Analisis Kinerja Dan Partisipasi Anggota Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI) Kabupaten Bogor

ANALISIS KINERJA DAN PARTISIPASI ANGGOTA
KOPERASI PETERNAK KELINCI (KOPNAKCI)
KABUPATEN BOGOR

DEPO PANCA SATRIA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ABSTRAK
DEPO PANCA SATRIA. Analisis Kinerja Dan Tingkat Partisipasi Anggota
Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI) Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh
LUKMAN M BAGA.
Koperasi merupakan lembaga sosial ekonomi yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota. Salah satu koperasi pertanian yang ada di
Indonesia adalah Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI) yang beranggotakan
peternak kelinci di Kabupaten Bogor. Tolak ukur keberhasilan suatu koperasi
dapat dilihat dari unit usaha dan unit organisasi. Jika dilihat dari unit usaha

KOPNAKCI sudah dapat dikatakan berhasil karena didasari terjadinya
peningkatan jumlah anggota, peningkatan modal yang berasal dari anggota,
peningkatan laba dan volume penjualan. Oleh sebab itu, pengukuran kinerja
dalam organisasi KOPNAKCI sangat diperlukan untuk mengetahui sejauh mana
kemajuan yang telah dicapai oleh koperasi. Analisis Kinerja dan partisipasi ini
dikaji menggunakan data primer dan data sekunder. Metode analisis data
menggunakan data kuantitatif berdasarkan indikator visi, kapasitas, jaringan kerja
dan sumber daya. Dari analisis data dapat diketahui bahwa kinerja koperasi berada
dalam kondisi yang baik, Melalui uji korelasi dengan menggunakan Rank
Spearman dapat diperoleh informasi bahwa terdapat hubungan yang searah antara
manfaat ekonomi dengan partisipasi anggota pada bidang organisasi, permodalan,
dan unit usaha.
Kata Kunci : Analisis Kinerja dan Partisipasi, Kelinci, Koperasi
ABSTRACT
DEPO PANCA SATRIA. Performance and Member Participation Level Analysis of
Rabbit Breeder Cooperative (KOPNAKCI) in Bogor Regency, West Java. Guided by
LUKMAN M. BAGA.
Cooperative is a social-economic institution which has purpose to improve its
member welfare. The cooperative success indicator can be seen from its success in
conducting its organization and business activities. Cooperative of Rabbit Breeder

(KOPNAKCI) is one of agricultural cooperative of which members are the rabbit
breeders in Bogor Regency and has been successful in running both its organization and
business activities due to the indicators of increasing the number of members, developing
the capital from members, and rising the profit and sale volume. This study aimed to
analyze the performance and member participation level in the activities of Rabbit
Breeder Cooperative (KOPNAKCI) in Bogor Regency, West Java, and to know how far
the cooperative progress has been achieved. The performance and member participation
level of the cooperative in the form of primary and secondary data were analyzed by
using quantitative method through Rank Spearman Correlation Test based on vision
indicator, capacity, networking, and resources. The results of data analysis was known
that the cooperative performance was in good condition. And through Rank Spearman
Correlation Test, it was obtained that there was in line-relationship between economic
benefit with the member participation level, capital, and business activity.
Keywords: Cooperative, Performance and Participation Analysis, Rabbits

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja Dan
Partisipasi Anggota Peternak Kelinci (KOPNAKCI) Kabupaten Bogor adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

DEPO PANCA SATRIA
NIM H34114025

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ANALISIS KINERJA DAN PARTISIPASI ANGGOTA
KOPERASI PETERNAK KELINCI (KOPNAKCI)
KABUPATEN BOGOR

DEPO PANCA SATRIA


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Analisis Kinerja Dan Partisipasi Anggota Koperasi Peternak
Kelinci (KOPNAKCI) Kabupaten Bogor
Nama
: Depo Panca Satria
NIM
: H34114025


Disetujui oleh

Ir Lukman M Baga, MAEc
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013
ini ialah koperasi, dengan judul Analisis Kinerja dan Partisipasi Anggota
KOPNAKCI Kabupaten Bogor.
Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih secara tertulis

sebagai bentuk penghargaan kepada kedua orang tua serta keempat kakak saya
yang telah memberikan dukungan, doa, dan materi yang mengantarkan penulis
pada satu titik menuju masa depan, Ir Lukman M Baga, MAEc sebagai dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan,
dan mendukung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Dr Ir Ratna
Winandi, MS sebagai dosen evaluator kolokium yang telah memberikan banyak
saran, keluarga besar KOPNAKCI yang telah memberikan kesempatan untuk
melaksanakan kegiatan penelitian dantelah membantu selama pengumpulan data,
serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2013

Depo Panca Satria

i

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Koperasi
Pengembangan Kinerja Koperasi
Peranan Partisipasi Anggota dalam Perkembangan Koperasi
Manfaat Ekonomi dan Sosial Bagi Anggota Koperasi
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Manfaat Sosial Ekonomi Koperasi
Konsep Kinerja Koperasi
Konsep Partisipasi Anggota
Analisis Kinerja Penilaian Tangga Perkembangan (PTP)
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu

Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Penilaian Tangga Pengembangan Bagi Koperasi
Analisis Manfaat Sosial Ekonomi Anggota dan Tingkat Partisipasinya
Analisis Korelasi Manfaat Ekonomi TerhadapTingkat Partisipasi
dengan Rank Spearman
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Lokasi Perusahaan
Struktur Organisasi Koperasi
Rapat Anggota Koperasi
Keanggotaan Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI)
Karakteristik Responden
Karakteristik Usaha Ternak Responden
Identifikasi Tingkat Partisipasi Anggota
Analisis Manfaat Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI)

ii
ii

iii
1
1
4
6
6
7
7
7
8
9
10
10
10
11
12
14
15
19
19

19
19
20
20
25
26
27
27
28
28
31
32
32
34
35
39

ii

Analisis Manfaat Ekonomi

Analisis Partisipasi Koperasi Peternak Kelinci (KOPNAKCI)
Analisis Kinerja Koperasi Peternak Kelinci (Kopnakci)
Kinerja dengan Penilaian Tangga Perkembangan (PTP)/DLA
(Development Leader Assesment)
Visi Koperasi
Kapasitas
Sumber Daya
Jaringan kerja
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

40
41
35
35
36
37
38
38
45
45
46
47
49

DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13

Data perkembangan koperasi di Indonesia tahun 2004–2010a
Perkembangan kinerja koperasi di Indonesia tahun 2006-2009a
Tabulasi penilaian tangga perkembangana
Skor penilaian tangga perkembangan (PTP)a
Indikator - indikator penilaian tangga perkembangan (PTP)a
Indikator manfaat ekonomi dan skor
Indikator partisipasi dan skor
Kelompok peternak binaan KOPNAKCIa
Jumlah pertemuan rapat anggota KOPNAKCI tahun 20011-2013a
Sebaran responden berdasarkan jenis kelamina
Sebaran responden berdasarkan usiaa
Sebaran responden menurut pendidikan formala
Sebaran responden berdasarkan pengalaman beternak

2
3
23
24
24
25
26
28
32
32
33
33
34

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Dimensi partisipasi pada koperasi
Gambar 2 Kerangka pemikiran analisis kinerja dan partisipasi KOPNAKCI
Gambar 3 Struktur organisasi koperasi peternak kelinci

13
16
31

iii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana srategis dan operasional usaha kelinci di KOPNAKCI
Lampiran 2 Skema operasional usaha pengadaan dan pemasaran kelinci di
KOPNAKCI
Lampiran 3 Alat ukur analisis manfaat ekonomi
Lampiran 4 Alat ukur analisis partisipasi anggota
Lampiran 5 Penilaian tangga perkembangan KOPNAKCI
Lampiran 6 Dokumentasi kegiatan

49
50
51
52
53
55

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Subsektor peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang
memiliki peranan dalam pembangunan nasional. Pembangunan subsektor
peternakan merupakan bagian dari subsektor pertanian, dimana sektor pertanian
memiliki peran strategis terlihat dari berdasarkan data statistik, pertumbuhan PDB
Peternakan pada tahun 2009 sebesar 7.9% melebihi tingkat pertumbuhan sektor
pertanian 3.5% dan pertumbuhan PDB nasional 5.5%. Pada tahun 2010,
pemerintah memberikan anggaran pembangunan peternakan sebesar Rp 7.8
trilyun melebihi anggaran untuk tanaman pangan dan perkebunan dalam
mendorong percepatan pembangunan industri peternakan (Yusdja et al. 2006).
Keberhasilan pembangunan nasional berdampak pada perubahan pola
konsumsi masyarakat kearah konsumsi daging telur dan susu. Semakin
bertambahnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan serta meningkatnya kadar
gizi masyarakat dapat menyebabkan permintaan akan produksi ternak semakin
meningkat. Dalam menunjang kebutuhan protein hewani yang meningkat, seiring
pendapatan dan daya beli masyarakat juga meningkat sehingga permintaan
konsumsi naik, membuat kebutuhan daging dalam negeri mengalami kekurangan
pasokan. Oleh karena itu pemerintah masih melakukan impor daging dalam
menangani masalah kebutuhan daging. Pada tahun 2012 Indonesia terus
mengimpor daging sapi yang mencapai 283 000 ekor, hal ini dilakukan bukan
hanya mengatasi harga daging sapi yang melambung tinggi, dan untuk
mengentaskan masyarakat yang memiliki pendapat yang berada dibawah garis
standar yang layak serta mewujudkan ketahanan pangan hewani.
Pengembangan ternak kelinci dianggap sebagai salah satu alternatif dalam
penyediaan kebutuhan portein hewani selain daging sapi. Ternak hewani seperti
kelinci dapat diandalkan sebagai penyedia daging karena mempunyai kapasitas
produksi yang tinggi (sekali melahirkan anakan antara 6-10 ekor), dengan tingkat
pertumbuhan cepat, dan membutuhkan pakan yang tidak berkompetisi dengan
manusia, serta pemeliharaannya relatif mudah dan murah. Menurut Ditjennak
(2012) usaha budidaya ternak kelinci sebagai penghasil daging lebih
menguntungkan dibandingan dengan ternak lain, terutama ternak ruminansia
karena kelinci merupakan ternak prolifik, dapat bunting dan menyusui, interval
beranak cepat dan dapat tumbuh cepat. Selain itu, dalam hal keuntungan ekonomi
yang diperoleh dalam usaha kecil dan menengah antara lain: kebutuhan modal
tetap dan modal kerja yang relatif kecil, pakan tidak tergantung dengan bahan
baku impor dan mampu mengkomsumsi hijauan dan tidak bersaing dengan pakan,
mudah beradaptasi terhadap lingkungan dan mudah dibudidayakan, tidak
membutuhkan lahan luas, menghasilkan beragam produk seperti daging, kulit,
kulit bulu, pupuk organik, kelinci hias, kualitas daging, mengandung protein
tinggi dan tidak menyebabkan kolesterol.
Salah satu lembaga yang dapat digunakan dalam pembangunan pertanian
dapat dibentuk melalui koperasi dengan memberdayakan peternak-peternak
setempat. Pembentukan koperasi menurut pasal 3 UU perkoperasian Tahun 1992
bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan

2

masyarakat pada umunya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional
dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur,
berlandaskan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini berarti koperasi
merupakan badan atau lembaga yang sangat peduli terhadap pelayanan dan
manfaatnya bagi anggota.
Menurut Baga et.al (2010), Koperasi merupakan kelembagaan sosial ekonomi dalam agribisnis. Kelembagaan sosial-ekonomi dalam agribisnis adalah
kelembagaan yang tidak hanya mementingkan aspek sosial saja dalam
pengembanganya tetapi juga memperhatikan aspek-aspek ekonomi. Dalam
perkembanganya jumlah koperasi yang aktif di Indonesia dari tahun 2004 – 2010
mengalami peningkatan, namun terdapat juga peningkatan koperasi yang tidak
aktif. Data perkembangan koperasi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Data perkembangan koperasi di Indonesia tahun 2004–2010a
Tahun

Koperasi aktif
Unit usahab

2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Rata-rata Kenaikan
a
c

Kenaikan
persentasec
1.5
4.4
61.0
3.7
10.6
45.8

93 402
94 818
98 944
104 999
108 930
120 473
175 102
12.0

Sumber: Kementerian Negara Koperasi dan UKM 2010 (data diolah).;
persentase (%)

b

Unit usaha (Rp).;

Pengembangan koperasi dapat dijadikan sebagai sebuah wahana yang
efektif bagi anggota untuk saling bekerja sama, dengan membuka akses pasar,
modal, informasi, teknologi dengan mengoptimalkan potensi, dan memanfaatkan
peluang usaha yang terbuka (Nasution 2008). Koperasi yang mampu
meningkatkan kesejahteraan anggotanya berarti anggota koperasi tersebut dapat
mengatasi permasalahan ekonomi dan sosial yang dihadapinya merupakan bagian
koperasi yang telah berhasil. Kesejahteraan bagi anggota melalui pemberian
manfaat ekonomi dan sosial dan itu juga merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi ikut bergabung dengan koperasi.
Perkembangan koperasi di Indonesia telah menunjukan perkembangan yang
signifikan dalam pembangunan koperasi pada tahun 2006-2009 jika diukur dari
segi jumlah koperasi, jumlah anggota, modal, dan volume usaha. Kemajuan
tersebut dapat dilihat dari jumlah koperasi di Indonesia yang mengalami
peningkatan, dimana pada tahun 2006 hanya sebesar 141 326 unit meningkat
menjadi 170 411 unit pada tahun 2009 atau mengalami pertumbuhan sebesar
20.5%. Begitu pula dengan jumlah anggota koperasi yang mengalami
pertumbuhan sebesar 5.27% dari 27 776 133 orang pada tahun 2006 menjadi 29
240 280 orang pada tahun 2009.

3

Peningkatan jumlah anggota koperasi dapat dikarenakan bertambahnya
jumlah koperasi yang ada di Indonesia. Data perkembangan kinerja koperasi di
Indonesia pada tahun 2006 sampai dengan 2009 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Perkembangan kinerja koperasi di Indonesia tahun 2006-2009a
Variabel
Jumlah Koperasib
Jumlah Koperasi RATb
Jumlah Anggotac
Jumlah Managerc
Jumlah Karyawanc
Modal Sendirid
Modal Luard
Volume Usahad
Sisa Hasil Usahad
a

Tahun
2006
141 326
46 057
27 776 133
31 963
318 472
16 790 861
22 062 212
62 718.500
3 216 818

2007
149 793
47 135
28 888 067
32 175
362 982
20 231 699
23 324 032
63 080 596
3 470 459

2008
154 964
47 862
27 318 619
32 254
362 592
22 560 380
27 271 935
68 446 249
5 037 583

2009
170 411
53 938
29 240 280
33 628
325 161
28 348 737
31 503 852
82 099 187
5 303 813

Sumber : Kementrian Negara Koperasi dan UKM (2009).; bJumlah (unit).; cJumlah (orang).;
Jumlah (Rp)

d

Berdasarkan Tabel 2, terdapat variabel yang juga mengalami pertumbuhan
yaitu modal sendiri sebesar 68.83% selama periode 2006-2009. Modal yang
berasal dari luar juga mengalami peningkatan sebesar 42.79%. Peningkatan modal
yang berasal dari luar dapat diakibatkan karena adanya bantuan dana bergulir
yang berasal dari pemerintah maupun dana hibah. Permodalan koperasi memang
bisa didapatkan dari luar asalkan modal luar tersebut tidak lebih besar dari modal
sendiri. Jika proporsi modal luar lebih besar dibandingkan modal sendiri
menunjukkan usaha koperasi masih mengandalkan bantuan dari luar, sehingga
kemandirian koperasi tidak dapat tercapai. Volume usaha dan sisa hasil usaha
(SHU) juga mengalami pertumbuhan sebesar 30.9% dan 64.8%. Namun besarnya
volume usaha tidak sebanding dengan SHU yang ada. Hal ini dapat disebabkan
oleh penggunaan modal usaha koperasi yang banyak berasal dari luar. Sehingga
koperasi harus membayar cicilan pinjaman yang berasal dari luar. Akibatnya
jumlah SHU yang seharusnya dibagikan pada anggota harus terpotong untuk
membayar cicilan koperasi.
Salah satu koperasi yang bergerak dibidang peternak kelinci. Koperasi ini
fokus mengembangkan usaha agribsinis kelinci. KOPNAKCI merupakan satusatunya koperasi kelinci rintisan para sarjana membangun desa di wilayah Bogor
yang berdiri tanggal 17 Mei 2011 merupakan KOPNAKCI pertama di Indonesia.
Saat ini KOPNAKCI memiliki 24 kelompok binaan dengan jumlah anggota aktif
60 orang yang menyebar di 11 kecamatan di wilayah Kabupaten dan Kota Bogor
ini. Model koperasi yang dikembangkan bertujuan untuk mendukung daya saing
dalam skala ekonomis usaha ternak kelinci yang relevan dengan kebijakan
pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan yang utama
wadah integrasi usaha para peternak kelinci di Bogor. Populasi ternak kelinci di
Kabupaten Bogor terus meningkat dari tahun ke tahun sejak tahun 2009, dan
populasinya pada tahun 2011 adalah sebanyak 37 892 ekor.

4

Dalam menjalankan usaha sebuah koperasi harus memiliki organisasi yang
efisien agar dapat berkembang dan memberikan manfaat yang maksimal bagi
anggotanya. Oleh sebab itu, kinerja koperasi pertanian harus ditingkatkan agar
dapat menghasilkan output yang sesuai dengan kebutuhan anggotanya.
Pengukuran kinerja merupakan faktor penting bagi suatu organisasi, khususnya
koperasi pertanian untuk mengetahui keefektifan pengembangan koperasi. Dalam
pengukuran kinerja dibutuhkan suatu instrumen yang dapat mengukur koperasi
tidak hanya dari aspek keuangannya saja namun juga dari aspek non keuangannya
sehingga dapat mendorong koperasi pertanian untuk terus melakukan perbaikan
baik pada kegiatan unit usaha, pelayanan maupun manajemennya.

Perumusan Masalah
Salah satu koperasi peternakan yang terdapat di Kabupaten Bogor adalah
KOPNAKCI. Saat ini KOPNAKCI memiliki 24 kelompok binaan dengan jumlah
anggota aktif 60 orang yang menyebar di 11 Kecamatan di wilayah Kabupaten
Bogor. Model koperasi yang dikembangkan bertujuan untuk mendukung daya
saing dalam skala ekonomis usaha ternak kelinci yang relevan dengan kebijakan
pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan yang utama
wadah integrasi usaha para peternak kelinci di Bogor. Desa Gunung Mulya
ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini Direktur Budidaya Ternak dan
Kesehatan Hewan Departemen Pertanian Republik Indonesia. Penetapan tersebut
berdasarkan persyaratan yang sudah ditetapkan diantaranya memiliki jumlah
peternak kelinci 40%, memiliki potensi untuk dikembangkan, bukan daerah
endemik penyakit serta Desa Gunung Mulya sudah membudidayakan dan
memasarkan kelinci sejak Tahun 1990-an sampai sekarang.
Model pemberdayaan peternak kelinci yang dilakukan oleh KOPNAKCI
tidak terlepas dari kebijakan pemerintah dalam pengembangan sentra produksi
berbasis komoditas. Model pemberdayaan yang melibatkan peternak sebagai
pemilik sekaligus pelanggan dalam sebuah usaha. Adanya program kerja dan unit
usaha yang terkait dengan penyebaran bibit, pelatihan, pusat informasi,
penyediaan sapronak dan jaminan pemasaran serta pembagian sisa hasil usaha
merupakan indikator dalam sebuah aktivitas dalam sebuah usaha.
Kelinci yang diusahakan oleh para anggota KOPNAKCI umumnya adalah
jenis lokal, Rex, New Zealand White, dan Resa. Peternak kelinci masih
menghadapi beberapa kendala dan masalah dalam melakukan budidaya kelinci.
Kendala tersebut antara lain terdapat pada suplai bibit dan pakan. Belum adanya
pusat pembibitan kelinci sehingga sulit mendapatkan bibit berkualitas. Bibit yang
didapat peternak berasal dari luar Bogor seperti Cianjur ataupun Bandung. Pakan
yang digunakan peternak kelinci adalah pakan konsentrat dan pakan hijauan.
Pakan konsentrat dirasakan masih mahal oleh para peternak sehingga dapat
mempengaruhi biaya produksi peternak, sedangkan pakan hijauan berupa rumput
dan daun ubi, para peternak mengalami kesulitan mendapat pakan hijauan yang
baik, karena Bogor merupakan daerah yang termasuk ke dalam wilayah yang
berpotensi hujan sepanjang tahun sehingga pakan hijauan masih lembab dan dapat
menimbulkan penyakit pada kelinci.

5

Pada tahun 2011 sampai dengan pada tahun 2012 perkembangan kinerja
KOPNAKCI mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada peningkatan jumlah
anggota koperasi setiap tahunya yaitu sebanyak 10 kelompok binaan sampai pada
Desember 2012 anggota yang bergabung dalam KOPNAKCI sebanyak 28
kelompok tani dimana sebanyak 60 orang. Peningkatan jumlah anggota
KOPNAKCI ini bisa diakibatkan karena kesadaran dan kepercayaan yang mulai
tumbuh dimasyarakat setempat. Keanggotaan KOPNAKCI terbuka siapa saja
yang ingin menjadi anggota koperasi, sepanjang calon anggota tersebut dapat
mematuhi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh KOPNAKCI. Dampak
yang ditimbulkan dengan peningkatan anggota berupa terjadi kenaikan aset
keseluruhan. Aset keseluruhan KOPNAKCI mengalami peningkatan cukup pesat
dimana pada tahun 2011 sebesar Rp255 487 300 meningkat menjadi Rp 836 738
350. Unit usaha yang dijalankan oleh KOPNAKCI juga mengalami peningkatan
penjualan selama periode 2011 sampai dengan tahun 2012. Hal ini membuktikan
bahwa koperasi mampu memberikan pelayanan dalam hal pemenuhan anggota
sehingga banyak anggota yang terlibat dalam usaha koperasi.
Selain itu KOPNAKCI juga telah melakukan realisasi beberapa unit usaha
yaitu unit pengolahan kabita, unit riset farm, unit pengolahan farm, unit
pengolahan kulit, unit pengolahan kompos kampung kelinci, unit pembibitan, unit
kelinci hias, unit holding ground, unit kelinci laboraturium, dan unit pembibitan
kampoeng kelinci Gunung Malang. Kesepuluh unit usaha ini dibentuk untuk dapat
memfasilitasi kegiatan budidaya dalam rangka meningkatkan efisiensi usaha dan
nilai tambah secara ekonomi. Jika dilihat dari segi unit usaha, KOPNAKCI sudah
berhasil untuk meningkatkan jumlah anggota, volume penjualan, laba usaha, dan
perkembangan bentuk unit usaha. Namun keberhasilan suatu koperasi tidak
ditentukan hanya oleh keberhasilan unit usahanya saja melainkan tolak ukurnya
pembangunan kinerja dalam suatu organisasi yaitu koperasi dalam hal ini.
Pembangunan kinerja mutlak diperlukan agar dapat memberikan manfaat
serta pelayanan yang maksimal sesuai dengan kebutuhan anggota. Dalam
pembangunan kinerja koperasi dibutuhkan suatu instrumen pengukuran yang
tepat. Hal ini dapat dilakukan untuk mengetahui keefektifan perkembangan
koperasi agar dapat mengetahui sejauh mana kemajuan mana yang telah dicapai
oleh koperasi sehingga dapat dirumuskan alternatif kebijakan yang dapat
digunakan dalam pengembangan koperasi. Salah satu instrumen tersebut yang
dapat digunakan dalam pengukuran kinerja koperasi yaitu Penilaian Tangga
Perkembangan (PTP) bagi koperasi. Instrumen ini digunakan karena dalam dasar
pembanding yang sistematis untuk mengukur perkembangan kelembagaan sebuah
kinerja koperasi. Penilaian Tangga Perkembangan diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai kapasitas kelembagaan koperasi sehingga dapat
mempermudah bagi manejemen sebagai pihak dalam mengambil keputusan untuk
dapat melakukan sikap-sikap perbaikan dalam hal kegiatan organisasi, unit usaha
dan meningkatkan pelayanan kepada anggota.

6

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan diatas maka terdapat
beberapa permasalahan yang akan dirumuskan dalam penelitian kali ini antara
lain:
1. Bagaimanakan kinerja KOPNAKCI?
2. Bagaimanakah manfaat ekonomi dan partisipasi anggota pada KOPNAKCI?
3. Bagaimana hubungan antara manfaat ekonomi dan partisipasi anggota terhadap
KOPNAKCI?

Tujuan Penelitian
Dengan mengacu pada latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Menganalisis kinerja KOPNAKCI
2. Menganalisis manfaat ekonomi dan partisipasi anggotaa pada KOPNAKCI
3. Menganilisis hubungan antara manfaat ekonomi dan tingkat partisipasi anggota
terhadap KOPNAKCI

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
1. Bagi pengurus KOPNAKCI Kabupaten Bogor, memberikan masukan untuk
menjadi pertimbangan dalam perencanaan, penetapan strategi dan kebijakan
dalam pengembangan koperasi dimasa yang akan datang.
2. Bagi penulis berguna untuk melatih kemampuan dalam menganalisis masalah
serta menambah wawasan dan pengetahuan penulis
3. Bagi akademisi dan pembaca hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka
wawasan dan dapat dijadikan perbandingan atau acuan dalam melakukan studi
lanjut terutama dibidang koperasi.

7

TINJAUAN PUSTAKA

Koperasi
Koperasi merupakan suatu perusahaan yang didirikan bersama tanpa
paksaan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Organisasi ini dibentuk
atas dasar kesamaan persepsi dan kebutuhan petani mengenai kemudahan untuk
memperoleh sarana dan prasarana produksi pertanian dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi dan sebagai gerakan ekonomi rakyat
yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Menurut Hendar dan Kusnadi (2002) koperasi yang menjalankan
kegiatannya secara efisien dan produktif yang berlandaskan pada partisipasi
anggota dalam aktivitas ekonomi akan mengalami perkembangan yang sesuai
dengan prinsip dan tujuan koperasi. Oleh karena itu yang harus diperhatikan
koperasi adalah definisi dari koperasi itu sendiri dan membedakannnya dengan
lembaga lain. Dimana pelayanan koperasi dilakukan terhadap anggota sehingga
anggota tertarik untuk berkontribusi dan koperasi dapat menghadapi persaingan
dipasar terhadap pemasaran produk, serta persaingan organisasi seperti lembaga –
lembaga lain yang telah memiliki omset tinggi. Maju mundur koperasi dapat
dilihat dari partisipasi anggota koperasi. Hal ini sesuai dengan penelitian Dartiana
(2005) bahwa partisipasi anggota mempengaruhi keberhasilan Koperasi Produksi
Susu dan Usaha Peternakan (KPS) Kota Bogor, Jawa Barat.
Selain itu juga menurut Dartiana (2005) tujuan koperasi bukanlah mencari
laba yang sebesar – besarnya, melainkan melayani kebutuhan bersama dan wadah
partisipasi pelaku ekonomi skala kecil. Tujuan tersebut dapat memberikan
manfaat baik secara sosial maupun ekonomi. Manfaat sosial merupakan
kebutuhan dalam kehidupan berinteraksi dan keamanan. Sedangkan manfaat
ekonomi merupakan kebutuhan yang bersifat materil dalam memenuhi pangan
dan papan yang dibutuhkan anggota.

Pengembangan Kinerja Koperasi
Penilaian kinerja merupakan ukuran dalam melakukan tindakan dan hasil
yang diinginkan oleh sebuah koperasi. Hal ini dilihat dari manfaat yang akan
diperoleh dengan adanya penilaian kinerja seperti dapat mengetahui sejauh mana
koperasi berjalan, mengetahui produktivitas koperasi, serta memotivasi personil
mencapai sasaran organisasi dan mematuhi standar perilaku yang telah ditentukan
koperasi sebelumnya. Kinerja yang baik diperlukan untuk mendukung
kesejahteraan anggota. Program yang akan dilaksanakan koperasi membutuhkan
dukungan dari semua unsur yang ada dalam koperasi termasuk kinerja koperasi.
Kinerja organisasi terlihat baik pada indikator keterlibatan anggota dalam
mengelola kelompok, keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan, usaha
berorientasi kepada kepentingan anggota, kemampuan meningkatkan
kesejahteraan anggota dan adanya aktivitas pendidikan, pelatihan, penerangan

8

untuk meningkatkan kemampuan anggota (Handayani 2011). Koswara (2011)
melakukan penilaian kerja secara deskriptif, penilaian kinerja dari segi organisasi
dikatakan baik terlihat dari telah disusunnya struktur organisasi sesuai dengan
tujuan organisasi, interaksi pengurus dan anggota, dan peningkatan kemampuan
anggota melalui penyuluhan dan pembinaan.
Himpuni (2009) melakukan penelitian mengenai Analisis KUD Sumber
Alam, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Data yang
diperoleh dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis rasio. Pendekatan
kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif meliputi analisis terhadap
kinerja yang dilakukan oleh koperasi selama ini dan hasilnya. Identifikasi faktorfaktor dan pertimbangan koperasi yang menjadi dasar kegiatan pengukuran
kinerja itu sendiri, eksplorasi terhadap strategi bisnis koperasi, pendeskripsian visi
dan misi koperasi berdasarkan empat prespektif pengukuran kinerja dalam
Balance Score Card (BSC) yaitu prespektif finansial, prespektif keanggotaan,
prespektif bisnis internal, dan prespektif pembelajaran dan pertumbuhan.
Penelitian yang dilakukan oleh Purba (2011) menggunakan uji Friedman,
perbandingan kinerja Koperasi Kelompok Tani (KTT) Lisung Kiwari, gapoktan
dan poktan yang dinilai berdasarkan tujuh indikator yaitu pertemuan atau rapat,
keterlibatan anggota dalam mengelola, keterlibatan anggota dalam pengambilan
keputusan, keterlibatan anggota dalam kegiatan bersama, usaha berorientasi
kepada kepentingan anggota, kemampuan meningkatkan kesejahteraan anggota,
dan adanya aktivitas pendidikan, pelatihan, penerangan untuk meningkatkan
pengetahuan anggota dan pengurus. Terlihat dari tujuh indikator yang dinilai ada
beberapa indikator merupakan partisipasi dari anggota.
Hal ini menandakan bahwa kinerja koperasi dipengaruhi oleh partisipasi
anggota. Kinerja organisasi gapoktan terlihat baik pada indikator keterlibatan
anggota dalam mengelola kelompok, keterlibatan anggota dalam pengambilan
keputusan, usaha berorientasi kepada kepentingan anggota, kemampuan
meningkatkan kesejahteraan anggota dan adanya aktivitas pendidikan, pelatihan,
penerangan untuk meningkatkan kemampuan anggota (Purba 2011). Perbedaan
yaitu dalam penelitian ini tidak mengukur kinerja koperasi namun hanya
mengetahui dari keempat faktor tersebut, faktor apa saja yang berpengaruh
terhadap kinerja koperasi. Faktor lain yang mempengaruhi kinerja koperasi yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu partisipasi anggota sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh ( Purba 2011).

Peranan Partisipasi Anggota dalam Perkembangan Koperasi
Partisipasi anggota merupakan bentuk kesadaran anggota dalam berbagai
bentuk kegiatan yang diselenggarakan oleh koperasi, baik sebagai pemiliki
maupun pelanggan. Partisipasi anggota dapat dibedakan menjadi partisipasi
anggota terhadap organisasi, usaha, dan permodalan. Partisipasi dalam bidang
organisasi dilihat dari kehadiran dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan
keaktifan anggota dalam memberikan saran kepada pengurus dan manajemen
(Handayani 2011). Partisipasi dalam bidang usaha dilihat dari keaktifan

9

melakukan pembelian terhadap barang yang disediakan oleh koperasi (Dartiana
2005; Handayani 2011) menambahkan partisipasi dalam bidang usaha yaitu
keaktifan anggota dalam memanfaatkan unit usaha raw milk dan pakan konsentrat.
Partisipasi dalam bidang permodalan yaitu dilihat dari keaktifan dalam membayar
simpanan wajib, simpanan sukarela, dan simpanan lain-lain (Dartiana 2005;
Handayani 2011). Partisipasi anggota dapat terlihat jelas dari partisipasi dalam
bidang permodalan dengan anggota yang dinilai rendah yaitu terkait dengan
partisipasi dalam bidang permodalan yaitu kesadaran dalam hal membayar iuran
wajib dan sukarela (Handayani 2011).
Partisipasi anggota timbul karena manfaat sosial dan ekonomi yang
diperoleh oleh anggota. Peningkatan pendapatan merupakan salah satu manfaat
ekonomi yang diperoleh anggota yang akan meningkatkan tingkat partisipasi
anggota (Koswara 2011; Handayani 2011). Alat analisis yang digunakan untuk
mengukur korelasi antara manfaat sosial terhadap partisipasi anggota adalah
korelasi Rank Spearman (Koswara 2011; Handayani 2011). Alat analisis yang
digunakan untuk mengukur korelasi antara manfaat sosial dan ekonomi terhadap
partisipasi anggota adalah korelasi Rank Spearman (Dartiana 2005; Koswara
2011; Handayani 2011).
Manfaat sosial memiliki korelasi positif terhadap partisipasi anggota
(Koswara 2011; Handayani 2011). Semakin tinggi manfaat sosial yang diperoleh
anggota maka keinginan untuk berpartisipasi akan semakin tinggi. Manfaat
ekonomi memiliki korelasi yang positif terhadap partisipasi anggota (Dartiana
2005; Koswara 2011; Handayani 2011). Manfaat ekonomi lebih memberikan
kontribusi terhadap partisipasi anggota daripada manfaat sosialnya (Koswara
2011; Handayani 2011). Dartiana (2005) mengukur manfaat ekonomi terhadap
tiga jenis partisipasi yaitu partisipasi dibidang organisasi, usaha, dan permodalan.
Manfaat ekonomi memiliki nilai korelasi paling kuat terhadap partisipasi
permodalan. Semakin tinggi manfaat ekonomi yang diterima anggota maka
semakin tinggi partisipasi permodalan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi anggota pada penelitian ini
yaitu manfaat sosial dan ekonomi bagi anggota. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Handayani (2011). Partisipasi anggota dalam penelitian ini
dilihat dari partisipasi di bidang permodalan, organisasi, dan usaha. Partisipasi
dalam bidang permodalan dilihat dari simpanan pokok, wajib, dan sukarela.
Partisipasi dalam bidang organisasi dilihat dari kehadiran dalam RAT,
pemahaman mengenai koperasi, keaktifan dalam meberikan evaluasi dan saran,
kesediaan menjadi pengurus, dan keinginan bergabung menjadi anggota koperasi.
Partisipasi dalam bidang usaha yaitu pembelian pakan konsentrat, pembelian
kebutuhan di Waserda, dan melakukan pinjaman.

Manfaat Ekonomi dan Sosial Bagi Anggota Koperasi
Koperasi dalam dimensi ekonomi dapat memberikan manfaat ekonomi
kepada anggota berdasarkan keunggulan yang dimiliki oleh koperasi tersebut.
Koperasi harus memiliki kemampuan kompetisi terutama dalam menciptakan

10

economic of scale sehingga dapat menetapkan harga yang bersaing dipasar dan
peran koperasi dalam memenuhi kebutuhan anggota yang dapat meningkatkan
kesejahteraan anggota. Manfaat ekonomi yang diperoleh anggota antara lain
jaminan pemasaran dan harga produk yang dihasilkan, kemudahan memperoleh
sarana produksi pertanian, dan kepuasan harga input (Dartiana 2005 Handayani
2011). Manfaat ekonomi lainnya yang dirasakan anggota yaitu peningkatan
pendapatan setelah menjadi anggota koperasi (Dartiana 2005; Handayani 2011).
Dartiana (2005) menambahkan bahwa manfaat ekonomi yang dirasakan oleh
anggota adalah kepuasan terhadap bantuan kredit sapi perah dan kemudahan
pembayaran harga input. Hasil penelitian yang dilakukan Dartiana (2005) adalah
keberadaan koperasi dirasakan anggota terutama sebagai wadah pengumpul dan
pemasaran hasil pertanian.
Koperasi dalam dimensi sosial dilihat dari seluruh kegiatan yang dilakukan
dengan adanya hubungan baik dengan berbagai pihak yang berada didalam
organisasi ini. Hubungan tersebut terjadi antara anggota dengan pengurus, dan
sesama anggota. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2011)
manfaat sosial yang dirasakan anggota adalah adanya pola pertukaran atau
resiprocity antar anggota dalam bentuk proses jual beli, mendidik anggota
koperasi untuk memiliki semangat sesuai kemampuan demi terwujudnya tatanan
sosial yang adil dan beradab, mendorong terbentuknya tatanan sosial yang
didasarkan atas kekeluargaan dan persaudaraan, mendorong suatu tatanan sosial
yang bersifat demokratis sehingga hak dan kewajiban setiap anggota lebih
terlindungi, dan turut serta secara aktif dalam upaya meningkatkan kualitas
kehidupan manusia dan masyarakat.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam
menjalankan penelitian. Kerangka pemikiran teoritis juga merupakan kumpulan
teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan
permasalahan yang ada dalam penelitian dan dapat dijadikan acuan untuk
menjawab permasalahan. Teori-teori dalam penelitian ini mencakup manfaat
sosial ekonomi koperasi peternak kelinci, kinerja anggota koperasi, dan partisipasi
anggota.

Manfaat Sosial Ekonomi Koperasi
Menurut Hendar dan Kusnadi (2002), manfaat diartikan sebagai nilai yang
subyektif dari suatu alternatif yang terbuka bagi seseorang. Manfaat atau value
merupakan nilai yang menunjukkan kapasitas potensial dari suatu objek atau aksi
untuk memuaskan kebutuhan manusia. Kebutuhan anggota koperasi tersebut

11

dilihat dari kebutuhan sosial dan kebutuhan ekonomi. Kebutuhan sosial yang
diinginkan oleh anggota koperasi dilihat dari seluruh kegiatan yang dilakukan
dengan adanya hubungan baik dengan berbagai pihak yang berada di koperasi.
Hubungan tersebut terjadi antara anggota dengan pengurus, dan sesama anggota.
Selain itu kebutuhan sosial dilihat pelayanan pengurus terhadap koperasi. Manfaat
sosial yang dirasakan anggota koperasi tinggi, akan menunjukan terjalinnya
hubungan kekeluargaan dan gotong royong di dalam lembaga tersebut.
Selain manfaat sosial, terdapat manfaat yang bersifat ekonomi merupakan
alasan dasar masyarakat bergabung menjadi anggota dalam koperasi (Hendar dan
Kusnadi 2002). Manfaat ekonomi yang dapat dirasakan anggota koperasi, yaitu
pengadaan dan penyediaan sarana produksi peternakan, jaminan harga beli
komoditas kelinci berserta poduk olahannya, terjadinya peningkatan pendapatan,
jaminan pemasaran hasil produksi peternakan dan bantuan kredit. Sementara itu,
dalam hal manfaat sosial yang dapat dirasakan anggota koperasi berupa hubungan
yang baik sesama anggota dan pengurus serta peningkatan pengetahuan dan
keterampilan anggota. Manfaat ekonomi dan manfaat sosial yang diperoleh
anggota koperasi akan menentukan tingkat partisipasinya terhadap kegiatan yang
akan dilakukan dalam KOPNAKCI.

Konsep Kinerja Koperasi
Kinerja adalah hasil pekerjaaan atau kegiatan yang dapat dicapai seseorang
atau sekelompok orang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi
dalam periode waktu tertentu (Tika 2008). Unsur-unsur yang terdapat dalam
kinerja antara lain, pertama hasil-hasil pekerjaan atau kegiatan, kedua pencapaian
tujuan atau target organisasi dan dan ketiga periode waktu tertentu. Penilaian
terhadap kinerja terhadap koperasi sangat penting dilakukan. Hal ini dilihat dari
manfaat yang akan diperolah dengan adanya penilaian kinerja seperti dapat
mengetahui sejauh mana koperasi berjalan, mengetahui produktivitas koperasi,
serta memotivasi personel mencapai sasaran organisasi dan mematuhi standar
perilaku yang telah ditentukan koperasi sebelumnya. Penilaian kinerja juga dapat
menjadi ukuran dalam melakukan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh
koperasi. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal
yang dituangkan dalam rencana strategi, program dan anggaran koperasi
(Himpuni 2009). Penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk
mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemberian
motivasi karyawan secara maksimum seperti promosi, transfer, dan
pemberhentian, mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan
karyawan serta untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan
karyawan, menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan
mereka menilai kinerjanya, dan menyediakan suatu dasar bagi distribusi
penghargaan, sedangkan dalam menentukan indikator kinerja koperasi menurut
Soedjono (2003) terdiri dari dua segi yaitu segi usaha dan segi organisasi.
Dalam segi usaha mencakup peningkatan jumlah anggota, modal koperasi,
jumlah dan volume usaha, pelayanan sosial kepada anggota, dan kesejahteraan
anggota dengan pembagian SHU.

12

a.

b.

c.

d.

e.

Peningkatan jumlah anggota didasarkan pada adanya rasa manfaat di
koperasi melalui pelaksanaan proses pelayanan sehingga membuat anggota
baru lebih tertarik berpartisipasi dan mengundang masyarakat untuk
bergabung dan berkontribusi di dalam koperasi.
Peningkatan modal koperasi yang berasal dari anggota dengan melalui
simpanan pokok dan simpanan wajib. Peningkatan modal koperasi yang
dimaksud merupakan modal sendiri koperasi bukan modal luar koperasi.
Oleh karena itu, modal yang berasal dari anggota harus lebih besar
jumlahnya agar menimbulkan kemandirian bagi anggota koperasi untuk
terlibat dari aktivitas modal tersebut.
Peningkatan jumlah dan volume usaha yang dapat diakibatkan beragamnya
kegiatan, barang, dan jasa yang dapat dihasilkan atau dilakukan oleh
koperasi sehingga terjadi peningkatan pelayanan kepada anggota baik fisik,
kuantitas maupun kualitas.
Peningkatan pelayanan kepada anggota. Pada dasarnya pelayanan kepada
anggota sulit diukur secara kuantitatif namun langkah yang harus dilakukan
oleh koperasi adalah menempatkan koperasi sebagai kebutuhan bagi
anggota secara bermanfaat.Pelayanan yang diberikan kepada anggota sesuai
dengan kebutuhan anggota sehingga membuat anggota memiliki tingkat
kepuasan yang tinggi terhadap koperasi dan secara tidak langsung
mengundang non anggota untuk bergabung. Dalam pelayanan tidak hanya
memberikan kepuasan melainkan pembinaan secara terus menerus
mengenai koperasi.
Peningkatan kesejahteraan para anggota yang dapat diukur dari pendapatan
dengan pembagian SHU dan analisis keuangan, kemudahan mendapatkan
kebutuhan hidup dengan harga murah, akses pasar, dan bantuan modal.
Indikator yang digunakan dari peningkatan kesejahteraan dilihat dari
keuangan atau pendapatan yang diperoleh (SHU). Berdasarkan segi
organisasi, penilaian koperasi dapat dilakukan dengan menunjukkan
dampak keberhasilan koperasi yang dirasakan oleh anggota dan
masyarakat. Keberhasilan koperasi dilihat pada terpenuhinya kebutuhan
anggota dan kemampuannya dalam mengelola keuangan. Serta mengetahui
jati diri yang dihadapi koperasi sebagai lembaga sosial ekonomi.
Konsep Partisipasi Anggota

Partisipasi merupakan bentuk nyata anggota koperasi untuk ikut berperan
serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan koperasi, baik kegiatan ekonomi
maupun sosial. Menurut Hendar dan Kusnadi (2002) dalam Dartiana (2006),
secara harfiah partisipasi diambil dari bahasa asing participation, yang artinya
mengikut sertakan pihak lain dalam mencapai tujuan. Istilah partisipasi
dikembangkan untuk menyatakan atau menunjukkan peran serta seseorang atau
sekelompok orang dalam aktivitas tertentu.
Partisipasi anggota dalam koperasi berarti anggota ikut serta dalam kegiatan
koperasi dalam mencapai tujuan bersama yaitu menuju kesejahteraan dan
kebersamaan. Menurut Hendar dan Kusnadi (2002) istilah partisipasi mempunyai
dimensi banyak, tergantung dari sudut mana kita memandang. Partisipasi bisa
dipandang dari sifatnya, bentuknya, pelaksanaannya dan peran serta perorangan

13

atau sekelompok orang. Dilihat dari sifatnya, partisipasi anggota terdiri dari
partisipasi yang dipaksakan (forced) dan partisipasi sukarela (voluntary). Dimensi
partisipasi pada koperasi dapat dilihat pada Gambar 1.

Dimensi Partisipasi

Sifatnya

Dipaksakan
Sukarela

Bentuknya

Formal
Informal

Pelaksanaannya
a
Langsung
Tidak langsung

Kepentingannya

Kontributif
Insentif

Sumber : Hendar dan Kusnadi, 2002

Gambar 1 Dimensi partisipasi pada koperasi

Partisipasi yang dipaksakan terjadi apabila manajemen dalam pengambilan
keputusan memaksa anggota untuk berpartisipasi dan mendukung keputusan
tersebut. Partisipasi sukarela terjadi jika manajemen memulai gagasan tertentu dan
para bawahan menyetujui untuk berpartisipasi dan mendukung gagasan tersebut.
Partisipasi berdasarkan sifatnya yang sesuai dengan koperasi adalah partisipasi
sukarela. Dengan sifat kesukarelaan dalam ikut berpartisipasi maka melakukan
kegiatan koperasi lebih baik dan sesuai dengan prinsip koperasi. Dimensi
partisipasi berdasarkan bentuknya, partisipasi dapat bersifat formal dan dapat pula
bersifat informal. Partisipasi yang bersifat formal biasanya dalam setiap
kegiatannya dan pengambilan keputusan dilakukan secara formal yang diatur
dalam manajemen koperasi.
Sedangkan partisipasi yang bersifat informal biasanya hanya terdapat pada
persetujuan lisan antara atasan dan bawahan. Kedua bentuk tersebut dapat terjadi
dalam manajemen koperasi sesuai dengan kondisi dan situasi serta aturan yang
berlaku di dalam koperasi. Dari dimensi pelaksanaannya, partisipasi dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Partisipasi secara langsung
dapat terjadi ketika anggota mengungkapkan apa pendapatnya serta apa yang
diinginkan oleh anggota dalam meningkatkan kinerja koperasi. sedangkan
partisipasi secara tidak langsung terbentuk ketika ada salah satu orang yang
mewakili aspirasi sekelompok anggota.
Berdasarkan kepentingannya, partisipasi anggota dapat berupa partisipasi
kontributif dan partisipasi insentif. Partisipasi kontributif artinya dalam
kedudukan sebagai pemilik para anggota memberikan kontribusinya terhadap
pembentukan dan peningkatan kontribusi dalam hal keuangan seperti penyerahan
simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, atau dana-dana pribadi

14

yang diinvestasikan pada koperasi. sedangkan partisipasi insentif dapat berupa
pengawasan terhadap jalannya koperasi, penetapan tujuan, serta pembuat
keputusan.
Manajemen koperasi tidak terlepas dari tingkat partisipasi anggota dalam
melakukan kinerjanya. Adanya tingkat partisipasi yang tinggi dari anggota
koperasi akan terbentuk suatu informasi mengenai kebutuhan dan kepentingan
yang sesuai dengan anggota sehingga koperasi dapat menyediakan semua
kebutuhan tersebut (high associations). Jika tujuan koperasi tercapai dengan
hubungan yang tinggi namun pelayanan masih kurang dilakukan terhadap
kebutuhan atau kepentingan anggota akan berdampak pada partisipasinya kurang
(moderately high associations). Hubungan di dalam koperasi tidak terjadi
sehingga tidak ada anggotanya berkontribusi merupakan kondisi koperasi yang
tidak baik (low associations).
Selain itu, dengan adanya partisipasi dalam hal penyediaan serta pembelian
akan membuat koperasi memperoleh keuntungan yang dapat dimanfaatkan oleh
anggota. Manfaat ekonomi maupun organisasi yang dirasakan oleh anggota akan
membuat anggota terus berkontribusi bahkan menarik orang lain untuk menjadi
anggota koperasi. Partisipasi anggota koperasi sangat dipengaruhi oleh
kepentingannya atau tujuannya di dalam koperasi. Dimana partisipasi anggota
koperasi berdasarkan kepentingannya dilihat dari kewajiban dan hak anggota.
Kewajiban anggota dalam melakukan pembayaran simpanan pokok, simpanan
wajib, dan simpanan sukarela. Selain itu kewajiban anggota dalam bidang usaha
dan jasa dengan adanya aktivitas pembelian atau pemanfaatan terhadap barangbarang dan jasa yang disediakan koperasi.

Analisis Kinerja Penilaian Tangga Perkembangan (PTP)
PTP atau Development Leader Assesment (DLA) bagi koperasi merupakan
metode yang dapat mengukur dampak dan hasil pembandingan antar waktu yang
memungkinkan bagi siapapun untuk membahas dengan kepastian tentang
keefektifan pengembangan koperasi menurut (Soedjono 2003).
Komponen - komponen dalam PTP antara lain adalah visi, kapasitas,
sumber daya, dan jaringan kerja dari koperasi yang dipilih. Namun komponen
tersebut disesuaikan dengan kondisi yang terdapat pada Koperasi Peternak Kelinci
(KOPNAKCI).
Tujuan dari PTP ini antara lain memberikan dasar pembanding yang
sistematis untuk mengukur perkembangan kelembagaan sebuah koperasi pada
waktu tertentu, memberikan metode penilaian yang sesuai kinerjanya, dan efektif
dari segi biaya (cost effective), dan membantu koperasi-koperasi untuk dapat
memahami lebih baik berbagai indikator kinerja dari organisasi mereka dan
menggalakan mereka untuk mengambil prakarsa yang perlu untuk memperbaiki
organisasi mereka. Visi dalam sebuah organisasi koperasi dilihat dari berbagai
aspek antara lain pemerataan penaatan anggota, komunikasi dengan anggota,
komitmen terhadap pengembangan bisnis, keefektifan kepemimpinan dan
manajemen pengurus, kefektifan rencana strategi, dan penyelesaian masalah atau
sengketa (Soedjono 2003).

15

Penentuan visi dilihat dari cita-cita yang diinginkan koperasi selama waktu
tertentu dengan melihat komitmennya dalam memberikan pelayanan kepada
anggota. Visi tersebut didukung dengan misi dalam lembaga ini yaitu melakukan
kegiatan usaha yang ada kaitan dengan anggota, meningkatkan potensi anggota
dan sumber daya yang dimiliki, dan memberikan hasil yang optimal dalam
usahanya. Secara umum visi yang berada di koperasi merupakan realisasi
hubungan antara manajemen koperasi dengan anggota. Kapasitas dalam PTP
dilihat dari tingkat struktur organisasi, tingkat retensi tenaga staf, syarat-syarat
pelayanan bagi staf tenaga kerja, pelatihan tenaga staf, langkah atau teknologi
untuk mengurangi biaya-biaya, sistem operasi dan pengaturan keuangan, tiga
tahun laporan audit, dan pemberian pelayanan terhadap anggota (Soedjono 2003).
Penentuan kapasitas dilakukan dengan melihat respon staf pengurus dan
anggota terhadap kinerja, kebijakan yang ditetapkan, serta kemampuannya dalam
mengelola sumber daya. Respon staf memiliki perbedaan dengan anggota
sehingga diperlukan cara yang untuk memberikan kesimpulan yang sesuai dengan
kondisi dikoperasi.
Jaringan kerja dalam PTP dilihat dari hubungan dengan organisasi puncak
dan hubungan dengan pihak-pihak lain. Jaringan kerja menurut PTP terdapat dua
sifat yaitu jaringan kerja intern dan jaringan kerja eksternal. Jaringan kerja
internal merupakan hubungan dalam menetapkan kebijakan dengan anggota
sehingga terdapat kontribusi anggota terhadap koperasi. Jaringan eksternal
merupakan hubungan dengan pihak luar seperti pemerintah, koperasi induk,
koperasi lain, dan distributor. Sifat dari jaringan kerja eksternal memiliki
perbedaan dimana hubungan dengan pemerintah bersifat insentif, dengan
koperasiinduk dan koperasi lain bersifat sharing atau bersaing, dengan distributor
adalah kerjasama dalam penyediaan barang-barang di koperasi.
Berdasarkan indikator PTP menempatkan kinerja koperasi pada tiga zona
yaitu zona hijau, kuning, dan merah. Penetapan zona tersebut dilihat dari tingkat
komulatif penilaian terhadap komponen - komponen kinerja yang disesuaikan di
koperasi dan membaginya ke dalam tiga zona. Penentuan zona tersebut dilihat
dari pemberian rentang skala nilai dari keseluruhan skor setiap variabel. Zona
hijau merupakan koperasi yang kinerjanya baik dengan adanya manajemen yang
efektif dengan pemberian pelayanan