Strategi Pengembangan Program Keuangan Mikro Dalam Kerangka Tanggung Jawab Sosial Pt Newmont Nusa Tenggara Di Kabupaten Sumbawa Barat.

STRATEGI PENGEMBANGAN PROGRAM KEUANGAN
MIKRO DALAM KERANGKA TANGGUNG JAWAB SOSIAL
PT NEWMONT NUSA TENGGARA
DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT

SYAMSUL BAHRI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Strategi Pengembangan
Program Keuangan Mikro dalam Kerangka Tanggung Jawab Sosial PT Newmont
Nusa Tenggara di Kabupaten Sumbawa Barat adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Syamsul Bahri
NIM I354120215

RINGKASAN
SYAMSUL BAHRI. Strategi Pengembangan Program Keuangan Mikro dalam
Kerangka Tanggung Jawab Sosial PT Newmont Nusa Tenggara di Kabupaten
Sumbawa Barat. Disupervisi oleh EKAWATI SRI WAHYUNI dan PUDJI
MULJONO.
PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) merupakan perusahaan tambang
tembaga dan emas multinasional yang beroperasi di wilayah Kabupaten Sumbawa
Barat (KSB) atas dasar Kontrak Karya dengan Pemerintah Republik Indonesia
tahun 1986. Visi-misi PTNNT dalam Rencana Strategis (Renstra) Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan (TJSP) adalah menjadi perusahaan tambang terdepan di
bidang keselamatan, pengelolaan lingkungan, dan tanggung jawab sosial. Salah
satu wujud implementasi dari kebijakan TJS PTNNT adalah program
Pengembangan Masyarakat. Pengembangan ekonomi merupakan satu dari lima
bidang yang menjadi fokus program. Untuk mengelola sebagian dana TJSP,

PTNNT menginisiasi pembentukan Yayasan Olat Parigi (YOP) dengan program
Keuangan Mikro sebagai unggulan, ditujukan untuk membantu pengembangan
usaha ekonomi lokal dalam skala mikro.
Data tahun 2011-2013, YOP telah menyalurkan dana program Keuangan
Mikro sekitar Rp 5,8 milyar kepada 1.696 nasabah yang tersebar pada 8
kecamatan di wilayah KSB. Tingkat pengembalian (revolving fund) mencapai
78%, artinya sekitar 22% adalah pembiayaan bermasalah. Angka tersebut relatif
lebih tinggi dari target YOP yaitu di bawah 10%.
Keberhasilan program Keuangan Mikro sangat ditentukan oleh beberapa
faktor kunci, antara lain lembaga pengelola (YOP) dan keterlibatan (partisipasi
masyarakat) dalam setiap tahapan program. Faktor penentu lainnya adalah
persepsi masyarakat terhadap program, pengelolaan YOP, dan implementasi
kebijakan TJS PTNNT secara umum.
Kajian ini bertujuan untuk (1) mengkaji kelembagaan YOP dan program
Keuangan Mikro, (2) mengkaji persepsi masyarakat terhadap TJS PTNNT,
kelembagaan YOP, dan program Keuangan Mikro (3) mengkaji partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan program Keuangan Mikro pada setiap tahapan,
mulai dari perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi, serta (4)
merumuskan alternatif strategi bagi pengembangan kelembagaan, program
Keuangan Mikro, dan partisipasi masyarakat serta stakeholders dalam kerangka

TJSP.
Hasil kajian ini menunjukkan bahwa (1) pengelolaan program Keuangan
Mikro YOP telah sesuai SOP, persyaratan ringan dan terjangkau, prosedur mudah,
tepat sasaran, serta sesuai dengan kondisi, karakteristik dan kebutuhan masyarakat.
Tantangan program adalah persentase pembiayaan bermasalah masih tinggi, skim
pembiayaan terbatas, dan aspek pendampingan/ penguatan kapasitas nasabah
belum optimal. Kelembagaan YOP masih lemah terkait kemandirian, resiliensi,
dan keberlanjutan (2) persepsi masyarakat terhadap kelembagaan dan program
Keuangan Mikro tidak bisa dipisahkan dari persepsi masyarakat terhadap TJS
PTNNT. Secara umum, persepsi masyarakat terhadap program dan implementasi
TJS PTNNT lebih baik dibandingkan dengan persepsi masyarakat terhadap
kelembagaan YOP, (3) partisipasi masyarakat dan stakeholders dalam
pengelolaan program rendah, dan (4) strategi pengembangan kelembagaan,
program Keuangan Mikro, dan partisipasi masyarakat hendaknya diarahkan pada
upaya kemandirian, resiliensi dan keberlanjutan melalui lima alternatif strategi (a)
membangun persepsi “positif” dan trust masyarakat dan stakeholders terhadap

kelembagaan dan program Keuangan Mikro melalui bonding dan bridging
strategy, serta pendekatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), (b)
mengurangi tingkat ketergantungan pendanaan kelembagaan dan program

Keuangan Mikro kepada PTNNT melalui pengembangan unit bisnis strategis, dan
memperkuat serta mengembangkan creating/ networking strategy untuk
mendapatkan sumber pendanaan dari luar (blending financing), (c) meningkatkan
dan mengoptimalkan upaya pendampingan kelembagaan dan program Keuangan
Mikro dalam rangka memperkuat kapasitas (capacity building) kelembagaan dan
masyarakat, (d) membuka akses dan mendorong partisipasi masyarakat dan
stakeholders dalam pengelolaan program Keuangan Mikro, dan (e) menyusun exit
strategy dalam rangka kemandirian, resiliensi, dan kemandirian kelembagaan dan
program Keuangan Mikro.

Kata kunci: kelembagaan, keuangan mikro, partisipasi masyarakat, strategi
pengembangan, TJSP

SUMMARY
SYAMSUL BAHRI. The Development Strategy of Micro Finance Program in
Social Responsibility of PT Newmont Nusa Tenggara at West Sumbawa Regency.
Supervised by EKAWATI SRI WAHYUNI and PUDJI MULJONO.
PTNNT is a multinational cooper and gold mine company operated in West
Sumbawa Regency based on Contract of Work (CoW) in year 1986. PTNNT‟s
vision and mission stated in it‟s Corporate Social Responsibility (CSR) Stategic

Plan mentioned that PTNNT want to be the leading mine company in safety,
environmental management, and social responsibility. Community Development
(Comdev) program is one of PTNNT‟s CSR policy implementation. Economic
development is one of five priority main sectors. PTNNT initiated to establish
Yayasan Olat Parigi (Olat Parigi Foundation/ YOP) adressed to managed some of
its CSR fund which is Micro Finance as main program aimed to develop local
economic in micro scale.
In year 2011 to 2013, YOP has distributed Rp 5,8 billion to 1.696 debitur
(beneficeries) that separated in eight sub districts in West Sumbawa Regency.
Revolving fund rate met 78%. It‟s mean there were 22% of Non Performing Loan
(NPL) which is it rate higher that YOP maximum tolerance, under 10%.
Success of Micro Finance program determined by some key factors, such as
Micro Finance Mikro institution and community participation in every steps of
program management (planning, implementation, monitoring, and evaluation).
Micro Finance program is difficult to be separated from community perception in
relation with to CSR of PTNNT‟s background.
This study has four main objectives that include the following: (1) to study
Micro Finance program and institution of YOP, (2) to study community
perception on CSR of PTNNT, institution of YOP, and Micro Finance program,
(3) to study community participation in every phase of Micro Finance program

management; planning, implementation, monitoring, and evaluation, and (4) to
formulated alternative development strategies of institution, Micro Finance
program, and community participation in CSR.
This study showed that: (1) Micro Finance program of YOP has managed
based on SOP with easy requirement and simple procedure, as well as meet
targets, match with the characteristic of the local community and give benefit. The
challenges of this program are percentage of NPL is remaining high, poor of
financing scheme, and poor of technical assistances to the beneficiaries. The
weaknesses of YOP‟s institutional were related with self-reliance, resilience, and
sustainability. (2) community perception on institution and Micro Finance
program cannot be separated from CSR of PTNNT. Generally, community
perception and stakeholders on Micro Finance program and implementation of
PTNNT‟s CSR is better than institution of YOP. (3) community and stakeholders
participation (involvement) in program management remain low, and (4)
development strategy of institution, Micro Finance program, and community and
stakeholders participation shall addressed to self-reliance, resilience, and
sustainability through five alternative strategy: (a) to build trust and “positive”
perception of community and stakeholders on institution and Micro Finance
program through bonding and bridging strategy as well as communication,


information, and education, (b) to reduce dependent percentage of institution and
Micro Finance program through strengthening and develop creating/ networking
strategy be addressed to access other finance resource (blending financing), (c) to
increase and optimize technical assistance support in relation with institution and
capacity building, (d) to give an access for community and stakeholders in
involving in every phase of program management, and (5) to formulated exit
strategy in relation with self-reliance, resilience, and sustainability.

Keywords: community participation, CSR, development strategy, institution,
micro finance

@ Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

STRATEGI PENGEMBANGAN PROGRAM KEUANGAN MIKRO
DALAM KERANGKA TANGGUNG JAWAB SOSIAL
PT NEWMONT NUSA TENGGARA
DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT

SYAMSUL BAHRI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional
pada
Program Studi Manajemen Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


Penguji Luar pada Ujian Tesis: Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS

Judul Tesis

Nama
NIM

: Strategi Pengembangan Program Keuangan Mikro dalam
Kerangka Tanggung Jawab Sosial PT Newmont Nusa
Tenggara di Kabupaten Sumbawa Barat
: Syamsul Bahri
: 1354120215

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Ekawati Sri Wahyuni, MS
Ketua

Dr Ir Pudji Muljono, MSi

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Magister Pengembangan Masyarakat

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian :

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga Tesis ini berhasil diselesaikan. Judul yang diangkat dalam kajian
yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014 ini adalah

Strategi Pengembangan Program Keuangan Mikro dalam Kerangka Tanggung
Jawab Sosial PT Newmont Nusa Tenggara di Kabupaten Sumbawa Barat.
Seiring selesainya penyusunan Tesis ini, penulis menyampaikan
penghargaan dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Ibu Dr Ir Ekawati Sri Wahyuni, MS, dan Bapak Dr Ir Pudji Muljono, MSi,
selaku Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing, serta Bapak Dr Ir H Amry
Rakhman, MSi, sebagai Pembimbing lokal KSB, yang telah dengan tekun dan
ikhlas memberikan bimbingan dalam menyelesaikan penyusunan Tesis ini.
2. Bapak Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS, dan Bapak Ir Fredian Tonny Nasdian,
MS, selaku Ketua dan Wakil Program Studi Magister Pengembangan
Masyarakat, serta segenap Bapak dan Ibu Dosen PS MPM-IPB yang
profesional dan penuh dedikasi dalam memberikan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta pembelajaran yang tak ternilai dan tak akan terlupakan.
3. Pimpinan PTNNT dan Pemerintah Daerah KSB yang telah memberikan
kesempatan dan dukungan pembiayaan dalam menempuh studi ini.
4. Staf administrasi PS MPM (Ibu Susiyanti dan Ibu Hetty) yang telah banyak
membantu selama proses perkuliahan.
5. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa PS MPM IPB dari KSB yang telah
manjadi teman dalam suka dan duka selama menempuh proses perkuliahan.
6. Para sahabat, rekan, dan mitra kerja yang tulus memberikan dukungan, serta
semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya satu per satu yang
telah banyak membantu dalam proses penyusunan Tesis ini.
7. Para informan dan responden yang telah meluangkan waktu dan memberikan
informasi/ data berharga dalam menunjang penyusunan Tesis ini.
8. Keluarga besar tercinta dan sumber inspirasi (kedua orang tua, istri, putraputri, dan adik-adik) yang telah memberikan dukungan tulus dan tak ternilai
selama menempuh proses perkuliahan di PS MPM IPB.

Bogor, September 2015

Syamsul Bahri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Kajian
Manfaat Kajian
Ruang Lingkup Kajian
2 PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP)
Pengembangan Masyarakat (Community Development)
Pemberdayaan dan Partisipasi
Keuangan Mikro (Micro Finance)
Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia
Kerangka Pemikiran
3 METODE KAJIAN
Lokasi dan Waktu Kajian
Pendekatan Kualitatif
Pemilihan Informan
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Pendekatan Kuantitatif
Pemilihan Sampel (Responden)
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Perancangan Strategi/ Program Aksi
4 PROFIL KOMUNITAS DAN KEUANGAN MIKRO KECAMATAN
SEKONGKANG
Profil Komunitas
Letak Geografis
Penduduk
Struktur Sosial
1. Stratifikasi Sosial
2. Kelembagaan Sosial
3. Jejaring Sosial
Perekonomian
Kelembagaan Ekonomi
1. Kelompok Usaha Produktif
2. Aksesabilitas terhadap Kebijakan dan Sumberdaya
3. Jaringan Bisnis
Kelembagaan dan Program Keuangan Mikro YOP
Community Development PTNNT
Yayasan Olat Parigi
1. Struktur Organisasi
2. Program YOP

xix
xxi
1
1
4
6
6
6
9
9
9
13
15
18
23
24
27
27
27
27
28
29
30
30
30
30
31
33
33
33
34
35
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
39
40
42

Program Keuangan Mikro YOP
43
1. Prosedur Permohonan
43
2. Pembinaan dan Pengawasan
44
3. Realisasi dan Manfaat Keuangan Mikro YOP
45
Unit Bisnis dan Pengembangan
47
Isu-Isu Strategis
48
1. Pengelolaan Kelembagaan
48
2. Reformasi Management Kelembagaan YOP
49
3. Pendanaan YOP (Kelembagaan dan Program)
53
4. Pembiayaan Bermasalah
54
5. Pendampingan Kelembagaan
58
6. Jejaring dan Kemitraan
62
7. Kemandirian dan Keberlanjutan
63
5 PERSEPSI
MASYARAKAT
TERHADAP
TJS
PTNNT,
KELEMBAGAAN YOP, DAN PROGRAM KEUANGAN MIKRO
69
Persepsi Masyarakat terhadap TJS PTNNT
69
Persepsi Masyarakat terhadap Pengelolaan YOP
73
Persepsi Masyarakat terhadap Program Keuangan Mikro YOP
78
6 PARTISIPASI
MASYARAKAT
DALAM
PENGELOLAAN
PROGRAM KEUANGAN MIKRO
83
Partisipasi Masyarakat pada Tahap Perencanaan
83
Partisipasi Masyarakat padaTahap Implementasi
83
Partisipasi Masyarakat padaTahap Monitoring dan Evaluasi
86
7 STRATEGI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PROGRAM
KEUANGAN MIKRO DAN PARTISIPASI MASYARAKAT
89
Analisis SWOT
89
Kekuatan/ Strength (S)
89
Kelemahan/ Weakness (W)
89
Peluang/ Opportunity (O)
90
Ancaman/ Threat (T)
90
Strategi SO
91
Strategi WO
91
Starategi ST
92
Strategi WT
92
Bonding Strategy
94
Bridging Strategy
95
Creating/ Networking Strategy
96
8 SIMPULAN DAN SARAN
97
Simpulan
97
Saran
98
DAFTAR PUSTAKA
101
RIWAYAT HIDUP
113

DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15
Tabel 16
Tabel 17
Tabel 18
Tabel 19
Tabel 20
Tabel 21
Tabel 22
Tabel 23
Tabel 24
Tabel 25
Tabel 26
Tabel 27
Tabel 28
Tabel 29
Tabel 30
Tabel 31
Tabel 32
Tabel 33
Tabel 34

Ragam partisipasi masyarakat
Jumlah informan berdasarkan keterwakilan unsur dan terkait
program di wilayah kajian.
Matrik pengumpulan data tematik, tehnik pengambilan, dan
sumber informasi/ data.
Perancangan kuesioner konsep, variabel, indikator, dan
pertanyaan kajian
Luas wilayah Kecamatan Sekongkang berdasarkan penggunaan
lahan tahun 2013
Jumlah penduduk per desa Kecamatan Sekongkang tahun 2013
Realisasi program Keuangan Mikro per kecamatan di KSB
Realisasi program Keuangan Mikro per desa di Kecamatan
Sekongkang
Pembenahan bidang administrasi
Pembenahan bidang sumberdaya manusia
Pembenahan bidang anggaran dan kegiatan program
Pembenahan program Keuangan Mikro
Pembenahan unit bisnis strategis
Matriks klasifikasi kolektabilitas Keuangan Mikro YOP
Matriks perbandingan dua tipe nasabah lancar
Matriks penyebab kredit bermasalah (NPL)
Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial
Persepsi masyarakat tentang tujuan TJS PTNNT
Persepsi tentang program TJSP yang dilaksanakan PTNNT
Persepsi masyarakat tentang prioritas masalah yang dibantu dalam
program TJS PTNNT
Persepsi tentang pelaksanaan program TJS PTNNT
Persepsi tentang kesesuaian program TJS PTNNT dengan
kebutuhan masyarakat
Persepsi tentang mutu program TJS PTNNT
Persepsi tentang waktu pelaksanaan program TJS PTNNT
Persepsi tentang kejelasan visi dan misi YOP
Pernyataan bahwa YOP dimonitoring oleh stakehoders
Pernyataan tentang pengelolaan YOP secara transparan dan
accountable
Pernyataan tentang kepercayaan terhadap YOP sebagai pengelola
sebagian dana TJSP
Pernyataan tentang keberadaan YOP sebagai lembaga pemberi
bantuan modal (Keuangan Mikro)
Pernyataan tentang pihak yang bertanggungjawab terhadap YOP
sebagai pengelola dana TJS PTNNT
Pernyataan tentang penerima manfaat program YOP
Pernyataan tentang ketepatan sasaran penerima dana bantuan
YOP
Penilaian terhadap karakter YOP
Penilaian terhadap tingkah personil YOP

17
27
28
30
34
34
46
46
49
50
51
51
52
55
56
58
67
69
70
71
72
73
73
73
74
74
75
75
75
76
76
77
77
78

Tabel 35 Pertimbangan pelaksanaan program Keuangan Mikro
Tabel 36 Pernyataan tentang pengambil keputusan pelaksanaan program
Keuangan Mikro
Tabel 37 Pernyataan tentang tokoh masyarakat paling berpengaruh dalam
pelaksanaan program Keuangan Mikro
Tabel 38 Pernyaataan tentang peranan tokoh masyarakat dalam
pelaksanaan program Keuangan Mikro
Tabel 39 Pernyataan tentang kesesuaian jumlah bantuan yang diberikan
YOP dengan kebutuhan
Tabel 40 Pernyataan tentang penggunaan dana bantuan Keuangan Mikro
Tabel 41 Penilaian terhadap karakter program Keuangan Mikro YOP
Tabel 42 Keterlibatan masyarakat (beneficeries) dalam merencanakan
program Keuangan Mikro
Tabel 43 Keterlibatan masyarakat (beneficeries) dalam implementasi
program Keuangan Mikro
Tabel 44 Pernyataan masyarakat (beneficeries) dalam pelaksanaan program
Keuangan Mikro
Tabel 45 Pernyataan masyarakat (beneficeries) menerima informasi tentang
program Keuangan Mikro
Tabel 46 Pernyataan masyarakat (beneficeries) terkait kegiatan sosialisasi
program Keuangan Mikro
Tabel 47 Pernyataan masyarakat (beneficeries) terkait kegiatan sosialisasi
program Keuangan Mikro
Tabel 48 Keterlibatan masyarakat (beneficeries) dalam monitoring dan
evaluasi program Keuangan Mikro
Tabel 49 Matriks pengembangan kelembagaan, program Keuangan Mikro,
dan partisipasi masyarakat

78
78
79
79
79
80
80
83
84
84
85
85
86
86
93

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka pemikiran
Gambar 2 Komponen dalam analisis data (interactive model) (Miles and
Huberman 1984).
Gambar 3 Peta wilayah Kecamatan Sekongkang tahun 2013
Gambar 4 Piramida penduduk Kecamatan Sekongkang tahun 2013 (Sumber
BPS KSB tahun 2013)
Gambar 5 Struktur organisai YOP
Gambar 6 Prosedur usulan program Keuangan Mikro YOP
Gambar 7 Grafik jumlah dana TJS PTNNT yang digulirkan kepada YOP
Gambar 8 Grafik NPL JMS dan TB2ST

25
29
33
35
41
44
53
57

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
1

Elkington (1998) dalam Bahruddin (2012) memaparkan tiga tujuan samasama penting ingin dicapai perusahaan yang biasa kita kenal dengan istilah triple
buttom line, yakni economic prosperity, environmental quality, dan social justice.
Pilar economic prosperity terkait sifat dasar perusahaan sebagai institusi profit
yang berkewajiban memberikan keuntungan bagi pemilik individual atau kolektif
(shareholders). Selanjutnya, pilar environmental quality menjadi acuan proses
bekerjanya perusahaan atau proses produksi dan implikasinya terhadap
lingkungan. Terakhir, pilar social justice terkait relasi perusahaan dengan
masyarakat sekitar. Dalam perkembangannya, usaha mencapai ketiga tujuan
tersebut kita kenal dengan istilah Profit, Planet, dan People atau biasa disingkat
3P. Selaras dengan hal tersebut, dalam konteks pembangunan dewasa ini, ada dua
tuntutan yang mengemuka terhadap pertanggungjawaban perusahaan, yaitu
tuntutan pertanggungjawaban terhadap kelestarian alam dan masyarakat sebagai
salah satu stakeholder. Oleh karenanya, perusahaan tidak lagi hanya
memperhatikan aspek keuntungan ekonomis semata, tapi juga aspek sosial dan
lingkungan sekitarnya secara komprehensif dan terintegrasi guna menjamin
keberlanjutan operasional perusahaan.
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74
ayat (1) meyebutkan bahwa: “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya
dibidang dan/ atau berkaitan dengan sumberdaya alam wajib melaksanakan
tanggungjawab sosial dan lingkungan”. Penjelasan atas Pasal 74 ayat (1) lebih
lanjut menerangkan bahwa ketentuan ini bertujuan untuk tetap menciptakan
hubungan perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai,
norma, serta budaya masyarakat setempat. Selanjutnya, Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2007 Pasal 15 (b) tentang Penanaman Modal menyebutkan bahwa:
“Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan”. Penjelasan atas Pasal 15 (b) lebih lanjut menerangkan bahwa
“tanggung jawab sosial perusahaan” adalah tanggung jawab yang melekat pada
setiap perusahaan penanam modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi,
seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat
setempat.
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (selanjutnya disingkat TJSP) atau biasa
kita kenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR) lebih
menekankan pada kewajiban moral, bukan merupakan strategi bisnis semata. Hal
ini tidak ada hubungannya secara langsung antara TJSP dengan mencari
keuntungan perusahaan. TJSP memang ditujukan untuk menunjukkan reputasi
perusahaan di mata masyarakat dunia bahwa perusahaan atau bisnis benar-benar
memiliki tanggung jawab moral terhadap lingkungan dan masyarakat untuk
mendorong terwujudnya pembangunan sosial (Susetiawan 2012).

1

Konsep yang dicetuskan oleh John Elkington dalam karyanya yang berjudul Cannibals
with Fork: the Triple Buttom Line of 21 Century.
2
Gagasan tentang CD mulai sering dibicarakan dalam diskursus keilmuan sebagai sebuah
respon atas banyaknya permasalahan sosial yang dihadapi umat manusia pada akhir abad ke-20

2

Sejatinya, definisi TJSP sangatlah beragam bergantung pada visi dan misi
korporat yang disesuaikan dengan needs, desire, wants, dan interest komunitas
(Rahman 2009). Beberapa diantaranya adalah (a) melakukan tindakan sosial
termasuk kepedulian terhadap lingkungan, lebih dari batas-batas yang dituntut
peraturan perundangan (Chamber dalam Iriantara 2004); (b) komitmen usaha
untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal, dan berkontribusi terhadap
peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup karyawan
dan keluarganya, komunitas lokal, dan masyarakat yang lebih luas (Trinidads and
Tobacco Bureau of Standard), dan (c) komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan,
keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas setempat (local), dan masyarakat
secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup (The World
Business Council for Sustainable Development disingkat WBCSD).
PT Newmont Nusa Tenggara (selanjutnya disingkat PTNNT) adalah
merupakan perusahaan tambang tembaga dan emas multinasional yang beroperasi
di wilayah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) atas dasar Kontrak Karya dengan
Pemerintah Republik Indonesia sejak tahun 1986. PTNNT mempunyai visi: “Kita
akan menjadi perusahaan tambang yang paling dihargai dan dihormati melalui
pencapaian kinerja terdepan dalam industri tambang”. Visi tersebut kemudian
dijabarkan ke dalam misi: “Kita akan membangun perusahaan tambang yang
berkelanjutan, yang mampu memberikan laba tertinggi kepada para pemegang
saham dan menjadi yang terdepan dibidang keselamatan kerja, perlindungan
lingkungan, dan tanggung jawab sosial”. Visi dan misi PTNNT tersebut dilandasi
oleh nilai-nilai, salah satunya sangat eksplisit menyebutkan kata atau terkait
dengan tanggung jawab sosial. Nilai tersebut berbunyi: “Mewujudkan
kepemimpinan dibidang keselamatan kerja, perlindungan lingkungan, dan
tanggung jawab sosial”.
Kebijakan TJS PTNNT telah dijabarkan ke dalam Rencana Strategis
(Renstra) lima tahunan TJSP tahun 2014-2018 (Renstra sebelumnya 2003-2007,
dan 2008-2013). Secara substantif, Renstra TJS PTNNT berisi visi, misi, sasaran
misi, landasan (nilai-nilai dan prinsip dasar yang dianut), isu-isu strategis, dan
bidang utama program yang meliputi bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan,
sosial budaya, dan lingkungan. Proses penyusunan Renstra tersebut dilakukan
melalui pendekatan partisipatif dengan melibatkan multipihak (stakeholders)
dengan tujuan memastikan terakomodirnya kepentingan berbagai elemen dalam
masyarakat. Dokumen Renstra inilah yang menjadi salah satu acuan/ rujukan
utama dalam penyusunan Program Community Development (Comdev) setiap
tahunnya.
Program Comdev merupakan salah satu wujud implementasi dari Kebijakan
TJS PTNNT. Tujuan utama dari program tersebut adalah membantu
meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat sekitar melalui
berbagai program di bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, sosial budaya, serta
pelestarian lingkungan. Pendekatan yang digunakan adalah mendorong,
membantu, dan mensinergikan dengan program pemerintah. Dalam
implementasinya, program tersebut dikelola oleh Departement Social
Responsibility biasa disingkat SR (sebelumnya bernama divisi Comdev bagian
dari Departemen External Relations). Penyesuaian nama departemen dari External
Relations menjadi Social Responsibility pada hakekatnya adalah perusahaan ingin

3

menunjukkan secara lebih tegas tentang komitmennya terhadap Tanggung Jawab
Sosial Perusahan, khususnya terkait Pengembangan Masyarakat lokal.
Implementasi program Comdev bidang ekonomi ditopang oleh dua “pilar”
utama, yaitu Yayasan Pembangunan Ekonomi Sumbawa Barat (YPESB) dan
Yayasan Olat Parigi (YOP). YPESB mempunyai peranan dalam melakukan
identifikasi potensi, penguatan, pengembangan, dan pendampingan usaha lokal.
Sementara YOP lebih fokus pada aspek permodalan atau pembiayaan usaha yang
menjadi salah satu kendala yang dihadapi masyarakat sekitar dalam
mengembangkan usaha ekonomi produktif mereka.
YOP mempunyai visi “ menjadikan YOP sebagai lembaga yang mandiri dan
berkelanjutan, memiliki sumberdaya manusia yang kapabel dan profesional dalam
mengembangkan program secara pertisipatif dan inovatif serta mengembangkan
kemitraan yang konstruktif”. Rumusan visi tersebut kemudian dijabarkan dalam
misi (1) mendorong tata kelola kelembagaan yang transparan dan akuntabel; (2)
meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia menuju tenaga yang kapabel dan
profesional dibidangnya; (3) mendorong program pemberdayaan masyarakat yang
strategis dan inovatif; dan (4) mendorong terwujudnya kemitraan yang konstruktif
dan kesetaraan.
Program Keuangan Mikro merupakan wujud implementasi dari visi misi
YOP. Program tersebut dirumuskan dari latar belakang bahwa penetrasi dan
proses industrialisasi tambang telah membawa dampak perubahan pada berbagai
aspek di masyarakat, meliputi ekonomi, sosial budaya, maupun ekologi. Sebelum
masuknya tambang, sektor pertanian (dalam arti luas) merupakan sumber mata
pencaharian utama masyarakat sekitar. Saat era tambang dimulai, terjadi
pergeseran dan diferensiasi mata pencaharian (sumber nafkah) utama keluarga/
masyarakat dari yang sebelumnya hanya mengandalkan sektor pertanian
kemudian berkembang/ merambah ke sektor lain yaitu pertambangan,
perdagangan, dan jasa. Tumbuh dan berkembangnya sektor pertambangan,
perdagangan, dan jasa merupakan dampak dari meningkatnya arus imigrasi dan
proses interaksi sosial yang semakin meluas dan terbuka yang disebabkan oleh
terbukanya lapangan pekerjaan pada industri tambang sejak dimulainya fase
kontruksi pada tahun 1997.
Sejarah program Keuangan Mikro YOP sejatinya dimulai sejak YOP berdiri
tahun 1999 atas inisiatif dan prakarsa PTNNT dengan tujuan untuk membantu
proses pemberdayaan masyarakat lokal. Sejak saat itu, PTNNT telah memberikan
dukungan pendanaan, pembinaan, dan pendampingan kelembagaan terhadap
YOP. Dukungan tersebut diharapkan mampu memberikan dampak terhadap
penguatan kapasitas, kemandirian, resiliensi dan keberlangsungan (sustainability)
YOP sebagai sebuah lembaga, maupun bagi masyarakat (beneficiaries) berupa
pengembangan usaha ekonomi produktif yang resultansinya adalah terjadinya
perbaikan dan peningkatan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat lokal.
Mencermati peranan YOP yang relatif “penting” bagi perekonomian lokal,
maka diperlukan langkah-langkah strategis untuk mempertahankan eksistensinya
dalam mengelola program Keuangan Mikro. Ada dua hal mendasar terkait
program Keuangan Mikro YOP, pertama adalah terkait pengelolaan (manajemen)
kelembangaan, dan kedua adalah penguatan kapasitas masyarakat melalui
keikutsertaan (partisipasi) dalam setiap tahapan pengelolaan program, mulai dari
perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi. Sedangkan penguatan

4

kelembagaan yang dimaksud adalah penguatan kapasitas dan pengembangan
kelembagaan YOP itu sendiri. Penguatan tersebut dapat dilakukan melalui upaya
pembinaan dan pendampingan oleh PTNNT melalui kemitraan dengan
stakeholders. Penguatan dan pengembangan kapasitas kelembagaan yang
dimaksud meliputi tata kelola, managemen (program, keuangan, dan
sumberdaya). Selain aspek tersebut, faktor jaringan dan kemitraan adalah sebuah
keharusan bagi sebuah lembaga untuk dapat terus berkembang dan berkelanjutan
(sustainable). Keberlanjutan eksistensi YOP akan sangat ditentukan oleh sejauh
mana dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat lokal.
Sebagai lembaga yang mengemban amanat melakukan proses pemberdayaan
masyarakat, maka proses pendampingan dan pelibatan (partisipasi) masyarakat
harus dilakukan secara simultan dengan upaya penguatan kapasitas kelembagaan
sehingga akan tercipta keselarasan antara tumbuh kuat dan berkembangnya YOP
sebagai sebuah lembaga dengan meningkatnya taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat. Dari uraian di atas, maka muncullah main reseach question tentang
“bagaimana strategi pengembangan kelembagaan, program Keuangan Mikro dan
partisipasi masyarakat dalam kerangka TJSP ?”
Perumusan Masalah
Dalam kebijakan tanggung jawab sosial PTNNT secara tegas menyebutkan
tentang komitmen perusahaan terhadap pengembangan masyarakat lokal, dimana
salah satu fokus utamanya adalah aspek ekonomi. Komitmen tersebut juga
diperjelas dalam Renstra TJSP dengan lima“pilar” penopang utama, yaitu
ekonomi, kesehatan, pendidikan, sosial budaya, dan lingkungan.
YOP merupakan salah satu “kran” utama PTNNT dalam melakukan
implementasi program pengembangan ekonomi masyarakat lokal. Jika melakukan
flash back, maka sejatinya YOP telah lahir dan eksis sejak tahun 1999. Fakta
tersebut menunjukkan bahwa YOP sesungguhnya telah melakukan upaya
pemberdayaan masyarakat bahkan sebelum “grand opening” produksi tambang
PTNNT pada tahun 2000. Selama lebih dari 15 tahun eksistensinya, YOP telah
mengalami berbagai dinamika dalam melakukan pengelolaan kelembagaan
maupun program. Sebagai sebuah lembaga yang ingin maju dan berkembang,
dalam kurun waktu tersebut, YOP seyogianya telah mendapatkan banyak
pembelajaran tentang keberhasilan (success story) maupun berbagai pengalaman
tentang kegagalan untuk kemudian memetik hikmah/ pembelajaran (lesson
learned) dalam melakukan upaya perbaikan dan pengembangan.
Salah satu kunci keberhasilan dan sustainabilitas sebuah program adalah
memiliki kelembagaan pengelola yang handal dan kredibel. Kelembagaan yang
handal dan kredibel umumnya mempunyai ciri tata kelola kelembagaan yang baik
dan bersih (clean and good governance) yang menujukkan tentang bagaimana
YOP diarahkan, diawasi dan dievaluasi kinerjanya, serta hal-hal terkait kebijakan
strategis lainnya. Aspek lainnya tentang kelembagaan adalah menyangkut
pengelolaan (manajemen); program, keuangan, maupun sumberdaya manusia
(SDM). Aspek lain yang turut menentukan eksistensi sebuah lembaga adalah
jaringan dan kemitraan dalam mengelola program dan “menghidupi” dirinya.
Selanjutnya, dalam kontek pemberdayaan masyarakat, aspek pendampingan
merupakan salah satu kunci dalam membangun (menguatkan) kapasitas (capacity
building) SDM pengelola YOP serta masyarakat yang menjadi target program.

5

Sejak awal, YOP telah memperkenalkan konsep program Keuangan Mikro
dengan model dana bergulir (revolving fund). Eksistensi konsep tersebut terus
dipertahankan dan dikembangkan sampai saat ini sehingga menjadi salah satu ciri
khas (trade mark) program Keuangan Mikro YOP. Pemaparan tersebut
menginspirasi munculnya keingintahuan lebih mendalam dan komprehensif
tentang kelembagaan dan program Keuangan Mikro YOP. Pemaparan tersebut
melahirkan specific reseach question pertama tentang “bagaimana pengelolaan
kelembagaan YOP dan program Keuangan Mikro yang dijalankan ?”
Untuk mengetahui sejauhmana tingkat keberhasilan sebuah program harus
dilakukan evaluasi/ kajian mendalam dan menyeluruh terhadap semua aspek
terkait, sehingga dapat menyusun rencana perbaikan/ pengembangan yang tepat.
Dalam konteks program Keuangan Mikro YOP, selain melakukan evaluasi/ kajian
terhadap aspek kelembagaan adalah penting untuk mengukur/ mengetahui
persepsi masyarakat dan stakeholders terhadap implementasi kebijakan TJS
PTNNT secara komprehensif yang menjadi payung dari keseluruhan program
Comdev termasuk Keuangan Mikro, kelembagaan YOP sebagai pengelola
program, manajemen program, dan partisipasi masyarakat dan stakeholders dalam
seluruh tahapan pengelolaan program, mulai dari perencanaan, implementasi,
monitoring dan evaluasi. Dengan demikian, spesific reseach questions berikut
yang muncul adalah “bagaimana persepsi masyarakat terhadap implementasi TJS
PTNNT, kelembagaan YOP, dan program Keuangan Mikro ?”
Partisipasi dan keberdayaan adalah dua aspek yang menjadi “trade mark”
dalam pemberdayaan masyarakat. Oleh sebab itu, pembangunan (pengembangan)
masyarakat harus senantiasa berusaha memaksimalkan partisipasi dari warga dan
stakeholder dalam seluruh tahapan program, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi. Semakin aktif warga berpartisipasi semakin baik, karena
dengan demikian, upaya menjadikan proses sebagai milik komunitas dan juga
mendukung proses inklusif. “Pendekatan pembangunan partisipatoris harus mulai
dengan orang-orang yang paling mengetahui tentang sistem kehidupan mereka
sendiri. Pendekatan ini harus menilai dan mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan mereka, dan memberikan sarana yang perlu bagi mereka supaya
dapat mengembangkan diri. Ini memerlukan perombakan dalam seluruh praktik
dan pemikiran, disamping bantuan pembangunan. Ringkasnya, diperlukan suatu
paradigma baru” (Mikkelsen, 1999 dikutip dari J. Pretty dan Guijt, 1992: 23).
Secara substantif, kutipan Mikkelsen mengenai pentingnya partisipasi
masyarakat tersebut, selain tersirat makna inklusifitas dan menjadikan proses
sebagai milik masyarakat, juga terkandung makna edukasi dan proses
mencerdaskan yang pada gilirannya akan bermuara pada peningkatan kapasitas
masyarakat atau warga komunitas. Oleh sebab itu, maka spesific reseach question
berikutnya adalah “sejauh mana partisipasi masyarakat dan stakeholders dalam
pengelolaan program Keuangan Mikro pada semua tahapan program, mulai dari
proses perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi ?”
Kelembagaan yang handal dan kredibel, serta partisipasi aktif masyarakat
dalam seluruh tahapan program senantiasa akan memunculkan persepsi
masyarakat yang positif terhadap sebuah program. Salah satu ciri program yang
berhasil adalah dapat memberikan dampak yang sebesar-besarnya bagi
masyarakat serta adanya jaminan keberlanjutan (sustainability) tanpa adanya
ketergantungan dari pihak lain. Dengan demikian perencanaan strategis terkait

6

upaya pengembangan kelembagaan, program Keuangan Mikro, dan partisipasi
masyarakat perlu dirumuskan dengan mengacu kepada hasil kajian pada ketiga
variabel yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu pengembangan kelembagaan,
program Keuangan Mikro, partisipasi serta persepsi masyarakat dan stakeholders.
Maka spesifik reseach question terakhir yang muncul adalah “bagaimana strategi
pengembangan kelembagaan, program Keuangan Mikro dan partisipasi
masyarakat dalam kerangka TJSP ?”
Tujuan Kajian
Perumusan dan penetapan tujuan yang jelas dapat membantu mengarahkan
kajian menjadi lebih fokus. Tujuan utama dari kajian ini adalah merumuskan
strategi pengembangan kelembagaan, program Keuangan Mikro dan partisipasi
masyarakat dalam kerangka TJSP.
Selanjutnya, untuk melakukan eksplorasi/ elaborasi lebih mendalam, maka
tujuan utama di atas dijabarkan lagi menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik
sebagai berikut:
1. Mengkaji pengelolaan kelembagaan YOP dan program Keuangan Mikro;
2. Mengkaji persepsi masyarakat terhadap implementasi TJS PTNNT,
kelembagaan YOP, dan program Keuangan Mikro;
3. Mengkaji partisipasi masyarakat dalam pengelolaan program Keuangan Mikro
pada setiap tahapan, mulai dari perencanaan, implementasi, monitoring, dan
evaluasi; dan
4. Merumuskan strategi yang tepat bagi pengembangan kelembagaan, program
Keuangan Mikro dan partisipasi masyarakat serta stakeholders dalam
kerangka TJSP.
Manfaat Kajian
Hasil dari kajian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
upaya pengembangan program Keuangan Mikro dan pemberdayaan masyarakat
dalam kerangaka TJSP secara umum. Secara khusus kajian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangsih referensi bagi:
1. Para peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai program Keuangan
Mikro dalam kerangka TJSP dan pemberdayaan masyarakat;
2. Kalangan akademisi, kajian ini diharapkan dapat menambah literatur kajian
terkait Keuangan Mikro khususnya dikaitkan dengan kerangka TJSP dan
pemberdayaan masyarakat; dan
3. Bagi kalangan non-akademisi, pemerintah, swasta, dan Non Government
Organization (NGO) dapat menjadi bahan pertimbangan dalam dalam
merumuskan kebijakan dan melakukan pengelolaan program Keuangan Mikro
dalam kerangka TJSP berbasiskan pemberdayaan masyarakat.
Ruang Lingkup Kajian
Kajian ini mengangkat topik “Strategi Pengembangan Program Keuangan
Mikro dalam Kerangka Tanggung Jawab Sosial PT Newmont Nusa Tenggara di
KSB”. Program Keuangan Mikro yang dimaksud dalam kajian ini adalah
merupakan bagian dari Program Comdev dalam kerangka implementasi TJS
PTNNT. Dengan demikian, kontek program Keuangan Mikro yang dibahas adalah
Keuangan Mikro yang diimplementasikan atau terkait area pertambangan.

7

Sedangkan Partisipasi masyarakat dan stakeholders yang dimaksud dalam kajian
ini adalah partisipasi penerima manfaat program (beneficeries) dan pihak-pihak
berkepentingan baik langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan
kelembagaan dan program Keuangan Mikro.
Agar orientasi kajian menjadi lebih terfokus dan analisis yang dilakukan
lebih mendalam, dengan mengacu kepada topik yang diangkat dan kerangka
pemikiran yang dibangun, maka peneliti membatasi fokus domain kajian pada
variabel kelembagaan, program Keuangan Mikro, persepsi masyarakat dan
stakeholders, serta partisipasi dalam pengelolaan program.

8

2 PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP)
Wibisono (2007) mendefinisikan TJSP atau biasa dikenal sebagai Corporate
Social Responsibility (CSR) sebagai tanggung jawab perusahaan kepada
pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi sosial dan
lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan. Sementara Nursahid (2006) mendefinisikan TJSP sebagai tanggung
jawab moral suatu organisasi bisnis terhadap kelompok yang menjadi
stakeholder-nya yang terkena pengaruh baik secara langsung ataupun tidak
langsung dari operasi perusahaan.
Kottler et al. (2005) memberikan definisi TJSP sebagai sebuah komitmen
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui praktik bisnis dan
kontribusi sumberdaya perusahaan secara sukarela. Elemen utama definisi ini
adalah sukarela, bukan kegiatan bisnis yang menjadi kewajiban hukum atau yang
memiliki sifat moral atau etis. Komitmen tersebut harus ditunjukkan agar
perusahaan dikenali sebagai perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial dan
akan dipenuhi dengan adopsi praktik bisnis baru dan kontribusi baik keuangan
maupun non keuangan. Kesejahteraan masyarakat dalam definisi ini termasuk
kondisi manusia dan juga permasalahan lingkungan.
Kotler dan Lee juga mengutip dua definisi CSR lainnya. Pertama adalah
dari World Business Council for Sustainable Development (WBCSD):
“CSR: business commitment to contribute to sustainable economic
development, working with employees, their families, the local
community and society at large to improve quality of life”.
Kedua adalah dari Business for Social Responsibility (BSR):
“CSR: operating a business in a manner that meets or exceeds the
ethical, legal, commercial, and public expectation that society has of
business”.
Selanjutnya, Carroll (1979) menawarkan definisi berikut: “Tanggung jawab
sosial bisnis mencakup ekspektasi ekonomi, legal, etika dan diskriner yang
masyarakat miliki terhadap organisasi pada suatu waktu”.
Sedangkan ISO 26000: 2010 Guidance on Social Responsibility: CSR
adalah tanggung jawab sebuah perusahaan atas dampak keputusan dan
kegiatannya terhadap masyarakat dan lingkungan, melalui perilaku yang
transparan dan etis yang berkontribusi bagi pembangungan berkelanjutan,
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat; dengan mempertimbangkan
pengharapan pemangku kepentingan; dilaksanakan dengan mematuhi hukum yang
berlaku dan sesuai dengan norma dan perilaku internasional; dan diintegrasikan di
seluruh perusahaan dan dipraktikkan dalam hubungan-hubungan perusahaan.
European Commission (2011) mengajukan sebuah definisi baru CSR yakni
“tanggung jawab perusahaan atas dampak-dampak mereka terhadap masyarakat”.
Penghormatan terhadap legislasi yang berlaku, dan kesepakatan bersama antara
mitra sosial merupakan prasyarat untuk memenuhi tanggung jawab tersebut.

10

Untuk secara penuh memenuhi tanggung jawab sosialnya, perusahaan harus
memiliki sebuah proses untuk memadukan permasalahan sosial, lingkungan, etika,
hak asasi manusia dan pelanggan ke dalam operasi bisnis dan strategi inti mereka
dengan kolaborasi yang erat dengan pemangku kepentingan mereka, dengan
tujuan untuk memaksimalkan penciptaan nilai bersama bagi pemiliki/ pemegang
saham dan untuk pemangku kepentingan serta masyarakat umum; serta
mengidentifikasi, mencegah dan memperbaiki dampak buruk yang mungkin
mereka timbulkan.
Penerapan TJSP sangat dipengaruhi oleh pandangan perusahaan mengenai
TJSP. Wibisono (2007) menjelaskan beberapa cara pandang perusahaan terhadap
TJSP, yaitu: (1) Sekedar basa-basi atau keterpaksaan. Perusahaan mempraktekkan
TJSP karena external driven (faktor eksternal), environmental driven (karena
terjadi masalah lingkungan dan reputation driven (karena ingin mendongkrak citra
perusahaan); (2) Sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance); (3) TJSP
diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam (internal
driven). Lebih lanjut, Wibisono menjelaskan bahwa penerapan TJSP yang
dilakukan oleh perusahan dapat dibagi menjadi empat tahapan, yaitu tahap
perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan.
Adapun faktor-faktor pendorong utama bagi perusahaan mengapa
perusahaan harus mengimplementasikan TJSP. Menurut Raynard dan Fortates
dalam WBSCD (1999):
1. Terjadinya perubahan nilai-nilai (values). Perusahaan banyak yang secara
sukarela mengubah orientasinya, yaitu dari semula hanya mementingkan
pemupukan pendapatan dan keuntungan yang sebesar-besarnya, menjadi harus
pula bertanggung jawab terhadap masyarakat, baik masyarakat lokal dimana
mereka berada maupun masyarakat dunia, dan terhadaap lingkungan bisnisnya.
Hal tersebut merupakan perubahan sikap moral dari perusahaan. Perubahan
sikap moral tersebut telah mendorong perusahaan untuk mengubah pula nilainilai (values) yang berlaku sebagai budaya kerja (corporate culture)
perusahaan tersebut.
2. Strategi, oleh karena terjadi perubahan orientasi yaitu perusahaan harus lebih
bertanggung jawab terhadap masyarakat dan terhadap lingkungan, maka
strategi perusahaan juga harus disesuaikan.
3. Public pressure, berbagai kelompok LSM, konsumen, media, negara, dan
badan-badan publik lainnya telah menuntut dengan keras agar perusahaanperusahaan lebih bertanggung jawab terhadap masyarakat, baik masyarakat
lokal di mana mereka berada dan masyarakat dunia.
Saidi (2004) dalam Tanudjaja (2008) membagi TJSP menjadi 4 model, yaitu
(1) keterlibatan langsung, (2) melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan,
(3) bermitra dengan pihak lain, dan (4) mendukung atau bergabung dalam suatu
konsorsium. Kompleksitas proses ini tergantung pada faktor-faktor seperti ukuran
perusahaan dan sifat operasinya. Untuk kebanyakan perusahaan kecil dan
menengah, proses TJSP mungkin masih tetap informal dan intuitif. Untuk
memaksimalkan penciptaan nilai bersama, perusahaan didorong untuk
mengadopsi pendekatan strategis jangka panjang dalam TJSP, dan untuk mencari
kemungkinan-kemungkinan untuk pengembangan produk, layanan dan model
bisnis baru yang berkontribusi bagi kemakmuran masyarakat dan membawa pada
pekerjaan yang lebih bermutu dan lebih produktif.

11

Implementasi TJSP dipengaruhi oleh bentuk strategi pengembangan
masyarakat yang digunakan. Bentuk strategi tersebut dibagi dalam tiga strategi,
yaitu power coercive (strategi pemaksaan), rational empirical (empirik rasional)
dan normatif re-educative (pendidikan yang berulang secara normatif). Bentuk
strategi pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan saling
mempengaruhi dengan tingkat partisipasi masyarakat. Tingkat partisipasi
masyarakat dilihat dari peran serta masyarakat dalam tahapan pelaksanaan TJSP,
yaitu perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan.
TJSP yang diterapkan oleh perusahaan akan mendatangkan berbagai
manfaat bagi perusahaan dan masyarakat yang terlibat dalam menjalankannya.
Menurut Wibisono (2007) manfaat bagi perusahaan yang berupaya menerapkan
TJSP, yaitu dapat mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan brand image
perusahaan, layak mendapatkan social licence to operate, mereduksi risiko bisnis
perusahaan, melebarkan akses sumberdaya, membentangkan akses menuju
market, mereduksi biaya, memperbaiki hubungan dengan stakeholders,
memperbaiki hubungan dengan regulator, meningkatkan semangat dan
produktivitas karyawan serta berpeluang mendapatkan penghargaan. Sedangkan
manfaat TJSP bagi masyarakat menurut Ambadar (2008), yaitu dapat
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, kelembagaan, tabungan, konsumsi
dan investasi dari rumah tangga warga masyarakat.
Implementasi TJSP yang dilakukan oleh suatu perusahaan akan berdampak
pada perusahaan itu sendiri dan pada masyarakat yang tinggal di lokasi
pelaksanaan TJSP. Dampak yang dapat dirasakan oleh masyarakat diantaranya
adalah peningkatan taraf hidup dan kelembagaan berkelanjutan. peningkatan taraf
hidup masyarakat akan dilihat dari peningkatan pendapatan, rumah atau papan,
kesehatan, pangan dan (sarana) komunikasi. Sedangkan dampak yang akan
dirasakan oleh perusahaan adalah peningkatan citra perusahaan di mata
masyarakat.
Selain saling mempengaruhi dengan tingkat partisipasi masyarakat, strategi
pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan sangat dipengaruhi
oleh kebijakan perusahaan tersebut mengenai TJSP. Karena suatu perusahaan
akan melaksanakan TJSP apabila memiliki kebijakan atau peraturan mengenai
implementasi TJSP dalam menjalankan usahanya. Kebijkan perusahan mengenai
TJSP juga diperngaruhi oleh dua faktor, yaitu kebijakan pemerintah dan
pandangan perusahaan mengenai TJSP. Kebijakan pemerintah yang
mempengaruhi kebijakan perusahaan terkait penerapan TJSP diatur dalam
beberapa peraturan dan perundang-undangan, yaitu UU No.40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas dan Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep236/MBU/2003.
Menurutn Herdin (2008) ada tiga kategori bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan sebagai berikut:
1. Public Relations, usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada komunitas
tentang kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Usaha ini lebih mengarah
pada menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan komunitas, khususnya
menanamkan sebuah persepsi yang baik tentang perusahaan (brand image)
kepada komunitas. Kegiatan yang dilakukan biasanya berbentuk kampanye
yang tidak terkait sama sekali dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan
yang bersangkutan.

12

2. Strategi defensive, usaha yang dilakukan perusahaan guna menangkis
anggapan negatif komunitas luas yang sudah tertanam terhadap kegiatan
perusahaan terhadap karyawannya dan biasanya untuk melawan ‟serangan‟
negatif dari anggapan komunitas atau komentar yang sudah terlanjur
berkembang atau bertolak belakang dengan persepsi-persepsi yang ada di
komunitas pada umumnya.
3. Keinginan tulus untuk melakukan kegiatan yang baik yang benar-benar
berasal dari visi perusahaan itu: melakukan program untuk kebutuhan
komunitas atau komunitas sekitar perusahaan atau kegiatan perusahaan yang
berbeda dari hasil dari perusahaan itu sendiri.
TJSP adalah konsep moral dan etis yang berciri umum, oleh karena itu pada
tataran praktisnya harus dialirkan ke dalam program-program kongkrit. Program
TJSP meliputi tujuan, sosialisasi, pelaksanaan, manfaat dan dampak.
Pada kenyataannnya, TJSP memiliki makna yang berbeda bagi orang yang
berbeda pula. Bagi sementara orang, TJSP merupakan prakarsa-prakarsa untuk
menaikkan reputasi. TJSP juga merupakan tindakan kedermawanan yang mulia.
Bagi sebagian yang