Evaluasi Status Hara Mikro (Fe, Mn, Zn, Dan Cu) Pada Tanah Sawah Di Pulau Jawa, Indonesia

EVALUASI STATUS HARA MIKRO (Fe, Mn, Zn DAN Cu)
PADA TANAH SAWAH DI PULAU JAWA

AZRIZAL

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Status Hara
Mikro (Fe, Mn, Zn dan Cu) Pada Tanah Sawah di Pulau Jawa adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2015
Azrizal
NIM A14090011

ABSTRAK
AZRIZAL. Evaluasi Status Hara Mikro (Fe, Mn, Zn, dan Cu) pada tanah sawah di
Pulau Jawa, Indonesia. Dibimbing oleh ARIEF HARTONO dan SYAIFUL
ANWAR.
Tanah sawah di Jawa telah mengalami pemupukan berkepanjangan dengan
hara makro, khususnya dengan pupuk N, P, K, sedangkan pemupukan hara mikro
hanya sedikit atau tidak sama sekali. Pemupukan hara mikro harus diperhatikan
dengan seksama karena pemberian yang berlebihan dapat meracuni dan
menghambat pertumbuhan tanaman. Hal ini diperlukan dalam mengevaluasi status
hara mikro pada tanah sawah di Pulau Jawa untuk keseimbangan pupuk yang
lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi status hara Fe, Mn, Zn,
dan Cu pada tanah sawah di Pulau Jawa; untuk membandingkan ketersediaan Fe,
Mn, Zn, dan Cu antara Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur; untuk
mengkorelasikan pH, Kejenuhan Basa, P-Bray, dan N-total dengan ketersediaan
Fe, Mn, Zn, dan Cu. Terdapat 23 sampel tanah yang dianalisis, 7 sampel dari Jawa

Barat, 11 sampel dari Jawa Tengah, dan 5 sampel dari Jawa Timur. Ketersediaan
Fe, Mn, Zn, Cu dianalisis menggunakan metode DTPA. Secara umum, status Mn
dan Cu sudah cukup. Besi (Fe) cukup di Jawa Barat dan Jawa Tengah, tetapi
sebagian besar di Jawa Timur kekurangan. Seng (Zn) merupakan yang paling
bervariasi ketersediaannya di seluruh wilayah, mulai dari kurang hingga cukup.
Hasil uji korelasi menyatakan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan
antara Fe, Mn, Zn, dan Cu dengan pH; korelasi negatif yang signifikan antara Fe
Mn dengan P-Bray1; dan korelasi positif yang signifikan antara Fe dan Cu dengan
N-total.
Kata kunci: DTPA, Hara Mikro, Pulau Jawa, Tanah Sawah

ABSTRACT
AZRIZAL. Evaluation of Micro Nutrient Status (Fe, Mn, Zn, and Cu) of Paddy
Soils in Java, Indonesian. Supervised by ARIEF HARTONO and SYAIFUL
ANWAR.
Paddy soils in Java has been experiencing prolong fertilization with
macronutrients, in particular with N, P, and K fertilizers, while fertilization of
micronutrients only minor if not at all. Micronutrients fertilization must be
considered carefully because over application can be toxic and inhibit plant
growth. It is necessary to evaluate micronutrients status of paddy soils in Java for

a better balance fertilization. This research was aimed to evaluate the status of Fe,
Mn, Zn, and Cu in paddy soils in Java; to compare the availability of Fe, Mn, Zn,
and Cu among West Java, Central Java, and East Java; and to correlate pH, Base
Saturation, Bray-P, and total-N with the availability of Fe, Mn, Zn, and Cu. There
were 23 soil samples analyzed, 7 samples from West Java, 11 samples from
Central Java, and 5 samples from East Java. The availability of Fe, Mn, Zn, and
Cu were analyzed using DTPA method. In general, the status of Mn and Cu was
sufficient. Iron was sufficient in West Java and Central Java, but mostly deficient

in East Java. Zinc was the most varied from deficient to sufficient in all areas.
There were significant negative correlations between Fe, Mn, Zn, and Cu with pH;
significant negative correlation between Fe and Mn with Bray1-P; and significant
positive correlation between Fe and Cu with total-N.
Keywords: DTPA, Java, Micro Nutrient, Paddy Soil

EVALUASI STATUS HARA MIKRO (Fe, Mn, Zn DAN Cu)
PADA TANAH SAWAH DI PULAU JAWA

AZRIZAL


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Evaluasi Status Hara Mikro (Fe, Mn, Zn dan Cu) pada Tanah
Sawah di Pulau Jawa
Nama

Azrizal

NIM


A14090011

Disetujui oleh

Dr Ir AriefHartono, MSc Agr
Pembimbing I

Tanggal Lulus:

l I 1 DEC 20J5

Dr Ir Syaiul Anwar, MSc
Pembimbing II

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini ialah Evaluasi
Status Hara Mikro (Fe, Mn, Zn dan Cu) pada Tanah Sawah di Pulau Jawa. Dalam
proses penyelesaian penelitian ini banyak pihak yang terlibat, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih
kepada:
1.

2.
3.

4.
5.

Dr Ir Arief Hartono, MSc Agr dan Dr Ir Syaiful Anwar MSc selaku dosen
pembimbing atas segala nasehat, bimbingan, arahan, motivasi, kesabaran,
waktu, pikiran dan keikhlasan yang telah diberikan selama proses
penyelesaian skripsi ini.
Dr Ir Lilik Indriyati, MSc selaku dosen penguji atas saran dan masukan dalam
perbaikan skripsi ini.
Kedua orang tua tercinta, Bapak, Ibu, kakak dan adik tercinta serta seluruh
keluarga yang telah memberikan doa, motivasi, perhatian, pengorbanan, cinta,
dan kasih sayang.
Seluruh dosen dan staf Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan yang

telah memberikan ilmu, nasehat, dan kerjasamanya.
Seluruh Sahabat Ilmu Tanah 46, Ilmu Tanah 45, Ilmu Tanah 44.
Semoga skripsi ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu tanah khususnya di
tanah-tanah sawah di Pulau Jawa.

Bogor, Desember 2015
Azrizal

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Tujuan Penelitian

2

BAHAN DAN METODE

2

Lokasi dan Waktu Penelitian

2

Bahan dan Alat

2

Metode Penelitian

3


HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Evaluasi Status Hara Mikro Fe, Mn, Zn dan Cu

4

Pengaruh Lokasi terhadap Ketersediaan Hara Mikro Fe, Mn, Zn dan Cu

9

Korelasi Beberapa Sifat Tanah (pH, Kb, P-Bray dan N-Total) dengan
Ketersediaan Hara Mikro Fe, Mn, Zn dan Cu
KESIMPULAN DAN SARAN

10
11


Simpulan

11

Saran

11

DAFTAR PUSTAKA

11

LAMPIRAN

13

RIWAYAT HIDUP

15


DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah Berdasarkan Balai Penelitian
Evaluasi Status Hara Fe Pada Tanah Sawah Di Pulau Jawa
Evaluasi Status Hara Mn Pada Tanah Sawah Di Pulau Jawa
Evaluasi Status Hara Zn Pada Tanah Sawah Di Pulau Jawa
Evaluasi Status Hara Cu Pada Tanah Sawah Di Pulau Jawa
Perbedaan Ketersediaan Hara Mikro Pada Setiap Lokasi
Kolerasi hara mikro Fe, Mn, Zn dan Cu Terhadap Sifat Tanah Lainnya

4
5
6
7
8
9
10

LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.

Hasil Analisis Pedahuluan Tanah Sawah di Pulau Jawa
Hasil Analisis Sidik Ragam Perbedaan Fe-DTPA pada Setiap Lokasi
Hasil Analisis Sidik Ragam Perbedaan Mn-DTPA pada Setiap Lokasi
Hasil Analisis Sidik Ragam Perbedaan Zn-DTPA pada Setiap Lokasi
Hasil Analisis Sidik Ragam Perbedaan Cu-DTPA pada Setiap Lokasi

13
14
14
14
14

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Data BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2010 menunjukkan jumlah
penduduk Indonesia adalah 237 juta jiwa dimana 57.5% tersebar di Pulau Jawa,
dan sisanya 42.5% di pulau-pulau lainnya. Hampir seluruh penduduk Indonesia
mengkonsumsi beras. Menurut data FAO (Food and Agriculture Organization)
tahun 2013 Indonesia menjadi negara dengan konsumsi beras terbesar ketiga
setelah Amerika dan India. Data BPS pada tahun 2013 menunjukkan bahwa Pulau
Jawa dengan luas panen 6.44 juta ha mampu menyumbang 53% dari produksi
gabah kering giling (GKG) di Indonesia (BPS 2013).
Salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan pangan di Indonesia adalah dengan melakukan program intensifikasi.
Selain menggunakan varietas unggul, pemupukan menjadi kegiatan yang paling
menentukan dalam keberhasilan program ini. Hal ini terbukti dengan penggunaan
pupuk yang meningkat pesat setelah perencanaan program intensifikasi yang
dimulai tahun 1969. Rekomendasi pemupukan padi sawah yang berlaku sekarang
bersifat umum untuk semua wilayah Indonesia tanpa mempertimbangkan status
hara tanah dan kemampuan tanaman menyerap hara. Sementara itu diketahui
bahwa status hara P dan K sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi (Adiningsih
et al. 1989; Moersidi et al. 1991; Haryani 2013; Sitorus 2013).
Pemupukan N, P dan K secara terus-menerus pada tiga dasawarsa terakhir
ini menyebabkan sebagian besar lahan sawah di Jawa, Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, Lombok dan Bali berstatus hara P dan K tinggi. Selain itu penggunaan
pupuk N, P dan K terus-menerus menyebabkan ketidakseimbangan hara tanah.
Ketidakseimbangan hara disinyalir mengakibatkan terjadinya pelandaian
produktivitas (leveling off) padi sawah. Kadar hara N, P dan K yang tinggi
menyebabkan ketersediaan hara mikro seperti Fe, Mn, Zn dan Cu tertekan (Sofyan
et al. 2004).
Pemupukan N, P, dan K dengan takaran tinggi tanpa pengembalian sisa
panen akan mempercepat penurunan ketersediaan hara mikro seperti Fe, Mn, Zn
dan Cu serta hara makro lainnya seperti S, Ca, dan Mg. Pemupukan hara mikro
harus diperhitungkan dengan sangat hati-hati karena pemberian yang berlebihan
dapat meracuni tanaman dan menghambat pertumbuhan (Setyorini et al. 2009).
Perhatian terhadap hara mikro di era 1960-an kini meningkat dengan pesat.
Hal tersebut disebabkan oleh terangkutnya hara mikro oleh tanaman
mengakibatkan ketersediaan hara mikro dalam tanah berkurang sehingga tidak
dapat menunjang pertumbuhan normal. Penggunaan varietas unggul dan
pemakaian pupuk makro yang dosisnya meningkat mempertajam menurunnya
hara mikro dalam tanah. Desakan terhadap efisiensi berproduksi memaksa kita
terus memperhatikan hara mikro ini. Evaluasi status hara mikro pada tanah sawah
di Pulau Jawa perlu dilakukan dalam kaitan kebijakan pemupukan yang
berimbang.

2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengevaluasi status hara mikro Fe, Mn, Zn dan Cu pada tanah sawah di
Pulau Jawa.
2. Membandingkan ketersediaan hara mikro Fe, Mn, Zn dan Cu antara Jawa
Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur
3. Mengkorelasi pH, Kejenuhan Basa (KB), P-Bray dan total N dengan
ketersediaan hara mikro Fe, Mn, Zn dan Cu.

BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai pada bulan September 2013 sampai dengan selesai.
Sample diambil dari 3 Provinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur) di
Pulau Jawa (Gambar 1). Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Kimia
dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 23 Sample tanah
sawah yang diambil dari 3 provinsi di Pulau Jawa. Alat-alat yang digunakan untuk
analisis laboratorium adalah pipet (5 ml, 10 ml, 15 ml dan 20 ml), erlenmeyer,
tabung sentrifuge 50 ml, gelas piala, gelas ukur, labu takar 50 ml dan 100 ml, alat
ukur timbangan, neraca analitik, botol kocok plasik lemari pendingin, autoclave,
kertas saring, corong gelas, pipet tetes, dan alat ukur Atomic Absorption
Spectrophotometry (AAS).
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penetapan hara mikro Fe, Mn,
Zn dan Cu adalah Diethilenetriamine-pentaaceticacid (DTPA), HCl, CaCl2,
aquades, dan TEA (Tri Etanol Amin).

Gambar 1 Peta Pengambilan Sample Tanah di Pulau Jawa (Satwoko 2013)

3
Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu tahap persiapan,
pengambilan sampel tanah, analisis pendahuluan dan analisis hara mikro, dan
pengolahan data.
Persiapan
Tahap ini meliputi tahap perencanaan sebelum pengambilan contoh tanah
dilakukan, yaitu menetapkan lahan sawah yang akan diambil contoh tanahnya,
jumlah dan lokasi pengambilan contoh tanah. Penetapan lokasi pengambilan
contoh tanah didasarkan atas pertimbangan karena daerah tersebut merupakan
sentral pertanian, terutama tanaman padi sawah.
Pengambilan Sampel Tanah
Sebanyak 23 contoh tanah sawah diambil di Pulau Jawa oleh peneliti
terlebih dahulu. Contoh tanah tersebut diambil pada lapisan olah dengan
kedalaman 0-20 cm yang diambil secara komposit. Contoh tanah komposit
kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label. Setiap
contoh tanah sawah yang diambil pada masing-masing lokasi dicatat titik
koordinatnya. Jumlah contoh tanah sawah yang diambil di Provinsi Jawa Barat,
Jawa Tengah, dan Jawa Timur berturut-turut sebanyak 7, 11 dan 5 contoh tanah.
Analisis Pendahuluan dan Analisis Hara Mikro
Contoh tanah yang telah diambil dikeringudarakan dalam ruangan
berventilasi. Contoh tanah kemudian ditumbuk dan diayak menggunakan ayakan
yang berukuran 2 mm. Analisis pendahuluan dilakukan untuk mengetahui
karakteristik sifat kimia tanah sawah yang diambil. Analisis pendahuluan meliputi
pH (H2O) yang diukur dengan pH meter. KTK dan basa-basa (Nadd, Cadd, Mgdd)
diperoleh dari hasil ekstraksi dengan tanah 1 M NH4OAc pH 7. N-total diperoleh
dari hasil destruksi dengan metode Kjeldahl. Kejenuhan basa diperoleh dengan
perhitungan yaitu rasio total basa-basa dapat ditukar terhadap KTK tanah dan
diekspresikan dalam persen. Analisis pendahuluan tanah dilakukan oleh penelitian
sebelumnya oleh Haryani (2013) dan Satwoko (2013). Analisis hara mikro Fe, Mn,
Zn, dan Cu dianalisis dengan menggunakan DTPA.
Pengolahan Data dan Penentuan Kelas Status Hara Mikro
Penilaian dari hasil analisis evaluasi status hara mikro dan hasilnya dibagi
menjadi 3 kelas status hara Fe, Mn, Zn, dan Cu yaitu cukup, sedang, rendah.
Kriteria yang digunakan dalam penetapan status hara mikro tanah sawah di Pulau
Jawa berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah Berdasarkan Balai
Penelitian Tanah (2009) secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.
Analisis pedahuluan dibutuhkan untuk uji kolerasi dengan hara mikro Fe,
Mn, Zn, dan Cu menggunkan software MINITAB 14. Data pengaruh lokasi
terhadap hara mikro Fe, Mn, Zn, Cu diolah dengan menggunakan One-way
Analysis of Variance (ANOVA) atau sidik ragam satu arah dengan menggunakan
software MINITAB 14.

4
Tabel 1 Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah Berdasarkan Balai Penelitian
Tanah (2009)
Unsur mikro (DTPA)

Rendah

Sedang

Cukup

Fe (ppm)

4.5

Mn (ppm)

0.2

HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi Status Hara Mikro Fe, Mn, Zn dan Cu
Evaluasi Status Hara Mikro Fe
Besi adalah unsur mikro yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Batas
kritis kosentrasi Fe dalam larutan tanah yang dapat menyebabkan keracunan
tanaman bervariasi dari 10-100 ppm, tetapi secara umum terjadi pada konsentrasi
Fe tanah >300 ppm (Santoso dan Sofyan 2002).
Hasil analisis hara mikro Fe, Mn, Zn dan Cu (Tabel 2) menunjukkan
bahwa ketersediaan Fe-DTPA di Jawa Barat berkisar antara 8.90 ppm sampai
dengan 90.60 ppm. Fe-DTPA Jawa Tengah berkisar antara 6.16 ppm sampai
dengan 76.60 ppm.. Fe-DTPA Jawa Timur berkisar antara 0.41 ppm sampai
dengan 5.04 ppm. Karawang memiliki Fe-DTPA tertinggi diantara lokasi lainnya
di Pulau Jawa dengan. Fe-DTPA sebesar 90.60 ppm. Sementara Tambak Rejo
memiliki Fe-DTPA terendah jika dibandingkan dengan lokasi lainnya di Pulau
Jawa dengan Fe-DTPA sebesar 0.41 ppm.
Perbedaan Fe-DTPA yang sangat jauh antara Karawang dan Tambak Rejo
disebabkan karena kedua daerah tersebut berada di Provinsi yang berbeda
iklimnya. Karawang berada di Provinsi Jawa Barat sedangkan Tambak rejo berada
di Provinsi Jawa Timur. Kondisi iklim di kedua daerah tersebut mempengaruhi
ketersediaan Fe. Tidak hanya itu kedua daerah tersebut memiliki jenis tanah yang
berbeda. Berdasarkan nilai rata-rata Fe pada setiap provinsi. Fe-DTPA tertinggi
terdapat di Jawa Barat sedangkan terendah di Jawa Timur. Rata-rata Fe-DTPA
Jawa Barat sebesar 62.84 ppm. Rata-rata Fe-DTPA Jawa Tengah sebesar 39.4
ppm. Sementara rata-rata Fe-DTPA Jawa Timur sebesar 2.60 ppm.
Untuk status hara Fe pada tanah sawah, dari 23 lokasi yang diambil di
Pulau Jawa, 20 lokasi berstatus cukup, tiga lokasi berstatus rendah yaitu Jombang,
Nganjuk dan Tambak Rejo di Jawa Timur.

5
Tabel 2 Evaluasi Status Hara Fe Pada Tanah Sawah Di Pulau Jawa
Provinsi

Jawa Barat

Lokasi

OrderTanah
(Soil Taxonomy,
2004)
Inceptisols

Fe-DTPA (ppm)

Status

90.6

Cukup

Jatisari

Inceptisols

88.4

Cukup

Pamanukan

Inceptisols

63.7

Cukup

Indramayu

Inceptisols

38.5

Cukup

Palimanan

Inceptisols

8.92

Cukup

Cicalengka

Inceptisols

54.0

Cukup

Cikarawang

Ultisols

15.5

Cukup

Karawang

62.8428.96

Rata-ratasd
Jawa Tengah

Brebes

Inceptisols

39.8

Cukup

Suradadi

Inceptisols

22.3

Cukup

Batang

Ultisols

52.5

Cukup

Kendal

Inceptisols

71.4

Cukup

Demak

Vertisols

6.16

Cukup

Jekulo

Vertisols

10.3

Cukup

Borobudur

Inceptisols

57.6

Cukup

Kutoarjo

Inceptisols

28.9

Cukup

Karanganyar

Inceptisols

36.7

Cukup

Buntu

Inceptisols

76.6

Cukup

Jogjakarta

Vertisols

31.4

Cukup

Bojonegoro

Vertisols

4.87

Cukup

Tambak Rejo

Vertisols

0.41

Rendah

Nganjuk

Vertisols

0.89

Rendah

Jombang

Inceptisols

1.80

Rendah

Ponorogo

Vertisols

5.04

Cukup

39.423.1

Rata-ratasd
Jawa Timur

Rata-ratasd

2.602.21

Evaluasi Status Hara Mikro Mn
Kandungan Mn di dalam litosfer kira-kira 900 ppm dan di dalam tanah
biasanya mengandung 20-300 ppm dengan rata-rata 600 ppm (Lindsay 1979).
Hasil analisis pada Tabel 3 menunjukkan bahwa Mn-DTPA di Jawa Barat berkisar
antara 10.6 ppm sampai dengan 46.4 ppm. Mn-DTPA di Jawa Tengah berkisar
antara 2.99 ppm sampai dengan 32.2 ppm. Mn-DTPA di Jawa Timur berkisar
antara 4.09 ppm sampai dengan 8.83 ppm.

6
Tabel 3 Evaluasi Status Hara Mn Pada Tanah Sawah Di Pulau Jawa
Provinsi

Jawa Barat

Lokasi

OrderTanah
(Soil Taxonomy,
2004)
Inceptisols

Mn-DTPA (ppm)

Status

46.4

Cukup

Jatisari

Inceptisols

34.0

Cukup

Pamanukan

Inceptisols

13.5

Cukup

Indramayu

Inceptisols

10.6

Cukup

Palimanan

Inceptisols

20.9

Cukup

Cicalengka

Inceptisols

11.4

Cukup

Cikarawang

Ultisols

21.2

Cukup

Karawang

22.613.3

Rata-ratasd
Jawa Tengah

Brebes

Inceptisols

18.6

Cukup

Suradadi

Inceptisols

6.67

Cukup

Batang

Ultisols

20.0

Cukup

Kendal

Inceptisols

7.15

Cukup

Demak

Vertisols

2.99

Cukup

Jekulo

Vertisols

32.2

Cukup

Borobudur

Inceptisols

4.19

Cukup

Kutoarjo

Inceptisols

12.5

Cukup

Karanganyar

Inceptisols

10.5

Cukup

Buntu

Inceptisols

27.1

Cukup

Vertisols

9.26

Cukup

Jogjakarta

17.212.2

Rata-ratasd
Jawa Timur

Rata-ratasd

Bojonegoro

Vertisols

8.83

Cukup

Tambak Rejo

Vertisols

8.02

Cukup

Nganjuk

Vertisols

6.99

Cukup

Jombang

Inceptisols

5.40

Cukup

Ponorogo

Vertisols

4.09

Cukup

6.71.93

Jika dibandingkan dengan semua lokasi di Pulau Jawa. Karawang
memiliki Mn-DTPA tertinggi sebesar 46.6 ppm. Sementara Demak memiliki MnDTPA terendah dibandingkan dengan lokasi lainnya dengan Mn-DTPA sebesar
2.99 ppm. Perbedaan lokasi serta jenis tanah mengakibatkan perbedaan yang
cukup jauh antara jumlah Mn-DTPA di Karawang dan di Demak. Nilai rata-rata
Mn pada setiap provinsi pada Tabel 3 menunjukkan bahwa Jawa Barat memiliki
Mn-DTPA tertinggi sedangkan terendah Jawa Timur. Rata-rata Mn-DTPA Jawa
Barat sebesar 22.6 ppm, rata-rata Mn-DTPA Jawa Tengah sebesar 17.2 ppm, ratarata Mn-DTPA Jawa Timur sebesar 6.7 ppm. Untuk status hara Mn pada tanah
sawah, dari 23 lokasi yang diambil di Pulau Jawa berstatus cukup.

7
Evaluasi Status Hara Mikro Zn
Seng (Zn) di butuhkan tanaman dalam jumlah yang sangat sedikit.
Fungsinya sebagai katalis dalam berbagai kegiatan fisiologis tanaman. Zn rendah
umumya terjadi pada tanah yang memiliki pH netral dan tanah berkapur yang
mengandung bikarbonat dalam konsentrasi tinggi. Zn rendah juga terdapat pada
tanah yang diusahakan intensif dengan pemberian pupuk N, P dan K dalam
jumlah yang banyak tanpa penambahan Zn, tanah sodik dan tanah salin, tanah
gambut, tanah berpasir, tanah masam bertekstur kasar yang telah melapuk lanjut
dan tanah Sulfat Masam yang telah tercuci Ca, Mg, dan K (Santoso dan Sofyan
2002).
Tabel 4 Evaluasi Status Hara Zn Pada Tanah Sawah Di Pulau Jawa
Provinsi

Jawa Barat

Lokasi

OrderTanah
(Soil Taxonomy,
2004)
Inceptisols

Zn-DTPA (ppm)

Status

0.74

Medium

Jatisari

Inceptisols

1.46

Cukup

Pamanukan

Inceptisols

0.66

Medium

Indramayu

Inceptisols

0.20

Rendah

Palimanan

Inceptisols

0.04

Rendah

Cicalengka

Inceptisols

0.93

Medium

Cikarawang

Ultisols

6.13

Cukup

Karawang

Rata-ratasd
Jawa Tengah

Rata-ratasd
Jawa Timur

Rata-ratasd

1.62.03
Brebes

Inceptisols

0.20

Rendah

Suradadi

Inceptisols

1.36

Cukup

Batang

Ultisols

0.69

Medium

Kendal

Inceptisols

0.04

Rendah

Demak

Vertisols

0.09

Rendah

Jekulo

Vertisols

0.19

Rendah

Borobudur

Inceptisols

0.76

Medium

Kutoarjo

Inceptisols

0.21

Rendah

Karanganyar

Inceptisols

1.84

Cukup

Buntu

Inceptisols

1.42

Cukup

Jogjakarta

Vertisols

0.22

Rendah

Bojonegoro

Vertisols

0.820.58
0.26

Rendah

Tambak Rejo

Vertisols

0.15

Rendah

Nganjuk

Vertisols

0.004

Rendah

Jombang

Inceptisols

2.46

Cukup

Ponorogo

Vertisols

0.35

Rendah

0.440.13

Berdasarkan hasil analisis evaluasi status hara mikro tanah sawah di Tabel
4 menunjukkan bahwa rata-rata Zn-DTPA yang tertinggi terdapat di Provinsi
Jawa Barat sebesar 1.6 ppm, Jawa Tengah sebesar 0.82 ppm, dan Jawa Timur
yang terendah yaitu sebesar 0.44 ppm. Hasil analisis pada Tabel 4 menunjukkan

8
bahwa Zn-DTPA di Jawa Barat berkisar antara 0.04 ppm sampai dengan 6.13 ppm.
Zn-DTPA di Jawa Tengah berkisar antara 0.04 ppm sampai dengan 1.84 ppm.
Zn-DTPA di Jawa Timur berkisar antara 0.004 ppm sampai dengan 2.46 ppm.
Sementara untuk daerah dengan Zn-DTPA tertinggi adalah Cikarawang di
Jawa Barat sebesar 6.13 ppm dan yang terkecil adalah daerah Nganjuk di Jawa
Timur sebesar 0.004 ppm. Untuk Zn-DTPA pada tanah sawah, dari 23 lokasi yang
diambil di Pulau Jawa, 12 lokasi berstatus rendah, 6 lokasi bersatus cukup dan 5
lokasi berstatus medium.
Evaluasi Status Hara Mikro Cu
Rata-rata Cu dalam litosfer sekitar 100 ppm, tetapi yang berada dalam
tanah antara 2 sampai 100 ppm (Tisdale dan Nelson 1975). Menurut (Soepardi
1983), bahwa bahan induk merupakan sumber ketersediaan Cu. Ketersediaan Cu
sangat tergantung pada pH tanah.
Tabel 5 Evaluasi Status Hara Cu Pada Tanah Sawah Di Pulau Jawa
Provinsi

Jawa Barat

Lokasi

OrderTanah
(Soil Taxonomy,
2004)
Inceptisols

Cu-DTPA (ppm)

Status

1.94

Cukup

Jatisari

Inceptisols

1.35

Cukup

Pamanukan

Inceptisols

1.38

Cukup

Indramayu

Inceptisols

1.52

Cukup

Palimanan

Inceptisols

0.92

Cukup

Cicalengka

Inceptisols

2.16

Cukup

Cikarawang

Ultisols

1.09

Cukup

Karawang

Rata-ratasd
Jawa Tengah

1.480.44
Brebes

Inceptisols

2.57

Cukup

Suradadi

Inceptisols

1.03

Cukup

Batang

Ultisols

1.86

Cukup

Kendal

Inceptisols

2.57

Cukup

Demak

Vertisols

1.41

Cukup

Jekulo

Vertisols

1.39

Cukup

Borobudur

Inceptisols

2.58

Cukup

Kutoarjo

Inceptisols

2.50

Cukup

Karanganyar

Inceptisols

2.60

Cukup

Buntu

Inceptisols

2.65

Cukup

Vertisols

1.63

Cukup

Jogjakarta
Rata -ratasd
Jawa Timur

Rata -ratasd

2.070.61
Bojonegoro

Vertisols

1.34

Cukup

Tambak Rejo

Vertisols

0.69

Cukup

Nganjuk

Vertisols

1.07

Cukup

Jombang

Inceptisols

1.11

Cukup

Ponorogo

Vertisols

2.50

Cukup

1.350.68

9
Berdasarkan Tabel 5 hasil analisis evaluasi status hara mikro menunjukkan
bahwa Cu-DTPA di Jawa Barat berkisar antara 0.92 ppm sampai dengan 2.16
ppm. Cu-DTPA Jawa Tengah berkisar antara 1.03 ppm sampai dengan 2.65 ppm.
Cu-DTPA Jawa Timur berkisar antara 0.69 ppm sampai dengan 2.50 ppm. Buntu
memiliki Cu-DTPA tertinggi diantara lokasi lainnya di Pulau Jawa dengan Cu
sebesar 2.65 ppm. Sementara Tambak Rejo memiliki Cu-DTPA terendah jika
dibandingkan dengan lokasi lainnya di Pulau Jawa dengan Cu-DTPAsebesar 0.69
ppm.
Perbedaan Cu-DTPA antara Buntu dan Tambak Rejo disebabkan karena
kedua daerah tersebut berada di Provinsi yang berbeda. Buntu berada di Provinsi
Jawa Tengah sedangkan Tambak Rejo berada di Provinsi Jawa Timur. Kondisi
iklim di kedua daerah tersebut mempengaruhi ketersediaan Cu. Tidak hanya itu
kedua daerah tersebut memiliki jenis tanah yang berbeda. Berdasarkan nilai ratarata Cu-DTPA pada setiap provinsi, tertinggi terdapat di Jawa Tengah sedangkan
terendah di Jawa Timur. Rata-rata Cu-DTPA Jawa Barat sebesar 1.48 ppm, ratarata Cu-DTPA Jawa Tengah sebesar 2.07ppm, sementara ketersediaan rata-rata
Cu Jawa Timur sebesar 1.35ppm.
Pengaruh Lokasi terhadap Ketersediaan Hara Mikro Fe, Mn, Zn dan Cu
Secara keseluruhan atau umum, evaluasi hara mikro di Pulau Jawa bahwa
ketersediaan Fe, Mn, dan Zn di Jawa Barat cenderung lebih tinggi diikuti Jawa
Tengah kemudian Jawa Timur. Berbeda dengan ketersediaan Cu di Jawa Tengah
cenderung lebih tinggi dikuti dengan Jawa barat kemudian Jawa Timur.
Perbedaan ketersediaan Fe, Mn, Zn dan Cu pada setiap lokasi disajikan
pada Tabel 6. Hasil ANOVA pengaruh lokasi terhadap ketersediaan hara mikro Fe,
Mn, Zn, dan Cu secara berturut-turut disajikan pada Tabel lampiran 2, 3, 4, dan 5.
Pengaruh lokasi nyata mempengaruhi ketersediaan hara Fe dan Cu, sementara
pada Mn dan Zn tidak berpengaruh nyata.
Tabel 6 Perbedaan Ketersediaan Hara Mikro Pada Setiap Lokasi
Hara mikro
Lokasi

Fe-DTPAsd
(ppm)

Mn-DTPAsd
(ppm)

Zn-DTPAsd
(ppm)

Jawa
Barat
62.84(a)28.96
22.6(a)13.3
1.6(a)2.03
(n=7)
Jawa
Tengah
39.4(b)23.1
17.2(a)12.2
0.82(a)0.58
(n=11)
Jawa
Timur
2.6(c)2.21
6.7(a)1.93
0.44(a)0.13
(n=5)
Keterangan : Angka rata-rata dalam satu kolom yang diikuti oleh huruf
berbeda
nyata pada P