Gambaran Pola Konsumsi Pangan Dan Status Gizi Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Tahun 2008

(1)

GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA PENDERITA DIARE DI RUANG ANAK RSU

DR. TENGKU MANSYUR TANJUNGBALAI TAHUN 2008

SKRIPSI

OLEH : R U S M I A T I NIM : 051 000 618

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA PENDERITA DIARE DI RUANG ANAK RSU

Dr. TENGKU MANSYUR TANJUNGBALAI TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH : R U S M I A T I NIM : 051 000 618

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N 2008


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA PENDERITA DIARE DI RUANG ANAK RSU

Dr. TENGKU MANSYUR TANJUNGBALAI TAHUN 2008

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : R U S M I A T I

NIM : 051 000 618

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Pada Tanggal 13 Januari 2009

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dra. Jumirah, Apt, M. Kes NIP. 131 803 342

dr. Mhd. Arifin Siregar, MS NIP. 131 695 307

Penguji II Penguji III

Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi NIP. 132 049 786

Ros Idah Rohna Berutu, SKM, M. Kes NIP. 140 154 133

Medan, Januari 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, M.Si NIP. 131 124 053


(4)

ABSTRAK

Anak yang menderita kurang gizi mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk menderita diare. Sebaliknya diare dapat dengan cepat menurunkan tingkat gizi anak balita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pola konsumsi pangan menurut susunan makanan, frekuensi makan, tingkat konsumsi energi dan protein serta status gizi anak balita penderita diare di ruang anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Data yang diambil meliputi susunan makanan, frekuensi makan serta jumlah konsumsi energi dan protein. Sedangkan status gizi anak balita diukur dengan menggunakan indeks BB/U dan BB/TB sesuai dengan standar WHO-NCHS. Sampel penelitian ini adalah anak balita penderita diare yang baru masuk di ruang anak umur 12-59 bulan.

Hasil penelitian menunjukkan pola konsumsi pangan anak balita penderita diare di ruang anak berdasarkan susunan makanan kategori tidak lengkap sebesar 51,61% dan kategori lengkap sebesar 48,39% sedangkan frekuensi makan dengan kategori tidak baik sebesar 74,19% dan kategori baik sebesar 25,81%. Jumlah konsumsi energi kategori sedang sebesar 64,52%, kategori kurang sebesar 25,80% dan kategori baik sebesar 9,68%. Jumlah konsumsi protein kategori sedang sebesar 67,74%, kategori baik sebesar 22,58% dan kategori kurang sebesar 9,68%. Status gizi anak balita penderita diare kategori kurang sebesar 77,42%, kategori baik sebesar 22,58%.

Perlu dilakukan upaya penyuluhan tentang makanan, gizi dan kesehatan kepada keluarga yang mempunyai anak balita agar tercapai status gizi yang baik dan terhindar dari berbagai macam penyakit.


(5)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Rusmiati

Tempat, Tanggal Lahir : Blangkejeren - Aceh Tenggara, 31 Desember 1969

Agama : Islam

Status Perkawinan : Sudah Menikah

Alamat Rumah : Jalan MT. Haryono Ujung Link. III Kelurahan Selat Tanjung Medan - Kota Tanjungbalai

Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1976 – 1982 : SD Negeri No. 2 Blangkejeren 2. Tahun 1982 – 1985 : SMP Negeri 1 Blangkejeren 3. Tahun 1985 – 1988 : SMA Negeri 1 Blangkejeren 4. Tahun 1988 – 1991 : Akper Depkes R.I Medan 5. Tahun 2005 : Mahasiswa Fakultas Kesehatan


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ” GAMBARAN POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA PENDERITA DIARE DI RUANG ANAK RSU Dr. TENGKU MANSYUR TANJUNGBALAI TAHUN 2008.”

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan yang harus diperbaiki baik isi maupun bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan masukan dari berbagai pihak yang sifatnya membangun demi memperkaya materi skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan yang berbahagia ini tidak lupa penulis menghaturkan penghargaan dan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat Ibu Dra. Jumirah, Apt, M.Kes dan Bapak dr. Mhd. Arifin Siregar, MS atas kesediaan beliau dengan sepenuh hati telah meluangkan waktu dan pikirannya kepada penulis.

Selanjutnya tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Jumirah, Apt, M.Kes, selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat.

3. Bapak Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH, selaku Dosen Penasehat Akademik.

4. Bapak Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi, selaku Penguji II yang telah banyak memberikan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.

5. Ibu Ros Idah Rohna Berutu, SKM, M.Kes, selaku Penguji III yang telah banyak memberikan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf FKM-USU khususnya Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan selama penulis mengikuti pendidikan di FKM-USU.


(7)

7. Ibu dr. Hj. Diah Retno W, selaku Kepala Badan Pengelola Rumah Sakit Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. dr. H. Alfian Nasution, Sp.A, selaku Kepala Unit Bagian Anak beserta Staf Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur yang telah membantu dan memberikan masukan kepada penulis selama penelitian.

9. Sahabat-sahabatku tersayang : Melan, Yanti, Kiki (Manja) terima kasih atas bantuan, tempat dan kesetiaan menemani kakak selama skripsi.

10. Teman-teman stambuk 2005, terima kasih atas bantuan, tenaga dan waktu terutama persahabatan selama ini.

Dalam kesempatan yang berbahagia ini secara khusus dengan hormat dan rasa sayang sedalam-dalamnya penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada kedua orang tua penulis, Ibunda Hj. Riah berkat pengorbanan moril dan materil serta kesabaran memberikan nasehat, dukungan, semangat dan doa sampai akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Ayahanda Alm. H. Atip, tiada kata yang lebih indah untuk diucapkan selain rasa haru dan terima kasih yang sebesar-besarnya hanya doa yang dapat penulis persembahkan semoga Allah SWT memberikan tempat dan kedudukan yang mulia di sisi-Nya. Tidak lupa penulis haturkan rasa hormat dan terima kasih penulis kepada Abak dan Mamak di Batubara yang telah membantu dan mendoakan penulis. Terima kasih yang tiada terhingga kepada suami yang tercinta Asril, SKM, M.Kes, dengan penuh kesabaran dan pengorbanan yang tidak dapat penulis ungkapkan dengan kata-kata yang telah memberikan dukungan moril maupun materil selama penulis mengikuti pendidikan di Universitas Sumatera Utara. Seluruh keluarga besar di Blangkejeren dan di Batubara yang telah memberikan motivasi dan semangat terutama saat penulis membutuhkannya.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.

Medan, Desember 2008


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Riwayat Hidup Penulis ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Pengertian Diare ... 5

2.2. Etiologi ... 5

2.3. Gambaran Klinis ... 6

2.4. Penilaian Derajat Dehidrasi ... 6

2.5. Penatalaksanaan ... 7

2.6. Proses Penularan Penyakit ... 9

2.7. Pencegahan Penyakit Diare ... 9

2.8. Pola Konsumsi Pangan ... 12

2.9. Kebutuhan Energi dan Protein Pada Anak Balita ... 14

2.10. Status Gizi ... 16

2.11. Status Gizi Dengan Diare ... 17

2.12. Pengukuran Status Gizi ... 17

2.13. Kerangka Konsep ... 18

BAB III. METODE PENELITIAN ... 19

3.1. Jenis Penelitian ... 19

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 19

3.2.2. Waktu Penelitian ... 19

3.3. Populasi dan Sampel ... 19

3.3.1. Populasi ... 19

3.3.2. Sampel ... 20

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 20

3.4.1. Data Primer ... 20

3.4.2. Data Sekunder ... 20

3.5. Instrumen Penelitian ... 21

3.6. Defenisi Operasional ... 21

3.7. Aspek Pengukuran ... 22


(9)

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 25

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 25

4.1.1. Gambaran Umum RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai ... 25

4.1.2. Struktur Organisasi RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai ... 26

4.1.3. Struktur Organisasi Pelayanan Perawatan Rawat Inap RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai ... 28

4.1.4. Sepuluh Penyakit Terbesar Pada Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Tahun 2007 ... 28

4.2. Gambaran Umum Responden ... 29

4.3. Gambaran Umum Anak Balita ... 30

4.4. Pola Konsumsi Pangan Anak Balita ... 31

4.5. Status Gizi Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai ... 33

4.5.1. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Indeks BB/U.. 33

4.5.2. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Indeks BB/TB 34 4.5.3. Lamanya Kejadian Diare Pada Anak Balita Penderita Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai ... 34

BAB V. PEMBAHASAN ... 36

5.1. Pola Konsumsi Pangan Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai ... 36

5.2. Jumlah Konsumsi Energi dan Protein Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai ... 38

5.2.1. Jumlah Konsumsi Energi Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai ... 38

5.2.2. Jumlah Konsumsi Protein Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai ... 39

5.3. Status Gizi Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai ... 40

5.4. Lamanya Kejadian Diare dan Status Gizi Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai ... 40

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

6.1. Kesimpulan ... 42

6.2. Saran ... 43 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuisioner Gambaran Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai


(10)

Lampiran 2 : Frekuensi Makanan Pasien (Sebelum Dirawat) Lampiran 3 : Formular Food Recall 24 Jam

Lampiran 4 : Master Data Pola Konsumsi Pangan, Jumlah Kecukupan Energi dan Protein, Status Gizi Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai

Lampiran 5 : Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian dari RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Penilaian Derajat Dehidrasi ... 7 Tabel 2.2. Kebutuhan Energi dan Protein Anak Balita Berdasarkan Angka

Kecukupan Gizi Rata-Rata perhari ... 16 Tabel 4.3. Distribusi Responden Keluarga Anak Balita Penderita Diare Di Ruang

Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Kelompok Umur ... 28 Tabel 4.4. Distribusi Responden Keluarga Anak Balita Penderita Diare Di Ruang

Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 29 Tabel 4.5. Distribusi Responden Keluarga anak Balita Penderita Diare Di Ruang

Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Pekerjaan ... 29 Tabel 4.6. Distribusi Kepala Keluarga anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak

RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Penghasilan ... 30 Tabel 4.7. Distribusi Distribusi Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU

Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Kelompok Umur 30 Tabel 4.8. Distribusi Kelompok Umur Anak Balita Penderita Diare Di Ruang

Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Jenis Kelamin ... 31 Tabel 4.9. Distribusi Kelompok Umur Anak Balita Penderita Diare Di Ruang

Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Susunan Makanan ... 31 Tabel 4.10. Distribusi Kelompok Umur Anak Balita Penderita Diare Di Ruang

Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Frekuensi Makan ... 32 Tabel 4.11. Distribusi Kelompok Umur Anak Balita Penderita Diare Di Ruang

Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Konsumsi Energi ... 32 Tabel 4.12. Distribusi Kelompok Umur Anak Balita Penderita Diare Di Ruang

Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Konsumsi Protein ... 33


(12)

Tabel 4.13. Distribusi Kelompok Umur Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Status Gizi (BB/U) ... 33 Tabel 4.14. Distribusi Kelompok Umur Anak Balita Penderita Diare Di Ruang

Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Status Gizi BB/TB ... 34 Tabel 4.15. Distribusi Lamanya Kejadian Diare Pada Anak Balita Penderita

Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Status Gizi BB/U ... 34 Tabel 4.16. Distribusi Lamanya Kejadian Diare Pada Anak Balita Penderita

Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Status Gizi BB/TB ... 34


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 disebutkan bahwa pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Sehingga terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat, serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata. Pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, serta dapat diterima dan terjangkau oleh seluruh masyarakat. Peran serta aktif masyarakat diimplementasikan dalam Program Pemberantasan Penyakit Menular sebagai salah satu program kesehatan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan (Departemen Kesehatan RI, 1999).

Dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal, status keadaan gizi yang baik merupakan salah satu faktor penting untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas pada hakekatnya harus dimulai sedini mungkin, yakni sejak manusia itu masih berada dalam kandungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah makanannya. Melalui makanan manusia mendapat zat gizi yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk hidup dan berkembang. Keterbatasan tersedianya pangan dan ketidak tahuan tentang cara memberi makan pada anak balita baik dari jumlah, jenis dan frekwensi pemberian serta adanya kebiasaan yang


(14)

merugikan kesehatan (pantangan terhadap suatu jenis makanan tertentu), secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak (Husaini dkk, 1998).

Di negara yang sedang berkembang penyebab kematian awal banyak diakibatkan oleh penyakit infeksi. Salah satu penyakit infeksi tersebut adalah diare (Supariasa, 2002). Telah banyak data menunjukkan bahwa penyebab utama dari kematian dan terhambatnya pertumbuhan anak merupakan kompleksitas hubungan timbal balik antara status gizi dan penyakit infeksi (Simanjuntak H. D, 1999). Anak yang menderita kurang gizi mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk menderita penyakit infeksi yang selanjutnya dapat menyebabkan terjadinya diare. Sebaliknya ada penyakit diare dapat dengan cepat menurunkan tingkat gizi anak (Ali Syahbana, 1985).

Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan/tanpa darah dan/atau lendir dalam tinja (Mansjoer, A. dkk, 2000). Di seluruh dunia termasuk Indonesia, diare merupakan salah satu penyakit yang paling sering mengenai bayi dan anak. Diprakirakan anak berumur di bawah 5 tahun menderita diare sebanyak 2-5 episode per tahun. Menurut catatan dari WHO, diare membunuh 2 juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah penyebab kematian kedua terbesar pada balita. Di Indonesia sekitar 162.000 balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya.

Hasil penelitian Zulhendri (2002), di Kabupaten Solok Sumatera Barat menyimpulkan bahwa penyakit diare disebabkan oleh rendahnya status gizi balita, rendahnya tingkat pengetahuan ibu balita, rendahnya tingkat ekonomi, besarnya


(15)

jumlah keluarga serta rendahnya tingkat penggunaan air bersih dan kebersihan perseorangan.

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005, penyakit diare hingga kini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, walaupun secara umum angka kesakitan dan kematian diare yang dilaporkan oleh sarana pelayanan kesehatan dan kader mengalami penurunan, namun penyakit diare masih merupakan penyebab kematian yang cukup besar di Indonesia, disamping kematian disebabkan penyakit lain. Di Sumatera Utara, penyakit diare merupakan urutan keempat dari sepuluh penyakit terbesar, serta penyebab kematian nomor tiga pada bayi dan balita (Anonim, 2004).

RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai dengan Kelas C adalah milik Pemerintah Daerah memberikan pelayanan kepada masyarakat Kota Tanjungbalai salah satunya adalah pelayanan kasus diare. Berdasarkan data dari RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai tahun 2007 penyakit diare merupakan urutan pertama dari sepuluh penyakit terbesar jumlah penderita diare pada anak balita adalah 499 penderita (75,04%) dari 665 penderita diare dengan berbagai golongan umur.

Dari gambaran di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pola konsumsi pangan dan status gizi anak balita penderita diare di ruang anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai.

1.2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran pola konsumsi pangan dan status gizi anak balita penderita diare di ruang anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Tahun 2008.


(16)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan Umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pola konsumsi pangan dan status gizi anak balita penderita diare di ruang anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai tahun 2008.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran pola konsumsi pangan menurut susunan makanan, frekuensi makan anak balita penderita diare di ruang anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai tahun 2008.

2. Mengetahui tingkat konsumsi energi dan protein anak balita penderita diare di ruang anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai tahun 2008. 3. Mengetahui status gizi anak balita penderita diare di ruang anak RSU Dr.

Tengku Mansyur Tanjungbalai.

1.4. Manfaat Penelitian

Sebagai bahan masukan bagi pihak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai mengenai pola konsumsi pangan dan status gizi anak balita penderita diare dalam meningkatkan pelayanan di rumah sakit.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Diare

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 1997).

Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan/tanpa darah dan/atau lendir dalam tinja (Mansjoer, A. dkk, 2000).

Menurut Suwandi (1999), berdasarkan cepat lambatnya Diare dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :

a. Diare akut

Diare akut adalah Diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.

b. Diare kronis

Diare kronis adalah Diare yang berkepanjangan, yaitu lebih dari 2 minggu. 2.2. Etiologi

Diare disebabkan oleh beberapa faktor : a. Faktor Infeksi oleh :

- Bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella Disentry, Compilobacter Jejuni, Staphylococcus Aureus, Aeromonas.

- Virus : Rotavirus, Adenovirus, Enterovirus, Astrovirus.

- Protozoa : Entamoeba Histolitica, Giardia Lamblia, Trichomonas Hominis. - Jamur : Candida Albica.


(18)

- Cacing : Ascaris, Trichuris, Strongiloides, Oxyuris. b. Faktor Malabsorbsi :

- Malabsorbsi karbohidrat (intoleransi laktose) - Malabsorbsi lemak

- Malabsorbsi protein c. Faktor Makanan

- Makanan basi

- Makanan beracun akibat terkontaminasi bahan-bahan kimia dan kuman penyebab diare

- Alergi terhadap makanan d. Faktor Immunodefisiensi 2.3. Gambaran Klinis

Awalnya penderita cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare, tinja makin cair, mungkin disertai darah dan lendir, anus dan sekitarnya lecet karena terlalu sering defekasi dan tinja makin asam akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare karena lambung turut meradang atau akibat gangguan asam basa dan elektrolit (Suriadi, Yuliani R, 2001). 2.4. Penilaian Derajat Dehidrasi

Menurut Mansjoer, A. dkk, (2000), derajat dehidrasi penderita diare dapat digolongkan kedalam tiga kelompok seperti pada tabel di bawah ini :


(19)

Diare Tanpa Dehidrasi Diare Dengan Dehidrasi Ringan / Sedang

Diare Dengan Dehidrasi Berat

- Keadaan umum baik dan sadar

- Nadi normal : 120 x/i - Mata normal dan air

mata ada

- Mulut dan lidah basah - Minum bisa dan tidak

merasa haus

- Turgor kulit kembali cepat

- Keadaan umum gelisah dan rewel - Nadi : 121-140 x/i - Mata cekung dan air

mata tidak ada - Mulut dan lidah

kering

- Merasa haus dan ingin minum banyak - Turgor kulit kembali

lambat

- Keadaan umum lesu, lunglai atau tidak sadar

- Mata sangat cekung dan air mata tidak ada - Mulut dan lidah

sangat kering - Malas minum atau

tidak bisa minum - Turgor kulit kembali

sangat lambat

Sumber : Mansjoer, A. dkk, (2000)

2.5. Penatalaksanaan

Prinsip dalam tatalaksana penderita diare yaitu : a. Pemberian cairan (rehidrasi).

Penatalaksanaan diare berdasarkan derajat dehidrasi yaitu : - Diare tanpa dehidrasi :

Dalam kondisi ini penderita dilakukan perawatan/pengobatan di rumah dengan memberi anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi. Gunakanlah cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti cairan oralit, air tajin, minuman yoghurt atau air matang. Berikan larutan ini sebanyak anak mau, teruskan pemerian larutan ini hingga diare berhenti. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi teruskan ASI atau susu yang biasa diberikan, anak ≥ 6 bulan diberikan bubur atau campuran tepung lainnya bila mungkin dicampur dengan kacang-kacangan, sayur, daging atau ikan. Beri sari buah segar atau pisang halus untuk menambah kalium. Dorong anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya enam kali sehari. Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti dan berikan makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu.


(20)

- Diare dengan dehidrasi ringan atau sedang :

Umur ≥ 1-5 tahun, 600 ml pada 3 jam pertama. Bila anak menginginkan lebih banyak oralit berikanlah, anjurkan ibu untuk meneruskan ASI. Amati anak dengan seksama dan beri oralit 1 sendok teh tiap 1-2 menit untuk anak di bawah 2 tahun dan beberapa teguk untuk anak yang lebih tua. Setelah 3-4 jam nilai kembali derajat dehidrasi kemudian sesuaikan perawatan atau pengobatan menurut derajat dehidrasi. - Diare dengan dehidrasi berat :

Pemberian cairan Ringer Laktat dengan cara intra vena pada anak ≥ 1 tahun pemberian pertama 30 ml/kg BB dalam 1 jam selanjutnya 70 ml/kg BB dalam 3 jam. Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam bila rehidrasi belum tercapai, percepat tetesan intra vena (sesuai instruksi dokter). Bila penderita bisa minum biasanya setelah 1-2 jam (anak) maka berikan oralit 5 ml/kg BB.

b. Pemberian makanan yang adekuat.

Jangan memuasakan anak, pemberian makanan seperti sebelum sakit harus dilanjutkan termasuk pemberian ASI dan susu formula yang mengandung rendah laktosa dan asam lemak tidak jenuh. Berikan makanan yang rendah serat, cukup energi, protein, vitamin dan mineral, bentuk makanan lunak.

c. Pemberian obat seminimal mungkin.

Sebagian besar diare pada anak akan sembuh tanpa pemberian antibiotik dan anti diare, anti biotik hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya Kholera, Shigella. karena pemberian antibiotik dapat mengakibatkan diare kronik (Web Master, 2007).

2.6. Proses Penularan Penyakit


(21)

a. Kontak dengan tangan yang terkontaminasi kotoran dan dipergunakan untuk memegang makanan dan memasukkan makanan kedalam mulut.

b. Menelan makanan dan minuman yang terkontaminasi tinja atau muntahan yang mengandung kuman penyebab diare.

c. Alat-alat rumah tangga yang tidak bersih. 2.7. Pencegahan Penyakit Diare

a. Pemberian ASI Eksklusif

ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi dan anak selain memiliki kandungan yang lengkap dan sempurna, ternyata didalam ASI juga terdapat anti rotavirus yaitu immunoglobulin. ASI mempunyai suhu yang tepat dan selalu tersedia setiap waktu. Pemberian ASI saja tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol menghindarkan anak dari bahaya bakteri serta organisme lain yang menyebabkan diare. Bayi harus disusui secara penuh sampai berumur 6 bulan, pemberian ASI harus diteruskan dan ditambah dengan makanan lain.

Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi yang disusui mencegah timbulnya bakteri penyebab diare. Pada bayi yang tidak mendapat ASI secara penuh pada 6 bulan pertama kehidupan, resiko menderita diare adalah 30 kali lebih besar daripada bayi yang diberi ASI secara penuh (Afifah. dkk, 2003).

b. Mencuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum


(22)

menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan dapat mengurangi kejadian diare.

c. Menggunakan Jamban

Yang harus diperhatikan adalah :

- Setiap keluarga harus mempunyai jamban yang dapat berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.

- Bersihkan jamban secara teratur.

- Jika tidak ada jamban, buang air besar pada tempat yang disediakan seperti lubang, jauh dari rumah, jalan atau daerah tempat anak bermain dan jaraknya lebih kurang 10 meter dari sumber air minum. Usahakan membuang air besar dengan menggunakan alas kaki dan jangan biarkan anak ketempat buang air besar sendirian.

d. Pemberian Immunisasi Campak

Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian immunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu beri anak immunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan.

e. Pemberian makanan pendamping ASI.

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Ada beberapa hal yang penting agar pemberian makanan pendamping ASI lebih baik yaitu :

- Perkenalkan makanan lunak setelah anak berumur 6 bulan sambil tetap memberikan ASI. Setelah anak berumur 1 tahun berikan semua makanan yang dimasak dengan baik dan teruskan pemberian ASI bila masih memungkinkan sampai anak berumur 2 tahun.


(23)

- Tambahkan minyak, lemak dan gula kedalam nasi atau bubur dan biji-bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, daging, ikan, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau kedalam makanannya.

- Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak atau menyuapi anak dengan sendok yang bersih.

- Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan pada anak.

f. Menggunakan air bersih yang cukup.

Sebagaian besar kuman penyebab diare ditularkan melalui fekal oral. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.

Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah :

- Ambil air dari sumber yang bersih.

- Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air.

- Pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran oleh kotoran binatang. - Minumlah air yang sudah direbus dengan matang.

- Cuci semua peralatan masak dengan air yang bersih dan cukup. 2.8. Pola Konsumsi Pangan


(24)

Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati, YF. Khomsan, A. Dwiriani, CM, 2004).

Pemberian makan untuk balita membutuhkan kehati-hatian, karena pada usia balita perkembangan saluran pencernaan dan sistem kekebalan tubuh belum sempurna. Selain untuk memenuhi kebutuhan gizi secara tidak langsung menjadi alat untuk mendidik anak. Kebiasaan dan kesukaan anak terhadap makanan mulai dibentuk sejak kecil. Jika anak diperkenalkan dengan berbagai jenis makanan mulai usia dini, pola makan dan kebiasaan makan pada usia selanjutnya adalah mengkonsumsi makanan beragam (Uripi, 2005).

Menurut Mansjoer, A. dkk, 2000, pemberian makanan pada anak balita harus memenuhi syarat sebagai berikut :

- Memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai dengan umur.

- Susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang, kebiasaan makan dan selera tehadap makanan.

- Bentuk dan porsi disesuaikan dengan daya terima toleransi, dan faal bayi/anak. - Memperhatikan kebersihan perorangan dan lingkungan.

Pada balita usia 1-2 tahun anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan demikian sebaiknya diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Jenis hidangan yang dianjurkan terdiri dari makanan pokok sebagai sumber kalori, lauk pauk terdiri dari sumber protein hewani (telur, daging, ikan) sumber protein nabati (kacang-kacangan, tahu, tempe) sayuran hijau atau berwarna, buah-buahan dan susu. Pilihlah jenis dan cara pengolahan yang menghasilkan makanan yang teksturnya tidak terlalu keras, karena enzim dan cairan pencernaan yang dikeluarkan


(25)

oleh organ pencernaan belum optimal. Oleh karena itu golongan usia 1-2 tahun masih perlu diberikan bubur walaupun tidak disaring. Nasi tim beserta lauk pauknya dapat diberikan secara bertahap.

Laju pertumbuhan masa ini lebih besar dari masa usia prasekolah, sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Namun, perut masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari pada anak usia lebih besar. Oleh karena itu pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.

Sesuai pola makan anak pada usia ini yaitu porsi kecil dengan frekuensi sering, pemberian makanan dilakukan sebanyak 7-8 kali sehari, terdiri atas 3 kali makan utama seperti orang dewasa (makan pagi, siang dan sore) serta 2-3 kali makanan selingan ditambah 2-3 kali susu, secara perlahan diturunkan hingga 2 kali sehari. Pemberian makan dengan tekstur lunak dan kandungan air tinggi, dapat diolah dengan cara direbus, diungkep, dan dikukus. Bisa diperkenalkan makanan kombinasi dengan menggoreng atau dipanggang asalkan tidak menghasilkan tekstur keras dan mengandung bumbu yang merangsang atau pedas.

Pada balita usia 2-5 tahun anak sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Sebaiknya ditanamkan kepada anak tentang makanan apa yang berguna bagi kesehatan dirinya, termasuk makanan gizi seimbang. Namun frekuensi makan diturunkan menjadi 5-6 kali sehari. Pola makan tersebut diberikan 3 kali makan utama (pagi, siang dan sore) serta 2 kali makan selingan. Pemberian susu dalam bentuk minuman sekali sehari, yaitu pada malam hari sebelum tidur. Selebihnya susu dapat dicampurkan kedalam hidangan lain, misalnya saus (vla) dan sup (Asydhad, LA. Mardiah, 2006).


(26)

Waktu pemberian makan pada anak sebaiknya diatur sesuai dengan pola makan keluarga dalam satu hari sebagai berikut : makan pagi (pukul 06.00-07.00), selingan (pukul 10.00), makan siang (pukul 12.00-13.00), selingan (pukul 16.00), makan malam (pukul 18.00-19.00), sebelum tidur malam, susu (pukul 20.00-21.00) dengan membagi pola makan ini, kebutuhan makan anak akan terpenuhi dalam satu hari. Jenis makanan selinganpun harus diperhatikan yaitu mengandung sumber tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur.

Waktu makan yang teratur membuat anak berdisiplin dan hidup teratur. Membiasakan mereka makan yang benar tanpa harus disuapi. Kebiasaan ini mengajarkan hidup mandiri, cuci tangan sebelum makan dan penggunaan alat makan dengan benar mendidik anak hidup bersih dan teratur (Ariati, NN, 2006).

2.9. Kebutuhan Energi dan Protein Pada Balita

Menurut Uripi (2005), kebutuhan zat gizi pada anak balita harus cukup dan seimbang karena anak balita sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan energi dan protein harus dipenuhi dengan tepat jika kekurangan bisa mengakibatkan keadaan kekurangan energi dan protein, dan jika berlebihan dapat menyebabkan obesitas.

Energi yang diperlukan dapat bersumber dari zat gizi karbohidrat, lemak dan protein. Energi diukur dalam satuan kalori. Jumlah kalori dalam zat gizi berbeda-beda, setiap 1 gram karbohidrat menghasilkan energi sebesar 4 kalori, 1 gram protein menghasilkan 4 kalori dan 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori.

Energi diperlukan untuk berbagai proses metabolisme didalam tubuh yaitu untuk proses pertumbuhan dan mempertahankan fungsi jaringan tubuh, proses mempertahankan suhu tubuh agar tetap stabil dan gerak otot untuk aktifitas.


(27)

Protein selain dapat menyumbangkan tenaga, zat ini diharapkan berfungsi sebagai zat pembangun tidak dapat digantikan oleh karbohidrat maupun lemak. Jika karbohidrat dan lemak sudah cukup dalam makanan, fungsi protein sebagai zat pembangun tidak dapat berkurang. Sebaliknya, jika asupan karbohidrat dan lemak kurang, protein dapat digunakan sebagai zat tenaga. Dalam keadaan asupan energi kurang serta cadangan karbohidrat dan lemak habis, cadangan protein dalam tubuh digunakan sebagai zat tenaga. Hal ini menyebabkan fungsi protein sebagai zat pembangun hilang dan pertumbuhan anak dapat terhambat.

Fungsi protein sebagai zat pembangun sangat diperlukan oleh balita untuk membuat sel-sel baru dan merupakan unsur pembentuk berbagai struktur organ tubuh, selain itu juga berperan dalam pembentukan enzim dan hormon yang dapat mengatur proses metabolisme tubuh dan sebagai mekanisme pertahanan tubuh melawan berbagai macam penyakit dan infeksi (Asydhad, L.A., Mardiah, 2006).

Kebutuhan energi dan protein anak balita berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata per hari yang dianjurkan oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (1999) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.2. Kebutuhan energi dan protein anak balita berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata per hari

Golongan Umur (tahun) Energi (kkal) Protein (gr)

1 – 3 1250 23

4 – 5 1750 32

Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (1999).

2.10.Status Gizi

Status gizi adalah keadaan kesehatan individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat gizi lain yang


(28)

diperoleh dari pangan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri (Suharjo, 2005).

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Secara klasik dihubungkan dengan kesehatan tubuh dalam proses penyediaan energi, membangun dan memelihara jaringan tubuh serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh (Almatsier, S, 2003).

Selanjutnya status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan refleksi dari apa yang kita makan sehari-hari. Status gizi dikatakan baik apabila pola makan seseorang seimbang, artinya banyak dan jenis makanan yang dimakan seseorang sesuai dengan yang dibutuhkan tubuh. Apabila yang dimakan melebihi kebutuhan tubuh maka tubuh akan kegemukan, sebaliknya bila yang dimakan kurang dari yang dibutuhkan maka tubuh akan kurus dan sakit-sakitan (Siswono, www.gizi net, 2002).

2.11.Status Gizi Dengan Diare

Telah dikemukakan bahwa diare adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah infeksi dan keadaan gizi yang tidak baik.

Ada hubungan timbal balik antara kurang gizi dan diare, sering menyulitkan untuk memastikan mana kelainan yang terjadi lebih dahulu. Akan tetapi yang pasti adalah kedua masalah itu saling mempengaruhi dan saling memberatkan anak yang mengalami dehidrasi disamping hilangnya nafsu makan dan kehilangan bahan makanan karena diare dan muntah-muntah akan memperburuk gizi anak. Anak yang keadaan gizinya tidak baik cenderung lebih sering menderita diare dan menyebabkan kematian. Diare yang berulang dapat menjuruskan ke kurang energi dan protein (Warner D, 1988).


(29)

2.12.Pengukuran Status Gizi

Pengukuran status gizi pada balita menggunakan metode antropometri merupakan cara yang lebih praktis karena mudah dilaksanakan.

Penggunaan beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

Dari berbagai jenis indeks tersebut di atas, untuk menginterprestasikannya dibutuhkan ambang batas yang dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu : persen terhadap Median, Persentil dan Standar Deviasi unit. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan cara Standar Deviasi (SD).

Standar Deviasi unit (SD) disebut juga Z-Skor. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan memantau pertumbuhan. WHO memberikan gambaran perhitungan SD unit terhadap baku NCHS (Supariasa, NDI., Bakri, B., Fajar , I., 2002). Rumus perhitungan Z-Skor adalah :

Nilai Individu Subjek – Nilai Median Baku Rujukan Z-Skor =

Nilai Simpang Baku Rujukan

2.13.Kerangka Konsep

Berdasarkan masalah dan tujuan maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :


(30)

Pola Konsumsi Pangan : 1. Susunan Makanan 2. Frekuensi Makan

Status Gizi Balita - BB/U

- BB/TB

Diare Kecukupan

Energi dan Protein


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan desain penelitian Cross Sectional, yaitu penelitian yang mengamati subyek dengan penderita suatu saat atau subyek diobservasi pada saat yang bersamaan. Bertujuan untuk mengetahui gambaran pola konsumsi pangan dan status gizi balita penderita diare di ruang anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai.

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai dengan pertimbangan masih tingginya angka kejadian diare pada kelompok umur anak balita bila dibandingkan dengan kelompok umur yang lain. Berdasarkan data tahun 2007 sebanyak 499 penderita (75,04%) dari 665 penderita diare dengan berbagai golongan umur.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian mulai bulan Desember 2007 sampai dengan Maret 2008. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak balita penderita diare yang baru masuk di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai pada bulan Maret 2008.


(32)

3.3.2. Sampel

Sampel ditentukan dengan cara accidental sampling, yaitu yang ada pada saat kejadian (Riduwan, 2002). Penelitian ini dilakukan selama satu bulan, respondennya adalah ibu dari anak balita tersebut. Jumlah sampel sebanyak 31 anak balita. Pasien yang dikategorikan sebagai sampel adalah anak balita penderita diare yang baru masuk di ruang anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai berumur 12 – 59 bulan.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer meliputi :

- Karakteristik anak balita (nama, umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, anak ke) dan karekteristik responden (nama, umur, pendidikan, pekerjaan). Data diperoleh dengan cara wawancara dan kuesioner.

- Data tinggi badan dan berat badan anak balita didapat melalui pengukuran dan penimbangan secara langsung terhadap anak balita dengan alat bantu stadiometer/microtoice dan timbangan.

- Data susunan makanan, frekuensi makan dan jumlah konsumsi energi dan protein diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner dan formulir

food frekuensi melalui cara food recall 24 jam. 3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat dari petugas rumah sakit tentang jumlah kasus diare tahun 2007 dan gambaran umum RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai.


(33)

3.5. Instrumen Penelitian 1. Kuesioner.

2. Formulir food recall

3. Formulir food frekuensi

4. Alat ukur tinggi badan (microtoice) 5. Alat timbangan berat badan

6. Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) 7. Daftar Angka Kecukupan Gizi (DAKG) 3.6. Defenisi Operasional

1. Pola konsumsi pangan adalah informasi yang memberikan gambaran mengenai pemberian makanan pada anak balita yang dimakan setiap hari meliputi susunan makanan dan frekuensi makan sebelum dirawat inap.

2. Susunan makanan adalah berbagai macam makanan yang diberikan pada anak balita, yaitu : ASI, PASI, makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, makanan selingan dan lain-lain.

3. Frekuensi Makan adalah keacapan pemberian makan pada anak balita dalam 1 hari.

4. Kecukupan energi dan protein adalah kuantitas energi dan protein yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi anak balita dalam sehari.

5. Status gizi anak balita adalah keadaan yang memberi petunjuk tentang keadaan gizi anak balita 12-59 bulan yang diukur berdasarkan berat badan menurut umur (BB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) sesuai standar World Health Organization- National Center for Health Statistic (WHO-NCHS).


(34)

1. Susunan Makanan diukur dengan melihat macam makanan yang diberikan : - Lengkap, apabila makanan yang diberikan berupa (Asydhad, LA. Mardiah,

2006).

12 – 24 bulan : ASI/PASI, makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, makanan selingan (makanan dengan tekstur lunak tidak pedas dan tidak merangsang).

25 – 59 bulan : makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, makanan selingan, susu (makanan tidak pedas dan tidak merangsang).

- Tidak lengkap, apabila selain ketentuan di atas. 2. Frekuensi makan :

- Baik, apabila (Asydhad, LA. Mardiah, 2006) :

12 – 24 bulan : ASI sesuka anak (> 3 kali sehari), PASI (susu formula) 2-3 kali sehari, makanan pokok 3 x sehari, lauk pauk dan sayur-sayuran 3 x sehari, buah-buahan 2 x sehari, makanan selingan dan susu 2 – 3 x sehari.

25 – 59 bulan : Makanan pokok 3 x sehari, lauk pauk dan sayur-sayuran 3 x sehari, makanan selingan, buah 2 x sehari, susu 1 – 2 x sehari.

- Tidak baik, apabila selain ketentuan di atas.

3. Tingkat Konsumsi Energi dan Protein anak balita diperoleh dengan cara membandingkan konsumsi energi dan protein yang dikonsumsi anak dengan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan dengan menggunakan rumus :

K TK =


(35)

Keterangan :

TK = Tingkat kecukupan K = Konsumsi

KC = Kecukupan yang dianjurkan

Setelah Tingkat kecukupan energi dan protein diperoleh dalam bentuk persen, selanjutnya dikategorikan sebagai berikut (Supariasa, NDI, Bakri, B, Fajar I, 2002) :

a. Baik : ≥ 100% AKG b. Sedang : 80-90% AKG c. Kurang : 70-80% d. Defisit : ≤ 70%

4. Status Gizi balita diperoleh dari pengukuran antropometri berat badan menurut umur (BB/U) dengan menggunakan standar World Health Organization- National Center for Health Statistic (WHO-NCHS).

Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan Z- Score atau Standard Deviation dengan kategori :

a. Gizi lebih : Z-Score > + 2 SD

b. Gizi baik : Z-Score≥ - 2 SD s/d + 2 SD c. Gizi kurang : Z-Score≥ - 2 SD s/d < - 2 SD d. Gizi buruk : Z-Score < - 3 SD

5. Status gizi balita diperoleh dari pengukuran antropometri berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dengan menggunakan World Health Organization-


(36)

National Center for Health Statistic (WHO-NCHS).Rumus perhitungan Z-Score

adalah :

a. Normal : Z-Score≥ - 2 SD s/d + 2 SD b. Kurus : Z-Score≥ - 3 SD s/d < - 2 SD c. Sangat kurus : Z-Score < - 3 SD

d. Gemuk : Z-Score > + 2 SD Rumus :

Nilai Individu Subjek – Nilai Median Baku Rujukan Z- Score =

Nilai Simpang Baku Rujukan

3.8. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan diolah secara manual kemudian data yang telah diolah tersebut, dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(37)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai

RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai didirikan pada tahun 1930 pada masa penjajahan Belanda dengan nama RSU Tanjungbalai dan termasuk salah satu rumah sakit tertua di Sumatera Utara yang terletak di jalan Letjend Sutoyo Kecamatan Tanjungbalai Selatan. Pada tahun 2004 RSU Tanjungbalai berubah nama menjadi RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai mempunyai wilayah kerja di 6 Kecamatan yang ada di Kota Tanjungbalai dengan jumlah penduduk sekitar 158.290 jiwa.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1987, wilayah kota Tanjungbalai berbatasan dengan :

Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Sei Kepayang Kiri Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Sei Kepayang Kanan Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Bagan Asahan

Dalam usia yang demikian secara berangsur-angsur sarana yang ada terus bertambah baik fisik maupun peralatan untuk memenuhi fungsi suatu rumah sakit yang diharapkan.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 303/Menkes/SK/IV/1987, telah ditetapkan RSU Tanjungbalai menjadi Kelas C,


(38)

dengan demikian pelayanan RSU Tanjungbalai merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan khususnya dalam rujukan medik.

Sejak tahun 1987 secara bertahap telah ditetapkan 4 tenaga dokter spesialis dasar (penyakit dalam, obgyn, bedah dan anak) diiringi dengan pengadaan peralatan medis dan non medis serta sarana fisik yang bersumber dari APBD, APBN maupun bantuan luar negeri.

Pada saat ini luas rumah sakit lebih kurang 13.713 m2 dengan jumlah tempat tidur 110 buah dan pada tahun 2008 jumlah tempat tidur menjadi 110 buah, dilayani dengan 13 dokter umum dan 5 dokter spesialis (Spesialis Penyakit Dalam, Obgyn, Bedah, Anak dan Mata).

Jenis pelayanan kesehatan meliputi Rawat Inap (Ruang Penyakit Dalam, Ruang Bedah, Ruang Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Ruang Anak, Ruang VIP) sedangkan Rawat Jalan (Poli Umum, Poli Penyakit Dalam, Poli KB dan Kebidanan, Poli Bedah, Poli Anak, Poli Mata dan Poli Gigi). Instalasi Penunjang (Gizi, Laboratorium, Radiologi, Farmasi, Kamar Bedah dan Loundry) serta unit-unit khusus (IGD dan Endoscopy).

4.1.2. Struktur Organisasi RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai

Struktur Organisasi RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tanjungbalai Nomor 27 Tahun 2004 dapat dilihat di bawah.

STRUKTUR ORGANISASI RSU


(39)

KEPALA BPRS Dr. TENGKU MANSYUR TANJKUNGBALAI BAGIAN TATA USAHA KEP JABATAN FUNGSIONAL

4.1.3. Struktur Organisasi Pelayanan Perawatan Rawat Inap Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai

ALA BIDANG BINA PROGRAM

KEPALA BIDANG PELAYANAN MEDIS /

PENUNJANG MEDIK KEPALA BIDANG KEPERAWATAN SUBBID PERENCANAAN DAN PELAPOIRAN

SUBBDI PELATIHAN , PENYULUHAN / PENELITIAN SUBBID RUJUKAN, KETENAGAAN / FASILITAS PELAYANAN MEDIK SUBBID PENUNJANG MEDIS SUBBID PELAYANAN KEPERAWATAN SUBBID PENGENDALIAN MUTU KEPERAWATAN KASUBBAG UMUM DAN KEPEGAWAIAN KASUBBAG KEUANGAN DAN PERLENGKAPAN INSTALASI RAWAT JALAN KOMITE MEDIS INSTALASI RAWAT INAP INSTALASI GAWAT DARURAT INSTALASI RADIOLOGI INSTALASI FARMASI INSTALASI LABORATORIUM INSTALASI GIZI INSTALASI BEDAH SENTRAL INSTALASI PEMELIHARAAN RUMAH SAKIT INSTALASI KAMAR JENAZAH


(40)

Struktur Organisasi Pelayanan Perawatan Rawat Inap Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai berdasarkan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit N

STR P

RUANG ANAK RSU Dr. T SYUR TANJUNGBALAI

TAHUN 2008

Ruang Anak RSU Dr. Tengku syur Tanj

No JENIS PENYAKIT JUMLAH KASUS

omor : 600/185/VIII/2007 adalah sebagai berikut :

UKTUR ORGANISASI PELAYANAN PERAWATAN RAWAT INA ENGK MANU

Kepala Unit

Kepala Ruangan

Wakil Ka. Ruangan

.1.4. S

Staf Ruangan Staf Ruangan Staf Ruangan

4 epuluh Penyakit Terbesar Pada Man ungbalai Tahun 2007

1 DIARE 449

2 ISPA 160

3 ASPIXIA SEDANG 95

4 ASHMA BRONCHIALE 60

5 KOCH PULMONUM 50

6 ANEMIA 19

7 BRONCHITIS AKUT 45

8 THYPUS ABDOMINALIS 35

9 BRONCO PENUMONIA 30

10 TETANUS 20

Sumber : Profil RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Tahun 2007.


(41)

Tabel 4.3. Distribusi Responden Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Kelompok Umur

RESPONDEN

NO UMUR (TAHUN)

n %

1. < 20 2 06,45

2. 20 – 30 25 80,65

3. 31 – 40 4 12,90

JUMLAH 31 100,00

Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa umur responden sebagian besar 20 – 30 tahun sebanyak 25 orang (80,65%), sedangkan umur < 20 tahun sebanyak 2 orang (06,45%).

Tabel 4.4. Distribusi Responden Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Pendidikan Terakhir

RESPONDEN

NO TINGKAT

PENDIDIKAN n %

1. SD 1 03,23

2. SLTP 4 12,90

3. SLTA 24 77,42

4. DIPLOMA III 1 03,23

5. SARJANA (S-1) 1 03,23

JUMLAH 31 100,00

Dari tabel 4.4 dapat lihat bahwa pendidikan terakhir responden sebagian besar adalah tingkat pendidikan SLTA sebanyak 24 orang (77,42%) dan tingkat pendidikan SD hanya 1 orang (03,23%).

Tabel 4.5. Distribusi Responden anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Pekerjaan


(42)

RESPONDEN NO PEKERJAAN

n %

1. PNS 3 09,68

2. Pegawai Honorer 2 06,45

3. Wiraswasta 6 19,35

4. Ibu Rumah Tangga 20 64,52

JUMLAH 31 100,00

Dari tabel 4.5 diketahui bahwa pekerjaan responden sebagian besar adalah ibu rumah tangga sebanyak 20 orang (64,52%), sedangkan pegawai honorer sebanyak 2 orang (06,45%).

Tabel 4.6. Distribusi Kepala Keluarga anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Penghasilan

KEPALA KELUARGA

NO PENGHASILAN

(Rp) n %

1. 500.000-1.000.000 19 61,29

2. > 1.000.000-2.000.000 10 32,26

3. > 2.000.000 2 06,45

JUMLAH 31 100,00

Dari tabel 4.6 diketahui bahwa penghasilan kepala keluarga sebagian besar berpenghasilan 500.000-1.000.000 dengan jumlah responden 19 orang (61,29%), sedangkan yang berpenghasilan > 2.000.000 sebanyak 2 orang (06,45%).

4.3. Gambaran Umum Anak Balita

Tabel 4.7. Distribusi Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Kelompok Umur

NO UMUR (BULAN) JUMLAH

(Orang)

%

1. 12-24 11 35,48

2. 25-59 20 64,52


(43)

Dari tabel 4.7 dilihat bahwa distribusi kelompok umur anak balita penderita diare sebelum di rawat inap yang terbanyak antara 25-59 bulan sebanyak 20 anak (64,52%), sedangkan pada kelompok umur 12-24 sebanyak 11 anak (35,48%).

Tabel 4.8. Distribusi Kelompok Umur Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Jenis Kelamin

JENIS KELAMIN

Laki-Laki Perempuan

NO UMUR

(BULAN)

n % n %

N %

1. 12-24 4 36,36 7 63,64 11 100,00

2. 25-59 13 65,00 7 35,00 20 100,00

JUMLAH 17 54,84 14 45,16 31 100,00

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa anak balita penderita diare yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 17 anak (54,84%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 14 anak (45,16%).

4.4. Pola Konsumsi Pangan Anak Balita

Tabel 4.9. Distribusi Kelompok Umur Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Susunan Makanan

SUSUNAN MAKANAN

Lengkap Tidak Lengkap

NO UMUR

n % n %

N %

1. 12-24 4 36,36 7 63,64 11 100,00

2. 25-59 11 55,00 9 45,00 20 100,00

JUMLAH 15 48,39 16 51,61 31 100,00

Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa susunan makanan yang dikonsumsi anak balita pada kelompok umur 12-24 bulan sebanyak 7 anak (63,64%) adalah kategori tidak lengkap sedangkan 4 anak balita (36,36%) dengan kategori lengkap. Pada kelompok umur 25-59 bulan sebanyak 11 anak (55,00%) dengan kategori lengkap dan 9 anak balita (45,00%) dengan kategori tidak lengkap.


(44)

Tabel 4.10. Distribusi Kelompok Umur Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Frekuensi Makan

Frekuensi Makan

Baik Tidak Baik

NO UMUR

(BULAN)

n % n %

N %

1. 12-24 3 27,27 8 72,73 11 100,00

2. 25-59 5 25,00 15 75,00 20 100,00

JUMLAH 8 25,81 23 74,19 31 100,00

Pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa frekuensi makan anak balita pada kelompok umur 12-24 bulan yaitu sebanyak 3 anak (27,27%) dengan kategori baik sedangkan frekuensi makan tidak baik sebanyak 8 anak (72,73%). Pada kelompok umur 25-59 bulan yaitu sebanyak 15 anak balita (75,00%) dengan frekuensi makan kategori tidak baik dan 5 anak balita (25,00%) frekuensi makan kategori baik.

Tabel 4.11. Distribusi Kelompok Umur Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Konsumsi Energi

Konsumsi Energi

Baik Sedang Kurang

NO

UMUR (BULAN

n % n % n %

N %

1. 12-24 1 9,09 9 81,82 1 9,09 11 100,00

2. 25-59 2 10,00 11 55,00 7 35,00 20 100,00

JUMLAH 3 9,68 20 64,52 8 25,80 31 100,00

Pada tabel 4.11 diketahui bahwa anak balita penderita diare pada kelompok umur 12-24 bulan sebanyak 9 anak (81,82%) konsumsi energi dengan kategori sedang dan satu anak (9,09%) konsumsi energi dengan kategori baik, satu anak (9,09%) konsumsi energi dengan kategori kurang. Pada kelompok umur 25-59 bulan sebanyak 11 anak (55,00%) dengan kategori sedang dan 7 anak (35,00%) dengan kategori kurang. 2 anak balita (10,00%) dengan kategori baik.


(45)

Tabel 4.12. Distribusi Kelompok Umur Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Konsumsi Protein

Konsumsi Protein

Baik Sedang Kurang

NO

UMUR (BULAN

n % n % n %

N %

1. 12-24 4 36,36 6 54,55 1 9,09 11 100,00

2. 25-59 3 15,00 15 75,00 2 10,00 20 100,00

JUMLAH 7 22,58 21 67,74 3 9,68 31 100,00

Pada tabel 4.12 dapat dilihat bahwa anak balita pada kelompok umur 12-24 bulan sebanyak 6 anak (54,55%) konsumsi protein dengan kategori sedang dan 4 anak (36,36%) konsumsi protein dengan kategori baik serta satu anak (9,09%) dengan kategori kurang. Pada kelompok umur 25-59 bulan sebanyak 15 anak (75,00%) konsumsi protein dengan kategori sedang dan 3 anak (15,00%) konsumsi protein dengan kategori baik, 2 anak balita (10,00%) dengan katregori kurang.

4.5. Status Gizi Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai

4.5.1. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Indeks BB/U

Tabel 4.13. Distribusi Kelompok Umur Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Status Gizi (BB/U)

Status Gizi (BB/U)

Baik Kurang

NO UMUR

(BULAN)

n % n %

N %

1. 12-24 4 36,36 7 63,64 11 100,00

2. 25-59 3 15,00 17 85,00 20 100,00

JUMLAH 7 22,58 24 77,42 31 100,00

Pada tabel 4.13 menunjukkan bahwa anak balita pada kelompok umur 12-24 bulan dengan status gizi kurang sebanyak 7 anak (63,64%) sedangkan status gizi baik sebanyak 4 anak (36,36%). Pada balita kelompok umur 25-59 bulan dengan status


(46)

gizi kurang sebanyak 17 anak (85,00%) dan status gizi baik sebanyak 3 anak (15,00%).

4.5.2. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Indeks BB/TB

Tabel 4.14. Distribusi Kelompok Umur Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Status Gizi BB/TB

Status Gizi (BB/TB)

Normal Kurus

NO UMUR

(BULAN)

n % n %

N %

1. 12-24 6 54,55 5 45,55 11 100,00

2. 25-59 16 80,00 4 20,00 20 100,00

JUMLAH 22 70,97 9 29,03 31 100,00

Tabel 4.14 menunjukkan bahwa status gizi anak balita pada kelompok umur 12-24 bulan dengan kategori normal sebanyak 6 anak (54,55%) dan 5 anak balita (45,45%) dengan kategori kurus. Pada kelompok umur 25-59 bulan yaitu sebanyk 16 anak (80,00%) dengan status gizi BB/TB kategori normal dan 4 anak (20,00%) status gizi dengan kategori kurang.

4.5.3. Lamanya Kejadian Diare Pada Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai

Tabel 4.15. Distribusi Lamanya Kejadian Diare Pada Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Status Gizi BB/U

Status Gizi (BB/U)

Baik Kurang NO

KEJADIAN DIARE

(HARI) n % n %

N %

1. < 1 7 77,8 2 22,2 9 100,00

2. 1 0 00,0 8 100,0 8 100,00

3. > 1 0 00,0 14 100,0 14 100,00

JUMLAH 7 22,6 24 77,4 31 100,00

Tabel 4.15 dapat dilihat lamanya kejadian diare < 1 hari sebanyak 7 anak (77,8%) status gizi terkategori baik dan 2 anak (22,2%) status gizi terkategori


(47)

kurang. Kejadian diare 1 hari sebanyak 8 anak (100%) status gizi terkategori kurang. Pada kejadian diare > 1 hari sebanyak 14 anak (100%) status gizi terkategori kurang. Tabel 4.16. Distribusi Lamanya Kejadian Diare Pada Anak Balita Penderita

Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai Berdasarkan Status Gizi BB/TB

Status Gizi (BB/TB)

Normal Kurus NO

KEJADIAN DIARE

(HARI) n % n %

N %

1. < 1 7 77,8 2 22,2 9 100,00

2. 1 8 100,0 0 00,0 8 100,00

3. > 1 7 50,0 7 50,0 14 100,00

JUMLAH 22 71,0 9 29,0 31 100,00

Tabel 4.16 dapat dilihat bahwa lamanya kejadian diare < 1 hari sebanyak 7 anak (77,8%) status gizi terkategori normal dan sebanyak 2 anak (22,2%) status gizi terkategori kurang. Kejadian diare 1 hari sebanyak 8 anak (100%) status gizi terkategori normal. Pada kejadian diare > 1 hari sebanyak 7 anak (50%) status gizi terkategori normal dan sebanyak 7 anak (50%) status gizi terkategori kurus.


(48)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pola Konsumsi Pangan Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak balita penderita diare di ruang anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai sebanyak 11 anak balita (35,48%) berumur 12-24 bulan dan 20 anak balita (64,52%) berumur 25-59 bulan. Pola konsumsi pangan anak balita penderita diare menurut susunan makanan sebagian besar kategori tidak lengkap. Hasil penelitian dapat dilihat dari 31 anak balita penderita diare di ruang anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai terdapat 15 anak balita (48,39%) yang susunan makanannya kategori lengkap dan 16 anak balita (51,61%) susunan makanannya tidak lengkap atau tidak mengikuti pola makan empat sehat lima sempurna, sehingga tidak menutup kemungkinan anak balita kurang mendapat asupan gizi yang sesuai kebutuhan.

Berdasarkan hasil penelitian tentang susunan makanan anak balita penderita diare kelompok umur 12-24 bulan kategori lengkap sebesar 36,36% dan kategori tidak lengkap sebesar 63,64%. Anak balita penderita diare pada kelompok umur 12-24 bulan pada umumnya ASI tidak diberikan lagi dengan alasan air susu ibu tidak ada dan menurut pemikiran ibu bahwa pada umur tersebut ASI tidak perlu lagi diberikan karena makanan yang diberikan sudah dapat memenuhi zat gizi yang dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan balitanya.

Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa anak balita penderita diare kelompok umur 25-59 bulan susunan makanan kategori lengkap sebesar 55,00% dan kategori tidak lengkap sebesar 45,00%. Makanan yang dikonsumsi anak balita


(49)

penderita diare pada kelompok umur 25-59 bulan adalah nasi, sayur, lauk pauk dan buah-buahan seperti halnya makanan orang dewasa, sedangkan susu jarang sekali diberikan karena ketidakmampuan keluarga untuk membelinya. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa penghasilan kepala keluarga anak balita penderita diare rata-rata Rp. 500.000 – 1.000.000 per bulan yaitu sebesar 61,29% sehingga daya beli rendah dalam memenuhi kebutuhan gizi keluarga dan makanan yang tersedia disesuaikan dengan ekonomi yang ada.

Berdasarkan hasil penelitian tentang pola konsumsi pangan anak balita penderita diare pada kelompok umur 12-24 bulan menurut frekuensi makan kategori baik diperoleh sebesar 27,27% dan kategori tidak baik sebesar 72,73%. Hal ini disebabkan karena anak balita yang berumur 12-24 bulan bersifat konsumen pasif yaitu makanan yang dikonsumsi tergantung pada apa yang disediakan oleh ibunya. Sedangkan pada kelompok umur 25-59 bulan frekuensi makan kategori baik sebesar (25,00%) dan kategori tidak baik sebesar 75,00%. Hal ini disebabkan karena anak balita kurang mau makan nasi tetapi lebih suka mengkonsumsi makanan kecil dan hal ini juga dipengaruhi oleh kebiasaan ibu memberikan uang jajan kepada anak sehingga frekuensi kurang diperhatikan. Kelompok umur 25-59 bulan bersifat konsumen aktif yaitu mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Sebaiknya ditanamkan kepada mereka tentang makanan berguna bagi kesehatan dirinya.

Frekuensi makanan kecil sebaiknya diberikan 2 kali sehari yakni pada pukul 10.00 wib dan 16.00 wib. Pada kenyataannya anak balita bisa jajan lebih dari 3 kali sehari. Jajanan yang sering dikonsumsi anak balita penderita diare adalah kerupuk, manisan dan gorengan dengan kandungan gizi yang rendah. Disamping itu makanan


(50)

tersebut mengandung pengawet, pewarna dan pemanis juga tidak terjamin kebersihannya yang dapat berdampak tidak baik bagi kesehatan. Hal inilah yang membuat anak cepat kenyang dan malas untuk makan. Frekuensi makan pada anak balita penderita diare, makan dengan nasi lembek dan makan nasi biasa (makanan keluarga) sebaiknya 3 kali sehari dengan jumlah yang cukup(Asydhad, L.A., Mardiah, 2006).

Menurut Ariati, (2006) frekuensi makan anak balita sebaiknya dilakukan sesuai dengan pola makan keluarga dengan susunan makanan lengkap meliputi : makan pagi (pukul 07.00-08.00 Wib), makan siang (pukul 12.00-13.00 Wib) dan makan malam (pukul 18.00-19.00 Wib), sebelum tidur, susu (pukul 20.00-21.00 Wib). Dengan membagi pola makan ini kebutuhan makan anak akan terpenuhi dalam satu hari. Jenis makanan selinganpun harus diperhatikan yaitu mengandung sumber tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur.

5.2. Jumlah Konsumsi Energi dan Protein Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai

5.2.1. Jumlah Konsumsi Energi Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah konsumsi energi anak balita penderita diare sebesar (64,52%) kategori sedang dan sebesar (25,80%) kategori kurang serta (9,68%) kategori baik. Hal ini bisa dilihat dari kebiasaan anak balita yang sering mengkonsumsi makanan jajanan yang mengandung energi rendah sehingga konsumsi makan nasi menjadi berkurang. Kemungkinan juga anak balita penderita diare kurang selera makan oleh karena makanan yang disajikan dalam satu hari tidak bervariasi sehingga anak balita tersebut malas makan. Sedangkan ibu tidak


(51)

dapat mengupayakan menu yang sesuai dengan selera makan anak sehubungan dengan ekonomi terbatas.

5.2.2. Jumlah Konsumsi Protein Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar konsumsi protein anak balita penderita diare dengan kategori sedang yaitu sebesar 67,74%, konsumsi protein kategori baik sebesar 22,58% dan konsumsi protein dengan kategori kurang sebesar 9,68%.

Dari hasil penelitian diperoleh total protein rata-rata anak balita penderita diare pada kelompok umur 12-24 bulan adalah 21 gram per hari. Sedangkan total protein rata-rata anak balita kelompok umur 25-59 bulan adalah 26 gram per hari. Kebutuhan protein pada kelompok umur 1-3 tahun dianjurkan adalah 23 gram per hari sedangkan kebutuhan protein pada kelompok umur 4-5 tahun dianjurkan 32 gram per hari (Al Matsier, S, 2005).

Kondisi ini mencerminkan bahwa konsumsi protein balita penderita diare rata-rata masih dibawah angka kecukupan. Anak balita penderita diare pada umumnya mengkonsumsi ikan sebagai sumber protein hewani, bahkan tidak jarang terdapat anak balita setiap hari harus makan dengan lauk ikan. Akan tetapi setiap selesai makan, ikan yang dikonsumsi sering bersisa sehingga dapat mempengaruhi jumlah konsumsi protein anak balita tersebut. Hal ini karena didalam proses pengolahan, penyajian serta jenis ikan yang tersedia kurang variatif sehingga menimbulkan kebosanan pada anak balita tersebut.

Anak balita sebaiknya tidak dibiasakan mengkonsumsi sumber protein hewani hanya berupa ikan saja tetapi sebaiknya diberikan makanan dengan jenis beraneka ragam misalnya telur, daging. Protein dapat diperoleh dari sumber hewani


(52)

antara lain daging, susu, telur dan ikan. Sedangkan sumber nabati antara lain tahu, tempe dan kacang-kacangan. Protein sebagai zat pembangun sangat diperlukan balita untuk pembuatan sel-sel baru dan merupakan unsur pembentuk berbagai struktur organ tubuh dan juga berfungsi dalam mekanisme pertahanan tubuh dalam melawan berbagai macam penyakit dan infeksi (Asydhad, L.A., Mardiah, 2006).

5.3. Status Gizi Anak Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai

Dari hasil pengolahan data status gizi dengan indeks berat badan menurut umur (BB/U) anak balita penderita diare memiliki status gizi kategori kurang sebesar 77,42% dan status gizi kategori baik sebesar 22,58%. Hasil penelitian tentang status gizi dengan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) anak balita penderita diare memiliki status gizi kategori normal sebesar 70,97% dan kategori kurus sebesar 29,03%. Hal ini karena kurangnya makanan yang dikonsumsi anak balita penderita diare dan didukung hadirnya penyakit penyerta sehingga mempengaruhi status gizi anak balita tersebut.

Menurut Supariasa, NDI,. Bakri,B., Fajar, I, (2002) berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif tehadap perubahan-perubahan yang mendadak misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.

5.4. Lamanya Kejadian Diare Dan Status Gizi Anak Balita Penderita Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.15 lamanya kejadian diare berdasarkan BB/U, lamanya diare > 1 hari sebanyak 14 anak (100%) dengan status gizi terkategori kurang. Sedangkan kejadian diare 1 hari sebanyak 8 anak (100%)


(53)

dengan status gizi terkategori kurang. Pada kejadian diare kurang 1 hari sebanyak 7 anak (77,8%) dengan status gizi terkategori baik dan sebanyak 2 anak (22,2%) dengan status giziz terkategori kurang. Hasil penelitian pada tabel 4.16 lamanya kejadian diare berdasarkan BB/TB, lamanya diare > 1 hari sebanyak 7 anak (50,0%) dengan status gizi terkategori normal dan 7 anak (50,5%) dengan status gizi terkategori kurus. Kejadian diare < 1 hari sebanyak 7 anak (77,8%) dengan status gizi terkategori normal dan 2 anak (22,2%) dengan status gizi terkategori kurus. Hal ini karena konsumsi makanan yang berkurang akibat menurunnya nafsu makan serta pengeluaran zat-zat gizi karena diare dan muntah-muntah.

Gizi kurang dan diare sering dihubungkan satu sama lain walaupun diakui bahwa sulit menentukan kelainan mana yang terjadi lebih dahulu, gizi kurang, diare atau sebaliknya. Akan tetapi dari sudut manapun kita meninjau masalah ini yang penting adalah adanya keterkaitan erat antara kedua penyakit ini. Berdasarkan hal ini nutrisi yang baik dari segi kualitas maupun kuantitas sangat penting baik dalam pencegahan maupun penatalaksanaan (Alisyahbana, 1985).


(54)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang pola konsumsi pangan dan status gizi pada anak balita penderita diare di ruang anak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pola konsumsi pangan anak balita penderita diare menurut susunan makanan sebagian besar terkategori tidak lengkap yaitu 51,61%. Berdasarkan frekuensi makan sebagian besar terkategori tidak baik yaitu 58,06% yang dipengaruhi oleh faktor daya beli dan kurangnya pengetahuan tentang gizi.

2. Tingkat konsumsi energi anak balita penderita diare mayoritas terkategori sedang dan adapula yang terkategori kurang. Meskipun makanan ada tersedia di rumah tetapi anak lebih sering mengkonsumsi jajanan yang mengandung energi rendah sehingga konsumsi nasi berkurang.

3. Tingkat konsumsi protein anak balita penderita diare sebagian besar terkategori sedang dan ada terkategori kurang. Meskipun setiap hari anak balita makan dengan lauk ikan akan tetapi ikan yang dikonsumsi sering bersisa karena pengolahan, penyajian dan ikan yang tersedia kurang variatif sehingga menimbulkan kebosanan pada anak balita tersebut.

4. Persentase lamanya kejadian diare dan status gizi anak balita penderita diare berdasarkan berat badan menurut umur (BB/U) terkategori kurang sebesar 77,4% dan terkategori normal sebanyak 22,6%, sedangkan status gizi berdasarkan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) terkategori normal sebesar 71,0% dan


(55)

terkategori kurus sebesar 29,0%. Angka tersebut memiliki arti bahwa anak yang menderita diare kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan kehilangan bahan makanan akibat diare dan muntah-muntah.

6.2. Saran

1. Perlu dilakukan penyuluhan secara merata tentang makanan, gizi dan kesehatan kepada keluarga yang mempunyai anak balita agar dapat memperbaiki status gizi anak balitanya dengan cara pemberian makanan yang beraneka ragam baik menurut susunan, frekuensi dan waktu pemberian makan.

2. Kepada keluarga diharapkan apabila anak mengalami diare agar segera dibawa berobat ke fasilitas kesehatan terdekat.

3. Kepada pihak RSU Dr. Tengku Mansyur Tanjungbalai khususnya petugas di ruang anak agar meningkatan pengetahuan dan kesadaran melalui penyuluhan kepada masyarakat khususnya kepada keluarga yang memiliki balita yang datang berobat ke rumah sakit agar selalu memperhatikan pola hidup bersih dan sehat agar terhindar dari berbagai macam penyakit.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, T, dkk., (2003). Kecenderungan Penyakit Penyebab Kematian Bayi dan Anak Balita Di Indonesia,Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 31 Nomor 2. Almatsier, S,. (2003). Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Almatsier, S,. (2005). Penuntun Diate Edisi Terbaru, Gramedia, Pustaka Utama,

Jakarta.

Amiruddin, R,. (2007) Current Issue, Kematian Anak Karena Penyakit Diare, FKM Universitas Hasanuddin, Makassar.

Ariati, N.N., (2006). Bagaimana Mengatur Makanan Anak Balita, [Internet] available from: http://www.balipostcetak.net [accessed 22 Oktober 2007]. Asydhad, AL., Mardiah,. (2006), Makanan Tepat Untuk Balita, Cetakan

Pertama, Kawan Pustaka, Tangerang.

Baliwati, YF,. Khomsan, A,. Dwiriani, CM,. (2004), Pengantar Pangan dan Gizi,Cetakan I, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia,. (1999). Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, Jakarta.

___________, (2005). Profil Kesehatan Menuju Indonesia, Jakarta.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara., (2004). Profil Kesehatan Provinsi Sumatera utara,Medan.

Mansjoer, A., dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran UI.

Ngastiyah,. (1997). Perawatan Anak Sakit,Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Notoadmojo, S,. (2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Riduwan., (2003). Dasar-Dasar Statistika,Penerbit Alfabeta, Bandung.

Rihardi, S., (2003). Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Berbasiskan Lingkungan,[Internet] available from: http://www.google.com [accessed 22 Oktober 2007].

Simanjuntak, H.D., (1999). Program Gizi, Lingkungan dan Pola Penyakit Pada Usaha Perbaikan Gizi Keluarga, Pidato Pengukuhan Sebagai Guru Besar USU Medan.


(57)

Supariasa, NDI., Bakri, B., Fajar, I., (2002). Penilaian Status Gizi, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Suwandi,. (1999). Diet Pada Anak Sakit,Penerbit Buku Kedokteran EGC. Uripi, V., (2005). Menu Sehat Untuk Balita,Puspa Suara.

Warner, D., (1988). ApaYang Anda Lakukan Bila Tidak Ada Dokter,Jakarta. Webmaster., (2007). Pencegahan dan Pengobatan Diare Pada Anak Di Rumah,

[Internet] available from: http://www.IDAI.net [accessed 22 Oktober 2007].

Zulhendri., (2002). Gambaran Epidemiologi Penyakit Diare Pada Balita Di Puskesmas Talang Kabupaten Solok Tahun 2002, Skripsi, FKM-USU, Medan.


(58)

Lampiran 1

Kuesioner Gambaran Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi Balita Penderita Diare Di Ruang Anak RSU Dr. Tengku Mansyur

Tanjungbalai Tahun 2008

Nomor Responden : Tanggal Wawancara : Karakteristik Responden

Nama : ...

Umur : ... Pendidikan : ... Pekerjaan : ... Penghasilan : ... Karakteristik Anak Balita

Nama : ... Umur : ... Jenis Kelamin : ...

Berat Badan : ... Tinggi Badan : ... Data Riwayat Gizi

1. Kebiasaan makanan utama : Pagi : Ya Tidak Siang : Ya Tidak Malam : Ya Tidak


(59)

3. Alergi makanan : Tidak Ya, jenis ………. 4. Pantangan makanan : Tidak Ya, jenis ………. 5. Gangguan gastrointestinal : Anorexia Mual Muntah

Diare Konstipasi Kesulitan Mengunyah

Kesulitan Menelan Gangguan Gigi

Pola Makan Anak Balita

Untuk anak balita usia 12 – 24 bulan :

1. Apakah anak ibu masih diberi ASI : Ya Tidak

2. Apakah anak ibu masih diberi susu formula : Ya Tidak 3. Selain ASI / susu formula makanan apa yang ibu berikan kepada anak ibu :

Nasi lembek Bubur Nasi biasa Dan lain-lain (sebutkan) 4. Apakah ibu memberi makan selingan kepada anak ibu :

Ya Tidak

5. Jika ya, makanan selingan apa yang ibu berikan : Bubur Kue

Agar-agar Dll (sebutkan)

6. Apakah ibu memberikan jenis buah atau buah-buahan pada anak ibu : Ya Tidak

7. Jika ya, jenis buah atau buah-buahan apa yang ibu berikan :

Pisang Pepaya Dan lain-lain (sebutkan) 8. Apakah ibu memberikan sayuran pada makanan anak ibu : Ya Tidak


(60)

9. Jika ya, sayuran apa yang ibu berikan : Bayam Wortel

Dll (sebutkan) 10. Apakah ibu memberi lauk pauk pada makanan anak ibu : Ya Tidak 11. Jika ya, lauk apa yang ibu berikan : Ikan Daging, ayam Telur

Anak balita usia 25 – 59 bulan :

1. Apakah anak ibu masih diberi susu sebagai makanan pelengkap : Ya Tidak

2. Apakah ibu memberi nasi kepada anak ibu : Ya Tidak 3. Bagaimana jenis nasi yang ibu berikan : Nasi lembek Nasi biasa 4. Apakah ibu memberikan makanan selingan kepada anak ibu :

Ya Tidak

5. Jika ya, makanan selingan apa yang ibu berikan :

Agar-agar Gorengan Jajan Dan lain-lain (sebutkan)

6. Apakah ibu memberikan buah-buahan pada anak ibu : Ya Tidak 7. Jika ya, buah apa yang ibu berikan : Pepaya Apel

Pisang Dll (sebutkan)

8. Apakah ibu memberikan sayuran pada makanan anak ibu : Ya Tidak

9. Jika ya, sayuran apa yang ibu berikan :

Bayam Buncis Daun ubi Dll (sebutkan) 10. Apakah ibu memberi lauk pauk pada anak ibu : Ya Tidak 11. Jika ya, lauk pauk apa yang ibu berikan :


(61)

Lampiran 2

FREKWENSI MAKANAN PASIEN (SEBELUM DIRAWAT)

Nama : No. Register :

Sex : Umur : BB : TB :

Jenis Bahan Makanan

1 x / Hari 2 x / Hari 3 x / Hari > 6 x / Hari Ket 1. Makanan pokok

- ASI / PASI - Bubur

- Nasi / Nasi tim - Dll

2. Lauk hewani - Daging - Telur - Ikan - Dll 3. Lauk nabati

- Tahu - Tempe - Dll

4. Sayur-sayuran - Bayam - Wortel - Daun ubi - Buncis - Dll

5. Buah-buahan - Apel - Pisang - Pepaya - Dll

6. Makanan selingan - Gorengan - Agar-agar - Kue - Dll 7. Susu

Sumber : Almatsier, S (2005)


(62)

Lampiran 3

FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

Nama : No. Register :

Sex : Umur : BB : TB :

Waktu dan Menu Bahan Makanan Jumlah

Berat (Gram) URT

Pagi :

Selingan :

Siang :

Selingan :

Malam :

Selingan :

Sumber : Almatsier, S (2005)


(63)

Hasil Crosstabs :

1. Lamanya diare dengan status gizi berat badan menurut umur (BB/U).

Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,000 (< 0,05), terdapat hubungan antara lamanya kejadian diare dengan status gizi berat badan menurut umur (BB/U).

2. Lamanya diare dengan status gizi berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,040 (< 0,05), terdapat hubungan antara lamanya kejadian diare dengan status gizi berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).


(64)

Hasil Crosstabs :

1. Derajat dehidrasi dengan status gizi berat badan menurut umur (BB/U).

Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,000 (< 0,05), terdapat hubungan antara derajat dehidrasi dengan status gizi berat badan menurut umur (BB/U).

2. Derajat dehidrasi dengan status gizi berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,192 (> 0,05), tidak ada hubungan antara derajat dehidrasi dengan status gizi berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).


(1)

3. Alergi makanan : Tidak Ya, jenis ………. 4. Pantangan makanan : Tidak Ya, jenis ………. 5. Gangguan gastrointestinal : Anorexia Mual Muntah

Diare Konstipasi Kesulitan Mengunyah

Kesulitan Menelan Gangguan Gigi

Pola Makan Anak Balita

Untuk anak balita usia 12 – 24 bulan :

1. Apakah anak ibu masih diberi ASI : Ya Tidak

2. Apakah anak ibu masih diberi susu formula : Ya Tidak 3. Selain ASI / susu formula makanan apa yang ibu berikan kepada anak ibu :

Nasi lembek Bubur Nasi biasa Dan lain-lain (sebutkan) 4. Apakah ibu memberi makan selingan kepada anak ibu :

Ya Tidak

5. Jika ya, makanan selingan apa yang ibu berikan : Bubur Kue

Agar-agar Dll (sebutkan)

6. Apakah ibu memberikan jenis buah atau buah-buahan pada anak ibu : Ya Tidak

7. Jika ya, jenis buah atau buah-buahan apa yang ibu berikan :

Pisang Pepaya Dan lain-lain (sebutkan) 8. Apakah ibu memberikan sayuran pada makanan anak ibu : Ya Tidak


(2)

9. Jika ya, sayuran apa yang ibu berikan : Bayam Wortel

Dll (sebutkan) 10.Apakah ibu memberi lauk pauk pada makanan anak ibu : Ya Tidak 11.Jika ya, lauk apa yang ibu berikan : Ikan Daging, ayam Telur

Anak balita usia 25 – 59 bulan :

1. Apakah anak ibu masih diberi susu sebagai makanan pelengkap : Ya Tidak

2. Apakah ibu memberi nasi kepada anak ibu : Ya Tidak 3. Bagaimana jenis nasi yang ibu berikan : Nasi lembek Nasi biasa 4. Apakah ibu memberikan makanan selingan kepada anak ibu :

Ya Tidak

5. Jika ya, makanan selingan apa yang ibu berikan :

Agar-agar Gorengan Jajan Dan lain-lain (sebutkan)

6. Apakah ibu memberikan buah-buahan pada anak ibu : Ya Tidak 7. Jika ya, buah apa yang ibu berikan : Pepaya Apel

Pisang Dll (sebutkan)

8. Apakah ibu memberikan sayuran pada makanan anak ibu : Ya Tidak

9. Jika ya, sayuran apa yang ibu berikan :

Bayam Buncis Daun ubi Dll (sebutkan) 10. Apakah ibu memberi lauk pauk pada anak ibu : Ya Tidak 11. Jika ya, lauk pauk apa yang ibu berikan :


(3)

Lampiran 2

FREKWENSI MAKANAN PASIEN (SEBELUM DIRAWAT)

Nama : No. Register :

Sex : Umur : BB : TB :

Jenis Bahan Makanan

1 x / Hari 2 x / Hari 3 x / Hari > 6 x / Hari Ket 1. Makanan pokok

- ASI / PASI - Bubur

- Nasi / Nasi tim - Dll

2. Lauk hewani - Daging - Telur - Ikan - Dll 3. Lauk nabati

- Tahu - Tempe - Dll

4. Sayur-sayuran - Bayam - Wortel - Daun ubi - Buncis - Dll

5. Buah-buahan - Apel - Pisang - Pepaya - Dll

6. Makanan selingan - Gorengan - Agar-agar - Kue - Dll 7. Susu

Sumber : Almatsier, S (2005)


(4)

Lampiran 3

FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

Nama : No. Register :

Sex : Umur : BB : TB :

Waktu dan Menu Bahan Makanan Jumlah

Berat (Gram) URT

Pagi :

Selingan :

Siang :

Selingan :

Malam :

Selingan :

Sumber : Almatsier, S (2005)


(5)

Hasil Crosstabs :

1. Lamanya diare dengan status gizi berat badan menurut umur (BB/U).

Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,000 (< 0,05), terdapat hubungan antara lamanya kejadian diare dengan status gizi berat badan menurut umur (BB/U).

2. Lamanya diare dengan status gizi berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,040 (< 0,05), terdapat hubungan antara lamanya kejadian diare dengan status gizi berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).


(6)

Hasil Crosstabs :

1. Derajat dehidrasi dengan status gizi berat badan menurut umur (BB/U).

Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,000 (< 0,05), terdapat hubungan antara derajat dehidrasi dengan status gizi berat badan menurut umur (BB/U).

2. Derajat dehidrasi dengan status gizi berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p = 0,192 (> 0,05), tidak ada hubungan antara derajat dehidrasi dengan status gizi berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).


Dokumen yang terkait

Gambaran Ketersediaan Pangan dan Status Gizi Anak Balita Pada Keluarga Perokok di Desa Trans Pirnak Marenu Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas

1 50 101

Gambaran Pola Asuh dan Status Gizi Balita Pada Keluarga Perokok di Kecamatan Berastagi Tahun 2014

2 43 138

Pola konsumsi, Status Gizi dan Prestasi Belajar Anak Vegetarian dan Non Vegetarian Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Yayasan Perguruan Bodhicitta Medan Tahun 2013

5 59 89

Gambaran Pola Konsumsi Pangan dan Status Gizi Pada Pecandu Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara Tahun 2014

5 61 114

Gambaran Status Gizi Balita Pada Penderita Diare dan ISPA di Ruang Rawat Inap Bagian Anak RSU.H.Adam Malik Medan Periode Januari sampai Juni Tahun 2000

1 38 45

Gambaran Status Gizi dan Pola Penyakit Anak Balita di Ruang Rawat Inap Bagian Anak Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan Periode Januari Sampai Juni Tahun 2000

0 24 64

Gambaran Konsumsi Makanan Dan Status Gizi Balita 0-24 bulan di Kelurahan Tanjung Leidong Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten Labuhan Batu Propinsi Sumatera Utara thaun 2005

0 22 55

Pola Makan dan Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Karakteristik Keluarga di Kelurahan Pekan Dolok Masihul Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011

5 41 77

Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Anak Balita di Desa Tertinggal Kecamatan Pintupohan Meranti Kabupaten Toba Samosir Tahun 2010

1 44 90

Gambaran Konsumsi Makanan Dan Status Gizi Pada Anak Penderita Karies Gigi Di SDN 091285 Panei Tongah Kecamatan Panei Tahun 2009

0 27 68