Uji Viabilitas Formula Biofilm A8 dan Pengujian pada Penyakit Blas Padi

UJI VIABILITAS FORMULA BIOFILM A8 DAN PENGUJIAN
PADA PENYAKIT BLAS PADI

OLIVIA JOANIKA PUTRI

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Uji Viabilitas Formula
Biofilm A8 dan Pengujian pada Penyakit Blas Padi adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014

Olivia Joanika Putri
NIM G34100061

ABSTRAK
OLIVIA JOANIKA PUTRI. Uji Viabilitas Formula Biofilm A8 dan
Pengujian pada Penyakit Blas Padi. Dibimbing oleh NISA RACHMANIA
MUBARIK dan YADI SURYADI.
Penyakit blas yang disebabkan oleh cedawan Pyricularia oryzae merupakan
penyakit tanaman padi yang mampu menurunkan produktivitas padi. Penelitian ini
bertujuan menguji viabilitas konsorsium bakteri dalam media pembawa biofilm
secara in vitro maupun in vivo. Metode yang dilakukan, yaitu uji antagonis,
viabilitas, dan in vivo pada konsorsium A8 dan formula biofilm A8 pada kondisi
suhu kulkas plastik (SKP), suhu kulkas alumunium foil (SKA), suhu ruang plastik
(SRP), dan suhu ruang alumunium foil (SRA) terhadap Pyricularia oryzae. Hasil
uji antagonis terbaik terlihat pada perlakuan SKP dengan persentase
penghambatan sebesar 63%. Uji viabilitas formula biofilm A8 dilakukan selama
tiga bulan penyimpanan. Hasil menunjukkan bahwa terjadi penurunan log sel pada

bulan ke-3, kecuali pada perlakuan SRP. Hasil uji in vivo terbaik pada 10 dan 14
hari setelah inokulasi (hsi) diperoleh pada perlakuan SRA dengan persentasi
penghambatan sebesar 58,89% dan 44,89%.
Kata kunci: Biofilm, konsorsium bakteri A8, biokontrol, Pyricularia oryzae,
penyakit blas

ABSTRACT
OLIVIA JOANIKA PUTRI. Viability test of A8 Biofilm Formulation on Rice
Blas Disease. Supervised by NISA RACHMANIA MUBARIK and YADI
SURYADI.
Blast disease caused by Pyricularia oryzae is a serious rice disease causing
yield lost. This study aims to study the viability test of the bacterial consortium
biofilm carrier by in vitro and in vivo. The method was performed, by antagonist
test, viability, in vivo test on consortium of the A8 and A8 formula treatment
using Plastic Refigerator’s Temperature (SKP), Alumunium foil’s Refigeratore’s
Temperature (SKA), Plastic Room Termperature (SRP), and Alumunium foil’s
Room Temperature (SRA) against Pyricularia oryzae. The results of SKP
treatment showed the best inhibition percentage of 63%. Viability test of A8
formula biofilm was carried out during three months of storage. The results
showed a decline in log cells at third month, except the SRP treatment. The best in

vivo test results was obtained by SRA treatment as a percentage inhibition of
58.89% and 44.89% after 10 and 14 day after inoculation (dai).
Keywords: Biofilms, bacterial consortium A8, biocontrol, Pyricularia oryzae,
blast disease

UJI VIABILITAS FORMULA BIOFILM A8 DAN PENGUJIAN
PADA PENYAKIT BLAS PADI

OLIVIA JOANIKA PUTRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


Judul Skripsi : Uji Viabilitas Formula Biofilm A8 dan Pengujian pada Penyakit
Blas Padi
Nama
: Olivia Joanika Putri
NIM
: G34100061

Disetujui oleh

Dr Nisa Rachmania Mubarik, MSi
Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


Ir Yadi Suryadi, MSc
Pembimbing II

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia
dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penyusunan karya ilmiah yang berjudul “Uji Viabilitas Formula Biofilm A8 dan
Pengujian pada Penyakit Blas Padi”. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan
Januari sampai dengan Juni 2014 di Laboratorium Konservasi Mikroba dan
Rumah Kaca Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber
Daya Genetika Pertanian (BB-Biogen), Bogor. Penelitian ini didanai dari KKP3N
Litbang Deptan tahun 2014 kepada NRM.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Nisa Mubarik, MSi dan Ir
Yadi Suryadi, MSc atas bimbingan dan arahannya selama penelitian dan
penyusunan skripsi berlangsung. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada Dr Sulistijorini selaku penguji ujian skripsi atas diskusi dan sarannya. Tak
lupa penulis sampaikan terima kasih kepada kedua orang tua dan kakak atas doa,
kasih sayang, dan dukungannya. Selain itu, rasa terima kasih penulis ucapkan
kepada seluruh pegawai di Laboratorium Mikrobiologi, BB Biogen, Bogor dan
rekan seperjuangan Biologi 47 atas bantuan dan dukungannya selama ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
pengetahuan.

Bogor, Agustus 2014

Olivia Joanika Putri

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

vi
vi
vi
 

Latar Belakang




Tujuan Penelitian


 

METODE
Bahan



Peremajaan Bakteri dan Cendawan



Formulasi A8 dengan Media Pembawa Biofilm




Uji Antagonisme Bakteri terhadap P. oryzae



Uji Viabilitas Formulasi Biofilm A8



Uji in Vivo Formula Biofilm A8 terhadap P. oryzae di Rumah Kaca


 

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan


11 

 

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

14 

Saran

14 

DAFTAR PUSTAKA

14

LAMPIRAN

16

RIWAYAT HIDUP


20

DAFTAR TABEL
1 Persentase penghambatan setiap mikrob uji terhadap P.oryzae dan populasi 6
sel mikrob uji
2 Persentase penghambatan formula biofilm A8 terhadap pertumbuhan miselia 6
P. oryzae
3 Viabilitas perlakuan formula biofilm A8
7
4 Skoring jumlah koloni bakteri pada formula biofilm A8 selama tiga bulan
7
5 Persentase penghambatan oleh formula biofilm A8 terhadap P. oryzae
11
minggu pertama dan kedua

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

4
5

Spora Pyricularia oryzae pada perbesaran 400x
Formula biofilm A8
Koloni bakteri formula biofilm A8 pada penyimpanan bulan ketiga
Gejala bercak daun pada 10 hsi pada perlakuan formula
Gejala bercak daun pada 14 hsi pada perlakuan formula


5
8
9
10

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Sifat varietas unggul Inpari 13
Komposisi media pertumbuhan
Sistem evaluasi standar IRRI (1998)
Uji antagonisme mikrob uji dan perlakuan formula
Analysis of Variance (ANOVA) intensitas serangan blas 10 hsi
Analysis of Variance (ANOVA) intensitas serangan blas 14 hsi

16 
16 
17 
17 
18 
18 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perubahan paradigma masyarakat Indonesia yang menjadikan beras sebagai
makanan pokok membuat para petani berusaha lebih keras untuk meningkatkan
produktivitas beras. Penyakit tanaman padi menjadi salah satu kendala untuk
meningkatkan produktivitasnya. Penyakit blas ialah salah satu penyakit serius
yang menginfeksi tanaman padi dan mampu membuat kerugian mencapai 90%
(Mukhlis dan Prayudi 2001). Serangan penyakit blas di Indonesia mencapai luas
1.285 juta ha atau sekitar 12% dari total luas areal pertanaman padi (BPS 2008).
Penyakit blas mampu menginfeksi tanaman padi pada fase vegetatif yang
menyerang bagian daun dan fase generatif yang menyerang bagian malai padi.
Penelitian ini memfokuskan satu macam peyakit blas padi, yaitu blas daun. Gejala
blas pada daun dicirikan dengan terbentuknya bercak berbentuk elips dengan
runcing dikedua ujungnya dan tepian bercak berwana coklat hingga putih keabuan
di bagian tengahnya (Ou 1979; Vanaraj et al. 2013).
Faktor pemicu serangan P. oryzae ialah curah hujan yang cukup tinggi dan
stabil, kandungan unsur hara, kelembaban relatif di atas 92%, penggunaan varietas
padi, dan teknik budidaya. Upaya yang saat ini masih dilakukan untuk
menanggulangi penyakit tersebut, yaitu penggunaan dan pergiliran varietas tahan,
fungisida sintetik, pemupukan berimbang, dan penentuan waktu tanam (Mukhlis
dan Prayudi 2001, Munoz 2008). Namun, upaya tersebut dirasa masih belum
efektif dan dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan manusia,
yaitu penggunaan fungisida yang terlalu sering mampu membuat P. oryzae
menjadi resisten, mengalami mutasi, dan mengganggu kesehatan manusia (Riana
2011).
Penggunaan biokontrol menjadi solusi terbaik untuk menggantikan peran
fungisida sintetik. Agens pengendali hayati (APH) merupakan biokontrol atau
pengendali alami untuk menghambat pertumbuhan organisme penyakit tanaman
(OPT). Bakteri sebagai APH mempunyai keunggulan, yaitu massa sel dapat
diproduksi lebih mudah dan lebih cepat. Genus bakteri yang berpotensi untuk
dijadikan sebagai APH, yaitu Bacillus dan Pseudomonas serta spesies Serratia
marcescens (Syachroni 2011; Sutarya et al. 2004). Menurut Nopiyanti (2013)
dalam penelitiannya bahwa, formula kosorsium A8 (Bacillus firmus, Bacillus
cereus, Pseudomonas aeruginosa, dan Serratia marcescens) dalam media
pembawa talk mampu menghambat pertumbuhan P. oryzae sebesar 95%.
Media pembawa terbaru yang digunakan dalam penelitian ini ialah media
pembawa biofilm. Karakteristik dari biofilm tersebut, yaitu struktur berupa gel
dan sifatnya yang lengket. Media pembawa diformulasikan dengan konsorsium
bakteri A8 membentuk suatu formula biofilm A8 yang dikemas ke dalam kemasan
plastik dan alumunium foil serta disimpan pada suhu ruang dan suhu kulkas.

2
Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengukur dan membandingkan viabilitas bakteri
dari formula biofilm A8 dalam bentuk kemasan plastik dan alumunium foil yang
disimpan pada suhu kulkas dan suhu ruang selama tiga bulan penyimpanan serta
mengukur keefektifannya sebagai agens pengendali hayati penyakit blas daun
pada tanaman padi di rumah kaca.

METODE

Bahan

Ada tiga isolat bakteri dan satu isolat cendawan koleksi dari Laboratorium
Konservasi Mikroba, BB-Biogen, yaitu B. firmus E65, P. aeruginosa C32b, S.
marcescens E31, dan isolat cendawan Pyricularia oryzae hasil isolasi dari padi
Inpari 13 (Inbrida Padi Irigasi) yang terserang blas di Kuningan, Jawa Barat.
Terdapat satu isolat bakteri koleksi Laboratorium Mikrobiologi, Departemen
Biologi, FMIPA, IPB, yaitu B. cereus II.14. Bibit padi yang digunakan ialah
varietas Inpari 13 (Lampiran 1). Isolat-isolat bakteri tergabung menjadi sebuah
konsorsium A8.

Peremajaan Bakteri dan Cendawan

Setiap isolat bakteri dimurnikan dengan metode kuadran untuk
mendapatkan koloni tunggal pada media cawan nutrient agar (NA). Koloni murni
diremajakan pada media tumbuh NA miring dan diinkubasi pada suhu ruang
selama 24-48 jam lalu disimpan pada suhu 4°C.
Cendawan P. oryzae diremajakan dalam media potato dextrose agar (PDA)
dan diinkubasi selama 15 hari pada suhu ruang. Spora cendawan tersebut
ditumbuhkan di dalam media oat meal agar (OMA) (Lampiran 2).

Formulasi A8 dengan Media Pembawa Biofilm

Isolat konsorsium A8 (B. firmus E65, B. cereus II.14, P. aeruginosa C32b,
dan S. marcescens E31) ditumbuhkan selama 24 jam dalam media nutrient broth
(NB) hingga jumlah sel mencapai 10-7-108 cfu/ml. Sebanyak 10 ml konsorsium
A8 dicampurkan dalam komposit media pembawa biofilm. Komposisi media
pembawa biofilm, yaitu kitosan, asam polilaktat (APL), pati, gliserol, dan CMC.

3
Media pembawa biofilm disterilisasi selama 1 jam pada suhu 121°C, 1 atm.
Pengemasan formula biofilm A8 dilapisi dengan plastik tahan panas lalu dikemas
ke dalam dua jenis kemasan, yaitu kemasan plastik tipe OPP/PP Multilayer dan
alumunium foil tipe Seal U/T Alu foil/ Metalis. Terdapat empat perlakuan formula
biofilm A8 dan satu kontrol, yaitu suhu kulkas plastik (SKP), suhu kulkas
alumunium foil (SKA), suhu ruang plastik (SRP), dan suhu ruang alumunium foil
(SRA). Perlakuan kontrol tanpa diinjeksikan dengan konsorsium A8. Formula
biofilm A8 kemudian disimpan selama tiga bulan, yaitu pada bulan ke 0, 1, 2, dan
3 yang digunakan untuk uji antagonis, uji viabilitas, dan uji in vivo di rumah kaca.

Uji Antagonisme Bakteri terhadap P. oryzae

Uji antagonis secara in vitro diujikan terhadap setiap isolat bakteri E65,
II.14, E31, C32b, konsorsium A8, kontrol negatif, dan empat perlakuan formula
biofilm A8 (SRA, SRP, SKA, dan SKP). Perlakuan kontrol negatif menggunakan
isolat P. oryzae dengan akuades steril. Setiap kultur isolat bakteri dalam NB yang
digunakan berumur 24 jam dengan populasi sel mencapai 107-108 cfu/ml. Metode
yang digunakan yaitu metode dual culture test. Media yang digunakan ialah PDA
dalam cawan yang berukuran 9 cm. Sebanyak 80 µl formula perlakuan dan P.
oryzae diletakkan secara berhadapan dengan jarak 3 cm. Semua perlakuan
diinkubasi selama 15 hari pada suhu ruang. Perlakuan formula biofilm A8 terlebih
dulu diencerkan ke dalam 9 ml garam fisiologis (NaCl 0,85%) pada pengenceran
10-1.
Perhitungan persentase penghambatan pertumbuhan miselia cendawan
patogen dilakukan menggunakan metode Fokkema (1983):
Persentase penghambatan =

 

%

M0 = diameter miselium cendawan patogen tanpa perlakuan formula (cm)
M1 = diameter miselium cendawan patogen dengan perlakuan formula (cm)

Uji Viabilitas Formulasi Biofilm A8

Uji viabilitas dilakukan menggunakan metode Total Plate Count (TPC)
dengan pengenceran serial. Terdapat empat perlakuan formula biofilm A8 (SRP,
SRA, SKP, dan SKA) dan satu kontrol. Perlakuan kontrol tanpa diinjeksikan
konsorsium A8. Sebanyak 1 g setiap perlakuan formula biofilm A8 diencerkan ke
dalam 9 ml garam fisiologis steril (NaCl 0,85%) kemudian dilakukan pengenceran
serial pada 10-1 hingga 10-7. Sebanyak 50 µl dari pengenceran 10-5, 10-6, dan 10-7
disebarkan ke dalam cawan petri sebanyak dua kali ulangan untuk menghitung
jumlah koloni bakteri. Uji viabilitas dilakukan selama tiga bulan pengamatan,
yaitu bulan ke-0, 1, 2, dan 3.

4
Uji in Vivo Formula Biofilm A8 terhadap P. oryzae di Rumah Kaca

Penanaman benih padi yang telah berkecambah dilakukan kurang lebih
selama 7 hari. Penyemprotan dilakukan secara preventif, yaitu sebelum
diinokulasikan dengan P. oryzae (Suryadi 2009). Penyemprotan formula biofilm
A8 dilakukan sebanyak tiga kali pada umur 2, 9, dan 16 hari setelah tanam (hst).
Konsenterasi formula biofilm A8 yang dibutuhkan yaitu 0,3 g/100ml atau 3%
yang dilarutkan dalam akuades steril. Inokulasi spora P. oryzae dalam akuades
steril dilakukan dengan cara penyemprotan langsung ke tanaman yang berumur 19
dan 21 hst. Terdapat enam perlakuan, yaitu SRP, SRA, SKP, SKA, kontrol positif,
dan kontrol negatif. Kontrol positif diberikan inokulasi P. oryzae tanpa
penyemprotan formula. Kontrol negatif tanpa inokulasi P. oryzae dan
penyemprotan formula. Kelembaban relatif rumah kaca saat inokulasi spora harus
di atas 90%. Pengamatan dilakukan pada 7 dan 14 hari setelah inokulasi (hsi).
Data hasil uji in vivo di rumah kaca dianalisis dengan Analysis of Variance
(ANOVA) menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Lampiran 5
dan 6). Adapun skoring intensitas serangan dari P. oryzae mengacu pada sistem
evaluasi standar IRRI (1988) (Lampiran 3), kemudian intensitas blas dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
IS=

∑    

IS = Intensitas serangan
n = Jumlah daun yang terkena blas
v = Nilai skor serangan
N = Jumlah semua daun yang diamati
V = Nilai skor serangan tertinggi

  V

× 100%

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

Pemurnian dan Peremajaan Isolat Bakteri dan Cendawan Patogen
Isolat bakteri tumbuh dengan baik pada umur 48 jam dan menunjukkan ciriciri koloni yang khas. Koloni E65 berbentuk bulat kecil sempurna, tepian sedikit
bergelombang, koloni kering, penataan menyebar, dan elevasi rata. Koloni E31
berbentuk bulat oval, tepian rata dan tipis, elevasi timbul dan basah. Koloni C32b
berbentuk bulat dengan tepian rata, tipis, dan transparan, serta elevasi timbul dan
licin. Koloni II.14 berbentuk bulat oval, tepian berombak, elevasi timbul, dan
sedikit basah. Isolat cendawan P. oryzae diremajakan selama 15 hari. Hifa tumbuh
dengan baik awal petumbuhan berwarna putih dan berubah menjadi warna hitam.

5
Penampakan spora berbentuk seperti buah alpukat, hifa biseptat, dan berwarna
hialin kecoklatan (Gambar 1). Spora mempunyai kerapatan sebesar 5x105
sel.ml.suspensi-1 dengan panjang sebesar 105,85 x 32,45 µm.

Gambar 1 Spora Pyricularia oryzae pada perbesaran 400x
Formulasi A8 dengan Media Pembawa Biofilm
Tekstur biofilm sebelum diinjeksi dengan konsorsium A8, yaitu kenyal
seperti gel, lengket dan berwarna kuning hingga cokelat (Gambar 2). Wujud
formula biofilm berubah setelah diinjeksikan konsorsium A8 menjadi sedikit cair
namun masih tetap terjaga kestabilan tekstur gelnya. Wujud biofilm A8 pada
perlakuan SRA dan SRP mulai berubah pada penyimpanan bulan ke-1. Wujud
berubah menjadi cair namun tetap lengket dan berwarna kuning hingga
kecokelatan, sedangkan perlakuan SKA dan SKP wujud biofilm stabil hingga
bulan ke-3.

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 2 Formula biofilm A8. (a) suhu ruang plastik, (b) suhu kulkas plastik, (c)
suhu ruang alumunium foil, (d) suhu kulkas alumunium foil.

6
Uji Antagonisme Bakteri terhadap P. oryzae
Hasil uji antagonisme secara in vitro umumnya menunjukkan adanya
aktivitas penghambatan oleh setiap perlakuan. Perlakuan isolat uji terbaik terdapat
pada isolat B. firmus E65 sebesar 87,76%. Bakteri antagonis mampu tumbuh lebih
cepat dibandingkan dengan cendawan patogen, sehingga pertumbuhan cendawan
terhambat. Isolat B.cereus II.14 tidak menunjukkan daya hambat terhadap P.
oryzae (Tabel 1, Lampiran4). Perlakuan kontrol (air steril) tidak menunjukkan
daya hambat dengan pertumbuhan miselia cendawan sebesar 9 cm.
Tabel 1 Persentase penghambatan setiap mikrob uji terhadap P. oryzae dan
populasi sel mikrob uji
Rata-rata diameter Rata-rata persentase
Log sel
miselia (cm)
penghambatan (%)
E65
1,10 ± 0,5
87,76
8,728
II.14
9,00 ± 0,00
00,00
8,835
C32b
2,45 ± 0,07
72,76
9,043
E31
4,80 ± 0,0
46,67
8,744
Konsorsium A8
4,20 ± 0,70
53,33
9,431
Kontrol negatif
9,00 ± 0,00
00,00
Keterangan: Kosorsium A8 (B. firmus E65, B. cereus II.14, P. aeruginosa C32b,
dan S. marcescens E3), Kontrol negatif (P. oryzae dan akuades
steril)
Perlakuan

Tabel 2 Persentase penghambatan formula biofilm A8 terhadap pertumbuhan
miselia P. oryzae
Formula biofilm
Rata-rata deameter
Rata-rata persentase
A8*
miselia (cm)
penghambatan (%)**
SRA
3,63 ± 0,18
59,72a
SRP
3,48 ± 0,32
61,38a
SKA
3,57 ± 0,24
60,28a
SKP
3,30 ± 0,28
63,00a
Kontrol negatif
9,00 ± 0,00
00,00b
Keterangan: *)SRA = suhu ruang alumunium foil, SRP = suhu ruang plastik,
SKA = suhu kulkas alumunium foil, SKP = suhu kulkas plastik,
kontrol negatif = P. oryzae dengan akuades steril
**)
Angka pada setiap kolom yang diikuti dengan huruf yang sama
tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan (DMRT)
pada taraf 5%.
Perlakuan konsorsium A8 (tanpa media pembawa) ternyata menghambat
tidak lebih baik dibandingkan dengan perlakuan formula biofilm A8 dengan
media pembawa. Perlakuan formula biofilm A8 memiliki persentase
penghambatan lebih tinggi dibandingan konsorsium A8 sebesar 53,33% (tanpa
media pembawa) (Tabel 1 dan 2, Lampiran 4). Perlakuan formula biofilm A8
tertinggi ialah perlakuan SKP, yaitu sebesar 63%. Rata-rata persentase

7
penghambatan terhadap P. oryzae pada semua perlakuan biofilm A8 memperoleh
hasil berbeda nyata terhadap kontrol negatif (Tabel 2).

Uji Viabilitas Formula Biofilm A8
Hasil viabilitas formula biofilm A8 pada empat perlakuan, yaitu SKA, SKP,
SRA, dan SRP diamati pada bulan ke-0, 1, 2, dan 3 (Tabel 3).
Tabel 3 Viabilitas perlakuan formula biofilm A8
Selisih log
sel bulan kePersentase
3
dari
bulan
log sel
0
1
2
3
ke-0
SRA
9,041
9,035
10,495 8,900
(-) 0,0155
(-) 1,55%
SRP
8,431
10,522
8,628
9,309
(+) 0,1041
(+)10,41%
SKA
8,212
8,648
9,190
7,556
(-) 0,0789
(-) 7,20%
SKP
7,838
10,760
9,283
7,490
(-) 0,0444
(-) 4,44%
Keterangan: SRA = suhu ruang alumunium foil, SRP = suhu ruang plastik,
SKA = suhu kulkas alumunium foil, SKP = suhu kulkas plastik
Jumlah log sel per bulan

Formula
biofilm A8

Hasil uji viabilitas perlakuan formula selama tiga bulan penyimpanan
mengalami penurunan log sel, kecuali pada perlakuan SRP. Persentase kenaikan
log sel tersebut melebihi jumlah log sel konsorsium A8 tanpa media pembawa
biofilm sebesar 10,41% (Tabel 1). Pada umumnya penurunan log sel terjadi pada
bulan ke-2. Penurunan log sel ini diiringi dengan perubahan dominasi spesies
pada formula biofilm A8. Spesies B. firmus E65 mendominasi formula biofilm
A8 pada bulan ke-0 dan 1, sedangkan spesies yang mendominasi pada bulan ke-2
dan ke-3 ialah P. aeruginosa (Tabel 4, Gambar 3).
Tabel 4 Skoring jumlah koloni bakteri pada formula biofilm A8 selama tiga bulan
Jumlah koloni pada bulan ke0
1
2
B. firmus E65
+++
+++
++
B. cereus II.14
++
+
+
P. aeruginosa C32b
++
++
+++
S. marcescens E31
+
+
++
Keterangan: +
: Sedikit
++
: Banyak
+++
: Sangat banyak
Isolat

3
+
++
+++
++

8

SRA

SKA

SRP

SKP

Gambar 3 Koloni bakteri formula biofilm A8 pada penyimpanan bulan ketiga.
( ) P. aeruginosa, (
) B. cereus, (
) B. firmus, dan (
)
S. marcescens.

Uji in Vivo Formula Biofilm A8 terhadap P. oryzae
Penyemprotan formula pada tamanan berumur 2 hst. Bercak muncul dengan
jelas pada 10 hsi. Gejala bercak daun berbentuk oval dengan ujung runcing,
berwarna kecoklatan. Bercak tumbuh dari pinggir daun lalu menyebar ke bagian
tengah daun. Bercak berkembang disertai dengan perubahan warna menjadi putih
keabuan dibagian tengahnya (Gambar 3 dan 4). Intensitas serangan blas daun
diamati pada 10 hsi dan 14 hsi (Tabel 5). Formula yang digunakan ialah formula
biofilm A8 berumur tiga bulan penyimpanan.

9

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)

Gambar 4 Gejala bercak daun pada 10 hsi pada perlakuan formula. (a) suhu ruang
alumunium foil (SRA), (b) suhu ruang plastik (SRP), (c) suhu kulkas
plastik (SKP), (d) suhu kulkas alumunium foil (SKA), (e) kontrol
positif, (f) kontrol negatif

10

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(f)

Gambar 5 Gejala bercak daun 14 hsi pada perlakuan formula. (a) suhu ruang
alumunium foil (SRA), (b) suhu ruang plastik (SRP), (c) suhu kulkas
plastik (SKP), (d) suhu kulkas alumunium foil (SKA), (e) kontrol
positif, (f) kontrol negatif

11
Tabel 5 Persentase penghambatan oleh formula biofilm A8 terhadap P. oryzae
minggu pertama dan kedua

Perlakuan

IS pada 10 hsi
(%)*

Persentase
penghambatan
(%)**
58,59
59,73
67,65
61,79

IS pada 14 hsi
(%)*

Persentase
penghambatan
(%)**
44,89
12,99
33,86
18,50

SRA
16,26b
25,92c
b
SRP
15,80
40,93ab
SKA
12,70b
31,11bc
b
38,33ab
SKP
15,00
Kontrol
47,04a
39,26a
positif
Keterangan: *)Angka pada setiap kolom yang diikuti dengan huruf yang sama
tidak
berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada
taraf 5%.
**)
 
%, C = tanaman tanpa perlakuan formula, T = tanaman
dengan perlakuan formula

Pengamatan intensitas serangan setiap perlakuan pada minggu pertama
memperoleh hasil tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya dan berbeda
nyata dengan perlakuan kontrol. Persentase penghambatan tertinggi pada minggu
pertama diperoleh pada perlakuan SKA, yaitu 67,65%. Namun, pada pengamatan
minggu kedua perlakuan SRP dan SKP memperoleh hasil intensitas serangan
tidak berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol dan berbeda nyata terhadap
perlakuan SRA dan SKA. Perlakuan SKA mampu menghambat pertumbuhan P.
oryzae dengan baik hanya sampai pada minggu pertama pengamatan, yaitu 10 hsi
saja. Persentase penghambatan tertinggi diperoleh pada perlakuan SRA, yaitu
sebesar 44,89%.

Pembahasan

Pengamatan spora dengan menggunakan mikroskop cahaya pada perbesaran
400x terdapat 1-2 sel spora berbentuk seperti buah alpukat dan berwarna hialin
kecoklatan. Spora P. oryzae yang diamati mempunyai ukuran sebesar 105,85x
32,45 µm. Hal ini sejalan dengan pernyataan Ou (1972) bahwa memiliki hifa
epipilus, biseptat, hialin, mempunyai apendik, berbentuk bulat meruncing, dan
terdapat penebalan dibagian dasar. Ukuran spora P. oryzae berkisar antara dengan
panjang 60-120µm (Mukhlis dan Prayudi 2001, Listiyowati et al. 2009).
Pengukuran serangan blas padi secara in vitro diuji pada setiap isolat bakteri,
konsorsium A8, dan dengan perlakuan formula biofilm A8 dilakukan untuk
mengetahui keefektifannya. Hasil pengamatan uji in vitro pada semua perlakuan
formula biofilm A8 tidak berbeda nyata. Perlakuan SRP, SRA, SKP, dan SKA
terjadi perubahan warna pada media menjadi kuning bening di antara
pertumbuhan bakteri dengan cendawan atau terbentuknya zona bening. Hal ini
sejalan dengan Octriana (2011), bahwa mekanisme kompetisi ditandai dengan

12
terjadinya perebutan ruang, makanan dan oksigen antara APH dengan
mikroorganisme lawannya. Selain itu, terjadi kompetisi ruang dan nutrisi media.
Menurut Octriana (2011), ada tiga mekanisme agen pengendali hayati di
antaranya kompetisi, antibiosis, serta lisis dan parasitisme. Mekanisme antagonis
pada percobaan meliputi kombinasi antara kompetisi dengan antibiosis..
Mekanisme antibiosis ditandai dengan terbentuknya zona hambat dan perubahan
warna media akibat metabolit sekunder bakteri berupa antibiotik. Semua
perlakuan menunjukkan ciri tersebut, kecuali pada isolat E31 hanya menunjukkan
ciri dari mekanisme kompetisi saja dan tidak terjadi perubahan warna (Lampiran
4). Pertumbuhan P. oryzae lebih mendominasi daripada pertumbuhan bakteri,
artinya isolat bakteri E31dihambat oleh cendawan patogen.
Menurut Emmert dan Handelsman (1999), bakteri Gram positif mempunyai
keuntungan sebagai biokontrol alami melalui pembentukan endospora.
Penelitianya melaporkan bahwa B.cereus memproduksi dua macam antibiotik,
yaitu Zwittermisin A dan kanosamin. Spesies B. cereus juga mampu
memodifikasi komposisi ion dalam media tumbuhnya, seperti kenaikan pH,
mengikat Ca, dan mengeksresi amonia. Kombinasi tersebut sangat beracun untuk
zoospora cendawan, sehingga menyebabkan pembengkakan dan lisis.
Genus Pseudomonas mampu menghasilkan siderofor (pyoverdin dan
pseudobacin), antibiotik, metabolit sekunder lainnya (Sutarya et al. 2004), dan
enzim kitinase (Yurnaliza 2002). Siderofor yang diproduksi oleh genus ini
tumbuh pada kondisi lingkungan yang miskin ion Fe. Senyawa ini mengelat ion
Fe, sehingga spora cendawan terhambat pertumbuhannya. Selain itu, antibiotik
yang dihasilkan oleh genus ini juga dapat memacu ketahanan tanaman terhadap
penyakit dan menghambat perkembangan populasi organisme penyebab penyakit
tanaman (Sutarya et al. 2004).
Penggunaan APH sebagai biokontrol harus mempunyai beberapa
karakteristik. Menurut Djatmiko et al. (2007), APH yang baik mampu
memanfaatkan senyawa karbon dan nitrogen, mendegradasi makromolekul,
tumbuh dalam berbagai suhu dan kadar garam, serta mampu tumbuh dalam media
yang mengandung senyawa kitin dan pektin. Dalam penelitiannya dilaporkan
bahwa genus Bacillus dan Pseudomonas memenuhi syarat tersebut dan
mempunyai spektrum yang luas. Kedua genus tersebut menghasilkan metabolit
sekunder berupa antibiotik berspektrum luas.
Konsorsium bakteri A8 diuji daya tahannya selama tiga bulan penyimpanan
dalam media pembawa biofilm. Struktur gel dan tekstur yang lengket berasal dari
perpaduan antara gliserol, kitosan, dan CMC. Kitosan mempunyai beragam
bentuk dan kegunaannya, kitosan yang digunakan dalam media pembawa ini
berupa serbuk karena mudah dilarutkan dan mempunyai kemurnian yang tinggi
(Hirano et al. 1987). Menurut Sugita (2009), dalam bidang pertanian dan pangan
kitosan bermanfaat dalam pembentukan gel, penstabil, pembentuk tekstur, dan
bahan pengental. Gliserol dalam komposisinya berperan untuk meningkatkan dan
memperbaiki sifat plastis struktur biofilm. Selain itu, gliserol merupakan
plasticizer yang bersifat hidrofilik, sehingga cocok untuk bahan pembentuk film
yang bersifat hidrofobik seperti pati. Paduan komposisi media pembawa tersebut
sangat cocok untuk diaplikasikan di lapang.
Hasil viabilitas selama tiga bulan terbaik didapati pada perlakuan SRP
karena mengalami kenaikan log sel sebesar 10,41. Viabilitas bakteri yang baik dan

13
stabil ditentukan oleh kemampuan bahan pembawa yang dapat mempertahankan
kandungan air dan pH yang netral serta kemampuan bakteri dalam pemanfaatan
dan efisiensi sumber karbon selama aktivitas hidupnya (Meylinda 2013).
Populasi bakteri dalam bentuk konsorsium pasti mengalami fluktuatif
pertumbuhan (Nugroho et al. 2007). Isolat B. firmus mendominasi pertumbuhan
konsorsium A8 pada bulan ke-0 dan ke-1, sedangkan isolat P. aeruginosa
mendominasi pada bulan ke-2 dan ke-3. Menurut Sutarya et al. (2004), zat anti
bakteri yang dihasilkan oleh genus Pseudomonas diduga penyebab menurunnya
viabilitas B. firmus. Selain itu, kemampuan genus Bacillus dalam pembentukan
endospora dalam cekaman nutrisi yang sudah tidak diduga sebagai penyebab
penurunan viabilitasnya. isolat S. marcescens yang memiliki tingkat adaptasi
terbaik meskipun tidak mendominasi spesies ini meningkat jumlah selnya pada
setiap bulannya (Gambar 3).
Kenaikan dan penurunan jumlah populasi sel bakteri berhubungan dengan
dinamika populasi bakteri. Nugroho (2007) dalam penelitiannya melaporkan
bahwa, jumlah log sel yang meningkat pada perlakuan SRP dan SKP pada bulan
kedua diduga berkaitan erat dengan keanekaragaman jenis dan kelimpahannya
masing-masing. Perubahan dominansi bakteri juga mempengaruhi terhadap
jumlah sel yang naik dan turun hingga bulan ketiga. Spesies yang mendominansi
ialah spesies yang mampu memanfaatkan nutrisi dengan baik dan mulai
mengalami penurunan populasi sel saat nutrisi menipis, sehinga dapat digantikan
oleh spesies lain yang cocok terhadap substrat hasil degradasi sebelumnya.
Kenaikan log sel pada perlakuan SRP diduga akibat sifat kemasan plastik
jenis polipropilen (PP) yang stabil terhadap suhu tinggi, tidak bereaksi dengan
bahan, dan memiliki permeabilitas uap air dan oksigen yang rendah. Kestabilan
sifat kemasan tersebut dapat mengendalikan suhu dan mencegah migrasi
komponen volatil (Sunoto 2006; Budiyanto 2012). Berhubung terjadinya
perubahan fisik yang terjadi pada media pembawa biofilm.
Dinding sel cendawan tersusun atas polisakarida (kitin dan selulosa), sedikit
protein, lemak, dan ion-ion organik. Jenis kitin penyusun cendawan ialah β-1,4 Nasetilglukosamin (Yurnaliza 2002). Mekanisme penghambatan pertumbuhan
cendawan diduga disebabkan interaksi senyawa-senyawa metabolit sekunder yang
dihasilkan oleh bakteri. Shobha dan Kamudini (2012) melaporkan bahwa secara
umum genus Bacillus mampu menghasilkan senyawa antifungi berupa enzim
kitinase dan glukanase yang berperan penting dalam pendegradasian dinding sel
cendawan. Akibat terdegradasinya dinding sel tersebut, pertumbuhan cendawan
patogen akan terhambat.
Varietas inpari 13 merupakan salah satu varietas tahan blas. Varietas tahan
ini merupakan salah satu pertahanan struktural tanaman untuk melawan serangan
blas. Varietas tahan pada umumnya mempunyai kadar silikat yang cukup mampu
menahan perkembangan cendawan setelah terjadinya penetrasi dan ketahanan
fisik jaringan epidermis daun (Mukhlis dan Prayudi 2001). Dewi et al. (2013)
dalam penelitiannya melaporkan bahwa dari 21 genotip padi yang diteliti, varietas
Inpari 13 mempunyai ketebalan epidermis paling tinggi sebesar 30,02 mm x10-3,
sehingga varietas ini dapat menahan penetrasi apresoria P. oryzae lebih baik dari
yang lain.

14

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Formula biofilm A8 yang terdiri atas Bacillus firmus E65, Bacillus cereus
II.4, Pseudomonas aeruginosa C32b, dan Serratia marcescens E31 mampu
mempertahankan wujudnya pada penyimpanan suhu kulkas dan wujud menjadi
cair pada penyimpanan suhu ruang. Pengujian viabilitas formula biofilm A8
selama tiga bulan dan uji in vitro terbaik terdapat pada perlakuan suhu ruang
plastik (SRP) yang mengalami kenaikan sebesar 10,41% dengan persentase
penghambatan sebesar 61,38%. Perlakuan suhu kulkas plastik (SKP) mempunyai
persentase penghambatan tertinggi terhadap P. oryzae sebesar 63%, namun
viabilitas perlakuan SKP mengalami penurunan sebesar 4,44%. Uji in vivo pada
perlakuan biofilm A8, yaitu SRA memperoleh hasil persentase pengahambatan
terhadap Pyricularia oryzae terbaik untuk diaplikasikan ke lapang pada
pengamatan 10 dan 14 hsi, yaitu sebesar 58,89% dan 44,89% karena hasilnya
berbeda nyata terhadap kontrol.

Saran

Pengemasan formula biofilm A8 akan lebih efektif jika dikemas dalam
kemasan botol plastik untuk menghindari kebocoran dan kontaminasi. Pada
penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengukuran kadar atau konsentrasi formula
biofilm A8 terbaik dalam aplikasi ke lapang.

DAFTAR PUSTAKA

[BBPTP] Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2010. Inpari-13 varietas unggul
baru padi sawah tahan wereng batang coklat. Bogor (ID): Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi.
[BPS] Badan Pusat Statistika. 2008. Statistika Indonesia 2008. Jakarta (ID):
Badan Pusat Statistika.
Budiyanto MP. 2012. Pengaruh jenis kemasan dan kondisi penyimpanan terhadap
mutu dan umur simpanan produk keju lunak rendah lemak [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Dewi IM, Cholil A, Muhibuddin A. 2013. Hubungan karakteristik jaringan daun
dengan tingkat serangan penyakit blas daun (Pyricularia oryzae cav.)
padabeberapa genotipe padi (Oryza sativa L.). JHP. 1(2):10-18.

15
Djatmiko HA, Arwiyanto T, Hadisutrisno B, Sunarminto BH. 2007. Potensi tiga
genus bakteri dari tiga rhizosfer tanaman sebagai agensia pengendali
hayati penyakit lincat. J Ilmu-Ilmu Pertan Indones. 9(1):40-47.
Emmert EAB, Handelsman J. 1999. Biocontrol of plant ddesease: a (Gram-)
positive perspective. FEMS Microbiol Lett. 171:1-9.
Fokkema NJ. 1983. Naturally-occurring biological control in the phyllosphere.
INRA. 18(1):71-79.
Hirano S, Sato N, Yoshida S, Kitagawa S. 1987. Chemical Modification of Chitin
and Chitosan, and Their Application in Industrial Polysaccharides.
Amsterdam (NL): Elsevier.
[IRRI] International Rice Research Institute. 1988. Standard Evaluation System
for Rice. Los Banos (PH): International Rise Research Institute.
Kurniati R. 2011. Inpari 13 padi sangat genjah dan tahan wereng cokelat. Bul
Sinartani. 5-11(3387):15-16.
Listiyowati S, Widyastuti U, Rahayu G, Hartana A, Jusuf M. 2009. Hubungan
kemampuan pergantian inang dengan plastisitas genetika pada cendawan
blas padi. J Ilmu Pertan Indones. 14(2):133-140.
Meylinda R. 2013. Uji viabilitas formulasi bakteri A6 sebagai agens hayati dan
aplikasinya pada tanaman padi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Mukhlis H, Prayudi B. 2001. Pengendalian penyakit blas pada padi di lahan rawa
pasang surut. Di dalam: Prayudi B, Mukhlis H, Thamrin M, editor.
Monograf; 2001 November. Bogor (ID): Departemen Pertanian, Balai
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Penelitian Tanaman
Pangan Lahan Rawa. Hlm73-86.
Munoz MC. 2008. The effect of temperature and relative humadity on the airbone
concentration of Pyricularia oryzae spores and the development of rice
blast in southern Spain. J Agri Res. 6(1):61-69
Nopiyanti U. 2013. Uji viabilitas formulasi A8 sebagai agen hayati dan
aplikasinya pada tanaman padi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Nugroho A. 2007. Dinamika populasi konsorsium bakteri hidrokarbonoklastik:
Studi kasus biodrgradasi hidrokarbon minyak bumi skala laboratorium. J
Ilmu Dasar. 8(1):13-23
Nugroho A, Effendi E, Annisa F. 2007. Pertumbuhan konsorsium isolat bakteri
asal Benakat pada media minyak bumi bersalinitas tinggi: Studi kasus
biodegradasi minyak bumi skala laboratorium. J Ilmu Dasar. 8(2):186-192.
Octriana L. 2011. Potensi agen hayati dalam menghambat pertumbuhan Phytium
sp. secara in vitro. Bul Plasma Nutfah. 17(2):138-142.
Ou SH. 1972. Rise Disease. Ed Ke-1. Kew Surrey (GB): Commonwealth
Mycological Institut.
Riana E. 2011. Seleksi dan formulasi konsorsium bakteri untuk mengendalikan
penyakit blas (Pyricularia oryzae) pada tanaman padi [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Shobha G, Kumunidi BS. 2012. Antagonistic effect of the newly isolated PGPR
Bacillus spp. on Fusarium oxysporum. J Appl Sci Eng Res. 1(3):464474.

16
Sugita P. 2009. Kitosan: Sumber Biomaterial Masa Depan. Bogor (ID): IPB
Press.
Sunoto R. 2006. Pengaruh jenis kemasan terhadap kualitas dan umur simpanan
kripik nangka [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Katolik
Soegijapranata.
Suryadi Y. 2009. Efektivitas Pseudomonas flourescens terhadap penyakit layu
bakteri (Ralstonia solanacearum) pada tanaman kacang tanah. J HPT
Trop. 9:174-180.
Sutarya H, Mihardja S, Sanusi I. 2004. Mikroba antagonis sebagai agen hayati
pengendali penyakit tanaman. Warta Penel Pengemb Pertan Indones.
26(2):6-7.
Syachroni FA. 2011. Efektivitas formulasi konsorsium bakteri sebagai pengendali
penyakit hawar pelepah daun tanaman padi [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Vanaraj P, Kandasamy S, Ambalavanan S, Ramalingam R, Sabariyappan R.
2013. Variability in Pyricularia oryzae from different rice growing regions
on Tamil Nadu, India. J Microbiol Res. 7(26):3379-3388.
Yurnaliza. 2002. Senyawa kitin dan kajian aktivitas enzim mikrobial
pendegradasinya. USU Digital Library. Medan (ID): Universitas
Sumatera Utara.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Sifat varietas unggul Inpari 13
Nama varietas
Nomor galur
Asal persilangan
Bentuk beras
Bentuk tanaman
Tekstur nasi
Kadar amilosa
Umur tanaman
Tinggi tanaman
Warna gabah
Anakan produktif
Ketahanan hama
Ketahanan penyakit

: Inbrida Padi Irigasi (Inpari13)
: OM 1490
: OM 606/IR 18348-36-3-3
: Panjang dan ramping
: Tegak
: Pulen
: 22,40%
: 103 hari
: 101 cm
: Kuning bersih
: 17 malai
: Wereng biotipe 1, 2, dan 3
: Agak rentan terhadap Hawar Daun Bakteri (HDB) III, VI
Tahan blas ras 033, agak tahan blas ras 133, 073, dan 173
Tahun dilepas
: 2009
Anjuran
: Cocok ditanaman di sawah tadah hujan dataran rendah
sampai ketinggian 600 mdpl
(BBPTP 2010; Kurniati 2011)

17
Lampiran 2 Komposisi media pertumbuhan
Media potato dextrose agar (PDA)
Komposisi
Kentang
Dekstrosa
Agar-agar
Akuades

Jumlah
300 g
20 g
30 g
1000ml

Media oatmeal agar (OMA)
Komposisi
Oatmeal
Sukrosa
Agar-agar
Akuades

Jumlah
50 g
5g
30 g
1000 ml

Media nutrient agar (NA)
Komposisi
Nutrient agar
Agar-agar
Akuades

Jumlah
13 g
30 g
1000 ml

Lampiran 3 Sistem evaluasi standar IRRI (1998)
Skala penilaian
0
1
3
5
7
9

Penilaian
Sangat tahan (tidak terdapat gejala serangan)
Tahan (terdapat bercak sebesar ujung jarum)
Agak tahan (terdapat bercak blas, luas daun terserang 1-5%)
Sedang (terdapat bercak blas, luas daun terserang 6-25%)
Agak peka (terdapat bercak blas, luas daun terserang 26-50%)
Peka (terdapat bercak blas, luas daun terserang 51-100%)

18
Lampiran 4 Uji antagonisme in vitro mikrob uji dan perlakuan formula

a
b

SKA

SKP

SRA

SRP

kosorsium A8

E65

Kontrol

C32b

E31

Keterangan:
a
: diameter pertumbuhan mikrob
b
: diameter pertumbuhan cendawan P. oryzae

19
Lampiran 5 Analysis of Variance (ANOVA) intensitas serangan blas 10 hsi
Sumber
Keragaman

Derajat
bebas
(db)

Jumlah
Kuadrat
(JK)

Kuadrat
Tengah
(KT)

Perlakuan

4

2883,57

720,89

Galat
Total
Rata-Rata
CV
LSD .05
LSD .01

25
29

1186,22
4069,78

47,45
140,34

F
hitung
15,19
-

Rata-rata intensitas serangan blas daun pada 10 hsi
Ulangan
Perlakuan
1
2
3
4
Kontrol
31,11
50,00
35,56
36,67
SRA
14,44
10,00
22,00
16,67
SRP
13,38
5,55
19,75
16,67
SKP
17,78
6,67
7,78
11,11
SKA
26,67
10,00
7,77
14,00

F.05

F.01

FProb

2,67

4,17

0,00

-

-

19,80
34,78%
8,19
11,08

5
34,44
23,33
22,22
22,22
12,22

6
47,78
11,11
17,28
24,44
5,55

RataRata
39,26
16,26
15,81
15,00
12,70

Lampiran 6 Analysis of Variance (ANOVA) intensitas serangan blas 10 hsi
Sumber
Keragaman

Derajat
bebas
(db)

Jumlah
Kuadrat
(JK)

Kuadrat
Tengah
(KT)

Perlakuan

4

1648,55

412,14

Galat
Total
Rata-Rata
CV
LSD .05
LSD .01

25
29

1875,28
3523,83

75,01
121,51

F
hitung
5,49

Rata-rata intensitas serangan blas daun pada 14 hsi
Ulangan
Perlakuan
1
2
3
4
Kontrol
68,89
48,89
44,44
48,89
SRA
26,67
24,44
24,44
30,00
SRP
40,00
35,56
41,11
40,00
SKP
42,22
42,22
37,78
40,00
SKA
42,22
42,22
23,33
17,78

-

F.05

F.01

FProb

2,67

4,17

0,0029

-

-

5
31,11
31,11
41,11
40,00
18,89

6
40,00
18,88
47,78
27,78
42,22

36.66
23,62 %
10.30
13.94

RataRata
47,04
40,93
40,93
38,33
31,11

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 27 Juli 1992 dari seorang bapak
bernama Irjon Chaniago dan seorang ibu bernama Ani Jatnika. Penulis merupakan
anak kedua dari dua bersaudara. Penulis lulusan dari SMAN 98 Jakarta tahun
2007 dan memasuki jenjang universitas pada tahun 2010 di Institut Pertanian
Bogor (IPB) dengan program studi mayor Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA) melalui jalur Ujian Saringan Masuk IPB (USMI).
Selama masa studi berlangsung, penulis pernah bergabung dalam organisasi
Forum Scientific for Studiest (FORCES) pada tahun 2010-2012 dan Himpunan
Mahasiswa Biologi (HIMABIO) pada tahun 2013. Penulis juga pernah meraih
pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan (PKMK) pada tahun
2012 yang didanai oleh DIKTI. Penulis juga berpartisipasi menjadi asisten
praktikum Biologi Dasar pada tahun 2013-2014.
Penulis melaksanakan kegiatan studi lapangan tahun 2012 di Tanaman
Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Cibodas dengan judul Reduksi
Nitrat Ekosistem Akuatik di TNGGP di bawah bimbingan Dr Ir Iman Rusmana,
MSi. Penulis juga telah melakukan praktik lapangan di Pusat Studi Satwa Primata
(PSSP)- LPPM IPB, Bogor pada tahun 2013 dengan judul Pengklonaan Gen
Penyandi Protein virB9 Bakteri Ehrlichia canis di Pusat Studi Satwa Primata
LPPM IPB di bawah bimbingan Dr Nunik Sri Ariyanti, MSi dan Dr Uus
Saepuloh , MSi.