Pengujian viabilitas dan efektivitas formula a8 talek dalam kemasan terhadap tanaman padi yang terserang penyakit blas

PENGUJIAN VIABILITAS DAN EFEKTIVITAS FORMULA
A8 TALEK DALAM KEMASAN TERHADAP TANAMAN
PADI YANG TERSERANG PENYAKIT BLAS

FARIZUL FADIYAH

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengujian Viabilitas
dan Efektivitas Formula A8 Talek dalam Kemasan terhadap Tanaman Padi yang
Terserang Penyakit Blas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014

Farizul Fadiyah
NIM G34100030

ABSTRAK
FARIZUL FADIYAH. Pengujian Viabilitas dan Efektivitas Formula A8 Talek
dalam Kemasan terhadap Tanaman Padi yang Terserang Penyakit Blas. Dibimbing oleh
NISA RACHMANIA MUBARIK dan YADI SURYADI.
Formula A8 yang terdiri atas bakteri Bacillus firmus E65, Bacillus cereus II.14,
Pseudomonas aeruginosa C32b, dan Seratia marcescens E31 telah teruji memiliki
potensi dalam menghambat pertumbuhan cendawan Pyricularia oryzae secara in vivo dan
in vitro. Penelitian ini bertujuan mengamati ketahanan formula A8 sebagai agens hayati
potensial melalui uji viabilitas sel bakteri dengan menggunakan bahan pembawa talek,
pada suhu ruang (26-27oC) dan suhu kulkas (4oC) dengan pengemasan plastik dan
aluminium foil hingga masa penyimpanan 2 bulan dan menguji efektivitas pada tanaman
padi yang terserang penyakit blas. Formula A8 menggunakan bahan pembawa dengan
perlakuan suhu dan pengemasan dengan kode suhu kulkas aluminium foil (SKA), suhu
kulkas plastik (SKP), suhu ruang aluminium foil (SRA), dan suhu ruang plastik (SRP)

secara berurutan memiliki persentase uji antagonisme sebesar 68.33 %, 83.33 %, 77.77%
dan 77.77%. Perlakuan yang mengalami kestabilan jumlah log sel yaitu SRP dengan
penurunan jumlah log sel selama tiga bulan sebesar 0.39 %. Berdasarkan uji in vivo,
terlihat adanya aktivitas penekanan formula A8 terhadap penyakit blas. Persentase
penghambatan tertinggi dimiliki oleh padi yang diberi perlakuan suhu ruang dengan
kemasan aluminium foil (SRA) sebesar 86.4 % pada 10 hsi dan 70.08 % pada 14 hsi.
Kata kunci : agens hayati, formula A8, P. oryzae, penyakit blas, pengemasan dan suhu
penyimpanan.

ABSTRACT
FARIZUL FADIYAH. Viability and Effectivity test of Formula Talc A8 in
Packaging on Infected Rice Plants by Blast Disease. Supervised by NISA RACHMANIA
MUBARIK and YADI SURYADI.
Formula A8 consisted of Bacillus firmus E65, Bacillus cereus II.14, Pseudomonas
aeruginosa C32b, and Seratia marcescens E31 was tested its effectivity to suppress blast
disease on rice fields in vitro and in vivo . The objectives of this research are to know the
viability and effectivity of formula A8 as biocontrol with temperature and packaging
factor for effectiveness in controlling blast disease, with carrier agent of formulation was
used talc, at room (26-27oC) and refrigerator (4oC) temperature. Formula A8 with
temperature and packaging treatment which code refrigerator temperature with

aluminium foil packaging (SKA), refrigerator temperature with plastic packaging (SKP),
room temperature with aluminium foil packaging (SRA), and room temperature with
plastic packaging (SRP). The result of in vitro treatment each showed precentage
68.33 %, 83.33 %, 77.77% dan 77.77%. The precentage of best viability was SRP with
decrease 0,39 %. Based on in vivo test, preventive application of formula A8 to Inpari 13
rice plant suppressed the growth of blast. The highest inhibition of formula A8 against
the blast was SRA reached 86.4 % at 10 day after inoculation and 70.08 % at 14 day after
inoculation.
Key words : Biological agents, P. oryzae, formula A8, blast disease, temperature and

packaging factor.

PENGUJIAN VIABILITAS DAN EFEKTIVITAS FORMULA
A8 TALEK DALAM KEMASAN TERHADAP TANAMAN
PADI YANG TERSERANG PENYAKIT BLAS

FARIZUL FADIYAH

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains
Pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pengujian Viabilitas dan Efektivitas Formula A8 Talek dalam
Kemasan terhadap Tanaman Padi yang Terserang Penyakit Blas
Nama
: Farizul Fadiyah
NIM
: G34100030

Disetujui oleh

Dr Nisa Rachmania Mubarik, MSi
Pembimbing I


Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana, Msi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Ir Yadi Suryadi MSc
Pembimbing II

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia dan kasih sayang-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan.
Penelitian ini berjudul Pengujian Viabilitas dan Efektivitas Formula A8 Talek
dalam Kemasan terhadap Tanaman Padi yang Terserang Penyakit Blas yang
dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2014 di Laboratorium Mikrobiologi
dan Rumah Kaca Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan
Sumber Daya Genetika Pertanian, Bogor. Penelitian ini didanai oleh program
KKP3N Litbang Deptan tahun 2014 No. 56/PL.220/I1/3/2014.K kepada NRM.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Nisa Rachmania Mubarik
Msi, Ir Yadi Suryadi MSc selaku pembimbing yang telah membantu dalam
pendanaan penelitian, pengarahan dan penyusunan karya ilmiah atas diskusi, saran
dan kesabaran yang diberikan, dan Dr Ir Muhadiono MSc sebagai penguji ujian
skripsi atas saran, masukan dan perbaikan yang diberikan. Selain itu penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Jajang, Ibu Aminah, Bapak Ade, dan
Mas Alam atas bimbingan, saran dan dukungannya. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada Ayah, Ibu, Kakak serta seluruh keluarga atas doa, dukungan
dan kasih sayangnya, serta kepada rekan Biologi 47 atas semangat dan doanya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014

Farizul Fadiyah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1


METODE

2

Bahan

2

Peremajaan Isolat Bakteri dan Cendawan

2

Uji Antagonisme Konsorsium A8 terhadap Patogen P. oryzae Sebelum dan
Setelah Menggunakan Bahan Pembawa Talek

2

Pembuatan Formula Bakteri A8 dengan Bahan Pembawa Talek

3


Pengujian Viabilitas Formula A8

3

Aplikasi Formula Bakteri A8 setelah Dua Bulan Penyimpanan terhadap
P. oryzae secara in vivo
HASIL

4
4

Peremajaan Isolat Bakteri dan Cendawan

4

Pembuatan Formula Bakteri A8 dan Bahan Pembawa Talek

5


Uji Antagonisme Konsorsium A8 terhadap Patogen P.oryzae Sebelum dan
Setelah Menggunakan Bahan Pembawa Talek

5

Pengujian Viabilitas Formula A8

6

Aplikasi Formula Bakteri A8 setelah Dua Bulan Penyimpanan terhadap
P. oryzae secara in vivo
PEMBAHASAN

6
8

SIMPULAN DAN SARAN

12


DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

20

DAFTAR TABEL
1 Presentase penghambatan konsorsium A8 terhadap P. oryzae sebelum dan
setelah menggunakan bahan pembawa
2 Viabilitas masing-masing isolat bakteri sebelum formulasi
3 Viabilitas formula A8 setelah tiga bulan penyimpanan dibandingkan
bulan ke-0
4 Aplikasi formula A8 terhadap tanaman padi yang terserang blas daun

5
6
6
7

DAFTAR GAMBAR
1 Perlakuan kontrol pada pengujian in vivo
2 Gejala penyakit blas pada 10 hsi perlakuan
3 Gejala penyakit blas pada 14 hsi perlakuan

8
8
9

DAFTAR LAMPIRAN
1 Sifat varietas unggul Inpari 13
2
3
4
5
6

15
16
16
17
17

Komposisi media tumbuh bakteri dan cendawan
Peremajaan bakteri dan cendawan
Spora Pyricularia oryzae pada perbesaran 10x40
Pengemasan Formula A8
Hasil uji antagonis konsorsium A8 dengan P. oryzae sebelum menggunakan
bahan pembawa talek
18
7 Hasil uji antagonis konsorsium A8 dengan P. oryzae setelah menggunakan
bahan pembawa talek
18
8 Data uji Annova dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)
19

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lahan pertanian sebagai primadona dalam menyediakan pangan utama
khususnya di Indonesia. Penggunaan mikrob sebagai agens hayati merupakan
salah satu solusi aplikatif ramah lingkungan yang dapat mengurangi penggunaan
fungisida dan bakterisida kimia dalam penanggulangan wabah penyakit pada
tumbuhan (Yuliar 2008). Media pembawa yang digunakan ialah talek. Formula
A8 terdiri atas bakteri Bacillus firmus E65, Pseudomonas aeruginosa C32b,
Bacillus cereus II.14, dan bakteri Serratia marcescens E31. Agens hayati
dilaporkan efektif dalam mengendalikan patogen tanaman baik sebagai
biopestisida maupun biofungisida (Vessey 2003; Suryadi et al. 2013).
Berdasarkan penelitian sebelumnya formula konsorsium A8 dilaporkan mampu
menekan penyakit blas daun pada tanaman padi (Suryadi et al. 2013). Penyakit
blas daun disebabkan oleh cendawan Pyricularia oryzae dan dapat menyerang
tanaman padi mulai dari tahap persemaian hingga pengisian bulir padi sehingga
menyebabkan tanaman padi kehilangan hasil dan produktivitasnya (Suryawan et
al. 2004). Hal ini telah menjadikan agens pengendali hayati menarik untuk
dikembangkan sebagai senyawa yang aman untuk mengatasi masalah penyakit
tanaman (Yuliar 2008).
Formula bakteri A8 secara in vitro dapat menghambat cendawan P. oryzae
sebesar 44,444 % (Nopiyanti 2013). Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
mengetahui suhu penyimpanan dan metode pengemasan agar viabilitas formula
bakteri tetap terjaga. Usaha untuk mencegah penurunan viabilitas bakteri
memerlukan pengemasan dan suhu penyimpanan yang baik. Menurut Astiko
(2008) kemasan yang baik selain dapat menghambat penurunan viabilitas bakteri
juga berfungsi untuk memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan
pendistribusiannya. Selain itu, dari segi promosi kemasan dapat berfungsi sebagai
perangsang atau memberikan daya tarik bagi pembeli. Oleh karena itu, bentuk
kemasan sangat perlu diperhatikan dalam upaya mengemas produk-produk
komersial. Selain itu kondisi penyimpanan juga memerlukan perhatian yang
khusus karena penyimpanan yang kurang baik dapat menyebabkan penurunan
viabilitas bakteri yang dihasilkan. Sehingga bakteri mengalami penurunan
viabilitas seperti menurunnya efektivitas penghambatan terhadap patogen setelah
diaplikasikan pada tanaman. Saat ini penyimpanan dan pengemasan seringkali
dilakukan secara bersamaan. Berbagai aspek perlu dipertimbangkan mulai dari
aspek karakteristik bakteri, pengaturan kondisi lingkungan, jenis kemasan yang
digunakan dan lama penyimpanan (New et al. 1978).

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui viabilitas formula A8 pada
media pembawa talek sebagai agens hayati dengan faktor suhu penyimpanan dan
dan pengemasan serta menguji aplikasi keefektifannya sesudah dua bulan masa

2
penyimpanan terhadap tanaman padi berumur 16 hari setelah tanam (hst) yang
terserang blas daun.

METODE

Bahan
Mikrob yang digunakan dalam penelitian ini antara lain ialah : B. firmus
E65, P. aeruginosa C32b, S. mercescens E31, dan P. oryzae yang berasal dari
koleksi Laboratorium Konservasi Mikrobiologi BB Biogen. Bibit padi varietas
Inpari 13 juga berasal dari koleksi Laboratorium Konservasi Mikrobiologi BB
Biogen (Lampiran 1). Selain itu juga terdapat isolat bakteri koleksi Laboratorium
Mikrobiologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB dan IPB Culture Collection yaitu
B. cereus II.14.

Peremajaan Isolat Bakteri dan Cendawan
Isolat bakteri B. firmus E65, P. aeruginosa C32b, S. mercescens E31, dan
B. cereus II.14 diremajakan pada media tumbuh nutrient agar (NA) miring
(Lampiran 2) dan telah diperiksa kemurniannya menggunakan metode kuadran
dan pewarnaan Gram. Masing- masing isolat diinkubasi pada suhu ruang selama
24 jam kemudian disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 4oC. Sedangkan
isolat cendawan P. oryzae ditumbuhkan di cawan petri yang berisi media potato
dextrose agar (PDA) (Lampiran 2) kemudian ditumbuhkan pada suhu ruang
hingga pertumbuhan maksimum memenuhi cawan. Produksi spora dari P. oryzae
diperoleh dengan menumbuhkan cendawan pada media oat meal agar (OMA)
(Lampiran 2) dan menginkubasinya dalam 15 hari pada suhu ruang. Kemudian
isolat cendawan dicuci dengan akuades steril yang ditambahkan streptomisin 2
µg.50 mL-1 untuk menghilangkan hifa aerial. Isolat kemudian disinari dengan
lampu neon 300 volt untuk menginduksi pertumbuhan spora selama 3 hari.
Selanjutnya, permukaan koloni cendawan disiramkan akuades steril yang
mengandung tween 20 (v.v-1) hingga seluruh permukaan terendam akuades.
Pemanenan spora P. oryzae dilakukan dengan menggosok-gosokkan kuas steril
pada permukaan cendawan. Suspensi spora kemudian disaring dan ditampung di
tabung Erlenmeyer steril.

Uji Antagonisme Konsorsium A8 terhadap Patogen P.oryzae Sebelum dan
Setelah Menggunakan Bahan Pembawa Talek
Isolat bakteri B. firmus E65, P. aeruginosa C32b, S. mercescens E31, dan
B. cereus II.14 masing-masing ditumbuhkan pada media tumbuh nutrient broth
(NB) (Lampiran 2) 10 mL hingga jumlah sel mencapai 108 cfu.mL-1. Uji antagonis
dilakukan dengan metode dual culture test dengan dua kali ulangan. Sebanyak 75
µL konsorsium A8 dipipet pada media PDA yang telah dilubangi dengan
menggunakan cork borer berdiameter 0,5 cm dan secara berhadapan diletakkan

3
potongan isolat P. oryzae berjarak 3 cm dari konsorsium bakteri. Perlakuan
kontrol menggunakan akuades steril. Uji antagonis formula A8 dengan
menggunakan bahan pembawa dilakukan pada bulan ke-1 setelah konsorsium
dicampur dengan bahan pembawa. Sebanyak 1 gram formula A8 masing-masing
perlakuan dilarutkan ke dalam 9 mL garam fisiologis 0,85%. Sebanyak 75 µL
dipipet pada media PDA yang telah dilubangi menggunakan cork borer
berdiameter 0,5 cm dan secara berhadapan diletakkan potongan isolat P. oryzae
berjarak 3 cm dari konsorsium bakteri. Perlakuan kontrol menggunakan akuades
steril. Kedua perlakuan ini diinkubasi hingga patogen pada masing masing
perlakuan kontrol mengalami pertumbuhan maksimum pada cawan. Perhitungan
persentase penghambatan pertumbuhan miselia cendawan patogen menggunakan
metode Fokkema (1983) :
Persentase penghambatan pertumbuhan miselia (M%) = (M0-M1) x 100%
M0
Keterangan :
M0 : diameter miselium cendawan patogen tanpa perlakuan konsorsium bakteri
M1 : diameter miselium cendawan patogen dengan perlakuan konsorsium bakteri

Pembuatan Formula Bakteri A8 dengan Bahan Pembawa Talek
Talek disteril dengan autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 1 atm selama
90 menit. Masing masing isolat bakteri ditumbuhkan pada media nutrient broth
(NB) 10 mL hingga jumlah sel mencapai 108 cfu.mL-1. Biakan bakeri dicampur
pada Erlenmeyer steril dan digoyang selama 150 menit. Sebanyak 12,5 mL
konsorsium A8 diambil dan dibiakkan di media NB 250 mL kemudian digoyang 4
jam. Inokulasi formula bakteri dilakukan dengan mencampurkan 100 gram talek
dan 20 mL konsorsium A8 yang sudah berumur 24 jam dengan jumlah sel awal
108 cfu.mL-1 secara steril. Konsorsium A8 sebanyak 20 ml dicampurkan ke media
talek menggunakan syringe steril untuk masing-masing kemasan. Setelah
konsorsium dicampurkan, campuran diaduk hingga homogen dan disimpan pada
suhu ruang. Perlakuan suhu kulkas dimasukkan ke dalam kulkas dengan suhu 4oC
setelah disimpan di suhu ruang selama satu minggu untuk adaptasi konsorsium
bakteri A8 di media yang baru. Ada dua faktor (suhu dan pengemasan) dan empat
perlakuan dalam pembuatan formula bakteri A8 dalam bahan pembawa talek
antara lain menggunakan penyimpanan formula pada suhu ruang dengan kemasan
plastik (SRP), suhu ruang dengan kemasan aluminium foil (SRA), suhu kulkas
dengan kemasan plastik (SKP), dan suhu kulkas menggunakan kemasan
aluminium foil (SKA).
Pengujian Viabilitas Formula A8
Uji viabilitas formula A8 dilakukan dengan mengencerkan 1 gram formula
A8 masing masing perlakuan pada 9 mL garam fisiologis 0,85% dilanjutkan
dengan pengenceran serial 10-1 sampai10-7. Perhitungan jumlah koloni dilakukan
dengan metode Total Plate Count (TPC). Pengujian viabilitas formula A8
dilakukan dari bulan ke-0 (sesaat setelah diinokulasi pada bahan pembawa)
sampai bulan ke-3 penyimpanan.

4
Aplikasi Formula Bakteri A8 setelah Dua Bulan Penyimpanan terhadap
P. oryzae secara in vivo
Benih padi Inpari 13 disteril dengan cara direndam menggunakan alkohol
70% selama 10 menit, dibilas dengan akuades steril dan dikecambahkan di cawan
petri ±4 hari. Benih yang sudah berkecambah ditanam pada bak yang berisi tanah
lumpur. Ada enam bak yang ditanami ±60 benih pada setiap bak, empat akan
diberi perlakuan SKA, SKP, SRA, dan SRP. Sedangkan dua bak merupakan
kontrol positif (disemprot spora P. oryzae dan tidak disemprot formula A8) dan
kontrol negatif (tidak disemprot spora P. oryzae dan tidak disemprot formula A8).
Penyemprotan formula A8 pada padi dilakukan 2, 9, dan 16 hari setelah tanam
(hst). Sebanyak 3 gram formula bakteri A8 dilarutkan dalam 100 mL aquades dan
disemprotkan secara preventif selama 3 minggu sebelum inokulasi spora P. oryzae.
Penyemprotan spora P. oryzae dilakukan saat tanaman berumur 19 dan 21 hst,
dengan kerapatan spora 5x105 sel.ml suspensi-1. Pengamatan intensitas serangan
blas daun dilakukan selama 14 hari setelah inokulasi (hsi). Pengolahan data
menggunakan uji ANNOVA dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)
pada taraf kepercayaan 5 %.
Penilaian penyakit blas berdasarkan sistem evaluasi standar IRRI (1998),
intensitas penyakit blas dihitung menggunakan rumus :
IS = ∑ n x v x 100%
NxV
Keterangan :
IS
: intensitas serangan
n
: jumlah daun yang terkena blas
v
: nilai skor serangan
N
: jumlah semua daun yang diamati
V
: nilai skor serangan tertinggi

HASIL
Peremajaan Isolat Bakteri dan Cendawan
Isolat bakteri yang sudah diremajakan mampu tumbuh dalam waktu 24 jam
pada media nutrient agar (NA) miring. Isolat B. firmus E65 memiliki ciri-ciri
koloni bulat dan kecil, permukaan kering, tidak ada elevasi, tepian rata dan tidak
licin. Isolat P. aeruginosa C32b memiliki ciri-ciri koloni bulat dan kecil, tepian
rata, berwarna agak kuning, elevasi cembung, tepian tidak licin, permukaan
lembab. Isolat S. mercescens E31 memiliki ciri-ciri berwarna putih, tidak tembus
cahaya, tepian tidak rata, permukaan lembab, sedangkan B. cereus II.14 memiliki
ciri-ciri berwarna putih, tepian licin dan rata, permukaan lembab. Cendawan P.
oryzae tumbuh maksimal memenuhi cawan setelah masa inkubasi selama 15 hari
di suhu ruang. Miselia dari cendawan ini berwarna putih keabu-abuan dan

5
perlahan akan menjadi hitam kehijauan setelah tumbuh maksimal di cawan
(Lampiran 3).
Pembuatan Formula Bakteri A8 dengan Bahan Pembawa Talek
Formula A8 yang sudah dicampur dengan bahan pembawa talek dan
disimpan selama tiga bulan tidak mengalami kontaminasi (Lampiran 5). Formula
A8 yang disimpan di suhu ruang (26-27oC) dengan pengemasan plastik maupun
aluminium foil talek memiliki tekstur kering. Sedangkan formula A8 yang
disimpan di suhu kulkas (4oC) dengan pengemasan plastik maupun aluminium foil
talek memiliki tekstur lembab.

Uji Antagonisme Konsorsium A8 terhadap P. oryzae sebelum dan
setelah Menggunakan Bahan Pembawa Talek
Hasil uji antagonisme menunjukkan adanya aktivitas penghambatan oleh
konsorsium A8 terhadap patogen P. oryzae sebelum menggunakan bahan
pembawa maupun sesudah menggunakan bahan pembawa (Tabel 1). Pengujian
antagonisme konsorsium A8 sebelum menggunakan bahan pembawa secara in
vitro menunjukkan adanya daya hambat terhadap cendawan patogen P. oryzae
sebesar 55.55% (Lampiran 6).
Tabel 1 Persentase penghambatan konsorsium A8 terhadap P. oryzae sebelum dan
setelah menggunakan bahan pembawa
Rata-rata diameter
Perlakuan
Rata-rata persentase zona hambat (%) *
pertumbuhan patogen (cm)
Kontrol **
9.00
0
A8
4.00
55.55
SKA
2.85
68.33
SKP
1.50
83.33
SRA
2.00
77.77
SRP
2.00
77.77
Keterangan : Keterangan : SKA= Suhu kulkas aluminium foil; SKP = Suhu
kulkas plastik; SRA= Suhu ruang aluminium foil; SRP= Suhu
ruang plastik; * = persentase penghambatan dihitung menurut
metode Fokkema (1983); ** = aquades steril
Persentase penghambatan konsorsium A8 terhadap P. oryzae mengalami
peningkatan setelah menggunakan bahan pembawa talek (Lampiran 7), dengan
faktor pengemasan dan suhu penyimpanan. Perlakuan SKP memiliki persentase
penghambatan tertinggi sebesar 83.33% di antara perlakuan lainnya.

6
Pengujian Viabilitas Formula A8
Pengujian viabilitas bakteri dilakukan pada bulan ke-0, ke-1, ke-2, dan ke-3
(Tabel 2 dan 3). Formula A8 terdiri atas bakteri B. firmus E65, S. marcescens
E31, P. aeruginosa C32b, dan B. cereus II.14 dengan bahan pembawa talek yang
sudah diproduksi diuji viabilitasnya empat kali, yaitu pada bulan ke-0, ke-1, ke-2
dan ke-3 setelah masa penyimpanan. Pengujian viabilitas selama empat bulan
untuk mengetahui kestabilan jumlah sel dan kemampuan hidup dari masingmasing bakteri. Jumlah log sel formula A8 sebelum formulasi sebesar 9.4313 dan
mengalami perubahan jumlah log sel setelah menggunakan bahan pembawa talek.
Tabel 2 Viabilitas masing-masing isolat bakteri sebelum formulasi
Isolat
Jumlah Log Sel
B. firmus E65
8.7283
S. marcescens E31
8.7742
P. aeruginosa C32b
9.0413
B. cereus II.14
8.8356
Rata-rata
8.8373
Tabel 3 Viabilitas formula A8 setelah dua bulan penyimpanan dibandingkan bulan
ke-0
Log sel bulan keKenaikan
Perlakuan
/penurunan
Kenaikan/penurunan
0
1
2
3
log sel (%)
SKA
10.0899 10.0934 8.6580 9.2920
(-) 0.7979
(-) 7.90
SKP
9.0951 8.1105 10.1789 10.0450
(+) 0.9499
(+) 10.44
SRA
8.9845 8.0492 9.7781 9.6980
(+) 0.7135
(+) 7.94
SRP
10.2540 10.1846 8.6627 10.2140
(-) 0.04
(-) 0.39
Keterangan : SKA = Suhu kulkas aluminium foil; SKP = Suhu kulkas plastik;
SRA = Suhu ruang aluminium foil; SRP = Suhu ruang plastik; (+)
= kenaikan; (-) = penurunan.
Hasil uji viabilitas bakteri sebelum formulasi dan setelah formulasi
menunjukkan adanya kenaikan jumlah log sel. Jumlah log sel A8 sebelum
formulasi sebesar 9.4313 mengalami kenaikan setelah formulasi dan diberi
perlakuan SKP dan SRA secara berurutan sebesar 0.9499 dan 0.7135. Sementara
SKA dan SRP mengalami penurunan jumlah log sel secara berurutan sebesar
0.7979 dan 0.0400.

Aplikasi Formula Bakteri A8 setelah Dua Bulan Penyimpanan terhadap P.
oryzae secara in vivo
Aplikasi formula A8 dilakukan secara preventif selama tiga minggu,
kemudian inokulasi spora P. oryzae dengan kerapatan 5x105 cfu mL-1 (Lampiran
4) dilakukan setelah perlakuan preventif. Hasil inokulasi spora selama 7 hsi

7
menunjukkan adanya gejala blas pada masing-masing perlakuan. Gejala awal
penyakit blas sudah terlihat pada 10 hsi, ditandai dengan timbulnya bercak dengan
tepi berwarna coklat dan pusat bercak berwarna putih atau keabu-abuan. Gejala
penyakit blas semakin terlihat pada 14 hsi dengan meningkatnya jumlah bercak
pada daun tanaman padi (Gambar 1, 2 dan 3). Penilaian aktivitas formula A8
berupa penekanan terhadap intensitas penyakit blas terhadap intensitas penyakit
blas berdasarkan IRRI (1988) (Tabel 4 dan Lampiran 8).
Tabel 4 Aplikasi formula A8 terhadap tanaman padi yang terserang blas daun
Perlakuan
Kontrol (-)
Kontrol (+)
SKA
SKP
SRA
SRP

Intensitas
serangan blas
daun (10 hsi) (%)
0
41.1 a
b
9.07
6.84 bc
bc
5.55
bc
8.86

Indeks
penghambatan (%)
0
0
77.9
83.3
86.4
79.1

Intensitas
serangan blas
daun (14 hsi) (%)
0
47.03 a
b
19.24
15.73 b
b
14.07
b
22.03

Indeks
penghambatan (%)
0
0
59.08
66.55
70.08
53.15

Keterangan : angka pada setiap kolom yang diikuti dengan huruf yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada
taraf 5%. Indeks penghambatan : kontrol-perlakuan x 100%
kontrol

(a)
(b)
Gambar 1 Perlakuan kontrol (a) kontrol (-), (b) kontrol (+) pada pengujian in vivo

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 2 Gejala penyakit blas pada 10 hsi perlakuan (a) SKA, (b) SKP, (c) SRP,
dan (d) SRA

8

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 3 Gejala penyakit blas pada 14 hsi perlakuan (a) SKA, (b) SKP, (c) SRP,
dan (d) SRA.
Uji in vivo formula A8 terlihat ada aktivitas penghambatan terhadap
cendawan P. oryzae. Persentase penghambatan tertinggi terhadap P. oryzae
dimiliki oleh perlakuan suhu ruang dengan pengemasan aluminium foil sebesar
86.4 % pada pengamatan 10 hsi dan 70.08 % pada pengamatan 14 hsi.

PEMBAHASAN
Isolat bakteri dalam formula A8 mengalami pertumbuhan yang fluktuatif.
Dominasi bakteri di bulan ke-0 sampai bulan ke-3 terus mengalami pergantian,
bulan ke-0 didominasi oleh P. aeruginosa sedangkan untuk bulan ke-1, ke-2 dan
ke-3 di dominasi oleh B. cereus dan B. firmus. Isolat B. firmus dan B. cereus
mendominasi pada bulan ke-1 sampai bulan ke-3, menurut Nugroho et al. (2007)
B. firmus memiliki pertahanan yang lebih baik dalam bahan pembawa talek
karena Bacillus sp. dapat membentuk endospora pada kondisi yang kurang nutrisi.
Bulan ke-0 setelah konsorsium A8 dipindahkan dari media NB ke bahan pembawa
talek diduga mikrob mengalami adaptasi karena perpindahan dari media tumbuh
bakteri ke media tumbuh baru yang memungkinkan bakteri bertahan atau mati
(Meylinda 2013). Kemunculan dominasi bakteri yang berbeda setiap bulan
menunjukkan pertumbuhan fluktuatif bakteri yang dapat disebabkan oleh kondisi
nutrisi yang terbatas. Oleh karena itu setiap jenis bakteri secara bergantian akan
mendominasi formula sesuai dengan kondisi nutrisi dalam bahan pembawa yang
mampu dimanfaatkannya (Nugroho et al. 2007). Konsorsium A8 yang berada
dalam media pembawa talek dapat bertahan hidup dan memanfaatkan sumber nutrisi
yang berasal dari media sebelumnya, yaitu NB yang dicampurkan saat pembuatan
formulasi.
Uji antagonisme dilakukan untuk mengetahui potensi formulasi yang
dibuat baik dengan atau tanpa bahan pembawa agensia dalam menghambat
pertumbuhan cendawan P. oryzae. Isolat bakteri hasil seleksi melalui uji
antagonisme yaitu B. firmus E65, B. cereus II. 14, dan P. aeruginosa C32b telah
dilaporkan sebelumnya oleh Suryadi et al. (2011) memiliki aktivitas penekanan

9
terhadap cendawan P. oryzae. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa
konsorsium A8 secara in vitro efektif dalam menghambat P. oryzae dengan
persentase penghambatan sebesar 44.444% (Nopiyanti 2013). Penelitian oleh
Zaffan (2012) dan Suryadi (2013) menunjukkan persentase penghambatan P.
oryzae
secara in vitro berurutan sebesar 40% dan 33.08%. Persentase
penghambatan konsorsium A8 terhadap P. oryzae mengalami peningkatan setelah
menggunakan bahan pembawa talek, dengan faktor pengemasan dan suhu
penyimpanan. Perlakuan suhu kulkas dengan pengemasan plastik memiliki
persentase penghambatan tertinggi sebesar 83.33% di antara perlakuan lainnya.
Hal ini diduga penyimpanan di kulkas dengan kisaran suhu 4oC dan dikemas
dengan plastik secara steril dapat menjaga formula dari kontaminan. Suhu
lingkungan kisaran 4oC dapat menurunkan angka kontaminasi dengan
menurunkan aktivitas kontaminan sehingga viabilitas bakteri di dalam formula
tetap terjaga.
Faktor pengemasan dan suhu penyimpanan mempengaruhi viabilitas dari
formula A8. Menurut Astiko (2008) kemasan yang baik selain dapat menghambat
penurunan viabilitas juga berfungsi untuk memudahkan dalam penyimpanan,
pengangkutan dan pendistribusiannya. Selain itu kondisi penyimpanan juga
memerlukan perhatian yang khusus. Penyimpanan yang kurang baik dapat
menyebabkan penurunan viabilitas bakteri. Mekanisme kerja dari agens
pengendali hayati pada umumnya digolongkan sebagai aktivitas kompetisi zat
makanan, parasitisme, dan antibiosis (Fravel 1988). Penghambatan konsorsium
A8 terhadap cendawan dan bakteri patogen diduga karena aktivitas metabolit
sekunder berupa senyawa antibiotik yang dihasilkan oleh masing-masing bakteri
yang berada dalam suatu konsorsium tersebut. Senyawa antimikrob adalah
senyawa yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikrob lain
(Rachman 2011).
Mekanisme penghambatan terlihat dari adanya lisis pada ujung hifa. Hal
ini karena diduga adanya aktivitas kitinase dan glukanase serta enzim hidrolitik.
Kitinase dan glukanase seringkali bekerjasama secara sinergis untuk
meningkatkan aktivitas anti cendawan dengan menghambat pertumbuhan
cendawan (Busam et al. 1997). Menurut Severgnini (2006) aktivitas kitinase dan
ß-1,3-glukanase mengakibatkan lisis pada ujung hifa cendawan, sedangkan enzim
hidrolitik lebih efektif pada ujung miselia yang mungkin berkaitan dengan
penipisan dinding sel (Steinberg 2007). Antibiotik yang dihasilkan bakteri
konsorsium A8 antara lain seperti zwittermicin-A (He et al. 1994), kanomisin
(Stabb et al. 1994), dan antibiotik dalam bentuk lipopeptida berupa iturin,
surfaktin, dan fengycin (Romero et al. 2007) yang dihasilkan oleh Bacillus.
Senyawa iturin dan surfaktin merupakan antibiotik yang dapat menghambat
pertumbuhan cendawan patogen. Surfaktan dapat merusak permeabilitas membran
sel dengan cara menurunkan tegangan permukaan sel cendawan patogen sehingga
hifa cendawan mengalami kerusakan. Penelitian Hassanein et al. (2009)
melaporkan Pseudomonas sp. memiliki kemampuan untuk memproduksi
metabolit sekunder yang berbeda-beda seperti antibiotik, siderofor pengkelat besi
(Fe). Siderofor memiliki kemampuan mengikat unsur besi dari lingkungan, hal
tersebut didukung oleh penelitian Neilands dan Leong (1986) yang melaporkan
cendawan patogen tidak memiliki kemampuan menghasilkan siderofor seperti

10
yang dihasilkan Pseudomonas sp. sehingga cendawan patogen mengalami defisit
unsur besi dan menyebabkan pertumbuhan cendawan patogen menjadi terhambat.
Proses infeksi pada daun padi terjadi pada saat keadaan basah dan kondisi
lingkungan yang mendukung bagi perkembangan cendawan P. oryzae. Faktor
lingkungan yang sangat penting yaitu suhu dan kelembaban. Sporulasi akan
optimal pada keadaan gelap dengan kelembaban 95% pada suhu 28ºC. Hal
tersebut didukung oleh penelitian Bonman (1992) yang mengatakan P. oryzae
tidak membentuk konidia atau spora pada kelembaban di bawah 89%. Selain itu,
kelebihan unsur nitrogen di lingkungan yang diterima oleh tanaman juga
merupakan salah satu faktor terjadinya infeksi P. oryzae. Unsur nitrogen yang
terlalu tinggi akan menyebabkan kenaikan kandungan air dan penurunan unsur
silikat sel epidermis, akibatnya tanaman menjadi sangat rentan akan serangan
organisme penggangu tanaman termasuk P. oryzae. Sebuah spora (konidia) akan
menempel dipermukaan luar tanaman padi dan akan melekat sampai terjadi
perkecambahan (Koga dan Nakayachi 2004). Konidia akan membentuk
apresorium yang melekat erat karena adanya lapisan lendir. Penempelan konidia,
perkecambahan dan pembentukan apresorium merupakan interaksi pasif
hubungan antara tanaman padi dan P. oryzae (Arase et al. 1994). Jika interaksi
berjalan lancar maka apresorium akan membentuk hifa infeksi yang akan
menembus sel-sel epidermis dan akan menyebar ke seluruh jaringan tanaman
(Howard dan Valent 1996). Tahap pembentukan hifa infeksi yang menembus
jaringan merupakan interaksi aktif antara tanaman inang dan cendawan patogen
sehingga menyebabkan kerusakan susunan sel bahkan dapat menyebabkan
kerusakan seluruh organ tanaman.
Beberapa penggabungan isolat bakteri dilaporkan menunjukkan adanya
interaksi sinergis antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan peran yang
dimiliki (Glick et al. 1999). Pengujian viabilitas selama empat bulan untuk
mengetahui kestabilan jumlah sel dan kemampuan hidup dari masing-masing
bakteri. Menurut Nopiyanti (2013) viabilitas bakteri yang baik tidak akan
mengalami kenaikan dan penurunan jumlah sel yang tajam dan cenderung stabil
setiap bulannya.
Hasil uji viabilitas bakteri sebelum formulasi dan setelah formulasi
menunjukkan adanya kenaikan jumlah log sel. Jumlah log sel A8 sebelum
formulasi sebesar 9.4313 mengalami kenaikan setelah formulasi dan diberi
perlakuan SKP dan SRA secara berurutan sebesar 0.9499 (7.90 %) dan 0.7135
(10.44%). Sementara SKA dan SRP mengalami penurunan jumlah log sel secara
berurutan sebesar 0.7979 (7.94%) dan 0.0400 (0.39%). Penelitian sebelumnya
oleh Nopiyanti (2013) viabilitas formula A8 dengan bahan pembawa talek setelah
dua bulan masa penyimpanan terjadi kenaikan jumlah log sel sebesar 0.239
(2.962%). Penelitian lain oleh Zaffan (2012) menunjukkan formula bakteri A8
yang disimpan dalam bahan pembawa talk tidak mengalami penurunan log sel
setelah dua bulan penyimpanan, hal tersebut menunjukkan bahwa konsorsium A8
yang berada dalam media pembawa talk dapat bertahan hidup dan memanfaatkan
sumber nutrisi yang berasal dari media sebelumnya, yaitu NB yang dicampurkan
saat pembuatan formulasi. Kondisi tersebut diduga karena proses perubahan
media tumbuh bakteri (Nopiyanti 2013). Menurut Pelczar dan Chan (1986),
ketahanan hidup suatu spesies dan kelangsungan pertumbuhannya di dalam
komunitas biologi membutuhkan suatu kemampuan untuk menyesuaikan diri

11
terhadap perubahan keadaan lingkungan. Adaptasi fenotipik merupakan respons
mikrob terhadap perubahan terbatas yang bersifat sementara, misalnya, banyak
spesies mikrob dapat tumbuh dalam selang suhu yang luas, namun aktivitas
metaboliknya tidak selalu sama pada suhu-suhu ekstrem di dalam selang tersebut.
Viabilitas bakteri yang baik dan stabil ditentukan oleh kemampuan bahan
pembawa yang mempertahankan kandungan air dan pH yang netral serta
kemampuan bakteri untuk memanfaatkan sumber karbon dan sumber energi yang
ada dalam bahan pembawa serta strategi bakteri dengan menggunakan mekanisme
efisiensi yang dimiliki setiap isolat bakteri (Nicholson et al. 2000). Viabilitas
terbaik dimiliki oleh bakteri yang disimpan di suhu ruang dengan kemasan plastik
(SRP) dengan persentase penurunan jumlah log sel terkecil sebesar 0.39 %.
Bakteri yang disimpan di perlakuan SRP memiliki jumlah log sel yang cenderung
stabil dari bulan ke-0 sampai bulan ke-3. Suhu ruang memiliki kisaran suhu
sebesar 26-27o C, dengan pengemasan plastik steril memperkecil kemungkinan
kontaminasi, media pembawa talek berupa tepung yang memiliki permukaan yang
luas dan bisa menjaga kadar air dan menyediakan nutrisi untuk tumbuh kembang
bakteri.
Keterbatasan nutrisi yang ada pada media talek membuat pertumbuhan
bakteri bersifat fluktuatif. Adanya perpindahan bakteri dari media yang kaya
nutrisi ke media yang miskin nutrisi membuat bakteri memiliki dua pilihan yaitu
bertahan atau mati. Kenaikan atau penurunan log sel pada masing-masing
perlakuan diduga karena keberadaan nutrisi pada masing-masing perlakuan.
Perlakuan SKA dan SRP mengalami penurunan log sel diduga karena nutrisi yang
ada pada media hampir habis, maka sebagian populasi bakteri mengalami
kematian. Perlakuan SKP dan SRA mengalami kenaikan log sel, hal ini diduga
karena pada media di kedua perlakuan ini masih terdapat nutrisi yang bisa
dimanfaatkan oleh bakteri untuk tumbuh, sehingga terjadi kenaikan log sel.
Penurunan yang terjadi pada SRP sebesar 0.39%, tingkat penurunan kecil
menunjukkan populasi bakteri yang mati sedikit. Perlakuan dengan suhu ruang
memiliki hasil lebih baik dibandingkan dengan suhu kulkas, hal ini ditunjukkan
oleh log sel perlakuan SRA dan SRP. Kenaikan atau penurunan log sel keduanya
tidak sebesar pada penyimpanan suhu kulkas. Penyimpanan dengan suhu ruang
dan pengemasan menggunakan plastik sesuai untuk formula A8 yang disimpan
dengan bahan pembawa talek.
Aktivitas penghambatan cendawan P. oryzae secara in vivo menurut
penelitian sebelumnya oleh Nopiyanti (2013) sebesar 75.957% setelah 14 hsi.
Sedangkan aktivitas penghambatan tertinggi formula A8 setelah diberi perlakuan
suhu dan pengemasan dimiliki oleh perlakuan suhu ruang dengan pengemasan
aluminium foil sebesar 86.4 % pada 10 hsi dan 70.08 % pada 14 hsi. Berdasarkan
persentase penghambatan dapat diketahui bahwa formula bakteri A8 yang disimpan
di suhu ruang dengan pengemasan aluminium foil efektif dalam menekan
pertumbuhan cendawan P. oryzae penyebab penyakit blas pada padi Inpari 13 secara
in vivo.

12

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Viabilitas sel dari formula A8 yang terdiri atas bakteri Bacillus firmus E65,
Bacillus cereus II.14, Pseudomonas aeruginosa C32b, dan Seratia marcescens E31,
terbaik terdapat pada perlakuan yang disimpan di suhu ruang dengan pengemasan
plastik selama tiga bulan dengan menggunakan bahan pembawa talek. Uji formula
A8 secara in vitro menunjukkan penyimpanan pada suhu kulkas dengan
pengemasan plastik memiliki persentase penghambatan tertinggi sebesar 83.33%.
Hasil uji in vivo pada tanaman padi menunjukkan penyimpanan formula A8 pada
suhu ruang dengan pengemasan aluminium foil efektif dalam menghambat
cendawan patogen Pyricularia oryzae dengan persentase sebesar 86.4 % pada 10
hsi dan 70.08 % pada 14 hsi.
Saran
Pengolahan data dengan metode lain seperti faktorial dapat dilakukan agar
mendapatkan hasil yang lebih tepat dengan menambahkan perlakuan kontrol
positif menggunakan bahan kimia pengendali penyakit blas dan kontrol bahan
pembawa talek tanpa bakteri.

DAFTAR PUSTAKA
Astiko W. 2008. Kesesuaian jenis kemasan, suhu dan lama penyimpanan
inokulum komersial jamur mikoriza tanah vertisol Lombok. Crop Agro. 1
(2) : 144-149.
Arase S, Miyahara K, Honda Y, Nozu M. 1994. Preinfectional interactions between
Magnaporthe grisea spores and rice plants. Bull Fac Agric Shimane Univ.
28(22):45-51.
[BBPTP] Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2010. Inpari 13 varietas unggul
baru padi sawah tahan wereng batang coklat. Bogor (ID) : Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi.
Busam G, Kassemeyer HH, Matern U. 1997. Differential expression of chitinases
in Vitis vinifera L. responding to systemic acquired resistance activators or
fungal challenge. Plant Physiol. 115 (1): 1029-1038.
Bonman JM. 1992. Durable resistance to rice blast disease-environmental
influences. Euphytica. 63 (1) :115-123.
Fokkema NJ. 1983. Naturally-occuring biological control in the phyllosphere.
INRA. 18(1) : 71-79.
Fravel DR. 1988. Role of antibiosis in the biocontrol of plant disease. Ann Rev
Phytopathol. 26(3): 75-91.

13
Glick BR, Patten CL, Holguin G, Penrose DM. 1999. Biochemical and Genetic
Mechanism Used by Plant Growth Promoting Bacteria. London (GB):
Imperial College Press.
Hassanein WA, Awny NM, El-Mougith AA, El-dien SH. 2009. The antagonistic
activities of some metabolites produced by Pseudomonas aeruginosa. J
Appl Sci Res. 5 (1) :404-414
He HLA, Laura ASS, Handelsman J, Clardy J. 1994. Zwittermicin A: an
antifungal and plat protection agent from Bacillus cereus. Tetrahedron Let.
35(1): 2499.
Howard RJ, Valent B. 1996. Breaking and entering: host penetration by the fungal
rice blast pathogen Magnaporthe grisea. Rev de Microbiol. 50 (1):491-512.
[IRRI] International Rice Research Institute.1988. Standard Evaluation System for
Rice. Los Banos (PH) : International Rice Research Institute.
Kato H. 2001. Rice blast control. J Royal Soc Chem. 10 (1): 23-25.
Koga H, Nakayachi O. 2004. Morphological studies on attachment of
Magnaporthe grisea to leaf surface of rice. J Gen Plant Pathol. 70: 11-15.
Meylinda R. 2013. Uji viabilitas formulasi bakteri A6 sebagai agens hayati dan
aplikasinya pada tanaman padi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Neilands JB, Leong SA. 1986. Siderophores in relation to plant growth anddisease.
Ann Rev Plant Physiol. 37 (1):187-208.
New JH, Proctor FJ, Hewitt VJ. 1978. Packaging of horticultural produce for
export. Trop Sci. 20(1): 21-34.
Nicholson WL, Munakata N, Horneck G, Melosh HJ, Setlow P. 2000. Resistance
of Bacillus endospores to extreme terrestrial and extraterrestrial
environments. Microbiol Molec Biol Rev. 64(1): 548-572.
Nopiyanti U. 2013. Uji viabilitas formulasi bakteri A8 sebagai agens hayati dan
aplikasinya pada tanaman padi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Nugroho A, Effendi E, Annisa F. 2007. Pertumbuhan konsorsium isolat bakteri
asal Benakat pada media minyak bumi bersalinitas tinggi : Studi kasus
biodegradasi minyak bumi skala laboratorium. J Ilmu Dasar. 8(2) : 186-192.
Pelczar MJ Jr, Chan ECS. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Volume ke-1.
Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL, penerjemah. Jakarta
(ID): UI Pr. Terjemahan dari: Elements of Microbiology.
Rachman SI. 2011. Potensi Bacillus sp. galur G3, Bacillus firmus E65, dan bakteri
metanotrof sebagai penghambat pertumbuhan patogen Xanthomonas oryzae
pv. oryzae dan Rhizoctonia solani [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Romero D, de Vicente A, Rakotoaly RH, Dufour SE, Veening JW, Arrebola E,
Cazorla FM, Kuipers OP, Paquot M, Perez GA. 2007. The iturin and
fengycin families of lipopeptides are key factors in antagonism of Bacillus
subtilis toward Podosphaera fusca. Am Phytopathol Soc. 20(1): 430-440.
Severgnini SME. 2006. Iolation and characterisation of two chitinase and one
novel glucanase genes for engineering plant defence against fungal
pathogens [thesis]. Perth (AU) : School of Biological Sciences and
Biotechnology, Murdoch University.

14
Suryadi Y, Susilowati DN, Putri KE, Mubarik NR. 2011. Antagonistic activity of
indigenous Indonesian bacteria as the suppressing agent of rice fungal
pathogen. J Int Environ Appl Sci. 6 (1) : 558-568.
Suryadi Y, Susilowati DN, Riana E, Mubarik NR. 2013. Management of rice blast
disease (Pyricularia oryzae) using formulated bacterial consortium.
Emirates J Food Agric. 25(5) : 349-357.
Stabb EVLM, Jacobson J, Handelsman L. 1994. Zwittermicin A-Producing strains
of Bacillus cereus from diversion soils. Appl Environ Microbiol. 60(1):
4404.
Steinberg G. 2007. Hyphal growth: a tale of motors, lipids, and the spitzen korper.
Eukaryotic Cell. 6 (1): 351-360.
Suryawan F, Jumanta, Suhaya, Mahruf. 2004. Pengkondisian rumah kaca sebagai
tempat pengujian virulensi blas. Bul Teknol Pertan. 9(2): 22-25.
Vessey JK. 2003. Plant growth promoting rhizobacteria as biofertilizer. Plant Soil.
255 (5): 571-586.
Yuliar. 2008. Screening of bioantagonistic bacteria for biocontrol agent of
Rhizoctonia solani and surfactin producer. Biodiversitas. 9(2): 83-86.
Zaffan ZR. 2012. Pengujian formulasi konsorsium bakteri terhadap penyakit blas
leher (Neck Blast) pada tanaman padi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.

15
Lampiran 1 Sifat varietas unggul Inpari 13 (BBPTP 2010)
Nama varietas
Nomor galur
Asal persilangan
Bentuk beras
Bentuk tanaman
Tekstur Nasi
Kadar amilosa
Rata-rata hasil
Potensi hasil
Umur tanaman
Tinggi tanaman
Jumlah anakan produktif
Ketahanan terhadap hama wereng
Ketahanan terhadap penyakit

Tahun dilepas
Keterangan

: Inbrida Padi Irigasi (Inpari 13)
: OM1490
: OM606/IR 1834-36-3-3
: Panjang dan ramping
: Tegak
: Pulen
: 22,40%
: 6,59 t/ha
: 8,0 t/ha
: 99-103 hari
: ±101 cm
: 17 batang
: Tahan hama wereng cokelat biotipe 1, 2,
dan 3
: Agak rentan terhadap Hawar Daun Bakteri
(HDB) II, IV, VIII, tahan terhadap penyakit
blas ras 033, agak tahan terhadap ras 133,
073, dan 173
: 2009
: Cocok ditanam di ekosistem sawah tadah
hujan dataran rendah sampai dengan 600
dpl

Lampiran 2 Komposisi media tumbuh bakteri dan cendawan
Media nutrient agar (NA)
Komposisi
Nutrient agar
Agar
Akuades

Jumlah
13 gram
20 gram
1000 mL

Media nutrient broth
Komposisi
Nutrient broth
Akuades

Jumlah
13 gram
1000 mL

Media potato dextrose agar
Komposisi
Jumlah
Kentang
300 gram
Dekstrosa
20 gram
Agar
20 gram
Akuades
1000 mL

16
Lampiran 2 (Lanjutan)
Media oatmeal agar
Komposisi
Oatmeal
Agar
Sukrosa
Akuades

Jumlah
50 gram
20 gram
5 gram
1000 mL

Lampiran 3 Peremajaan bakteri dan cendawan

B. firmus E65

B. cereus II.14

P. aeruginosa C32b

S.marcescens E31

P. oryzae

17
Lampiran 4 Spora Pyricularia oryzae pada perbesaran 10x40

Lampiran 5 Pengemasan Formula A8

(a)
(b)
(c)
(d)
Keterangan : (a) Suhu ruang menggunakan kemasan aluminium foil (SRA); (b)
Suhu ruang menggunakan kemasan plastik (SRP); (c) Suhu kulkas menggunakan
kemasan aluminium foil (SKA); (d) Suhu kulkas menggunakan kemasan plastik
(SKP).

18
Lampiran 6 Hasil uji antagonis konsorsium A8 dengan P. oryzae sebelum
menggunakan bahan pembawa

Lampiran 7 Hasil uji antagonis konsorsium A8 dengan P. oryzae setelah
menggunakan bahan pembawa

(a)

(b)

(c)

Keterangan : (a) SKA, (b) SKP, (c) SRA, dan (d) SRP

(d)

19
Lampiran 8 Data uji Annova dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Tabel 1 Uji ANNOVA intensitas serangan blas daun 10 hsi
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Sisa
Total

Derajat
Bebas

Jumlah
Kuadrat
5 7077.9144
36 524.3745
41 7602.2889

Kuadrat
F
F tabel
Tengah
Hitung 0.05
0.01
1415.5829 97.18
2.45
3.51
14.5660
185.4217

Tabel 2 Uji ANNOVA intensitas serangan blas daun 14 hsi
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Sisa
Total

Derajat
Bebas

Jumlah
Kuadrat
4 4339.2428
25 1508.5293
29 5847.7721

Kuadrat
Tengah

F
F tabel
Hitung 0.05
0.01
1084.8107 17.98 2.76
4.17

60.3412
201.6473

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Blitar pada tanggal 4 Oktober 1992 dari ayah Imam
Sholikin dan ibu Islamiyah. Penulis adalah putri ketiga dari tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di SDN Pakisrejo II pada
tahun 2004, SMPN 2 Srengat pada tahun 2007, dan SMAN 1 Srengat pada tahun
2010. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan tinggi pada Departemen
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Biologi
Dasar pada tahun ajaran 2013/2014. Penulis juga pernah aktif pada berbagai
aktivitas kepanitiaan dan keorganisasian di Departemen Biologi dan di FMIPA
IPB. Selama kuliah S1, penulis mendapatkan beasiswa pendidikan yaitu beasiswa
Bidik Misi tahun 2010-2014.
Penulis juga pernah melakukan penelitian dalam studi lapang dengan judul
“Keanekaragaman Pisang di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
(TNGGP)” pada tahun 2012. Penulis melakukan praktik lapangan di Balai
Kesehatan Hewan dan Ikan Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Selatan dengan judul
“Diagnosis Penyakit Koi Herpes Virus (KHV) pada Ikan Mas dan Koi dengan
Metode Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) di
Laboratorium Diagnostik Balai Kesehatan Hewan dan Ikan Provinsi DKI Jakarta”
pada tahun 2013.