Keanekaragaman Cendawan Koprofil pada Feses Domba Asal Peternak di Ciampea Bogor

KEANEKARAGAMAN CENDAWAN KOPROFILPADA
FESESDOMBA ASAL PETERNAK DI CIAMPEA BOGOR

IKBAR GRAHA LESTARA

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ABSTRAK
IKBAR GRAHA LESTARA. Keanekaragaman Cendawan Koprofil pada Feses
Domba
Asal
Peternak
di
Ciampea
Bogor.Dibimbing
olehAGUSTINWYDIAGUNAWANdanSRI LISTIYOWATI.
Cendawan yang tumbuh pada feses herbivora telah diteliti di berbagai

negara, namun penelitian untuk mempelajari keanekaragaman cendawan koprofil
di Indonesia belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi
cendawan pada feses domba segar yang diinkubasikan dalam wadah lembap pada
suhu
ruang.
Cendawan
yang
diidentifikasi
dari
feses
domba:Arthrobotrys,Cercophora,
Coprinus,
Dactylaria,
Kernia,
Oedocephalum,Pilobolus, dan Saccobolus.
Kata kunci: cendawan koprofil, feses domba

ABSTRACT
IKBARGRAHALESTARA. Diversityof Coprophilous FungiinSheepFaecesOrigin
Breeder

in
Ciampea
Bogor.
Supervised
byAGUSTINWYDIAGUNAWANandSRILISTIYOWATI .
Fungithat growsonherbivorefaeceshas been investigatedinvarious countries, but
researchto study thediversity ofcoprophilous fungiinIndonesiahas not beenmuch
done.
The
objective
of this
research
is
toidentify thefungi
onfreshsheepfaeceswereincubatedin
amoistchamberat
room
temperature.
Funguswasidentified fromsheepfeces:Arthrobotrys, Cercophora, Coprinus,
Dactylaria,Kernia,Oedocephalum,Pilobolus, andSaccobolus.

Keywords: coprophilous fungi, sheepfaeces

KEANEKARAGAMAN CENDAWAN KOPROFIL PADA
FESES DOMBA ASAL PETERNAK DI CIAMPEA BOGOR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi:Keanekaragaman Cendawan Koprofil pada Feses Domba Asal
Peternak di Ciampea Bogor
Nama

:Ikbar Graha Lestara
NIM
: G34062958

Disetujui oleh

IrAgustin Wydia Gunawan,
MSPembimbing I

Dr Sri Listiyowati, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Ence Darmo Jaya Supena, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 ini ialah
cendawan koprofil, dengan judul Keanekaragaman Cendawan Koprofil pada
Feses Domba Asal Peternak di Ciampea Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada IbuIr Agustin Wydia Gunawan,
MSdan IbuDr Sri Listiyowati, MSiselaku pembimbing, serta Bapak Dr Iman
Hidayat yang telah membantu selama identifikasi. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, istri, dan seluruh keluarga, atas segala doa dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2013
Ikbar Graha Lestara

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

vii


PENDAHULUAN

1

BAHAN DAN METODE

1

HASIL DAN PEMBAHASAN

2

SIMPULAN

7

DAFTAR PUSTAKA

7


RIWAYAT HIDUP

9

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Inkubasi feses domba di dalam wadah lembap
Perkembangan struktur reproduksi Pilobolus
Perkembangan struktur reproduksi Coprinus
Perkembangan struktur reproduksi Saccobolus

1
5
5
6


1

PENDAHULUAN
Cendawan koprofil adalah cendawan saprob yang tumbuh pada substrat
berupa feses hewan. Sebagian besar cendawan koprofil diketahui berasal dari feses
hewan ternak herbivora seperti domba, kuda, dan sapi. Informasi tentang cendawan
koprofil pada kelompok avertebrata dan vertebrata yang lain masih sedikit (Krug et
al. 2004). Penelitian tentang cendawan koprofil telah dilakukan di beberapa negara.
Cendawan koprofil dilaporkan di Australia (Mc. Carthy 2000); Brasil (Richardson
2001; Santiago et al. 2011); Oman (Elshafie 2005); Kepulauan Karibia (Richardson
2008); dan di Thailand (Mungai et al. 2011). Penelitian tersebut melaporkan
beragam genus cendawan yang terdapat pada feses herbivora seperti domba,
kambing, kelinci, kuda, rusa, dan sapi. Cendawan koprofil yang umum ditemukan
pada feses herbivora tersebut di antaranya Ascobolus, Coprinus, Saccobolus,
Sordaria, Pilobolus, dan Podospora.
Cendawan koprofil memiliki banyak potensi di antaranya penghasil
arachidonic acid (ARA) (Higashiyama et al. 2002), nematisida alami (Luo et al.
2004), metabolit antibiotik (Ridderbusch et al. 2004; Che et al. 2005), dan enzim
selulase (Farouq et al. 2012). Oleh karena itu, cendawan koprofil asal hewan ternak
yang ada di Indonesia perlu diketahui lebih lanjut, supaya dapat mengungkap

banyak potensi dari cendawan koprofil tersebut. Tujuan penelitian ini ialah
mengidentifikasi cendawan yang tumbuh pada feses domba asal peternak di
Ciampea Bogor.

BAHAN DAN METODE
Feses domba segar yang diteliti diambil dari kandang domba di daerah
Ciampea, Bogor. Sampel feses domba diambil dari 3 lokasi berbeda (kode A, B,
dan C) dalam satu kandang berukuran 1.5 m x 2.5 m. Sebanyak 30 butir sampel
diambil pada setiap lokasi dan dimasukkan ke dalam kantong plastik. Selanjutnya,
sampel tersebut diinkubasi dalam wadah lembap (Gambar 1).

a

b

c

Gambar 1 Inkubasi feses domba di dalam wadah lembap, (a) alas plastik dan
kertas lembap steril, (b) 3 butir feses domba diletakkan di atasnya, (c)
feses domba diinkubasi dalamgelas plastik transparan pada suhu ruang.


6

Inkubasi dilakukan dalam wadah berupa gelas plastik yang disungkupkan
pada suatu alas plastik. Alas tersebut diberi lembaran kertas steril yang
dilembapkan dengan akuades steril. Feses domba yang diambil dari setiap lokasi,
ditempatkan pada 5 wadah. Setiap wadah berisi 3 butir feses yang diinkubasi dan
cendawan yang tumbuh diamati selama 21 hari.
Cendawan yang muncul diamati strukturmorfologinya menggunakan
mikroskop stereo perbesaran 40 kali.Selanjutnya cendawan tersebut dibuat
preparat menggunakan medium akuades steril, biru laktofenol atau media Shears
dan diamati menggunakan mikroskop majemuk perbesaran sampai 450 kali.
Cendawan diidentifikasi mengikuti Bell (2005) dan Mungai et al. (2011) untuk
Ascomycetes serta Seifert et al.(2011), Carmichael et al. (1980), dan Barron
(1968) untuk kelompok cendawan bermitospora (Deuteromycetes).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan,cendawan yang tumbuh pada feseskode A, B, dan
C muncul pada waktu yang berbeda. Pada hari ke-2 miselium berwarna putih
halus mulai tumbuh di permukaan feses domba. Miselium ini tumbuh dan

berkembang membentuk struktur reproduksinya. PilobolusdanArthrobotrysdapat
diamati struktur reproduksinya dengan jelas di hari ke-3 pada semua sampel,
kecuali pada sampel B muncul di hari ke-5. Coprinus danSaccobolus umumnya
muncul di hari ke-5. Selanjutnya, beberapa cendawan pada sampel yang berbeda,
awal kemunculannya tidak sama,antara hari ke-5 dan ke-11(Tabel 1).
Cendawan koprofil merupakan cendawan saprob yang menguraikan gula
dan selulosa pada feses herbivora.Pilobolus (Zygomycetes) yang merupakan
cendawan perombak gula sederhana muncul di awal masa inkubasi dalam jumlah
banyak. Pilobolus termasuk cendawan perintis karena biasa ditemukan di awal
inkubasi hari ke-3 sampai ke-7 (Richardson 2001). Selain Pilobolus, Mucor juga
merupakan Zygomycetes yang ditemukan paling banyak pada feses tapir, agouti,
keledai, kuda, unta, rusa, waterbuck, dan llama (Santiago et al. 2011). Pilobolus
termasuk cendawan koprofil obligat karena hanya ditemui pada feses hewan
(Krug et al. 2004).
Pilobolus muncul kembali di hari ke-7 sampai 9 dalam jumlah kecil dan
tidak merata pada semua sampel. Setelah itu, Pilobolustidak ditemukan lagi
sampai waktu inkubasi berakhir. Hal ini menunjukkan masih terdapat kandungan
gula pada feses setelah 1 minggu inkubasi yang digunakan oleh Pilobolus tumbuh
dan berkembang.
Arthrobotrys muncul bersamaan dengan Pilobolussebelum hari ke-3, berupa
miselium halus bersekat dan berwarna putih. Miselium tersebut berkembang
menjadi kumpulan koloni Arthrobotrys dan tumbuh dominan di hari ke-10 pada
sebagian sampel. Arthrobotrys memiliki konidium berbentuk oval, bersekat, dan
berwarna hialin dengan ukuran 10.24–14.08 x 19.20–28.16 µm.
Pada saat inkubasi terjadi pergiliran tumbuh dari setiap cendawan yang
muncul. Beberapa genus cendawan tumbuh pada waktu inkubasi yang berbeda

5
menunjukkan terdapat suksesi atau semacam pergantian dominansi cendawan
pada feses. Umumnya suksesi cendawan diawali dengan kemunculan genus dari
Kelas Zygomycetesdi awal inkubasi (sekitar 5–14 hari), dilanjutkan
denganAscomycetesdanBasidiomycetes, dan diakhiri denganMyxomycetes yang
dapat bertahan selama 2 bulan(Krug et al. 2004).
Tabel 1Waktu kemunculan genus cendawan koprofil pada feses domba A, B, dan C
Sampel

Cendawan
koprofil

A

Waktu kemunculan hari ke1

3

Pilobolus

v

Arthrobotrys
Coprinus

v

5

7

9

v

V

11

13

15

17

19

21

v

Saccobolus
Oedocephalum

v
V

Dactylaria

v

Kernia
Cercophora *
B

Pilobolus

*
v

Arthrobotrys
Coprinus

V
v

Saccobolus
Oedocephalum

V
V

Dactylaria

v

Kernia
C

Cercophora*
Pilobolus
Arthrobotrys
Coprinus
Saccobolus
Oedocephalum
Dactylaria
Kernia
Cercophora*

*
v
v
v
v
v
v
v
*

*Ditemukan lebih dari 21 hari
Pada penelitian ini,Coprinus yang merupakan anggota Basidiomycetes
muncul bersama Saccobolus anggota Ascomycetes di hari ke-5. Hal yang sama
dilaporkan Mc Carthy (2000) bahwa Coprinus dan Saccobolus muncul secara
bersamaan di hari ke-14 inkubasi pada feses kuda.Coprinus dan Saccobolusdapat
muncul bersamaan karena sebagian besar cendawan Ascomycetes dan
Basidiomycetes adalah pengurai selulosa dan lignin. Oedocephalum awal muncul
di hari ke-5 pada sampel B, hari ke-7 pada sampel C, dan di hari ke-9 pada sampel
A. Cendawan ini memiliki konidiofor bersekat dengan panjang rata-rata 1 mm dan
vesikel membulat berdiameter 38.40–44.80 µm. Pada vesikel tersusun secara

6
radial konidium berbentuk elips, berwarna kecokelatan, dan berukuran 19.20–
20.48 x 38.40–40.96 µm.
Cercophoraditemukan di hari ke-21 pada semua sampel dan menjadi
cendawan yang paling akhir muncul selama masa inkubasi. Cendawan ini
memiliki peritesium berbentuk bulat dengan ostiolum di atasnya, berwarna gelap,
dan letaknya terbenam sebagian pada permukaan feses. Cercophoramemiliki
askus memanjang berukuran 19.20–25.60 x 153.60–204.80 µm dengan ujung
yang menyempit dan askospora bersusun di dalamnya sebanyak 8 buah.
Askospora berbentuk elips, berwarna hialin ketika masih muda, dan berwarna
gelap ketika dewasa serta memiliki embelan di pangkalnya. Askospora berukuran
16.64–19.20 x 25.60–32 µm.
Kernia hanya ada pada sampel C. Hal tersebut dapat disebabkan cendawan
yang muncul tidak teramati karena bentuknya terlalu kecil dan terletakagak
tersembunyi. Kernia memiliki ciri-ciri, yaitu kleistotesium membulat, berwarna
hitam dengan permukaan licin, dan terdapat rambut halus berwarna
putih.Askosporanya tersebar berbentuk bulat sampai elips, berwarna hialin, dan
berukuran 3.84–5.12 x 3.84–6.40 µm.Pada pengamatan tidak tampak askus,
kemungkinan karena askus telah lisis.
Dactylaria tumbuh pada sampel A dan C di hari ke-11. Cendawan tersebut
bentuknya kecil dan tumbuh sedikit pada sampel sehingga sulit untuk diamati
struktur lengkapnya. Dactylaria memiliki hifa bersekat dan konidium berbentuk
memanjang, berukuran 5.12–6.40 x 35.80–39.68 µm, terdiri atas 5–6 sel.
Cendawan yang diamati pertumbuhan dan perkembangan morfologinya
ialah Pilobolus, Coprinus, dan Saccobolus. Struktur tubuhPilobolusdiawali
dengan hifa yangmengarah ke udara dibentuk pada hari ke-2 inkubasi dan cepat
bersporulasi pada hari ke-3. Sporangium dewasa ditembakkan ke arah cahaya
yang terang dan keberadaannya terlihat menempel pada dinding wadah. Hifa
tersebut bertambah panjang dengan ujung berwarna kuning pada jam ke-6
(Gambar 2a) dan pada jam ke-12 di ujung sporangiofor terbentuk gelembung
lonjong
berwarna
kekuningan
yang
disebut
vesikel
(Gambar
2b).Sporangiumberbentukbulat berwarna hitam dibentukdi atas vesikelpada jam
ke-18 dan menjadi dewasa pada jam ke-24 (Gambar 2c).Pilobolus memiliki
bentuk spora elips, berwarna hialin, dan berukuran 5.12–6.40 x 8.96–10.24 µm.
Sporangiofor memiliki panjang sekitar 1.5–2.3 mm. Trofosis berbentuk oval,
berwarna hialin sedikit kekuningan.
Coprinus terlihat berupa titik putih pada hari ke-3. Titik putih yang
merupakan kumpulan miselium membesar dan memanjang tampak seperti
lonceng pada jam ke-48 (Gambar 3a). Struktur tersebut terus memanjang dan
berkembang seperti payung dengan massa basidiospora berwarna hitam di
lamelanya (Gambar 3c).Payung yang telah berkembang sempurna tampak
mengalami lisis pada jam ke-96 (hari ke-7) dan 12 jam berikutnya seluruh tubuh
buah meluruh. Ciri Coprinus ialah tubuh buah berbentuk payung, berlamela, dan
basidiosporaberbentuk elips berwarna hitam dengan ukuran 3.84 x 5.12–6.40 µm.
Lamela melisis berwarna hitam seperti tinta.

5

a

b

c

Gambar 2 Perkembangan struktur reproduksi Pilobolus. Hifa yang mengarah ke
udara memanjang (a), ujung hifa menggelembung membentuk
subsporangium berwarna kuning (b), dan terbentuk sporangium
berwarna gelap di ujung subsporangium (c). Perbesaran stereo 40 kali
pada pengamatan.

a

b

c

Gambar 3 Perkembangan struktur reproduksi Coprinus. Primordium tubuh buah
berbentuk lonceng (a), tudung yang telah berkembang tampak atas (b),
dan tepi tudung yang mulai lisis (c). Perbesaran stereo 40 kali pada
pengamatan.
Saccobolus tampak berupa bintil kecil berwarna kuning (Gambar 4a) di hari
ke-5. Bintil kecil tersebut membesar sampai jam ke-48 (Gambar 4b) dan mengalami
pendewasan membentuk apotesium (Gambar 4c). Apotesium berwarna kuning
membulat dan tumbuh berkelompok di atas permukaan feses domba. Pada
permukaan apotesium terdapat banyak askus berbentuk titik-titik berwarna gelap.
Jumlah askus terus bertambah dengan dipenuhinya permukaan apotesium oleh titik
berwarna gelap (Gambar 4d) dan permukaan apotesium tampak mengerut pada hari
ke-12 inkubasi. Askusnya berbentuk gada lonjong, berdinding tipis transparan,
berisi 8 askospora. Askospora berbentuk lonjong, berwarna kecokelatan,dan
berukuran 19.20–20.48 x 21.76–28.16 µm dengan susunan bertumpuk 4 x 2.
Cendawan koprofil Saccobolus citrinus dilaporkan pada feses kambing di Thailand
(Mungai et al. 2011).

6

a

b

c

d

Gambar 4 Perkembangan struktur reproduksi Saccobolus. Primordium menjadi
apotesium (a), apotesium mulai berkembang (b), apotesium
membentuk askus (c), dan askus memenuhi permukaan apotesium (d).
Perbesaran stereo 40 kali pada pengamatan.
Cendawan koprofil yang ditemukan dari feses domba termasuk cendawan
saprob yang berpotensi secara ekonomi. Pilobolus bermanfaat dalam penguraian
gula. Arthrobotrys, Coprinus, dan kelompok Ascomycetes dapat menguraikan
selulosa dan lignin. Cendawan tersebut perlu diisolasi untuk mendapatkan biakan
murninya, diidentifikasi spesiesnya, dan diamati proses fisiologinya. Hal ini
bertujuan agar potensi yang ada pada cendawan tersebut dapat dikembangkan.
Beberapa penelitian melaporkan manfaat dan potensi secara ekonomi yang
dimiliki cendawan koprofil. Selain memiliki fungsi penting dalam ekosistem
sebagai pengurai feses dan pendaur unsur hara (Krug et al. 2004), beberapa genus
cendawan koprofil dilaporkan berpotensi sebagai penghasil antibiotik
(Ridderbusch et al.2004) dan (Che et al. 2005), enzim selulase (Farouq et al.
2012), dan nematisida alami (Luo et al. 2004). Arthrobotrys memiliki struktur
yang dapat memerangkap nematoda dan dapat dikembangkan sebagai nematisida
alami (Persson et al. 2000). Trichoderma aureoviride dan Fusarium equiseti yang
berasal dari feses gajah memiliki potensi untuk dikembangkan dalam hidrolisis
lignoselulosa (Farouq et al. 2012). Coprinus comatus dilaporkan memiliki potensi
sebagai bahan nematisida karena mampu melumpuhkan dan membunuh nematoda
(Luo et al. 2004). Selain itu, cendawan koprofil dari feses sapi dan unggas
dilaporkan berpotensi sebagai pengurai minyak mentah. Cendawan tersebut
berasal dari kelompok kapang dan khamir (Obire et al. 2008).

5

SIMPULAN
Cendawan koprofil pada feses domba asal peternak di Ciampea Bogor ialah
Pilobolus, Arthrobotrys, Coprinus, Saccobolus, Oedocephalum, Dactylaria,
Kernia, dan Cercophora.

DAFTAR PUSTAKA
Barron GL. 1968. The Genera of Hyphomycetes from Soil. Baltimore (US):
William & Wilkins.
Bell A. 2005. An Illustrated Guide to The Coprophilous Ascomycetes of Australia.
Utrecht (NL): Centraalbureau voor Schimmelcultures.
Carmichael JW, Kendrick WB, Conners IL, Sigler L. 1980. Genera of
Hyphomycetes. Edmonton (CA): Univ Alberta Pr.
Che Y, Araujo AR, Gloer JB, Scott JA, Malloch D. 2005. Communiols E-H:
new polyketide metabolites from the coprophilous fungus Podospora
communis. J Nat Prod. 68(3):435–438.
Elshafie AE. 2005. Coprophilous mycobiota of Oman. Mycotaxon.93(1):355–357.
Farouq AA, Abdullah DK, Foo HL, Abdullah N. 2012. Isolation and
characterization of coprophilous cellulolytic fungi from asian elephant
(Elephas maximus) dung.J Biol Agric Healthcare. 2(7):44–51.
Higashiyama K, Fujikawa S, Park EY, Shimizu S. 2002. Production of arachidonic
acid by Mortierella fungi. Biotech Bioprocess Eng. 7(5):252–262.
Krug JC, Benny GL, Keller HW. 2004. Coprophilous fungi. Di dalam:Mueller GM,
Bills GF, Foster MS editor. Biodiversity of Fungi. Amsterdam (NL): Elsevier.
hlm 467–499.
Luo H, Mo M, Huang X, Li X, Zhang K. 2004. Coprinus comatus: a
Basidiomycetes fungus forms novel spiny structures and infects nematode.
Mycologia. 96(6):1218–1225.
Mc.Carthy SP. 2000. A coprophilous fruiting sequence on equine dung from
Armidale, New South Wales. Aust Mycol. 19(1):10–13.
Mungai P, Hyde KD, Cai L, Njogu J, Chukeatirote K. 2011.Coprophilous
Ascomycetes of Northern Thailand. Curr Res Environ Appl Mycol. 1(2):135–
159.
Obire O, Anyanwu EC, Okigbo RN. 2008. Saprophytic and crude oil degrading
fungi from cow dung and poultry droppings as bioremediating agents. J Agric
Technol. 4(2):81–89.
Perrson C, Olsson S, Jansson HB. 2000. Growth of Arthrobotrys superbafrom a
birch wood resource baseinto soil determined by radioactive tracing. FEMS
Microbiol Ecol. 31(1):47–51.
Richardson MJ. 2001. Coprophilous fungi from Brazil. Braz Arch Biol
Technol. 44(3):283–289.
Richardson MJ.2008. Records of coprophilous fungi from the Lesser Antilles and
Puerto Rico. Caribb J Sci. 44(2):206–214.

6
Ridderbusch DC, Weber RWS, Ankea T, Sternerb O. 2004. Tulasnein and
podospirone from the coprophilous xylariaceous fungus Podosordaria
tulasnei. Z Naturforsch. 59(6):379–383.
Santiago ALCMA, Trufem SFB, Malosso E, Santos PJP dos, Cavalcanti MAQ.
2011. Zygomycetes from herbivore dung in the ecological reserve of Dois
Irmãos, Northeast Brazil. Braz J Microbiol. 42(1):89-95.
Seifert K, Morgan-Jones G, Gams W, Bryce Kendrik. 2011. The Genera of
Hyphomycetes
Series-9.
Utrecht
(NL):
Centraalbureau
voor
Schimmelcultures.

5

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 9 Juni 1987 dari ayah Engkos
Koswara dan ibu Lilis Laelasari. Penulis merupakan anak pertama dari empat
bersaudara. Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sumedang dan pada
tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur SPMB. Penulis memilih
program Mayor Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama
mengikuti perkuliahan, penulis menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Biologi
pada tahun 2008. Penulis mengikuti Studi Lapang tahun 2008 di Taman Wisata
Alam Situ Gunung,Sukabumi dan Praktik Lapang di Taman Nasional Ujung Kulon,
Banten tahun 2011.

6

Dokumen yang terkait

Persepsi Peternak Domba Tentang Peranan Aparat Pemerintah Dalam Komunikasi Pembangunan Peternakan (Kasus di Desa Tapos 1, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor )

1 11 79

Hubungan aktivitas komunikasi dengan perilaku peternak dalam upaya meningkatkan produktivitas usaha ternak domba (kasus peternak domba di desa Cigudeg, kecamatan Cigudeg, kabupaten Bogor)

1 9 63

Keanekaragaman Jenis Flora di Kawasan Karst Gunung Cibodas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor

0 12 58

Perilaku komunikasi dan jaringan komunikasi peternak domba tentang sapta usaha peternakan (kasus pada peternak domba di desa Cigudeg, kecamatan Cigudeg, kabupaten Bogor)

0 11 75

Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba pada CV Mitra Tani Farm di Desa Tegal Waru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor

5 37 109

Pendapatan Usaha Penggemukan Domba Jantan (Kasus: Kemitraan Mitra Tani Farm dengan Peternak di Desa Bojong Jengkol, Ciampea, Bogor)

0 14 94

Pengaruh Kemitraan Dalam Upaya Mengelola Risiko Produksi Usaha Ternak Domba. (Studi Kasus: Peternak Domba Mitra MT Farm (Mitra Tani Farm) Desa Bojong Jengkol, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor,Jawa Barat)

1 6 84

Aplikasi dombii (domba induk pengganti) bagi peternak domba garut untuk menekan angka mortalitas anak domba karena kelahiran prolifik di desa tegal waru kecamatan ciampea, bogor jawa barat

0 3 10

Analisis Kelayakan Usaha Penggemukan Domba Pada Mitra Tani Farm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor

2 18 99

Partisipasi Peternak Kambing atau Domba di Kabupaten Bogor dalam Program Vaksinasi Antraks

0 2 29