Gambaran Status Gizi Balita dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya di Wilayah Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara

(1)

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA DAN FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMPENGARUHINYA DI WILAYAH

KECAMATAN AFULUKABUPATEN

NIAS UTARA

SKRIPSI

Oleh Yupiter Zebua

NIM 121121035

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

PRAKATA

Puji beserta syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “ Gambaran status gizi balita dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di wilayah Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara” dapat diselesaikan. Skripsi ini ditulis terkait dengan persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi inikepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memfasilitasi terlaksananya pendidikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Ibu Erniyati, S.Kp., MNS. Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan 3. Ibu Nur Asiah, S.Kep., Ns. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

arahan dan bimbingan dengan penuh perhatian dan cermat, sehingga skripsi ini diselesaikan dengan baik.

4. Seluruh dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara beserta staf yang telah membantu selama proses pendidikan.

5. Kepala Puskesmas Afulu yang telah memberikan kesempatan dan dukungan untuk melakukan penelitian di Kecamatan Afulu .


(5)

6. Rekan-rekan mahasiswa Ekstensi Keperawatan 2012 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan.

7. Seluruh keluarga yang menyayangiku yang telah memberikan doa restu dan dukungan disepanjang kehidupanku dan selama menjalani pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara ini.

Semoga segala bantuan, kebaikan dan dukungan dapat menjadi motivasi bagi saya dan saya ucapkan terimakasih.

Medan, 27 Januari 2014


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN……… LEMBAR PERSETUJUAN………..………….

PRAKATA... DAFTAR ISI...

i ii iii v

DAFTAR SINGKATAN viii

Abstrak... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Pertanyaan Penelitian... 4

1.4Tujuan Penelitian ... 4

1. Tujuan Umum ... 4

2. Tujuan Khusus... 4

2.4Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN... 6

2.1 Status Gizi Balita... 6

2.1.1 Pengertian... 6

2.1.2 Klasifikasi Status Gizi Balita.... 6

2.1.3 Gizi Seimbang pada Balita... 8

2.1.4 Metode Penilaian Status Gizi Balita... 9


(7)

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita... 14

2.2.1 Keadaan Infeksi ... 14

2.2.2 Konsumsi Makanan... 14

2.2.3Pengaruh Budaya... 15

2.2.4Penyediaan Pangan... 15

2.2.5 Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan... 16

2.2.6 Higiene dan Sanitasi Lingkungan... 16

2.2.7 Jumlah Anggota Keluarga... 17

2.2.8 Tingkat Pendapatan... 17

2.2.9 Tingkat Pendidikan Ibu... 17

2.2.10 Pengetahuan Ibu tentang Gizi... 18

BAB III KERANGKA KONSEP... 19

3.1 Kerangka Konsep... 19

3.2 Defenisi Operasional... 20

BAB IV METODE PENELITIAN... 23

4.1Desain Penelitian ... 23

4.2Populasi dan Sampel... 23

4.3Lokasi Dan Waktu Penelitian... 26

4.4Pertimbangan Etik... 26

4.5Instrumen Penelitian dan Pengukuran Validitas-Reliabilitas... 27

4.6Pengumpulan Data... 29

4.7 Analisa Data... 31

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN... 33


(8)

5.2 Pembahasan... 36

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 41

6.1 Kesimpulan... 41

6.2 Saran... 41 6.2.1. Pelayanan keperawatan

6.2.2. Penelitian Keperawatan DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lembar Penjelasan Kepada Responden Informed Consent

Instrumen Penelitian Ethical Clearence

Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU Surat Rekomendasi Penelitian dari Puskesmas Afulu Surat selesai penelitian


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional ... 20

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi karakteristik balita di wilayah Kecamatan

Afulu Kabupaten Nias Utara………

33

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi status gizi balita di wilayah Kecamatan

Afulu Kabupaten Nias Utara………

34

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita di wilayah Kecamatan Afulu Kabupaten Nias

Utara………..


(10)

DAFTAR SINGKATAN

SDM : Sumber Daya Manusia

PUGS : Pedoman Umum Gizi Seimbang UPGK : Usaha Perbaikan Gizi Keluarga MDGs : Millennium Development Goals

BB : Berat Badan

TB : Tinggi Badan

KMS : Kartu Menuju Sehat Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar KEP : Kurang Energi Protein


(11)

Judul : Gambaran status gizi balita dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di wilayah Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara

Nama : Yupiter Zebua

Program studi : Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2013/2014

__

ABSTRAK

Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh balita. Namun, status gizi balita di beberapa wilayah daerah di Indonesia masih jauh dari dari target

Millenium Development Goals 2015 sebesar 15%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi balita dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di wilayah Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif pada 96 ibu dan balitanya yang berusia 12-60 bulan. Hasil penelitian menunjukkan status gizi kurang sebesar 37,5% dan fakor-faktor yang mempengaruhi sebanyak 81,2% ibu berpendidikan rendah, 75% orangtua berpendapatan dibawah UMR, 64,6% balita memiliki riwayat penyakit infeksi, 51% balita memiliki konsumsi makanan kurang, 53,1% balita memiliki higienitas makanan kurang, 63,5% ibu memiliki jumlah anak >2 orang, 59,4 ibu memiliki pengetahuan rendah tentang keadaan gizi. Penelitian ini merekomendasikan agar petugas kesehatan lebih gencar memberikan edukasi kepada masyarakat dan mengambil tindakan yang tepat untuk mengantisipasi terkait masalah gizi balita.


(12)

Title : Description of nutritional Status of Infants and the factors that affect’s in Sub district Afulu North Nias Regency Student Name : Yupiter Zebua

Major : Bachelor of Nursing (S.Kep) Year : 2013/ 2014

ABSTRACT

Balanced nutrition is the arrangement of food on a daily basis containing nutritional substances in the type and number of corresponding to the needs of the body of a infant. However, the nutritional status of children in some areas of the region in Indonesia is far from Millennium Development Goals 2015 target of 15%. This research aims to check the nutritional status of infants and factor-factor which affects the nutritional status of infants in sub district Afulu North Nias. This research uses descriptive design on 96 mothers and the infants aged 12-60 months. The results showed less nutritional status of 37.5%, and factor-factor that affects as much as 81.2% of low-educated mothers, 75% of parents income under the UMR, 64.6% of toddlers have a history of infectious diseases, 51% of toddlers have less food consumption, 53.1% of toddlers are home to hygienic food lacked, 63, 5% of mothers had a number of children >2 persons, 59, 4 mother have low knowledge about the State of nutrition. This research recommended that health workers more aggressively give education to public and take appropriate action to anticipate related to the nutrition infants.


(13)

Judul : Gambaran status gizi balita dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di wilayah Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara

Nama : Yupiter Zebua

Program studi : Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2013/2014

__

ABSTRAK

Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh balita. Namun, status gizi balita di beberapa wilayah daerah di Indonesia masih jauh dari dari target

Millenium Development Goals 2015 sebesar 15%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi balita dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di wilayah Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif pada 96 ibu dan balitanya yang berusia 12-60 bulan. Hasil penelitian menunjukkan status gizi kurang sebesar 37,5% dan fakor-faktor yang mempengaruhi sebanyak 81,2% ibu berpendidikan rendah, 75% orangtua berpendapatan dibawah UMR, 64,6% balita memiliki riwayat penyakit infeksi, 51% balita memiliki konsumsi makanan kurang, 53,1% balita memiliki higienitas makanan kurang, 63,5% ibu memiliki jumlah anak >2 orang, 59,4 ibu memiliki pengetahuan rendah tentang keadaan gizi. Penelitian ini merekomendasikan agar petugas kesehatan lebih gencar memberikan edukasi kepada masyarakat dan mengambil tindakan yang tepat untuk mengantisipasi terkait masalah gizi balita.


(14)

Title : Description of nutritional Status of Infants and the factors that affect’s in Sub district Afulu North Nias Regency Student Name : Yupiter Zebua

Major : Bachelor of Nursing (S.Kep) Year : 2013/ 2014

ABSTRACT

Balanced nutrition is the arrangement of food on a daily basis containing nutritional substances in the type and number of corresponding to the needs of the body of a infant. However, the nutritional status of children in some areas of the region in Indonesia is far from Millennium Development Goals 2015 target of 15%. This research aims to check the nutritional status of infants and factor-factor which affects the nutritional status of infants in sub district Afulu North Nias. This research uses descriptive design on 96 mothers and the infants aged 12-60 months. The results showed less nutritional status of 37.5%, and factor-factor that affects as much as 81.2% of low-educated mothers, 75% of parents income under the UMR, 64.6% of toddlers have a history of infectious diseases, 51% of toddlers have less food consumption, 53.1% of toddlers are home to hygienic food lacked, 63, 5% of mothers had a number of children >2 persons, 59, 4 mother have low knowledge about the State of nutrition. This research recommended that health workers more aggressively give education to public and take appropriate action to anticipate related to the nutrition infants.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tujuan pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai dengan usia dewasa muda. Di masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti perawatan dan makanan bergizi yang diberikan dengan penuh kasih sayang dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas dan produktif (Radiansyah, 2007).

Salah satu upaya cukup penting terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah upaya peningkatan status gizi masyarakat. Status gizi masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan produktifitas kerja. Angka kematian yang tinggi pada bayi, anak balita, ibu melahirkan dan menurunnya daya fisik kerja, terganggunya perkembangan mental dan kecerdasan jika ditelusuri adalah akibat langsung maupun tidak langsung dari kekurangan gizi (Supariasa, 2002).

Setiap keluarga mempunyai masalah gizi berbeda-beda tergantung pada tingkat sosial ekonominya. Pada tahun 2009 secara resmi Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) diterima masyarakat, sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang menyebutkan secara eksplisit "Gizi Seimbang" dalam program perbaikan gizi (Koalisi Fortifikasi


(16)

menyiapkan pola hidup sehat masyarakat Indonesia dalam menghadapi

“beban ganda masalah gizi” yaitu ketika kekurangan dan kelebihan gizi

secara bersamaan. PUGS memperhatikan empat prinsip yaitu: variasi makanan, pentingnya pola hidup bersih, pentingnya pola hidup aktif dan olahraga dan memantau berat badan ideal (Wahyuningsih, 2011). Namun demikian disadari, pola dan kebiasaan makan sebagian besar penduduk masih jauh dari baik oleh karena banyak faktor. Dengan hasil bebagai penelitian diketahui bahwa masalah gizi masyarakat (baik kekurangan maupun kelebihan gizi) bukan semata-mata masalah kedokteran atau kesehatan. Masalah gizi masyarakat ternyata berkaitan erat dengan masalah ekonomi, pertanian, pendidikan dan politik (Soekirman, 2000).

Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang dilakukan selama ini dititikberatkan pada penggunaan pesan-pesan gizi sederhana melalui kegiatan yang dapat dilakukan masyarakat sendiri. Upaya yang langsung ke masyarakat yang beresiko tinggi menderita masalah status gizi (terutama anak balita) berupa pelayanan dasar gizi, kesehatan dan pendidikan. Pelayanan dasar bagi anak balita (12-60 bulan) terutama ditunjukkan utuk menjaga pertumbuhan potensial (berat badan dan tinggi badan) anak sejak lahir dapat berlangsung normal, demikian juga daya tahannya terhadap penyakit. Untuk itu pelayanan dasar bagi anak balita meliputi pemberian imunisasi, pendidikan dan penyuluhan gizi ibu, pemantauan berat badan anak secara teratur, pemberian suplemen zat gizi, menciptakan lingkungan yang bersih, penyediaan fasilitas stimulasi perkembangan mental dan kecerdasan,


(17)

penyediaan oralit untuk mengurangi bahaya penyakit diare (Soekirman, 2000).

Masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan pendekatan dan pelayanan kesehatan saja. Terdapat banyak faktor penyebab timbulnya masalah gizi, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait (Supariasa, 2002). Salah satu faktornya adalah kesadaran tentang pentingnya gizi, hal ini dipengaruhi oleh tingat pendidikan, sosial budaya serta keadaan lingkungan termasuk perilaku. Kurangnya kesadaran gizi pada berbagai golongan masyarakat merupakan penyebab utama kurang gizi. Hal ini disebabkan belum dipahami arti gizi untuk kehidupan, sehingga dalam hidupnya mereka belum mengupayakan pangan yang bergizi. Selain itu masih banyak dijumpai perilaku yang kurang mendukung serta rendahnya taraf pendidikan masyarakat (Mardiana, 2006).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2011 menunjukkan Provinsi Sumatera Utara memiliki prevalensi atau angka kejadian gizi buruk sebesar 7,8% dan gizi kurang 13,5%. Dari berbagai wilayah di Provinsi Sumatera Utara, kasus gizi buruk dan gizi kurang yang paling banyak ditemukan di Kabupaten Nias. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2009 mencatat lima Kabupaten mengalami kasus balita dengan gizi buruk adalah Nias Utara


(18)

(13,3 persen), Nias Selatan (10,1 persen), Tapanuli Selatan (5,9 persen), Mandailing Natal (5,2 persen), dan Serdang Bedagai (5,2 persen).

Berdasarkan data diatas, peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita di Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan fakta-fakta diatas sehingga peneliti tertarik untuk meneliti tentang gambaran status gizi balita dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di wilayah Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara

1.3.Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka timbul pertanyaan peneliti tentang bagaimana status gizi balita dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di wilayah Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara

1.4.Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan umum

Mengetahui status gizi balita dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di wilayah Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara.

1.4.2. Tujuan khusus

a. Mengetahui status gizi balita berdasarkan rasio berat badan dan tinggi badan


(19)

1.5.Manfaat penelitiaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi beberapa pihak antara lain:

1.5.1. Pendidikan keperawatan

Dihapkan dapat mengetahui aplika teori dengan kondisi di masyarakat tentang faktor yang mempengaruhi status gizi balita dan dapat dipergunakan untuk menambah sumber kepustakaan sebagai bahan bacaan.

1.5.2. Pelayanan keperawatan

Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan dalam mengarahkan masyarakat dalam mengatasi tentang permasalahan gizi pada balita dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1.5.3. Bagi penelitian keperawatan

Diharapkan menjadi pengalaman belajar serta menambah wawasan dalam melakukan penelitian dalam bidang keperawatan dan dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari institusi dengan keadaan yang ada di masyarakat dan dapat digunakan sebagai bahan pustaka untuk penelitian selanjutnya.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Status Gizi Balita

2.1.1 Pengertian

Status gizi adalah Status gizi status kesehatan yang dihasilkan oleh

keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck 2002 dalam Jafar

2010).

Menutut Almatsier (2005) status gizi didefinisikan sebagai suatu

keadaan tubuh akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.

2.1.2 Klasifikasi Status Gizi Balita

Dalam menentukan status gizi balita harus ada ukuran baku yang sering

disebut reference. Pengukuran baku antropomentri yang sekarang digunakan di

Indonesia adalah WHO-NCHS. Menurut Harvard dalam Supariasa 2002,

klasifikasi status gizi dapat dibedakan menjadi empat yaitu:

a. Gizi lebih (Over weight)

Gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan

sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan (Almatsier, 2005).

Kelebihan berat badan pada balita terjadi karena ketidakmampuan antara

energi yang masuk dengan keluar, terlalu banyak makan, terlalu sedikit

olahraga atau keduanya. Kelebihan berat badan anak tidak boleh diturunkan,

karena penyusutan berat akan sekaligus menghilangkan zat gizi yang


(21)

b. Gizi baik (well nourished)

Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup

zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan

pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan

secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2005).

c. Gizi kurang (under weight)

Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih

zat-zat esensial (Almatsier, 2005).

d. Gizi buruk (severe PCM)

Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurng Energi Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita (Lusa, 2009).

Menurut Depkes RI (2005) Paremeter BB/TB berdasarkan Z-Score diklasifikasikan menjadi :

a. Gizi Buruk (Sangat Kurus) : <-3 SD b. Gizi Kurang (Kurus) : -3SD sampai <-2SD c. Gizi Baik (Normal) : -2 SD sampai +2SD d. Gizi Lebih (Gemuk) : > +2 SD


(22)

2.1.3 Gizi Seimbang Pada Balita

Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari–hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal (Koalisi Fortifikasi Indonesia, 2011). Bahan makanan yang dikonsumsi anak sejak usia dini merupakan fondasi penting

bagi kesehatan dan kesejahteraannya di masa depan. Dengan kata lain, kualitas

sumber daya manusia (SDM) hanya akan optimal, jika gizi dan kesehatan pada

beberapa tahun kehidupannya di masa balita baik dan seimbang. SDM berkualitas

inilah yang akan mendukung keberhasilan pembangunan nasional di suatu negeri.

Secara global, tercapainya keadaan gizi dan kesehatan yang baik serta seimbang

ini merupakan salah satu tujuan utama Millennium Develpoment Goals (MDGs)

2015 yang dicanangkan oleh UNICEF (Soekirman, 2006 dalam Jafar, 2010).

Menurut Koalisi Fortifikasi Indonesia dalam Wahyuningsih 2011, PGS memperhatikan 4 prinsip, yaitu:

a. Variasi makanan;

b. Pedoman pola hidup sehat;

c. Pentingnya pola hidup aktif dan olahraga; d. Memantau berat badan ideal.

Prinsip Gizi Seimbang adalah kebutuhan jumlah gizi disesuaikan dengan golongan usia, jenis kelamin, kesehatan, serta aktivitas fisik. Tak hanya itu, perlu diperhatikan variasi jenis makanan. Bahan makanan dalam konsep gizi seimbang ternbagi atas tiga kelompok, yaitu:


(23)

a. Sumber energi/tenaga: Padi-padian, umbi-umbian, tepung-tepungan, sagu, jagung, dan lain-lain.

b. Sumber zat Pengatur: Sayur dan buah-buahan

c. Sumber zat pembangun: Ikan, ayam, telur, daging, susu, kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tempe, tahu, oncom,susu kedelai (Candra, 2013).

2.1.4. Metode Penilaian Status Gizi Balita

a. Antropometri

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul dan tebal lemak dibawah kulit. Ukuran tubuh manusia yang berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi (Supariasa, 2002). Dari beberapa pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan sesuai dengan usia adalah yang paling sering dilakukan dalam survei gizi. Untuk keperluan perorangan di keluarga, berat badan (BB), tinggi badan (TB) atau panjang badan (PB) adalah yang paling dikenal (Soekirman, 2000).

b. Klinis

Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang


(24)

dekat dengan permukaaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan untuk survei klinis secara cepat (Supariasa, 2002).

c. Biokimia

Pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh yang digunakan anatara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Penggunaan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi (Supariasa, 2002).

d. Biofisik

Penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi dan melihat perubahan struktur jaringan. Penggunaan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemic (epidemic of night blindness) (Supariasa, 2002).

e. Survei konsumsi makanan

Metode penentuan gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Penggunaan dengan pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi barbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu (Supariasa, 2002).

f. Statistic vital

Dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaan sebagai bahan indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat (Supariasa, 2002).


(25)

2.1.4 Jenis-jenis Indikator status gizi balita

Masa balita merupakan masa yang menentukan dalam tumbuh kembangnya yang akan menjadikan dasar terbentuknya manusia seutuhnya. Karena itu pemerintah memandang perlu untuk memberikan suatu bentuk pelayanan yang menunjang tumbuh kembang balita secara menyeluruh terutama dalam aspek mental dan sosial. Pertumbuhan dan perkembangan saling mendukung satu sama lain perkembangan seorang anak tidak dapat maksimal tanpa dukungan atau optimalnya pertumbuhan. Misalnya seorang anak yang kekurangan gizi akan mempengaruhi perkembangan mental maupun sosialnya, oleh karena itu keduanya harus mendapat perhatian baik dari pemerintah, masyarakat maupun orang tua. Salah satu indikator untuk melihat pertumbuhan fisik anak adalah dengan melihat status gizi anak dalam hal ini balita. Sebagai alat ukur untuk mengetahui tingkat perkembangan seorang anak dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) (Soetjiningsih, 2002).

Semua kejadian yang berhubungan dengan kesehatan anak sejak lahir sampai berumur lima tahun, perlu dicatat dalam KMS, misalnya identitas anak, tanggal lahir dan tanggal pendaftaran, serta penyakit yang pernah dideritanya. KMS berisi pesan-pesan penyuluhan tentang penanggulangan diare, makanan anak. Sehingga ibu senantiasa membawa KMS pada semua kegiatan kesehatan dan cenderung ingin kontak dengan petugas kesehatan untuk merujuk anaknya. Hal ini dapat digunakan sebagai pengamatan status gizi anak, disamping mempunyai kelebihan maupun kekurangannya (Soetjiningsih, 2002).


(26)

Untuk mengetahui apakah berat badan dan tinggi badan normal, lebih rendah atau lebih tinggi dari yang seharusnya, dilakukan perbandingan dengan suatu standard internasional yang ditetapkan oleh WHO (Soekirman, 2000).Di dalam ilmu gizi status gizi tidak hanya diketahui dengan mengukur BB atau TB sesuai dengan umur (U) secara sendiri-sendiri, tetapi juga dalam bentuk indikator yang dapat merupakan kombinasi antara ketiganya, sebagai berikut : a. Indikator BB/U

Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah berubah. Kelebihan indikator BB/U adalah Dapat dengan mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum; Sensitif untuk melihat perubahan status gizi dalam jangka waktu pendek; dan Dapat mendeteksi kegemukan. Sedangkan kelemahan indikator BB/U adalah interpretasi status gizi dapat keliru apabila terdapat pembengkakan atau oedem; data umur yang akurat sering sulit diperoleh terutama di Negara-negara yang sedang berkembang; kesalahan pada saat pengukuran karena pakaian anak yang tidak dilepas/ dikoreksi dan anak bergerak terus; masalah social budaya setempat yang mempengaruhi orangtua untuk tidak mau menimbang anaknya karena dianggap seperti barang dagangan (Soekirman, 2000).

b. Indikator TB/U

Indikator TB/U menggambarkan status gizi masa lalu. Adapun kelebihan indikator TB/U adalah dapat memberikan gambaran riwayat keadaan gizi masa lampau: dapat dijadikan indikator keadaan social ekonomi penduduk. Sedangkan kekurangannya adalah kesulitan dalam melakukan pengukuran


(27)

panjang badan pada kelompok usia balita; tidak dapat menggambarkan keadaan gizi saat kini; memerlukan data umur yang akurat yang sering sulit diperoleh di negara-negara berkembang; kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala ukur, terutama bila dilakukan oleh petugas non-profesional.

c. Indikator BB/TB

Indikator BB/TB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini. Berat badan berkorelasi linier dengan tinggi badan, artinya dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan mengikuti pertambahan tinggi badan pada percepatan tertentu.Adapu kelebihan indikator BB/TB adalah independen terhadap umur dan ras; dapat menilai status “kurus” dan “gemuk”; dan keadaan marasmus atau KEP berat lain.Sedangkan kelemahannya adalah kesalahan pada saat pengukuran karena pakaian anak yang tidak dilepas /dikoreksi dan anak bergerak terus; masalah social budaya setempat yang mempengaruhi orangtua untuk tidak mau menimbang anaknya karena dianggap seperti barang dagangan; kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang atau tinggi badan pada kelompok usia balita; kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala ukur, terutama bila dilakukan oleh petugas non-profesional; tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek, normal dan jangkung (Soekirman, 2000).


(28)

2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita 2.2.1. Keadaan Infeksi

Ada hubungan yang erat antara infeksi (bakteri, virus dan parasit) dengan kejadian malnutrisi. Ditekankan bahwa terjadi interaksi yang sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi (Supariasa, 2002). Penyakit infeksi akan menyebabkan gangguan gizi melalui beberapa cara yaitu menghilangkan bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare. Selain itu penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernapasan dapat juga menurunkan nafsu makan (Arisman, 2004). Mekanisme patologisnya dapat bermacam-macam, baik secara sendiri-sendiri maupun bersamaan, yaitu penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunnya absorbsi dan kebiasaan mengurangi makan pada saat sakit, peningkatan kehilangan cairan/zat gizi akibat penyakit diare, mual/muntah dan perdarahan terus menerus serta meningkatnya kebutuhan baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit dan parasit yang terdapat dalam tubuh (Supariasa, 2002).

2.2.2. Tingkat Konsumsi Makanan

Konsumsi makanan oleh keluarga bergantung pada jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga. Hal ini bergantung pada pendapatan, agama, adat kebiasaan, dan tingkat pendidikan. Dinegara Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk sebagian rendah adalah golongan rendah dan menengah akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan terutama makanan yang bergizi (Almatsier, 2005).


(29)

Pengukuran konsumsi makan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur status gizi dan menemukan faktor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi (Supariasa, 2002). Kurangnya jumlah makanan yang dikonsumsi baik secara kualitas maupun kuantitas dapat menurunkan status gizi. Anak yang makanannya tidak cukup maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan mudah terserang infeksi (Ernawati, 2006).

2.2.3. Pengaruh Budaya

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi pangan. Dalam hal sikap terhadap makanan, masih terdapat pantangan, tahayul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan konsumsi makanan menjadi rendah. Konsumsi makanan yang rendah juga disebabkan oleh adanya penyakit, terutama penyakit infeksi saluran pencernaan. Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan mempengaruhi asupan gizi dalam keluarga. Konsumsi zat gizi keluarga yang rendah, juga dipengaruhi oleh produksi pangan. Rendahnya produksi pangan disebabkan karena para petani masih menggunakan teknologi yang bersifat tradisional (Supariasa, 2002).

2.2.4. Penyediaan Pangan

Penyediaan pangan yang cukup diperoleh melalui produksi produksi pangan dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayur-mayur dan buah-buahan. Merupakan program untuk menambah nutrisi pada balita ini biasanya diperoleh saat mengikuti posyandu. Adapun pemberin tambahan


(30)

makanan tersebut berupa makanan pengganti ASI yang biasa didapat dari puskesmas setempat (Almatsier, 2005). Penyebab masalah gizi yang pokok di tempat paling sedikit dua pertiga dunia adalah kurang cukupnya pangan untuk pertumbuhan normal, kesehatan, dan kegiatan normal. Kurang cukupnya pangan berkaitan dengan ketersediaan pangan dalam keluarga. Tidak tersedianya pangan dalam keluarga yang terjadi terus menerus akan menyebabkan terjadinya penyakit kurang gizi (Ernawati, 2006).

2.2.5. Keterjangkauan Pelayanan kesehatan.

Status gizi anak berkaitan dengan keterjangkauan terhadap pelayanan kesehatan dasar. Anak balita sulit dijangkau oleh berbagai kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan lainnya karena tidak dapat datang sendiri ke tempat berkumpul yang ditentukan tanpa diantar (Sediaoetama, 2000 dalam Ernawati, 2006). Beberapa aspek pelayanan kesehatan dasar yang berkaitan dengan status gizi anak antara lain: imunisasi, pertolongan persalinan, penimbangan anak, pendidikan kesehatan anak, serta sarana kesehatan seperti posyandu, puskesmas, rumah sakit, praktek bidan dan dokter. Makin tinggi jangkauan masyarakat terhadap sarana pelayanan kesehatan dasar tersebut di atas, makin kecil risiko terjadinya penyakit gizi kurang (Ernawati, 2006).

2.2.6. Higiene dan Sanitasi Lingkungan

Hal ini bergantung pada kebersihan lingkungan atau ada tidaknya penyakit yang berpengaruh zat-zat gizi oleh tubuh. Sanitasi lingkungan sangat terkait dengan ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban, jenis lantai rumah serta kebersihan peralatan makan pada setiap keluarga. Makin tersedia air bersih


(31)

untuk kebutuhan sehari-hari, makin kecil risiko anak terkena penyakit kurang gizi (Soekirman, 2000). Higienitas makanan adalah Tindakan nyata dari ibu anak balita dalam kebersihan dalam mengelola bahan makanan, penyimpanan sampai penyajian makanan balita

2.2.7. Jumlah Anggota Keluarga

Seandainya anggota keluarga bertambah, maka pangan untuk setiap anak berkurang. Usia 1 -6 tahun merupakan masa yang paling rawan. Kurang energi protein berat akan sedikit dijumpai pada keluarga yang jumlah anggota keluarganya lebih kecil (Winarno 1990 dalam Ernawati 2006).

2.2.8. Tingkat Pendapatan

Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama pada kondisi yang umum di masyarakat (Latief dkk 2000 dalam Ernawati 2006). Batas kriteria UMR (Upah mimimum regional) menurut BPS untuk daerah pedesaan adalah Rp.1.375.000,-

2.2.9. Tingkat Pendidikan Ibu

Pendidikan sangat mempengaruhi penerimaan informasi tentang gizi. Masyarakat dengan pendidikan yang rendah akan lebih mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan sehingga sulit menerima informasi baru di bidang Gizi. Selain itu tingkat pendidikan juga ikut menentukan mudah tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, akan semakin mudah dia menyerap informasi yang diterima termasuk pendidikan dan informasi gizi yang mana dengan pendidikan gizi tersebut diharapkan akan tercipta pola kebiasaan yang baik dan sehat


(32)

(Handayani 1994 dalam Ernawati 2006). Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan menginplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan perbaikan gizi. Tingkat pendidikan dapat disederhanakan menjadi pendidikan tinggi (tamat SMA- lulusan PT) dan pendidikan rendah (tamat SD – tamat SMP). Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk daerah wajib belajar 12 tahun (Nuh, 2013) .

2.2.10.Pengetahuan Ibu Tentang Gizi

Pengetahuan tentang kadar gizi dalam berbagai bahan makanan, kegunaan makanan bagi kesehatan keluarga dapat membantu ibu memilih bahan makanan yang harganya tidak begitu mahal akan tetapi nilai gizinya tinggi (Soekanto 2002 dalam Yusrizal 2008). Kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi berakibat pada rendahnya anggaran untuk belanja pangan dan mutu serta keanekaragaman makanan yang kurang. Keluarga lebih banyak membeli barang karena pengaruh kebiasaan, iklan, dan lingkungan. Selain itu, gangguan gizi juga disebabkan karena kurangnya kemampuan ibu menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari (Winarno 1990 dalam Ernawati 2006).


(33)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual dari penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan status gizi balita dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan dan pelayanan kesehatan saja (Supariasa, 2002). Menurut beberapa teori bahwa ada faktor status gizi balita yang bisa dijadikan sebagai variabel penelitian. Faktor-faktor tersebut adalah: tingkat pendidikan orangtua, tingkat pendapatan keluarga, riyawat penyakit infeksi, konsumsi makanan, higienitas makanan, jumlah anak, dan tingkat pengetahuan ibu tentang keadaan gizi balita.

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita

Tingkat pendidikan orangtua Tingkat pendapatan keluarga Riwayat penyakit infeksi Konsumsi makanan Higienis makanan Jumlah anak

Pengetahuan ibu tentang keadaan gizi balita

C Status Gizi

Balita

Kurang Baik Lebih


(34)

3.2. Defenisi Operasional

Tabel 1. Defenisi operasional penelitian

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala & Hasil Ukur

1

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita

a.Tingkat pendidikan orangtua

Jenjang pendidikan tertinggi yang pernah dicapai oleh responden berdasarkan pendidikan formal Kuesioner yang berisikan dengan jenjang tingkat pendidikan keluarga sesui wajib belajar 12 tahun. Jika pendidikan ibu SD – SMP maka dikatakan pendidikan rendah sedangkan jika SMA

– lulusan PT maka dikatakan pendidikan tinggi

Ordinal Hasil:

1. Pendidikan rendah 2. Pendidikan tinggi

b.Tingkat pendapatan keluarga

Jumlah pendapatan tetap dan sampingan dari kepala keluarga, ibu, dan anggota keluarga lain dalam 1 bulan

Kuesioner yang berisikan jumlah pendapatan berdasarkan UMR yaitu Rp. 1.375.000,-. Jika pendapatan dibawah

Rp.1.375.000,- maka dikatakan dibawah UMR dan jika lebih dari Rp.1.375.000,- maka dikatakan

Ordinal

1. Dibawah UMR


(35)

diatas UMR

c.Riwayat penyakit

infeksi

Riwayat penyakit yang pernah diderita balita pada saat ini dan tiga bulan terakhir seperti diare dan ispa

Kuesioner yang berisikan pertanyaan dengan dua

kemungkina jawaban dengan ya dan tidak.. Jika balita pernah mengalami penyakit ispa maupun diare pada saat ini dan tiga bulan terakhir maka

dikatakan “Ada” dan

jika balita tidak mengalami ispa maupun diare saat ini dan tiga bulan terakhir maka dikatakan “Tidak”.

Ordinal

1. Ada

2. Tidak

d.Konsumsi makanan Frekuensi konsumsi

sejumlah bahan makanan atau makanan jadi untuk balita selama periode tertentu

Kuesioner menggunakan metode food frequency yang memuat daftar makanan dengan enam pertanyaan dan empat kemungkinan jawaban 3x/hari dengan nilai 4, 2x/hari bernilai 3, 1x/hari bernilai 2, 4-6x/minggu bernilai 1. Skor tertinggi adalah 24. Jika skor

Ordinal

1. Kurang


(36)

6-14 maka dikatakan kurang dan jika skor 15-24 maka

dikatakan baik.

e.Higienis makanan Tindakan nyata dari

ibu anak balita dalam kebersihan dalam mengelola bahan makanan, penyimpanan sampai penyajian makanan balita Kuesioner yang berisikan pernyataan dengan empat kemungkinan jawaban menurut skala likert dengan nilai 1-4. Skor tertinggi adalah 40. Jika skor 10-24 maka dikatakan kurang dan jika skor 25-40 maka dikatakan baik.

Ordinal 1.Kurang 2.Baik

f.Jumlah anak Jumlah anak yang

merupakan

tanggungan kepala keluarga

Kuesioner yang berisikan pertanyaan jumlah anak dalam keluarga inti. Jika jumlah anak dibawah atau sama dengan dua orang makan

dikatakan ≤2 orang

dan jika jumlah anak lebih dari dua orang maka dikatakan >2 orang.

Ordinal

1.≤2 orang

2.>2 orang

g.Pengetahuan Tingkat pemahaman

ibu tentang

pertumbuhan balita, pemberian makan balita dan makanan

Kuesioner yang berisikan pertanyaan dengan dua kemungkinan jawaban dengan Ordinal 1.Kurang 2.Baik


(37)

bergizi untuk balita Pertanyaaan postif maka jawaban benar diberi nilai 1 dan salah diberi nilai 0 dan pertanyaan negatif maka

jawaban benar diberi nilai 0 dan salah diberi nilai 1 dengan skor tertinggi adalah 20. Jika skor

dibawah 15,2 maka dikatakan kurang dan jika skor lebih atau sama dengan 15,2 maka dikatakan baik

2 Status gizi balita Rasio berat badan dan

tinggi badan. Gizi lebih dikatakan apabila BB/TB berada pada skor >+2SD, gizi baik dikatakan jika BB/TB berada pada skor -2SD s/d +2SD sedangkan gizi kurang dikatakan jika BB/TB berada pada skor <-2SD.

Timbangan berat badan dan meteran tinggi badan dan dilakukan dua kali pengukuran

Nominal e. Gizi kurang

(<-2SD) f. Gizi baik:

(-2SD s/d +2SD) g. Gizi lebih:


(38)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran status gizi balita dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di wilayah Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara (Suyanto, 2011).

4.2. Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling 4.2.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah balita yang berusia 12-60 bulan yang bertempat tinggal di Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara yang terdiri dari Sembilan Desa. Populasi penelitian keseluruhan sebanyak 1262 orang.

4.2.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah ibu dan balitanya. Karena jumlah populasi lebih dari 100 maka besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Zα2 x P x Q dengan, Z = Ketetapan Z skor berdasarkan kepercayaan

n = α = Nilai Alfa

d2 d = Nilai presisi P = Proporsi Q = 1- Proporsi n = Jumlah sampel

berdasarkan survei awal bahwa belum ada penelitian sebelumnya di Kecamatan Afulu tersebut, oleh karena itu belum ada penelitian sebelumnya maka peneliti


(39)

maksimal. Jika P = 50% alfa sebesar 5% sehingga Zα = 1,96 dengan presisi (d)

10% (Dahlan, 2010).

Maka besar sampel dalam penelitian ini adalah (1,96)2 x 0,5 x 0,5

n =

0,102 n = 96 orang.

Kriteria Inklusi sampel adalah:

Ibu yang mempunyai Anak usia 12-60 bulan yang bertempat tinggal di Kecamatan Afulu

Ibu yang dapat berkomunikasi

Balita yang bersedia dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan

Ibu yang bersedia menjadi responden. Keluarga Inti

Kriteria Eksklusi sampel adalah:

Ibu dan balita yang di di wilayah Kecamatan Afulu kurang dari 1 tahun dan lebih dari 5 tahun

Tidak dapat berkomunikasi

Tidak bersedia menjadi responden.

4.2.3. Teknik sampling

Tehnik Sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

proposional random sampling. Teknik Propotional random sampling adalah teknik pengumpulan data dimana sampel diambil secara proporsi atau imbangan


(40)

(Kasjono, 2009). Dari data yang ada di Kecamatan Afulu terdapat 9 Desa. Dari 9 desa tersebut dikelompokkan yang memiliki kesamaan karakterisitik dan keadaan dari masing-masing kelompok tersebut di ambil beberapa perwakilan dari setiap desa dan ditentukan seimbang dengan banyaknya sampel.

Dengan Wh = Sampel yang dialokasikan pada desa

Nh = Jumlah balita desa

N = Jumlah balita wilayah

Desa Afulu = 165/1262 n = 0,130 x 96 = 13 orang

Desa laurufadoro = 355/1262 n = 0,281 x 96 = 27 orang

Desa Harewakhe = 42/1262 n = 0,033 x 96 = 3 orang

Desa Ombolata = 57/1262 n = 0,045 x 96 = 4 orang

Desa Faekhunaa = 260/1242 n = 0,206 x 96 = 20 orang

Desa Sifaoroasi = 173/1262 n = 0,137 x 96 = 13 orang

Desa L. Lahewa = 35/1262 n = 0,027 x 96 = 3 orang

Desa Sisobahili = 107/1262 n = 0,084 x 96 = 8 orang

Desa Lauru I = 68/1262 n = 0,053 x 96 = 5 orang

Sehingga besar sampel keseluruhan yang diperlukan adalah 96 orang Wh = Nh/N


(41)

4.3. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan September tahun 2013.

4.4. Pertimbangan etik

Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian disetujui dan telah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan. Kemudian peneliti mengurus Ethical Clearence , dan setelah selesai barulah peneliti melakukan penelitian. Berdasarkan surat ethical clearence dari Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU maka responden yang terlibat dalam penelitian terlebih dahulu diminta kesediannya secara sukarela, bebas dari tekanan dan paksaan. Setiap responden diberi lembar informasi (informed consent) untuk memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Kemudian peneliti menjamin kerahasiaan identitas responden (anonimity) dengan tidak memberikan nama dan hanya menuliskan kode pada lembar kuesioner dan hasil penelitian yang disajikan. Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan (confidentiality) semua informasi yang telah dikumpulkan dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

4.5. Instrumen Penelitian dan Pengukuran Validitas - Realibilitas 4.5.1.Instrumen penelitia

Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian dengan kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang dibaca dan dijawab oleh responden. Proses penyusunan kuesioner menggunakan pertanyaaan yang disusun


(42)

berdasarkan variabel penelitian yang telah diturunkan kedalam definisi operasional. Cara pengumpulan datanya adalah dengan membagikan kuesioner kemudian menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden yang memenuhi kriteria sampel.

Pertanyaan yang diajukan dibagi menjadi tiga bagian dengan total pertanyaan sebanyak 40 butir, yaitu: (a) bagian pertama merupakan karateristik responden meliputi, nama anak inisial, umur anak, jenis kelamin, berat badan anak dan tinggi badan anak, status imunisasi, pemberian ASI eksklusif; (b) bagian kedua merupakan subvariabel tingkat pendidikan orangtua, tingkat pendapatan keluarga, riwayat penyakit infeksi, konsumsi makanan, higienitas makanan, jumlah anak, pengetahuan ibu tentang keadaan gizi balita

Pada pengukuran variabel bebas tentang status gizi balita dapat dilakukan Observasi artinya pencataan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap objek penelitian yang sedang diamati (Suyanto, 2011). Alat ukur yang digunakan adalah timbangan berat badan dengan merek camry, nama pabrik gesunde medical, tahun pembuatan 2011 dan meteran tinggi badan dengan merek one med, nama pabrik gesunde medical, tahun pembuatan 2011 dan sebelum dipakai sudah divalidasi oleh staff Puskesmas Afulu. Dan skala ukur yang digunakan adalah skala nominal yang dikategorikan dengan status gizi lebih, status gizi baik dan status gizi buruk.

Data yang digunakan adalah data primer (data yang diperoleh peneliti berdasarkan pengisian kuesioner oleh responden dan observasi terhadap BB dan TB pada anak balita 12-60 bulan) untuk mengetahui faktor- faktor yang


(43)

mempengaruhi status gizi balita dan data sekunder (data yang didapat peneliti dari laporan di Puskesmas Afulu) untuk mengetahui jumlah responden yang mempunyai balita umur 1-5 tahun.

4.5.2.Pengukuran validitas dan reliabilitas

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah divalidasi oleh Dosen Departemen Gizi Fakultas Kedokteran USU. Alat pengukur berat badan dan tinggi badan adalah timbangan dan meteran dan sebelum digunakan sudah divalidasi oleh staff Puskesmas di pelayanan posyandu di Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara.

Uji reliabilitas dilakukan sebelum pengumpulan data kepada responden yang memenuhi kriteria sebanyak 10 orang. Metode mencari reliabilitas internal yaitu reliabilitas alat ukur dari dari satu kali pengukuran. Hasil reliabel pada subvariabel higienitas makanan adalah 0,690, konsumsi makanan adalah 0,674. Rumus yang digunakan adalah cronbach alpha. Variabel dinyatakan reliabel apabila r hitung > r tabel (r tabel = 0,666 dengan signifikan 5%) maka butir-butir pertanyaan dikatakan reliabel (Riduwan, 2004). Sedangkan pada subvariabel pengetahuan ibu tentang keadaan gizi dilakukan uji reliabel dengan rumus KR-21 (Kuder Richardson 21) pada item yang bernilai 0 dan 1 atau dikotoni (Arikunto, 2006). Hasil reliabel variabel pengetahuan adalah 0,79. Uji reliabel ini dibantu dengan menggunakan teknik komputerisasi.

4.6. Proses pengumpulan data

Pengumpualan data dilakukan dengan data primer yang diperoleh dari ibu balita dengan metode wawancara langsung menggunakan kuesioner tertutup.


(44)

Proses penyusunan kuesioner mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan disesuaikan serta dikembangkan oleh peneliti dengan melihat kerangka konsep dan tinjauan teori yang telah dibuat. Peneliti mengajukan permohonan izin kepada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan surat keterangan pelaksanaan penelitian di Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara; peneliti menyerahkan surat permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Nias Utara; peneliti menyerahkan surat ke Kepala Puskesma Afulu; peneliti menjelaskan hak-hak responden termasuk hak untuk menolak mengisi kuesioner sebelum pengisian kuesioner dilaksanakan; jika responden menyetujui permohonan pengisian kuesioner selanjutnya responden diberikan informed consent untuk ditandatangani; peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner; peneliti memberikan waktu dan mendampingi responden dalam mengisi kuesioner; peneliti memeriksa kejelasan dan kelengkapan kuesioner.

4.7. Pengolahan data

Pengolahan data merupakan salah satu langkah penting dalam penelitian karena data yang diperoleh langsung dari penelitian masih mentah belum memberikan informasi apa- apa dan belum siap untuk disajikan. Pengolahan data yang dilakukan membuat data mentah berubah menjadi informasi dan kesimpulan dari hasil penelitian. Agar penelitian menghasilkan informasi yang benar ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilakukan (Notoatmodjo, 2010).


(45)

a. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner yang diberikan pada responden. Peneliti memeriksa kelengkapan isi pertanyaan, kejelasan tulisan, relevansi jawaban dengan pertanyaan dan konsistensi jawaban dengan jawaban lainnya.

b. Coding

Hasil Editing yang telah didapat selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding. Coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan (Notoatmodjo, 2010).

c. Processing

Peneliti memasukkan (entry) data kuesioner yang telah diisi oleh responden ke paket computer. Data berupa jawaban-jawaban dari masing-masing

responden yang berbentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam

program atau perangkat lunak komputer.

d. Cleaning

Hal yang dilakukan tahap ini adalah pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan ke paket komputer. Peneliti melihat kembali kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan lain-lain. Dari data yang telah dimasukkan sebelumnya tidak ada missing (data yang hilang).

4.8. Analisa data

Pengolahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer berbasis statistik. Pengolahan data tersebut menggunakan analisis univariat untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang


(46)

diteliti. Hasilnya akan menggambarkan frekuensi dan persentase dari seluruh variabel yang diteliti yaitu karakteristik responden dan variabel-variabel status gizi balita.

Karakteristik balita dan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita diolah dengan menggunakan uji proporsi berikut ini

F

Persentase = x100% N

Keterangan F = frekuensi N = jumlah sampel

Subvariabel konsumsi makanan memiliki skor 24 dan higienitas makanan memiliki skor 40, diukur dengan menggunakan rumus panjang kelas berikut ini.

R P =

i

Keterangan P = Panjang kelas

R = Rentang kelas ( skor tertinggi – skor terendah)

i = banyak kelas yang dibutuhkan (Sudjana, 2002).

maka penilaian subvariabel konsumsi makanan dikategorikan baik dengan skor 15-24 dan kurang dengan skor 6-14. Subvariabel higienitas makanan dikategorikan baik dengan skor 25-40 dan kurang dengan skor 10-24.

Sedangkan subvariabel pengetahuan tidak dapat diukur dengan menggunakan mean atau median karena distribusi data tidak normal. Subvariabel pengetahuan memiliki total skor 20. Penilaian pengetahuan baik dan kurang dilakukan dengan


(47)

menentukan nilai ambang batas pengetahuan tinggi yaitu 76% dari total skor, sehingga 76% x 20 adalah 15,2 (Arikunto, 2002). Jika skor <15,2 maka


(48)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan memaparkan hasil penelitian berupa distribusi responden berdasarkan variabel yang diteliti yang dibagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama berisi proporsi karakterisitik responden, bagian kedua berisi proporsi status gizi balita dan bagian ketiga berisi proporsi faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita.

5.1.1 Gambaran Karakteristik Balita di wilayah Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara

Dari hasil penelitian diperoleh mayoritas balita berjenis kelamin laki-laki, yaitu 51 orang (53,1%), berumur 12-35 bulan yaitu 42 orang (43,7%), status imunisasi lengkap yaitu 74 orang (77,1%), mendapat ASI eksklusif yaitu 63 orang (65,6%). Secara rinci , distribusi karakteristik balita ditampilkan dalam tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik balita di wilayah Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara

Karakteristik balita Jumlah (f) Persentase (%)

Jenis kelamin

Perempuan 45 46,9

Laki-laki 51 53,1

Umur (bulan)

12-35 bulan 42 43,7

36-60 bulan 54 56,3

Status Imunisasi

Tidak lengkap 22 22,9

Lengkap 74 77,1

ASI Eksklusif

Tidak 33 34,4


(49)

5.1.2 Gambaran Status Gizi Balita di wilayah Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara

Dari hasil penelitian diperoleh proporsi status gizi balita berdasarkan rasio BB dan TB yaitu status gizi baik sebesar 61,4% dan gizi kurang sebesar 37,5%. Secara rinci, distribusi frekuensi responden tersaji dalam tabel 5.3.

Tabel 5.2 Disrtibusi proporsi status gizi balita di wilayah Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara

Status Gizi Jumlah (n) Persentase (%)

Gizi kurang 36 37,5

Gizi baik 59 61,4

Gizi lebih 1 1,1

Jumlah 96 100,0

5.1.3 Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita di wilayah Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara

a. Tingkat Pendidikan ibu

Dari hasil penelitian diperoleh mayoritas tingkat pendidikannya rendah yaitu 78 orang (81,2%). Secara rinci, distribusi frekuensi responden tersaji dalam tabel 5.3.

b. Jumlah Pendapatan Keluarga

Dari hasil penelitian diperoleh mayoritas jumlah pendapatan keluarga dibawah UMR yaitu 72 orang (75%), Secara rinci, distribusi frekuensi responden tersaji dalam tabel 5.3.

c. Riwayat penyakit infeksi

Dari hasil penelitian diperoleh mayoritas balita ada riwayat penyakit infeksi yaitu 62 orang (64,6%). Secara rinci, distribusi frekuensi responden tersaji dalam tabel 5.3


(50)

d. Konsumsi makanana

Dari hasil penelitian diperoleh mayoritas konsumsi makanan balita dengan kategori kurang yaitu 49 orang (51,0%). Secara rinci, distribusi frekuensi responden tersaji dalam tabel 5.3.

e. Higienis makanan

Dari hasil penelitian diperoleh mayoritas higienis makanan balita dengan kategori kurang yaitu 51 orang (53,1%). Secara rinci, distribusi frekuensi responden tersaji dalam tabel 5.3.

f. Jumlah anak

Dari hasil penelitian diperoleh mayoritas jumlah anak >2 orang yaitu 61 orang (63,5%). Secara rinci, distribusi frekuensi responden tersaji dalam tabel 5.3.

g. Pengetahuan ibu

Dari hasil penelitian diperoleh mayoritas pengetahuan ibu dengan kategori rendah yaitu 57 orang (59,4%). Secara rinci, distribusi frekuensi responden tersaji dalam tabel 5.3


(51)

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita di wilayah Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara

Faktor-faktor yang mempengaruhi

Status gizi balita Jumlah (n) Persentase (%)

Tingkat Pendidikan Ibu

Pendidikan rendah 78 81,2

Pendidikan tinggi 18 18,8

Jumlah Pendapatan Orangtua

Dibawah UMR 72 75,0

Diatas UMR 24 25,0

Riwayat Penyakit Infeksi

Ada 62 64,6

Tidak 34 35,4

Konsumsi Makanan Balita

Kurang 49 51,0

Baik 47 49,0

Higienitas Makanan

Kurang 51 53,1

Baik 45 46,9

Jumlah Anak

>2 orang 61 63,5

≤2 orang 35 36,5

Pengetahuan Ibu tentang Gizi

Rendah 57 59,4


(52)

5.2. Pembahasan

Dari hasil penelitian di wilayah Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara dengan sampel 96 orang maka diperoleh status gizi baik sebesar 61,4%, namun terdapat balita yang mempunyai status gizi kurang sebesar 37,5%. Hasil ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan target MDGs tahun 2015 secara nasional bahwa status gizi kurang dan gizi buruk pada balita harus ditekan hingga 15% dan juga target Pemerintah Provinsi Sumatera Utara tahun 2015 dalam RAD-PG harus dibawah 15,5% maka masalah status gizi balita belum seluruhnya optimal. Oleh sebab itu masalah ini tidak hanya menimbulkan masalah kesehatan saja tetapi juga menjadi ancaman penurunan sumber daya manusia.

Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa status gizi kurang di Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara dapat disebabkan oleh beberapa faktor baik dari ibu maupun dari balita itu sendiri. Dengan demikian gambara faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita adalah tingkat pendidikan yang rendah dimana pendidikan ini merupakan pendidikan formal yang sama halnya dengan daerah lain diluar wilayah penelitian. Terbukti bahwa 81,2% ibu yang mempunyai tingkat pendidikan rendah. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan menginplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan perbaikan gizi. Hasil penelitian ini dapat dikuatkan dengan penelitian Ernawati (2006) membuktikan bahwa pendidikan sangat mempengaruhi penerimaan informasi tentang gizi.


(53)

Selain itu tingkat pendidikan juga ikut menentukan mudah tidaknya seseorang menerima suatu informasi dan pengetahuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 59,4% ibu yang berpengetahuan rendah. Menurut Oetoro (2011) bahwa masalah gizi kurang pada balita disebabkan oleh ketidaktahuan, ketidakmampuan dan ketidakmauan dari orangtua. Ketidaktahuan terjadi akibat minimnya pengetahuan orangtua mengenai panduan gizi. Hal ini dikuatkan oleh penelitian Ihsan (2012) bahwa pengetahuan ibu tentang gizi merupakan faktor resiko balita gizi kurang. Pengetahuan ibu tentang gizi dapat memberikan kontribusi dan pengaruh terhadap sikap dan perilaku anak terhadap kebiasaan makannya yang pada akhirnya berpengaruh pada keadaan gizinya (Soekirman, 2001). Hasil ini sejalan dengan teori Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku seseorang karena perilaku yang didasari pengetahuan akan bertahan daripada yang tidak didasari pengetahuan.

Kekurangan gizi juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan dari orangtua yang biasanya dialami oleh masyarakat golongan menengah kebawah. Ketidakmampuan tersebut akibat faktor ekonomi keluarga yang pas-pasan sehingga tidak mampu membeli makanan bergizi (Oetoro, 2011). Terbukti dengan hasil penelitian bahwa pendapatan keluarga sebagaian besar yaitu 75% yang memiliki pendapatan berada dibawah UMR wilayah Kabupaten Nias Utara. Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah biasanya berpotensi lebih rentan terhadap malnutrisi, hal tersebut bisa terjadi karena orang dengan tingkat ekonomi


(54)

rendah sulit dalam penyediaan pangan keluarga sehingga sulit untuk mendapatkan makanan dengan nilai gizi yang bisa dibilang layak (Supariasa, 2002).

Selain itu pengaruh tingkat pendapatan dengan jumlah anak sangat erat kaitannya sehingga penyediaan makanan untuk keperluan balita tidak dapat terpenuhi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 63,5% ibu yang mempunyai jumlah anak >2 orang. Menurut Nurainun (2004) menunjukkan bahwa semakin kecil jumlah anggota keluarga, kemampuan utnuk menyediakan makanan yang beragam bagi balitanya semakin besar, karena tidak terlalu membutuhkan biaya yang cukup besar jika dibanding dengan jumlah anak yang lebih banyak.

Status gizi kurang juga ditimbulkan oleh faktor lingkungan yaitu riwayat infeksi yang sinergis dengan malnutrisi (Supariasa, 2002). Terbukti dengan hasil penelitian bahwa 64,6% balita mengalami riwayat infeksi dalam tiga bulan terakhir. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah makanan yang dikonsumsi balita baik secara kualitas maupun kuantitas (Supariasa, 2002). Dari hasil penelitian maka diperoleh 51,0% balita yang mendapat konsumsi makanan dengan kategori kurang. Maka dengan demikian anak yang mendapat makanan cukup tetapi sering diserang penyakit infeksi akhirnya dapat menderita kekurangan gizi. Sebaliknya anak yang makan tidak cukup, daya tahan tubuh nya akan melemah sehingga dalam keadaan demikian mudah terserang penyakit infeksi. Itu artinya riwayat infeksi dan konsumsi makanan sangat bersinergis dalam mempengaruhi status gizi balita (Soekirman, 2001). Hasil ini dikuatkan oleh penelitian Ihsan (2012) bahwa ada hubungan yang signifikan penyakit infeksi dengan status gizi balita.


(55)

Keadaan demikian disebabkan oleh hilangnya nafsu makan penderita infeksi hingga masukan zat gizi, energi kurang dari kebutuhannya. Setiap makanan mengandung zat gizi yang bervariasi dan hal ini tergantung jenis dan jumlah zat gizi tersebut. Setiap jenis pangan paling sedikit mengandung satu jeniz zat gizi dengan kadar relatif yang berbeda, ada yang rendah dan ada yang tinggi. Jenis-jenis zat gizi adalah sumber hidarat arang, protein hewani dan nabati, sayuran, buahan, susu dan minyak (Supariasa, 2002). Hal ini dikuatkan oleh penelitian Ernawati (2006) bahwa semakin tinggi frekuensi konsumsi makanannnya semakin baik pula status gizinya dan sebaliknya maka tidak dipungkiri lagi bahwa masukan zat gizi terutama energi dan protein dapat mempengaruhi gizi seseorang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,1% ibu balita yang melakukan higienitas makanan balita dengan kategori kurang. Itu artinya perlakuan ibu dalam kebersihan dalam mengelola bahan makanan, penyimpanan sampai penyajian makanan balita di wilayah Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara masih belum optimal. Cousins dkk (2002) mengemukakan bahwa ada beberapa motivasi atau alasan mengapa balita memutuskan untuk makan suatu makanan yaitu kenyamanan (convenience). Perilaku higienitas makanan sangat berpengaruh dengan berbagai macam penyakit saluran pencernaan misalnya diare. Menurut penelitian Pradipta (2013) menunjukkan bahwa anak yang tidak higienis makanannya mengalami diare sebanyak 83,05%. Menurut Mini shet dan Monika

Obrah (2006) dalm Pradipta (2013) dalam “Diarrhea Prevention Through Food Safety Education” bahwa makanan yang kurang bersih serta tidak higienis dapat


(56)

meningkatkan kejadian diare. Sebagian besar diare pada balita dapat disebabkan oleh infeksi rotavirus, bakteri dan parasit juga. Sehingga penyakit diare dapat berpengaruh dengan status gizi balita itu sendiri (Supariasa,2002). Orangtua sangat berperan besar dalam higienitas makanan balita agar tidak terkontaminasi dengan bakteri, virus dan parasit. Mulai dari kebersihan alat makan balita sampai pada penyajian makanan balita.


(57)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian maka diperoleh status gizi baik sebesar 61,4%. Hasil ini masih belum optimal sesuai yang diharapkan sehingga menjadi ancaman bagi penurunan tingkat kompetensi sumber daya manusia.

Kemudian gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita adalah sebagian besar ibu yang berpendidikan rendah sebesar 81,2%, berpendapatan di bawah UMR sebesar 75,0%, konsumsi makanan balita yang masih kurang sebesar 51,0%, adanya riwayat penyakit infeksi (diare dan ISPA) sebesar 64,6%, higienis makanan balita yang kurang sebesar 53,1%, jumlah anak yang lebih dari 2 orang sebesar 63,5% dan pengetahuan ibu dalam mengelola makanan balita yang rendah sebesar 59,4%.

6.2. Saran

6.2.1. Pelayanan keperawatan

Pelayananan kesehatan yang dekat dengan masyarakat seperti puskesmas dan posyandu perlu lebih gencar memberikan edukasi kepada masyarakat dan mengambil tindakan yang tepat untuk mengantisipasi terkait masalah gizi balita masyarakat.

6.2.2. Penelitian Keperawatan

Penelitian selanjutnya direkomendasikan untuk menggunakan desain cross sectional untuk menghubungkan variabel-variabel dengan status gizi balita untuk mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi status gizi.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, Jakarta: Rineka Cipta.

Arisman, MB. (2004). Gizi dalam daur kehidupannya, Jakarta: ECG

Candra, A. (2013). Konsep gizi seimbang sebagai pengganti 4 sehat 5 sempurna.

Diambil tanggal 21 mei 2013 dari http://health.kompas.com/

Ernawati, A. (2006). Hubungan faktor sosial ekonomi, higiene sanitasi lingkungan, tingkat konsumsi dan infeksi dengan status gizi balita anak usia 2-5 tahun. Semarang: Undip.

Ihsan, M. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak balita di Desa Teluk Rumbia Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil tahun 2012. Medan: USU

Jafar, N. (2010). Status gizi balita, Makassar: Universitas Hasannudin.

Lusa, (2009). Gizi buruk. Diambil tanggal 21 mei 2013 dari http://www.lusa.web.go.id

Mardiana, (2006). Hubungan perilaku gizi ibu dengan status gizi balita di puskesmas tanjung beringin kecamatan hinai kabupaten langkat tahun 2005, Medan: USU.


(59)

Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Oetoro, S. (2011). Anak kurang gizi karena pengetahuan orangtua minim.

Diambil tanggal 25 januari 2014 dari

http://www.tribunnews.com/kesehatan

Radiansyah, E. (2007). Penanggulangan gizi buruk. Diambil tanggal 08 april 2013 dari http://www.dinkespurworejo.go.id

Riduwan, MBA. (2004). Metode dan teknik menyusun tesis, Jakarta: Rineka Cipta.

Santoso & Ranti. (2004). Kesehatan dan gizi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sastroasmoro, S. (1995). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis, Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Soetjiningsih. (2002). Asi petunjuk untuk tenaga kesehatan, Jakarta: Kedokteran Indonesia

Soekirman. (2000). Ilmu gizi dan aplikasiny, Jakarta: ECG.

Suhardjo. (2004). Pemberian makan pada bayi dan anak, Bogor: Kanisius.

Supariasa. (2002). Penilaian status gizi, Edisi I,. Jakarta: ECG

Suyanto. (2011). Metode dan aplikasi penelitian keperawatan, Yogyakarta: Nusa Medika.


(60)

Wahyuniingsih, M. (2011). 4 sehat 5 sempurna diganti dengan PGS. Diambil dari http://health.detik.com

(2011). Perbedaan empat sehat lima sempurna dengan gizi semibang. Diambil tanggal 21 mei 2013 dari http://kfindonesia.org

Yusrizal. (2008). Pengaruh faktor sosial ekonomi dan budaya masyarakat terhadap status gizi balita di wilayah pesisir kabupaten bireuen, Medan: USU.


(61)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

Saya Yupiter Zebua adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan USU Medan, yang

sedang melakukan penelitian dengan judul “Gambaran status gizi balita dan faktor-faktor

yang mempengaruhinya di wilayah Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara”. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan Tugas Akhir Pendidikan Sarjana Keperawatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita di wilayah Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara. Penelitian ini juga dapat memberikan manfaat kepada ibu-ibu untuk mengetahui gambaran status gizi balita berdasarkan rasio berat badan dan tinggi badan.

Pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama saya akan menjelaskan kepada saudara tentang hak-hak sebagai responden sebelum pengisian kuesioner dilaksanakan, jika saudara menyetujui permohonan kuesioner selanjutnya saya akan memberikan informed consent ( lembar persetujuan menjadi responden) untuk ditandatangani, saya akan menjelaskan cara pengisian kuesioner dan akan memberikan waktu dan mendampingi saudara dalam mengisi kuesioner. Kedua saya melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan.

Saya mengharapkan kesediaan saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi saudara bersifat sukarela dan saudara berhak untuk menolak menjadi responden tanpa sanksi apapun. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas maupun pendapat yang saudara berikan, dan informasi yang didapat hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini saja.

Demikian lembar penjelasan ini saya buat, atas partisipasinya saya ucapkan terima kasih

Medan, Agustus 2013 Peneliti


(62)

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Peneliti telah menjelaskan tentang penelitianya yang akan dilaksanakan. Saya mengetahui bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran status gizi balita dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di wilayah Kecamatan Afulu Kabupaten Nias Utara. Peneliti akan memberi format petunjuk dan cara mengetahui faktor-faktor status gizi balita.

Saya berhak untuk menghentikan penelitian ini tanpa adanya hukuman atau kehilangan hak, khususnya perlakuan yang merugikan bagi saya.

Saya mengerti bahwa catatan mengenai penelitian ini akan dirahasiakan dan dijamin ileh peneliti. Dan hanya dipergunakan untuk kepentingan pengolahan data dan bila sudah tidak digunakan lagi akan dimusnakan.

Demikianlah secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya bersedia berperan dalam penelitian ini.

Medan, Agustus 2013 Responden


(63)

KUESIONER

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI WILAYAH KECAMATAN AFULU

KABUPATEN NIAS UTARA

Nomor kuesioner : Tanggal wawancara :

A. Karakteristik Anak Balita

No Identitas anak balita

Jawaban

(Di isi oleh Peneliti) 1 Nama

2 Jenis Kelamin 3 Tanggal lahir

4 Anaka ke ………….dari……….. bersaudara

5 Berat badan (BB) …………..Kg ………Kg

6 Tinggi Badan (TB) …………..Cm ………Cm

7 Pemberian ASI Eksklusif a. Ya b. Tidak

8 Jenis Imunisasi

a. BCG sebanyak 1x b. DPT sebanyak 3x c. Polio sebanyak 4x d. Campak sebanyak 1x e. Hepatitis B sebanyak 3x

a.

b.

c.

d.


(64)

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita

1. Tingkat pendidikan orangtua Tidak sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA

Lulusan Perguruan Tinggi

2. Tingkat pendapatan keluarga

Rp……….

3. Jumlah anak :………orang 4. Keadaan Infeksi

No Daftar Penyakit infeksi

Riwayat penyakit

Saat ini 3 bulan terakhir 1 Diare

2 ISPA

3 Batuk rejan

4 Campak

5 Lainnya,

sebutkan……….


(65)

Frekuensi konsumsi makanan balita (Food Frequency)

No Bahan makanan 3x/hari 2x/hari 1x/hari 5-6x/minggu

1 Makanan Pokok

2 Lauk Hewani

3 Lauk nabati

4 Sayur-sayuran

5 Buah-buahan


(66)

6. Higienitas Makanan

Isilah pertanyaan dibawah ini dengan tanda centang (√) pada jawaban yang ibu

anggap paling sesuai dengan pilihan ibu.

SL bila selalu

SR Sering

K bila kadang-kadang

TP bila tidak pernah

No Pertanyaan

Jawaban

SL SR K TP

1 Makanan balita diletakkan dalam rak-rak yang tidak menempel pada dinding, lantai dan langit-langit

2 Setiap bahan makanan ditempatkan secara terpisah menurut jenisnya dalam wadah masing-masing seperti kantong plastik, bak atau lemari yang berbeda

3 Bahan mentah terpisah dari makanan siap santap

4 Makanan yang disimpan tidak lebih dari 2 atau 3 hari sudah dipergunakan

5 Makanan balita yang disajikan lebih dari 6 jam dipanaskan lagi

6 Air minum yang digunakan dimasak sampai mendidih terlebih dahulu

7 Hidangan di meja makan dalam keadaan tertutup

8 Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan makan (baik pengasuh maupun balita) 9 Peralatan makan selalu dicuci dengan

sabun cuci piring sampai bersih

10 Menggunakan gelas bersih dan mangkuk ketika memberi makan anak


(67)

7. Pengetahuan ibu tentang Keadaan Gizi Balita

Isilah item pernyataan dibawah ini dengan tanda centang (√) pada jawaban yang

ibu anggap paling sesuai dengan pilihan ibu.

No Item Benar Salah

1 Balita seharusnya ditimbang setiap 6 bulan sekali

2 Balita yang montok dan sangat gemuk itu dinyatakan sangat sehat

3 Makanan seimbang adalah makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan pengatur

4 Balita perlu diberikan makanan yang diberikan makanan yang beraneka ragam sesuai pedoman gizi seimbang agar tercukupi gizinya

5 Disamping makan 3 kali sehari anak balita diatas 9 bulan perlu diberi makanan selingan

6 Cara memperbaiki nafsu makan anak adalah dengan mengganti-ganti hidangan anak

7 Nasi, telur, tahu, bayam, papaya, susu adalah contoh bahan makanan sesuai gizi seimbang

8 Pemberian ASI kepada anak cukup sampai usia 6 bulan 9 Penyakit diare dapat menyebabkan gangguan gizi balita 10 Tujuan pemberian makanan pada anak balita adalah agar

kenyang dan dapat tidur nyenyak

11 Bila anak balita diberi makan telur akan menyebabkan bisul 12 Buah-buahan tidak baik untuk anak balita karena dapat

menyebabkan diare

13 Dalam pengolahan makanan anak balita perlu memakai garam beryodium

14 Manfaat KMS adalah untuk mengetahui pertumbuhan anak balita

15 Jika berat badan anak balita bulan ini naik dibandingkan bulan lalu berarti pertumbuhan anak balita baik

16 Pertumbuhan anak balita yang terlambat karena faktor keturunan

17 Telur, ikan, daging adalah sumber protein nabati 18 Anak seharusnya diberikan ASI sampai 2 tahun 19 Salah satu akibat dari berat badan berlebih adalah


(68)

MASTER TABEL KARAKTERISTIK BALITA

Kode Responden JK Umur Imunisasi ASI

01 1 1 2 2

02 2 1 2 1

03 1 2 2 2

04 2 1 2 2

05 2 1 2 2

06 2 2 2 2

07 2 2 2 2

08 2 1 2 2

09 1 2 1 1

10 1 1 1 2

11 1 2 2 1

12 1 1 2 2

13 2 2 1 1

14 1 1 2 2

15 2 2 2 2

16 1 2 1 2

17 2 2 1 1

18 2 1 1 2

19 1 1 2 2

20 1 2 2 2

21 1 2 2 2

22 2 1 2 2

23 2 2 2 2

24 2 2 2 2

25 2 1 2 2

26 1 2 2 2

27 2 1 2 2

28 1 2 2 2

29 2 1 2 2

30 1 2 2 2

31 2 2 2 2

32 1 2 2 2

33 2 2 2 2

34 1 1 2 2

35 2 1 2 2

36 2 2 2 1

37 2 1 2 2


(69)

40 1 1 2 2

41 1 1 2 2

42 2 1 2 2

43 2 2 2 2

44 2 1 1 1

45 1 1 2 1

46 2 2 1 1

47 1 2 2 1

48 2 1 2 2

49 1 1 2 2

50 2 1 2 2

51 1 2 2 1

52 2 2 1 1

53 1 1 2 2

54 2 2 1 1

55 1 2 1 1

56 2 2 1 1

57 1 1 2 1

58 2 2 2 2

59 2 2 1 1

60 2 1 2 2

61 2 2 2 2

62 1 1 2 1

63 1 2 2 1

64 1 1 2 1

65 1 2 1 1

66 1 1 2 1

67 2 2 1 1

68 2 2 2 2

69 2 1 1 1

70 2 2 2 2

71 1 2 2 2

72 2 1 2 2

73 1 2 2 2

74 2 1 2 1

75 1 2 2 1

76 2 2 2 2

77 1 2 2 1

78 1 1 2 2

79 2 2 2 2

80 2 2 2 2


(70)

82 1 2 2 2

83 1 2 2 2

84 1 1 1 1

85 2 2 2 2

86 2 1 1 1

87 2 2 2 2

88 2 2 1 1

89 1 1 1 1

90 1 1 2 2

91 2 2 2 2

92 2 1 2 2

93 1 2 2 2

94 2 1 2 2

95 1 2 1 1


(71)

MASTER TABEL RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI

Kode Responden Penyakit Infeksi Riwayat Penyakit Diare ISPA Cacing

01 1 1 1 1

02 2 2 2 2

03 2 2 1 2

04 1 2 2 1

05 1 1 2 1

06 1 2 2 1

07 2 2 1 2

08 2 2 2 2

09 2 2 2 2

10 2 2 2 2

11 1 1 1 1

12 1 1 2 1

13 2 2 2 2

14 1 1 2 1

15 2 2 2 2

16 1 1 1 1

17 1 1 2 1

18 2 2 2 2

19 2 2 1 2

20 1 1 2 1

21 1 1 2 1

22 2 2 2 2

23 2 2 2 2

24 1 1 2 1

25 1 1 1 1

26 1 1 1 1

27 1 2 2 1

28 1 1 2 1

29 2 2 2 2

30 2 2 2 2

31 2 2 2 2

32 1 1 2 1

33 2 2 2 2

34 1 1 2 1

35 1 1 2 1

36 2 2 2 2

37 1 1 2 1


(72)

40 1 1 2 1

41 2 2 2 2

42 1 1 2 1

43 1 1 2 1

44 1 1 2 1

45 2 2 2 2

46 2 1 2 1

47 1 2 2 1

48 2 1 2 1

49 2 1 2 1

50 2 1 2 1

51 2 2 2 2

52 2 1 2 1

53 1 1 2 1

54 2 2 2 2

55 1 1 2 1

56 2 2 2 2

57 1 1 1 1

58 2 2 2 2

59 1 1 2 1

60 1 1 2 1

61 1 1 1 1

62 1 1 2 1

63 2 2 2 2

64 1 1 2 1

65 2 2 2 2

66 2 2 1 2

67 1 1 2 1

68 1 1 2 1

69 1 1 2 1

70 1 2 2 1

71 1 1 2 1

72 1 2 2 1

73 1 1 2 1

74 2 2 2 2

75 1 1 2 1

76 1 1 2 1

77 1 1 2 1

78 2 2 2 2

79 1 1 2 1

80 1 2 2 1


(73)

82 2 2 2 2

83 2 2 2 2

84 1 1 2 1

85 1 1 2 1

86 1 2 2 1

87 2 2 2 2

88 2 1 2 1

89 1 1 2 1

90 1 1 2 1

91 2 2 2 2

92 2 1 1 1

93 1 1 2 1

94 1 1 2 1

95 1 1 2 1


(1)

49 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 16 Baik

50 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 18 Baik

51 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 15 Kurang

52 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Baik

53 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 16 Baik

54 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 Baik

55 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 16 Baik

56 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 12 Kurang

57 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 Kurang

58 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 11 Kurang

59 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 9 Kurang

60 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 14 Kurang

61 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 Baik

62 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 12 Kurang

63 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 12 Kurang

64 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 13 Kurang

65 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 Kurang

66 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 14 Kurang

67 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 9 Kurang

68 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 16 Baik

69 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 8 Kurang

70 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 13 Kurang


(2)

75 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 12 Kurang

76 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 16 Baik

77 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 14 Kurang

78 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 12 Kurang

79 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 16 Baik

80 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 12 Kurang

81 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 7 Kurang

82 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 18 Baik

83 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 15 Kurang

84 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Baik

85 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 16 Baik

86 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 Baik

87 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 16 Baik

88 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 12 Kurang

89 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 16 Baik

90 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 12 Kurang

91 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 7 Kurang

92 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 18 Baik

93 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 15 Kurang

94 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 Baik

95 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 16 Baik


(3)

(4)

(5)

(6)