orang Tua Balita

Dari hasil penelitian dapat dilihat orang tua balita yang meliputi pendidikan, pekerjaan, suku.

Tabel 4.3 Distribusi karakteristik orang tua balita ( Pendidikan, Pekerjaan, dan Suku) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

No. Karakteristik

Orang Tua

Ayah Ibu

1. Pendidikan n % n %

SD 13 25,0 10 19,0

SMP 12 23,1 13 25,0

SMA 22 42,3 21 40,0

Perguruan Tinggi

5 9,6 8 15,4

Jumlah 52 100,0 52 100,0

2. Pekerjaan n % n %

Pengawai Negeri

3 5,8 4 7,7

Pedagang 4 7,7 4 7,7

Petani 43 82,7 40 76,9

Guru Honorer 2 3,8 4 7,7

Jumlah 52 100,0 52 100,0

3. Suku n % n %

Jawa 8 15,4 2 3,8

Mandailing 43 82,7 49 94,2

Karo 1 1,9 1 1,9

Jumlah 52 100,0 52 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pendidikan orang tua yang paling banyak pada tingkat SMA yaitu sebanyak 22 orang (42,3%) dan 21 orang (40,0%), pekerjaan orang tua yang paling banyak pada kelompok petani sebanyak 43 orang (82,7%) dan 40 orang (76,9%), dan suku orang tua lebih banyak suku mandailing yaitu 43 orang (82,7%), dan 49 orang (94,2%).


(50)

Tabel 4.4 Distribusi Karakteristik orang tua balita ( Jumlah keluarga, Penghasilan keluarga, pengeluaran keluarga, Penggolongan di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

No. Karakteristik orang tua balita

n %

1. Jumlah Anggota Keluarga

4 24 46,2

5-6 26 48,1

3 5,8

Jumlah 52 100,0

2. Penghasilan Keluarga

38 73,1

14 26,9

Jumlah 52 100,0

3. Pengeluaran Keluarga

< Rp 1.605.000 22 42,3

30 57,7

Jumlah 52 100,0

4. Penggolongan Perokok

Ringan 2 3,8

Sedang 24 46,2

Berat 26 50,0

Jumlah 52 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar jumlah anggota keluarga 5 – 8 orang yaitu 29 orang (55,8%), penghasilan keluarga sebagian besar berjumlah < Rp 1.605.000,00 yaitu 38 keluarga (73,1%), dan penggolongan perokok yang lebih banyak yaitu perokok berat sebanyak 26 orang (50,0%).

4.4 Ketersediaan Pangan

Dari hasil penelitian dapat dilihat ketersediaan pangan yang ada di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas pada tabel 4.5


(51)

33

Tabel 4.5 Distribusi Ketersediaan Pangan di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

No Ketersediaan Pangan n %

1. Terjamin 11 21,2

2. Kelaparan Tingkat

Ringan

11 21,2

3. Kelaparan Tingkat

Sedang

17 32,7

4. Kelaparan Tingkat

Berat

13 25,0

Jumlah 52 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa ketersedian pangannya berada pada tingkat rawan sebanyak (78,9%), dimana kelaparan ringan sebanyak 11 keluarga (21,2%), tingkat kelaparan sedang sebanyak 17 orang (32,7%), dann tingkat kelaparan berat sebanyak 13 orang (25,0%).

Tabel 4.6 Distribusi ketersediaan Pangan Berdasarkan Pendidikan Ibu di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

No. Pendidikan Ibu

Ketersediaan Pangan Jumlah

Terjamin Kelaparan Tingkat Ringan Kelaparan Tingkat Sedang Kelaparan Tingkat Berat

n % n % n % n % n %

1 SD 0 0 2 20,0 4 40,0 4 40,0 10 100,0

2 SMP 0 0 1 7,7 6 46,2 6 46,2 13 100,0

3 SMA 3 14,3 8 38,1 7 33,3 3 14,3 21 100,0

4 Perguruan Tinggi

8 100,0 0 0 0 0 0 0 8 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat sebagian besar tingkat pendidikan ibu berada pada kelompok SMA yaitu 21 orang (40,4%) dengan ketersediaan pangan berada pada kelaparan sebanyak (85,4%), kelaparan tingkat ringan sebanyak 8orang (38,1%), kelaparan tingkat sedang 7 orang (33,3%), dan kelaparan tingkat berat dan terjamin sebanyak 3 orang (14,3%).


(52)

Tabel 4.7 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pekerjaan Ayah di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

No. Pekerjaan Ayah

Ketersediaan Pangan Jumlah

Terjamin Kelaparan Tingkat Ringan Kelaparan Tingkat Sedang Kelaparan Tingkat Berat

n % n % n % n % n %

1 Pegawai Negeri

2 66,7 0 0 1 33,3 0 0 3 100,0

2 Pedagang 0 0 1 25,0 2 50,0 1 25,0 4 100,0

3 Petani 7 16,3 10 23,3 14 32,6 12 27,9 43 100,0 4 Guru

Honorer

2 100,0 0 0 0 0 0 0 2 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat sebagian besar tingkat pekerjaan ayah berada pada kelompok petani yaitu 43 orang (82,7%) dengan ketersediaan pangan berada pada kelaparan sebanyak (82,7%), kelaparan tingkat sedang sebanyak 14 orang (32,6%), 12 orang (27,9%) kelaparan tingkat berat, 10 orang (23,3%) kelaparan tingkat ringan dan 7 orang (16,3%) ketersediaan pangan terjamin.

Tabel 4.8 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

No. Pekerjaan Ibu

Ketersediaan Pangan Jumlah

Terjamin Kelaparan Tingkat Ringan Kelaparan Tingkat Sedang Kelaparan Tingkat Berat

n % n % n % n % n %

1 Pegawai Negeri

4 100 0 0 0 0 0 0 4 100,0

2 Pedagang 0 0 1 25,0 2 50,0 1 25,0 4 100,0

3 Petani 3 7,5 10 25,0 15 37,5 12 30,0 40 100,0 4 Guru

Honorer

4 100 0 0 0 0 0 0 4 100,0

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat sebagian besar tingkat pekerjaan ibu berada pada kelompok petani yaitu 40 orang (76,9%) dengan ketersediaan pangan berada pada kelaparan sebanyak (92,5%), kelaparan tingkat sedang sebanyak 15


(53)

35

orang (37,5%), 12 orang (30,0%) kelaparan tingkat berat, 10 orang (25,0%) kelaparan tingkat ringan dan 3 orang (7,5%) ketersediaan pangan terjamin.

Tabel 4.9 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Penghasilan Keluarga di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

No. Penghasilan Keluarga

Ketersediaan Pangan Jumlah

Terjamin Kelaparan Tingkat Ringan Kelaparan Tingkat Sedang Kelaparan Tingkat Berat

n % n % n % n % n %

1 <Rp1.605.000 2 5,3 7 18,4 16 42,1 13 34,2 38 100,0

2 Rp1.605.000 9 64,3 4 28,6 1 7,1 0 0 14 100,0

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat sebagian besar tingkat penghasilan keluarga berada pada kelompok < Rp 1.605.000 yaitu 38 orang (73,1%) dengan ketersediaan pangan berada pada kelaparan sebanyak (94,7%), kelaparan tingkat sedang sebanyak 16 orang (42,1%), 13 orang (34,2%) kelaparan tingkat berat, 7 orang (18,4%) kelaparan tingkat ringan dan 2 orang (5,3%) ketersediaan pangan terjamin.

Tabel 4.10 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pengeluaran Rokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

No.

Pengeluaran Rokok

Ketersediaan Pangan Jumlah

Terjamin Kelaparan Tingkat Ringan Kelaparan Tingkat Sedang Kelaparan Tingkat Berat

n % n % n % n % n %

1 <

Rp430.000

8 27,6 7 24,1 6 20,7 8 27,6 29 100,0 2 Rp430.000 3 13,0 4 17,4 11 47,8 5 21,7 23 100,0 Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat sebagian besar pengeluaran rokok berada pada kelompok < Rp 430.000 yaitu 29 orang (55,7%) dengan ketersediaan pangan berada pada kelaparan sebanyak (72,4%), kelaparan tingkat


(54)

ringan sebanyak 7 orang (24,1%), dan kelaparan tingkat sedang sebanyak 6 orang (20,7%), dan kelaparan tingkat berat sebanyak 8 orang (27,6%).

Tabel 4.11 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pengeluaran Pangan di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

No. Pengeluaran Pangan

Ketersediaan Pangan Jumlah

Terjamin Kelaparan Tingkat Ringan Kelaparan Tingkat Sedang Kelaparan Tingkat Berat

n % n % n % n % n %

1 <Rp500.000 3 8,3 8 22,2 13 36,1 12 33,3 36 100,0 2 Rp500.000 8 50,0 3 18,8 4 25,0 1 6,3 16 100,0 Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat sebagian besar pengeluaran pangan berada pada kelompok < Rp 500.000 yaitu 36 orang (69,2%) dengan ketersediaan pangan berada pada kelaparan sebanyak (91,6%), kelaparan tingkat ringan sebanyak 8 orang (22,2%), kelaparan tingkat sedang sebanyak 13 orang (36,1%), dan kelaparan tingkat berat sebanyak 12 orang (33,3%).

Tabel 4.12 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Pengeluaran Non Pangan di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

No. Pengeluaran Non Pangan

Ketersediaan Pangan Jumlah

Terjamin Kelaparan Tingkat Ringan Kelaparan Tingkat Sedang Kelaparan Tingkat Berat

n % n % n % n % n %

1 <Rp225.000 3 12,5 3 12,5 7 29,2 11 45,8 24 100,0 2 Rp225.000 8 28,6 8 28,6 10 35,7 2 7,1 28 100,0 Berdasarkan tabel 4.17 dapat dilihat sebagian besar pengeluaran non pangan berada pada kelompok Rp 225.000 yaitu 28 orang (53,8%) dengan ketersediaan pangan berada pada kelaparan sebanyak (71,4%), kelaparan tingkat ringan sebanyak 8 orang (28,6%), kelaparan tingkat sedang sebanyak 10 orang (35,7%),


(55)

37

dan kelaparan tingkat berat sebanyak 2 orang (7,1%).

Tabel 4.13 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Jumlah Keluarga di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

No. Jumlah Keluarga

Ketersediaan Pangan Jumlah

Terjamin Kelaparan Tingkat Ringan Kelaparan Tingkat Sedang Kelaparan Tingkat Berat

n % n % n % n % n %

1 orang 8 33,3 4 16,7 7 29,2 5 20,8 24 100,0

2 5-6 orang 3 12,0 6 24,0 9 36,0 7 28,0 25 100,0

3 orang 0 0 1 33,3 1 33,3 1 33,3 3 100,0

Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat sebagian besar jumlah keluarga berada pada kelompok 5-6 orang yaitu 25 orang (48,0%) dengan ketersediaan pangan berada pada kelaparan sebanyak (88,0%), kelaparan tingkat ringan sebanyak 6 orang (24,0%), kelaparan tingkat sedang sebanyak 9 orang (36,0%), dan kelaparan tingkat berat sebanyak 7 orang (28,0%).

Tabel 4.14 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Penggolongan Perokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

No. Penggolongan Perokok

Ketersediaan Pangan Jumlah

Terjamin Kelaparan Tingkat Ringan Kelaparan Tingkat Sedang Kelaparan Tingkat Berat

n % n % n % n % n %

1 Ringan 0 0 1 50,0 1 50,0 0 0 2 100,0

2 Sedang 6 25,0 6 25,0 5 20,8 7 29,2 24 100,0

3 Berat 5 19,2 4 15,4 11 42,3 6 23,1 26 100,0

Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat sebagian besar penggolongan perokok berada pada kelompok perokok berat yaitu 26 orang (50,0%) dengan ketersediaan pangann berada pada kelaparan sebanyak (80,8%), kelaparan tingkat ringan sebanyak 4 orang (15,4%), kelaparan tingkat sedang sebanyak 11 orang


(56)

(42,3%), kelaparan tingkat berat sebanyak 6 orang (23,1%).

4.5 Status Gizi Balita

Ada 3 indikator penelitian status gizi balita berdasarkan indeks BB/U, TB/U, BB/TB dapat dilihat pada tabel 4.15

Tabel 4.15 Distribusi Status Gizi Balita Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB), di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumu Kabupaten Padang Lawas

No. Status Gizi Balita (BB/U) n %

1. Buruk 4 7,7

Kurang 21 40,0

Baik 27 51,9

Jumlah 52 100,0

Status Gizi Balita (TB/U) n %

2. Sangat Pendek 17 32,7

Pendek 17 32,7

Normal 15 28,8

Tinggi 13 5,8

Jumlah 52 100,0

Status Gizi Balita (BB/TB) n %

3. Sangat Kurus 13 25,0

Kurus 14 26,9

Normal 15 28,8

Gemuk 10 19,2

Jumlah 52 100,0

Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat bahwa sebagian besar status gizi anak balita (BB/U) berada pada kategori baik yaitu sebanyak 27 orang (51,9%), tetapi masih ditemukan kategori buruk sebanyak 4 orang (7,7%). Status gizi anak balita (TB/U) berada pada kategori sangat pendek dan pendek yaitu sebanyak (65,4%). Status gizi anak balita (TB/BB) berada pada kategori sangat kurus dan kurus sebanyak (51,9%).


(57)

39

Tabel 4.16 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Status Gizi Balita (BB/U) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek NabaraBarumun Kabupaten Padang Lawas

No. Ketersediaan Pangan

Status Gizi (BB/U)

Buruk Kurang Baik Jumlah

n % n % n % n %

1 Terjamin 1 9,1 3 27,3 7 63,6 11 100,0

2 Kelaparan Tingkat Ringan

0 0 4 36,4 7 63,6 11 100,0

3 Kelaparan Tingkat Sedang

1 5,9 10 58,8 6 35,3 17 100,0

4 Kelaparan Tingkat Berat

2 15,4 4 30,8 7 53,8 13 100,0

Berdasarkan tabel 4.16 dapat dilihat sebagian besar ketersediaan pangan berada pada kelompok kelaparan tingkat sedang yaitu 17 orang (32,7%) dengan status gizi kurang sebanyak 10 orang (58,8%), status gizi baik sebanyak 6 orang (35,3%), dan status gizi buruk sebanyak 1 orang (5,9%).

Tabel 4.17 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Status Gizi Balita (TB/U) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek NabaraBarumun Kabupaten Padang Lawas

No. Ketersediaan Pangan

Status Gizi Balita (TB/U) Jumlah Sangat

Pendek

Pendek Normal Tinggi

n % n % n % n % n %

1 Terjamin 6 54,5 2 18,2 3 27,3 0 0 11 100,0

2 Kelaparan Tingkat Ringan

3 27,3 3 27,3 4 36,4 1 9,1 11 100,0

3 Kelaparan Tingkat Sedang

4 23,5 9 52,9 4 23,5 0 0 17 100,0

4 Kelaparan Tingkat Berat

4 30,8 3 23,1 4 30,8 2 15,4 13 100,0

Berdasarkan tabel 4.17 dapat dilihat sebagian besar ketersediaan pangan berada pada kelompok kelaparan tingkat sedang yaitu 17 orang (32,7%) dengan status gizi pendek sebanyak 9 orang 52,9%), status gizi normal dan sangat pendek


(58)

sebanyak 4 orang (23,5%).

Tabel 4.18 Distribusi Ketersediaan Pangan Berdasarkan Status Gizi Balita (BB/TB) di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

No. Ketersediaan Pangan

Status Gizi Balita (BB/TB) Jumlah Sangat

Kurus

Kurus Normal Gemuk

n % n % n % n % n %

1 Terjamin 3 27,3 1 9,1 2 18,2 5 45,5 11 100,0 2 Kelaparan

Tingkat Ringan

2 18,2 3 27,3 4 36,4 2 18,2 11 100,0

3 Kelaparan Tingkat Sedang

4 23,5 6 35,3 5 29,4 2 11,8 17 100,0

4 Kelaparan Tingkat Berat

4 30,8 4 30,8 4 30,8 1 7,7 13 100,0

Berdasarkan tabel 4.18 dapat dilihat sebagian besar ketersediaan pangan berada pada kelompok kelaparan tingkat sedang yaitu 17 orang (32,7%) dengan status gizi kurus sebanyak 6 orang (35,3%), status gizi normal sebanyak 5 orang (29,4%), status gizi sangat kurus sebanyak 4 orang (23,5%), dan status gizi gemuk sebanyak 2 orang (11,8%).


(59)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Keluarga Perokok dengan Ketersediaan Pangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan pangan berdasarkan pendidikan ibu pada umumnya berada pada tingkat SMA sebanyak 21 orang (40,0%), dengan tingkat kelaparan sebanyak (85,4%) kelaparan tingkat ringan, kelaparan tingkat sedang, dan kelaparan tingkat berat. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu semakin rendah maka kelaparan pangan semakin tinggi, tingkat pendidikan ibu yang lebih tinggi akan memudahkan ibu atau keluarga untuk menyerap informasi dan mengimplemasikannya dalam periaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan gizi. Namun pendidikan ibu didukung oleh pengetahuhan gizi ibu yang kurang.

Hal ini sejalan dengan pendapat Herman (1990), yang menyatakan bahwa pengetahuan gizi ibu merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi pangan. Ibu yang baik pengetahuan gizinya akan dapat memperhitungkan kebutuhan gizi anak balitanya agar dapat tumbuh kembang secara optimal, selain itu pengetahuan yang dimiliki ibu akan berpengaruh terhadap jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi anaknya.

Pengetahuan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang sesuatu hal, maka akan lebih cenderung mengambil keputusan yang tepat berkait Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan gizi ibu dengan ketahanan pangan keluarga. Pengetahuan gizi terkit dengan keputusan ibu dalam


(60)

Memilih jenis dan jumlah yang akan dikonsumsi untuk anggota rumah tangga, semakin baik pengetahuan gizi ibu maka ketahanan pangan rumah tangga dapat dicapai. Senada dengan hasil penelitian Hidayati (2011) yang menyatakan bahwa pengetahuan gizi ibu rumah tangga berpenggaruh nyata terhadap tingkat ketersediaan pangan keluarga.

Pengelolaan pangan rumah tangga pada umumnya adalah ibu. Alderman & Gracia (1994) dalam Antang (2002), menyatakan bahwa tingkat pendidikan ibu berhubungan dengan ketahanan pangan rumah tangga dan pendidikan kepala keluarga turut mempengaruhi juga, akan tetapi tidak sebesar pengaruh tingkat pendidikan ibu.

Menurut Tanziha (2005), tingkat pendidikan yang tinggi juga berhubungan dengan pendapatan. Rumah tangga dengan ibu berpendidikan tinggi biasanya mempunyai lebih banyak uang yang dapat digunakan untuk pembelian pangan. Penelitian lainnya mengenai ketersediaan pangan yang dilakukan Khomsan menemukan bahwa indikator ketahanan pangan di jawa adalah konsumsi beras, tempe, tahu serta pendidikan ayah dan ibu. Khomsan juga menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan ayah dan ibu maka pendapatan keluarga juga semakin tinggi sehingga mereka memiliki daya beli pangan yang lebih besar (Khomsan, 1999 dalam Maisaroh, 2001).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan pangan berdasarkan pekerjaan orang tua pada umumnya berada pada kelompok petani sebanyak 43 orang (82,7%) dengan kelaparan sebanyak ( 60,5% ), dan pekerjaan ibu sebanyak 40 orang (76,9%) dengan tingkat ketersediaan pangan berada pada kelaparan sebanyak (92,5%) kelaparan tingkat ringan, kelaparan tingkat sedang, dan kelaparan tingkat berat.


(61)

43

Dalam penelitian ini ketersediaan pangan keluarga erat kaitnya dengan status ekonomi keluarga, dimana pekerjaan orangtua paling banyak adalah petani, wilayah tersebut merupakan daerah Trans Migrasi perkebunan kelapa sawit, dengan penghasilan rendah sebagaian petani tidak mempunyai lahan sendiri, disamping itu harga pupuk yang tinggi dan musim yang tidak menentu menentukan mempengaruhi hasil panen. Hal ini sejalan dengan pendapat dari UNDP China (2001), bahwa penyebab terjadinya rawan pangan keluarga antara lain rendahnya luas lahan pertanian, rendahnya kesuburan lahan, iklim, produksi pangan serta rendahnya daya beli keluarga sebagai akibat terbatasnya pendapatan.

Menurut FAO (1996), bahwa kunci ketersediaan pangan adalah kemampuan membeli atau pendapatan yang memadai dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan hidup.

Berdasarkan hasil penelitian ketersediaan paangan berdasarkan penghasilan keluarga pada umumnya berada pada kelompok < Rp 1.605.000 atau Upah Minimum Kabupaten Padang Lawas sebanyak 38 orang (73,1%), dengaan tingkat ketersediaan pangan berada pada kelaparan sebanyak (94,7%), kelaparan tingkat ringan, kelaparan tingkat sedang, dan kelaparan tingkat berat.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan Khumaidi (1994), bahwa pada umumnya masyarakat yang berpendapatan rendah hanya mampu membeli bahan makanan yang harganya murah meskipun mutunya rendah, asalkan banyak dan menyenangkan. Bahkan mereka tidak dapat makan daging, telur, ikan atau minum susu setiap hari namun hanya sesekali saja dalam sebulan maupun setahun.

Hal tersebut sesuai dengan Aritonang (2000), bahwa kemampuan rumah tangga menjangkau pangan di pasar tergantung daya beli atau penghasilannya.


(62)

Kemampuan ekonomi rumah tangga pada umumnya saling berkaitan dengan status sosial, juga selanjutnya berkaitan pula dengan nilai suatu makanan. Dan menurut hasil penelitian lain dalam Suhardjo, (2009) yang menyatakan bahwa pada umumnya jika penghasilan naik, jumlah dan jenis makanan cendrung meningkat pula. Peningkatan penghasilan perorangan akan menyebabkan perubahan dalam susunan makanan. Namun pengeluaran yang lebih banyak untuk pangan tidak menjamin lebih beragamnya makanan yang dikonsumsi. Menurut hasil observasi dilapangan diketahui sebagian besar penghasilan rendah sehingga jenis makanan yang dikonsumsi kurang beragam baik dalam hal jenis serta susunan makanan tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan pangan berdasarkan pengeluaran rokok pada uumumnya berada pada kelompok < Rp 430.000 atau nilai median dari pengeluaran rokok yang ada di Desa Trans Pirnak Marenu sebanyak 29 orang (55,7%), dengan ketersediaan pangan berada pada tingkat kelaparan sebanyak (72,4%), kelaparan tingkat ringan, kelaparan tingkat sedang, dan kelaparan tingkat berat.

Pengeluaran rokok tersebut hanya dikonsumsi oleh kepala keluarga atau ayah. Sama halnya rokok yang memiliki efek adiksi atau kecanduan, para ayah selalu mengalihkan penghasilannya untuk rokok. Ketergantungan pada zat adiktif dalam rokok dalam keluarga rokok pada keluarga miskin terbukti meningkatkan kejadian kurang gizi pada balita (Soerejo, 2009 dalam TCSC-IAKMI, 2009).

Pengeluaran untuk rokok yang tidak diimbangi dengan penghasilan yang besar akan berdampak terhadap ketersediaan pangan keluarga dan asupan gizi keluarga. Pada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar penghasilan keluarga


(63)

45

ialah kurang dari UMK dan bisa dikatakan rendah. Ditambah dengan kebutuhan ayah membeli rokok maka akan semakin menekan pengeluaran pangan keluarga sehingga asupan gizi keluarga juga semakin berkurang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan merokok ayah dapat meningkatkan risiko gizi buruk dan kurang akibat belanja tembakau sangat menguras ketersediaan pangan keluarga. Pertumbuhan anak merupakan indeks kesejahteraan anak, dampak jangka panjang gizi buruk berdampak pada prestasi akademik, kebugaran, dan ketangkasan Tjiong, (2008). Ketergantungan terhadap rokok pada keluarga miskin terbukti meningkatkan kejadian kurang gizi pada anak balita. Dan tidak segera ditanggulangi maka kondisi ini mengancam hilangnya sebuah generasi. Balita gizi kurang, maka akan beresiko lebih tinggi mengalami keterlambatan perkembangan mental. Selain itu akan meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas akibat kerentanan terhadap penyakit.

Kebiasaan merokok yang didukung oleh lingkungan bahkan oleh adat istiadat akan sangat sulit untuk diubah. Sehingga Dinas Kesehatan perlu melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat atau tokoh agama untuk bekerja sama mencari solusi guna menurunkan kebiasaan merokok masyarakat di Desa Trans Pirnak Marenu. Karena tokoh masyarakat dan tokoh agama merupakan figur yang dihormati dan diteladani oleh masyarakat. Oleh sebab itu diharapkan bahwa dengan melibatkan mereka, masyarakat akan lebih mudah untuk menerima dan melakukan hal-hal yang perlu mereka lakukan guna mengurangi kebiasaan merokok tersebut.

Beberapa hal yang bisa dilakukan yaitu memberikan penyuluhan mengenai bahaya rokok dengan disertai gambar-gambar yang menunjukkan akibat dari


(1)

Total Count 11 11 17 13 52 % within

penggolonganrokok

21.2% 21.2% 32.7% 25.0% 100.0%

% within

ketersediaanpangan

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 21.2% 21.2% 32.7% 25.0% 100.0%

ketersediaanpangan * bbmenurutumurf Crosstabulation bbmenurutumurf

Total buruk kurang baik

ketersediaanpangan terjamin Count 1 3 7 11

% within

ketersediaanpangan

9.1% 27.3% 63.6% 100.0%

% within bbmenurutumurf 25.0% 14.3% 25.9% 21.2%

% of Total 1.9% 5.8% 13.5% 21.2%

ringan Count 0 4 7 11

% within

ketersediaanpangan

.0% 36.4% 63.6% 100.0%

% within bbmenurutumurf .0% 19.0% 25.9% 21.2%

% of Total .0% 7.7% 13.5% 21.2%

sedang Count 1 10 6 17

% within

ketersediaanpangan

5.9% 58.8% 35.3% 100.0%

% within bbmenurutumurf 25.0% 47.6% 22.2% 32.7%

% of Total 1.9% 19.2% 11.5% 32.7%

berat Count 2 4 7 13

% within

ketersediaanpangan

15.4% 30.8% 53.8% 100.0%


(2)

Total Count 4 21 27 52 % within

ketersediaanpangan

7.7% 40.4% 51.9% 100.0%

% within bbmenurutumurf 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 7.7% 40.4% 51.9% 100.0%

ketersediaanpangan * tbmenurutumur Crosstabulation tbmenurutumur

Total san gatpe dek pendek normal tinggi

ketersediaanpanga n

terjamin Count 6 2 3 0 11

% within

ketersediaanpangan

54.5% 18.2% 27.3% .0% 100.0%

% within tbmenurutumur

35.3% 11.8% 20.0% .0% 21.2%

% of Total 11.5% 3.8% 5.8% .0% 21.2%

ringan Count 3 3 4 1 11

% within

ketersediaanpangan

27.3% 27.3% 36.4% 9.1% 100.0%

% within tbmenurutumur

17.6% 17.6% 26.7% 33.3% 21.2%

% of Total 5.8% 5.8% 7.7% 1.9% 21.2%

sedang Count 4 9 4 0 17

% within

ketersediaanpangan

23.5% 52.9% 23.5% .0% 100.0%

% within tbmenurutumur

23.5% 52.9% 26.7% .0% 32.7%

% of Total 7.7% 17.3% 7.7% .0% 32.7%

berat Count 4 3 4 2 13

% within

ketersediaanpangan


(3)

% within tbmenurutumur

23.5% 17.6% 26.7% 66.7% 25.0%

% of Total 7.7% 5.8% 7.7% 3.8% 25.0%

Total Count 17 17 15 3 52

% within

ketersediaanpangan

32.7% 32.7% 28.8% 5.8% 100.0%

% within tbmenurutumur

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 32.7% 32.7% 28.8% 5.8% 100.0%

ketersediaanpangan * bbmenuruttb Crosstabulation bbmenuruttb

Total sangatkurus kurus normal gemuk

ketersediaanpanga n

terjamin Count 3 1 2 5 11

% within

ketersediaanpangan

27.3% 9.1% 18.2% 45.5% 100.0%

% within bbmenuruttb 23.1% 7.1% 13.3% 50.0% 21.2% % of Total 5.8% 1.9% 3.8% 9.6% 21.2%

ringan Count 2 3 4 2 11

% within

ketersediaanpangan

18.2% 27.3% 36.4% 18.2% 100.0%

% within bbmenuruttb 15.4% 21.4% 26.7% 20.0% 21.2% % of Total 3.8% 5.8% 7.7% 3.8% 21.2%

sedang Count 4 6 5 2 17

% within

ketersediaanpangan

23.5% 35.3% 29.4% 11.8% 100.0%

% within bbmenuruttb 30.8% 42.9% 33.3% 20.0% 32.7% % of Total 7.7% 11.5% 9.6% 3.8% 32.7%

berat Count 4 4 4 1 13

% within

ketersediaanpangan

30.8% 30.8% 30.8% 7.7% 100.0%

% within bbmenuruttb 30.8% 28.6% 26.7% 10.0% 25.0% % of Total 7.7% 7.7% 7.7% 1.9% 25.0%


(4)

% within

ketersediaanpangan

25.0% 26.9% 28.8% 19.2% 100.0%

% within bbmenuruttb 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 25.0% 26.9% 28.8% 19.2% 100.0%


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Perilaku Remaja Tentang Penyalahgunaan Narkoba Di Sekolah MAN Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas.

3 61 89

Gambaran Status Gizi Anak Balita di Tinjau Dari Pola Pengasuhan Pada Ibu Pekerja dan Bukan Pekerja di Desa Buluh Cina Kecamatan Hamparan Perak Tahun 2000

0 44 68

Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa Era Otonomi Daerah di Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

0 0 16

Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa Era Otonomi Daerah di Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

0 0 2

Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa Era Otonomi Daerah di Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

0 0 34

1. Tanggal wawancara dilaksanakan - Gambaran Ketersediaan Pangan dan Status Gizi Anak Balita Pada Keluarga Perokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

0 0 27

Gambaran Ketersediaan Pangan dan Status Gizi Anak Balita Pada Keluarga Perokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Gambaran Ketersediaan Pangan dan Status Gizi Anak Balita Pada Keluarga Perokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

0 0 6

GAMBARAN KETERSEDIAAN PANGAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA PADA KELUARGA PEROKOK DI DESA TRANS PIRNAK MARENU KECAMATAN AEK NABARA BARUMUN KABUPATEN PADANG LAWAS SKRIPSI

0 1 16

Perilaku Remaja Tentang Penyalahgunaan Narkoba Di Sekolah MAN Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas.

0 2 31