Penguatan Kebijakan Ketahanan Pangan Beras Ksb Melalui Implementasi Community Development Ptnnt Sektor Pertanian.

PENGUATAN KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN BERAS
KABUPATEN SUMBAWA BARAT MELALUI
IMPLEMENTASI COMMUNITY DEVELOPMENT
PT NEWMONT NUSA TENGGARA
SEKTOR PERTANIAN

SYARAFUDDIN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penguatan Kebijakan
Ketahanan Pangan Beras Kabupaten Sumbawa Barat Melalui Implementasi
Community Development PT Newmont Nusa Tenggara Sektor Pertanian adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015
Syarafuddin

RINGKASAN
SYARAFUDDIN. Penguatan Kebijakan Ketahanan Pangan Beras KSB melalui
Implementasi Community Development PTNNT Sektor Pertanian. Dibimbing oleh
LALA M. KOLOPAKING dan EKAWATI SRI WAHYUNI.
Pembangunan ketahanan pangan di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB)
telah dilaksanakan melalui program pembangunan ketahanan pangan, baik oleh
Pemerintah Daerah maupun dunia usaha/swasta. Penelitian ini ingin mengetahui
penguatan kebijakan ketahanan pangan beras di KSB oleh PT Newmont Nusa
Tenggara (PTNNT) melalui program Community Development (Comdev) sektor
pertanian. Ada 4 tujuan penelitian ini : (1) mengevaluasi implementasi program
Comdev PTNNT sektor pertanian dalam mendukung ketahanan pangan beras di
KSB; (2) menganalisis ketahanan pangan beras KSB dilihat dari aspek produski

dan tingkat konsumsi pangan beras; (3) mengkaji sinergitas program Comdev
PTNNT sektor pertanian dan kebijakan ketahanan pangan Pemerintah KSB dalam
menjamin ketahanan pangan beras di KSB; dan (4) merumuskan strategi
pengembangan program Comdev PTNNT sektor pertanian untuk memperkuat
kebijakan ketahanan pangan beras masyarakat KSB.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, program Comdev PTNNT
sektor pertanian telah dan sedang mendukung serta akan terus berpeluang
menjamin ketahanan pangan beras di KSB; Kedua, Kebijakan ketahanan pangan
beras KSB cukup kuat dalam program meningkatkan rata-rata produksi padi dari
4,5 ton pada MT 2005/2006 menjadi 6,4 ton pada MT 2012/2013. Tingkat
kebutuhan pangan beras KSB terus meningkat seiring dengan pertambahan
penduduk, maka diprediksikan pada tahun 2033 jumlah produksi beras lokal akan
lebih rendah dari kebutuhan penduduk (prediksi tahun 2033 produksi beras 54.141
ton dan konsumsi 54.546 ton). Untuk mengantisipasi kondisi tersbut pemerintah
perlu terus melakukan berbagai program untuk menjamin ketahanan pangan beras
untuk jangka panjang; Ketiga, program Comdev PTNNT sektor pertanian telah
bersinergi dengan kebijakan ketahanan pangan Pemerintah KSB dalam
mendukung dan akan terus berpeluang menjamin ketahanan pangan beras di KSB;
Keempat, telah dihasilkan 6 strategi dalam penelitian ini untuk memperkuat
kebijakan ketahanan pangan beras KSB melalui pelaksanaan program Comdev

PTNNT sektor pertanian sebagai berikut :
a. Pengembangan komunitas petani dan badan usaha ekonomi petani padi
berbasis Desa.
b. Pengamanan pemasaran dan distribusi beras
c. Peningkatan Produktivitas Petani melalui usahatani sawah lestari.
d. Peningkatan mutu dan penyediaan infrastruktur pertanian pangan.
e. Pengembangan kualitas petani melalui regenerasi petani terdidik.
f. Pengembangan sistem pembiayaan usahatani beras.
Kata kunci: community development, ketahanan pangan.

SUMMARY
SYARAFUDDIN. Strengthening Rice Food Security Policy of West Sumbawa
Through the Implementation of Community Development Agricultural Sector of
PT Newmont Nusa Tenggara.. Supervised by LALA M. KOLOPAKING and
EKAWATI SRI WAHYUNI
Food security development in the West Sumbawa District (KSB) has been
implemented through development policies and programs by both the government
and private sectors. In supporting the strengthening of food security policies and
programs in KSB, PTNNT mining company, has worked cooperatively with KSB
through Commmunity Development Programs.

This research aims to (1) evaluate PTNNT’s Comdev agriculture programs
in supporting food security in KSB; (2) analyze rice security in KSB; (3) study the
synergy between PTNNT’s Comdev agriculture program and KSB government’s
food security policies, and (4) formulate strategies for PTNNT’s Comdev
agriculture programs to support KSB Government’s rice food security policies.
The research found: First, PTNNT’s Comdev agriculture programs have
supported and are supporting and have potential to support rice food security in
KSB; Second, KSB rice food security policy has strong program with increase in
rice production in average from 4.5 tonnes in 2005/2006 planting season to 6.4
tons in 2012/2013 planting season. The level of rice food needs in KSB continues
to increase along with the growth of population, and it is predicted that in 2033
total grain output will be lower than the needs of the population (predicted
for2033 rice production of 54,141 tonnes compared to 54,546 tonnes rice
consumption). To anticipate this condition KSB government needs to continue to
do some of the programs to ensure food security of rice for the longger term ;
Third, PTNNT’s Comdev agriculture sector has been in good synergy with KSB
rice food security policy, having supported and will continue to support rice food
security in KSB; Fourth, there are 6 strategies identified to strengthen rice food
security for KSB through the PTNNT’s Comdev agriculture programs; as
follows :

a) The development of farming community and economic enterprises based
on rice farming village.
b) To sett up and secure rice of marketing and distribution.
c) To increase farmers’ productivity through sustainable agriculture.
d) To improve food quality and the provision of agricultural infrastructure.
e) The development of farmers skills through educated farmers regeneration.
f) The development of the financing system for rice farming
Keywords: community development , food security.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagaian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan
kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan
kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


PENGUATAN KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN BERAS
KABUPATEN SUMBAWA BARAT MELALUI
IMPLEMENTASI COMMUNITY DEVELOPMENT
PT NEWMONT NUSA TENGGARA
SEKTOR PERTANIAN

SYARAFUDDIN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada
Program Studi Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar pada Ujian Tesis: Dr Ir Djuara P. Lubis, MS

Judul Tesis


Nama
NIM

: Penguatan Kebijakan Ketahanan Pangan Beras
Kabupaten Sumbawa Barat Melalui Implementasi
Community Development PT Newmont Nusa Tenggara
Sektor Pertanian
: SYARAFUDDIN
: 1354120225

Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS
Ketua

Dr Ir Ekawati Sri Wahyuni, MS
Anggota


Diketahui Oleh

Koordinator Program Studi
Pengembangan Masyarakat

Dekan Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor

Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS

Dr Ir Dahrul Syah MScAgr

Tanggal Ujian : 14 Agustus 2015

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya jualah, penyusunan Tesis

yang berjudul “Penguatan Kebijakan Ketahanan Pangan Beras Kabupaten
Sumbawa Barat Melalui Implementasi Community Development PT Newmont
Nusa Tenggara Sektor Pertanian” dapat diselesaikan sesuai dengan rencana dan
jadual waktu yang tersedia.
Seiring dengan selesainya penyusunan Tesis ini, Saya menyampaikan
penghargaan dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS dan Ibu Dr Ir Ekawati Sri Wahyuni, MS,
sebagai Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing, Bapak Ir Fredian Tony
Nasdian MS selaku Sekretaris Program Studi Pengembangan Masyarakat IPB,
serta Bapak Dr Ir H. Amry Rakhman, MSi, sebagai Pembimbing Lokal KSB,
yang telah dengan tekun dan penuh ikhlas memberikan bimbingan dalam
menyelesaikan penyusunan Tesis ini, Insya-Allah pengalaman dan ilmu yang
diberikan menjadi bekal untuk melangkah sukses di masa depan.
2. Bapak dan Ibu Dosen MPM-IPB yang profesional dan penuh dedikasi dalam
mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), semoga semua amal
ibadah Bapak dan Ibu mendapat balasan berlipat ganda dari Allah SWT.
3. Pimpinan PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) dan Pemerintah Kabupaten
Sumbawa Barat yang telah memberikan bantuan pembiayaan pendidikan,
Insya-Allah bantuan tersebut sangat berguna dalam menghasilkan sumberdaya
manusia (SDM) generasi “emas” di Kabupaten Sumbawa Barat.

4. Rekan-rekan Mahasiswa MPM seperjuangan yang telah manjadi teman dalam
suka dan duka selama kuliah, berdiskusi dan berdebat secara konstruktif,
semoga menjadi kenangan yang tak terlupakan.
5. Semua pihak yang tidak dapat Saya sebutkan satu per satu, semoga semua
bantuan dan partisipasinya menjadi ibadah di sisi Allaw SWT.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Bogor, September 2015
Syarafuddin

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR GRAFIK
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
PENDAHULUAN
1

Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Kajian
4
Manfaat Kajian
5
Ruang Lingkup Kajian
5
PENDEKATAN TEORITIS
7
Tinjauan Pustaka
7
Community Development (Comdev).
7
Corporate Social Responsibility (CSR)
9
Kebijakan Ketahanan Pangan
11
Kerangka Pemikiran
14
METODE KAJIAN
15
Lokasi dan Waktu Penelitian
15
Pendekatan Kualitatif
15
Proses dan Pengumpulan Data Kualitatif
15
Pengolahan dan Analisis Data Kualitatif
16
Pendekatan Kuantitatif
17
Pengumpulan dan Analisa data Kuantitatif
17
Perancangan Strategi dan Program serta Penetapan Rencana Tindak
Lanjut (Roadmap)
17
PROFIL KABUPATEN SUMBAWA BARAT
19
Kondisi Geografis dan Sumber Daya Alam
19
Penduduk dan Angkatan Kerja
22
Struktur Sosial Komunitas
23
Perekonomian
26
Struktur Ekonomi
26
Pertumbuhan Ekonomi
27
Gambaran Umum Potensi Sektor Pertanian Ketahanan Pangan KSB
28
Tanaman Bahan Pangan
28
Perkebunan
29
Perikanan
31
Kehutanan
31
IMPLEMENTASI
PROGRAM
COMDEV
PTNNT
SEKTOR
PERTANIAN DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN
BERAS DI KSB
33
Peningkatan Sarana Prasarana Pertanian (Irigasi, Embung, Pompa dan
Alat/Mesin Lainnya)
34
Peningkatan Luas Tanam
37
Bantuan Kepada Petani Setiap Musim
38
Penyediaan Bibit Tanaman Keras
40

Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Petani, Sekolah
Lapangan, Serta Pemantapan Pelatihan dan Pendampingan Petani
Peningkatan Hasil Produksi Pertanain
Mempermudah Pemasaran Produk Hasil Pertanian Peningkatan Akses
Pasar Produk Hasil Pertanian
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN BERAS KSB
DILIHAT DARI ASPEK PRODUKSI DAN
Ketersediaan Pangan
Prediksi Produksi dan Konsumsi Pangan Beras di KSB
Pengembangan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana
SINERGITAS PROGRAM COMDEV NNT SEKTOR PERTANIAN DAN
KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH KSB DALAM
MENJAMIN KETAHANAN PANGAN BERAS DI KSB
Sinergitas pada Bidang Penyediaan Sarana Prasarana Pertanian (Input
Pertanian)
Sinergitas pada Bidang Produksi/Usahatani, termasuk Penerapan
Teknologi dan Penggunaan Sarana Prasarana Pertanian Pangan
Sinergitas pada Bidang Penyimpanan (Stock) dan Pengolahan Hasil
Pangan Beras
Sinergitas pada Bidang Pemasaran dan Distribusi Pasokan Pangan
Beras
Sinergitas pada Bidang Kelembagaan dan SDM Pendukung Pertanian
Pangan Beras
STRATEGI PENGEMBANGAN PROGRAM COMDEV PTNNT
SEKTOR PERTANIAN UNTUK MEMPERKUAT KEBIJAKAN
KETAHANAN PANGAN BERAS MASYARAKAT KSB
Rumusan Strategi untuk Memperkuat Kebijakan Ketahanan Pangan
Beras KSB
Rencana Program/Kegiatan Penguatan Ketahananan Pangan Beras di
KSB
RoadMap Strategi memperkuat Ketahanan Pangan
Beras
Berkelanjutan di KSB
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

42
44
46
49
49
54
56

59
59
62
63
64
65

69
70
71
74
77
77
77
79

DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5

Tabel 6

Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15
Tabel 16
Tabel 17
Tabel 18
Tabel 19
Tabel 20

Tabel 21

Tabel 22

Tabel 23

Perbandingan indikator ketahanan pangan, kemandirian pangan
dan kedaulatan pangan
Matriks Analisis SWOT
Pembagian wilayah administrasi, luas wilayah dan ketinggian
masing-masing wilayah Kecamatan
Luas lahan menurut kecamatan dan penggunaan di Kabupaten
Sumbawa Barat tahun 2010
Luas wilayah, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, rata-rata
anggota rumah tangga dan kepadatan penduduk di masing-masing
kecamatan.
Keberadaan Lembaga Sosial Budaya sebelum tambang (1995)
dan setelah masa produksi tambang PTNNT (2012) pada 15 Desa
Lingkar Tambang PTNNT.
Distribusi persentase PDRB atas dasar harga konstan 2000
menurut lapangan usaha tahun 2008-2012
Laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menurut
lapangan usaha tahun 2008 – 2012 .
Luas panen, produksi, dan rata-rata produksi per hektar
padi/palawija di KSB tahun 2011
Luas areal panen dan produksi tanaman perkebunan rakyat di
KSB tahun 2012
Jumlah ternak di KSB dirinci menurut kecamatan dan jenis ternak
tahun 2012
Potensi Produksi Perikanan Di KSB Dirinci Menurut Kecamatan
dan Sub Sektor Tahun 2012 (ton)
Kawasan Hutan Dirinci menurut Kelompok di KSB Th 2011 (ton)
Daftar informan
Produksi padi dan ratio ketersediaan beras di tiga kecamatan
(Jereweh, Sekongkang, Maluk) tahun 2011
Situasi pangan beras di Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2009-2012
Data penyaluran beras miskin di KSB
Asumsi dalam peramalan neraca pangan beras di Kabupaten
Sumbawa Barat
Rekapitulasi penyaluran pupuk tahun 2009-2011
Sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan
kebijakan ketahanan pangan KSB bidang penyediaan sarana
prasaran
Sinergitas Comdev PTNNT sektor pertanian dan kebijakan
ketahanan pangan KSB bidang produksi/usaha tani termasuk
penerapan teknologi
Sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan
kebijakan ketahanan pangan KSB bidang penyimpanan (stock)
dan pengolahan hasil
Sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan
kebijakan ketahanan pangan KSB bidang pemasaran dan
distribusi pasokan pangan beras

12
18
20
21

22

25
26
28
29
30
30
31
32
33
45
50
54
54
57

60

62

63

64

Tabel 24 Sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan
kebijakan ketahanan pangan KSB bidang kelembagaan dan SDM
pendukung pertanian

66

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka
pemikiran sinergi
Comdev
PTNNT untuk
memperkuat ketahanan pangan beras KSB
Gambar 2 Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model)
Gambar 3 Peta Kabupaten Sumbawa Barat
Gambar 4 Model pendekatan PTNNT dan Pemda KSB dalam
pengembangan usaha tani terpadu.
Gambar 5 Road map strategi penguatan ketahanan pangan beras
berkelanjutan di KSB

14
16
19
67
74

DAFTAR GRAFIK
Grafik 1
Grafik 2
Grafik 3
Grafik 4

Topografi wilayah KSB
Kontribusi perkelompok sektor ekonomi KSB (Dalam %)
Rerata produksi padi dengan pola SRI dan non SRI pada MH
2005/2006 – 2012/20013, Comdev PTNNT.
Estimasi produksi dan kebutuhan pangan beras di KSB. BKP
Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2012 dan esitamsi (2013 –
2020).

19
27
44

55

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Matrik SWOT Strategi Pengembangan Program Comdev
PTNNT Sektor Pertanian untuk Memperkuat Kebijakan
Ketahanan Pangan Beras KSB.
Lampiran 2 Matrik
Startegy
dan
Rencana
Program/Kegiatan
Pengembangan Comdev PTNNT Sektor Pertanian untuk
Memperkuat Kebijakan Ketahanan Pangan Beras KSB

81

82

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kondisi kemiskinan yang terjadi di sektor pertanian erat kaitannya dengan
ketahanan pangan (food security). Walaupun pada tingkat nasional jumlah
produksi pangan (diukur dari kalori) mengalami surplus, tetapi terjadi masalah
ketidaktahanan pangan (food insecurity) (Kuncoro 2006). Dengan menggunakan
kosep ketahanan pangan, suatu negara bisa saja mencapai tingkat ketahanan
pangan yang baik diukur dari tingkat ketersediaan pangan di tingkat rumah
tangga, walaupun kebutuhan pangan tersebut dipenuhi dengan cara membeli
produk impor. Jelas terlihat bahwa bagi negara, kecukupan pangan yang
menjamin bahwa setiap individu akan mampu hidup sehat dan aktif saja mestinya
tidak cukup. Karena itu muncul konsep kemandirian pangan yang memberikan
penekanan pada pentingya melepaskan diri dari ketergantungan terhadap produk
impor. Konsep kemandirian pangan menitikberatkan pada pentingnya pemenuhan
pangan yang berbasis pada sumberdaya lokal. Dalam hal ini, konsep kemandirian
pangan menuntut pemerintah untuk membangun ketahanan pangan yang
berbasiskan kekuatan dan keunikan sumberdaya lokal sehingga terciptalah
kemandirian pangan (Hariyadi 2011).
Berkaitan dengan masalah membangun kemandirian dan kedaulatan
pangan, di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) telah dilaksanakan sebuah kebijakan
yaitu Program Pembangunan Ketahanan Pangan sesuai dengan Rencana Strategis
(Renstra) yang telah disusun sebelumnya. Dalam program ini diharapkan
terpenuhinya sandang murah, hunian sehat dan lingkungan pemukiman layak,
tersedianya lapangan kerja yang semakin luas, terwujudnya keluarga berkualitas,
meningkatnya kualitas pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial
masyarakat. Dalam upaya penguatan pelaksanaan kebijakan ini, Pemda KSB
bersinergi dengan salah satu perusahaan swasta yaitu PT Newmont Nusa
Tenggara (PTNNT) yang merupakan perusahaan tambang terbesar di Provinsi
NTB yang beroperasi di KSB sejak tahun 2000. Dari sisi PTNNT sendiri,
Program Pembangunan Ketahanan Pangan ini menjadi menjadi salah satu
program penting Community Development PTNNT sekaligus menjadi salah satu
bagian dari tanggungjawab sosial perusahaan, yang dikenal dengan Corporate
Social Responsibilty (CSR).
Dalam konteks dunia usaha, Community Development (Comdev) adalah
bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan atau dikenal dengan Corporate
Social Responsibilty (CSR). Salah satu komponen penting dalam CSR adalah
pengelolaan relasi dengan stakeholder, terutama masyarakat lokal. Saat ini CSR
menjadi tolak ukur yang menentukan citra perusahaan di mata publik. CSR di
Indonesia diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. Pasal 74 ayat 1 undang-undang tersebut menyebutkan bahwa:
“Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang
dan/berkaitan dengan sumberdaya alam wajib melaksanakan
tanggungjawab sosial dan lingkungan”.

2

Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,
pasal 15 (b) menyatakan bahwa:
“Setiap
penanaman
modal
tanggungjawab perusahaan”.

berkewajiban

melaksanakan

Dengan adanya undang-undang ini, industri atau korporasi-korporasi wajib
untuk melaksanakannya, tetapi kewajiban ini bukan merupakan suatu beban yang
memberatkan. Perlu diingat pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung
jawab pemerintah dan industri, tetapi setiap insan manusia berperan untuk
mewujudkan kesejahteraan sosial dan pengelolaan hidup masyarakat. Industri dan
korporasi berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan
mempertimbangkan pula faktor lingkungan hidup. Kini dunia usaha tidak lagi
hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (Single bottom line),
melainkan sudah meliputi keuangan, sosial, dan aspek lingkungan biasa disebut
(Triple bottom line). Sinergi tiga elemen ini merupakan kunci dari proses
pembangunan berkelanjutan (Siregar 2007).
PTNNT melaksanakan aktivitas penambangan sumberdaya mineral,
dengan tahapan eksploitasi dimulai sejak Tahun 2000. Sebagai perusahaan
tambang terbesar di NTB, sejak awal PTNNT menjadi perhatian banyak pihak
mulai dari tingkat nasional sampai tingkat pemerintahan desa termasuk kelompokkelompok masyarakat di sekitar lokasi penambangan. Disadari bahwa aktivitas
PTNNT secara langsung maupun tidak langsung memberikan dampak sosial,
ekonomi dan lingkungan bagi kehidupan masyarakat baik di sekitar tambang
maupun di luar wilayah tambang. Pengaruh yang ditimbulkan dapat berupa
pengaruh positip maupun negatif. Terhadap pengaruh tersebut menimbulkan
dinamika sosial di antara pemangku kepentingan. Oleh karena itu sesuai dengan
amanat undang-undang, maka PTNNT berkewajiban untuk merespons dinamika
sosial masyarakat sebagai bentuk tanggungjawab sosial.
PTNNT telah melakukan berbagai Program Comdev bagi masyarakat
sekitar wilayah perusahaan sebagai wujud pelaksanaan CSR. Program Comdev
adalah bentuk komitmen perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan lebih
baik, terutama peningkatan taraf hidup masyarakat sekitar lokasi perusahaan. Saat
ini, program Comdev tidak hanya dilihat sebagai bentuk kepedulian sosial
terhadap masyarakat, namun juga sebagai sebuah langkah strategis untuk
meningkatkan kinerja perusahaan dalam menjaga keberlangsungan usaha,
terutama bagi investasi jangka panjang dalam industri pertambangan.
Berkaitan dengan hal tersebut, PTNNT telah menyusun Rencana Strategis
(Renstra) tahun 2009-2013 sebagai instrumen dan rujukan dalam merumuskan
program Comdev di sekitar wilayah operasi perusahaan (daerah lingkar tambang),
yakni di Kecamatan Maluk, Jereweh dan Sekongkang. Dokumen renstra ini
memuat rencana pengembangan masyarakat yang difokuskan pada beberapa
bidang, yaitu pendidikan, kesehatan, pertanian dan pariwisata serta bidang sosial
budaya dan agama.
Dari kelima bidang tersebut, tidak bisa dipungkiri bahwa bidang pertanian
merupakan hal yang sangat krusial karena sektor pertanian menjadi tumpuan
sebagian besar masyarakat yang ada di KSB. Telah tertuang dalam renstra
PTNNT bahwa dalam bidang pertanian akan dilaksanakan beberapa kegiatan yang

3

bertujuan pada perbaikan sektor pertanian, yang bermuara pada ketahanan pangan
dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah: (1)
Perbaikan infrastrusktur; (2) Pembenahan sarana pertanian; (3) Peningkatan
teknologi pertanian; dan (4) Penguatan kelembagaan.
Selain Program Comdev PTNNT program Program Ketahanan Pangan
KSB juga memiliki persamaan tujuan yang hendak dicapai yaitu terwujudnya
ketahanan pangan, tetapi dikalukan sesuai prosedute dan kebijakan masingmasing lembaga.
Dalam ikhtisar pencapaian tujuan tersebut, dilakukan melalui kegiatan
pemberdayaan aparat dan masyarakat agar mampu memaksimalkan pemanfaatan
sumberdaya ketahanan pangan, serta mampu mengatasi kendala dalam
mewujudkan ketahanan pangan dengan (Bappeda KSB 2012):
1. Memanfaatkan potensi dari keragaman sumberdaya lokal untuk peningkatan
ketersediaan pangan, dengan memanfaatkan teknologi spesifik lokasi dan
ramah lingkungan.
2. Mendorong masyarakat untuk mau dan mampu dalam mengkonsumsi pangan
beragam, bergizi seimbang dan aman melalui pemberdayaan masyarakat,
peningkatan cita rasa dan citra pangan khas daerah/Indonesia serta
pengembangan produk dan mutu produk pangan bergizi.
3. Mengembangkan perdagangan/pemasaran pangan regional dan antar daerah
untuk menjamin pasokan dan ketersediaan pangan yang terjangkau oleh
masyarakat.
4. Memanfaatkan pasar pangan secara bijaksana bagi pemenuhan konsumen
yang beragam.
5. Memberikan jaminan akses yang lebih baik bagi masyarakat miskin
perkotaan dan pedesaan atas pangan yang bersifat pokok.
Perjalanan program Comdev PTNNT, dan kebijakan ketahanan pangan
KSB tidak selalu berjalan sesuai harapan karena dilakukan sesuai kondisi dan
kebijakan masing-masing lembaga sehingga kelebihan dalam pelaksanaan
program Comdev PTNNT belum tentu bisa diterapkan dalam program ketahanan
pangan KSB dan sebaliknya, demikian juga sinergitas dari kedua program
tersebut belum bisa diitegrasiakn dalam setiap kegitan sehingga perlu dilakukan
kajian terkait kedua program tersebut.
Bertitik tolak dari permasalahan di atas, maka pertanyaan utama kajian ini
adalah “bagaimana strategi pengembangan program Community Development
(Comdev) PTNNT sektor pertanian untuk memperkuat kebijakan ketahanan
pangan beras masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat?”
Perumusan Masalah
PT. Newmont Nusa Tenggara telah melakukan berbagai program Comdev
bagi masyarakat sekitar wilayah perusahaan. Seperti yang telah diuraikan
sebelumnya, bahwa program Comdev sebagai representasi dari CSR PTNNT
disektor pertanian dilaksanakan beberapa kegiatan antara lain : (1) perbaikan
infrastrusktur; (2) pembenahan sarana pertanian; (3) peningkatan teknologi
pertanian; dan (4) penguatan kelembagaan. Seiring dengan berjalannya program,
dirasakan perlu untuk melihat sejauhmana program Comdev yang telah dijalankan
ini mampu memenuhi tujuan dan sasaran yang hendak dicapai.

4

Untuk mengetahui dan menganalisis pertanyaan utama yang telah
diuraikan di atas, maka dapat ditarik beberapa pertanyaan spesifik dalam
penelitian ini. Pertama, bagaimana implementasi program Comdev PTNNT sektor
pertanian dalam mendukung ketahanan pangan beras di Kabupaten Sumbawa
Barat? Implementasi dari program Comdev PTNNT dapat dilihat dua sisi, yaitu:
(1) Bentuk program/kegiatan; dan (2) Pencapaian tujuan.
Kebijakan pemantapan kemandirian dan ketahanan pangan menjadi isu
sentral sekaligus merupakan prioritas utama dalam pembangunan KSB.
Tujuannya adalah menjamin ketersediaan dan konsumsi pangan yang cukup,
aman, bermutu, dan bergizi seimbang pada tingkat rumah tangga, daerah,
sepanjang waktu dan merata. Setelah mengkaji implementasi dari program
Comdev sektor pertanian yang dilaksanakan PTNNT, berdasarkan uraian di atas
maka pertanyaan spesifik kedua adalah bagaimana ketahanan pangan beras KSB
jika dilihat dari aspek produksi dan tingkat konsumsi pangan? Pada bagian ini
akan memotret gambaran ketahanan pangan KSB dengan melihat seberapa besar
tingkat produksi dan tingkat konsumsi pangan beras di Kabupaten Sumbawa
Barat.
Program Comdev PTNNT di sektor pertanian dan Program Pembangunan
Ketahanan Pangan KSB sesuai dengan Rencana Strategis Comdev PTNNT dan
Pemda KSB. Kedua program ini memiliki tujuan yang sama yaitu terwujudnya
ketahanan pangan, namun dilakukan oleh lembaga yang berbeda. Berdasarkan hal
tersebut maka pertanyaan spesifik ketiga adalah bagaimana sinergitas program
Comdev PTNNT sektor pertanian dan kebijakan ketahanan pangan Pemerintah
KSB dalam menjamin ketahanan pangan beras di KSB? Dalam konteks ini, akan
dikaji sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian yang tertuang dalam
Renstra tahun 2009-2013 dan kebijakan ketahanan pangan Pemerintah KSB dalam
menjamin ketahanan pangan beras, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat
KSB.
Tujuan Kajian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, tujuan
utama kajian ini adalah untuk merumuskan strategi pengembangan program
Comdev PTNNT sektor pertanian untuk memperkuat kebijakan ketahanan pangan
beras masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat. Adapun tujuan spesifik kajian
secara lebih rinci dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengevaluasi implementasi program Comdev PTNNT sektor pertanian dalam
mendukung ketahanan pangan beras di Kabupaten Sumbawa Barat;
2. Menganalisis ketahanan pangan beras KSB dilihat dari aspek produksi dan
tingkat konsumsi pangan;
3. Mengkaji sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan kebijakan
ketahanan pangan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dalam menjamin
ketahanan pangan beras di KSB.
4. Merumuskan strategi dan rencana program pengembangan Comdev PTNNT
sektor pertanian untuk memperkuat kebijakan ketahanan pangan beras
masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat.

5

Manfaat Kajian
Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang bermanfaat
antara lain:
1. Secara teoritis, kajian ini dapat dijadikan perbandingan atau referensi dan
menambah bahan studi kepustakaan terkait dengan program CSR perusahaan
dalam rangka pengembangan masyarakat.
2. Secara praktis, kajian ini diharapkan memberikan kontribusi pemikiran
kepada Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dan PTNNT terkait dengan
penyusunan kebijakan dan strategi dalam penguatan kemandirian pangan
masyarakat.
Ruang Lingkup Kajian
Kajian ini dimaksudkan untuk merumuskan strategi pengembangan
program comdev PTNNT sektor pertanian untuk memperkuat kebijakan
ketahanan pangan beras Kabupaten Sumbawa Barat. Untuk mencapai tujuan
tersebut akan dilakukan kajian implementasi program Comdev PTNNT sektor
pertanian, implementasi kebijakan ketahanan pangan beras Pemerintah KSB, serta
menganalisis sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan kebijakan
ketahanan pangan Pemerintah KSB dalam menjamin ketahanan pangan beras di
KSB.
Untuk mencapai tujuan tersebut makan lingkup kajian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah pendekatan kualitatif
yang didukung pendekatan kuantiatif, dengan pengumpulan data melalui
wawancara mendalam, Focus group discusion, studi dokumen dan
obervasi/dokumentasi lapangan.
2. Rujukan yang digunakan dalam evaluasi ini adalah dokumen renstra program
Comdev PTNNT 2009-2013, dan kebijakan ketahanan pangan KSB.
3. Analisis yang dilakukan berfokus pada implementasi program Comdev
PTNNT dan analisis tingkat kemandirian pangan KSB di lihat dari sisi
produksi dan konsumsi pangan beras serta sinergitas dari kedua program
tersebut.
4. Cakupan wilayah studi adalah adalah Kabupaten Sumbawa barat dengan
pada 3 kecamatan sasaran utama program Comdev PTNNT dan salah satu
desaa di luar sasaran program Comdev PTNNT.
5. Perumusan rancangan strategi dan rencana program/aksi dilakukan dalam
forum FGD untuk pengumpulan data sebagai masukan dalam analisis faktor
internal dan eksternal menggunakan analisis SWOT.

6

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Community Development (Comdev).
Pengembangan masyarakat dapat dipandang sebagai suatu proses, metode,
program, atau gerakan. Dengan kata lain, gambaran tersebut menunjukkan empat
cara untuk memandang pengembangan masyarakat. Sebagai suatu “Proses”
Pengembangan masyarakat sebagai suatu proses bergerak dalam tahapan-tahapan,
dari suatu kondisi atau keadaan tertentu ke tahap berikutnya. Sebagai suatu
“Metode” Pengembangan masyarakat merupakan suatu cara untuk mencapai
tujuan dengan cara sedemikian rupa sehingga beberapa tujuan dapat dicapai.
Sebagai suatu “Program” Metode pengembangan masyarakat dinyatakan sebagai
suatu gugus prosedur dan isinya dinyatakan sebagai suatu daftar kegiatan. Sebagai
suatu “Gerakan” Pengembangan masyarakat merupakan suatu perjuangan,
sehingga ini menjadi alasan yang membuat orang-orang mengabdi (Sanders dalam
Nasdian 2014).
Dalam pengembangan masyarakat terdapat prinsip-prinsip yang
merupakan penjabaran dari perspektif ekologi dan keadilan sosial. Prinsip prinsip
ini saling terkait dalam pelaksanaannya. Sulit sekali menjalankan satu prinsip
tanpa mengaitkan dengan prinsip yang lainnya. Pemahaman terhadap prinsip ini
perlu dilakukan agar dalam penerapan pengembangan masyarakat, seorang
community worker mempunyai orientasi yang tidak hanya bersifat pragmatis
tetapi juga mempunyai visi jangka panjang (Nasdian 2014).
Pengembangan masyarakat (community development) sebagai suatu
perencanaan sosial perlu berlandaskan pada asas-asas: (1) komunitas dilibatkan
dalam setiap proses pengambilan keputusan; (2) mensinergikan strategi
komprehensif pemerintah, pihak-pihak terkait (related parties), dan partisipasi
warga; (3) membuka akses warga atas bantuan profesional, teknis, fasilitas, serta
insentif lainnya agar meningkatkan partisipasi warga; dan (4) mengubah perilaku
profesional agar lebih peka pada kebutuhan, perhatian, dan gagasan warga
komunitas (Ife 1995).
Lebih lanjut Budimanta dan Rudito (2008) menyebutkan bahwa prinsip
dasar pengembangan masyarakat (community development) yang bersumber dari
dunia usaha dan pemerintah pada dasarnya masih memandang komuniti lokal
sebagai obyek yang harus diperhatikan dan dirubah agar dapat setara
kehidupannya dengan komuniti lain yang mandiri. Berbeda dengan pandangan
pemerintah dan perusahaan, banyak anggapan dari komuniti lokal dan komuniti
pendatang yang bukan industri melihat industri pertambangan sebagai sesuatu
yang tidak menguntungkan bahkan lebih merupakan suatu bencana. Anggapan ini
didasari adanya posisi pemerintah dan dunia usaha (industri) adalah sebagain
pendatang dengan kekuatan ekonomi dan politik yang mencari kehidupan di
wilayah mereka.
Secara lebih rinci Dubois dan Miley dalam Huraerah (2008), memberi
beberapa prinsip yang dapat menjadi pedoman dalam pemberdayaan masyarakat :
1. Membangun relasi pertolongan yang: (a) merefleksi respons empati; (b)
menghargai pilihan dan hak klien menentukan nasibnya sendiri (self-

8

2.

3.

4.

determination); (c) menghargai perbedaan dan keunikan individu; dan (d)
Menekankan kerjasama klien (client partnership).
Membangun komunikasi yang: (a) menghormati martabat dan harga diri
klien; (b) mempertimbangkan keragaman individu; (c) berfokus pada klien;
dan (d) menjaga kerahasiaan klien.
Terlibat dalam pemecahan masalah yang: (a) memperkuat partisipasi klien
dalam semua aspek proses pemecahan masalah; (b) menghargai hak-hak
klien; (c) merangkai tantangan sebagai kesempatan belajar; dan (d)
melibatkan klien dalam pembuatan keputusan dan evaluasi.
Merefleksi sikap nilai profesi pekerjaan sosial melalui: (a) ketaatan terhadap
kode etik profesi; (b) Keterlibatan dalam pengembangan profesional, riset,
dan perumusan kebijakan; (c) penerjemah kesulitan-kesulitan pribadi dalam
isu-isu publik; dan (d) penghapusan segala bentuk diskriminasi dan
ketidaksetaraan kesempatan.

Kemudian dipaparkan oleh Suharto (2010), bahwa pengembangan
masyarakat (community development) mengekspresikan nilai-nilai keadilan,
kesetaraan, akuntabilitas, kesempatan, pilihan, partisipasi, kerjasama, dan proses
belajar yang berkelanjutan. Pendidikan, pendampingan dan pemberdayaan adalah
inti dari pengembangan masyarakat. Pengembangan masyarakat berkenaan
dengan bagaimana mempengaruhi struktur dan relasi kekuasaan untuk
menghilangkan hambatan-hambatan yang mencegah orang beradaptasi dalam
kegiatan-kegiatan yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Disebutkan pula oleh Suharto (2010), bahwa tujuan pengembangan
masyarakat adalah memberdayakan individu-individu dan kelompok-kelompok
orang melalui penguatan kapasitas (termasuk kesadaran, pengetahuan dan
keterampilan-keterampilan) yang diperlukan untuk mengubah kualitas kehidupan
komunitas mereka. Kapasitas tersebut seringkali berkaitan dengan penguatan
aspek ekonomi dan politik melalui pembentukan kelompok-kelompok sosial besar
yang bekerja berdasarkan agenda bersama.
Pengembangan masyarakat secara umum diaktulisasikan dalam beberapa
tahapan manajemen mulai dari perencanaan, pengkoordinasian, dan
pengembangan berbagai langkah penanganan program atau proyek
kemasyarakatan. Sebagai suatu kegiatan kolektif, pengembangan masyarakat
melibatkan aktor seperti : pekerja sosial, masyarakat setempat, lembaga donor,
serta para mitra terkait. Mereka bekerja sama dalam perencanaan, pelaksanaan
sampai monitoring evaluasi program (Suharto dalam Zubaedi 2013).
Lebih lanjut dijelaskan oleh Zubaedi (2013), bahwa usaha-usaha yang
dilakukan para aktivis dalam mengorganisasikan kelompok-kelompok sasaran
program pengembangan masyarakat umumnya dilakukan dengan beberapa cara.
Adakalanya, dilakukan dengan mengintegrasikan kelompok sasaran ke dalam
berbagai kelompok informal yang sudah berkembang di tengah-tengah
masyarakat. Jadi, para pekerja sosial tinggal memanfaatkan atau mendinamiskan
kelompok-kelompok yang sudah ada dengan memeperkenalkan kegiatan baru.
Cara lain, adakalanya dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok baru
yang didasarkan atas kesamaan jenis kegiatan dan kepentingan di antara mereka.
Berkaitan dengan pengorganisasian kelompok sasaran ini, tampaknya sangat
dipengaruhi oleh dukungan positif dari tokoh-tokoh lokal.

9

Corporate Social Responsibility (CSR)
CSR merupakan konsep yang terus berkembang namum belum memiliki
sebuah defenisi standar maupun seperangkat kriteria spesifik yang diakui secara
penuh oleh pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Secara konseptual, CSR juga
bersinggungan dan bahkan sering dipertukarkan dengan frasa lain, seperti
corporate rensponsibility, corporate sustainability, corporate accountabiity,
corporate citizeship, dan corporate stewardship (Suharto 2010).
Lebih lanjut Suharto (2010) memaparkan bahwa CSR diterapkan pada
perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam konteks ekonomi global, nasional
maupun lokal. Komitmen dan aktivitas CSR pada intinya merujuk pada aspekaspek perilaku perusahaan (firm’s behavior), termasuk kebijakan dan program
perusahaan yang menyangkut dua elemen kunci:
1. Good corporate governance : etika bisnis, manajemen sumber daya manusia,
jaminan sosial bagi pegawai negeri, serta kesehatan, dan keselamatan kerja.
2. Good corporate responsibility : pelestarian lingkungan, pengembangan
masyarakat (community development), perlindungan hak azasi manusia,
perlindungan konsumen, relasi dengan pemasok, dan penghormatan terhadap
hak-hak pemangku kepentingan lainnya.
Perkembangan konsep CSR berjalan seiring dengan perkembangan konsep
stakeholder. Adapun konsep stakeholder sendiri tidak dilepaskan
perkembangannya dari adopsi pendekatan sistem ke dalam teori manajemen.
Pengenalan terhadp konsep lingkungan organisasi perusahaan yang berkembang
sejalan dengan berkembangnya pendekatan sistem dalam manajmen, telah
mengubah cara pandang manajer dan para ahli teori manajmen terhadap
organisasi, terutama mengenai bagaimana suatu organisasi perusahaan dapat
mencapai tujuan secara efektif (Kartini 2009).
Freeman dalam Kartini (2009) mendefenisikan stakeholder sebagai “setiap
kelompok individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian
tujuan perusahaan”. Pada awalnya yang dengan stakeholder mencakup para
pemegang saham (stockholders), para karyawan (employees), para pelanggan
(customers), para pemasok (suppliers), para pemberi pinjaman (landers) dan
masyarakat luas (society).
Berdasarkan kaitannya dengan perusahaan, Jones dalam Kartini (2009)
selanjutnya mengklasifikasikan stakeholders ke dalam dua kategori, yaitu:
1. Para pemangku kepentingan di dalam perusahaan (inside stakeholders),
terdiri dari orang-orang yang memiliki kepentingan dan tuntutan terhadap
sumberdaya perusahaan serta berada di dalam organisasi perusahaan. Yang
termasuk ke dalam kategori inside stakeholders adalah pemegang saham
(stockholders), para manajer (managers), dan karyawan (employees).
2. Para pemangku kepentingan di luar perusahaan (outside stakeholders), terdiri
dari orang-orang maupun pihak-pihak yang bukan pemilik perusahaan,
bukan pemimpin perusahaan, dan bukan pula karyawan perusahaan tapi
memiliki kepentingan terhadap perusahaan dan dipengaruhi oleh keputusan
serta tindakan yang dilakukan oleh perusahaan. Selain itu kelompok
pemangku kepentingan ini dapat mempengaruhi perusahaan. Yang termasuk
ke dalam katagori outside stakeholders adalah pelanggan (customers),
pemasok (supplier), pemerintah (government), masyarakat lokal (local
communities) dan masyarakat secara umum (general public).

10

Dalam menjalankan tanggungjawab sosialnya, perusahaan memfokuskan
perhatiannya kepada tiga hal yaitu (profit), masyarakat (people), dan lingkungan
(planet). Perusahaan harus memiliki tingkat profitabilitas yang memadai sebab
laba merupakan fondasi bagi perusahaan untuk dapat berkembang dan
mempertahankan eksistensinya. Dengan perolehan laba yang memadai,
perusahaan dapat membagi deviden kepada pemegang saham, memberi imbalan
yang layak kepada karyawan, mengalokasikan sebagian laba yang diperoleh untuk
pertumbuhan dan pengembangan usaha di masa depan, membayar pajak kepada
pemerintah, dan memberikan multiplier effect yang diharapkan kepada
masyarakat (Susiloadi 2008).
Dalam menjalankan aktivitas CSR tidak ada standar atau praktik-praktik
tertentu yang dianggap terbaik. Setiap perusahaan memiliki karakteritik dan
situasi yang unik yang berpengaruh terhadap bagaimana mereka memandang
tanggung jawab sosial. Model atau pola CSR yang umum diterapkan oleh
perusahaan-perusahaan di Indonesia sebagai berikut (Susiloadi 2008):
1. CSR bisa dilaksanakan secara langsung oleh perusahaan. Perusahaan
menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan
sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa
perantara. Untuk menjalankan tugas ini, perusahaan bisa menugaskan salah
satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager
atau menjadi bagian dari tugas divisi human resource development atau
public relations.
2. CSR bisa pula dilaksanakan oleh yayasan atau organisasi sosial milik
perusahaan atau groupnya. Perusahaan mendirikan yayasan atau organisasi
sosial sendiri di bawah perusahaan atau group-nya yang dibentuk terpisah
dari organisasi induk perusahaan namun tetap harus bertanggung jawab ke
CEO atau ke dewan direksi. Model ini merupakan adopsi yang lazim
dilakukan di negara maju. Disini perusahaan menyediakan dana awal, dana
rutin atau dana abadi yang dapat digunakan untuk operasional yayasan.
3. Sebagian besar perusahaan di Indonesia menjalankan CSR melalui kerjasama
atau bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui
kerjasama dengan instansi pemerintah, perguruan tinggi, LSM, atau lembaga
konsultan baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan
sosialnya.
4. Beberapa perusahaan bergabung dalam sebuah konsorsium untuk secara
bersamasama menjalankan CSR. Perusahaan turut mendirikan, menjadi
anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan
sosial tertentu. Pihak konsorsium yang dipercaya oleh perusahaan-perusahaan
yang mendukungnya akan secara proaktif mencari kerjasama dari berbagai
kalangan dan kemudian mengembangkan program yang telah disepakati.
Dalam konteks dunia usaha, Comdev adalah bagian dari tanggung jawab
sosial perusahaan atau dikenal dengan Corporate Social Responsibilty (CSR).
PTNNT telah melakukan berbagai program Comdev bagi masyarakat sekitar
wilayah perusahaan. Program tersebut adalah bentuk komitmen perusahaan untuk
membangun kualitas kehidupan lebih baik, terutama peningkatan taraf hidup
masyarakat sekitar lokasi perusahaan. Saat ini, program Comdev tidak hanya
dilihat sebagai bentuk kepedulian sosial terhadap masyarakat, namun juga sebagai

11

sebuah langkah strategis untuk meningkatkan kinerja perusahaan dalam menjaga
keberlangsungan usaha, terutama bagi investasi jangka panjang industri
pertambangan. (Laporan Comdev PTNNT 2012).
Kebijakan Ketahanan Pangan
Strategi yang selama ini dianut dalam pembangunan pertanian adalah
membangun ketahanan pangan (food security). Ketahanan pangan didefinisikan
sebagai akses fisik dan ekonomi semua orang terhadap pangan secara cukup,
aman, dan bergizi pada setiap waktu untuk hidup aktif, sehat, dan produktif
(Swastika 2011).
Dengan menggunakan konsep ketahanan pangan, suatu negara bisa saja
mencapai tingkat ketahanan pangan yang baik diukur dari tingkat ketersediaan
pangan di tingkat rumah tangga, walaupun kebutuhan pangan tersebut terpenuhi
dengan cara membeli produk impor. Jelas terlihat bahwa bagi negara, kecukupan
pangan yang menjamin bahwa setiap individu akan mampu hidup sehat dan aktif
saja mestinya tidak cukup. Karena itu muncul konsep kemandirian pangan yang
memberikan penekanan pada pentingnya melepaskan diri dari ketergantungan
terhadap produk impor. Konsep kemandirian pangan menitikberatkan pada
pentingnya pemenuhan pangan yang berbasis pada sumberdaya lokal. Dalam hal
ini, konsep kemandirian pangan menuntut pemerintah untuk membangun
ketahanan pangan yang berbasiskan kekuatan dan keunikan sumber daya lokal
sehingga terciptalah kemandirian pangan (Hariyadi 2011).
Lebih lanjut Hariyadi (2011) memaparkan bahwa bagi banyak pihak,
konsep kemandirian pangan ini masih menyisahkan kerisauan, khususnya yang
berkaitan dengan tingkat partisipasi masyarakat lokal dalam upaya kemandirian
pangan. Keterlibatan segenap unsur masyarakat dalam mengelola sumber daya
lokal yang berkontribusi pada kemandirian pangan menjadi faktor penting dalam
membangun kemandirian pangan sehingga terlahirlah kedaulatan pangan. Dengan
demikian, kedaulatan pangan tidak hanya menekankan pada sumber daya lokal
sebagai basis pemenuhan kebutuhan pangan, tetapi juga menekankan pada
peranan masyarakat lokal. Keterlibatan aktif masyarakat lokal diyakini akan
menjadikan lingkungan sekitar dan kondisi sosial-budaya serta politik pangan
masyarakat lokal lebih berkembang. Jadi, konsep kedaulatan pangan tidak semata
menitikberatkan pada tercapainya kondisi kecukupan pangan agar setiap individu
mampu hidup sehat dan aktif, tetapi juga setiap individu dalam masyarakat harus
mampu mencapai tingkat kesejahteraan yang memadai.
Secara sederhana, perbedaan ketiga konsep tersebut ketahanan,
kemandirian, dan kedaulatan pangan serta beberapa indikatornya disarikan oleh
Hariyadi (2011) seperti tersaji pada Tabel 1.

12

Tabel 1 Perbandingan indikator ketahanan pangan, kemandirian pangan dan
kedaulatan pangan

Defenisi

Indikator
ketersediaan
pangan

Indikator
keterjangkauan
pangan

Indikator
konsumsi pangan

Indikator
Kemandirian

Indikator
Kedaulatan

Ketahanan
Pangan
Adalah kondisi terpenuhinya
pangan bagi rumah tangga
yang
tercermin
dari
tersedianya pangan yang
cukup, baik jumlah maupun
mutunya,aman, merata, dan
terjangkau

• Kecukupan
jumlah
(kuantitas)
• Kecukupan mutu
• Kecukupan gizi
• Keamanan
• Keterjangkauan
fisik,
ekonomi, dan sosial
• Kesesuaian
dengan
preferensi

• Kecukupan asupan
• Kualitas
pengelolaan
pangan
• Kualitas sanitasi
• Kualitas air
• Kualitas pengasuhan anak

Kemandirian
Pangan
Adalah
Kemampuan
produksi
pangan
dalam
negeri
yang
disukung
kelembagaan
ketahanan
pangan
yang
mampu
menjamin
pemenuhan
kebutuhan pangan yang
cukup
ditingkat
rumah
tangga, baik dalam jumlah,
mutu, keamanan, maupun
harga yang terjangkau, yang
didukung
oleh
sumbersumber
pangan
yang
beragam
mulai
dengan
keragaman lokal.
• Kecukupan
jumlah
(kuantitas)
• Kecukupan mutu
• Kecukupan gizi
• Keamanan
• Keterjangkauan
fisik,
ekonomi, dan sosial
• Kesesuaian
dengan
preferensi
• Kesesuaian
dengan
kebiasaan dan budaya
• Kesesauian
dengan
kepercayaan
• Kecukupan asupan
• Kualitas
pengelolaan
pangan
• Kualitas sanitasi
• Kualitas air
• Kualitas pengasuhan anak
• Tingkat
ketergantungan
impor pangan
• Tingkat
ketergantungan
impor sarana produksi
pangan (benih, pupuk,
mesin-mesin, dll)

Kedaulatan
Pangan
Adalah hak negara dan bangsa
yang secara mandiri dapat
menentukan
kebijakan
pangannya yang menjamin hak
atas pangan bagi rakyatnya
serta memberikan hak bagi
masyarakatnya
untuk
menetukan sistem pertanian
pangan yang sesuai dengan
potensi sumber daya lokal

• Kecukupan
jumlah
(kuantitas)
• Kecukupan mutu
• Kecukupan gizi
• Keamanan
• Keterjangkauan
fisik,
ekonomi, dan sosial
• Kesesuaian
dengan
preferensi
• Kesesuaian
dengan
kebiasaan dan budaya
Kesesauian
dengan
kepercayaan
• Kecukupan asupan
• Kualitas pengelolaan pangan
• Kualitas sanitasi
• Kualitas air
• Kualitas pengasuhan anak
• Tingkat
ketergantungan
impor pangan
Tingkat
ketergantungan impor sarana
produksi pangan (benih, pupuk,
mesin-mesin, dll)
• Tingkat
keanekaragaman
sumberdaya pangan lokal
• Tingkat
partisipasi
masyarakat di dalam sistem
pangan
• Tingkat degradasi mutu
lingkungan
• Tingkat
kesejahteraan
masyarakat petani, nelayan,
dan peternak

Sumber: Riset dan Teknologi Pendukung Peningkatan Kedaulatan Ketahanan
Pangan (Hariyadi 2011)
Program Pembangunan Ketahanan Pangan Sumbawa Barat sesuai dengan
Rencana Strategis Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), yaitu
terwujudnya ketahanan pangan, terpenuhinya sandang murah, hunian sehat, dan
lingkungan pemukiman yang layak, tersedianya lapangan kerja yang semakin luas,
terwujudnya keluarga berkualitas, meningkatnya kualitas pendidikan, kesehatan
dan kesejahteraan sosial yang terus diupayakan melalui pemberdayaan aparat dan
masyarakat agar mampu memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya ketahanan

13

pangan, serta mampu mengatasi kendala dalam mewujudkan ketahanan pangan
dengan (Bappeda KSB 2012):
1. Memanfaatkan potensi dari keragaman sumberdaya lokal untuk peningkatan
ketersediaan pangan, dengan memanfaatkan teknologi spesifik lokasi dan
ramah lingkungan.
2. Mendorong masyarakat untuk mau dan mampu dalam mengkonsumsi pangan
beragam, bergizi seimbang dan aman melalui pemberdayaan masyarakat,
peningkatan cita rasa dan citra pangan khas daerah/Indonesia serta
pengembangan produk dan mutu produk pangan bergizi.
3. Mengembangkan perdagangan/pemasaran pangan regional dan antar daerah
untuk menjamin pasokan dan ketersediaan pangan yang terjangkau oleh
masyarakat.
4. Memanfaatkan pasar pangan secara bijaksana bagi pemenuhan konsumen
yang beragam.
5. Memberikan jaminan akses yang lebih baik bagi masyarakat miskin
perkotaan dan pedesaan atas pangan yang bersifat pokok.
Menyadari adanya permasalahan dalam mewujudkan pemantapan
ketahanan pangan daerah dan Nasional, Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat
terus melakukan koordinasi/ konsultasi dengan pemerintah provinsi dan pusat
sehingga secara terprogram dan terencana terus meningkatkan anggaran dalam
pembangunan ketahanan pangan. Dalam pelaksanaan program pembangunan
ketahanan pangan, Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat melalui Badan
Ketahanan Pangan dan instansi terkait lainnya, melaksanakan kegiatan skala
prioritas yaitu (Buletin Suara KTC 2012):
1. Menyusun/membuat peta kerawanan pangan (Food Insecurity Atlas/FIA)
guna mendukung lokasi pengembangan Desa Mandiri Pangan.
2. Stabilitas harga komoditas primer (gabah/beras) melalui DPM-LUEP, LDPM.
3. Percepatan diversifikasi konsumsi pangan dan penanganan daerah rawan
pangan.
4. Pemantapan Kelembagaan Dewan Ketahanan Pangan.
Masih dikutip dari Buletin Suara KTC (2012), ketahanan pangan
dihasilkan oleh suatu sistem pangan yang terdiri atas: (1) Ketersediaan pangan
dal