Partisipasi Peternak Kambing atau Domba di Kabupaten Bogor dalam Program Vaksinasi Antraks

PARTISIPASI PETERNAK KAMBING ATAU DOMBA DI
KABUPATEN BOGOR DALAM PROGRAM VAKSINASI
ANTRAKS

AGENG SYARIF DWIDZURIPUTRA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Partisipasi Peternak
Kambing atau Domba di Kabupaten Bogor dalam Program Vaksinasi
Antraksadalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Ageng Syarif Dwidzuriputra
NIM B04070110

ABSTRAK
AGENG SYARIF DWIDZURIPUTRA. Partisipasi Peternak Kambing atau
Domba di Kabupaten Bogor dalam Program Vaksinasi Antraks.Dibimbing oleh
ETIH SUDARNIKA dan CHAERUL BASRI.
Vaksinasi merupakan salah satu upaya pencegahan dan pengendalian
antraks yangdalam pelaksaannyamenemukan kendala yaitu kurangnya partisipasi
peternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor pendorong
kesediaan peternak kambing atau domba di Kecamatan Babakan Madang untuk
melakukan vaksinasi antraks. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei
dengan total responden sebanyak 60 peternak yang dipilih menggunakan metode
acak bertingkat yang berasal dari tiga desa yaitu Citaringgul, Kadumanggu, dan
Karang Tengah. Analisis data penelitian ini menggunakan uji khi-kuadratdan
pendugaan nilai Risiko Relatif (RR). Faktor-faktor pendorong peternakdalam
melakukan vaksinasi antraks yaitu pernah mendapatkan penyuluhan secara
langsung dengan nilai risiko relatif 2.84(RR=2.84; SK=1.55-5.29) dan pernah

mengalami kendala dalam melakukan vaksinasi dengan nilai risiko relatif 1.96
(RR=1.96; SK=1.20-3.19).
Kata kunci: antraks, kabupaten bogor, partisipasi, vaksinasi.

ABSTRACT
AGENG SYARIF DWIDZURIPUTRA Participation of Goat or Sheep Farmers at
Bogor District in Anthrax Vaccination Programme. Supervised by ETIH
SUDARNIKA and CHAERUL BASRI.
Vaccination was an effort in preventing and controlling anthrax. The aim
of this study was to identify the supporting factors that affected participant in
anthrax vaccination of goat or sheep farmers at Bogor District using survey
method by interviewing using questionnaire. Total respondents were 60 farmers
from Citaringgul, Karang Tengah, and Kadumanggu Village. Respondents were
choosen by using multistage random sampling method. The data were analysed
using chi-square method and estimated Relative Risk (RR) value. The factors that
supported farmers to participate in vaccination anthrax program were direct
extention with relative risk value 2.84 (RR=2.84; SK=1.55-5.29) and the obstacles
faced by farmers in anthrax vaccinating with relative risk value 1.96 (RR=1.96;
SK=1.20-3.19).
Keyword: anthrax, bogor district, participation, vaccination.


PARTISIPASI PETERNAK KAMBING ATAU DOMBA DI
KABUPATEN BOGOR DALAM PROGRAM VAKSINASI
ANTRAKS

AGENG SYARIF DWIDZURIPUTRA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi: Partisipasi Peternak Kambing atau Domba di Kabupaten Bogor
dalam Program Vaksinasi Antraks

Nama
: Ageng Syarif Dwidzuriputra
NIM
: B04070110

Disetujui oleh

Dr Ir Etih Sudarnika, MSi
Pembimbing I

Drh Chaerul Basri, MEpid
Pembimbing II

Diketahui oleh

Drh H Agus Setiyono, MS, PhD, APVet
Wakil Dekan

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulisan skripsi inidapat
diselesaikan di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB).
Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Ir. Etih
Sudarnika, M.Si dan Bapak Drh. Chaerul Basri M.Epid selaku pembimbing yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan nasehat yang
membangun serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen dan staf karyawan
Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner dan
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor yang membantu penulis dalam
memberikan informasi tentang antraks di Kabupaten Bogor.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala amal ibadah dan kebaikan
kepada mereka semua.Kesalahan dalam penulisan skripsi ini tentu datang dari
saya pribadi.Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
namun penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat sebagaimana
mestinya.
Bogor, Januari 2014
Ageng Syarif Dwidzuriputra

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

PENDAHULUAN

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

1

METODE

2


Kerangka Konsep

2

Tempat dan Waktu

3

Desain Penelitian

3

Teknik Penarikan Sampel

3

Teknik Pengumpulan Data

3


Desain Penelitian

4

Definisi Operasional

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Karakteristik Peternakan

5

Managemen Peternakan

7


Managemen Kesehatan Ternak

7

Riwayat Kejadian Penyakit Antraks

9

Akses Informasi dan Tingkat Pengetahuan Peternak

10

Hubungan Antara Karakteristik Peternak Terhadap Kesediaan Peternak
Mengikuti Program Vaksinasi Antraks

11

Hubungan Antara Riwayat Kejadian dan Manajemen Kesehatan Ternak
Terhadap Kesediaan Peternak Mengikuti Program Vaksinasi Antraks


12

Hubungan Antara Akses InformasiTerhadap Kesediaan Peternak Mengikuti
Program Vaksinasi Antraks
15
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Terhadap Kesediaan Peternak
Mengikuti Program Vaksinasi Antraks
SIMPULAN DAN SARAN

16
17

Simpulan

17

Saran

17


DAFTAR PUSTAKA

17

RIWAYAT HIDUP

18

DAFTAR TABEL
1
2

Definisi operasional peubah penelitian
Karakteristik peternakankambing ataudomba di Kecamatan Babakan Madang
Kabupaten Bogor
3 Sarana informasi yang dimiliki peternak di Kecamatan Babakan Madang
Kabupaten Bogor dalam program vaksinasi antraks
4 Manajemen pemberian pakan ternak di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten
Bogor
5 Manajemen kesehatan ternak di Kecamatan Babakan Madang kabupaten Bogor
6 Sarana informasi yang dimiliki peternak kambing atau domba di kecamatan
Babakan Madang Kabupaten Bogor dalam melakukan vaksinasi antraks serta
kendala yang dihadapi
7 Jumlah kejadian pada manusia dan ternak yang terserang penyakit antraks di
Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor
8 Hubungan karakteristik peternakan terhadap kesediaan peternak mengikuti
program vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor
9 Hubungan tingkat pengetahuan peternak terhadap kesediaan peternak mengikuti
program vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor
10 Hubungan sarana informasi terhadap kesediaan peternak mengikuti program
vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten bogor
11 Hubungan manajemen kesehatan terhadap kesediaan peternak melakukan
vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor
12 Hubungan riwayat kejadian antraks terhadap kesediaan peternak mengikuti
program vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang kabupaten Bogor

3
5
6
7
8
9

10
10
12
13
14
15

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beternak merupakan salah satu usaha yang banyak dilakukan oleh
masyarakat di Kabupaten Bogor. Jenis ternak yang sering dipelihara yaitu
kambing atau domba karena tidak perlu memiliki modal yang besar. Selain itu
ternak ini dipilih karena memiliki daya adaptasi yang tinggi, serta pakan yang
diberikan bisa memanfaatkan hasil dari usaha tani.
Pada tahun 2005 telah terjadi kasus kematian enam orang meninggal di desa
Citaringgul Kabupaten Bogor yang disebabkan oleh memakan daging ternak yang
terinfeksi antraks (Noor 2001; Natalia dan Adji 2006; Basri dan Kiptiyah 2010).
Antraks disebabkan oleh bakteri Bacillus antrhracis yang merupakan bakteri gram
positif yang dapat membentuk spora jika terpapar oleh oksigen (Departemen
pertanian 2003).Antraks merupakan salah satu senjata biologis yang berbahaya di
dunia karena antraks memiliki tingkat kematian, kesakitan, dan membuat rasa
panik yang tinggi (Klinman dan Tross 2008).
Berbagai upaya telah dilakukan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Bogor untuk mencegah berulangnya kasus antraks dengan mengadakan program
vaksinasi antraks dan penyuluhan didaerah-daerah endemis antraks.Vaksinasi
adalah pemberian vaksin kedalam tubuh untuk mencegah penyakit yang
disebabkan oleh bakteri dan virus (Soeripto 2002).Namun upaya tersebut belum
membuahkan hasil yang optimal karena efek samping dari vaksin spora hidup
yang digunakan dan rendahnya kesadaran masyarakat dalam melakukan vaksinasi
antraks (Hardjoutomo et al. 1993, Leppla et al.2002).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mencari faktor-faktorpendorong partisipasi
peternak kambing atau domba di Kabupaten Bogor dalam melakukan vaksinasi
antraks.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah terdapathubungan antara karakteristik
peternakan, riwayat kejadian antraks, manajemen peternakan, akses informasi
yang dimiliki peternak dan tingkat pengetahuan peternak terhadap kesediaan
peternak mengikuti program vaksinasi antraks.

2

METODE PENELITIAN
Kerangka Konsep
Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai
berikut:
Peubah yang diamati:
1. Karateristik peternak :
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Tujuan beternak
- Jumlah ternak
- Tingkat pengetahuan peternak
- Akses informasi

Kesediaan peternak
untuk melakukan
vaksinasi antraks pada
ternaknya

2. Manajemen peternakan dan riwayat
kejadian antraks
- Manajemen pemberian pakan
- Manajemen kesehatan ternak
- Vaksinasi antraks
- Riwayat kejadian antraks

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian

Definisi operasional yang digunakan di dalam penelitian ini disajikan pada
Tabel 1.

3
Definisi Operasional
Tabel 1 Definisi operasional peubah penelitian
No
1

Peubah
Pendidikan

2

Pekerjaan

3

Ternak untuk dijual

4

Jumlah ternak

5

Keluarga pernah
terinfeksi antraks

6

Ternak pernah
terinfeksi antraks

7

Ternak pernah sakit

8

Ternak pernah mati

9

Tanggapan peternak
tentang pentingnya
vaksinasi antraks

10

Ternak pernah
diberikan vaksinasi
antraks
Adanya kendala
dalam melakukan
vaksinasi antraks

11

12

Kendala dalam
melakukan
vaksinasi antraks

13

Tingkat
pengetahuan

14

Akses informasi

15

Pernah
mendapatkan
penyuluhan

Definisi Operasional
Jenjang pendidikan
peternak
Mata pencaharian
peternak
Tujuan dilakukannya
kegiatan beternak oleh
peternak
Jumlah ternak kambing
atau domba yang
dimiliki oleh peternak
Adanya keluarga
peternak yang pernah
terinfeksi antraks
Adanya ternak yang
pernah terinfeksi
antraks
Adanya ternak yang
pernah sakit
Adanya ternak pernah
mati
Tanggapan peternak
terhadap pentingnya
ternak diberikan
vaksinasi antraks
Adanya ternak yang
pernah diberikan
vaksinasi antraks
Terdapat masalah yang
dihadapi ketika
melakukan vaksinasi
antraks
Jenis kendala dalam
melakukan vaksinasi
antraks

Alat Ukur
Kuesioner

Cara Ukur
Wawancara

Skala
1= maksimal lulusan SD
2= minimal lulusan SMA
1= ya
2= tidak
1= ya
2= tidak

Kuesioner

Wawancara

Kuesioner

Wawancara

kuesioner

wawancara

Kuesioner

Wawancara

Kuesioner

Wawancara

1= ya
2= tidak

Kuesioner

Wawancara

Kuesioner

Wawancara

Kuesioner

Wawancara

1= ya
2= tidak
1= ya
2= tidak
1= penting
2= tidak penting

Kuesioner

Wawancara

1= ya
2= tidak

Kuesioner

Wawancara

1= ya
2= tidak

Kuesioner

Wawancara

Pengetahuan peternak
tentang informasi
antraks
Cara peternak untuk
mendapatkan informasi
tentang penyakit antraks
Peternak yang
mendapatkan sosialisasi
secara langsung oleh
tenaga ahli kesehatan

Kuesioner

Wawancara

1= mahal, jauh, dan sulit
mendapatkan vaksin
2= takut mati dan tidak ada
yang memberikan
1= baik
2= sedang

Kuesioner

Wawancara

Kuesioner

Wawancara

1=lebih dari 5 ekor
2=kurang atau sama dengan
5 ekor
1= ya
2= tidak

1= media massa
2= penyuluhan dan
selebaran
1= ya
2= tidak

4
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai September 2012.
Pengambilan data dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Babakan Madang
Kabupaten Bogor yaitu Citaringgul, Kadumanggu, dan Karang Tengah.
Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Epidemiologi, Fakultas Kedokteran
Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah studi cross-sectionalatau survei. Penelitian ini
menggunakan kuesioner sebagai perangkat untuk mengukur faktor-faktor yang
mempengaruhi kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks di
Kecamatan Babakan Madang.
Populasi Studi
Populasi studi dalam penelitian ini adalah peternak kambing atau domba di
Kecamatan Babakan Madang. Kecamatan Babakan Madang dipilih sebagai daerah
untuk penelitian ini karena berdasarkan informasi Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor, Kecamatan Babakan Madang merupakan salah satu daerah
endemis antraks di Indonesia.
Teknik Penarikan Sampel
Pemilihan sampel peternak di Kecamatan Babakan Madang dilakukan
dengan metodeacak bertingkat mengunakan daftar peternak di Desa tesebut yang
berasal dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Jumlah desa yang
dipilih secara acak dari Kecamatan Babakan Madang yaitu 3 Desa, kemudian
setiap desa dipilih masing-masing 2 rukun warga (RW), setiap RW dipilih
masing-masing 2 rukun tetangga (RT), dan setiap RT dipilih 5 peternak kambing
atau domba secara acak untuk dilakukan wawancara. Jumlah responden pada
penelitian ini berjumlah 60 peternak.
Data diperoleh dengan melakukan wawancara secara langsung terhadap
peternak kambing atau domba di Kecamatan Babakan Madang dengan
menggunakan kuesioner tertutup dan semi terbuka. Kuesioner yang digunakan
terdiri atas pertanyaan yang meliputi identitas peternak, manajemen pemeliharaan,
kesehatan ternak, riwayat kejadian antraks serta tingkat pengetahuan masyarakat
mengenai antraks, vaksinasi antraks oleh masyarakat, dan tanggapan masyarakat
terhadap program pemerintah tentang vaksinasi. Kuesioner yang digunakan
merujuk kepada literatur-literatur tentang profil peternakan kambing atau domba
yaitu karakterisik peternak, kesehatan ternak, riwayat kejadian antraks, vaksinasi
antraks, akses informasi, dan pengetahuan tentang antraks. Adapun untuk
mengukur pengetahuan peternak tentang antraks disajikan dengan jawaban
“benar”, “salah”, dan “tidak tahu”.

5
Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan uji
khi-kuadratdan pendugaan nilai risiko relatif (RR) masing-masing peubah untuk
menghitung derajat asosiasi antara kesediaan mengikuti program vaksinasi
tehadap karakteristik peternak, managemen kesehatan ternak, riwayat kejadian
antraks, akses informasi, dan tingkat pengetahuan peternak. Pengolahan data ini
menggunakan program SPSS 16.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Peternak
Karakteristik peternak di Kecamatan Babakan Madang meliputi, pendidikan,
pekerjaan utama, kepentingan beternak, dan jumlah ternak yang dimiliki yang
dapat dilihat secara rinci pada Tabel 2.

Tabel 2Karakteristik peternak kambing atau domba di Kecamatan Babakan
Madang Kabupaten Bogor
No
1

2

3

4

Karakteristik Peternak
Pendidikan
- Maksimal lulusan SD
- Maksimal lulusan SMP
Beternak sebagai usaha
- Sampingan
- Utama
Beternak untuk dijual
- Ya
- Tidak
Jumlah ternak yang dimiliki
- Lebih dari 5 ekor
- Kurang dari 5 ekor

Jumlah Responden

% dari total responden
57
3

95
5

56
4

93
7

57
3

95
5

24
36

40
60

Data pada Tabel 2 menunjukkan pendidikan terakhir peternak kambing atau
domba rata-rata maksimal di tingkat sekolah dasar (SD)yaitu sebanyak57 (95%)
peternak. Tingkat pendidikan peternak berpengaruh terhadap kemampuan mereka
dalam menyerap berbagai informasi yang relevan dengan kegiatan usaha
ternaknya, khususnya berkenaan dengan penanganan usaha ternak (Dinas
Peternakan 2005)
Sebanyak 56 (93%) peternak menyatakan bahwa beternak merupakan usaha
sampingan.Peternak yang bertujuan memelihara kambing atau domba untuk dijual
yaitu sebanyak 57 (95%) peternak.Parapeternak menyatakan bahwa selain
beternak kambing atau domba mereka juga memiliki pekerjaan utama diluar
bidang non pertanian sebagai buruh, pegawai swasta dan pedagang. Data yang
diperoleh dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
wahyuni dan Basuno (2005) di Desa Kadumanggu yaitu beternak kambing atau
domba merupakan usaha utama karena mengingat sebagian besar (70%) peternak

6
sudah tua yang tidak bisa mengandalkan tenaga fisiknya lagi untuk bekerja
sebagai petani maupun buruh.Jumlah ternak rata-rata yang dipelihara
yaituberjumlah kurang dari lima ekor sebanyak 36 (60%) peternak. Hal ini
disebabkan karena adanya keterbatasan modal usaha yang dimiliki peternak di
Kecamatan Babakan Madang.
Akses Terhadap Informasi dan Tingkat Pengetahuan Peternak
Pemberian informasi tentang antraks sangat penting dilakukan agar peternak
lebih paham bahaya antraks.Tabel 3 berikut akan menjelaskan tentang akses
informasi yang dimiliki oleh peternak kambing atau domba di Kecamatan
Babakan Madang.

Tabel 3Sarana informasi yang dimiliki peternak di Kecamatan Babakan Madang
Kabupaten Bogor dalam program vaksnisasi antraks
No
1

2

3

Akses Informasi
Media massa
- Ya
- Tidak
Selebaran
- Ya
- Tidak
Pernah mendapatkan penyuluhan
- Ya
- Tidak

Jumlah peternak

% dari Total Responden

23
37

38
62

58
2

97
3

32
28

53
47

Berdasarkan data di atas, akses informasi paling banyak yang didapatkan
peternak kambing atau domba di Kecamatan Babakan Madang yaitu melalui
selebaran sebanyak 97% dan sebanyak 53% peternak menyatakan pernah
mendapatkan informasi melalui penyuluhan langsung yang dilakukan Dinas
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Akses informasi lain yang
didapatkan oleh peternak yaitu melalui media massa (38%).
Keberhasilan peternak dalam mendapatkan informasi tentang penyakit
antraks dapat diukur melalui tingkat pengetahuan masyarakat.Tingkat
pengetahuan peternak di Kecamatan Babakan Madang masuk dalam kategori
baikyaitu sebanyak37 peternak (62%) dan 23 peternak (38%) masuk kedalam
kategori buruk terhadap pengetahuan tentang penyakit antraks. Peternak
mengetahui bahaya penyakit antraks namun dalam manajemen kesehatan ternak
peternak tidak melakukannya secara benar.
Manajemen Peternakan
Manajemen Pemberian Pakan
Manajemen peternakan meliputi manajemen pemberian pakan yaitu jenis
pakan dan asal pakan yang diberikan untuk ternak.Tabel 4merupakan tabel
manajemen pemberian pakan ternak di Kecamatan Babakan Madang.

7
Tabel 4 Manajemen pemberian pakan ternak di Kecamatan Babakan Madang
Kabupaten Bogor
No
1

2

Jenis pakan
Pakan yang diberikan
- Rumput
- Hijauanselain rumput
- Kulit singkong
- Konsentrat
Asal Pakan
- Dari dalam desa
- Dari luar desa

Jumlah responden

% dari total responden

60
53
51
1

100
88
85
2

60
0

100
0

Seluruh ternak di Kecamatan Babakan Madang diberikan pakan rumput
(100%).Selain rumput peternak juga menambahkan kulit singkong sebagai pakan
pokok utama (88%) karena mudah didapatkan di sekitar desa.Hanya 1 dari 60
(2%) peternak yang menambahkan konsentrat dalam pakan ternaknyaagar
ternaknya mendapatkan nutrisi yang cukup sehingga ternak tersebut tidak
mengalami kekurangan gizi atau kekurusan sehingga harga jualnya menjadi tinggi.
Asal pakan ternak yang diberikan semuanya berasal dari dalam desa mereka
sendiri (100%).Hasil kebun yang ditanam semuanya dimanfaatkan untuk pakan
ternak.Kulit singkong sebagai pakan ternak memiliki risiko yang besar terhadap
infeksi antraks karena tanah yang digunakan untuk berkebun di daerah ini
merupakan tanah yang tercemar oleh spora antraks yang dapat bertahan lebih dari
30 tahun di tanah.
Manajemen Kesehatan Ternak
Penanganan Ternak Sakit dan Mati
Pengendalian penyakit antraks sangat dipengaruhi oleh manajemen kesehatan
ternak.Manajemen kesehatan ternak meliputi penangan ternak yang sakit dan
mati.Manajemen kesehatan ternak di Kecamatan Babakan Madang disajikanpada
Tabel 5.
Data pada tabel menunjukkan bahwa 30 (50%) peternak kambing atau
domba di Kecamatan Babakan Madang pernah menemukan ternaknya
sakit.Penyakit pada ternak yang sering ditemukan berupa ternak sangat lemas
(43%) dan tidak mau makan (42%).Pengetahuan peternak dalam mendiagnosa
penyakit antraks masih kurang baik karena peternak hanya mengetahui bahwa
ternak yang terinfeksi antraks hanya jika ternak mengeluarkan darah dari hidung
dan anus.Menurut mereka gejala klinis lemas dan kurang nafsu makan hanya
dianggap penyakit yang biasa terjadi dan bukan merupakan salah satu gejala
penyakit antraks. Sehingga tidak sedikit peternak yang menjual (35%) dan
menyembelih (35%) ternaknya dalam kondisi sakit dan hanya 4 peternak (7%)
yang akan mengobati ternaknya jika sakit.

8
Tabel 5 Manajemen kesehatan ternak di Kecamatan Babakan Madang
Kabupaten Bogor
No
1

2

3

4

5

Manajemen Kesehatan Ternak
Ternak pernah sakit
- Ya
- Tidak
Gejala klinis yang sering ditemukan
- Lemas
- Keluar darah dari lubang kumlah
- Mati mendadak
- Tidak mau makan
- Demam
Tindakan jika ternak sakit
- Diobati
- Dijual
- Disembelih
Ternak pernah mati
- Ya
- Tidak
Tindakan jika ternak mati
- Dikubur
- Dibakar

Jumlah responsden

% dari total responden

30
30

50
50

26
1
2
25
2

43
2
3
42
3

4
21
21

7
35
35

26
34

43
57

23
7

38
7

Jumlah kematian ternak di Kecamatan Babakan Madangtidak sedikit, yaitu
sebanyak 43% peternak pernah menemukan ternaknya mati. Tindakan yang
dilakukan oleh peternak jika ternaknya mati yaitu dengan cara mengubur (38%)
dan membakar (7%) ternaknya sehingga dapat mengurangi risiko penularan dan
penyebaran antraks.
Vaksinasi Antraks
Vaksinasi merupakan salah satu cara pencegahan penyebaran antraks.
Berikut adalah Tabel 6 yang menjabarkan informasi peternak dalam melakukan
vaksinasi antraks yang diadakan oleh pemerintah.
Salah satu upaya efektif untuk menanggulangi penyakit antraks yaitu dengan
pemberian vaksinasi antraks pada ternak.Peternak yang menyatakan pentingnya
pemberian vaksinasi antraks pada ternak yaitu sebanyak 55 (92%) peternak.Pada
data dapat dilihat sebanyak 38 (63%) peternak mengetahui program vaksinasi dan
sebanyak 37% tidak tahu adanya program vaksinasi.Namun sebanyak 29 (48%)
peternak kambing atau domba di Kecamatan Babakan Madang mempunyai
kendala dalam melakukan vaksinasi antraks.Kendala yang dihadapi peternak
dalam memberikan vaksinasi antraks yaitu sulitnya untuk melakukan vaksinasi
antraks seperti harga vaksin yang mahal, sulit untuk mendapatkan vaksin, dan
tidak ada yang meberikan vaksinasi pada ternak mereka. Selain memiliki kendala
ternyata sebanyak 31 (52%) peternak merasa ketakutan jika ternaknya akan sakit
dan mati pasca pemberian vaksinasi antraks. Padahal sebanyak 57% peternak di
Kecamatan Babakan Madang menyatakan bersedia untuk mengikuti program
vaksinasi sedangkan 43% tidak bersedia dengan alasan yang paling umum yaitu
tidak tahu adanya program vaksinasi antraks.

9
Tabel 6 Sarana informasi yang dimiliki peternak kambing atau dombadi
Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor dalam melakukan
vaksinasi antraks serta kendala yang dihadapi
No
1

2

3

4

5

Vaksinasi Antraks
Tanggapan peternak tentang pentingnya
vaksinasi antraks
- Penting
- Tidak
Mengetahui program vaksinasi antraks
- Ya
- Tidak
Punya kendala dalam melakukan vaksinasi
antraks
- Ya
- Tidak
Takut matijika diberikan vaksinasi antraks
- Tidak
- Ya
Bersedia mengikuti program vaksinasi antraks
- Ya
- Tidak

Jumlah

% dari Total Responden

55
5

92
8

38
22

63
37

29
31

48
52

29
31

48
52

34
26

57
43

Riwayat Kejadian Antraks
Berulangnya kembali wabah penyakit antraks pada tahun 2001 sampai 2004
di Kecamatan Babakan Madang menjadikan daerah ini endemis antraks
(Naipospos 2005). Berikut adalah jumlah kejadian penyakit antraks pada manusia
dan ternak yang dijumpai saat pengumpulan data yang dijelaskan pada Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah kejadian pada manusia dan ternak yang terserang penyakit antraks
di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor
No
1

2

Kejadian antraks
Keluarga pernah terinfeksi
- Ya
- Tidak
Ternak pernah terinfeksi
- Ya
- Tidak

Jumlah

% dari Total Responden

2
58

3
97

4
56

7
93

Dari data di atas ditemukan sebanyak dua keluarga (3%) peternak di
Kecamatan Babakan Madang pernah terinfeksi antraks.Manusia dapat terinfeksi
antraks karena berkontak dengan hewan atau terpapar produk hasil ternak yang
terinfeksi antraks (Meric et al. 2008).Tipe penyakit antraks yang menyerang
kedua peternak tersebut yaitu tipe pencernaan dan tipe kulit.Ketidaktahuan
masyarakat terhadap gejala penyakit antraks menjadi salah satu penyebab
tertularnya penyakit antraks pada manusia.Peternak yang tertular penyakit antraks
tipe pencernaan dan tipe kulit secara tidak sengaja memakan daging kambing
terinfeksi antraks yang tidak menunjukkan gejala klinis penyakit antraks.

10
Terdapat empat peternak (7%) di Kecamatan Babakan Madang yang
menyatakan pernah menemukan ternaknya terinfeksi antraks.Gejala klinis yang
ditemukan biasanya berupa demam, lemas, keluar darah dari lubang kumlah,
bahkan ada yang tidak menunjukkan gejala apapun kemudian langsung mati
mendadak.
Hubungan Antara Karakteristik Peternakanterhadap Kesediaan Peternak
Mengikuti Program Vaksinasi Antraks
Karakteristik peternak yang diamati dalam penelitian ini meliputi
pendidikan, pekerjaan utama, tujuan beternak, dan jumlah ternak yang
dimiliki.Tabel 8 memperlihatkan hubungan karakteristik peternak terhadap
kesediaan mengikuti program vaksinasi antraks.

Tabel 8Hubungan karakteristik peternak terhadap kesediaan peternak mengikuti
program vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten
Bogor
No

Peubah (karakteristik peternak)

1

Pendidikan
- Minimal lulusan SMP
- Maksimal lulusan SD
Beternak sebagai pekerjaan
- Utama
- Sampingan
Beternak untuk dijual
- Ya
- Tidak
Jumlah ternak yang dimiliki
- Lebih dari 5 ekor
- Kurang dari 5 ekor

2

3

4

Kesediaan vaksinasi
Ikut
Tidak ikut
n
%
n
%

RR

SK 95%

33
1

57.9
33.3

24
2

42.1
67.7

1.74

0.35-8.74

2
32

50
57.1

2
24

50
42.9

1.14

0.42-3.13

33
1

57.9
33.3

24
2

42.1
67.7

1.74

0.35-8.74

16
18

66.7
50

8
18

3.3
50

1.33

0.87-2.05

Keterangan :
n
: ukuran sampel
RR
: risiko relatif
SK 95% : selang kepercayaan 95%
Mayoritas tingkat pendidikan peternak di Kecamatan Babakan Madang
Kabupaten Bogor yaitu maksimal di Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 57 orang
(95%). Berdasarkan data yang diperoleh sebanyak 33 peternak (57.9%) yang
berpendidikan SD menyatakan bersedia jika ternaknya diberikan vaksinasi antraks
sedangkan 24 peternak (42%) tidak bersedia. Bedasarkan data bahwa sebanyak 32
peternak (57.1%) menyatakan bahwa beternak merupakan usaha sampingan dan
bersedia jika ternaknya diberikan vaksinasi antraks sedangkan 24 peternak
(42.9%) tidak bersedia.
Peternak yang bertujuan memelihara ternaknya untuk dijual kembali yaitu
sebanyak 57 peternak.Sebanyak 33 peternak (57.9%) yang bertujuan untuk
menjual ternaknya kembali bersedia jika ternaknya diberikan vaksinasi antraks
sedangkan 24 peternak (42.1%) tidak bersedia. Jumlah ternak kambing dan domba
yang dimiliki oleh peternak di Kecamatan Babakan Madang rata-rata berjumlah

11
lima. Peternak yang memiliki jumlah ternak lebih atau sama dengan lima yaitu
sebanyak 16 peternak (66.7%) menyatakan bersedia jika ternaknya diberikan
vaksinasi antraks sedangkan 8 peternak (33.3%) tidak bersedia. Sebanyak 18
peternak (50%) yang memiliki jumlah ternak kurang dari lima menyatakan
bersedia jika ternaknya diberikan vaksinasi antraks sedangkan 18 peternak (50%)
tidak bersedia.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil tingkat pendidikan, pekerjaan
utama, jumlah ternak yang dimiliki dan tujuan beternak tidak menunjukkan
hubungan yang signifikan terhadap kesediaan peternak melakukan vaksinasi
antraks.Penelitian ini sesuai dengan laporan TIM Antraks FKH IPB (2005) bahwa
pendidikan berpengaruh terhadap peternak dalam penanggulangan pencegahan
penyakit antraks. Hal ini disebabkan karena mayoritas peternak berpendidikan
rendah sehingga tidak ada hubungan pendidikan terhadap kesediaan vaksinasi
antraks ditambah ketidakseriusan peternak dalam melakukan usaha ternak yang
menjadikan beternak sebagai usaha sampingan dan jumlah ternak rata-rata yg
dimiliki sedikit. Padahal menurut khieri et al. (2011) bahwa pendidikan dapat
meningkatkan pengetahuan dan menghasilkan sikap yang lebih baik dalam usaha
ternak.

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Peternak terhadap Kesediaan
Peternak Mengikuti Program Vaksinasi Antraks
Daya serap informasi dapat diukur dari tingkat pengetahuan masyarakat di
daerah tertentu. Semakin tinggi tingkat pengetahuan masyarakat maka daya serap
dalam menerima informasi akan semakin cepat. Pada Tabel 9 dapat dilihat
hubungan tingkat pengetahuan terhadap kesediaan peternak melakukan vaksinasi
antraks.
Tingkat pengetahuan peternak tentang penyakit antraks di Kecamatan
Babakan madang tergolong dalam kategori baik.Sebanyak 23 peternak (63.9%)
masuk kedalam kategori baik dan bersedia memberikan vaksinasi antraks pada
ternaknya sedangkan 13 peternak (36.1%) tidak bersedia.Sebanyak 11 peternak
(45.8%) memiliki pengetahuan buruk dan bersedia memberikan vaksinasi antraks
pada ternaknya sedangkan 13 peternak (54.2%) tidak besedia.

Tabel 9 Hubungan tingkat pengetahuan peternak terhadap kesediaan peternak
mengikuti program vaksinasi antraks di Kecamatan babakan Madang
Kabupaten Bogor
No

Peubah (tingkat pengetahuan)

1

Tingkat pengetahuan
- Baik
- Buruk

Kesediaan vaksinasi
Ikut
Tidak ikut
n
%
n
%
23
1

63.9
45.8

Keterangan :
n
: ukuran sampel
RR
: risiko relatif
SK 95% : selang kepercayaan 95%

13
13

36.1
54.2

RR

SK 95%

1.39

0.85-2.30

12

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kesediaan peternak mengikuti
program vaksinasi antraks.Penelitian ini juga sesuai dengan Kurniawati (2005)
bahwa tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan terhdap vaksinasi
antraks.Pengetahuan yang baik belum cukup untuk mendorong peternak untuk
berpatisipasi dalam program vaksinasi antraks tanpa didukung dengan praktek
yang baik juga.Penelitian ini menunjukkan bahwa sikap peternak sangat baik
namun dalam praktiknya kurang cukup baik sehingga banyak peternak yang tidak
bersedia untuk melakukan vaksinasi antraks.
Hubungan Antara Akses Informasi terhadap Kesediaan Peternak Mengikuti
Program Vaksinasi Antraks
Banyaknya akses informasi yang dimiliki peternak dapat mendorong
peternak untuk ikut berpartisipasi dalam program vaksinasi antraks.Peternak di
Kecamatan Babakan Madang mendapatkan informasi tentang antraks dari media
massa, penyuluhan, dan selebaran. Hubungan sarana informasi terhadap kesediaan
peternak melakukan vaksinasi antraks dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Hubungan sarana informasi terhadap kesediaan peternak melakukan
vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor
No

Peubah (akses informasi)

1

Dari media massa
- Ya
- Tidak
Dari selebaran
- Ya
- Tidak
Dari penyuluhanlangsung
- Ya
- Tidak

2

3

Kesediaan vaksinasi
Ikut
Tidak ikut
n
%
n
%
15
19

65.2
51.4

8
18

34.8
48.6

34
0

58.6
0

24
2

41.4
100

26
8

81.2
28.6

6
20

18.8
71.4

RR

SK 95%

1.27

0.82-1.93

-

2.84

-

1.55-5.29

Keterangan :
n
: ukuran sampel
RR
: risiko relatif
SK 95% : selang kepercayaan 95%

Sebagian besar peternak tidak memperoleh informasi antraks dari media
massa, akan tetapi sebagian besar peternak memperoleh informasi melalui
selebaran. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 34 peternak (58.6%)
pernah mendapatkan selebaran dan bersedia melakukan vaksinasi antraks
sedangkan sebanyak 24 peternak (41.4%) tidak bersedia. Selain media massa dan
selebaran, peternak juga mendapatkan informasi melalui penyuluhan langsung
yang dilakukan oleh petugas dinas. Penyuluhan merupakan salah satu
penyampaian informasi secara langsung yang dilakukan oleh tenaga ahli

13
kesehatan.Pengetahuan seseorang dapat ditingkat melalui pelatihan atau
penyuluhan (Notoadmojo 2003).Peternak yang pernah mendapatkan penyuluhan
dan bersedia mengikuti program vaksinasi antraks sebanyak 26 peternak (81.2%)
dan 6 peternak (18.8%) tidak besedia.Sedangkan peternak yang tidak pernah
mendapatkan penyuluhan secara langsung yaitu sebnyak 8 peternak (28.6%) yang
menyatakan bersedia mengikuti program vaksinasi antraks dan 19 peternak
(71.4%) tidak bersedia.Menurut Sari (2009) pelatihan atau penyuluhan sebaiknya
dilakukan sebelum orang mulai bekerja sehingga dapat mengurangi risiko
kesalahan dalam melakukan tindakan kesehatan ternak.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian informasi melalui media
massa dan selebaran tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap
kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks. Hal ini disebabkan
karena tingkat pendidikan peternak di Kecamatan Babakan Madang masih rendah
sehingga keinginan peternak untuk membaca selebaran sangat rendah.Selain itu
berdasarkan analisis data bahwa pemberian informasi melalui penyuluhan
menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap kesediaan peternak melakukan
vaksinasi antraks dengan nilai risiko relatif 2.84 (SK95%; 1.55-5.29) yang berarti
bahwa peternak yang menerima penyuluhan memiliki kesediaan 2.84 kali lebih
besar dibandingkan dengan peternak yang tidak menerima penyuluhan.
Bersedianya peternak ini disebabkan peternak merasa diyakinkan oleh petugas
dinas bahwa vaksinasi yang diberikan tidak akan menjadikan ternak mereka sakit.
Hubungan Antara Manajemen Peternakandan Riwayat Kejadianterhadap
Kesediaan Peternak Mengikuti Program Vaksinasi Antraks
Hubungan Antara Manajemen Kesehatan Ternak terhadap Kesediaan
Peternak Mengikuti Program Vaksinasi Antraks
Kesehatan ternak mencakup upaya pencegahan, pengobatan penyakit serta
pencegahan penularan penyakit baik dari hewan yang terinfeksi penyakit maupun
hewan yang sudah mati karena penyakit tertentu ke hewan sehat.Hubungan antara
manajemen kesehatan terhadap kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi
antraks dapat dilihat pada Tabel 11.
Peternak yang pernah menemukan ternaknya sakit atau mati kemungkinan
akan memiliki tingkat kepedulian yang lebih besar dibandingkan peternak yang
tidak pernah menemukan ternaknya sakit sehingga bersedia mengikuti program
vaksinasi antraks. Sebanyak 18 peternak (60%) pernah menemukan ternaknya
sakit dan 16 peternak (61.5%) pernah menemukan ternaknya mati dan bersedia
mengikuti program vaksinasi antraks.Pemberian vaksinasi antraks yang dilakukan
oleh peternak tersebut karena peternak beranggapan bahwa ternak yang sakit dan
mati mungkin disebabkan oleh antraks.
Tanggapan peternak tentang pentingnya pemberian vaksinasi akan menjadi
faktor pendorong peternak untuk mengikuti program vaksinasi antraks. Sebanyak
55 peternak (91.7%) menyatakan pentingnya ternak diberikan vaksinasi antraks
dan hanya34 peternak (61.8%) yang bersedia mengikuti program vaksinasi
antraks sedangkan sebanyak 21 peternak (39.2%) menyatakan tidak bersedia.

14
Tabel 11 Hubungan manajemen kesehatan terhadap kesediaan peternak mengikuti
program vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten
Bogor
No

Peubah (manajemen kesehatan)

1

Ternak pernah sakit
- Ya
- Tidak
Ternak pernah mati
- Ya
- Tidak
Menganggap vaksinasi penting
- Ya
- Tidak
Pernah mempunyai kendala
vaksinasi
- Tidak
- Ya
Takut mati jika ternak diberikan
vaksinasi
- Tidak
- Ya

2

3

4

5

Kesediaan vaksinasi
Ikut
Tidak ikut
N
%
n
%

RR

SK 95%

18
6

60
3.3

12
24

40
46.7

1.13

0.72-1.75

6
8

1.5
52.9

0
16

48.5
47.1

1.16

0.75-1.80

4
0

61.8
0

21
5

39.2
100

2
2

38.7
75.9

19
7

61.3
24.1

3
1

44.8
67.7

16
10

55.2
42.3

-

-

1.96

1.20-3.19

1.51

0.94-2.42

Keterangan :
n
: ukuran sampel
RR
: risiko relatif
SK 95% : selang kepercayaan 95%

Usaha pemerintah dalam program vaksinasi antraks ternyata memiliki
kendala yaitu setengah dari jumlah peternak yang diwawancarai menyatakan
memiliki kendala dalam melakukan vaksinasi antraks.Berdasarkan perolehan data
sebanyak 12 peternak (38.7%) yang tidak pernah menemukan kendala dalam
melakukan vaksinasi antraks menyatakan bersedia mengikuti program vaksinasi
antraks sedangkan sebanyak 19 peternak (61.3%) tidak bersedia.Sebanyak 22
peternak (75.9%) yang pernah memiliki kendala dalam melakukan vaksinasi
antraks menyatakan bersedia jika ternaknya diberikan vaksinasi antraks
sedangkan 7 peternak (24.1%) tidak bersedia.Banyaknya jumlah peternak yang
memiliki kendala namun tetap bersedia melakukan vaksinasi antraks disebabkan
karena tingginya keinginan peternak dalam melakukan vaksinasi walaupun
peternak tersebut sulit untuk melakukan vaksinasi.
Kematian ternak pasca pemberian vaksinasi antraks menjadikan peternak
takut untuk mengikuti program vaksinasi antraks. Hal ini terkait informasi yang
diperoleh peternak pada program vaksinasi sebelumnya bahwa jika ternak
divaksinasi akan mati. Perolehan data menunjukkan sebanyak 13 peternak
(44.8%) tidak takut ternaknya mati pasca pemberian vaksinasi antraks dan
bersedia jika ternaknya diberikan vaksinasi sedangkan 16 peternak (55.2%)
menyatakan tidak bersedia. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran
peternak terhadap pentingnya pemberian vaksinasi antraks.

15
Hasil analisis data menunjukkan bahwa ternak yang sakit atau mati,
tanggapan pentingnya melakukan vaksinasi, dan takut matinya ternak pasca
pemberian vaksinasi antraks tidak menunjukkan hubungan yang signifikan
terhadap kesediaan peternak melakukan vaksinasi antraks.Sementara itu kendala
yang dihadapi peternak memliki hubungan yang signifikan terhadap kesediaan
mengikuti program vaksinasi antraks. Peternak yang memiliki kendala dalam
melakukan vaksinasi antraks mempunyai nilai risiko relatif 1.96 (SK95%; 1.203.19), yang berarti bahwa peternak yang merasa memiliki kendala vaksinasi akan
memiliki kesediaan 2 kali lebih besar dibandingkan peternak yang merasa tidak
memiliki kendala. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya kendala yang
dihadapi peternak maka akan meningkatkan keinginan peternak dalam melakukan
vaksinasi antraks pada ternaknya.
Hubungan Antara Riwayat Kejadian Antraks terhadap Kesediaan Peternak
Mengikuti Program Vaksinasi Antraks
Riwayat kejadian antraks baik pada manusia maupun pada ternak akan
menjadi pendorong peternak untuk lebih peduli terhadap program vaksinasi
antraks. Hubungan riwayat kejadian antraks terhadap kesediaan peternak
mengikuti program vaksinasi antraks dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Hubungan riwayat kejadian antraks terhadap kesediaan peternak
mengikuti program vaksinasi antraks di Kecamatan Babakan Madang
Kabupaten Bogor
No

Peubah (riwayat kejadian)

1

Ternak pernah terinfeksi antraks
- Ya
- Tidak
Keluarga pernah terinfeksi antraks
- Ya
- Tidak

2

Kesediaan vaksinasi
Ikut
Tidak ikut
N
%
n
%
3
31

5.4
75

1
25

4.6
25

0
34

0
58.6

2
24

100
41.4

RR

SK 95%

1.36

0.73-2.50

-

Keterangan :
n
: ukuran sampel
RR
: risiko relatif
SK 95% : selang kepercayaan 95%

Berdasarkan data diketahui bahwa terdapat empat peternakan yang
ternaknya pernah terinfeksi antraks.Selain itu juga diketahui juga ada dua peternak
yang keluarganya pernah terinfeksi antraks.Jumlah ternak yang pernah terinfeksi
antraks di kecamatan Babakan Madang tidaklah sedikit namun masih banyak
peternak yang tidak bersedia jika ternaknya diberikan vaksinasi antraks.
Kejadian antraks yang pernah menginfeksi dua keluarga peternak di
Kecamatan Babakan Madang ternyata tidak menjadi faktor pendorong peternak
untuk melakukan vaksinasi antraks.Hal ini didukung dari perolehan data yang
menunjukkan tidak bersedianya kedua peternak (100%) tersebut mengikuti

16
program vaksinasi antraks.Sebanyak satu dari empat peternakan yang ternaknya
pernah terinfeksi antraks menyatakan tidak bersedia memberikan vaksinasi
antraks.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa riwayat kejadian antraks yang
pernah dialami peternak baik pada ternaknya maupun pada manusia tidak
menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap kesediaan untuk melakukan
vaksinasi antraks.Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Kurniawati (2004)
yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara faktor vaksinasi antraks
terhadap kejadian antraks pada manusia.Hal ini disebabkan karena peternak tidak
mengerti bahwa vaksinasi dapat mencegah antraks dan menurut peternak
kematian pada ternak merupakan hal yang biasa terjadi.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Vaksinasi merupakan salah satu pengendalian antraks, namun dalam
program vaksinasi yang dilakukan oleh pemerintah masih menemukan kendala
berupa kurangnya partisipasi peternak untuk memvaksinasikan ternaknya. Faktor
pendorong kesediaan peternak mengikuti program vaksinasi antraks yaitu pernah
mendapatkan penyuluhan secara langsung dan adanya kendala yang dihadapi
untuk melakukan vaksinasi. Hal ini disebabkan karena penyuluhan yang diberikan
secara langsung dapat meyakinkan bahwa vaksin yang diberikan aman sehingga
peternak yang memiliki kendala dalam melakukan vaksinasi akan bersedia jika
ternaknya diberikan vaksinasi.
Saran
1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih
banyak dari berbagai desa di Kecamatan Babakan Madang.
2. Diharapkan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor selalu
melakukan penyuluhan mengenai program vaksinasi secara berkelanjutan
agar peternak kambing atau domba di Kecamatan Babakan Madang lebih
mengetahui pentingnya ternak diberikan vaksinasi antraks.
3. Pemerintah Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor diharapkan
dapat memberikan jalan keluar mengenai kendala peternak dalam melakukan
vaksinasi terutama menekan kasus kematian pasca pemberian vaksinasi.

17

DAFTAR PUSTAKA
Basri C, Kiptyah N.2010. Memegang Hewan Rentan dan Menangani Produknya
Berisiko Besar Tertular Antraks Kulit di Daerah Endemis.J Vet11. (4) : 226-231
Basuno E, Suhaeti R, Wahyuni S, Rivai R, Pranaji R, Budhi G, dan Iqbal M. 2005.
Kaji tindak (action research) pemberdayaan Masyarakat di Wilayah Tertinggal.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
[DEPTAN] Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2003. Pedoman dan Protap
Penatalaksanaan Kasus Antraks di Indonesia. Jakarta.
[DEPKES] Departemen Kesehatan. 2003. Pedoman Tata Laksana Kasus dan
Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Antraks di Rumah Sakit.Dirjen
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Departemen
Kesehatan RI.
Hardjoutomo S, Poerwadikarta M, Patten B, dan Barkah K. 1993. The application of
ELISA to monitor the vaccinal response of anthrax vaccinated ruminants.
Penyakit Hewan Ed. Khusus 46A. 25: 7-10.
Kheiri M, Sahebalzamani M, Jahantigh M. 2011. The study of education effect on
knowledge and attitudes toward electroconclusive theraphy among iranian nurse
and patient’s relatives in a psychiatric hospital 2009-2010.J Soc Behav Sci30:
256-260.
Klinman DM, Tross D. 2008. Improvements in the Prevention and Treatment of
Anthrax Infection. USA: cancer and inflamation program, National Cancer
Institute. J procedia in vaccin I (2009) 89-96.
Kurniawati Y, Kusnoputranto H, Simanjuntak G. 2004. Dinamika Penularan dan
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Anthrax pada
Manusia di Wilayah Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Tahun 2004.Lokakarya Nasional penyakit Zoonosis.Universitas Sriwijaya
Palembang.
Leppla S, Robbins B, Schineerson R dan Shiloach J. 2002.Development of an
Improved Vaccine for Antrhrax.J Clin Invest. 110 (2): 141-144.
Meric M, Willke A, Muezzinoglu B, Karadenizli A, Hosten T. 2008. A Case of
Pneumonia Caused By Bacillus anthracis Secondary to Gastrointestinal Anthrax.
Turkey: Faculty of Medical Turkey.
Naipospos TSP. 2005. Beternak di Daerah Endemis Antraks Perlunya Komunikasi
Resiko. [terhubung berkala]. Kompas.Sabtu, 5 Maret 2005.
Natalia L dan Adji S R. 2006.Pengendalian Penyakit Antraks: Diagnosis, Vaksinasi,
dan Investigasi.J Wartazoavol. 16 no. 4 th. 2006.

18
Noor S M, Darminto, dan Hardjoutomo S. 2001. Kasus Antraks pada Manusia dan
Hewan di Bogor pada Awal Tahun 2001.JWartazoa vol. 11 no. 2 th. 2001
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta (ID): Rineka Cipta
Tim Antraks FKH IPB. 2005. Pengawasan Antraks di Kabupaten Bogor Jawa
Barat.Laporan Kegiatan kerjasama Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat.
Sari F. 2009.Effect Of Employee Training On The Occupational Safety And Health In
Accommodation Sector. J Soc Behav Sci2: 4996-5000.
Soeripto. 2002. Pendekatan Konsep Kesehatan Hewan Melalui Vaksinasi. JPPP
21:48-55.
Wahyuni S dan Basuno E. 2006.Penanggulangan Penyakit Antraks Secara
Partisipatif.Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006.Pusat
Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

19

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 8 Mei 1990 dari ayah
Kristriantoso dan Ibu Suprihatiningsih. Penulis merupakan anak kedua dari enam
bersaudara.
Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 04
Karang Asih.Pada tahun 2001, Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Cikarang Utara dan melanjutkan pendidikan
di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cikarang Utara pada tahun 2004. Setelah itu,
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan Program Studi Kedokteran Hewan,
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB).
Selama mengikuti perkuliahan, Penulis aktif di beberapa organisasi dan
kepanitiaan.Penulis merupakan ketua Divisi Hewan Kecil Himpunan Minat dan
Profesi Hewan Kesayang dan Satwa Akuatik (HKSA) pada tahun 2009-2010 dan
pengurus Komunitas Seni STERIL fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian
Bogor. Penulis pernah menjadi penanggung jawab dalam acara Pet Care Day 2010,
ketua divisi sponsorship Pet I’m In Love 2009, ketua divisi PDD Seminar
Nasional Rabies 2008.