Analisis faktor-faktor pendukung penguatan calon penyuluh pertanian ahli untuk pembangunan ketahanan pangan

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG

PENGUATAN CALON PENYULUH PERTANIAN AHLI

UNTUK PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN

(Kasus Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor)

YOYON HARYANTO

`

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Faktor-Faktor Pendukung Penguatan Calon Penyuluh Pertanian Ahli untuk Pembangunan Ketahanan Pangan (Kasus Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2011

Yoyon Haryanto NRP I153084045


(3)

ABSTRACT

YOYON HARYANTO. The Analysis of Supporting Factors in Strengthening Agricultural Extension Expert Candidates for the Development of Food Security; Case of High School Agricultural Extension Bogor. Under direction of SITI MADANIJAH and M. RIZAL. M. DAMANIK.

The improvement of understanding for agricultural extension expert candidate on the duties and functions of agricultural extension and food security in the STPP Bogor had never been properly measured. Characteristics of area of origin, formal education, non formal education, field of expertise and mastery level of perception the material were all factors supporting the strengthening of agricultural extension specialist candidates in STPP Bogor. The aim of this research was to analysis the candidates understanding of agricultural extension expert on basic tasks and functions, food security, and formulate strategies that support the curriculum development of these competencies. The method used in this study was complete enumeration which processed by descriptive, correlation, multiple regression analysis, and SWOT analysis. The result of the study showed that factor influencing the basic tasks and functions, and food security was characteristic of local origin. This result was also strengthened with the relationship between the origin of agricultural extension expert candidate against level of understanding of the basic tasks and functions, and knowledge of food security. Agricultural extension specialist candidate from the Indonesian West Region had better level of understanding than Indonesian Central and East Regions. Chosen strategy for curriculum development in the STPP Bogor is in quadrant two. Shared commitment among all parties involved in the process of education and increased capacity of agricultural extension expert candidates in providing agricultural extension agents who had a double competence was essential to make it happen.

Key words: agricultural extension expert candidate, tasks and functions, food security, curriculum


(4)

Penyuluh Pertanian Ahli untuk Pembangunan Ketahanan Pangan; Kasus Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor. Dibimbing oleh SITI MADANIJAH dan M. RIZAL M. DAMANIK.

Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan salah satu dari “Triple Track Strategy” dalam rangka pengurangan kemiskinan dan pengangguran, serta peningkatan daya saing ekonomi nasional. Sejalan dengan kebijakan pemerintah tersebut, Kementerian Pertanian telah menetapkan visi pembangunan pertanian yaitu; “Terwujudnya Pertanian Tangguh untuk Pemantapan Ketahanan Pangan, Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Produk Pertanian serta Peningkatan Kesejahteraan Petani”. Untuk mewujudkan ketahanan pangan suatu wilayah, diperlukan kebijakan pemerintah yang lebih berpihak kepada petani agar seluruh rangkaian proses produksi pertanian dapat berjalan dengan optimal melalui pencapaian produksi dan stabilitas harga yang menempatkan petani pada posisi tawar yang menguntungkan. Pencapaian tersebut dapat terlaksana bila didukung juga oleh kondisi sumberdaya manusia petani dan penyuluh pertanian yang berkualitas.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme penyuluh pertanian adalah melalui Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Fungsional bagi Penyuluh Pertanian sesuai Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : PER/02/MENPAN/5/2008 Pasal 29 atau pendidikan formal (tugas belajar) setara strata-1 di enam Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) yang ada di Indonesia salah satunya adalah STPP Bogor. Namun peningkatan pemahaman calon penyuluh pertanian ahli tentang tupoksi penyuluh pertanian dan ketahanan pangan di STPP Bogor selama ini belum terukur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemahaman calon penyuluh pertanian ahli terhadap tupoksi penyuluh pertanian dan ketahanan pangan, serta merumuskan strategi pengembangan kurikulum yang mendukung terhadap kompetensi tersebut.

Penelitian ini dilakukan di Kampus Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor. Pengambilan data dilaksanakan pada Bulan Agustus sampai Oktober 2010. Contoh penelitian diambil secara keseluruhan yaitu 180 calon penyuluh pertanian ahli. Data dianallisis secara deskriptif untuk mengetahui karakteristik calon penyuluh pertanian ahli. Uji korelasi Pearson dan Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan karakteristik calon penyuluh pertanian ahli dengan pemahaman tupoksi dan pengetahuan ketahanan pangan. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pemahaman tupoksi dan pengetahuan ketahanan pangan dilakukan dengan analisis regresi berganda. Analisis SWOT digunakan untuk menganalisis strategi pengembangan kurikulum di STPP Bogor yang dapat menunjang kompetensi yang dihasilkan. Karakteristik asal daerah, pendidikan formal, pendidikan non formal, bidang keahlian, dan persepsi tingkat penguasaan materi merupakan faktor-faktor yang diduga berpengaruh dalam penguatan calon penyuluh pertanian ahli di STPP Bogor.

Hasil penelitian menunjukkan karakteristik calon penyuluh pertanian ahli di STPP Bogor cukup beragam. Secara umum calon penyuluh pertanian ahli sudah cukup memahami tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian, terdapat 71% yang memiliki pemahaman dalam kategori sedang dan 28% dalam kategori rendah. Hanya 1% calon penyuluh pertanian yang memiliki tingkat pemahaman tupoksi dalam kategori tinggi. Tingkat pengetahuan ketahanan pangan calon penyuluh pertanian ahli secara mayoritas dalam kategori sedang (76%) dan 24% lagi dalam


(5)

kategori rendah; tidak ada satu pun calon penyuluh pertanian ahli yang berkategori tinggi. Masih rendahnya pengetahuan terhadap ketahanan pangan ini dikarenakan tidak terstrukturnya mata kuliah yang berhubungan dengan ketahanan pangan sehingga calon penyuluh pertanian ahli kurang memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang ketahanan pangan.

Karakteristik asal daerah calon penyuluh pertanian ahli memberikan pengaruh pada pemahaman tugas pokok dan fungsi seorang penyuluh pertanian ahli dan tingkat pengetahuan ketahanan pangan. Calon penyuluh pertanian ahli dari Wilayah Indonesia Barat cenderung lebih dapat memahami dalam menjabarkan tugas pokok dan fungsinya dan memiliki pengetahuan ketahanan pangan cukup baik dibandingkan calon penyuluh pertanian ahli dari Indonesi Tengah dan Timur. Keempat karakteristik lainnya (pendidikan formal, pendidikan non formal, bidang keahlian dan tingkat penguasaan materi) tidak memberikan pengaruh yang nyata pada pemahaman tupoksi, sedangkan pada pengetahuan ketahanan pangan persepsi tingkat penguasaan materi memberikan pengaruh yang nyata dan tiga karakteristik lainnya tidak berpengaruh nyata namun tetap cukup memberikan landasan kemampuan dalam berpikir dan bertindak dalam mengaplikasikan tupoksi tersebut.

Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa karakteristik calon penyuluh pertanian ahli memiliki korelasi yang tidak terlalu erat dalam membangun pengetahuan ketahanan pangan, sehingga pengetahuan ketahanan pangan sebagian besar calon penyuluh pertanian ahli berada dalam kategori sedang dan rendah. Strategi terpilih untuk pengembangan kurikulum di STPP Bogor berada pada kuadran II dengan alternatif trategi adalah melalui peningkatan sumberdaya manusia staf pengajar dan pendukungnya melalui pendidikan formal, pendidikan non formal melalui pelatihan substansial sesuai kebutuhan untuk memenuhi tuntutan output STPP Bogor yang berkualitas dan mempertahankan proses pembelajaran berdasarkan keahlian (pertanian dan peternakan) dan jika diperlukan menambah bidang keahlian atau program studi.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, untuk mewujudkan alumni STPP Bogor sebagai penyuluh pertanian ahli yang andal dan memiliki kompetensi ganda baik penyuluhan pertanian dan ketahanan pangan diperlukan kurikulum yang seimbang antara ilmu penyuluhan dan ketahanan pangan. Oleh karena itu perubahan kurikulum mutlak diperlukan, karena saat ini 80% mata kuliah mengarah pada kompetensi penyuluhan dan hanya 20% kompetensi lainnya salah satunya adalah ketahanan pangan. Alternatif lainnya adalah tanpa merubah kurikulum yang ada dapat dilakukan dengan memberikan porsi yang cukup pada beberapa mata kuliah yang ada kaitannya dengan ketahanan pangan sehingga kompetensi ketahanan pangan dapat dimiliki oleh calon penyuluh pertanian ahli.


(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(7)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG

PENGUATAN CALON PENYULUH PERTANIAN AHLI

UNTUK PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN

(Kasus Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor)

YOYON HARYANTO

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Manajemen Ketahanan Pangan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(8)

(9)

Nama : Yoyon Haryanto NRP : I153084045

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, M.S. drh. M. Rizal M. Damanik, MRepSc, PhD Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Manajemen Ketahanan Pangan

drh. M. Rizal M. Damanik, MRepSc, PhD

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.


(10)

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rakhmat dan hidayah-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Manajemen Ketahanan Pangan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Adapun judul tesis yang penulis susun tersebut adalah Analisis Faktor-Faktor Pendukung Penguatan Calon Penyuluh Pertanian Ahli untuk Pembangunan Ketahanan Pangan (Kasus Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor).

Tesis ini tentunya tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS, selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak drh. M. Rizal M. Damanik, MRepSc, PhD selaku anggota komisi pembimbing dan Ketua Program Studi Manajemen Ketahanan Pangan. 2. Bapak Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS, selaku penguji luar komisi pada ujian

tesis atas masukkannya untuk menyempurnakan tesis ini.

3. Ibu Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS, selaku pembahas pada kolokium yang telah memberikan banyak masukan dan koreksi atas proposal penelitian. 4. Bapak Yayat Heryatno, SP, MPS, selaku moderator di kolokium dan ujian

tesis.

5. Ketua Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor (Alm. Bapak Dr. Ir. Asmiun Noeralam, MS., Bapak Dr. Ir. Thomas Widodo., Bapak Dr. Kusharyono, SE, MM., dan Bapak Ir. Maspur Makhmudi, MM) atas ijin dan kesempatannya dalam penyelesaian studi di Institut Pertanian Bogor.

6. Bapak Dr. Ir. Soesilo Wibowo, MS, Ibu Nawangwulan Widyastuti, SP, M.Si, dan Ibu Nani Indrawati atas motivasi dan semangat yang diberikan kepada penulis selama studi.

7. Ayah, Ibu dan Istriku tercinta (Wiwik Yuniarti, SP), atas dukungan dan segala do’anya dengan penuh kesabaran dan pengertian.

8. Dosen-dosen STPP Bogor yang telah membantu dan memberikan semangat dalam penyelesaian studi (Dr. Lukman Effendy, MS, Dedy Kusnadi, SP, M.Si, Wida Pradiana, SP, M.Si, Achmad Musyadar, SE, MM)


(11)

9. Rekan-rekan enumerator yang membantu dalam pengambilan data primer di lapangan (Junaidi, SST; Andriani HD, STP; dan Rita Ujianti, SE)

10. Rekan-rekan Angkatan III Manajemen Ketahanan Pangan (Elok, Ferdi dan Hasra) serta Mbak Resi dan Nurul yang telah membantu selama studi. 11. Seluruh mahasiswa dan Sivitas Akademika STPP Bogor atas bantuan dan

dukungannya, dan semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan dengan berlipat ganda dan diberikan kelancaran dalam setiap urusannya.

Penulis sangat menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna, namun demikian semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Bogor, Januari 2011 Penulis


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Majalengka, Jawa Barat pada tanggal 29 November 1984. Penulis merupakan putera dari pasangan Bapak Sudinta dan Ibu Wanti Hermawati sebagai anak pertama dari dua bersaudara.

Pendidikan SD sampai dengan SLTA diselesaikan di Kabupaten Majalengka. Penulis menamatkan pendidikan sekolah menengah atas di Sekolah Pembangunan Pertanian Negeri Majalengka pada tahun 2002 dan di tahun yang sama penulis diterima pada Sekolah Kedinasan milik Kementerian Pertanian di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor pada Jurusan Penyuluhan Pertanian dan menamatkannya pada tahun 2006. Pada Januari tahun 2009 penulis berkesempatan melanjutkan studi program magister pada Program Studi Manajemen Ketahanan Pangan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Sejak tahun 2006 penulis diangkat sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Kementerian Pertanian, dengan penempatan di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian.


(13)

xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 2

Tujuan ... 3

Kegunaan ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Penyuluhan Pertanian ... 5

Persepsi ... 6

Tugas Pokok dan Fungsi Penyuluh Pertanian ... 7

Ketahanan Pangan ... 16

Penyuluh Pertanian dan Ketahanan Pangan ... 17

Karakteristik Penyuluh Pertanian ... 19

Kurikulum ... 21

KERANGKA PEMIKIRAN ... 23

METODE ... 25

Desain, Tempat dan Waktu ... 25

Unit Analisis ... 25

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 26

Operasional Variabel ... 27

Uji Validitas dan Reliabilitas ... 29

Pengolahan dan Analisis Data ... 31

Definisi Istilah ... 34

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

Gambaran Umum Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor ... 36

Karakteristik Calon Penyuluh Pertanian Ahli ... 38

Karakteristik Umum ... 38

Karakteristik Pendidikan Formal Calon Penyuluh Pertanian Ahli Sebelum Tugas Belajar di STPP Bogor... 40

Karakteristik Pendidikan Non Formal Calon Penyuluh Pertanian Ahli ... 42


(14)

xiii

Pemahaman Secara Umum ... 44 Pemahaman Calon Penyuluh Pertanian Ahli

Tentang Definisi Penyuluhan Pertanian ... 46 Pemahaman Calon Penyuluh Pertanian Ahli

Tentang Perencanaan Penyuluhan Pertanian ... 47 Pemahaman Calon Penyuluh Pertanian Ahli

Tentang Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian ... 49 Pemahaman Calon Penyuluh Pertanian Ahli

Tentang Evaluasi dan Pelaporan Penyuluhan Pertanian ... 51 Pemahaman Calon Penyuluh Pertanian Ahli

Tentang Pengembangan Sumberdaya Penyuluh Pertanian ... 52 Pemahaman Calon Penyuluh Pertanian Ahli

Tentang Pengembangan Profesi Penyuluh Pertanian ... 53 Pengetahuan Calon Penyuluh Pertanian Ahli terhadap

Ketahanan Pangan ... 55 Pengetahuan Secara Umum ... 55 Pengetahuan Calon Penyuluh Pertanian Ahli

Tentang Definisi Ketahanan Pangan ... 56 Pengetahuan Calon Penyuluh Pertanian Ahli

Tentang Ketersediaan Pangan ... 57 Pengetahuan Calon Penyuluh Pertanian Ahli

Tentang Distribusi Ketahanan Pangan ... 58 Pengetahuan Calon Penyuluh Pertanian Ahli

Tentang Konsumsi Ketahanan Pangan ... 59 Pengetahuan Calon Penyuluh Pertanian Ahli

Tentang Keamanan Pangan ... 61 Hubungan Karakteristik Calon Penyuluh Pertanian Ahli dengan

Pemahaman Tugas Pokok dan Fungsi Penyuluhan Pertanian ... 62 Hubungan Karakteristik Asal Daerah dengan Pemahaman

Tugas Pokok dan Fungsi Penyuluh Pertanian ... 62 Hubungan Karakteristik Pendidikan Formal dengan Pemahaman

Tugas Pokok dan Fungsi Penyuluh Pertanian ... 63 Hubungan Karakteristik Pendidikan Non Formal dengan

PemahamanTugas Pokok dan Fungsi Penyuluh Pertanian ... 64 Hubungan Karakteristik Bidang Keahlian dengan Pemahaman

Tugas Pokok dan Fungsi Penyuluh Pertanian ... 66 Hubungan Karakteristik Persepsi Tingkat Penguasaan

Materi dengan Pemahaman Tugas Pokok dan

Fungsi Penyuluh Pertanian ... 67 Hubungan Karakteristik Calon Penyuluh Pertanian Ahli dengan


(15)

xiv

Hubungan Karakteristik Pendidikan Formal dengan Pengetahuan

Ketahanan Pangan ... 70

Hubungan Karakteristik Pendidikan Non Formal dengan Pengetahuan Ketahanan Pangan ... 71

Hubungan Karakteristik Bidang Keahlian dengan Pengetahuan Ketahanan Pangan ... = 72

Hubungan Karakteristik Persepsi Tingkat Penguasaan Materi dengan Pengetahuan Ketahanan Pangan ... 73

Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Pemahaman Tupoksi ... 74

Faktor Karakteristik Asal Daerah ... 75

Faktor Karakteristik Pendidikan Formal Calon Penyuluh Pertanian Ahli sebelum Masuk STPP Bogor ... 75

Faktor Karakteristik Pendidikan Non Formal ... 76

Faktor Karakteristik Bidang Keahlian (Jurusan) ... 76

Faktor Karakteristik Persepsi Tingkat Penguasaan Materi ... 77

Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Pengetahuan Ketahanan Pangan ... 77

Faktor Karakteristik Asal Daerah ... 78

Faktor Karakteristik Pendidikan Formal Calon Penyuluh Pertanian Ahli sebelum Masuk STPP Bogor ... 78

Faktor Karakteristik Pendidikan Non Formal ... 79

Faktor Karakteristik Bidang Keahlian (Jurusan) ... 79

Faktor Karakteristik Persepsi Tingkat Penguasaan Materi ... 80

Hubungan Pemahaman Tupoksi dan Pengetahuan Ketahanan Pangan ... 80

Analisis Kurikulum STPP Bogor ... 82

Tanggapan Materi Kuliah oleh Dosen dan Pejabat Struktural ... 83

Pengembangan Kurikulum ... 85

Analisis Strategis Pengembangan Kurikulum ... 86

Rumusan Rekomendasi Faktor-Faktor Pendukung Penguatan Kompetensi Calon Penyuluh Pertanian Ahli untuk Pembangunan Ketahanan Pangan ... 93

KESIMPULAN DAN SARAN ... 95

Kesimpulan ... 95

Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97


(16)

xv

1. Populasi calon penyuluh pertanian ahli tugas belajar

di STPP Bogor Tahun 2010 ... 25

2. Karakteristik calon penyuluh pertanian ahli ... 27

3. Pemahaman calon penyuluh pertanian ahli terhadap tugas pokok dan fungsinya ... 28

4. Pengetahuan calon penyuluh pertanian ahli tentang ketahanan pangan ... 29

5. Proporsional sampling pengujian instrumen ... 30

6. Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen tupoksi ... 31

7. Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen ketahanan pangan ... 31

8. Matriks Analisis SWOT ... 33

9. Sebaran calon penyuluh pertanian ahli berdasarkan umur dan jenis kelamin ... 39

10. Sebaran calon penyuluh pertanian ahli berdasarkan asal daerah dan bidang keahlian ... 40

11. Sebaran calon penyuluh pertanian ahli berdasarkan pendidikan formal sebelum tugas belajar di STPP Bogor ... 40

12. Pendidikan non formal yang pernah diikuti oleh calon penyuluh pertanian ahli ... 42

13. Kategori pelatihan calon penyuluh pertanian ahli berdasarkan Pendidikan non formal ... 43

14. Tingkat penguasaan materi penyuluhan dan ketahanan pangan calon penyuluh pertanian ahli ... 44

15. Pemahaman calon penyuluh pertanian ahli terhadap tupoksi ... 45

16. Nilai rata-rata tingkatan calon penyuluh pertanian ahli terhadap tupoksi ... 46

17. Sebaran calon penyuluh pertanian ahli berdasarkan definisi penyuluhan pertanian ... 47

18. Sebaran calon penyuluh pertanian ahli berdasarkan pemahaman perencanaan penyuluhan pertanian ... 48

19. Sebaran calon penyuluh pertanian ahli berdasarkan pemahaman pelaksanaan penyuluhan pertanian ... 50

20. Sebaran calon penyuluh pertanian ahli berdasarkan pemahaman evaluasi dan pelaporan ... 52


(17)

xvi

22. Sebaran calon penyuluh pertanian ahli berdasarkan

pemahaman pengembangan profesi ... 54 23. Sebaran tingkat pengetahuan calon penyuluh pertanian ahli

terhadap ketahanan pangan ... 55 24. Nilai rata-rata pengetahuan calon penyuluh pertanian ahli

terhadap ketahanan pangan ... 56 25. Sebaran calon penyuluh pertanian ahli berdasarkan

pengetahuan definisi ketahanan pangan ... 57 26. Sebaran calon penyuluh pertanian ahli berdasarkan

pengetahuan ketersediaan pangan ... 58 27. Sebaran calon penyuluh pertanian ahli berdasarkan

pengetahuan distribusi pangan ... 59 28. Sebaran calon penyuluh pertanian ahli tentang

pengetahuan konsumsi pangan ... 60 29. Sebaran calon penyuluh pertanian ahli tentang

pengetahuan keamanan pangan ... 61 30. Hubungan karakteristik asal daerah terhadap tupoksi ... 62 31. Hubungan karakteristik pendidikan formal terhadap tupoksi ... 64 32. Hubungan karakteristik pendidikan non formal terhadap tupoksi ... 65 33. Hubungan karakteristik bidang keahlian terhadap tupoksi ... 66 34. Hubungan karakteristik penguasaan materi terhadap tupoksi ... 68 35. Hubungan karakteristik asal daerah dengan ketahanan pangan .. 69 36. Hubungan karakteristik pendidikan formal dengan

ketahanan pangan ... 70 37. Hubungan karakteristik pendidikan non formal

dengan ketahanan pangan ... 71 38. Hubungan karakteristik bidang keahlian dengan

Ketahanan pangan ... 72 39. Hubungan karakteristik penguasaan materi dengan

Ketahanan pangan ... 73 40. Hasil analisis regresi berganda untuk tupoksi ... 74 41. Hasil analisis regresi bergandan untuk ketahanan pangan ... 78 42. Sebaran nilai hubungan pemahaman tupoksi dan pengetahuan

ketahanan pangan ... 81 43. Sebaran nilai tanggapan dosen dan pejabat struktural ... 84


(18)

xvii

46. Evaluasi faktor eksternal ... 90 47. Matriks SWOT Strategi Pengembangan Kurikulum STPP Bogor .. 92


(19)

xviii

Halaman

1. Kerangka pemikiran analisis faktor-faktor pendukung penguatan calon penyuluh pertanian ahli untuk

pembangunan ketahanan pangan ... 24


(20)

xix

1. Kuesioner penelitian untuk mahasiswa STPP Bogor ... 100

2. Kuesioner penelitian untuk fasilitator ... 114

3. Nilai reliabilitas kuesioner tupoksi dan ketahanan pangan ... 117

4. Karakteristik responden ... 118

5. Sebaran calon penyuluh pertanian ahli berdasarkan jawaban yang dipilih pada kuesioner tupoksi ... 125

6. Sebaran calon penyuluh pertanian ahli berdasarkan jawaban yang dipilih pada kuesioner ketahanan pangan ... 126

7. Hasil uji menggunakan Spearman’s rho ... 127

8. Hasil uji menggunakan Pearson ... 128

9. Hasil regresi berganda untuk pemahaman tupoksi ... 129

10. Hasil regresi berganda untuk pengetahuanketahanan pangan ... 130


(21)

Latar Belakang

Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan salah satu dari “Triple Track Strategy” Kabinet Indonesia Bersatu dalam rangka pengurangan kemiskinan dan pengangguran, serta peningkatan daya saing ekonomi nasional. Sejalan dengan kebijakan pemerintah tersebut, Kementerian Pertanian telah menetapkan visi pembangunan pertanian yaitu; “Terwujudnya Pertanian Tangguh untuk Pemantapan Ketahanan Pangan, Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Produk Pertanian serta Peningkatan Kesejahteraan Petani,” maka untuk mewujudkan ketahanan pangan suatu wilayah, diperlukan kebijakan pemerintah yang lebih berpihak kepada petani agar seluruh rangkaian proses produksi pertanian dapat berjalan dengan optimal melalui pencapaian produksi dan stabilitas harga yang menempatkan petani pada posisi tawar yang menguntungkan. Pencapaian tersebut dapat terlaksana bila didukung juga oleh kondisi sumberdaya manusia petani dan aparatur yang berkualitas (Deptan, 2006).

Agar usaha peningkatan perilaku masyarakat dilaksanakan lebih terarah, maka penyuluh pertanian selaku aparatur pemerintah diharapkan memiliki kemampuan yang mendasar dalam pelaksanaan tugasnya. Kemampuan tersebut tidak hanya berorientasi pada peningkatan produksi pertanian semata, akan tetapi sampai pada tingkat konsumsi di masyarakat. Hal ini sesuai dengan salah satu misi pembangunan pertanian tahun 2005-2010, yaitu mewujudkan ketahanan pangan melalui peningkatan produksi dan penganekaragaman konsumsi.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme penyuluh pertanian adalah melalui Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Fungsional bagi Penyuluh Pertanian sesuai Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/02/MENPAN/5/2008 Pasal 29 atau pendidikan formal (tugas belajar) setara strata-1 di enam Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) yang ada di Indonesia salah satunya adalah STPP Bogor.

STPP Bogor merupakan perguruan tinggi kedinasan yang bergerak di dalam bidang pendidikan formal bagi penyuluh pertanian, dengan tugas utamanya adalah meningkatkan kompetensi dan pengetahuan di bidang metode dan peran sosial lainnya dari penyuluh pertanian. Peserta didik di STPP Bogor


(22)

adalah penyuluh pertanian terampil yang akan beralih menjadi penyuluh pertanian ahli dengan mengalami proses pembelajaran selama empat tahun. Output utama dari pendidikan untuk penyuluh pertanian ini adalah menghasilkan lulusan yang mampu melaksanakan pekerjaannya berdasarkan kompetensi untuk merencanakan, mengoperasionalkan, memonitoring dan mengevaluasi suatu tupoksi dan rencana kerja penyuluhan di wilayah kerjanya. Sehingga diharapkan dengan melaksanakan pendidikan selama empat tahun tersebut terbentuk karakter penyuluh pertanian ahli yang andal dan memiliki pengetahuan serta pemahaman yang lebih dari para penyuluh pertanian yang tidak mengikuti pendidikan di STPP Bogor.

Namun seberapa besar peningkatan pengetahuan penyuluh pertanian tugas belajar tersebut terhadap tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian, ketahanan pangan dan kurikulum STPP Bogor yang mendukung peningkatan kompetensi tersebut belum terukur. Oleh karena itu perlu dikaji seberapa jauh tingkat pemahaman dan persepsi para penyuluh pertanian tugas belajar tersebut tentang ketahanan pangan secara komprehensif. Selain itu, perlu juga dirumuskan strategi pengembangan kurikulum STPP Bogor sebagai landasan proses pembelajaran untuk memperoleh output lulusan yang memiliki kompetensi ganda yaitu penyuluhan pertanian dan ketahanan pangan.

Rumusan Masalah

Pemahaman penyuluh pertanian terhadap bidang tugas hanya untuk peningkatan produksi pertanian, sehingga penyuluh pertanian dikatakan berhasil bila peningkatan produksi pertanian di daerahnya tercapai sesuai target atau melebihi target. Sementara pengertian ketahanan pangan tidak hanya dilihat dari aspek produksi saja tetapi dari berbagai subsistem, yaitu subsistem ketersediaan, subsistem distribusi dan subsistem konsumsi.

Sejalan dengan arah Revitalisasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yaitu mewujudkan pertanian tangguh untuk pemantapan ketahanan pangan, maka penyuluh pertanian dituntut memiliki pengetahuan yang memadai di bidang teknis dan non teknis pertanian untuk mendukung pemantapan ketahanan pangan. Pengetahuan penyuluh pertanian dalam hal ketahanan pangan dan pemahaman terhadap tugas pokok dan fungsi sangat dipengaruhi oleh beberapa karakteristik penyuluh pertanian (Mustika, 2009). Oleh karena itu


(23)

dalam penelitian ini karakteristik calon penyuluh pertanian ahli seperti latar belakang pendidikan sebelum masuk STPP Bogor, asal daerah, bidang keahlian, penguasaan materi, pendidikan non formal, pemahaman terhadap tupoksi dan pengetahuan ketahanan pangan dijadikan sebagai karakter pembentuk persepsi tentang ketahanan pangan oleh calon penyuluh pertanian ahli yang sedang melaksanakan tugas belajar di STPP Bogor.

Sedangkan untuk mengetahui keterkaitan persepsi dan kompetensi ketahanan pangan tersebut perlu dikaji secara mendalam kurikulum yang ada dan diterapkan sebagai landasan proses belajar mengajar di STPP Bogor apakah sudah mendukung terhadap pengetahuan dan keterampilan para calon penyuluh pertanian ahli tersebut atau perlu ditambah agar lebih komprehensif.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik calon penyuluh pertanian ahli di STPP Bogor? 2. Seberapa jauh pemahaman calon penyuluh pertanian ahli terhadap tugas

pokok dan fungsi penyuluh pertanian?

3. Bagaimana tingkat pengetahuan calon penyuluh pertanian ahli terhadap ketahanan pangan?

4. Bagaimana hubungan antara karakteristik calon penyuluh pertanian ahli dengan pemahaman tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian?

5. Bagaimana hubungan antara karakteristik calon penyuluh pertanian ahli dengan tingkat pengetahuan ketahanan pangan?

6. Bagaimana upaya untuk meningkatkan kemampuan calon penyuluh pertanian ahli di bidang ketahanan pangan melalui pengembangan kurikulum pengajaran di STPP Bogor?

Tujuan

Tujuan umum

Menganalisis pemahaman calon penyuluh pertanian ahli di STPP Bogor terhadap tupoksinya dan ketahanan pangan serta kurikulum atau mata pelajaran yang mendukung terhadap kompetensi tersebut.


(24)

Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik calon penyuluh pertanian ahli yang sedang melaksanakan tugas belajar di STPP Bogor.

2. Menganalisis tingkat pemahaman calon penyuluh pertanian ahli terhadap tugas pokok dan fungsinya sebagai penyuluh pertanian.

3. Menganalisis tingkat pengetahuan calon penyuluh pertanian ahli terhadap ketahanan pangan.

4. Menganalisis hubungan karakteristik calon penyuluh pertanian ahli dengan pemahaman tugas pokok dan fungsinya.

5. Menganalisis hubungan karakteristik calon penyuluh pertanian ahli dengan pengetahuan ketahanan pangan.

6. Merekomendasikan strategi pengembangan kurikulum di STPP Bogor untuk peningkatan pengetahuan calon penyuluh pertanian ahli dalam pembangunan ketahanan pangan.

Kegunaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya untuk peningkatan pengetahuan calon penyuluh pertanian ahli untuk pembangunan ketahanan pangan. Selain itu penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk pihak-pihak yang terkait antara lain:

1. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP)

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk merumuskan pola pembelajaran dan kurikulum agar lulusan dari STPP memiliki kompetensi ganda yaitu ilmu penyuluhan dan ketahanan pangan untuk pembangunan pertanian di masing-masing tempat tugasnya.

2. Calon Penyuluh Pertanian Ahli

Dari hasil penelitian ini diharapkan calon penyuluh pertanian ahli dapat mengetahui tingkat pengetahuan dan juga pemahamannya dalam bidang ketahanan pangan sehingga dapat memotivasi untuk memperdalam kembali pengetahuannya.


(25)

TINJAUAN PUSTAKA

Penyuluhan Pertanian

Istilah “penyuluhan” atau “extension” telah digunakan pada pertengahan abad 19 oleh Universitas Oxford dan Cambridge. Istilah lain dalam bahasa Belanda yaitu voorlichting”, dalam bahasa Jerman dikenal sebagai “berating,“ Perancis sebagai vulgarization dan Spanyol sebagai capacitation. Dari kepustakaan yang dijumpai, bisa disimpulkan bahwa penyuluhan diartikan sebagai pendidikan luar sekolah demi terwujudnya kehidupan yang lebih sejahtera bagi keluarga dan masyarakat (Mardikanto, 2003). Pada awal kegiatannya penyuluhan pembangunan dikenal sebagai Agricultural Extension (penyuluhan pertanian), terutama di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris dan Belanda. Disebabkan penggunaannya berkembang di bidang-bidang lain, maka berubah namanya menjadi Extension Education, dan di beberapa Negara lain disebut Development Communication (Slamet, 2003).

Batasan penyuluhan bisa dilihat dari pendapat beberapa pakar. Mardikanto (2003), mengartikan penyuluhan sebagai proses perubahan sosial, ekonomi, dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri semua stakeholder (individu, kelompok, kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri, partisipatif, dan sejahtera secara berkelanjutan.

Selanjutnya menurut Asngari (2003), bahwa penyuluhan adalah kegiatan mendidik orang (kegiatan pendidikan) dengan tujuan mengubah perilaku klien sesuai dengan yang direncanakan atau dikehendaki yakni orang makin modern. Ini merupakan usaha mengembangkan (memberdayakan) potensi individu klien agar lebih berdaya secara mandiri.

Sedangkan batasan terbaru dari penyuluhan pertanian menurut Permenpan No 2 tahun 2008 adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan


(26)

produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Persepsi

Persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera, yang merupakan kesadaran dari proses organis dan dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu (Chaplin, 1999). Menurut Walgito (2002) persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Dengan persepsi,individu dapat menyadari tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya dan juga tentang keadaan diri individu yang bersangkutan.

Irwanto, dkk (1998) juga mendefinisikan persepsi sebagai proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun diterima) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Rahmat (2004) mendefinisikan persepsi sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan makna informasi. Persepsi merupakan proses kognitif dimana sesorang memberikan arti kepada suatu lingkungan melalui proses penginderaan. Stimulus ditangkap oleh alat indera kemudian stimulus itu diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga kemudian individu memberi arti pada stimulus yang direspon tersebut. Hasil dari persepsi pada setiap individu akan berbeda, tergantung dari pengalaman dan pengetahuan individu tentang objek. Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah hasil dari suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima indera sehingga stimulus tersebut dimengerti dan mempengaruhi tingkah laku selanjutnya.

Persepsi merupakan sebuah proses yang kompleks, yang terdiri dari proses penginderaan, pengorganisasian dan interpretasi maka proses terjadinya dipengaruhi oleh beberapa komponen. Ada beberapa hal yang berpengaruh dalam proses persepsi bagi seorang individu. Menurut Walgito (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah :

a. Faktor Internal

Yaitu fisiologis dan psikologis. Fisiologis merupakan proses penginderaan, yang terdiri dari reseptor yang merupakan alat untuk menerima stimulus. Syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima


(27)

reseptor ke pusat susunan syaraf (otak) dan syaraf motoris sebagai alat untuk mengadakan

respon.

b. Faktor Eksternal

Adanya stimulus dan keadaan yang melatarbelakangi terjadinya persepsi. stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan.

Menurut Davidoff (1987) selama proses persepsi, pengetahuan tentang dunia dikombinasikan dengan kemampuan konstruktif pengamat, fisiologi dan pengalaman. Kemampuan konstruktif berkenaan dengan proses kognitif tertentu akan gambaran yang menarik dalam mempersepsi.

Tugas Pokok dan Fungsi Penyuluh Pertanian

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/02/Menpan tahun 2008, Penyuluh Pertanian Terampil adalah pejabat fungsional yang dalam pelaksanaan pekerjaannya mempergunakan prosedur dan teknik kerja tertentu. Sedangkan Penyuluh Pertanian Ahli adalah pejabat fungsional yang dalam pelaksanaan pekerjaannya didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan, metodologi dan teknik analisis tertentu. Sehingga dari definisi tersebut tugas pokok dan fungsi (tupoksi) untuk penyuluh pertanian terampil dan penyuluh pertanian ahli berbeda sesuai dengan jenjang jabatan fungsionalnya.

Tupoksi penyuluh pertanian terampil sesuai dengan jenjang jabatan, (Permenpan no 2 tahun 2008) sebagai berikut:

a. Penyuluh Pertanian Pelaksana Pemula:

1. Memandu penyusunan Rencana Definitif Kelompok (RDK), dan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK);

2. Menyusun programa penyuluhan pertanian sebagai anggota; 3. Menyusun rencana kerja tahunan penyuluh pertanian;

4. Menyusun materi penyuluhan pertanian dalam bentuk kartu kilat;

5. Menyusun materi penyuluhan pertanian dalam bentuk transparansi/bahan tayangan;

6. Menyusun materi penyuluhan pertanian dalam bentuk flipchart atau peta singkap;


(28)

8. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada kelompok tani;

9. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada petani secara massal; 10. Memandu pelaksanaan demonstrasi usaha tani dengan cara demonstrasi

plot;

11. Menjadi pramuwicara dalam perencanaan dan pelaksanaan pameran.

b. Penyuluh Pertanian Pelaksana:

1. Mengumpulkan data tingkat desa dan kecamatan;

2. Memandu penyusunan Rencana Kegiatan Desa (RKD) dan Rencana Kegiatan Penyuluhan Desa (RKPD)/Programa Penyuluhan Desa;

3. Menyusun programa penyuluhan pertanian sebagai anggota; 4. Menyusun rencana kerja tahunan penyuluh pertanian;

5. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada petani perorangan; 6. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada kelompok tani;

7. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada petani secara massal; 8. Melaksanakan demonstrasi cara;

9. Merencanakan demonstrasi usahatani melalui demonstrasi plot;

10. Memandu pelaksanaan demonstrasi usahatani melalui demonstrasi farm; 11. Memandu pelaksanaan sekolah lapang;

12. Menjadi pramuwicara dalam perencanaan dan pelaksanaan pameran; 13. Mengajar kursus tani;

14. Menumbuhkan kelompok tani;

15. Mengembangkan kelompok tani Pemula ke Lanjut.

c. Penyuluh Pertanian Pelaksana Lanjutan:

1. Menyusun instrumen identifikasi potensi wilayah tingkat desa, kecamatan dan kabupaten;

2. Menyusun programa penyuluhan pertanian sebagai anggota; 3. Menyusun rencana kerja tahunan penyuluh pertanian;

4. Menyusun materi penyuluhan pertanian dalam bentuk seri foto; 5. Menyusun materi penyuluhan pertanian dalam bentuk poster;

6. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada petani perorangan; 7. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada kelompok tani;

8. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada petani secara massal; 9. Melaksanakan uji coba/pengkajian/pengujian paket teknologi/metode

penyuluhan pertanian;


(29)

11. Memandu pelaksanaan demonstrasi usahatani melalui 12. Demonstrasi area;

13. Melaksanakan temu lapang/temu tugas/temu teknis/temu karya;

14. Merencanakan forum penyuluhan pedesaan, magang, widyawisata, karyawisata/widyakarya;

15. Melaksanakan forum penyuluhan pedesaan, magang, widyawisata, karyawisata/widyakarya;

16. Menjadi pramuwicara dalam perencanaan dan pelaksanaan pameran; 17. Mengajar kursus tani;

18. Menumbuhkan gabungan kelompok tani;

19. Mengembangkan kelompok tani dari Lanjut ke Madya;

20. Mengumpulkan dan mengolah data evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian tingkat kecamatan.

d. Penyuluh Pertanian Penyelia:

1. Menyusun programa penyuluhan pertanian di tingkat desa dan kecamatan sebagai ketua;

2. Menyusun programa penyuluhan pertanian sebagai anggota; 3. Menyusun rencana kerja tahunan penyuluh pertanian;

4. Menyusun materi dalam bentuk leaflet/liptan/ selebaran/folder;

5. Menyusun pedoman/juklak penilaian prestasi petani/ kelompok tani di tingkat kabupaten;

6. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada petani perorangan; 7. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada kelompok tani;

8. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada petani secara massal; 9. Merencanakan demonstrasi usahatani melalui demonstrasi area;

10. Merencanakan sekolah lapang;

11. Merencanakan temu lapang/temu tugas/temu teknis/temu karya; 12. Menjadi pramuwicara dalam perencanaan dan pelaksanaan pameran; 13. Mengajar kursus tani;

14. Melakukan penilaian prestasi petani/kelompok tani di tingkat kabupaten; 15. Melakukan penilaian perlombaan komoditas pertanian;

16. Menyusun rencana kegiatan evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian di tingkat kecamatan;

17. Mengumpulkan dan mengolah data pelaksanaan penyuluhan pertanian di tingkat kabupaten;


(30)

18. Mengumpulkan dan mengolah data pelaksanaan di tingkat provinsi; 19. Menganalisis dan merumuskan hasil evaluasi pelaksanaan penyuluhan

pertanian di tingkat kecamatan;

20. Mengumpulkan dan mengolah data evaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian di tingkat kecamatan.

Tupoksi penyuluh pertanian ahli sesuai dengan jenjang jabatan, (Permenpan no 2 tahun 2008) sebagai berikut:

a. Penyuluh Pertanian Pertama:

1. Mengumpulkan data potensi wilayah di tingkat kabupaten; 2. Mengumpulkan data potensi wilayah di tingkat provinsi; 3. Menyusun programa penyuluhan pertanian sebagai anggota; 4. Menyusun rencana kerja tahunan penyuluh pertanian;

5. Menyusun materi penyuluhan pertanian dalam bentuk brosur/buklet; 6. Menyusun materi penyuluhan pertanian dalam bentuk sound slide; 7. Menyusun materi penyuluhan pertanian dalam bentuk materi Pameran; 8. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada petani perorangan; 9. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada kelompok tani;

10. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada petani secara massal; 11. Melaksanakan temu wicara/temu teknologi/temu usaha;

12. Menjadi pramuwicara dalam perencanaan dan pelaksanaan pameran; 13. Mengajar kursus tani;

14. Mengembangkan kelompok tani dari Madya ke Utama;

15. Menyusun rencana kegiatan evaluasi pelaksanaan di tingkat kabupaten; 16. Menganalisis dan merumuskan hasil evaluasi pelaksanaan penyuluhan

pertanian di tingkat kabupaten;

17. Menyusun rencana kegiatan evaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian di tingkat kecamatan;

18. Mengumpulkan dan mengolah data evaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian di tingkat kabupaten;

19. Menganalisis dan merumuskan data evaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian di tingkat kecamatan.


(31)

b. Penyuluh Pertanian Muda:

1. Menyusun instrumen identifikasi potensi wilayah tingkat provinsi dan nasional;

2. Mengumpulkan data identifikasi potensi wilayah di tingkat nasional;

3. Mengolah, menganalisis dan merumuskan hasil identifikasi potensi wilayah;

4. Menyusun programa penyuluhan pertanian sebagai anggota; 5. Menyusun rencana kerja tahunan penyuluh pertanian;

6. Menyusun materi penyuluhan pertanian dalam bentuk naskah radio/TV/seni budaya/pertunjukkan;

7. Menyusun sinopsis dan skenario materi penyuluhan pertanian dalam bentuk Film/Video/ VCD/DVD;

8. Menyusun materi kursus tani;

9. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada petani perorangan; 10. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada kelompok tani;

11. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada petani secara massal; 12. Merencanakan uji coba/pengkajian/pengujian paket teknologi/metode

penyuluhan pertanian;

13. Merencanakan temu wicara/temu teknologi/temu usaha;

14. Melaksanakan penyuluhan melalui media elektronik (radio,TV, website); 15. Merencanakan pameran;

16. Membuat display pameran;

17. Menjadi pramuwicara dalam perencanaan dan pelaksanaan pameran; 18. Mengajar kursus tani;

19. Mengembangkan korporasi/koperasi petani;

20. Menyusun rencana kegiatan evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian di tingkat provinsi;

21. Mengumpulkan dan mengolah data evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian di tingkat nasional;

22. Menganalisis dan merumuskan hasil evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian di tingkat provinsi;

23. Menyusun rencana kegiatan evaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian di tingkat kabupaten;

24. Mengumpulkan dan mengolah data evaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian di tingkat provinsi;


(32)

25. Mengumpulkan dan mengolah data evaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian di tingkat nasional;

26. Menganalisis dan merumuskan data evaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian di tingkat kabupaten;

27. Menyusun pedoman/juklak/juknis penyuluhan pertanian di tingkat kabupaten.

c. Penyuluh Pertanian Madya:

1. Menyusun programa penyuluhan pertanian di tingkat kabupaten, provinsi dan nasional sebagai ketua;

2. Menyusun programa penyuluhan pertanian sebagai anggota; 3. Menyusun rencana kerja tahunan penyuluh pertanian;

4. Menyusun pedoman/juklak penilaian prestasi petani/kelompok tani di tingkat provinsi;

5. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada petani perorangan; 6. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada kelompok tani;

7. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada petani secara massal; 8. Mengolah, menganalisis dan merumuskan hasil kajian paket

teknologi/metode penyuluhan pertanian;

9. Menyusun rancang bangun usaha pertanian dan melakukan rekayasa kelembagaan pelaku usaha;

10. Merencanakan penyuluhan pertanian melalui media elektronik (radio, TV, website);

11. Menjadi pramuwicara dalam perencanaan dan pelaksanaan pameran; 12. Mengajar kursus tani;

13. Melakukan penilaian prestasi petani/kelompok tani di tingkat provinsi; 14. Menumbuhkan asosiasi petani;

15. Menumbuhkan kemitraan usaha kelompok tani dengan pelaku usaha; 16. Menyusun rencana kegiatan evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian

di tingkat nasional;

17. Menganalisis dan merumuskan hasil evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian di tingkat nasional;

18. Menyusun rencana kegiatan evaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian di tingkat provinsi;

19. Menganalisis dan merumuskan data evaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian di tingkat provinsi;


(33)

20. Menyusun pedoman/juklak/juknis penyuluhan pertanian di tingkat provinsi;

21. Menyusun rencana/desain metode penyuluhan pertanian;

22. Menyiapkan dan mengolah bahan/data/informasi kajian metode penyuluhan pertanian;

23. Menyusun konsep pengembangan metode penyuluhan pertanian;

24. Menjadi penyaji dalam diskusi konsep pengembangan metode penyuluhan;

25. Menjadi pembahasan dalam diskusi konsep pengembangan metode penyuluhan;

26. Melaksanakan ujicoba konsep pengembangan metode penyuluhan pertanian;

27. Menjadi pembahas dalam diskusi konsep metode baru penyuluhan pertanian;

28. Menjadi narasumber dalam diskusi konsep metode baru penyuluhan pertanian.

d. Penyuluh Pertanian Utama:

1. Menyusun programa penyuluhan pertanian sebagai angggota; 2. Menyusun rencana kerja tahunan penyuluh pertanian;

3. Melaksanakan supervisi produksi pada penyusunan materi penyuluhan pertanian dalam bentuk Film/ Video/VCD/DVD;

4. Menyusun materi penyuluhan pertanian dalam bentuk bahan website; 5. Menyusun pedoman/juklak penilaian prestasi petani/kelompok tani di

tingkat nasional;

6. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada petani perorangan; 7. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada kelompok tani;

8. Melakukan kunjungan tatapmuka/anjangsana pada petani secara massal; 9. Menjadi pramuwicara dalam merencanakan dan melaksanakan pameran; 10. Mengajar kursus tani;

11. Melakukan penilaian prestasi petani/kelompok tani di tingkat nasional; 12. Menyusun rencana kegiatan evaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan

pertanian di tingkat nasional;

13. Menganalisis dan merumuskan data evaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan pertanian di tingkat nasional;


(34)

14. Menyusun pedoman/juklak/juknis penyuluhan pertanian di tingkat nasional;

15. Menyusun rencana/desain kajian arah kebijaksanaan pengembangan penyuluhan pertanian yang bersifat penyempurnaan;

16. Menyiapkan dan mengolah bahan/data/informasi kajian arah kebijaksanaan pengembangan penyuluhan pertanian yang bersifat penyempurnaan;

17. Menganalisis data/informasi dan merumuskan hasil kajian arah kebijaksanaan pengembangan penyuluhan pertanian yang bersifat penyempurnaan;

18. Menganalisis data/informasi dan merumuskan hasil kajian metode penyuluhan pertanian;

19. Menyusun rencana/desain pengembangan metode penyuluhan pertanian; 20. Menjadi narasumber dalam diskusi konsep pengembangan metode

penyuluhan pertanian;

21. Merumuskan pengembangan metode penyuluhan pertanian; 22. Menyusun konsep metode baru penyuluhan pertanian;

23. Menjadi penyaji dalam diskusi konsep metode baru penyuluhan pertanian;

24. Menjadi narasumber dalam diskusi konsep metode baru penyuluhan pertanian.

25. Merumuskan konsep metode baru penyuluhan pertanian.

Namun secara umum tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian adalah melakukan kegiatan yaitu pertama, menyiapkan dan merencanakan pelaksanaan penyuluhan yang meliputi kemampuan dalam mengidentifikasi potensi wilayah, kemampuan mengidentifikasi agroekosistem, kemampuan mengidentifikasi kebutuhan teknologi pertanian, kemampuan menyusun program penyuluhan, dan kemampuan menyusun rencana kerja penyuluhan. Kedua, melaksanakan penyuluhan pertanian meliputi kemampuan menyusun materi penyuluhan, kemampuan menerapkan metode penyuluhan baik metode penyuluhan perorangan maupun penyuluhan kelompok serta metode penyuluhan massal. Selain itu, memiliki kemampuan membina kelompok tani sebagai kelompok pembelajaran dan kemampuan mengembangkan swadaya dan swakarsa petani nelayan. Ketiga, kemampuan membuat evaluasi dan pelaporan pelaksanaan


(35)

penyuluhan. Keempat, kemampuan mengembangkan penyuluhan pertanian seperti merumuskan kajian arah penyuluhan, menyusun pedoman pelaksanaan penyuluhan dan mengembangkan sistem kerja penyuluhan pertanian. Kelima, pengembangan profesi penyuluhan pertanian yang meliputi penyusunan karya tulis ilmiah dan ilmu populer bidang penyuluhan pertanian dan penerjemahan buku penyuluhan. Keenam, kegiatan penunjang penyuluhan pertanian yang meliputi seminat dan lokakarya penyuluhan pertanian.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 273/Kpts/OT.160/4/2007, bahwa dalam melakukan pembinaan kepada petani penyuluh menganut sistem Latihan dan Kunjungan (LAKU). Latihan bagi penyuluh pertanian diselenggarakan di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) atau di tempat lainnya dengan jadwal dua minggu sekali, proses belajar mengajar difasilitasi oleh penyuluh pertanian maupun tenaga ahlinya. Sedangkan kunjungan adalah pertemuan penyuluh pertanian dengan para petani yang dilakukan selama empat hari kerja dalam seminggu dan seorang penyuluh pertanian harus membina delapan sampai 16 kelompok tani dimana kelompok tani tersebut harus dikunjungi setiap dua minggu sekali sesuai dengan jadwal kunjungan penyuluh pertanian. Salah satu dari kegiatan kunjungan tersebut memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi dan teknologi baru kepada petani. Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006, fungsi sistem penyuluhan meliputi: (a) memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama (masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan, petani, pekebun, peternak, nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan, beserta keluarga intinya) dan pelaku usaha (perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola usaha pertanian, perikanan, dan kehutanan); (b) mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber informasi, teknologi dan sumberdaya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya; (c) meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha; (d) membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik dan berkelanjutan; (e) membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespons peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha; (f) menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap


(36)

kelestarian fungsi lingkungan; (g) melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan yang maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan.

Seiring arus teknologi informasi yang semakin canggih, kadang petani jauh lebih pintar dari para penyuluhnya sehingga sebagian dari petani tidak begitu mengharapkan kehadiran penyuluh pertanian sebagai mitra kerjanya. Menurut Suprapto (2009), ada sementara pihak yang tidak tahu dan tidak mau membedakan fungsi pelayanan dan fungsi penyuluhan, sehingga kurang memperhatikan peran para penyuluh. Memang ada beberapa petani yang pintar dan tidak perlu penyuluh (PPL), tetapi sebagian besar masih memerlukan PPL. Petani teladan dan kontak tani, bisa menjadi penyuluh swadaya dan penyuluh swasta. Oleh karena itu mereka perlu mendalami dan menerapkan Undang Undang RI No.16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Sehingga arah dari tugas dan fungsi penyuluhan semakin jelas dan tidak terfokus hanya untuk meningkatkan produksi tapi harus sudah dimulai untuk upaya peningkatan standar konsumsi keluarga petani sehingga pembangunan ketahanan pangan di negeri ini dapat berjalan dengan baik.

Ketahanan Pangan

Undang-undang Pangan No.7 Tahun 1996 menjelaskan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.

Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, diartikan ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya, yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia, serta aman dari kaidah agama. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan pangan yang harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air dan terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau.


(37)

Ketahanan pangan mempunyai peran strategis dalam pembangunan nasional, minimal dalam tiga hal: 1) akses terhadap pangan dan gizi yang cukup merupakan hak yang paling azazi bagi manusia; 2) pangan memiliki peranan penting dalam pembentukkan sumberdaya manusia yang berkualitas; dan 3) ketahanan pangan merupakan salah satu pilar utama dalam menopang ketahanan ekonomi dan ketahanan nasional yang berkelanjutan. Untuk memenuhi hal tersebut diperlukan ketersediaan pangan yang cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi, beragam dengan harga terjangkau diutamakan dari dalam negeri. Mewujudkan ketahanan pangan memerlukan kebijakan yang integratif dan holistik (Nainggolan 2008).

Penyuluh Pertanian dan Ketahanan Pangan

Menurut Undang Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, yang dimaksud dengan penyuluhan pertanian, perikanan, kehutanan yang selanjutnya disebut penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya. Hal ini sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut penyuluh PNS adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan. Penyelenggaraan penyuluhan dapat dilaksanakan oleh pelaku utama (petani) dan atau warga masyarakat lainnya sebagai mitra pemerintah dan pemerintah daerah, baik secara sendiri-sendiri maupun bekerja sama, yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan programa pada tiap-tiap tingkatan administrasi pemerintah (Departemen Pertanian 2006).

Penyuluhan pada hakekatnya adalah suatu cara proses penyebaran informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara bertani dan berusaha tani demi tercapainya peningkatan produktivitas, pendapatan petani dan perbaikan kesejahteraan masyarakat atau keluarga yang diupayakan melalui


(38)

kegiatan pembangunan pertanian. Penyebaran informasi yang dimaksud mencakup informasi tentang ilmu dan teknologi inovasi yang bermanfaat, analisis ekonomi dan upaya rekayasa sosial yang berkaitan dengan pengembangan usaha tani serta peraturan dan kebijakan pendukung.

Lebih lanjut dikatakan bahwa penyuluhan juga berorientasi pada perubahan perilaku melalui suatu proses pendidikan karena penyuluhan tidak hanya sekedar menyampaikan hal-hal baru tetapi lebih dari itu. Dalam penyuluhan terkandung adanya perubahan sikap dan keterampilan masyarakat agar mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam usahataninya, demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan dan perbaikan kesejahteraan keluarga atau masyarakat (Mardikanto 2003).

Peranan penyuluh pertanian dalam program pemantapan ketahanan pangan di daerah sangat penting, karena tugas penyuluh sebagai seorang motivator atau penggerak petani dan keluarganya. Dari peranan penyuluh pertanian ini diharapkan adanya perubahan perilaku petani terhadap pembangunan pertanian tidak hanya berorientasi pada produksi untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat akan tetapi terpenuhinya kecukupan pangan bagi satu rumah tangga petani merupakan masalah yang tidak kalah pentingnya. Ketahanan pangan rumah tangga dicirikan dengan setiap warga mengkonsumsi pangan yang cukup dalam jumlah dan mutu, gizi, aman, beragam dan terjangkau. Untuk itu pengembangan konsumsi pangan dilakukan dengan berbasis pada keanekaragamaan baik sumber bahan pangan maupun kelembagaan dan budaya lokal (Badan Ketahanan Pangan 2004).

Berdasarkan Rencana Pembangunan Pertanian tahun 2005-2009 bahwa visi pembangunan pertanian periode 2005-2009 adalah terwujudnya pertanian tangguh untuk pemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani. Pemantapan sistem ketahanan pangan merupakan salah satu tantangan serius di masa mendatang (Departemen Pertanian 2006).

Untuk mencapai visi pembangunan pertanian tersebut, Departemen Pertanian mengemban misiyang harus dilaksanakan yaitu salah satunya adalah untuk mewujudkan ketahanan pangan melalui peningkatan produksi dan penganekaragaman konsumsi. Usaha ini dapat terlaksana dengan upaya optimalisasi peran penyuluh pertanian.


(39)

Karakteristik Penyuluh Pertanian

Menurut Mardikanto (2009), kualifikasi penyuluh tidak cukup hanya dengan memenuhi persyaratan keterampilan, sikap dan pengetahuan saja, tetapi keadaan latar belakang sosial budaya seringkali justru lebih banyak menentukan keberhasilan penyuluhan yang dilaksanakan. Penyuluh yang baik sejauh mungkin harus memiliki latar belakang yang sesuai dengan keadaan sosial budaya masyarakat dan memiliki kemampuan yang minimal setara dengan penerima manfaat penyuluhan tersebut. Oleh karena itu untuk menyebarluaskan pemahaman ketahanan pangan kepada masyarakat para penyuluh pertanian harus terlebih dahulu memahami konsep ketahanan pangan secara utuh yang dapat dilakukan melalui pendidikan formal, latihan dan sebagainya.

Pendidikan Formal Penyuluh Pertanian

Pendidikan formal adalah sistem pendidikan yang strukturnya bertingkat, berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan universitas dan yang setaraf dengannya. Termasuk kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, bermacam-macam program spesialisasi dan latihan-latihan teknik serta latihan profesional yang dilaksanakan dalam waktu yang terus-menerus.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/02/MENPAN/2/2008, tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian dan Angka Kreditnya, pada Pasal 26 menyatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang dapat diangkat dalam jabatan penyuluh pertanian terampil, harus berijasah paling rendah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di bidang pertanian. Pengangkatan jabatan penyuluh pertanian ahli harus berijasah paling rendah Sarjana (S1) atau Diploma IV di bidang pertanian sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan.

Pada umumnya penyuluh pertanian terampil latar belakang pendidikannya adalah Diploma III penyuluhan, Diploma III Teknis Lingkup Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, SPP-SPMA, SPP-Peternakan (SNAKMA), SPP-Perkebunan (SPbMA), SUPM (Sekolah Menengah Perikanan), STM Pertanian (SMK) serta SMA jurusan IPA yang telah mengikuti pelatihan khusus tentang penyuluhan pertanian. Adapun penyuluh pertanian ahli, latar belakang pendidikan formalnya Sarjana atau Diploma IV Jurusan Komunikasi Penyuluhan dan Jurusan Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan terdapat juga Kedokteran Hewan.


(40)

Pendidikan Non Formal Penyuluh Pertanian

Pendidikan non formal penyuluh pertanian adalah lamanya penyuluh mengikuti berbagai pelatihan teknis atau kursus yang dihitung dalam satuan jam. Pelatihan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelatihan yang dilakukan oleh dinas teknis atau badan penyelenggara pelatihan di luar pelatihan rutin yang dilakukan oleh BP4K. Perbedaan antara pelatihan yang dilakukan oleh BP4K dengan pelatihan teknis yang dilakukan oleh penyelenggara pelatihan adalah: pada pelatihan yang diselenggarakan oleh BP4K materi pelatihan hanya satu materi sesuai dengan kebutuhan penyuluh pertanian pada saat itu dan tidak terstruktur, pelaksanaannya dilakukan satu bulan satu kali dan tempat pelatihan di BPP yang ada. Narasumber bisa berasal dari penyuluh pertanian yang ada yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidangnya atau petani yang berpengalaman. Sedangkan pada pelatihan teknis adalah pelatihan yang terstruktur dan terjadwal mempunyai kurikulum, terdiri dari beberapa materi dan sebagai narasumbernya adalah tenaga ahli dan widyaiswara yang profesional di bidangnya. Setelah selesai mengikuti pelatihan, peserta pelatihan akan mendapatkan sertifikat bukti pelatihan.

Berdasarkan Peraturan Menpan Nomor: PER/02/MENPAN/2/2008 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian dan Angka Kreditnya. Seorang pegawai negeri sipil yang akan menduduki jabatan fungsional penyuluh pertanian paling lama dua tahun setelah diangkat menjadi PNS. Penyuluh pertanian haruslah mengikuti dan lulus pendidikan non formal penyuluh pertanian berupa diklat dasar fungsional penyuluh pertanian atau latihan penjenjangan jabatan penyuluh pertanian. Demikian juga dengan penyuluh pertanian terampil yang latar belakang pendidikan formalnya telah menjadi Sarjana atau Diploma IV, jika akan beralih jabatan fungsional dari penyuluh pertanian terampil menjadi penyuluh pertanian ahli harus mengikuti dan lulus pendidikan dan latihan fungsional alih kelompok dari jabatan penyuluh pertanian terampil ke penyuluh pertanian ahli. Batasan rentang jumlah jam pelatihan dalam mendapatkan nilai angka kredit adalah jam paling rendah 30 jam mendapatkan angka kredit satu dan jumlah jam paling tinggi 960 jam atau lebih mendapatkan angka kredit 15.


(41)

Kurikulum

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut. Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh (diakses dari Wikipedia).

Menurut Hamalik (2003), kurikulum merupakan alat pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Karena itu, pengenalan tentang arti, asas dan faktor-faktor serta komponen kurikulum penting dalam rangka menyusun perencanaan pengajaran. Sedangkan M. Skilbeck (1984) dalam Fakrudin (2000), kurikulum merupakan : The learning experiences of students, in so far as they are expressed or anticipated in goals and objectivies, plans and designs for learning and implementation of these plans and design in school environments. Pengertian kurikulum ini mengandung arti bahwa kurikulum itu memiliki tujuan/sasaran tertentu. Setelah tujuan/sasaran itu jelas, barulah mendesain metode pembelajaran yang menunjang proses pembelajaran terebut. Akan tetapi penerapan dari model desain sistem pembelajaran itu hanya terbatas pada lingkungan sekolah saja. Kelemahan dari definisi ini adalah kegiatan yang dilakukan di luar lingkungan sekolah yang diselenggarakan sekolah tidak dianggap sebagai kurikulum walaupun menunjang proses pembelajaran.

Sedangkan kurikulum menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir 19). Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi (Pasal 1 Butir 6 Kepmendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa).


(42)

Berdasarkan Hoover, dkk (2009), tentang evaluasi terhadap kurikulum baru untuk pendidikan gizi dan faktor yang mempengaruhi dalam penerapannya diperoleh hasil bahwa kurikulum baru dapat mempengaruhi peserta didik meskipun dilaksanakan dalam waktu singkat dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kurikulum baru tersebut diukur melalui karakteristik perubahan perilaku. Korelasi dengan penelitian ini adalah pengembangan kurikulum di STPP Bogor dapat diterapkan karena peserta didik memiliki karakteristik yang lebih kompleks. Adapun fungsi dari evaluasi kurikulum adalah: 1. Evaluasi kurikulum merupakan dasar dalam pengembangan kurikulum

selanjutnya. Setelah evaluasi kurikulum selesai muncul model kurikulum perbaikan dari kurikulum sebelumnya atau bahkan model kurikulum terbaru. 2. Evaluasi atau penilaian kurikulum merupakan salah satu bagian dari evaluasi

pendidikan, yang memusatkan perhatian kepada program-program pendidikan untuk anak didik.

3. Evaluasi kurikulum adalah untuk meningkatkan program yang sedang dilaksanakan, sebagai alat untuk mengontrol kualitas dan juga sebagai dasar untuk membuat keputusan bagi program berikutnya.

4. Evaluasi kurikulum adalah sebagai suatu alat untuk mempertanggungjawabkan keberadaan dan hasil sebuah program pendidikan teknik kepada masyarakat.

5. Evaluasi kurikulum adalah proses memahami, mendapatkan dan mengumumkan informasi sebagai petunjuk pembuatan keputusan pendidikan dengan memperhatikan program yang tepat.

Harmonisasi antara teori dan praktik dalam kurikulum merupakan suatu disiplin mata kuliah yang menentukan tingkat keberhasilan dan kekhasan proses pendidikan. Hal ini juga diungkapkan oleh Worth (2007), training in agricultural extension as is training in any formal discipline, is the product of an educational process which has its unique scientific content.


(43)

KERANGKA PEMIKIRAN

Penyuluh pertanian mempunyai peranan yang sangat strategis. Hal ini disebabkan selain berfungsi sebagai pemberi informasi dan penggerak dalam masyarakat petani dan lingkungannya, penyuluh pertanian juga harus mampu menyampaikan pemahaman kepada masyarakat tentang arti pentingnya ketahanan pangan. Keberadaan penyuluh pertanian tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi pertanian, namun juga bertujuan mengubah perilaku dan pemahaman masyarakat akan terpenuhinya kebutuhan pangan tidak hanya secara kuantitas namun yang lebih penting adalah kualitas, yaitu mutu produk, kecukupan nilai gizi, maupun keamanan produk tersebut.

Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor adalah salah satu lembaga Pendidikan Tinggi Kedinasan yang diselenggarakan oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian–Kementerian Pertanian yang merupakan wadah formal untuk mendidik para calon penyuluh pertanian ahli agar orientasi pemahaman tupoksinya tidak hanya pada peningkatan produksi tapi menuju ketahanan pangan. Namun seberapa jauh pemahaman tersebut dapat diterima oleh para calon penyuluh pertanian ahli sangat beragam tergantung dari peranan fasilitator/pengajar yang memberikan materi, pejabat stuktural dan karakteristik calon penyuluh pertanian ahli yang menjadi peserta didik tersebut. Tentunya perbedaan ini akan sangat mempengaruhi tingkat kinerja terhadap pelaksanaan program terutama ketahanan pangan ketika para peserta didik ini lulus dari STPP Bogor.

Pada penelitian ini dilakukan identifikasi terhadap karakteristik calon penyuluh pertanian ahli yang terdiri dari asal daerah, latar belakang pendidikan sebelum masuk STPP Bogor, pendidikan non formal, bidang keahlian, dan persepsi penguasaan materi. Untuk mengetahui tingkat pemahaman calon penyuluh pertanian ahli terhadap tupoksi dan ketahanan pangan dilakukan analisis hubungan dan pengaruh antara karakteristik calon penyuluh pertanian ahli dengan pemahaman tupoksi dan pengetahuan ketahanan pangan. Setelah itu akan direkomendasikan upaya untuk meningkatkan kemampuan calon penyuluh pertanian ahli di bidang ketahanan pangan melalui strategi pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan yang seharusnya diterapkan di STPP Bogor. Secara lengkap kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 1.


(44)

Keterangan :

Variabel yang dianalisis Hubungan yang dianalisis Variabel yang tidak dianalisis Hubungan yang tidak dianalisis

Gambar 1. Kerangka pemikiran analisis faktor-faktor pendukung penguatan calon penyuluh pertanian ahli untuk pembangunan ketahanan pangan

Dosen dan Pejabat Struktural STPP

Bogor

Pengembangan Kurikulum STPP Bogor Kehidupan

Kampus dan Asrama

Kelembagaan STPP Bogor

1. Pemahaman terhadap tupoksi

2. Pengetahuan

terhadap

ketahanan pangan

Persepsi Calon Penyuluh Pertanian

Ahli

1. Asal Daerah 2. Pendidikan

Formal Sebelumnya 3. Pendidikan Non

Formal

4. Bidang Keahlian (jurusan)

5.

Persepsi Penguasaan Materi

Karakteristik Calon Penyuluh Pertanian


(45)

METODE

Desain, Tempat dan Waktu

Desain penelitian ini merupakan metode sensus menggunakan kuesioner dengan lokasi penelitian di STPP Bogor. Alasan pemilihan lokasi dikarenakan STPP Bogor adalah lembaga yang mendidik para calon penyuluh pertanian ahli yang berasal dari berbagai daerah di nusantara sehingga sangat strategis untuk mengetahui tingkat pemahaman para calon penyuluh ini terhadap ketahanan pangan dan tupoksinya yang berguna untuk pembangunan ketahanan pangan di wilayahnya masing-masing ketika lulus dari STPP Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2010.

Unit Analisis

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Dalam penelitian ini subyek penelitian adalah seluruh calon penyuluh pertanian ahli yang sedang melaksanakan tugas belajar di STPP Bogor yang berasal dari dua jurusan yaitu Jurusan Penyuluhan Pertanian dan Jurusan Penyuluhan Peternakan. Adapun jumlah sebaran populasi calon penyuluh pertanian ahli di dua jurusan tersebut tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Populasi calon penyuluh pertanian ahli tugas belajar di STPP Bogor tahun 2010

No Semester

Jurusan Penyuluhan

Pertanian

Penyuluhan

Peternakan Jumlah

1 Tingkat IV 28 17 45

2 Alih Program (DIII ke

DIV) 70 65 135

Jumlah 98 82 180

Sumber : BAAK STPP Bogor, 2010.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan cara sensus, sehingga sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yaitu 180 mahasiswa dari kedua jurusan. Teknik pengambilan sampel ini dipakai dengan tujuan agar dapat memperoleh informasi yang lebih lengkap tentang kondisi sebenarnya. Alasan lainnya kenapa metode ini digunakan yaitu jumlah populasi dianggap tidak terlalu banyak dan mudah dalam mengumpulkan datanya. Cara sensus ini biasanya dikenal dengan istilah total sampling atau Complete


(1)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Karakteristik calon penyuluh pertanian ahli di STPP Bogor cukup beragam, sebagian besar calon penyuluh pertanian ahli berjenis kelamin laki-laki (81%) dan perempuan (19%). Asal daerah calon penyuluh pertanian ahli tersebar dari Wilayah Indonesia Barat (69%), Indonesia Tengah (16%) dan Indonesia Timur (15%). Latar belakang tingkat pendidikan formal sebelum masuk STPP Bogor sebagian besar dari D III Pertanian dan SPP/SPMA/SMK Pertanian, selain itu calon penyuluh pertanian ahli juga telah melaksanakan beberapa jenis pelatihan baik teknis maupun metodologi meskipun masih dalam jumlah jam yang sedikit. Bidang keahlian calon penyuluh pertanian terbagi menjadi tiga klasifikasi meskipun sebenarnya hanya dua yang dominan yaitu bidang penyuluhan pertanian dan penyuluhan peternakan. Tingkat penguasaan materi penyuluhan dan ketahanan pangan sebagian besar dalam kategori sedang dan rendah. 2. Secara umum calon penyuluh pertanian ahli sudah cukup memahami tugas

pokok dan fungsi penyuluh pertanian, terdapat 71% yang memiliki pemahaman dalam kategori sedang dan 28% dalam kategori rendah. Hanya 1% calon penyuluh pertanian yang memiliki tingkat pemahaman tupoksi dalam kategori tinggi.

3. Tingkat pengetahuan ketahanan pangan calon penyuluh pertanian ahli secara mayoritas dalam kategori sedang (76%) dan 24% lagi dalam kategori rendah. Dalam hal pengetahuan ketahanan pangan tidak ada satu pun calon penyuluh pertanian ahli yang berkategori tinggi. Masih rendahnya pengetahuan terhadap ketahanan pangan ini dikarenakan tidak terstrukturnya mata kuliah yang berhubungan dengan ketahanan pangan sehingga calon penyuluh pertanian ahli kurang memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang ketahanan pangan.

4. Karakteristik asal daerah calon penyuluh pertanian ahli memberikan pengaruh pada pemahaman tugas pokok dan fungsi seorang penyuluh pertanian ahli dan tingkat pengetahuan ketahanan pangan. Calon penyuluh pertanian ahli dari Wilayah Indonesia Barat cenderung lebih dapat memahami dalam menjabarkan tugas pokok dan fungsinya dan memiliki


(2)

96

pengetahuan ketahanan pangan cukup baik dibandingkan calon penyuluh pertanian ahli dari Indonesi Tengah dan Timur. Keempat karakteristik lainnya (pendidikan formal, pendidikan non formal, bidang keahlian dan tingkat penguasaan materi) tidak memberikan pengaruh yang nyata pada pemahaman tupoksi, sedangkan pada pengetahuan ketahanan pangan persepsi tingkat penguasaan materi memberikan pengaruh yang nyata dan tiga karakteristik lainnya tidak berpengaruh nyata namun tetap cukup memberikan landasan kemampuan dalam berpikir dan bertindak dalam mengaplikasikan tupoksi tersebut.

5. Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa karakteristik calon penyuluh pertanian ahli memiliki korelasi hubungan yang tidak terlalu erat dalam membangun pengetahuan ketahanan pangan, sehingga pengetahuan ketahanan pangan sebagian besar calon penyuluh pertanian ahli berada dalam kategori sedang dan rendah.

6. Strategi pengembangan kurikulum STPP Bogor untuk mengembangkan kemampuan calon penyuluh pertanian ahli di bidang ketahanan pangan adalah melalui peningkatan sumberdaya manusia staf pengajar dan pendukungnya melalui pendidikan formal, pendidikan non formal melalui pelatihan substansial sesuai kebutuhan untuk memenuhi tuntutan output STPP Bogor yang berkualitas dan mempertahankan proses pembelajaran berdasarkan keahlian (pertanian dan peternakan) dan jika diperlukan menambah bidang keahlian atau program studi.

Saran

Penelitian ini hanya menganalisis karakteristik asal daerah, pendidikan formal, pendidikan non formal, bidang keahlian dan persepsi tingkat penguasaan materi terhadap pemahaman tugas dan fungsi penyuluhan pertanian dan pengetahuan ketahanan pangan calon penyuluh pertanian ahli serta analisis lingkungan strategis untuk pengembangan kurikulum di STPP Bogor. Oleh karena itu penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk menganalisis seberapa besar pemahaman calon penyuluh pertanian ahli berpengaruh terhadap pengembangan kurikulum di STPP Bogor.


(3)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG

PENGUATAN CALON PENYULUH PERTANIAN AHLI

UNTUK PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN

(Kasus Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor)

YOYON HARYANTO

`

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(4)

97

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Metode Penelitian Sosial. Eresco, Bandung

Asngari, Pang S. 2003. Pentingnya Memahami Falsafah Penyuluhan Pembangunan dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat, dalam Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. IPB Press – Bogor Baak STPP Bogor. 2010. Laporan Studi Semester Genap Tahun Akademik

2009/2010. STPP Bogor.

Badan Ketahanan Pangan. 2004. Pedoman Umum. Deptan, Jakarta

Baliwati, Y. Farida. 2007. Pengembangan Konsumsi Pangan, Beragam, Bergizi dan Berimbang. Bogor: Dept. Gizi Masyarakat – IPB.

BPSDMP. 2007. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Diploma IV Pola in and out campus learning systems. Jakarta

Chaplin, James. P 1999. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2004. Ringkasan Kajian. http://www.deptan.go.id/bpsdm/puskaji/hasil-kajian/ringk_kajian2004.htm. [diakses 21 Oktober 2010].

. 2005. Rencana Pembangunan Pertanian 2005 - 2010. Deptan, Jakarta

. 2006. Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Deptan,Jakarta

Darmawan, I Putu Sugi. 2005. Analisis Tipe Strategi Industri Kecil dan Menengah di Kawasan Sarbagita, Bali. Tesis yang tidak dipublikasikan, Fakultas Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang

Davidoff, Linda L. 1987. Introduction to Psychology. New York: Mc.Millan Publishing Co

Fakhrudin. 2000. Definisi Kurikulum http://www.mukhlisfahruddin.web.id/2009

[diakses 30 Oktober 2010]

Hamalik Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran, Ed. 1, Cet. 4, Bumi Aksara, Jakarta.

Hoover, Justine R, dkk. 2009. Evaluation of a new nutrition education curriculum and factors influencing its implementation. J. Extension Vol. 47. IOWA State University.

Irwanto., Elia, Heman., Hadisoepadama, Antonisus., Priyani, Retno MJ., Wismanto, Y.B., Fernandes, Cosmas. 1998. Psikologi Umum. Gramedia Jakarta :

Juliandi, Azuar. 2007. Uji Reliabilitas dan Validitas Instrumen http://www.azuarjuliandi.com [diakses 29 Juli 2010].


(5)

Mardikanto, Totok. 2003. Redefinisi dan Revitalisasi Penyuluhan Pembangunan, dalam Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. IPB Press, Bogor.

Mardikanto, Totok. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Sebelas Maret University Press – Surakarta.

Mardikanto, Totok. 2010. Konsep-konsep Pemberdayaan Masyarakat. Sebelas Maret University Press – Surakarta.

Marimin. 2004. Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo, Jakarta. Mustika, Sri. 2009. Keragaan Penyuluhan Pertanian dalam Upaya Mendukung

Pembangunan Ketahanan Pangan di Kabupaten Lampung Barat. Tesis yang tidak dipublikasikan, Fakultas Pascasarjana IPB, Bogor.

Nainggolan, Kaman. 2008. Melawan Kelaparan dan Kemiskinan abad 21. Kekal Pres, Bogor

Permenpan no : PER/02/Menpan/2/2008 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian dan Angka Kreditnya. http://www.deptan.go.id/bpsdm/peraturan/ pdf. [diakses 25 April 2009]. Presiden Republik Indonesia. 2006. Undang Undang Republik Indonesia Nomor

16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Dan Kehutanan. Seri online: http://www.deptan.go.id/bpsdm/peraturan/ UU.SP3K.pdf. diakses pada tanggal 25 April 2009.

Prasetyo, Bambang, Lina Miftahul Jannah. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Rajawali Pers – Jakarta.

Rahmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya

Riduwan dan Sunarto. 2009. Pengantar Statistika untuk Penelitian: Pendidikan, Sosial, Komunikasi, Ekonomi dan Bisnis. Alfabeta – Bandung.

Sambenthiro, Ellinda. 2009. Makalah Ekonomi. Atmajaya - Jakarta

Singarimbun, Masri, Effendi, S. 1995. Metode Penelitian Survey, Cetakan kedua, LP3ES, Jakarta.

Slamet, Margono. 2003. Perspektif Ilmu Penyuluhan Pembangunan Menyongsong Era Tinggal Landas. Di dalam Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. IPB Press. Bogor.

Slamet, Margono. 2003. Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian di Era Otonomi Daerah. IPB. http://www.google.co.id/search?q=prinsip+penyuluhan.

[diakses 29 April 2009]

Srimulyo. 1999. Perilaku dan Pemahaman Kinerja.

http://www.google.co.id/search?q=karakteristik+yang+berpengaruh.

[diakses 13 Agustus 2010].

Suprapto, Ato. 2009. Pemerintah Daerah Harus Memanfaatkan PPL. http/www.blogspot.com/ketahanan-pangan. [diakses 4 Mei 2009].


(6)

99

Undang-undang No 7 tahun 1996. tentang pangan. http://www.google.com.UU7.pdf. diakses pada tanggal 25 April 2009. Walgito, Bimo. 2001. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset Wikipedia. Definisi Kurikulum. http://www.wikipedia.com [diakses 11 Juli 2010]. Wiriaatmadja, Soekandar. 1978. Peringatan 75 tahun SPMA Bogor. Banyoe

Oerip – Bogor.

Worth, S.H. 2007. Developing curriculum markers for agricultural extension education in South Africa. The Journal Of Agricultural Education & Extension. JAEE.