Strategi Pengembangan Program Usaha Mikro Yayasan Olat Perigi Dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat Di Desa Maluk Kabupaten Sumbawa Barat Propinsi Nusa Tenggara Barat.

STRATEGI PENGEMBANGAN PROGRAM YAYASAN OLAT
PERIGI DALAM PENINGKATAN EKONOMI
MASYARAKAT DI DESA MALUK-SUMBAWA BARAT

MASRA JAYADI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul Strategi Pengembangan
Program Yayasan Olat Perigi Dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat Desa
Maluk Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Masra Jayadi

RINGKASAN
Masra Jayadi, Strategi Pengembangan Program Usaha Mikro Yayasan Olat
Perigi Dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat Di Desa Maluk Kabupaten
Sumbawa Barat Propinsi Nusa Tenggara Barat. Di bawah bimbingan Dr.Nurmala
K. Pandjaitan, MS, DEA sebagai ketua dan Dr .Ir.Soeryo Adiwibowo MS sebagai
anggota.
Implementasi Program Microfinance YOP yang dijalankan selama ini sudah
sesuai dengan konsep-konsep microfinance. Ada tiga tahapan-tahapan yang
lakukan, Perencaan program dengan baik dan matang. Hal ini terlihat dari
bagaimana mereka menentukan konsep, target dan tujuan dari program dengan
baik. Meskipun tahapan ini mengabaikan keterlibatan stakeholder lain yang secara
langsung maupun tidak berdampak pada kesuksesan program; Berikutnya adalah
tahapan pelaksanaan program microfinance YOP sudah berjalan sesuai dengan
skema dan step yang semestinya. Seperti dimulai dari tahap permohonan kredit,
tahap analisis dan tahap penentuan (pencairan) besaran jumlah kredit; dan yang
tidak kalah penting adalah secara rutin melakukan evaluasi program.

Masalah sosial yang terjadi di Desa Maluk adalah kemiskinan dan
kesenjangan sosial. Kondisi ini tidak mampu dirubah dengan signifikan oleh
program microfinance YOP. Secara ekonomi memang ada peningkatan
pendapatan atau penghasilan nasabah. Namun secara sosial masih belum mampu
merubah situasi soaial, seperti pengangguran dan pembukaan lapangan kerja baru
sebagai efek dari program microfinance YOP tersebut.
Dari tanggapan responden mengenai prosedur pembiayaan, pembiayaan
usaha kecil YOP tergolong cukup efektif. Akan tetapi, dinilai dari dampak
pembiayaan terhadap pendapatan usaha dan keuntungan usaha, tujuan pembiayaan
belum sepenuhnya tercapai. Hal ini disebabkan besarnya pembiayaan yang
diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan. Tidak
adanya pengaruh yang nyata terhadap perubahan pendapatan dapat diartikan
bahwa peranan pembiayaan belum menunjukkan pengaruh yang besar dalam
meningkatkan pendapatan usaha nasabah
Strategi yang ditawarkan adalah pembagian zona program yang terdiri dari
zona model, zona penyanggah dan zona pengembangan. Kemudian harus ada
pendekatan dan konsep bankable dalam program tersebut sehingga
memaksimalkan efektifitas program. Sebagai saran untuk perbaikan program
adalah diperlukan sosialisasi yang lebih terkait prosfektif pembiayaan mikro
dengan lebih mengedepankan pendekatan partisipatif. YOP sebaiknya mulai

diarahkan untuk mengubah orientasi kegiatan yang hanya berfokus pada tingkat
pengembalian dalam pembiayaan microfinance, melainkan orientasi perlu
diarahkan pada pencapaian perguliran dana masing rumah tangga dalam
pemanfaatan modal usaha.

SUMMARY
Masra Jayadi, The Strategy of Developing Microfinance in Enhancing
Community welfare at Maluk Village. Under the guadance of Dr. Nurmala K.
Pandjaitan, MS, DEA as sebagai chairman dan Dr .Ir.Soeryo Adiwibowo MS
sebagai member.
Microfinance Program Implementation YOP run so far has been in
accordance with the concepts of microfinance. There are three stages have been
practiced. The program is well planned. This is evident of how they define the
concept, goals and objectives of the well planned program. Although this stage
ignore the involvement of other stakeholders who are directly or indirectly impact
on the success of the program; The next phase of the program has been running
microfinance YOP accordance with the scheme and the proper step. As beginning
of the loan application stage, the stage of the analysis and determination phase
(melting) the amount of the credit amount; and that is no less important is
routinely conduct program evaluation.

Social problems that occurred in the village of Maluk is poverty and social
inequality. This condition is not able to be changed significantly by YOP
microfinance program. Economically, there is an increase in revenue or income
customers. But socially still not able to change the situation socially, such as
unemployment and the opening of new jobs as the effects of the YOP microfinance
program.
From respondents responds regarding the procedure of financing, small
business financing YOP is quite effective. However, assessed the impact of the
financing of operating revenues and profits, the purpose of financing has not been
fully achieved. This is due to the amount of financing provided no significant
effect on the increase in revenue. The absence of significant effect on the change
in income can mean that the role of financing has not been a significant impact in
improving the customer's business income
Strategies offered is zoning program consisting of a model zone, buffer
zone and the development zone. Then there should be a bankable approaches and
concepts in the program so as to maximize the effectiveness of the program. As a
suggestion for improvement is needed socialization programs are more associated
prospectively promoting microfinance with more participatory approach. YOP
should begin to be directed to change the orientation of the activities that focus
only on the rate of return in the financing of microfinance, but the orientation

should be directed to the achievement of each household revolving funds in
venture capital utilization.
Keywords: Strategy, Development, Microfinance, Foundation, Enhancing
Community.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

STRAGEI PENGEMBANGAN PROGRAM YAYASAN OLAT
PERIGI DALAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT DI DESA MALUK-SUMBAWA BARAT

MASRA JAYADI


Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister
pada
Program Studi Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada saat Ujian Thesis: Dr Ir Saharuddin, MSi

Judul Tesis : Strategi Pengembangan Program Yayasan Olat Perigi Dalam
Peningkatan Ekonomi Masyarakat Di Desa Maluk – Sumbawa
Barat
Nama
: Masra Jayadi
NIM

: I354120155

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Nurmala K.Pandjaitan,MS.DEA
Ketua

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Pengembangan Masyarakat

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr Ir Lala M. Kolopaking,MS


Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala nikmat-Nya sehingga proposal tesis ini dapat diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2012 ini adalah
Efektivitas Program Yayasan Olat Perigi Dalam Peningkatan Ekonomi
Masyarakatdi Desa Maluk, Sumbawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Nurmala K. Pandjaitan MS,
DEA dan Bapak Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS selaku pembimbing, serta Bapak
Fredian Tonny Nasdian, yang telah banyak memberi saran. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Rachmat Makkasau selaku General
Manager Social Responsibility and Government Relation PT.NNT, Ir.H.
Syarafuddin Jarot selaku Manager Social Responsibility PT. NNT, Bapak Yuyud
Indrayudi selaku Staff Senior Specialist Business Development PT. NNT, serta
staf PS MPM SPs IPB, yang telah membantu selama pengumpulan data.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu, serta seluruh
keluarga, atas segala doa dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015
Masra Jayadi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Kajian
Manfaat Kajian
Ruang Lingkup Kajian


1
2
5
7
7
8

2

TINJAUAN PUSTAKA
Corporate Social Responsibility (CSR)
Implementasi Dan Manfaat CSR
Usaha Mikro
Lembaga Swadaya Masyarakat
Konsep Evaluasi
Efektifitas
Peningkatan Ekonomi Masyarakat
Kerangka Pikiran

9

9
10
11
12
13
14
15
17

3

METODOLOGI
Lokasi dan Waktu
Metode Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisa Data
Pemilihan Responden
Pemilihan Informan
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisa Data
Perancangan Kebijakan
Metode Perancangan
Partisipasi Perancangan
Proses Perancangan

19
19
19
20
20
20
21
22
22
22
23
23

4

PROFILE KOMUNITAS
Lokasi Komunitas
Kondisi Desa Maluk
Letak Geografis
Kependudukan
Jumlah dan Komposisi Penduduk
Stuktur Sosial
Kelembagaan Sosial
Pemberdayaan Karang Taruna
Pemberdayaan Remaja Masjid
Pemberdayaan Pekerja Sosial Masyarakat

24
24
24
24
25
25
26
28
28
28
29

Ketokohan
Jejaring Sosial
Aksessibilitas terhadap Kebijakan dan sumberdaya
Jaringan Bisnis
5 EVALUASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Evaluasi Kebijakan Pengembangan
Pembiayaan Usaha Mikro
Prosedur Pembiayaan
Analisa Pembiayaan
Pembiayaan Bermasalah
Pembinaan dan Pengawasan Pembiayaan
Manfaat pembiayaan dan Keberhasilan Program
Evaluasi Pembiayaan Usaha Mikro
6 ANALISA PELAKSANAAN PROGRAM USAHA MIKRO
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Penerima Program Usaha Mikro
Implementasi Program Pembiayaan Usaha Mikro
Perencanaan
Pelaksanaan
Evaluasi
Dampak Program Pembiayaan Usaha Mikro
Efektivitas Program Pembiayaan Usaha Mikro
7 PERANCANGAN STRATEGI PROGRAM USAHA MIKRO YOP
Analisa Strategi Program Usaha Mikro
Strategi Program Usaha Mikro YOP
Pembagian Zona Program
Kerjasama Pembiayaan Usaha Mikro
Perubahan Sasaran Program
Memaksimalkan Peran Pemerintah

29
29
32
32
37
37
39
39
41
43
46
47
50
53
53
55
55
57
64
65
66
70
70
72
75
76
76
77

5

79
79
80

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN

81
82
83-134

DAFTAR TABEL
No

Penjelasan

Hal

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Jenis dan Tekhnik Pengumpulan Data
Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Penduduk berdasarkan jenis kelamin
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Geogerafis
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jneis Kelamin di Desa Maluk
Penyebaran Kepala Keluarga di Desa Maluk
Stratifikasi Masyarakat Maluk Periode Pra-Industri
Stratifikasi Masyarakat Maluk Periode Pra-Industri (Orde Baru)
Stratifikasi Masyarakat Maluk Periode Industri
Luas Penguasaan Lahan Pertanian Berdasarkan Kelompok Tani
Pedagang di Pasar Maluk Menurut Desa Tahun 2012
Keterlibatan dan Kepentingan 3 Unsur Dalam Program Usaha Mikro
Kelayakan calon debitur hasil observasi dan survey YOP
Penggolongan Kolektibilitas Pembiayaan Usaha Mikro YOP
Bobot Penilaian Tingkat Kesehatan Usaha Mikro
Persentasi Kolektibilitas Daerah Lingkar Tambang
Evaluasi Program Pe,biayaan Usaha Mikro YOP di Desa Maluk
Penerimaan Manfaat Program Usaha Mikro
Penerima Manfaat Program Usaha Mikro sesuai Mata Pencaharian
Kolektibilitas Bantuan dana Usaha Mikro YOP
Matrik Analisa SWOT
Analisa Matrik Analisa SWOT
Matrik Kerangka Aksi Usaha Mikro YOP (Bonding Strategy)
Matrik Kerangka Aksi Usaha Mikro YOP (Bridging Strategy)
Matrik Kerangka Aksi Usaha Mikro YOP (Creating Strategy)
Kreteria Pembagian Zona Pengembangan Usaha Mikro
Besaran Bantuan Usaha Mikro YOP
Data Kolektibilitas Debitur di Desa Maluk
Data Kolektibilitas Debitur di Kec.Jereweh, Maluk, Sekongkang
Matrik Pembagian Peran Pemerintah KSB, PTNNT dan YOP

21
25
25
26
26
27
27
28
30
31
38
40
44
45
48
49
54
54
65
68
71
73
74
74
75
76
77
77
78

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.

Kerangka Pemikiran Penelitian
Alur Pengajuan dan proses pembiayaan usaha mikro
Perkembangan debitur dan transaksi di KSB tahun 2011-2013
Perkembangan debitur dan transaksi di Kec. Maluk tahun 2011-2013
Distribusi dan transaksi Kec. Maluk (Forecahs vs Actual)

18
43
51
52
52

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8

Instrument Pertanyaan Terstruktur
Sketsa Peta Wilayah Sumbawa Barat
Instrument Pertanyaan Kuesioner
Hasil Tabulasi Kuesioner
Data Kolektibiltas Tiga Kecamatan
Daftar Informan Kuesioner
Daftar Informan Wawancara Mendalam
Standar Operasional Prosedur YOP

83
88
89
103
119
121
122
123

1

1 PENDAHULUAN
Pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja,
setiap insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan
peningkatan kualitas hidup masyarakat. Dunia usaha berperan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangan pula faktor
lingkungan hidup. Kini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan
keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan sudah meliputi aspek
keuangan, aspek sosial, dan aspek lingkungan biasa disebut triple bottom line.
Sinergi dari tiga elemen ini merupakan kunci dari konsep pembangunan
berkelanjutan (sustainable development).
Seiring dengan pesatnya perkembangan sektor dunia usaha sebagai akibat
liberalisasi ekonomi, berbagai kalangan swasta, organisasi masyarakat, dan dunia
pendidikan berupaya merumuskan dan mempromosikan tanggung jawab sosial
sektor usaha dalam hubungannya dengan masyarakat dan lingkungan.
Saat perubahan sedang melanda dunia dimana kalangan usaha tengah
dihimpit oleh berbagai tekanan, mulai dari kepentingan untuk meningkatkan daya
saing, tuntutan untuk menerapkan corporate governance, hingga masalah
kepentingan stakeholder yang makin meningkat. Oleh karena itu, dunia usaha
perlu mencari pola-pola kemitraan (partnership) dengan seluruh stakeholder agar
dapat berperan dalam pembangunan, sekaligus meningkatkan kinerjanya agar
tetap dapat bertahan dan bahkan berkembang menjadi perusahaan yang mampu
bersaing.
Upaya tersebut secara umum dapat disebut sebagai corporate social
responsibility atau corporate citizenship dan dimaksudkan untuk mendorong
dunia usaha lebih etis dalam menjalankan aktivitasnya agar tidak berpengaruh
atau berdampak buruk pada masyarakat dan lingkungan hidupnya, sehingga pada
akhirnya dunia usaha akan dapat bertahan secara berkelanjutan untuk memperoleh
manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha.
Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal
1970an, yang secara umum diartikan sebagai kumpulan kebijakan dan praktek
yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum,
penghargaan masyarakat dan lingkungan; serta komitmen dunia usaha untuk
berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Corporate Social
Responsibility (CSR) tidak hanya merupakan kegiatan karikatif perusahaan dan
tidak terbatas hanya pada pemenuhan aturan hukum semata (Lesmana, 2007).
Di Indonesia, CSR telah menjadi bagian dari kewajiban perusahaan seiring
dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. Dalam Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tersebut termaktub kewajiban bagi Perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam untuk
melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Ketentuan lebih lanjut
mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perseroan Terbatas.
Kewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial bagi perusahaan
sebelumnya telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

2

Penanaman Modal. Dalam ketentuan Pasal 15 huruf b Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2007 tersebut diatur bahwa salah satu kewajiban penanaman modal adalah
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Kewajiban ini melekat bagi
semua penanam modal baik itu penanaman modal dalam negeri maupun penanam
modal asing. Tanggung sosial yang dimaksud adalah tanggung jawab yang
melekad pada setiap perusahaan penanaman modal, baik penanaman modal dalam
negeri maupun penanaman modal asing untuk tetap menciptakan hubungan yang
serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya
masyarakat setempat.
Dampak dari terbitnya produk hukum yang mengatur adanya kewajiban
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan tersebut, beberapa pemerintah
provinsi dan kabupaten/kota turut serta menerbitkan peraturan daerah yang
mengatur tentang kewajiban pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan.
Khusus di Kabupaten Sumbawa Barat, kewajiban pelaksanaan tanggung
jawab sosial perusahaan telah dikukuhkan dengan diterbitkannya Peraturan
Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 34 Tahun 2011 tentang Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan. Dari sisi waktu, peraturan daerah ini lebih dahulu terbit
daripada Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 6 Tahun 2012
tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan.
Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 34 Tahun 2011
bahkan lebih dahulu terbit dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47
Tahun 2012 sebagai pelaksanaan dari UU Nomor 47 Tahun 2007. Hal ini
menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat memandang bahwa
pelaksanaan kewajiban tanggung jawab sosial perusahaan sebagai salah satu
strategi dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial dan kualitas hidup
masyarakat.
Latar Belakang
Tambang Batu Hijau merupakan tambang tembaga dengan mineral ikutan
emas dan terletak di sebelah barat daya pulau Sumbawa, di Kecamatan
Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat.
Tambang Batu Hijau dioperasikan oleh PT Newmont Nusa Tenggara
(PTNNT) yang merupakan perusahaan patungan dimiliki oleh Nusa Tenggara
Partnership B.V, PT Multi Daerah Bersaing (PTMDB), PT Pukuafu Indah dan PT
Indonesia Masbaga Investama. Newmont dan Sumitomo bertindak sebagai
operator PTNNT yang melakukan penambangan di Batu Hijau.
Dalam rangka menjamin keberlanjutan Proyek Batu Hijau, PTNNT
memastikan diri mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia. Selain itu, PTNNT juga memerlukan izin sosial (social licence) dari
masyarakat dan pemerintah setempat. Oleh karena itu, PTNNT menyelenggarakan
kegiatan pengembangan masyarakat sebagai salah satu bentuk tanggung jawab
sosial perusahaan (corporate social responsibility) atau sering disingkat dengan
istilah CSR.
Dalam menyelenggarakan program CSR, PTNNT menyusun program kerja
yang dilakukan dengan mempertimbangkan masukan dari para pemangku
kepentingan (stakeholder) baik masyarakat, pemerintah daerah, lembaga swadaya
masyarakat (LSM) dan akademisi. Secara garis besar kegiatan pemberdayaan dan

3

pembangunan yang dilakukan oleh PTNNT tertuang di dalam Rencana Strategi
Program Pengembangan Masyarakat.
Salah satu bentuk CSR PTNNT adalah peningkatan ekonomi masyarakat
melalui pemberian Dana bergulir untuk pembiayaan usaha mikro kepada
masyarakat yang disalurkan melalui Yayasan Olat Perigi (YOP) yang merupakan
salah satu mitra kerjasama perusahaan dalam melakukan kegiatan pemberdayaan
ekonomi masyarakat.
YOP merupakan yayasan yang dibentuk oleh para tokoh masyarakat di
sekitar wilayah operasional PTNNT pada Tahun 1999 yang meliputi Kecamatan
Jereweh, Maluk dan Sekongkang Kabupaten Sumbawa Barat. Pembentukannya
dihajatkan hanya untuk menjadi wadah bagi masyarakat untuk dapat mengakses
berbagai program peningkatan ekonomi yang diselenggarakan PTNNT. Dengan
demikian, sejak dibentuk pada Tahun 1999, YOP hanya menjalankan programprogram yang disepakatinya dengan PTNNT. Seluruh anggaran untuk operasional
kegiatan YOP hanya berasal dari PTNNT.
Setidaknya dalam periode Tahun 2011 sampai dengan 2013, PTNNT telah
menyalurkan dana sebesar Rp. 4.950.000.000,- untuk program pembiayaan usaha
mikro yang dikelola oleh YOP. Jumlah Dana tersebut meningkat dalam setiap
tahun seiring dengan pemberian tambahan sebesar Rp.1.980.000.000 kepada
YOP. Dana yang sangat besar diharapkan dapat digunakan secara efektif dan ikut
serta membangun ekonomi masyarakat (Masra; Praktek Lapangan II).
Sejumlah dana tersebut dapat diakses oleh pelaku usaha kecil dari semua
desa di Kabupaten Sumbawa Barat terutama pelaku usaha yang berasal dari
wilayah Lingkar Tambang PTNNT yang meliputi 3 Kecamatan yaitu Kecamatan
Jereweh, Kecamatan Maluk dan Kecamatan Sekongkang.
Keberhasilan pelaksanaan program pembiayaan mikro ini tentu bergantung
pada beberapa aspek mulai dari kelembagaan, manajemen pembiayaan,
manajemen keuangan dan strategi pengembangan. Aspek kelembagaan terkait
dengan tugas dan tanggung jawab berbagai unit kerja organisasi YOP dalam
pengelolaan program pembiayaan usaha mikro. Manajemen keuangan terkait
dengan pengelolaan informasi keuangan yang tersedia dalam program
pembiayaan mikro. Adapun manajemen pembiayaan terkait dengan pengelolaan
batasan-batasan segmentasi sasaran pembiayaan, tata cara permohonan, evaluasi,
pengambilan keputusan, pencairan, pemantauan, pengelolaan pinjaman,
pencatatan, pendokumentasian dan kode etik pembiayaan. Sedangkan strategi
pengembangan sangat terkait dengan upaya-upaya strategis yang ditempuh untuk
mensukseskan program pembiayaan usaha mikro dengan memaksimalkan
sumberdaya unggulan untuk pencapaian sasaran kinerja program pembiayaan
mikro. Termasuk dalam bagian strategi pengembangan adalah memantapkan
perencanaan usaha dan prosedur-prosedur standar dalam penyelenggaraan
program pembiayaan usaha mikro.
Selama ini, perencanaan program pembiayaan usaha mikro YOP masih
dilakukan bersifat top-down. Artinya bahwa semua kententuan, persyaratan
pembiayaan, pendampingan dan model evaluasi ditentukan oleh PTNNT dan
YOP. Pola perencanaan, penerapan prosedur-prosedur standar yang berlaku dalam
dalam berbagai aspek tersebut perlu dikaji lebih lanjut tentang efektifitas
kontribusinya terhadap keberhasilan program pembiayaan usaha mikro yang
diselenggarakan YOP. Oleh karena itu, untuk mengetahui efektifitas program

4

pembiayaan usaha mikro yang diselenggarakan PTNNT melalui YOP, perlu
dilakukan evaluasi program.
Evaluasi program yang dimaksud adalah serangkaian kegiatan yang sengaja
dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan program. Menurut Suharsimi
Arikunto (1993: 279), evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan.
Oleh karena itu, evaluasi program merupakan kesatuan kegiatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi yang merealisasi atau mengimplementasi dari
suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi
dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang guna pengambilan
keputusan. Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui pencapaian tujuan
program yang telah dilaksanakan.
Dalam konteks program pembiayaan usaha mikro YOP, hasil evaluasi
program yang dilaksanakan dapat digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan
kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan keputusan berikutnya
terhadap berbagai prosedur dan skema pembiayaan usaha mikro yang telah
berlangsung. Manfaat dari evaluasi program ini dapat berupa penghentian
program, merevisi program, melanjutkan program, dan menyebarluaskan program
pembiayaan usaha mikro tersebut.
Dalam pelaksanaan program tersebut, keberhasilan pelaksanaannya tidak
terlepas dari pengaruh internal dan eksternal baik yang bersifat mendukung
maupun yang bersifat menghambat. Pengaruh internal dan eksternal yang bersifat
menghambat harus diminimalisir, sedangkan pengaruh internal dan eksternal yang
bersifat mendukung harus terus dikembangkan sehingga pelaksanaan program
pembiayaan usaha mikro ini bisa berjalan efektif.
Terutama di desa-desa yang termasuk dalam wilayah Lingkar Tambang
PTNNT yang meliputi desa-desa di Kecamatan Jereweh, Maluk dan Sekongkang
perlu dilakukan evaluasi secara komprehensif. Hal ini penting dilakukan
mengingat desa-desa yang di wilayah Lingkar Tambang PTNNT merupakan
entitas masyarakat yang terkena dampak langsung operasional perusahaan.
Kegagalan dalam pencapaian tujuan peningkatan ekonomi masyarakat melalui
program pembiayaan usaha mikro ini akan menimbulkan citra dan persepsi yang
cenderung negatif bagi PTNNT.
Salah satu desa yang paling dekat secara geografis dengan wilayah
operasional PTNNT adalah Desa Maluk Kecamatan Maluk Kabupaten Sumbawa
Barat. Desa Maluk merupakan salah satu desa yang menjadi sentra pemukiman
karyawan langsung PTNNT maupun Karyawan Kontraktor dan Sub Kontraktor
yang mendukung operasional PTNNT. Selain itu, Desa Maluk juga merupakan
salah satu sentra kegiatan ekonomi masyarakat yang berkembang semenjak
PTNNT mengoperasikan Proyek Batu Hijau.
Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan kajian untuk mengevaluasi
bagaimana Efektifitas Program Pembiayaan Usaha Mikro Yayasan Olat Perigi
dalam ikut serta meningkatkan ekonomi masyarakat di Desa Maluk Kabupaten
Sumbawa Barat?

5

Perumusan Masalah
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 semakin memberi ruang
yang luas kepada yayasan untuk mengambil bagian dalam pembangunan nasional.
Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota. Salah satu yayasan yang
mempunyai kiprah cukup besar dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten
Sumbawa Barat sejalan dengan beroperasinya PTNNT di Batu Hijau adalah
Yayasan Olat Perigi (YOP). Keberadaan YOP tentu bertujuan memberikan
sumbangsih pikiran dan tenaga dan mengambil bagian dalam meningkatkan taraf
hidup masyarakat serta mendukung program pembangunan yang diselenggarakan
oleh pemerintah.
Dengan mengelola dana pengembangan masyarakat dari PTNNT, YOP
telah menjadi yayasan yang berperan besar dalam pengembangan ekonomi
masyarakat di wilayah operasional PTNNT. Dalam 15 tahun terakhir ini, YOP
telah menjadi mitra PTNNT dalam penyelenggaraan program pembiayaan usaha
mikro di Kabupaten Sumbawa Barat. Program tersebut telah memberi sumbangsih
yang nyata dalam peningkatan taraf hidup masyarakat dan kesejahteraan
masyarakat di sekitar wilayah operasional PTNNT. Namun demikian, hingga saat
ini masih terdapat anggapan di masyarakat bahwa program pembiayaan usaha
mikro yang diselenggarakan YOP belum memberikan manfaat yang maksimal
dalam usaha meningkatkan ekonomi masyarakat setempat karena konsistensi
YOP dalam menjalankan prosedur-prosedur operasional standar yang tidak
berjalan dalam penentuan sasaran pembiayaan program. Oleh karena itu,
berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan melakukan analisa secara
mendalam bagaimana implementasi program pembiayaan usaha mikro YOP
dalam meningkatkan Ekonomi masyarakat Desa Maluk Kabupaten
Sumbawa Barat?
Dalam menjalankan program pembiayaan usaha mikro, keberhasilan YOP
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di sekitar kegiatan usaha tersebut, baik yang
berasal dari internal maupun eksternal. Faktor-faktor internal biasanya berupa
kekuatan dan kelemahan dalam setiap kegiatan. Begitu juga dengan faktor
eksternal dapat juga berupa peluang dan ancaman kelangsungan program.
Pengelolaan kekuatan untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman
eksternal membutuhkan kemampuan manajerial yang handal dari pengurus YOP
dan pengelola program. Begitu pula halnya dengan upaya mengurangi kelemahankelemahan yang barangkali menjadi faktor penghambat dalam meningkatkan
kinerja program, harus mampu dirumuskan dengan langkah-langkah strategis dan
taktis oleh pengurus YOP dan pengelola program.
Oleha karena itu, dibutuhkan kemampuan manajerial yang sepadan dengan
permasalahan yang berkembang dalam penyelenggaraan program sehingga
pengelolaan program pembiayaan usaha mikro yang diselenggarakan YOP dapat
memberi sumbangsih yang positif untuk perkembangan usaha ekonomi
masyarakat. Kemampuan manajerial ini akan mampu mengatasi kesenjangan
(gap) antara target program dengan capaian aktual yang ada.

6

Kemampuan manajerial pengurus YOP dan pengelola program akan
berpengaruh terhadap keberhasilan program. Oleh karena itu, dibutuhkan
manajemen yang mampu merumuskan dan menjalan prosedur kelembagaan,
manajemen pembiayaan, manajemen keuangan dan strategi pengembangan yang
handal dalam menjalankan program.
Kegagalan manajemen YOP dan pengelola program dalam merumuskan dan
menjalan prosedur kelembagaan, manajemen pembiayaan, manajemen keuangan
dan strategi pengembangan akan berdampak serius terhadap pencapaian target
kinerja program. Berbagai prosedur standar yang dirumuskan harus mampu
memberikan jaminan secara teoritis maupun praktis bahwa program akan berjalan
dengan baik dan mampu mewujudkan tujuan program yang telah direncanakan.
Saat ini YOP telah mempunyai rumusan Standard Operational Procedure
(SOP) aspek kelembagaan, manajemen pembiayaan, manajemen keuangan dan
strategi pengembangan program pembiayaan usaha mikro. Namun demikian,
berbagai prosedur tersebut perlu diukur keberhasilannya dalam mendukung
pencapaian dampak program dalam peningkatan ekonomi masyarakat. Pengujian
ini terutama perlu dilakukan di tengah masyarakat yang heterogen seperti di Desa
Maluk Kecamatan Maluk Kabupaten Sumbawa Barat.
Desa Maluk sebagai sentra pemukiman karyawan PTNNT maupun
Karyawan Kontraktor PTNNT telah mengalami perubahan pesat secara sosial dan
ekonomi dalam 15 tahun terakhir ini. Seiring dengan perubahan tersebut,
dinamika permasalahan juga semakin komplek sebagai salah karakter masyarakat
urban.
Masyarakat pendatang dan masyarakat penduduk asli bercampur menjadi
satu dalam kompetisi ekonomi yang sulit dikendalikan. Kondisi yang ada di Desa
Maluk menampilkan wajah Desa Maluk yang terpolarisasi. Di satu sisi terdapat
masyarakat pendatang dengan keunggulan sumberdaya manusia, kesiapan modal,
dan kemampuan adaptasi yang tinggi dengan situasi sosial yang ada. Di sisi lain
terdapat masyarakat penduduk asli yang kualitas sumberdayanya berada di bawah
kemampuan masyarakat pendatang dengan kemampuan kompetisi dan adaptasi
perubahan lingkungan yang rendah. Gambaran ini menunjukkan adanya
kesenjangan yang harus diantisipasi. Salah satunya dengan dengan
memaksimalkan program pembiayaan usaha mikro yang diselenggarakan oleh
PTNNT melalui YOP.
Upaya peningkatan ekonomi masyarakat melalui program pembiayaan
usaha mikro YOP yang disertai dengan pelatihan usaha dapat menjadi aksi
penguatan (affirmative action) bagi masyarakat penduduk asli Desa Maluk
sehingga berada pada posisi start yang sepadan dengan masyarakat pendatang.
Kaitan dengan program tersebut, masih diperlukan evaluasi yang mendalam untuk
mengetahui bagaimana program pembiayaan usaha mikro YOP terhadap
ekonomi masyarakat di Desa Maluk Kabupaten Sumbawa Barat?
Program microfinance ini diharapkan memiliki efek positif dalam rangka
meningkatkan produktifitas masyarakat terutama debiturnya. oleh karenanya
menjadi menarik untuk mengetahui Efektivitas Program Pembiayaan Usaha
Mikro YOP dalam meningkatkan Ekonomi Masyarakat di Desa Maluk,
Kabupaten Sumbawa Barat?
Dengan mengetahui dampak program Usaha mikro YOP dalam peningkatan
ekonomi masyarakat di Desa Maluk akan mengantarkan pemahaman pada

7

kelemahan-kelemahan dan kendala-kendala yang masih tersedia baik secara
internal maupun eksternal dalam penyelenggaraan program pembiayaan usaha
mikro.
Pengetahuan tentang kelemahan-kelemahan dan kendala-kendala dalam
pencapaian kinerja program dapat memberikan arah bagi perumusan strategi yang
relevan. Perumusan strategi yang tepat dapat membantu Pengurus YOP maupun
Pengelola Program dalam mengalokasikan sumber daya organisasi ke dalam suatu
kegiatan yang aktif yang didasarkan pada kondisi internal dan kelemahan relatif
organisasi, serta dapat mengantisipasi perubahan lingkungan program YOP.
Rumusan strategi harus bersifat adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal
serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi kelembagaan
program.
Upaya peningkatan ekonomi masyarakat yang diselenggarakan YOP
melalui program pembiayaan usaha mikro masih memerlukan kerja keras dan
lebih serius lagi dari para pemangku kepentingan (stakeholder) yang ada untuk
merumuskan strategi baru yang lebih efektif untuk mencapai tujuan memperluas
kesempatan kerja dan/atau peluang usaha, serta mengatasi pengangguran bagi
masyarakat. Untuk bisa memberi manfaat yang lebih maksimal, maka diperlukan
rumusan strategi yang lebih baik dan adaftif terhadap perubahan. Oleh karena itu,
penelitian juga akan menkaji strategi apa yang digunakan oleh YOP dalam
meningkatkan ekonomi masyarakat di Desa Maluk Kabupaten Sumbawa
Barat?
Tujuan Kajian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi Efektifitas
Program Yayasan Olat Perigi Dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Desa
Maluk, Sumbawa Barat. Sedangkan tujuan khususnya adalah:
1. Menganalisis implementasi program pembiayaan usaha mikro YOP
dalam meningkatkan perekonomian masyarakat desa Maluk Kabupaten
Sumbawa Barat.
2. Menganalisis dampak pelaksanaan program pembiayaan usaha mikro
YOP terhadap perekonomian masyarakat di Desa Maluk Kabupaten
Sumbawa Barat.
3. Menganalisis Efektivitas Program Pembiayaan Usaha Mikro YOP
dalam meningkatkan perekonomian Masyarakat di Desa Maluk,
Kabupaten Sumbawa Barat.
4. Merumuskan strategi yang digunakan oleh YOP dalam meningkatkan
perekonomian masyarakat melalui program pembiayaan usaha mikro di
Desa Maluk Kabupaten Sumbawa Barat.
Manfaat Kajian
Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dan PTNNT dalam mengukur
dampak sosial keberadaan kegiatan pertambangan memerlukan kajian-kajian yang
mendalam. Hasil kajian tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengukur kinerja
program yang telah dilaksanakan, melihat kekurangan dan kelebihannya serta
bagaimana efektifitasnya dalam pelaksanaannya di masyarakat. Bertolak dari ini,

8

perusahaan dapat menyusun strategi baru atau menyempurnakan strategi yang
telah tersedia untuk pelaksanaan program berikutnya.
Manfaat yang diharapkan dari evaluasi efektifitas Program YOP dalam
peningkatan ekonomi masyarakat di Desa Maluk Kabupaten Sumbawa Barat ini
antara lain:
1. Untuk bahan masukan bagi pengambil kebijakan dan pihak-pihak yang
terkait lainnya dalam menyusun strategi program peningkatan ekonomi
masyarakat.
2. Dapat bermanfaat sebagai panduan bagi pihak-pihak lain dalam
penyusunan strategi pembangunan ekonomi masyarakat.
3. Dapat bermanfaat dan digunakan sebagai salah satu rujukan penelitian
lanjutan dengan teman peningkatan ekonomi masyarakat.
Ruang Lingkup Kajian
Kajian dilakukan untuk melihat Efektifitas Program YOP dalam usaha
meningkatkan perekonomian masyarakat di Desa Maluk Kabupaten Sumbawa
Barat. Sebagai desa yang heterogen yang terdiri dari berbagai macam suku tentu
tidak bisa melepas diri dari dampak negatif antara lain munculnya kesenjangan
sosial ekonomi antara masyarakat penduduk asli dengan masyarakat pendatang.
Kesenjangan ini diharapkan dapat berkurang dengan adanya program pembiayaan
usaha mikro yang dilakukan oleh YOP di Desa Maluk.
Berikut rumusan lingkup kajian untuk melihat Efektifitas Program YOP
dalam peningkatan perekonomian masyarakat Desa Maluk Kabupaten Sumbawa
Barat sebagai berikut:
1. Metode yang digunakan adalah Indepth Interview, FGD, studi dokumen,
observasi lapangan dan kusioner;
2. Rujukan yang digunakan dalam kajian ini adalah dokumen laporan
tahunan program kegiatan Usaha mikro YOP, Program Rencara Strategi
Community Development PTNNT tahun 2009 – 2013;
3. Analisa evaluasi difokuskan untuk melihat efektifitas program usaha
mikro YOP yang berkaitan dengan pengembangan ekonomi masyarakat
dan didanai oleh PTNNT 2011-2012;
4. Cakupan wilayah evaluasi adalah dikhususkan di Desa Maluk
Kecamatan Maluk Kabupaten Sumbawa Barat; dan
5. Secara khusus kajian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
merumuskan kebijakan baru dalam usaha mengurangi kesenjangan
sosial ekonomi serta meningkatkan taraf hidup masyarakat asli Desa
Maluk.

9

2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan tentang efektifitas program dan pemberdayaan
ekonomi masyarakat, kesesuaian program dan kebijakan, proses partisipasi dan
tingkat partisipasi serta efektivitas pengembangan ekonomi yang akan dituangkan
dalam bentuk kerangka pemikiran kajian.
Corporate Social Responsibility (CSR)
Pemerintah Republik Indonesia telah mengatur semua hal yang terkait
dengan Corporate Social Responsibility (CSR) atau lebih dikenal dengan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TSP). Melalui Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) dan Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yang menyatakan bahwa setiap
perseroan atau penanam modal berkewajiban untuk melaksanakan tanggung
jawab sosial perusahaan. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung
terjalinnya hubungan perusahaan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan
lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Pengaturan CSR juga
bertujuan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungannya. Melalui Undang-undang
tersebut, pemerintah telah menjadikan kegiatan CSR sebagai kewajiban yang
harus dilakukan oleh semua perusahaan.
Radyati (2008) menerangkan bahwa CSR merupakan keputusan strategis
yang perencanaanya melibatkan semua bagian dalam perusahaan, serta harus
direncanakan sejak awal dengan dampak yang diharapkan bukan untuk jangka
pendek. Perusahaan harus mampu menjalin hubungan baik yang konstruktif
dengan berbagai kalangan, proaktif, memimpin inovasi, dan menemukan cara-cara
baru demi kelangsungan dan keamanan bisnis.
Tujuan akhir dari kegiatan CSR adalah pembangunan berkelanjutan. Menurut
Munier, (2005) seperti yang di kutip Radyati (2008), Pembangunan yang
berkelanjutan adalah suatu proses perubahan yang dapat diukur secara kualitatif.
Dalam hal ini yang berubah tidak hanya aspek ekonomi, akan tetapi aspek sosial
dan lingkungan.
Dalam konteks pemberdayaan ekonomi lokal, CSR bukan hanya
bagaimana perusahaan menyusun dan menjalankan program untuk membantu
masyarakat atau membantu Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang ada di sekitar
lokasi tempat perusahaan tersebut beroperasi. Pemberdayaan ekonomi lokal
berarti memampukan masyarakat sekitar agar dapat mandiri secara ekonomi dan
dapat menjadi pemacu atau memberi multiplier effect perkembangan ekonomi
masyarakat (Radyati, 2008).
Budimanta dalam Rudito dan Famiola (2013) menyebutkan bahwa,
Community Development adalah kegiatan pembangunan masyarakat yang
dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses
masyarakat guna mencapai kondisi sosial ekonomi dan kualitas kehidupan yang
lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan sebelumnya.
Secara hakikat, Community Development merupakan suatu proses adaptasi sosial

10

budaya yang dilakukan oleh industri, pemerintah pusat dan daerah terhadap
kehidupan komunitas lokal yang dikutip Rudi dalam Rudito dan Famiola (2013).
Implementasi Dan Manfaat CSR
Radyati (2008), Puncak CSR di Indonesia terjadi pada Tahun 2005.
Pemberian CSR Award yang diselenggarakan oleh Corporate Forum for
Community Development (CFCD) yang bekerjasama dengan beberapa lembaga,
merupakan momentum penting dalam meningkatkan kesadaran perusahaan akan
keharusan memasukan CSR sebagai bagian integral strategi bisnis.
Isu Hak Asasi Manusia (HAM) sebagai isu demokrasi yang diusung oleh
masyarakat global memberi implikasi positif dalam usaha penguatan hak-hak
masyarakat sipil. Pemerataan kesempatan dalam meningkatkan taraf hidup
masyarakat lokal dengan tetap memperhatikan pelestarian lingkungan telah
menjadikan perusahaan sebagai mitra strategis yang baik.
Dengan demikian sudah semestinya implementasi kebijakan CSR
dilakukan dengan persiapan yang matang. Manajemen perusahaan harus
menguasai tahapan-tahapan kegiatan serta sasaran yang ingin dicapai. Untuk
mencapai hal tersebut, jaminan ketersediaan sumber daya pendukung mutlak
diperlukan. Keseluruhan tanggung jawab manajemen ini adalah saling berkaitan
antara membimbing, mengkoordinasi, memotivasi, dan mengendalikan kegiatan
program, mengukur serta menentukan efisiensi pelaksanaan rencana tersebut.
PT. NNT di dalam menjalankan Kebijakan Tanggung Jawab Sosialnya, tidak bisa
lepas dari Visi Perusahaan, yaitu menjadi perusahaan tambang yang paling
dihargai dan dihormati melalui pencapaian kinerja terdepan dalam industri
tambang. Mewujudkan kepemimpinan di bidang keselamatan kerja, pengelolaan
lingkungan dan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk mencapai
misi tersebut.
Dalam implementasi kebijakannya, PT.NNT melakukan kerja sama
dengan dengan Pemerintah Daerah dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Salah satu
di antaranya dengan Yayasan Olat Perigi (YOP). Sesuai visinya, YOP merupakan
lembaga yang mandiri dan berkelanjutan. Memiliki sumber daya manusia yang
kapabel dan profesional dalam mengembangkan program secara partisipatif dan
inovatif serta mengembangkan kemitraan yang konstruktif. Sebagai mitra strategis
PT.NNT dan dalam menjalankan programnya, YOP telah merumuskan 4 (empat)
misi sebagai rencana strategis dalam menjalankan kegiatannya, yakni:
1. Mendorong terjadinya tata kelola kelembagaan yang transparan dan
akuntable;
2. Meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia menjadi tenaga yang
kapabel dan profesional dalam bidangnya;
3. Mendorong pengembangan program pemberdayaan dan strategis dan
inovatif;
4. Mendorong terwujudnya kemitraan yang konstruktif dan kesetaraan.
Berdasarkan Visi dan Misi YOP tersebut, implementasi CSR PT. NNT
diharapkan dapat memberi manfaat yang positif dan efektif dalam
meningkatkan taraf ekonomi masyarakat serta dapat meningkatkan modal
sosial komunitas. Mendorong kemitraan yang setara, akan terbentuknya
jalinan yang baik dengan pemangku kepentingan. Hubungan yang baik ini

11

dapat dijadikan license social dalam menjamin kelangsungan operasional
perusahaan. Berkurangnya risiko eksternal perusahaan bisa memberi
waktu yang cukup bagi manajemen perusahaan untuk memusatkan
perhatian dalam usaha mencapai target-target yang telah disusun.
Di samping itu, manfaat CSR juga dapat mengurangi ketergantungan
jangka panjang dari masyarakat, dan meminimalkan terjadinya keterlambatan atau
penghentian pembiayaan oleh investor, bank atau agen pembiayaan akibat konflik
antara perusahaan dengan masyarakat.
Usaha Mikro
Definisi Usaha Mikro menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UU-UMKM) adalah usaha produktif
milik perorangan dan/atau badan Usaha perorangan yang memenuhi kriteria
Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Di dalam Pasal 6
menjelaskan kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan Usaha Mikro (UM)
adalah memiliki nilai kekayaan bersih atau aset paling banyak Rp. 50.000.000,
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan
paling banyak Rp. 300.000.000. Kriteria Usaha Kecil (UK) adalah memiliki nilai
kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000 sampai dengan paling banyak
Rp. 500.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki
hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000 sampai dengan paling banyak
Rp. 2.500.000.000. Sedangkan kriteria Usaha Menengah (UM) adalah memiliki
nilai kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.0000 sampai dengan paling banyak
Rp. 10.000.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, memiliki
hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000 sampai dengan paling
banyak Rp. 50.000.000.000.
Definisi Usaha Mikro menurut Bank Indonesia seperti dikutip Lingga dan
Hamida (2009) adalah kredit yang besaranya Rp. 1.000.000 sampai dengan Rp.
50.000.000. Dari definisi ini tergambar bahwa di lingkungan kita terdapat sangat
banyak jenis usaha yang memenuhi kriteria Usaha Mikro.
Untuk mengenali Usaha Mikro ada beberapa ciri khusus yang dapat kita
jadikan rujukan (Lingga dan Hamida ,2009), yakni; Pertama, tidak menggunakan
system formal, biasanya tergantung kepercayaan; Kedua, Lebih mengutamakan
hubungan secara emosional, sering kali logika aturan kurang diperhatikan; Ketiga,
hampir semuanya bersifat estimasi (perkiraan), tidak ada yang bisa hitung secara
pasti; Keempat, Umumnya usaha dijalankan memiliki lebih dari satu jenis produk,
cenderung tidak fokus pada satu bidang usaha; Kelima, Perputaran usahanya
bersifat harian, berapa pun hasilnya yang didapat dalam satu hari, uangnya akan
langsung dibelanjakan barang dagangan lagi; Keenam, Usaha yang dijalankan
sangat tergantung kepada pemilik usaha karena dikelola sendiri oleh pemiliknya;
Ketujuh, Pelaku Usaha Mikro menggunakan mindset yang simple, tidak suka halhal yang bersifat complicated. Transaksi jual beli tunai, bukan menggunakan cek
atau giro. Sehingga hampir tidak ada pencatatan pembukuan usaha. Kalaupun ada,
biasanya dilakukan secara sederhana, tidak menggunakan system komputerisasi.
Bisnis ini bisa digolongkan ke dalam High Risk High Profit Business.
Bisnis yang cukup beresiko kerugian, tetapi jika dikelola dengan benar dan
disiplin, maka bisnis bisa sangat menguntungkan. Oleh karena itu treatment dalam

12

usaha ini berbeda dengan usaha kredit yang lain pada umumnya dan memerlukan
strategi khusus agar risiko dapat diukur dan diminimize.
Dalam proses pemberian kredit, bank harus memperhatikan prinsipprinsip pemberian kredit yang benar. Artinya sebelum suatu fasilitas kredit
diberikan maka bank harus merasa yakin terlebih dahulu bahwa kredit yang
diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil
penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh lembaga
keuangan dapat dilakukan dengan berbagai prinsip untuk mendapatkan keyakinan
tentang nasabahnya. Ada beberapa prinsip-prinsip penilaian kredit yang sering
dilakukan yaitu dengan analisis 5 C dan 7P. Penjelasan analisis 5C (Kasmir, 2004)
adalah sebagai berikut:
1. Character menganalisis watak dari peminjam sangat penting untuk
diperhatikan.
2. Capacity menganalisis faktor kemampuan untuk mengetahui kesungguhan
nasabah melunasi hutangnya.
3. Capital menganalisis modal untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam memikul beban pembiayaan yang dibutuhkan dan kemampuan
dalam menanggung beban resiko yang mungkin dialami perusahaan.
4. Collateral menganalisis jaminan untuk diteliti keabsahan dan
kesempurnaannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang
dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.
5. Condition menganalisis kondisi ekonomi, sosial dan politik yang ada
sekarang dan prediksi untuk dimasa yang akan datang.
Penilaian kredit dengan menggunakan 7P (Kasmir, 2004) adalah sebagai berikut:
1. Personality yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah
laku sehari-hari maupun kepribadian masa lalu.
2. Party yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau
golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.
3. Purpose yaitu mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit
termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.
4. Prospect yaitu menilai usaha nasabah di masa akan datang
menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai prospek atau
sebaliknya.
5. Payment yaitu ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit
yang telah diambil atau sumber dana untuk pengembalian kredit.
6. Profitability yaitu menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam
mencari laba.
7. Protection yaitu bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan
mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan benarbenar aman.
Lembaga Swadaya Masyarakat
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah kumpulan para ahli yang
memberi saran kepada pemerintah tentang suatu masalah secara netral atau koalisi
dari perwakilan kalangan industri yang menyampaikan pemikirannya kepada
pemerintah (Nagy, Magdolna, Toth, et al., 1994 di dalam Zubaedi, 2012). LSM
termasuk salah satu bagian dari organisasi Civil Society yang menaruh perhatian

13

pada unsur-unsur kemasyarakatan yang umumnya dikelola dalam wadah
kelompok sosial serta memobilisasi sumber daya berdasarkan nilai-nilai dan visi
sosial (Brown, David, L. & Kalegaonkar, Archana, 1999 di dalam Zubaedi (2012).
Kenny, Susan, 1994 di dalam Zubaedi (2012), menerangkan bahwa LSM adalah
organisasi non-profit dan non-pemerintah. Sasaran LSM adalah menjadikan
kelompok masyarakat kurang beruntung untuk lebih berswadaya setelah program
kemasyarakatan berakhir.
Masing-masing kelembagaan masyarakat yang ada mempunyai fungsi
yang berbeda-beda sesuai kebutuhan masyarakat (Zubaedi, 2012). Lembagalembaga kemasyarakatan di pedesaan setidak-tidaknya dikelompokkan menjadi
empat jenis:
1. Lembaga kekerabatan (kindship institution), yang berfungsi untuk memenuhi
keperluan kekerabatan. Jenis lembaga ini antara lain meliputi; lembaga adat,
lembaga perkawinan, kelompok kerukunan keluarga.
2. Kelembagaan masyarakat yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
perekonomian seperti produksi, permodalan, dan pemasaran. Jenis lembaga ini
antara lain: kelompok tani, kelompok nelayan, KUD, lumbung padi.
3. Lembaga politik (political institution) yang berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan distribusi kekuasaan dan wewenang dalam mengatur urusan-urusan
masyarakat. Jenis lembaga ini antara lain pemerintah desa dan BPD.
4. Lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya seperti lembaga pendidikan
(Sekolah), lembaga pelayanan kesehatan, lembaga keamanan desa, lembaga
rohaniwan atau keagamaan, lembaga kepemudaan.
Lembaga-lembaga ini dirangkul oleh para aktivitas LSM sebagai partner
atau mitra dalam menyukseskan proses perencanaan dan pelaksanaan program.
Meskipun demikian, LSM tetap berinisiatif membentuk se