Strategi Penguatan Program Pembangunan Bisnis Lokal PT. Newmont Nusa Tenggara Untuk Keberdayaan Pengusaha Lokal (Studi Di Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat).

STRATEGI PENGUATAN PROGRAM PEMBANGUNAN
BISNIS LOKAL PT. NEWMONT NUSA TENGGARA
UNTUK KEBERDAYAAN PENGUSAHA LOKAL
(Studi di Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat)

WAWAN SETIYAWAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Strategi Penguatan
Program Pembangunan Bisnis Lokal PT. Newmont Nusa Tenggara untuk
Keberdayaan Pengusaha Lokal (Studi di Kecamatan Sekongkang, Kabupaten
Sumbawa Barat) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Wawan Setiyawan
NRP I354120265

RINGKASAN
WAWAN SETIYAWAN, Strategi Penguatan Program Pembangunan Bisnis
Lokal PT. Newmont Nusa Tenggara untuk Keberdayaan Pengusaha Lokal (Studi
di Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat). Dibimbing oleh RILUS
A KINSENG dan NINUK PURNANINGSIH
Newmont Mining Corporation (Nemwont) telah mengadopsi nilai-nilai
sustainable development dan konsep sustainable mining dengan membentuk divisi
disebut Sustainability & External Relation (S&ER). S&ER telah menetapkan
standar kebijakan dan prosedur yang terkait dengan pembangunan ekonomi lokal
yaitu standar no 19 mengenai community invesment and development dan standar
no 20 mengenai local employment and procurement. Tujuan umum dari kedua

standar tersebut adalah bahwa investasi dan program mampu berkontribusi pada
hasil-hasil yang berkelanjutan dan mendorong aktifitas ekonomi berkelanjutan
setelah tambang berakhir. PT.NNT sebagai bagian dari Newmont, dalam konteks
pembangunan ekonomi (bisnis) lokal telah menetapkan program Local Business
Initiative (LBI) yang lebih fokus pada pengembangan pengusaha lokal rekan
bisnis PT.NNT.
Kajian ini bertujuan untuk: (1) mengindentifikasi profil pengusaha lokal
mitra bisnis PT.NNT di Kecamatan Sekongkang; (2) menganalisis kebijakan dan
strategi implementasi program pembangunan bisnis lokal di Kecamatan
Sekongkang; (3) menganalisis dampak implementasi strategi program
pembangunan bisnis lokal PT.NNT terhadap keberdayaan pengusaha lokal di
Kecamatan Sekongkang; (4) merancang
strategi
penguatan
program
pembangunan bisnis lokal PT.NNT yang meningkatkan keberdayaan pengusaha
lokal di Kecamatan Sekongkang.
Kajian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif didukung dengan
pendekatan kuantitatif melalui sensus. Hasil kajian menunjukkan bahwa profil
pengusaha lokal dalam konteks pembangunan bisnis berkelanjutan masih lemah

(lemah dalam kapasitas sumberdaya manusia, lemah dalam permodalan finansial).
Kapital sosial yang tergerus oleh kepentingan pragmatis jangka pendek menjadi
sala satu faktor utama yang melemahkan potensi kekuatan pengusaha lokal untuk
keberdayaan. Kebijakan dan strategi pembangunan bisnis lokal PT.NNT telah
sesuai dengan visi, misi dan tujuan S&ER Newmont, namun dalam
implementasinya menunjukkan bahwa pelaksanaan program pembangunan bisnis
lokal PT.NNT belum memberikan hasil-hasil yang mengarah pada keberdayaan
dan keberlanjutan.
Implementasi strategi program pembangunan bisnis lokal PT.NNT
memberikan dampak positif dan negatif ekonomi dan sosial terhadap pengusaha
dan masyarakat lokal di Kecamatan Sekongkang. Secara prinsip, dampak negatif
lebih mengemuka khususnya terkait dengan kapital sosial yang semakin tereduksi
akibat persaingan bisnis. Hasil kajian menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan
pengusaha lokal sangat tinggi terhadap keberadaan tambang Batu Hijau PT.NNT.
Alternatif strategi pembangunan bisnis lokal yang meningkatkan keberdayaan
pengusaha lokal dapat dilakukan melalui penguatan kapital sosial dan peningkatan
kapasitas pengusaha.
Kata kunci: strategi, pembangunan bisnis lokal, kapital sosial, keberdayaan

SUMMARY

WAWAN SETIYAWAN, the Strategi for Strengthening Local Business
Development Program for Local Businessmen Empowerment (A Study at
Sekongkang District, West Sumbawa Regency). Supervised by RILUS A
KINSENG and NINUK PURNANINGSIH

Newmont Mining Corporation (Nemwont) has adopted sustainable
development concepts and sustainable mining practices by having Sustainability
& External Relation (S&ER) division. S&ER has policies and standards for local
economic development with the standad no 19 about community invesment and
development and standar no 20 about local employment and procurement. The
objectives of these standards are ensuring that investments and programs
contribute to sustainable outcomes and support sustainable economic activities
after mining ceases. PT.NNT as part of Newmont, has initiated the program called
Local Business Initiative (LBI) with the focus on developing local business
partners through widely open opportunities on local procurement.
This study aims to: (1) identify profile of local business partners of
PT.NNT at Sekongkang District; (2) analizing policies and strategy on
implementing the program for local business development at Sekongkang District;
(3) analizing on the impacts of implementing the strategy on local business
development program to the empowerment of local businessmen at Sekongkang

District; (4) designing alternative strategies for strengthening the programs on
local businessmen development to improve the local businessmen empowerment
at Sekongkang District.
This study used a qualitative descriptive method supported with the
quantitative approach using cencus. The findings show that local businessmen
profile on business practice context is relatively weak (poor human capital and
financial capital). The poor on social capital also become on of main factor on
businessmen‟s empowerment. The policies and strategy for local business
development has proven that it is in line with the S&ER standards but the
problems rise on practices upon this standard implementation. It showed that the
implementation of the S&ER standards on local economic development could not
indicate a proven on achieving sustainable outcomes.
The impacts on the implemention of strategy for local business development
programs have shown that the negative impacts are stronger, especially the
weakening on social capital of local business communities as well as the high
dependence of local businessmen to Batu Hijau mine of PT.NNT. Thus,
alternatives strategies for achieving local businessmen empowerment shall be
taken by focusing on the social capital and human capital.
Key words: strategy, local business development, social capital, empowerment


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

STRATEGI PENGUATAN PROGRAM PEMBANGUNAN
BISNIS LOKAL PT. NEWMONT NUSA TENGGARA
UNTUK KEBERDAYAAN PENGUSAHA LOKAL
(Studi di Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat)

WAWAN SETIYAWAN

Tesis
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pofesional
Pada Program Studi Magister Pengembangan Masyarakat


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar saat Ujian Tesis: Dr Ir Lala M. Kolopaking MS

Judul Tesis

: Strategi Penguatan Program Pembangunan Bisnis Lokal
PT. Newmont Nusa Tenggara untuk Keberdayaan Pengusaha
Lokal
(Studi di Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa
Barat)
Nama Mahasiswa : Wawan Setiyawan
NRP
: I354120265
Program Studi
: Pengembangan Masyarakat


Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Rilus. A Kinseng, MA
Ketua

Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MS
Anggota

Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Pengembangan Masyarakat

Dekan Sekolah Pascsarjana

Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr


Tanggal Ujian: 18 September 2015

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Bimillahirrahmannirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya ilmiah (tesis) ini sesuai waktu yang telah ditetapkan sebagai salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar Magister Profesional Pengembangan Masyarakat
pada Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Tesis ini disusun
berdasarkan hasil penelitian pada bulan Juni – Desember 2014.
Penulis menyadari bahwa penyelesaian tesis ini tidak akan terwujud tanpa
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi tingginya kepada :
Bapak Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr, selaku Dekan Sekolah Pascasarjana Fakultas
Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.
Bapak Dr Ir Lala M Kolopaking, MS selaku Ketua Program Magister
Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Insitut Pertanian Bogor
yang sekaligus selaku penguji luar komisi.

Bapak Dr Ir Rilus A Kinseng, MA dan Ibu Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MS selaku
pembimbing.
Bapak Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS, para staff pengajar di Program Magister
Profesional Pengembangan Masyarakat, dan staf sekretariat (Ibu Susiyanti dan Ibu
Hetty) yang telah memberikan ilmu, dukungan dan fasilitas selama penulis
mengikuti pendidikan.
Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, Management PT.Newmont Nusa
Tenggara dan Universitas Cordova yang telah memberikan kesempatan, dukungan
dana dan fasilitas selama penulis mengikuti pendidikan.
Istri tercinta (Yusri Rahmania, SS) dan para putri tercinta (Julia Ramadhani,
Yanna Rahma dan Dzakia Sakhi) serta ibunda tercinta atas dukungan dan doa
yang diberikan selama ini.
Para tokoh masyarakat dan pengusaha di Kecamatan Sekongkang, Bapak Kepala
Kecamatan Sekongkang, rekan-rekan di PTNNT yang telah banyak membantu
proses kajian serta pengambilan data dilapangan.
Para sahabat mahasiswa MPM dari Kabupaten Sumbawa Barat atas dukungan dan
diskusi-diskusi selama ini.
Demikian, semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan memberikan
sumbangsih pemikiran khususnya terkait pengembangan masyarakat di kawasan
tambang Newmont Batu Hijau, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi NTB.

Bogor, September 2015
Wawan Setiyawan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
1 PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan
3
Tujuan Umum
3
Tujuan Khusus
3
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
5
Sustainable Development (Pembangunan Berkelanjutan)
5
Sustainable Mining (Pertambangan yang Berkelanjutan)
6
Corporate Sosial Responsibility (CSR)
8
Empowerment (Pemberdayaan)
11
Prinsip Pemberdayaan
11
Dimensi Pemberdayaan
12
Tahapan Proses Pemberdayaan
13
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Program
Pemberdayaan
14
Intervensi Sosial Untuk Pembaharuan
16
Profil Pengusaha Lokal
18
Kapital Sosial
18
Pembangunan Ekonomi Lokal
20
Kerangka Pemikiran
21
Definisi Konseptual, Variabel dan Definisi Operasional Penelitian
23
Definisi Konseptual
23
Variabel Penelitian
24
Definisi Operational
24
Definisi Istilah
25
3 METODE KAJIAN
27
Lokasi dan Waktu
27
Pendekatan Kualitatif
27
Pengumpulan Data Kualitatif
27
Pengolahan dan Analisis Data
27
Pendekatan Kuantitatif
28
Pengumpulan Data
28
Pengolahan dan Analisis Data
28
Perancangan Strategi Kebijakan
29
Metode Perancangan
29
Partisipan Perancangan
29
Proses Perancangan
29
4 PROFIL KOMUNITAS KECAMATAN SEKONGKANG
31
Informasi Umum Kecamatan Sekongkang
31
Letak Geografis
31

5

6

Kependudukan
Kelembagaan Ekonomi
Matapencaharian Utama
Strategi Penghidupan
Profile Pengusaha Lokal di Kecamatan Sekongkang
Pengusaha lokal bukan rekan bisnis PT.NNT
Pengusaha lokal rekan bisnis PT.NNT
Latar belakang pengusaha lokal
Sumber Permodalan
Manajemen umum, rekruitmen dan administrasi
Kapital Sosial (trust dan networking)
Manajemen waktu dan pemanfaatan waktu luang
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBANGUNAN BISNIS LOKAL
NEWMONT MINING CORPORATION DAN NEWMONT NUSA
TENGGARA
Implementasi Strategi Pembangunan Bisnis Lokal Newmont
Program Pembangunan Bisnis Lokal Newmont
Tujuan Program Pembangunan Bisnis Lokal Newmont
Implementasi Strategi Pembangunan Bisnis Lokal Newmont
Implementasi Strategi Pembangunan Bisnis Lokal Newmont Nusa
Tenggara (PT.NNT)
Program Pembangunan Bisnis Lokal PT.NNT
Tujuan Program Pembangunan Bisnis Lokal PT.NNT
Pendekatan Program Pembangunan Bisnis Lokal PT.NNT
Implementasi Strategi Pembangunan Bisnis Lokal PT.NNT
Strategi Departemen SCM dalam Program Pembangunan Bisnis
Lokal
Persepsi Pengusaha Lokal Terhadap Strategi Implementasi Kebijakan
dan Program Pembangunan Bisnis Lokal PT.NNT
Persepsi Terhadap Kebijakan Akses Informasi Bisnis Tambang
Batu Hijau
Persepsi Terhadap Kebijakan Akses Sumberdaya Berharga
(Proyek)
Persepsi Terhadap Kebijakan Kepatuhan Legal (Pajak dan
Perijinan Bisnis)
Persepsi Terhadap Kebijakan Pembayaran Invoice
Persepsi Terhadap Kebijakan Permodalan Proyek
Persepsi Terhadap Kebijakan Standar Keselamatan Kerja
Persepsi Terhadap Kebijakan Standar Kualitas Teknis Pekerjaan
Persepsi Terhadap Paratisipasi Dalam Pembangunan Infrastruktur
Desa
DAMPAK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DAN PROGRAM
PEMBANGUNAN BISNIS LOKAL PT. NEWMONT NUSA
TENGGARA TERHADAP KEBERDAYAAN PENGUSAHA LOKAL
DI KECAMATAN SEKONGKANG.
Dampak Positif Ekonomi
Peningkatkan akses informasi bisnis

32
33
34
34
36
36
37
38
40
43
45
49

53
53
53
54
55
57
57
57
57
58
61
63
64
65
66
67
67
68
68
69

71
71
71

7
8

Peningkatkan kesempatan akses terhadap sumberdaya ekonomi
berharga (proyek penunjang operasi tambang Batu Hijau milik
PT.NNT)
Peningkatan partisipasi kegiatan pembangunan ekonomi lokal
Peningkatan akuntabilitas dalam pengelolaan proyek
Peningkatan kapasitas pengusaha terhadap bisnis pertambangan
mineral.
Dampak Negatif Ekonomi
Dominasi akses proyek oleh pengusaha tertentu.
Keterbatasan akses sumber keuangan formal
Terjerat hutang piutang dengan pihak lain.
Terjerat Hutang Pajak Dengan Negara
Rendah akses karena daya saing rendah
Kepemilikan asset ekonomi produksi oleh pemilik modal
Kemandirian ekonomi yang terancam.
Dampak Positif Sosial
Meningkatkan intensitas berkumpul antar pengusaha lintas desa
Peningkatan kapasitas pengetahuan bisnis pertambangan
Peningkatan kesadaran dan praktik keselamatan kerja dan
lingkungan.
Peningkatan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Memberikan lapangan pekerjaan masyarakat di sekitar tambang.
Meningkatkan derajat sosial
Meningkatkan jejaring sosial bisnis
Dampak Negatif Sosial
Meningkatnya kesenjangan sosial-ekonomi antar pengusaha
Meningkatnya krisis kepercayaan antar pengusaha
Degradasi keeratan hubungan kekeluargaan/kekerabatan
Degradasi kerukunan antar pengusaha
Meningkatnya konflik sosial berawal dari perebutan proyek
Rendahnya Tingkat Kemandirian pengusaha
STRATEGI PENGUATAN PROGRAM PEMBANGUNAN BISNIS
LOKAL PT. NNT
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

72
75
76
77
78
78
81
83
84
85
88
88
90
90
91
92
93
94
95
95
95
96
99
101
102
104
106
109
114
114
115

DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15
Tabel 16
Tabel 17
Tabel 18
Tabel 19

Jumlah Populasi Per Desa
Matriks SWOT
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Luas Wilayah Kecamatan Sekongkang dirinci Per Desa
Luas Wilayah Menurut Penggunaannya Lahan Tahun 2012 di
Kecamatan Sekongkang
Penduduk Kecamatan Sekongkang Berdasarkan Desa dan Jenis
Kelamin Tahun 2012
Data Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Desa di Kecamatan
Sekongkang Tahun 2012
Daftar Jenis Kelompok Usaha Produktif berdasarkan Desa di
Kecamatan Sekongkang Tahun 2012
Matapencaharian Utama Kepala Keluarga di Kecamatan
Sekongkang Tahun 2012
Daftar Hotel dan Vila di Desa Sekongkang Bawah
Nama Perusahaan/Badan Usaha Rekan Bisnis PT.NNT di
Kecamatan Sekongkang
Pencapaian Pembelanjaan Newmont Tahun 2014 (dalam juta
dollar).
Pencapaian Pembelanjaan Newmont Tahun 2013 (dalam juta
dollar).
Implementasi Pembelanjaan (Barang dan Jasa) PT.NNT tahun
1999 – Maret 2014 dalam Dolar Amerika Serikat (USD).
Jumlah Perusahaan Lokal di Kecamatan Sekongkang yang
Mampu Mengkases Proyek Internal PT.NNT rutin Per Tahun.
Perusahaan pengakses proyek internal PTNNT
Jumlah dan frerkuensi akses perusahaan pengakses proyek
internal
Jumlah dan frekuensi akses pengusaha tahun 2006 - 2010
Jumlah akses dan frekuensi tahun 2011 - 2013

28
29
30
32
32
32
33
33
34
36
37
56
56
62
87
94
98
98
99

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8
Gambar 9

Gambar 10
Gambar 11
Gambar 12
Gambar 13

Enam tipe ideal bentuk CSR menurut Iamandi (2007)
10
Rencana (Pembaharuan)
15
Dasar-dasar dan resiko strategi pembangunan lokal
20
Kerangka Pemikiran Konseptual Strategi Penguatan Program
Untuk Pemberdayaan Pengusaha Lokal
22
Struktur Organisasi Puncak Nemwont Global
54
Alur Kerjasama Bisnis PT.NNT Dengan Pihak Ketiga
59
Proses Internal Kerjasama Bisnis (Pengadaan Barang dan Jasa)
60
Proses Pembuatan Kontrak PTNNT
61
Implementasi Pembelanjaan Jasa (Departemen Kontrak)
PT.NNT tahun 1999 – Maret 2014 dalam Dolar Amerika
Serikat (USD).
63
Jumlah Pembelanjaan Barang PT.NNT Periode 1999-2014.
73
Jumlah Pembelanjaan Jasa PT.NNT Periode 1999-2014.
74
Jumlah Pembelanjaan Proyek Infrastruktur Comdev PT.NNT
Periode 1999-2014.
76
Pola Sinergi Stakeholders untuk Pembangunan Bisnis Lokal
yang Memberdayakan dan Berkelanjutan
111

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4

Peta Kabupaten Sumbawa Barat
119
Profil Fisik Geografis Kecamatan Sekongkang
120
Standar Kebijakan Sustainability & External Relation
122
Distribusi Akses Proyek PT.NNT oleh Pengusaha Lokal di
Kecamatan Sekongkang Periode tahun 1999 - 2013
124

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dunia industri ekstraktif sumber daya alam (pertambangan) memberi
pengalaman pada dampak negatif ekonomi yang membawa pada terjadinya
berbagai macam konflik sosial dan perang saudara. Di Peru (Canon Minero),
konflik-konflik dampak operasi tambang melibatkan masyarakat sipil, perusahaan,
pemerintah pusat, antar kelompok warga masyarakat di tingkat lokal. Di Bolivia
(Bolivian Chaco) kebijakan pemerintah untuk memperluas eksploitasi
hidrokarbon berdampak pada konflik nasional yang mengarah pada perubahan
institusional pada tingkat nasional, dan konflik lokal akibat marginalisasi
komunitas-komunitas lokal. (Triscritti 2013).
Pengalaman pertambangan ratusan tahun lalu (tahun 1800-an) juga
menggambarkan dampak negatif bahwa di akhir masa pertambangan hanya
menyisakan „kota hantu‟ (ghost towns) karena ditinggalkan oleh para penghuninya
ketika tambang berakhir karena tidak ada lagi aktifitas ekonomi yang menarik.
Beberapa contoh „kota hantu‟ bekas area pertambangan adalah seperti: (a) Bodie,
California (tambang emas) di temukan tahun 1859 oleh W.S. Bodey, dengan
jumlah penduduk 2,712 jiwa pada tahun 1880, kemudian berangsur-angsur
ditinggalkan warganya sejalan dengan penurunan aktifitas pertambangannya dan
akhirnya menjadi „kota hantu‟ pada tahun 1915, (b) Calico, California Selatan
(tambang perak bawah tanah) ditemukan tahun 1800-an dengan jumlah penduduk
1,200 jiwa pada tahun 1881 dan menjadi „kota hantu‟ pada tahun 1907, (c)
Ballarat, Australia (tambang emas) ditemukan pada 27 Juli 1893 oleh Charles
Anthony dan John Lampier, ditutup pada 29 September 1917 dan kemudian
Balllarat menjadi „kota hantu‟ (mojavedesert.net), (d) Rhyolit, Nevada (tambang
kuarsa) ditemukan oleh Shorty Harris dan E.L. Cross, pada tahun 1904, dihuni
lebih dari 2000 warga dengan kelengkapan fasilitas kota seperti pembangkit
listrik, sekolah, hotel, gudang, rumah sakit pekerja tambang dan fasilitas lainnya
yang pada tahun 1910 menyisakan 611 warga dan ditutup tahun 1916, kemudian
menjadi „kota hantu‟.
Di sisi lain, keseluruhan pengalaman praktik industri tambang di Kanada
memberikan bukti kuat bahwa pertambangan dapat meningkatkan kesejahteraan
ekonomi dan sosial masyarakat serta tetap ramah lingkungan (World Bank dan
IFC 2002). Kunci keberhasilan operasi dunia industri tambang di Kanada yang
selaras dengan konsep dan usaha menuju sustainable development (pembangunan
berkelanjutan) terletak pada jalinan hubungan tiga pihak (masyarakat, perusahaan
dan pemerintah daerah maupun pusat) yang efektif sehingga mampu memberikan
kecenderungan positif yang semakin menguat bahwa masyarakat menerima lebih
banyak manfaat yang berkelanjutan dari adanya operasi tambang (World Bank &
IFC, et.all). Dampak positif dan negatif tambang dapat sangat beragam pada
tingkat lokal, pemerintah provinsi ataupun pusat dan semua itu tergantung dari
„aturan main‟ yang dibuat oleh para pelaku kebijakan dan tergantung dari
manajemen operasi tambang (World Bank & IFC, et.all).
Newmont Mining Corporation (berkantor pusat di Denver, Amerika
Serikat) telah menagadopsi nilai-nilai pembangunan berkelanjutan dengan
membentuk divisi khusus bernama Sustainable and External Relation (S&ER)

2

dan telah menetapkan standart dan kebijakan yang disebut dengan Sustainable
and External Relation (S&ER) Policies and Standard. Dalam kerangka
pembangunan ekonomi dan bisnis lokal, S&ER telah menetapkan standart nomor
19 yaitu Community Invesment and Development dan standart nomor 20 yaitu
Local Employment and Procurement. Tujuan dari kedua standart tersebut adalah
memastikan program investasi mampu “berkontribusi pada hasil-hasil yang
berkelanjutan” dan “mendorong akivitas ekonomi berkelanjutan sampai setelah
tambang berakhir” (Nemwont S&ER policies and Standard 2014).
Di Indonesia, Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT) mengejewantahkan
kebijakan standart S&ER Newmont bidang pembangunan ekonomi dan bisnis
lokal melalui program Community Development dan Local Business Initiative
(LBI) yang dalam pelaksanaannya melibatkan Departmen External dan
Departemen Supply Chain Management. Program Community Development di
bawah nauangan dan otoritas Departemen Community Development (Comdev)
yang merupakan sub departemen dari Departemen External. Sedangkan program
LBI melibatkan Departemen Supply Chain Management (SCM) selaku pengelola
kerjasama bisnis PT.NNT dengan pihak ke-tiga dan Departemen Comdev.
Program Comdev dan LBI merupakan bagian dari implementasi Corporate
Social Responsibility (CSR) PT.NNT. Departemen Comdev setiap tahun
menggelontorkan dana sekitar US$ 6 juta dolar untuk program reguler yang
mencakup pembangunan infrastruktur dan peningkatan kapasitas (capacity
building) masyarakat, khususnya di wilayah lingkar tambang yang mencakup 3
(tiga) wilayah kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat (Kecamatan Jereweh,
Maluk dan Sekongkang). Dari tiga kecamatan tersebut menyebutkan bahwa
penerima manfaat program pengembangan masyarakat PT.NNT umumnya kelas
elit dan menengah yang memiliki kontrol terhadap kebijakan (aparatur desa),
kontrol sosial dan akses komunikasi dengan oknum karyawan di Departemen
Community Relation, Comdev dan pengurus Yayasan Olat Parigi (YOP), termasuk
pihak luar seperti sub-kontraktor (Lembaga Transform 2012).
Salah satu dampak sosial negatif dari program pengembangan masyarakat
PT.NNT adalah meningkatnya kesenjangan sosial akibat tidak meratanya program
bantuan yang diberikan oleh PT NNT baik yang dilakukan secara langsung
maupun melalui mitra PT NNT. Ketidakmerataan distribusi program menambah
kecemburuan sosial, khususunya warga miskin yang belum menerima program
dengan warga kaya yang telah menerima program (Transform 2012).
Selain itu, dalam konteks pembangunan bisnis lokal program LBI belum
mampu meningkatkan daya tahan dan eksistensi pengusaha lokal khususnya mitra
bisnis PT.NNT, bahwa perkembangan perusahaan lokal di Kecamatan
Sekongkang menunjukkan kecenderungan terus menurun dimana banyak
ditemukan perusahaan lokal yang sebelumnya aktif mengakases proyek PT.NNT
sejak masa konstruksi tahun 1997-1999 sampai enam tahun masa eksploitasi
(2000-2006), justru menghadapi krisis di tahun 2006 dan masa sesudahnya
bahkan banyak yang bangkrut dan tutup karena tidak mampu lagi mengakses
proyek PT.NNT (studi lapangan penulis tahun 2013).
Fenomena kecenderungan di atas juga diperkuat dengan hasil-hasil studi
reguler pemantauan kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat di tiga
kecamatan terdekat tambang (Sekongkang, Maluk dan Jereweh) khususnya bidang
ekonomi yang menyatakan bahwa pengembangan bisnis lokal yang digagas

3

PT.NNT melalui program Local Business Initiative (LBI) perlu terus ditingkatkan
dengan lebih mempermudah akses bagi pengusaha muda dari masyarakat lokal
(PPLH Universitas Mataram 2011, 2012, 2013). Studi terbaru (Social Impact
Assessment (SIA) PT.NNT tahun 2009-2012) yang dilakukan di akhir tahun 2013
juga menyatakan bahwa salah satu dampak sosial negatif yang mengemuka
adalah terkait bidang pengembangan bisnis lokal (LBI), bahwa pengembangan
bisnis lokal melalui penguatan bisnis sub-kontraktor dan berbagai UMKM di
wilayah Batu Hijau sangat mendesak untuk dilakukan karena beberapa alasan: (1).
Bisnis lokal menjadi tulang punggung bagi kemajuan dan kemandirian ekonomi
masyarakat lokal, perluasan kesempatan kerja lokal. (2). Ada keresahan di
kalangan pebisnis lokal atas tidak berkembangnya usaha, merosotnya akses pada
kontrak kerja dengan PT.NNT. (3). PT.NNT diharapkan oleh pebisnis lokal dapat
meningkatkan peran bisnis lokal bagi pembangunan ekonomi tersebut, tetapi
banyak keluhan tentang merosotnya usaha subkontraktor, dan ketergantungan
yang tinggi sektor UMKM terhadap keberadaan tambang PT.NNT. Selain itu
pengembangan bisnis lokal juga sangat mendesak dan penting dilaksanakan guna
mengurangi resistensi para pelaku bisnis lokal karena lemahnya akses mereka
untuk mendapatkan kontrak karya secara kompetitif dan tidak adanya prospek
yang cerah dalam memperluas bisnis mereka di KSB. (PSPK Universitas Gadjah
Mada, Ringkasan Laporan Social Impact Assessment 2014).
Dari pemaparan di atas menjadi penting melakukan kajian untuk
menemukan strategi penguatan program pembangunan bisnis lokal PT.NNT
dalam upaya meningkatkan keberdayaan pengusaha lokal di Kecamatan
Sekongkang
Perumusan Masalah
(1) Bagaimana profil pengusaha lokal mitra bisnis PT.NNT di Kecamatan
Sekongkang?
(2) Bagaimana kebijakan dan strategi PT.NNT dalam program pembangunan
bisnis lokal di Kecamatan Sekongkang?
(3) Bagaimana dampak implementasi program pembangunan bisnis lokal
PT.NNT terhadap keberdayaan pengusaha lokal mitra bisnis di Kecamatan
Sekongkang?
(4) Bagaimana rancangan strategi penguatan program pembangunan bisnis lokal
PT.NNT yang meningkatkan keberdayaan pengusaha lokal di Kecamatan
Sekongkang?
Tujuan
Tujuan Umum
Kajian ini secara umum bertujuan untuk menemukan rancangan strategi
penguatan program pembangunan bisnis lokal PT.NNT untuk meningkatkan
keberdayaan pengusaha lokal di Kecamatan Sekongkang
Tujuan Khusus
Tujuan khusus kajian ini adalah untuk:
(1) Mengindentifikasi profil pengusaha lokal mitra bisnis PT.NNT di Kecamatan
Sekongkang.

4

(2) Menganalisis kebijakan dan strategi PT.NNT dalam program pembangunan
bisnis lokal di Kecamatan Sekongkang.
(3) Menganalisis dampak implementasi program pembangunan bisnis lokal
PT.NNT terhadap keberdayaan pengusaha lokal mitra bisnis di Kecamatan
Sekongkang.
(4) Merancang strategi penguatan program pembangunan bisnis lokal PT.NNT
yang meningkatkan keberdayaan pengusaha lokal di Kecamatan Sekongkang.
Manfaat Penelitian
Secara khusus penulis berharap kajian ini dapat memberikan kontribusi
nyata pada perbaikan terus menerus program pengembangan masyarakat dan
praktik CSR PT. Newmont Nusa Tenggara. Selain itu kajian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangsih pemikiran dalam kerangka Pembangunan Ekonomi
Lokal bagi Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dalam merumuskan kebijakan.
Secara umum kajian ini diharapkan mampu menambah khasanah pengetahuan
bagi pemerhati dan pekerja komunitas yang bergerak dalam bidang
pengembangan masyarakat khususnya di kawasan industri ekstraktif sumber daya
alam oleh perusahaan multi nasional.
Ruang Lingkup Penelitian
Kajian ini fokus pada perusahaan lokal mitra bisnis PT.NNT
(kontraktor/konsultan/provider jasa) yang ada di Kecamatan Sekongkang,
Kabupaten Sumbawa Barat. Fokus kajian ditekankan pada analisis dampak
implementasi program pembangunan bisnis lokal PT.NNT terhadap tingkat
keberdayaan pengusaha lokal (mitra bisnis) dengan merujuk pada konsep
pemberdayaan menurut Narayan (2002) dan rancangan strategi penguatan
program pembangunan bisnis lokal PT.NNT yang meningkatkan keberdayaan
pengusaha lokal dengan meggunakan analisis SWOT.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Sustainable Development (Pembangunan Berkelanjutan)
Secara konsep, definisi Pembangunan Berkelanjutan merujuk pada
pengertian dari World Comission on Environmental dan Development (WCED,
1987) yaitu “Sustainable Development is development which meets the needs of
the present without compromising the ability of future generations to meet their
own needs” (Harris 2000, Harris 2003, Pierce dan Atkitson 1998, Dreghage dan
Murphy 2010) atau Pembangunan Berkelanjutan adalah pembangunan yang
memenuhi kebutuhan generasi saat ini dengan tanpa mengorbankan kemampuan
generasi masa depan dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Penekanan
pada generasi masa depan adalah menjadikan perhatian dan prioritas tertinggi
pada masalah kemiskinan, distribusi kesejahteraan antar generasi (Pierce dan
Atkitson 1998). Dalam hal ini, kesetaraan menjadi hal penting dimana kaum
miskin tidak dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya tanpa akses terhadap
kapasitas produksi, bila kesejahteraan kaum miskin meningkat maka kemudian
akan mampu meningkatkan taraf pendidikan, meningkatkan kemampuan
teknologi, meningkatkan kapital manusia dan juga meningkatkan kapital alam
(Pierce dan Atkitson et al. 1998).
Isu Keberlanjutan Lingkungan (Environmental Sustainabily) menguatkan
pemahaman bahwa keberlanjutan lingkungan saling terkait dengan masalah
kemiskinan dan ketidaksetaraan (ketimpangan). Mereka memiliki hubungan sebab
akibat dua arah, peningkatan kemiskinan dan hilangnya mata pencaharian
masyarakat pedesaan mempercepat degradasi lingkungan karena masyarakat yang
tidak memiliki tempat berlindung (tunawisma) menjadi tekanan besar pada
kelestarian hutan, perikanan kelautan dan lahan marjinal (Harris et al. 2000). Tiga
aspek utama sebagai pilar pembangunan berkelanjutan adalah: (a) ekonomi yaitu
sistem yang berkelanjutan secara ekonomi harus mampu memproduksi barang dan
jasa secara berkelanjutan, untuk mempertahankan tingkat pemerintah dan utang
luar negeri yang terkelola, dan untuk menghindari ketidakseimbangan sektoral
yang ekstrim yang merusak produksi pertanian atau industri, (b) lingkungan yaitu
sistem lingkungan yang berkelanjutan harus mempertahankan basis sumber daya
yang stabil, menghindari eksploitasi berlebihan terhadap sistem sumber daya
terbarukan atau fungsi lingkungan yang terbaharukan, dan mengeksploitasi
sumber daya non-terbarukan hanya dengan melakukan investasi yang mampu
memberikan sumberdaya pengganti (termasuk menjaga keanekaragaman hayati,
stabilitas atmosfir, dan fungsi-fungsi ekosistem lain yang secara umum tidak
diklasifikasikan sebagai sumber-sumber ekonomi), (c) sosial yaitu sistem yang
berkelanjutan secara sosial harus mencapai keadilan dalam distribusi dan
kesempatan, ketersediaan layanan sosial yang memadahi termasuk kesehatan dan
pendidikan, kesetaraan gender, dan akuntabilitas politik dan partisipasi (Harris et
al. 2000, 2003).
Pembangunan berkelanjutan mencakup integrasi, pemahaman dan
tindakan sekaligus sebagai proses rekonsiliasi terhadap kompleksitas tiga pilarnya
yang saling terkait yaitu lingkungan, ekonomi dan sosial (Drexhage dan Murphy
2010, Dale dan Newman 2008) dan integrasi ketiga pilar tersebut tetap menjadi
tantangan pembangunan berkelanjutan. Keberlanjutan ekonomi membutuhkan

6

berbagai kapital (kapital manufaktur, kapital alam, kapital manusia dan kapital
sosial) untuk produksi ekonomi yang harus terus dijaga keberlanjutannya.
Konservasi ekosistem dan sumberdaya alam sangat penting untuk produksi
ekonomi yang berkelanjutan, dan keadilan sosial berupa pemenuhan kebutuhan
dasar kesehatan, pendidikan dan partisipasi demokrasi menjadi elemen penting
dari pembangunan dan saling terkait dengan keberlanjutan lingkungan (Harris at
al. 2003). Kegagalan implementasi pembangunan berkelanjutan menurut hasil
beberapa studi sebelumnya lebih diakibatkan pada permasalahan sosial yang
berasal dari kegagalan kita belajar dari siklus pembangunan kita yang tumbuh
pesat dan gagal, dan jelas bahwa keberlanjutan sistem ekologi membutuhkan
sistem sosial beragam yang didukung dan dijaga oleh sistem tatakelola yang kuat
(Dale dan Newman at. all 2008).
Menurut Robinson (2004) secara konsep pembangunan berkelanjutan
sudah kuat namun implementasinya masih lemah pada semua tingkat masyarakat.
Ketimpangan ini diakibatkan macetnya proses perancanaan dan implementasi
untuk pengambilan keputusan yang bukan karena keterbatasan kajian,
pengetahuan, dan informasi yang beredar di masyarakat, namun karena berbagai
hal yang saling terkait seperti kurangnya dialog yang koheren, kesesuaian antara
para politikus, keinginan politis, dan etos pembangunan berkelanjutan di antara
berbagai tingkat pemerintahan (Dale dan Newman at al. 2008). Dalam konteks
pembangunan masyarakat berkelanjutan, para ahli menemukan bahwa salah satu
tantangan utama implementasi pembangunan masyarakat berkelanjutan adalah
tatakelola. Karena tantangan pembangunan masyarakat berkelanjutan bersifat
kompleks dan melibatkan berbagai disiplin pengetahuan maka hal terpenting
adalah jaringan yang berfungsi untuk menjembatani berbagai isu lintas batas.
Jaringan semakin menjadi bagian tidak terpisahkan dengan pembangunan
masyarakat berkelanjutan karena terkait dengan manusia, perbedaan suku yang
berbeda, perbedaan kepentingan, visi, prioritas dan kebutuhan (Dale dan Newman
at al. 2008). Formasi kapital sosial dalam praktik bisnis di pasar global diperlukan
pemahaman berbagai diversitas dalam masyarakat sehingga mobilisasi kapital
sosial untuk membangun formasi beragam jaringan menjadi penting untuk
pembangunan masyarakat berkelanjutan. Internvensi pemerintah melalui produk
kebijakan sangat berperan dalam formasi kapital sosial di tingkat masyarakat
untuk rekonsiliasi tiga pilar pembangunan masyarakat berkelanjutan (ekologis,
sosial dan ekonomi), bila tidak ditargetkan secara strategis, implikasi kebijakan
intervensi pemerintah dalam formasi kapital sosial justru akan merusak kapital
sosial yang ada dalam masyarakat. (Oxford Univ 2008)
Sustainable Mining (Pertambangan yang Berkelanjutan)
Pemikiran dan konsep tentang sustainable mining dalam praktik industri
ekstraktif sumber daya alam terus berkembang. Perusahaan-perusahaan di
Australia telah mengembangkan solusi praktek bisnis industri ekstraktif sumber
daya alam yang selaras dengan konsep sustainable mining yang digunakan oleh
negara Australia dan lintas dunia yang memahami bahwa akuntabilitas
lingkungan, tanggungjawab sosial dan keberhasilan komersial saat ini merupakan
satu kesatuan konsep yang tidak terpisahkan dalam konsep sustainable mining.
Sustainable mining akan tergantung pada keberhasilan dalam pengelolaan

7

keselamatan dan kesehatan tambang dan optimalisasi ekstraksi sumberdaya
mineral atau efisiensi sumberdaya (Australia commonwealth 2013).
Praktik industri ekstraktif harus menyadari bahwa keberlanjutan bisnis
dapat diraih dengan cara mengelola industri tambang mereka dan proyek-proyek
mineralnya secara ramah lingkungan dan bertanggungjawab terhadap masyarakat
(social responsibility) yang menyatu dalam setiap tahapan aktifitas bisnis
pertambangan mulai dari tahapan explorasi, fisibiliti, perencanaan dan desain,
konstruksi, operasi, dekomisioning dan penutupan tambang (Australia
commonwealth et al. 2013). Pembangunan berkelanjutan dalam sektor mineral
berarti bahwa investasi pada proyek-proyek mineral secara finansial harus
menguntungkan, secara teknis layak dilakukan, secara ekologi ramah lingkungan
dan secara sosial bertanggungjawab (Australia Department 2011).
Dalam praktik industri mineral, pengembangan ekonomi, tanggungjawab
sosial dan dampak lingkungan harus terkelola dengan baik dan hubungan
produktif harus muncul antara pemerintah, industri, dan para pemangku
kepentingan. Secara global, International Council on Mining and Metals (ICMM)
telah mengadopsi 10 prinsip sustaibale development di tahun 2003 untuk
mengikatkan diri atas komitmen industri global terhadap sustainable development
dalam kerangka kerja strategis (Australia Department et al. 2011).
Negara Kanada telah memberikan pengalaman positif berharga dari
praktik bisnis pertambangan dimana tiga pihak utama yang terkait yaitu
masyarakat, perusahaan dan pemerintahan lokal/pusat berhasil menjalin hubungan
yang efektif sekaligus membuktikan hubungan tersebut sebagai kunci efektifitas
usaha-usaha mencapai pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development).
Ketiga pihak tersebut belajar dari pengalaman dan terus menunjukan tren positif
dimana masyarakat lokal menerima lebih banyak manfaat secara terus-menerus
dari adanya operasi tambang. Pengalaman ini menunjukkan bahwa kesepakatan
sosial dan ekonomi antara industri tambang dengan masyarakat sekitar operasi
tambang menjadi sangat penting yang harus mencakup kuota penyerapan tenaga
kerja atau target serapan tenaga kerja, program-program training khusus, target
pembelanjaan lokal, dukungan atas pembangunan bisnis lokal, dukungan atas
serapan tenaga kerja perempuan dan pelatihan serta lingkungan kerja yang
mendukung hadirnya budaya-budaya yang berbeda (World Bank and IFC 2002).
Satu faktor utama keberhasilan dari praktik sebagian besar industri
tambang di Kanada terhadap konsep keberlanjutan adalah jalinan hubungan
masyarakat dengan perusahaan-perusahaan pertambangan telah berkembang dari
paternalistik ke partnership, dimana kedua belah pihak dibantu oleh pemerintah
sama-sama berjuang untuk mewujudkan pembangunan masyarakat berkelanjutan
(sustainable community development). Keseluruhan pengalaman praktik operasi
tambang di Kanada menjadikan bukti kuat bahwa pertambangan dapat secara
bersamaan mendorong kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat dan tetap
ramah lingkungan (World Bank and IFC et al. 2002). Proses memfasilitasi
masyarakat dan program-program pembangunan ekonomi dalam praktik bisnis
pertambangan dapat memberikan manfaat yang besar secara internal maupun
eksternal perusahaan. Proses dan program-program tersebut akan mampu
menumbuhkan formasi kapital sosial masyarakat lokal, yang melalui proses yang
konstruktif, masyarakat lokal dapat belajar bagaimana cara mengorganisasi,
bernegosiasi, dan bagaimana cara mengambil manfaat atas berbagai peluang yang

8

ditawarkan oleh adanya operasi tambang dan mendorong mereka untuk mandiri
(World Bank dan IFC 2002)
Conservation Strategy Committee (1986) dalam World Bank dan IFC
(2002) menyatakan bahwa terdapat tujuh elemen kunci dari konsep pertambangan
keberlanjutan yaitu: (a) pembangunan sumberdaya alam tidak terbaharukan tidak
boleh mengancam lingkungan dan sumberdaya-sumberdaya terbaharukan yang
menjadi kebutuhan generasi mendatang, (b) kekayaan mineral harus dikelola dari
generasi ke generasi berikutnya, (c) pertambangan yang berkelanjutan
menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan perlindungan terhadap lingkungan
melalui trade-offs yang bijakasana yang mempertimbangkan semua biaya dan
manfaat dalam proses pengambilan keputusan, (d) penting mengetahui bahwa
pertambangan akan mempengaruhi struktur sosial dan budaya masyarakat lokal
dan mempertimbangkan dampak-dampak ini sebagai bagian dari proses
pengambilan keputusan, (e) penting juga mengetahui bahwa membangun
kapasitas lokal tidak bisa terjadi dalam waktu semalam (singkat) dan oleh
karenanya prosesnya harus dimulai sedini mungkin, (f) harus didorong praktik
reducing, reusing, dan recycling terhadap sumberdaya-sumberdaya, sambil
menghindari terjadinya limbah sumberdaya-sumberdaya dasar dengan cara
menggunakan teknik-teknik pertambangan yang efisien, dan (g) keputusankeputusan kebijakan dan perpajakan harus mempertimbangkan kesehatan
ekonomi atau industri pertambangan (World Bank dan IFC et al. 2002).
Corporate Sosial Responsibility (CSR)
CSR adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya perusahaan
memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham,
komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. CSR
berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan, di mana ada argumentasi
bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan
keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan
atau deviden melainkan juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan
lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang (Wikipedia). Gagasan
pemikiran yang mendasari CSR adalah konsep Tripple Bottom Line yaitu Profit,
People, dan Planet, dimana perusahaan terus berusaha menyeimbangkan
hubungan antara mencari keuntungan ekonomi, bertanggungjawab secara sosial,
dan mempertahankan kelestarian lingkungan.
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) menurut Carrol (1979,1991)
dalam Iamandi (2007) adalah lebih dari sekedar patuh dengan kewajiban ekonomi
dan legal namun juga mencakup tanggung jawab etis dan pilanftropi untuk
keuntungan jangka panjang masyarakat secara luas yang mencakup empat
tanggung jawab yaitu:
1) Tanggung jawab ekonomi (Economic Responsibilities), mengandung makna
“menguntungkan”, merupakan tanggungjawab pertama dan sekaligus sebagai
fondasi CSR. Setiap perusahaan bertanggung jawab memproduksi barang dan
jasa yang diinginkan oleh masyarakat dan menjualnya untuk memperoleh
keuntungan wajar.
2) Tanggung jawab Legal (Legal Responsibilities) mengandung makna „taat
hukum‟, merupakan tanggung jawab perusahaan untuk memenuhi harapan

9

masyarakat bahwa operasional bisnis perusahaan dalam menjalankan misi
ekonominya harus juga dalam kerangka memenuhi syarat-syarat hukum.
3) Tanggung jawab Etis (Ethical Responsibilities) mengandung makna
„berperilaku etis‟, perusahaan bertanggung jawab untuk melakukan kegiatan
dan perilaku bisnisnya sesuai dengan nilai-nilai etika yang ada pada
masyarakat meskipun nilai-nilai itu tidak disyahkan oleh hukum formal.
4) Tanggung jawab filantropi (Philantropic Responsibility) mengandung makna
menjadi korporasi yang baik pada tingkatan corporate citizenship. Perusahaan
bertanggung jawab untuk berkontribusi secara finansial dan sumberdaya
manusia kepada masyarakat dan meningkatkan taraf dan kualitas hidup
masyarakat (Iamandi 2007).
Dalam perkembangannya, pendekatan CSR pun terus mengalami evolusi.
Ada enam tipe ideal bentuk CSR (Iamandi 2007) yaitu:
1) Pre-CSR- Red (“Energy and Power”). CSR pada tingkat pertama ini, pada
dasarnya tidak ada keinginan untuk melaksanakan CSR. Label merah
menunjukkan bahwa perusahaan tidak berambisi melaksanakan CSR, namun
pelaksanaan CSR akan dilakukan apabila ada tekanan dari luar. Pada tahapan
ini peran pemerintah menjadi penting untuk menerapkan regulasi terkait
perhatian perusahaan, tugas-tugas publik/sosial dan melakukan monitoring
guna menghindari paktik-praktik bisnis yang tidak memperhatikan kondisi
sosial dan tidak berkelanjutan.
2) Compliance-driven CSR – Blue (“Order”). CSR pada tingkat ke-dua, telah
mempertimbangkan aspek pemberian kesejahteraan sosial dalam batas
regulasi dari pihak berwewenang. Perusahaan telah mempertimbangkan
pelaksanaan CSR dalam bentuk charity dan stewardship. Motivasi internal
CSR dianggap sebagai tugas dan kewajiban moral atau perbaikan perilaku.
Pada tahapan ini keputusan harus diambil oleh pihak berwewenang menurut
prosedur yang berlaku dan selaras dengan tujuan utama aktivitas bisnis.
Organisasi, stakeholders, dan masyarakat merupakan pihak yang tidak saling
tergantung dan di luar dari bagian atas kepatuhan hukum dimana organisasi
tidak berkewajiban lagi atas perhatian terhadap kesejahteraan sosial karena hal
ini sudah menjadi tanggung jawab Negara.
3) Profit-driven CSR – Orange (“Success”). Pada tingkatan ke-tiga ini, CSR
terdiri atas integrasi dari aspek sosial, etis, dan ekologis dalam operasi bisnis
dan pengambilan keputusan, memberikan kontribusi terhadap keberhasilan
personal dan finansial. Motivasi CSR adalah penjelmaan atas kesadaran dalam
bisnis. CSR didorong jika memberikan keuntungan, seperti karena perbaikan
reputasi pada beragam pasar.
4) Caring CSR-Green (“Community”). Pada tingkat ke-empat, CSR terdiri atas
keseimbangan ekonomi, sosial, dan ekologis dimana ketiganya sama-sama
penting. Inisitatif CSR berada di atas pertimbangan terhadap kepatuhan legal
dan keuntungan. Motivasi internal CSR adalah bahwa potensi manusia,
tanggung jawab sosial dan peduli terhadap alam adalah sama pentingnya.
Peran pemerintah lebih pada mendorong struktur tatakelola internasional dan
kebijakan-kebijakan nasional atas kemiskinan, lingkungan, kesetaraan, kode
etik, dan juga merangsang formasi partisipatif kelompok-kelompok diskusi
CSR.

10
5) Synergistic CSR-Yellow (“Synergy”). Pada tingkat ke-lima, manifestasi CSR
terdiri atas keseimbangan yang baik, solusi fungsional penciptaan nilai dalam
ekonomi, sosial, dan ekologi kinerja perusahaan dalam bentuk sinergi,
pendekatan menang bersama dengan semua stakeholder terkait. Motivasi CSR
menganggap bahwa keberlanjutan merupakan hal penting, khususnya karena
hal ini dikenali sebagai arah kemajuan yang harus dilakukan.
6) Holistic SCR – Turguoise (“Holistic life sistem”). Pada tingkat ke-enam
(terakhir) CSR merupakan integrasi dan penyatuan pada setiap aspek
organisasi yang bertujuan pada kontribusi terhadap kualitas dan keberlanjutan
kehidupan semua makluk hidup dan entitas saat ini dan masa akan datang.
Motivasi internal CSR adalah bahwa keberlanjutan adalah satu-satunya pilihan
karena semua makluk hidup dan fenomena sama-sama interdependen. Enam
tipe ideal praktik CSR ini sebagaimana terlihat pada gambar 1.
Implementasi CSR dalam kegiatan operasionalnya sangat terkait dengan
program-program pengembangan masyarakat di daerah operasi bisnis. Program
pengembangan masyarakat dalam konteks implementasi atau bagian dari CSR
semestinya diselaraskan dengan konsep-konsep pembangunan berkelanjutan
(Sustainable Development) yang mencakup tiga pilar utamanya yaitu aspek
ekonomi, ekologi, dan sosial. Pembangunan masyarakat merupakan bagian dari
pembangunan sosial yang prosesnya adalah intervensionist. Intervensi sosial
(perubahan sosial yang terencana) bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat mulai dari tingkat makro, mezzo dan mikro yang dalam prosesnya
tidak lepas dari pembangunan ekonomi (Rukminto 2008).

Gambar 1 Enam tipe ideal bentuk CSR menurut Iamandi (2007)

11

Empowerment (Pemberdayaan)
Pemberdayaan menurut Whitmore (1988) dalam Lord & Hutchison (1993)
diartikan sebagai berikut: “Empowerment is aninteractive process through which
people experience personal and sosial change, enabling them to take action to
achieve influence over the organizations and institutions which affect their lives
and the communities in which they live”. Menurut Wallerstein (1992)
mendefinisikan pemberdayaan sebagai berikut: “Empowerment is a sosial-action
process that promotes participation of people, organizations, and communities
towards the goals ofincreased individual and community control, political
efficacy, improved quality ofcommunity life, and sosial justice” (Lord &
Hutchison 1993).
Narayan (2002) mendefinisikan pemberdayaan sebagai berikut:
“Empowerment is the expansion of assets and capabilities of poor people to
participate in, negotiate with, influence, control, and bold accountable institutions
that affect their lives” (Narayan 2002). Menurut Narayan (2002), terdapat empat
elemen utama dalam pemberdayaan yaitu (1). Akses informasi (access to
information) dimana informasi merupakan kekuatan (power) yang penting yaitu
informasi yang mencakup kinerja sektor swasta dan pemerintah, pelayanan
keuangan dan pasar, dan aturan-aturan dan hak-hak terkait pelayanan dasar. (2).
Keterlibatan/ partisipasi (inclusion/participation). Keterlibatan kaum miskin dan
kelompok marginal dalam pengambilan keputusan adalah penting untuk
memastikan bahwa sumberdaya publik yang terbatas dibangun berdasarkan
pengetahuan lokal dan prioritas lokal, dan berkomitmen untuk perubahan. (3).
Akuntabilitas (accountability) dimana pegawai pemerintah, karyawan publik,
pelayan swasta, karyawan dan politisi harus memiliki akuntabilitas dimana segala
produk kebijakan yang dihasilkan dan tindakan yang dilakukan yang
mempengaruhi kesejahteraan masyarakat dapat dipertanggungjawabkan. (4).
Kapasitas organisasional lokal (local organizational capacity) yaitu kemampuan
masyarakat untuk bekerja bersama, mengorganisasikan dirinya, dan memobilisasi
sumberdaya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi secara umum.
Aksi pemberdayaan dapat dilakukan apabila individu atau kelompok
masyarakat yang belum berdaya memiliki motivasi untuk melakukan perubahan
atas diri mereka sendiri. Kewajiban dari aktor pemberdayaan masyarakat adalah
mencari berbagai solusi yang memungkinkan dan mendorong kebijakan-kebijakan
sosial yang memampukan masyarakat untuk mengembangkan/menemukan sendiri
solusi-solusi atas permasalahan yang dihadapinya (Rappaport 1981). Komponen
dasar dari bangunan pemberdayaan meliputi partisipasi untuk mencapai tujuan,
usaha untuk dapat mengakses berbagai sumberdaya dan pemahaman kritis atas
lingkungan sosial politik. Pada tingkat komunitas, pemberdayaan merujuk pada
tindakan kolektif untuk memperbaiki kualitas kehidupan dalam komunitas dan
hubungan antar organisasi dalam komunitas. (Perkin & Zimmerman 1995).
Prinsip Pemberdayaan
Dalam praktik komunitas terdapat sepuluh prinsip pemberdayaan menurut
Lord dan Hutchison (1