Uji Viabilitas Formulasi Bakteri A8 sebagai Agens Hayati dan Aplikasinya pada Tanaman Padi

UJI VIABILITAS FORMULASI BAKTERI A8
SEBAGAI AGENS HAYATI DAN APLIKASINYA
PADA TANAMAN PADI

ULFAH NOPIYANTI

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Uji Viabilitas
Formulasi Bakteri A8 dan Aplikasinya pada Tanaman Padi adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2013

Ulfah Nopiyanti
NIM G34090035

ABSTRAK
ULFAH NOPIYANTI. Uji Viabilitas Formulasi Bakteri A8 sebagai Agens Hayati
dan Aplikasinya pada Tanaman Padi. Dibimbing oleh NISA RACHMANIA
MUBARIK dan YADI SURYADI.
Penurunan produksi padi yang utama terjadi di Indonesia dilaporkan
antara lain disebabkan oleh penyakit blas oleh cendawan Pyricularia oryzae (PO),
hawar pelepah daun oleh Rhizoctonia solani (RS), dan hawar daun bakteri oleh
bakteri patogen Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Beberapa bakteri dapat
digunakan sebagai agens hayati dalam menekan gejala penyakit pada tanaman.
Penelitian ini bertujuan mengetahui viabilitas formulasi A8 sebagai agens hayati
dan menguji aplikasi keefektifannya dalam mengendalikan penyakit blas, hawar
pelepah daun (HPD), dan hawar daun bakteri (HDB) pada tanaman padi Inpari 13

sesudah masa penyimpanan satu bulan formulasi. Viabilitas konsorsium A8 dalam
media pembawa talk cenderung stabil dari bulan ke-0 sampai ke-2. Berdasarkan
uji in vivo, pemberian formulasi A8 pada padi Inpari 13 secara preventif dapat
menekan pertumbuhan penyakit blas, HDB, dan HPD. Intensitas penghambatan
formulasi A8 paling besar didapatkan terhadap penyakit blas yaitu sebesar
75.957%.
Kata kunci: blas, formulasi A8, hawar daun bakteri, hawar pelepah daun

ABSTRACT
ULFAH NOPIYANTI. Viability test of A8 Bacterial Formulations as Biological
Agents and Its Application in Rice Plant. Supervised by NISA RACHMANIA
MUBARIK and YADI SURYADI.
Major decline of rice production in Indonesia, was decreases caused by
blast (Pyricularia oryzae), sheath blight (SHB) caused by Rhizoctonia solani, and
bacterial leaf blight (BLB) caused by a bacterial pathogen Xanthomonas oryzae
pv. oryzae (Xoo). Several bacteria can be used as biological agents in suppressing
plant disease. The objectives of this research are to know the viability of A8
bacterial formulation as biological agents and its effectiveness in controlling blast
disease, sheath blight, and bacterial leaf blight in rice cv. Inpari 13 after one
month formulation storage period. Viability of consortium A8 in talcum powder

was stable from 0 to 2 month. Based on in vivo test, preventive application of A8
bacterial formulation to Inpari 13 rice plant suppressed the growth of blast, SHB,
and BLB. The highest inhibition of A8 bacterial formulation against the blast
reached 75.957%.
Key words: blast, A8 bacterial formulation, bacterial leaf blight, sheath blight

UJI VIABILITAS FORMULASI BAKTERI A8
SEBAGAI AGENS HAYATI DAN APLIKASINYA
PADA TANAMAN PADI

ULFAH NOPIYANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTAIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Uji Viabilitas Formulasi Bakteri A8 sebagai Agens Hayati dan
Aplikasinya pada Tanaman Padi
Nama
: Ulfah Nopiyanti
NIM
: G34090035

Disetujui oleh

Dr Nisa Rachmania Mubarik, MSi
Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana, MSi
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

Ir Yadi Suryadi, MSc
Pembimbing II

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 sampai Juni 2013 ini ialah
biocontrol, dengan judul Uji Viabilitas Formulasi Bakteri A8 sebagai Agens
Hayati dan Aplikasinya pada Tanaman Padi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Nisa Rachmania Mubarik
dan Bapak Ir Yadi Suryadi selaku pembimbing atas bimbingan dan pengarahan
yang diberikan. Demikian pula kepada Dr Nunik Sri Ariyanti, MSi sebagai dosen
penguji dan wakil komisi pendidikan atas saran dan masukan yang diberikan.
Terimakasih kepada Ibu Aminah, Bapak Jajang, Bapak Wawan, Ibu Susi, Mas
Alam, dan Mas Ugi di Laboratorium Konservasi Mikrob BB Biogen atas segala
bantuan dan saran yang diberikan selama melakukan penelitian. Di samping itu,
ungkapan terima kasih penulis sampaikan atas dukungan dana yang diberikan oleh
program KKP3N 2013 melalui Dr Nisa Rachmania Mubarik, MSi dan tim untuk

penelitian ini.
Terima kasih kepada bapak, mamah (alm), ibu, teteh, ade, dan keluarga
besar atas do’a, dukungan, dan kasih sayangnya. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada Icha, Yani, Baher, Lilia, Dini, Routh, Dhyah, dan Agustinus,
serta teman-teman biologi 46 atas semangat yang telah diberikan, kepada keluarga
WBA Kak Lintang, Dea, Kak Dina, Kak Dian, Vina, Kak Ida, Kak Wastu, Irna,
dan Kak Kiki atas semangat dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.

Bogor, November 2013
Ulfah Nopiyanti

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

BAHAN DAN METODE
Bahan

2


Peremajaan Isolat Bakteri dan Cendawan

2

Uji Antagonisme Konsorsium A8 terhadap Cendawan dan Bakteri Patogen

2

Pembuatan Formulasi A8 dengan Bahan Pembawa Talk

3

Pengujian Viabilitas Formulasi

3

Aplikasi Formulasi Bakteri A8 terhadap P. oryzae, R. solani, dan Xoo secara
in vivo

3


HASIL
Peremajaan Isolat Bakteri dan Cendawan Patogen

4

Uji Antagonisme Konsorsium A8 terhadap Cendawan dan Bakteri Patogen

4

Pengujian Viabilitas Formulasi Bakteri A8

5

Aplikasi Formulasi Bakteri A8 (Satu Bulan Penyimpanan) terhadap
P. oryzae secara in vivo

6

Aplikasi Formulasi Bakteri A8 (Satu Bulan Penyimpanan) terhadap

R. solani secara in vivo

7

Aplikasi Formulasi Bakteri A8 (Satu Bulan Penyimpanan) terhadap Xoo
secara in vivo

8

PEMBAHASAN

8

SIMPULAN

11

DAFTAR PUSTAKA

12


LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

22

DAFTAR TABEL
1 Persentase penghambatan konsorsium A8 terhadap P. oryzae, R. solani,
dan Xoo
2 Viabilitas masing-masing isolat bakteri sebelum formulasi
3 Viabilitas konsorsium A8 setelah formulasi
4 Pengaruh aplikasi formulasi A8 terhadap intensitas penyakit blas
berdasarkan penilaian IRRI (1988)
5 Pengaruh aplikasi formulasi A8 terhadap penyakit hawar pelepah daun
6 Perkembangan penghambatan HPD
7 Penghambatan formulasi A8 terhadap hawar daun bakteri (HDB)

5
6
6
6
7
8
8

DAFTAR GAMBAR
1 Hasil uji antagonis konsorsium A8 terhadap cendawan patogen (a) P.
oryzae (b) R. solani (c) Xoo
2 Persentase TLR penyakit hawar pelepah daun (HPD) pada kontrol ( )
dan formulasi ( ) dari minggu ke-0 sampai minggu ke-3

5
7

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Sifat varietas unggul padi Inpari 13
Komposisi media tumbuh bakteri dan cendawan
Peremajaan bakteri dan cendawan
Formulasi bakteri A8 dengan bahan pembawa talk
Spora P. oryzae
Gejala penyakit blas pada padi Inpari 13
Penilaian pengaruh aplikasi formulasi A8 terhadap penyakit blas
berdasarkan IRRI (1988)
8 Penyakit hawar pelepah daun (HPD) pada padi Inpari 13 di rumah kaca
9 Penilaian pengaruh aplikasi formulasi A8 terhadap penyakit hawar
pelepah daun (HPD) berdasarkan IRRI (1998)
10 Penyakit hawar daun bakteri (HDB) pada padi Inpari 13

15
15
16
17
17
17
18
18
19
21

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertanian di Indonesia berperan sebagai penunjang kehidupan masyarakat
Indonesia, khususnya di bidang pangan. Permasalahan utama produksi padi di
Indonesia antara lain penyakit yang menyerang tanaman padi, seperti penyakit
hawar pelepah daun (HPD) yang disebabkan cendawan Rhizoctonia solani
(Prayudi 2000), penyakit blas karena terserang oleh Pyricularia oryzae, dan
penyakit hawar daun bakteri (HDB) oleh bakteri patogen Xanthomonas oryzae pv.
oryzae. Ketiga penyakit tersebut telah menyebabkan terjadinya penurunan
produksi padi yang cukup parah di Indonesia, baik dari kualitas maupun kuantitas.
Pengendalian penyakit-penyakit tersebut melalui pemberian fungisida dengan
dosis yang berlebihan dapat memberikan dampak negatif pada jangka panjang
seperti masalah lingkungan, kesehatan, dan meningkatkan perkembangan populasi
jasad pengganggu tanaman, sehingga perlu dilakukan upaya pemanfaatan dan
pengelolaan bahan organik untuk peningkatan kualitas tanaman, di antaranya
dengan menggunakan pengendali hayati. Pengendali hayati lebih aman dari pada
penggunaan bahan kimia.
Bakteri dapat digunakan sebagai agens hayati pengendali penyakit
tanaman, antara lain: Pseudomonas flourescens (Ashofteh et al. 2009), P.
aeruginosa (Saikia et al. 2006), dan Bacillus spp. (Kim et al. 2009). Spesies
bakteri dari genus Bacillus dan Pseudomonas yang tergolong plant growth
promoting rhizobacteria (PGRP) selain memicu pertumbuhan tanaman juga dapat
meningkatkan ketahanan terhadap penyakit. Berdasarkan penelitian sebelumnya,
formulasi konsorsium A8 dilaporkan mampu menekan penyakit blas dan HPD
pada tanaman padi (Syachroni 2011; Zaffan 2012).
Bahan pembawa atau media untuk formulasi harus mengandung
komponen penting yang mendukung daya viabilitas dan pertumbuhan mikrob
yang diinokulasi ke dalamnya. Beberapa bahan pembawa yang dapat digunakan
untuk formulasi inokulan antara lain bentuk padat (granul), tepung (talk dan
bentonit), dan suspensi. Bahan pembawa talk memiliki penampakan berupa bubuk
yang halus, ringan, dan memiliki kemampuan untuk menyerap cairan.
Penggunaan agens pengendali hayati dapat memberikan manfaat ganda memacu
pertumbuhan tanaman (biofertilizer) dan mengendalikan patogen tanaman
(biopesticide) (Kumar et al. 2005), sehingga permasalahan mengenai viabilitas sel
bakteri yang terkandung di dalamnya menarik untuk dikembangkan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui viabilitas konsorsium A8 sebagai
agens hayati dengan bahan pembawa talk dan menguji aplikasi keefektifannya
dalam mengendalikan penyakit blas, hawar pelepah daun (HPD), dan hawar daun
bakteri (HDB) pada tanaman padi setelah 1 bulan masa penyimpanan formulasi.

2

BAHAN DAN METODE
Bahan
Bahan yang digunakan ialah konsorsium bakteri A8 (Bacillus firmus E65,
Pseudomonas aeruginosa C32b, Serratia marcescens E.31 yang berasal dari
koleksi Laboratorium Konservasi Mikrobiologi BB Biogen, dan Bacillus cereus
II.14 yang berasal dari koleksi Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi
FMIPA IPB), bakteri patogen Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) 23D,
cendawan Pyricularia oryzae, Rhizoctonia solani, bibit padi Inpari 13 (inbrida
padi irigasi) (Lampiran 1), dan talk.

Peremajaan Isolat Bakteri dan Cendawan
Semua jenis isolat bakteri A8 (B. firmus, B. cereus, S. marcescens, dan P.
aeruginosa) diremajakan dan diperiksa terlebih dahulu kemurniannya dengan
menggunakan metode kuadran. Biakan yang telah murni kemudian diperbanyak
dan dipindahkan pada medium nutrient agar (NA). Bakteri patogen Xoo
diperbanyak dengan memindahkan kultur pada medium wakimoto agar (WA)
(Lampiran 2). Cendawan P. oryzae dan R. solani diremajakan pada cawan petri
berisi media potato dextrose agar (PDA), diinkubasi pada suhu ruang selama 15
hari untuk P. oryzae dan 3 hari untuk R. solani. Masing-masing peremajaan
dilakukan sebanyak 5 kali ulangan (Lampiran 3).

Uji Antagonisme Konsorsium A8 terhadap Cendawan dan Bakteri Patogen
Masing-masing isolat bakteri ditumbuhkan pada medium nutrient broth
(NB) 25 mL di dalam erlenmeyer hingga populasi mencapai 108 cfu mL-1. Uji
daya hambat secara in vitro terhadap P. oryzae dan R. solani dilakukan dengan
metode dual culture test dengan menggunakan media PDA, dan dilakukan 3 kali
ulangan. Pengamatan daya hambat dilakukan 15 hari setelah inkubasi untuk uji
antagonis terhadap P. oryzae dan 3 hari untuk R. solani pada suhu ruang.
Pengamatan dilakukan terhadap ada tidaknya zona hambat dengan pengukuran
persentase zona hambat mengikuti formula Fokkema (1983), yaitu:
M% = (M0 – M1)/M0 x 100%
Keterangan:

M%: persentase penghambatan; M0: diameter miselia cendawan
tanpa kehadiran bakteri antagonis; M1: diameter miselia cendawan
dengan kehadiran bakteri antagonis

Uji daya hambat konsorsium A8 terhadap Xoo dilakukan menggunakan
metode double layer (Lisboa et al. 2006). Uji daya hambat terhadap Xoo secara in
vitro dilakukan untuk mengetahui potensi konsorsium A8 sebagai agens

3
biokontrol. Sebanyak 800 μL (107 cfu mL-1) kultur cair bakteri patogen Xoo
diinokulasi ke dalam 80 mL WA semipadat lalu dituang pada permukaan cawan
WA padat masing-masing sebanyak 10 mL. Setelah permukaan media WA double
layer memadat, potongan kertas saring Whatman No.2 (diameter 0.5 cm) yang
telah direndam dalam larutan yang mengandung konsorsium bakteri A8 yang
berumur 24 jam, kertas cakram dikeringanginkan kemudian diletakkan di tengah
cawan petri yang berisi biakan bakteri Xoo. Indeks aktivitas antimikrob dihitung
dengan cara Patra et al. (2009):
Indeks aktivitas antimikrob = Nilai penghambatan perlakuan x 100%
Nilai penghambatan kontrol
Pembuatan Formulasi Bakteri A8 dengan Bahan Pembawa Talk
Talk disterilkan dengan autoklaf selama 90 menit pada suhu 121°C dengan
tekanan 1 atm. Inokulasi formulasi bakteri dilakukan dengan mencampurkan talk
sebanyak 1 Kg dengan 300 mL suspensi konsorsium A8 yang berumur 24 jam
dengan jumlah sel awal sebesar 108 cfu mL-1 lalu ditambah dengan 10 gram
karboksi metil selulosa (CMC), serta 15 gram CaCO3. Campuran tersebut dibuat
untuk formulasi A8 (Lampiran 4). Setelah diinokulasi, campuran diaduk hingga
homogen dan disimpan pada suhu ruang.
Pengujian Viabilitas Formulasi
Uji viabilitas konsorsium A8 dilakukan dengan mengencerkan 1 gram
formulasi talk dengan 9 mL NaCl steril 0.85%, kemudian dilakukan pengenceran
serial dari 10-1 sampai 10-7. Perhitungan populasi sel dilakukan dengan metode
cawan sebar atau total plate count (TPC). Uji viabilitas dilakukan pada minggu
ke-0 (sebelum formulasi) dan setelah formulasi yaitu pada bulan ke-0, ke-1,
sampai bulan ke-2.
Aplikasi Formulasi Bakteri A8 (Satu Bulan Penyimpanan) terhadap
P. oryzae, R. solani, dan Xoo secara in vivo
Benih padi Inpari 13 disterilkan dengan menggunakan alkohol kemudian
direndam dan dibersihkan dengan akuades steril, kemudian dikecambahkan
selama ± 4 hari sampai berkecambah. Benih yang sudah berkecambah kemudian
ditanam di dalam pot kecil berisi tanah sawah. Formulasi A8 sebanyak 3 gram
dicairkan di dalam 100 mL akuades steril kemudian disemprotkan secara preventif
pada tanaman padi sebelum inokulasi spora P. oryzae, R. solani, dan Xoo.
Tanaman diberi penilaian penyakit blas berdasarkan sistem evaluasi standar
IRRI (1988), kemudian intensitas blas dihitung dengan menggunakan rumus:

4
IS =

Ʃn x v x 100%
NxV

Keterangan:
IS
: intensitas serangan
n
: jumlah daun yang terkena blas
v
: nilai skor serangan
N
: jumlah semua daun yang diamati
V
: nilai skor serangan tertinggi.
Pengamatan intensitas penyakit HPD dengan mengukur tinggi lesio relatif
(TLR) (Suryadi et al. 1991):
TLR = panjang lesio
tinggi tanaman

x 100%

Selanjutnya dilakukan penghitungan area under disease progress curve
(AUDPC). Luasan area di bawah kurva perkembangan penyakit ini ditentukan
untuk mengetahui hubungan antara intensitas penyakit terhadap respon waktu
(Shaner dan Finney 1977):
n

AUDPC = Σ (yi+ yi+ 1) (ti + 1 – ti)
i =1
2
Keterangan:
n
: jumlah pengamatan
ti
: waktu pengamatan
yi
: intensitas penyakit HDB
Pengamatan terhadap gejala penyakit HDB dilakukan pada 7 hari setelah
inokulasi (hsi) dan 14 hari setelah inokulasi (hsi) melalui pengukuran panjang
lesio (lesion length) HDB, tinggi daun, dan jumlah anakan. Selanjutnya dilakukan
perhitungan panjang lesio kontrol dan formulasi untuk mendapatkan persentase
indeks penghambatan formulasi A8 terhadap penyakit HDB.

HASIL
Peremajaan Isolat Bakteri dan Cendawan
Isolat bakteri yang tergabung ke dalam konsorsium A8 berhasil
diremajakan dan mampu tumbuh dalam waktu 24 jam pada media nutrient agar
(NA). Bacillus firmus membentuk koloni dengan ciri memiliki bentuk tidak
beraturan dan menyebar, tepian berombak, dan elevasi timbul. Bacillus cereus, S.
marcescens, dan P. aeruginosa tumbuh dengan ciri yang hampir sama, yaitu
bentuk bundar, tepian licin, dan elevasi cembung. Isolat bakteri patogen mampu
tumbuh pada media wakimoto agar (WA) dalam 24 jam dengan membentuk

5
koloni bulat, halus dan mengkilap serta berwarna kuning berlendir. Cendawan
patogen P. oryzae mampu tumbuh setelah diinkubasi 15 hari, dan R. solani 3 hari
pada media potato dextrose agar (PDA).

Uji Antagonisme Konsorsium A8 terhadap Cendawan dan Bakteri Patogen
Pengujian antagonis menunjukkan adanya aktivitas penghambatan
konsorsium A8 terhadap cendawan dan bakteri patogen Xoo (Gambar 1).
Perlakuan konsorsium A8 terhadap seluruh cendawan dan bakteri patogen
memiliki persentase penghambatan tertinggi secara berturut-turut terhadap P.
oryzae, Xoo, dan R. solani yaitu sebesar 44.444%, 32.137%, dan 25.555%. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa secara in vitro, konsorsium A8 paling efektif dalam
menghambat cendawan P. oryzae dibandingkan R. solani dan Xoo (Tabel 1).

(a)

(b)

(c)

Gambar 1 Hasil uji antagonis konsorsium A8 terhadap cendawan patogen
(a) P. oryzae , (b) R. oryzae, dan (c) Xoo
Tabel 1 Persentase penghambatan konsorsium A8 terhadap P. oryzae, R. solani,
dan Xoo
Perlakuan

Rata-rata diameter pertumbuhan
cendawan (cm) dan zona hambat

P.
R.
Xoo
oryzae solani
5.000±1.981 6.700±1.159 0.600±0.029 44.444 25.555 32.137
P. oryzae

A8

Kontrol** 8.667±0.058
CuSO4
Keterangan:

Persentase
penghambatan (%)*

R. solani

Xoo

9.000±0

0±0

3.700

0

0

-

1.867±0.115
100
* persentase penghambatan dihitung menurut Fokkema (1983)
** akuades steril
- tidak dilakukan

Pengujian Viabilitas Formulasi Bakteri A8
Pengamatan viabilitas bakteri dilakukan sebelum formulasi dan setelah
formulasi pada bulan ke-0, ke-1, dan ke-2 (Tabel 2, Tabel 3). Jumlah log sel

6
sebelum formulasi mengalami penurunan setelah berada dalam bentuk formulasi,
namun setelah formulasi jumlah log sel tersebut mengalami kenaikan dari bulan
ke-0 sampai ke-2. Persentase kenaikan jumlah log sel hanya 2.962%.
Tabel 2 Viabilitas masing-masing isolat bakteri sebelum formulasi
Isolat
Jumlah Log sel
B. firmus E.65
8.585
B. cereus II.14
8.672
S. marcescens E.31
8.744
P. aeruginosa C.32b
8.978
Rata-rata
8.745
Tabel 3 Viabilitas konsorsium A8 setelah formulasi
Jumlah Log sel
Pertambahan
Formulasi
Bulan ke- Bulan ke- Bulan keLog sel
0
1
2
A8
8.068
8.236
8.307
0.239

Persentase
kenaikan Log
sel (%)
2.962

Aplikasi Formulasi Bakteri A8 (Satu Bulan Penyimpanan) terhadap
P. oryzae secara in vivo
Formulasi A8 diberikan secara preventif, dan inokulasi spora P. oryzae
(Lampiran 5) dengan kerapatan 4.95x107 cfu mL-1 disemprotkan pada padi Inpari
13 setelah perlakuan preventif tersebut. Gejala awal penyakit blas sudah terlihat
pada 4 hsi, ditandai dengan timbulnya bercak dengan tepi berwarna coklat dan
pusat bercak berwarna putih atau keabu-abuan. Penyakit blas semakin terlihat
pada 7 hsi dengan semakin banyak dan melebarnya bercak coklat di sepanjang
daun (Lampiran 6). Penilaian aktivitas formulasi A8 berupa penekanan terhadap
intensitas penyakit blas berdasarkan IRRI (1988) (Tabel 4, Lampiran 7).
Tabel 4 Pengaruh aplikasi formulasi A8 terhadap intensitas penyakit blas
berdasarkan penilaian IRRI (1988)
Perlakuan
Kontrol
Formulasi A8

Rata-rata intensitas blas (%)

Persentase penghambatan
(%)

58.933 ± 0.994
13.280 ± 1.842

0
75.957 %

Berdasarkan uji in vivo, terlihat adanya aktivitas penekanan formulasi A8
terhadap penyakit blas. Persentase penghambatan tersebut bahkan mencapai
75.957%, mengindikasikan bahwa pemberian formulasi A8 secara preventif cocok
dilakukan untuk menekan pertumbuhan penyakit blas pada padi.

7
Aplikasi Formulasi Bakteri A8 (Satu Bulan Penyimpanan) terhadap R. solani
secara in vivo
Parameter pengamatan yang dilakukan di antaranya panjang lesio, skoring
gejala penyakit dan tinggi daun tertinggi untuk mendapatkan tinggi lesio relatif
(TLR) (Tabel 5). Indeks penghambatan formulasi A8 terhadap penyakit HPD
yang didapatkan yaitu sebesar 27.418%. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada
aktivitas penghambatan formulasi A8 terhadap cendawan R. solani, namun
penghambatan tersebut tidak terlalu berpengaruh dalam menekan penyakit HPD
(Lampiran 8).
Tabel 5 Pengaruh aplikasi formulasi A8 terhadap penyakit hawar pelepah daun
(TLR) Tinggi
Skor gejala
Indeks
Lesio Relatif
Perlakuan
penyakit
penghambatan (%)
(%)
Formulasi talk A8
15.571
5
27.418
Kontrol
21.453
7
0
Pengamatan tinggi lesio relatif pada padi Inpari 13 yang diinokulasikan R.
solani dilakukan dari minggu ke-0 sampai ke-3 (Gambar 2, Lampiran 9). Hasil
pengamatan aplikasi formulasi A8 secara in vivo menunjukkan bahwa persentase
TLR kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan formulasi A8, dan persentase dari
dua perlakuan tersebut mengalami kenaikan dari minggu ke-0 sampai ke-3.
Berdasarkan grafik antara pengamatan mingguan dan persentase TLR, didapatkan
persentase TLR kontrol secara berturut-turut dari minggu ke-0 sampai ke-3 yaitu
sebesar 0%, 7.851%, 13.585%, dan 21.453%. Persentase TLR yang didapatkan
dengan perlakuan formulasi A8 secara berturut-turut dari minggu ke-0 sampai ke3 yaitu sebesar 0%, 3.678%, 9.148%, dan 16.333%.

Persentase TLR (%)

25
20
15
10
5
0
0

1

2
Minggu ke-

3

4

Gambar 2 Persentase TLR penyakit hawar pelepah daun (HPD) pada kontrol ( )
dan formulasi ( ) dari minggu ke-0 sampai minggu ke-3
Pengamatan persentase TLR dilakukan setiap minggu dari minggu ke-0,
ke-1, ke-2, dan ke-3 untuk mengetahui perkembangan gejala penyakit HPD yang
terjadi pada padi Inpari 13. Perkembangan TLR yang terjadi pada masing-masing

8
perlakuan diduga karena adanya aktivitas penetrasi apresorium yang terbentuk
dari cendawan R. solani sehingga penyakit HPD semakin berkembang pada padi.
Luasan area di bawah kurva perkembangan penyakit HPD dihitung dengan
AUDPC (Tabel 6) dan ditentukan untuk mengetahui hubungan antara intensitas
penyakit terhadap respon waktu.
Tabel 6 Perkembangan penghambatan HPD
Perlakuan
Formulasi talk A8
Kontrol

AUDPC
147.012
225.138

Padi dengan perlakuan formulasi A8 menunjukkan indeks penghambatan
sebesar 78.571% dengan nilai AUDPC hingga 147.012, lebih rendah dari kontrol
yaitu sebesar 225.138.

Aplikasi Formulasi Bakteri A8 (Satu Bulan Penyimpanan) terhadap Xoo
secara in vivo
Pengamatan hasil aplikasi formulasi A8 terhadap HDB secara in vivo
menunjukkan indeks penghambatan sebesar 32.015% (Tabel 7). Nilai tersebut
menunjukkan adanya aktivitas penekanan terhadap Xoo walaupun aktivitas
tersebut tidak berpengaruh besar dalam menekan penyakit HDB. Pengamatan
minggu pertama gejala penyakit HDB pada padi Inpari 13 sudah terlihat walaupun
sedikit, ditandai dengan terbentuknya warna kuning kecoklatan di sekitar daerah
inokulasi (Lampiran 10).
Tabel 7 Penghambatan Formulasi A8 terhadap hawar daun bakteri (HDB)
Perlakuan
Panjang lesio (cm)
Indeks Penghambatan (%)
Formulasi Talk A8
8.286 ± 3,420
32.015
Kontrol
12.188 ± 4,584
0

PEMBAHASAN
Pengujian antagonisme konsorsium A8 dilakukan terhadap cendawan P.
oryzae dan R. solani serta bakteri patogen Xoo. Hasil uji antagonisme konsorsium
A8 menunjukkan adanya penghambatan konsorsium tersebut terhadap kedua
cendawan dan juga bakteri patogen. Berdasarkan uji antagonisme, konsorsium A8
paling berpotensi menekan pertumbuhan penyakit blas. Beberapa penelitian telah
banyak melaporkan mikrob yang berpotensi sebagai biokontrol terhadap penyakit
blas yang disebabkan oleh cendawan P. oryzae. Hal tersebut didukung oleh
penelitian yang pernah dilakukan oleh Gnanamanickam dan Mew (1992),
menunjukkan bakteri dari genus Pseudomonas memiliki aktivitas penghambatan
terhadap pertumbuhan P. oryzae dengan persentase 59% dan 47%.

9
Mekanisme kerja dari agens pengendali hayati pada umumnya
digolongkan sebagai aktivitas kompetisi zat makanan, parasitisme, dan antibiosis
(Fravel 1988). Penghambatan konsorsium A8 terhadap cendawan dan bakteri
patogen diduga karena adanya aktivitas metabolit sekunder berupa senyawa
antibiotik yang dihasilkan oleh masing-masing bakteri yang berada dalam suatu
konsorsium tersebut. Senyawa antimikrob adalah senyawa yang dapat membunuh
atau menghambat pertumbuhan mikrob lain (Rachman 2011). Antibiotik yang
dihasilkan bakteri konsorsium A8 antara lain seperti zwittermicin-A (He et al.
1994), kanomisin (Stabb et al. 1994), dan atibiotik dalam bentuk lipopeptida
berupa iturin, surfaktin, dan fengycin (Romero et al. 2007) yang dihasilkan oleh
Bacillus. Menurut Mubarik et al. (2010), B. cereus juga memiliki aktivitas
kitinolitik. Senyawa antimikrob yang dihasilkan oleh bakteri antara lain, iturin
yang dihasilkan oleh Bacillus (Asaka dan Shoda 1996), pyrrolnitrin oleh P.
aeruginosa (Howell dan Stipanovic 1979), dilaporkan memiliki kemampuan
untuk menekan pertumbuhan R. solani. Bakteri S. marcescens menghasilkan
enzim kitinolitik yang mampu mendegradasi kitin yang merupakan komponen
dinding sel dari R. solani (Someya et al. 2000).
Kehidupan bakteri dalam bentuk konsorsium dapat didukung dengan
adanya media pembawa yang dapat membantu bakteri tersebut bertahan hidup,
yaitu dapat diproduksi dalam bentuk formulasi. Aktivitas regulasi biosintesis
metabolit sekunder yang terjadi pada konsorsium bakteri tersebut diduga
merupakan proses quorum-sensing (QS). Quorum-sensing adalah regulasi
ekspresi gen yang tergantung pada densitas sel (Nofiani 2008). Media yang
digunakan sebagai penunjang kehidupan konsorsium A8 ialah nutrient broth (NB)
yang sebelumnya menjadi media tumbuh cair konsorsium dan dimasukan ke
dalam talk yang dicampurkan dengan CMC (Carboxylmethyl cellulose) dan
CaCO3. Media pembawa talk memiliki penampakan fisik berupa bubuk yang
halus, ringan, dan memiliki kemampuan untuk menyerap cairan (Riana 2011).
Viabilitas konsorsium A8 diuji sebelum formulasi dan setelah formulasi.
Formulasi A8 dengan bahan pembawa talk yang sudah diproduksi di uji
viabilitasnya 3 kali, yaitu pada bulan ke-0, ke-1, dan ke-2 setelah masa
penyimpanan. Hasil uji viabilitas bakteri antara sebelum formulasi dan setelah
formulasi menunjukkan adanya penurunan jumlah log sel. Kondisi tersebut diduga
karena adanya proses perubahan media tumbuh bakteri. Menurut Pelczar dan
Chan (1986), bertahan hidupnya suatu spesies dan kelangsungan pertumbuhannya
di dalam komunitas biologi membutuhkan suatu kemampuan untuk menyesuaikan
diri terhadap perubahan keadaan lingkungan. Adaptasi fenotipik merupakan
respons mikrob terhadap perubahan terbatas yang bersifat sementara, misalnya,
banyak spesies mikrob dapat tumbuh dalam selang suhu yang luas, namun
aktivitas metaboliknya tidak selalu sama pada suhu-suhu ekstrim di dalam selang
tersebut.
Di sisi lain, viabilitas bakteri setelah formulasi justru menunjukkan hal
yang berbanding terbalik dari mulai bulan ke-0 sampai bulan ke-2 setelah masa
penyimpanan formulasi, yang menunjukkan adanya peningkatan jumlah log sel.
Hal tersebut menunjukkan bahwa konsorsium A8 yang berada dalam media
pembawa talk dapat bertahan hidup dan memanfaatkan sumber nutrisi yang
berasal dari media sebelumnya, yaitu NB yang dicampurkan saat pembuatan
formulasi. Genus Bacillus seperti yang digunakan dalam penelitian ini akan

10
membentuk endospora sehingga resisten terhadap kondisi yang ekstrim sekalipun,
dan menyebabkan dapat bertahan hidup lama. Kondisi jumlah sel pada formulasi
membuktikan bahwa talk dapat dijadikan media pembawa yang cukup baik untuk
menjaga viabilitas bakteri.
Hasil aplikasi formulasi A8 menunjukkan bahwa pemberian formulasi A8
secara preventif pada tanaman padi Inpari 13 sangat berpengaruh dalam menekan
pertumbuhan penyakit blas pada padi, dan memiliki persentase penghambatan
mencapai 75.957%. Selain bakteri, mikrob yang dapat digunakan sebagai
antimikrob adalah cendawan, seperti yang pernah dilaporkan Tsukamoto et al.
(1999) bahwa cendawan Exserohilum monoceras memiliki kemampuan
menghambat pertumbuhan cendawan P. oryzae sebesar 61.8% - 71% pada daun
padi yang terserang blas.
Mekanisme infeksi penyakit diawali dengan sebuah spora (konidia) yang
akan menempel dipermukaan luar tanaman padi dan akan melekat sampai terjadi
perkecambahan (Koga dan Nakayachi 2004). Konidia akan membentuk
apresorium yang melekat erat karena adanya lapisan lendir. Penempelan konidia,
perkecambahan dan pembentukan apresorium merupakan interaksi pasif
hubungan antara tanaman padi dan P. oryzae (Arase et al. 1994). Jika interaksi
berjalan lancar maka apresorium akan membentuk hifa infeksi yang akan
menembus sel-sel epidermis dan akan menyebar ke seluruh jaringan tanaman
(Howard dan Valent 1996).
Berdasarkan hasil uji in vivo, aplikasi formulasi A8 terhadap R. solani
menunjukkan adanya aktivitas penghambatan terhadap penyakit HPD sebesar
27.418%. Grafik TLR menunjukkan bahwa persentase TLR dari minggu ke-0
sampai ke-3 semakin meningkat, dan nilai TLR pada kontrol lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai TLR pada perlakuan formulasi A8. Hal ini
menunjukkan adanya pengaruh dari pemberian formulasi A8 secara preventif pada
tanaman padi walaupun tidak terlalu berpengaruh seperti pada penekanan terhadap
penyakit blas. Mekanisme serangan cendawan R. solani dimulai karena R. solani
tertarik dengan simultan yang dikeluarkan oleh tanaman, hifa R. solani melekat
pada permukaan luar tanaman, setelah melekat R. solani membentuk apresorium
dan melakukan penetrasi terhadap dinding sel tanaman. Penetrasi pada dinding sel
tanaman juga dibantu dengan adanya enzim ekstraseluler yang mendegradasi
beberapa komponen penyusun dinding sel tanaman antara lain selulosa, kutin, dan
pektin. Penelitian mengenai agens antagonis untuk menekan pertumbuhan R.
solani pernah dilakukan oleh Soenartiningsih et al. (2011) yang melaporkan
bahwa cendawan Trichoderma dan Gliocladium memiliki persentase
penghambatan terhadap pertumbuhan R. solani pada jagung masing-masing
sebesar 65.67% dan 50.75%.
Aplikasi formulasi A8 terhadap penyakit HDB secara in vivo
menunjukkan hasil indeks penghambatan sebesar 32.015%. Aplikasi bakteri
biokontrol yang bersifat antagonis akan lebih efektif menekan pertumbuhan Xoo.
Penelitian sebelumnya dilakukan Zuraidah (2012) yang menyatakan bahwa P.
aeruginosa memiliki potensi lebih baik dibandingkan tembaga sulfat sebagai
pembanding kimia dalam menghambat pertumbuhan Xoo. Ismail et al. (2011)
juga pernah melaporkan bahwa Corynebacterium dapat menekan gejala HDB
sebesar 28%. Daur penyakit HDB oleh Xoo adalah melalui hidatoda, kemudian
bakteri berkembang biak di dalam epitheme dan menyerang jaringan pembuluh

11
hingga menimbulkan penyakit. Pada tanaman muda, bakteri sering dapat masuk
ke dalam daun melalui stomata dan berkembang di dalam ruang intraselular dari
parenkim tanpa menimbulkan gejala. Cara masuk lainnya adalah melalui luka
mekanis yang sering terjadi pada daun dan akar (Ou 1985).
Aplikasi formulasi bakteri A8 terhadap penyakit blas, HPD, dan HDB
secara preventif menunjukkan adanya kemampuan penekanan penyakit. Hal
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa konsorsium bakteri A8 merupakan
kelompok bakteri PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria). PGPR mampu
mensistesis senyawa metabolit yang merangsang pembentukan fitohormon seperti
indole acetic acid (IAA), atau dengan meningkatkan pengambilan nutrisi. PGPR
juga memiliki kemampuan dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman seperti
menekan pertumbuhan fitopatogen (Shishido et al. 1996). PGPR menghambat
pertumbuhan fitopatogen melalui produksi senyawa antimikrob, kompetisi dalam
mengkelat besi dengan dihasilkannya senyawa siderofor, kompetisi ruang dan
nutrisi yang dikeluarkan oleh akar, degradasi faktor patogenesitas fitopatogen
seperti racun, memproduksi enzim ekstraseluler pendegradasi dinding sel seperti
kitinase, β-1,3 glukanase, dan penginduksian resistensi (Crawford et al.1993).
Berdasarkan persentase penghambatan, dapat diketahui bahwa formulasi
bakteri A8 paling efektif dalam menekan pertumbuhan cendawan P. oryzae
penyebab penyakit blas pada padi Inpari 13, baik secara in vitro maupun in vivo.
Hal tersebut diduga terjadi karena adanya induksi ketahanan sistemik (induced
systemic resistance) atau ISR. ISR merupakan suatu mekanisme yang secara
normal berfungsi membatasi pertumbuhan dan penyebaran patogen dan efektivitas
mekanisme ini ditingkatkan oleh infeksi primer dan agen penginduksi berupa
mikroorganisme patogen, non-patogen, metabolit mikrob, ekstrak tumbuhan atau
senyawa sintetik seperti asam salisilat (Agrios 1997).
Menurut Desmawati (2006), pada prinsipnya ketahanan tanaman sudah
terbentuk sebelum patogen menyerang tanaman (pre-exiting) atau ketahanan
tanaman terinduksi oleh suatu agens (induced resistance). Ketahanan pre-exiting
akan patah ketika terinfeksi patogen yang bersifat virulen. Namun, bila
mekanisme pertahanan dipicu oleh PGPR sebelum terjadi infeksi oleh patogen,
maka keparahan serangan penyakit akan menurun.

SIMPULAN
Viabilitas konsorsium A8 di dalam bahan pembawa talk dari bulan ke-0
sampai ke-2 memiliki jumlah sel yang cenderung stabil. Konsorsium A8
berpotensi menekan pertumbuhan cendawan P. oryzae, R. solani, dan bakteri
patogen Xoo dengan persentase penghambatan konsorsium A8 paling tinggi
didapatkan terhadap P. oryzae. Formulasi talk sangat efisien digunakan dan
diproduksi, serta cukup efektif karena memiliki kemampuan penyerapan yang
baik. Intensitas penghambatan secara in vivo membuktikan bahwa pemberian
formulasi A8 secara preventif pada padi Inpari 13 yang diinokulasi P. oryzae, R.
solani, dan Xoo memberikan pengaruh penekanan yang cukup besar, terutama
terhadap penyakit blas yang memiliki persentase penghambatan mencapai
75.957%.

12

DAFTAR PUSTAKA
Agrios GN. 1997. Plant Pathology. New York (US): Academi Pr.
Arase S, Miyahara K, Honda Y, Nozu M. 1994. Preinfectional interactions
between Magnaporthe grisea spores and rice plants. Bull Fac Agric
Shimane Univ. 28(22):45-51.
Asaka O, Shoda M. 1996. Biocontrol of Rhizoctonia solani damping-off of tomato
with Bacillus subtilis RB14. Appl Environ Microbiol. 62(11):4081–4085.
Ashofteh F, Ahmadzadeh M, Magmaghani VF. 2009. Effect of mineral
components of the medium used to grow biocontrol strain UTPF61 of
Pseudomonas fluorescens on its antagonistic activity against Sclerotinia sp.
Wilt of sunflowers and its survival during and after the formulation process.
J Plant Pathol. 91(1):607-613.
Crawford DL, Lynch JM, Whipps JM, Ousley MA. 1993. Isolation and
characterization of actinomycete antagonists of a fungal root pathogen. Appl
Environ Microbiol. 59(11):3899-3905.
Desmawati. 2006. Pemanfaatan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)
Prospek yang Menjanjikan dalam Berusahatani Tanaman Holtikultura
[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Fokkema NJ. 1983. Naturally-occurring biological control in the phyllosphere.
Coloq INRA. 18(1):71-79.
Fravel DR. 1988. Role of antibiosis in the biocontrol of plant disease. Ann Rev
Phytopathol. 26(3):75-91.
Gnanamanickam SS, Mew TW. 1992. Biological control of blast disease of rice
(Oryza sativa L.) with antagonistic bacteria and its mediation by a
Pseudomonas antibiotic. Ann Phytopathol Soc Jpn. 58(3):380-385.
He HLA, Laura ASS, Handelsman J, Clardy J. 1994. Zwittermicin A: an
antifungal and plat protection agent from Bacillus cereus. Tetrahedron Lett.
35(1):2499.
Howard RJ, Valent B. 1996. Breaking and entering: host penetration by the fungal
rice blast pathogen Magnaporthe grisea. Rev de Microbiol. 50(2):491-512.
Howell CR, Stipanovic RD. 1979. Control of Rhizoctonia solani on cotton
seedling with Pseudomonas fluorescens and with an antibiotic produced by
the bacterium. Phytopathol. 69(1):480-482.
[IRRI] International Rice Research Institute. 1988. Standard Evaluation System
for Rice. Los Banos (PH): IRRI.
Ismail N, Taulu LA, Bahtiar. 2012. Potensi Corynebacterium sebagai pengendali
penyakit hawar daun bakteri pada tanaman padi. Inovasi Teknologi
Mendukung Swasembada Jagung dan Diversifikasi Pangan. Seminar
Nasional Serealia; 2011 Okt 3-4; Maros, Indonesia. Maros (ID): Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian. hlm 459-465; [diunduh 2013 Agustus 20].
Tersedia pada: http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/
12hpros11.pdf.
Kim GH, Lim MT, Hur JS, Yum KJ, Koh YJ. 2009. Biological control of tea
anthracnose using an antagonistic bacterium of Bacillus subtillis isolated
from tea leaves. J Plant Pathol. 25(1): 99-102.

13
Koga H, Nakayachi O. 2004. Morphological studies on attachment of
Magnaporthe grisea to leaf surface of rice. J General Plant Pathol. 70(22):
11-15.
Kumar RS, Ayyadurai N, Pandiaraja P, Reddy AV, Venkateswaru Y, Prakash O.
2005. Characterization of fungal metabolite produced by a new strain
Pseudomonas aeruginosa PUPa3 that exhibits broad-spectrum antifungal
activity and biofertilizing traits. J Appl Microbiol. 98(1):145-154.
Lisboa MP, Bonatto D, Bizani D, Henriques JAP, Brandelli A. 2006.
Characterization of a bakteriosin-like substance produced by Bacillus
amyloliquefaciens islolated from the Brazilian Atlantic forest. Int Microbiol.
9(1):111-118.
Mubarik NR, Mahagiani I, Putri AA, Santoso S, Rusmana I. 2010. Chitinolytic
bacteria isolated from chili rhizosphere: chitinase characterization and
application as biocontrol for whitefly (Bemisia tabaci Genn.). Am J Agric
Biol Sci. 5(4):430-535.
Nofiani R. 2008. Urgensi dan Mekanisme Biosintesis Metabolit Sekunder
Mikroba Laut. Natur Ind. 10(2):120-125.
Ou SH. 1985. Rice Disease. Ed. Ke-2. Kew Surrey (UK): Commonwealth
Mycological Institut.
Patra et al. 2009. Antimicrobial activity of organic solvent extracts of three
marine macroalgae from Chilika Lake, Orissa, India. Malay J Microbiol.
5(2):128-131.
Pelczar MJ Jr, Chan ECS. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Volume ke-1.
Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL, penerjemah. Jakarta
(ID): UI Pr. Terjemahan dari: Elements of Microbiology.
Prayudi B. 2000. Toleransi padi lokal rawa pasang surut terhadap penyakit hawar
pelepah daun padi (Rhizoctonia solani). J Bul Agron. 28(1):37-40.
Rachman SI. 2011. Potensi Bacillus sp. Galur G3, Bacillus firmus E65, dan
bakteri metanotrof sebagai penghambat pertumbuhan patogen
Xanthomonasoryzae pv. oryzae dan Rhizoctonia solani [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Romero D, de Vicente A, Rakotoaly RH, Dufour SE, Veening JW, Arrebola E,
Cazorla FM, Kuipers OP, Paquot M, Perez GA. 2007. The iturin and
fengycin families of lipopeptides are key factors in antagonism of Bacillus
subtilis toward Podosphaera fusca. Am Phytopathol Soc. 20(1):430-440.
Riana E. 2011. Seleksi dan formulasi konsorsium bakteri untuk mengendalikan
penyakit blas (Pyricularia oryzae) pada tanaman padi [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Saikia R, Kumar R, Arora DK, Gogoi DK, Azad P. 2006. Pseudomonas
aeruginosa inducing rice resistance against Rhizoctonia solani production of
salicylic acid and peroxidases. J Folia Microbiol. 51(1):375-380.
Shaner G, Finney RE. 1977. The effect of nitrogen fertilization on the expression
of slow-mildewing resistance in knox wheat. J Phytopathol. 67(1):10511056.
Shishido M, Massicotte HB, Chanway CP. 1996. Effect of plant growth
promoting Bacillus strains on pine and spruce seedling growth and
mycorrhizal infection. Annals Bot. 77(1):433-441.

14
Soenartiningsih, Pabbage MS, Djaenuddin N. 2012. Penggunaan inokulum
antagonis (Trichoderma dan Gliocladium) dalam menekan penyakit busuk
pelepah pada jagung. Inovasi Teknologi Mendukung Swasembada Jagung
dan Diversifikasi Pangan. Seminar Nasional Serealia; 2011 Okt 3-4; Maros,
Indonesia. Maros (ID): Balai Penelitian Tanaman Serealia. hlm 478-484;
[diunduh 2013 Agustus 30]. Tersedia pada: http://balitsereal.litbang.
deptan.go.id/ind/images/stories/14hpros11.pdf.
Someya N, Kataoka N, Komagata T, Hirayae K, Hibi T, Akutsu K. 2000.
Biological control of cyclamen soilborne diseases by Serratia marcescens
strain B2. J AmPhyto Soc. 84(3):334-340.
Stabb EVLM, Jacobson J, Handelsman L. 1994. Zwittermicin A-Producing strains
of Bacillus cereus from diversion soils. Appl Environ Microbiol. 60(1):
4404.
Suryadi Y, Triny, Kadir S, Daradjat AA. 1991. Pengendalian penyakit blast dan
hawar pelepah daun padi dengan fungisida. Bul Pertan. 10(1):13-17.
Syachroni FA. 2011. Efektivitas formulasi konsosrsium bakteri sebagai
pengendali penyakit hawar pelepah daun tanaman padi [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Tsukamoto H, Tsutsumi F, Onodera K, Yamada M, Fujimori T. 1999. Biological
control of rice leaf blast with Exserohilum monoceras, a pathogen of
pathogen of Echinochloa species. Ann Phytopathol Soc Jpn. 65(5):543-548.
Zaffan ZR. 2012. Pengujian formulasi konsorsium bakteri terhadap penyakit blas
leher (Neck Blast) pada tanaman padi [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Zuraidah. 2012. Potensi beberapa bakteri penghambat pertumbuhan Xanthomonas
oryzae pv. oryzae penyebab penyakit hawar daun bakteri pada tanaman padi
[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

15
Lampiran 1 Sifat varietas unggul Inpari 13
Nama varietas
: Inbrida Padi Irigasi (Inpari 13)
Nomor galur
: OM1490
Asal persilangan
: OM606/IR 1834-36-3-3
Bentuk beras
: Panjang dan ramping
Bentuk tanaman
: Tegak
Tekstur Nasi
: Pulen
Kadar amilosa
: 22,40%
Rata-rata hasil
: 6,59 t/ha
Potensi hasil
: 8,0 t/ha
Umur tanaman
: 99-103 hari
Tinggi tanaman
: ±101 cm
Jumlah anakan produktif
: 17 batang
Ketahanan terhadap hama wereng : Tahan hama wereng cokelat biotipe 1, 2,
dan 3
Ketahanan terhadap penyakit
: Agak rentan terhadap Hawar Daun Bakteri
(HDB) II, IV, VIII, tahan terhadap
penyakit blas ras 033, agak tahan terhadap
ras 133, 073, dan 173
Tahun dilepas
: 2009
Keterangan
: Cocok ditanam di ekosistem sawah tadah
hujan dataran rendah sampai dengan 600
dpl
Lampiran 2 Komposisi media tumbuh bakteri dan cendawan
Media nutrient agar (NA)
Komposisi
Nutrient broth (NB)
Agar
Akuades

Jumlah
13 gram
30 gram
1000 mL

Media nutrient broth (NB)
Komposisi
Nutrient broth
Akuades

Jumlah
13 gram
1000 mL

Media potato dextrose agar (PDA)
Komposisi
Jumlah
Kentang
300 gram
Dekstrosa
20 gram
Agar
20 gram
Akuades
1000 mL

16
Lampiran 2 (lanjutan)
Media oatmeal agar (OMA)
Komposisi
Oatmeal
Sukrosa
Agar
Akuades

Jumlah
50 gram
5 gram
20 gram
1000 mL

Media wakimoto agar (WA)
Komposisi
Ca(NO3)2·4H2O
Na2HPO4·2H2O
Peptone
Sukrosa
Kentang
FeSO4·7H2O
Agar
Akuades

Jumlah
0,5 gram
2 gram
5 gram
20 gram
300 gram
0,5 gram
17 gram
1000 mL

Lampiran 3 Peremajaan bakteri dan cendawan

Konsorsium A8

P. oryzae

Xoo

R. solani

17

Lampiran 4 Formulasi bakteri A8 dengan bahan pembawa talk

Lampiran 5 Spora P. oryzae
Spora P. oryzae

Perbesaran 400x
Lampiran 6 Gejala penyakit blas pada padi Inpari 13

Gejala blas

4 hsi

7 hsi

14 hsi

18
Lampiran 7 Penilaian pengaruh aplikasi formulasi A8 terhadap penyakit blas
berdasarkan IRRI (1998)
Daun
kei
ii
iii
iv
v

Pengamatan

Skoring

Jumlah daun
Pengamatan

Skoring

Daun
kei
ii
iii
iv
v

Jumlah daun

Kontrol 1

Kontrol 2

Kontrol 3

Kontrol 4

Kontrol 5

5
5
5
3
5
16

5
5
5
3
3
16

3
5
3
5
3
18

7
7
5
3
5
15

7
7
3
5
5
18

Formulasi
A8 (1)
3
3
3
0
0
17

Formulasi
A8 (2)
1
1
3
1
1
19

Formulasi
A8 (3)
3
3
3
1
1
19

Formulasi
A8 (4)
3
1
3
1
1
19

Formulasi
A8 (5)
1
1
1
1
0
20

Lampiran 8 Penyakit hawar pelepah daun (HPD) pada padi Inpari 13 di rumah
kaca
A. Perlakuan Kontrol

Gejala HPD

7 hsi

14 hsi

21 hsi

19
B. Perlakuan Formulasi

Gejala HPD

7 hsi

14 hsi

21 hs

Lampiran 9 Penilaian pengaruh aplikasi formulasi A8 terhadap penyakit hawar
pelepah daun (HPD) berdasarkan IRRI (1988)
1. Penilaian penyaki hawar pelepah daun 7 hsi
Perlakuan
Kontrol 1
Kontrol 2
Kontrol 3
Kontrol 4
Kontrol 5
Formulasi A8 (1)
Formulasi A8 (2)
Formulasi A8 (3)
Formulasi A8 (4)
Formulasi A8 (5)

Rumpun
keR1
R2
R1
R2
R1
R2
R1
R2
R1
R2
R1
R2
R1
R2
R1
R2
R1
R2
R1
R2

i
0
0
3
0
0
3
3
3
3
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

ii
0
0
0
0
0
0
3
0
3
3
0
0
3
3
0
0
3
0
0
0

Skoring pada pelepah keiii
Iv
v
0
0
3
3
3
0
0
0
3
3
3
3
0

0
0
0

0
0
0
0
0
3
0
0

0
0
0
0
3
0

Vi

0

3

0
0

3
0

0
0

20
2. Penilaian penyakit hawar pelepah daun 14 hsi
Perlakuan
Kontrol 1
Kontrol 2
Kontrol 3
Kontrol 4
Kontrol 5
Formulasi A8 (1)
Formulasi A8 (2)
Formulasi A8 (3)
Formulasi A8 (4)
Formulasi A8 (5)

Rumpun
keR1
R2
R1
R2
R1
R2
R1
R2
R1
R2
R1
R2
R1
R2
R1
R2
R1
R2
R1
R2

i
3
3
3
3
0
3
3
3
5
3
0
0
0
0
0
0
3
3
3
3

Ii
3
3
0
3
3
0
3
3
5
3
3
3
0
0
0
0
5
5
5
5

Skoring pada pelepah keiii
Iv
V
3
3
3
3
3
3
0
0
3
3
3
3
0

5
3
0

0
0
0
0
3
3
3
5

0
0
3
0
5
3

Vi

5

5

0
0

3
3

3
3

3. Penilaian penyakit hawar pelepah daun 21 hsi
Perlakuan
Kontrol 1
Kontrol 2
Kontrol 3
Kontrol 4
Kontrol 5
Formulasi A8 (1)
Formulasi A8 (2)
Formulasi A8 (3)
Formulasi A8 (4)
Formulasi A8 (5)

Rumpun
keR1
R2
R1
R2
R1
R2
R1
R2
R1
R2
R1
R2
R1
R2
R1
R2
R1
R2
R1
R2

i
5
5
7
7
7
7
5
5
7
7
0
0
3
0
5
5
3
3
3
3

Ii
7
5
7
7
5
7
7
7
5
7
0
0
3
0
5
5
5
5
5
5

Skoring pada pelepah keiii
Iv
v
5
7
7
7
7
5
7
7
7
7
5
5
0

5
7
5

0
3
5
5
3
3
3
5

0
3
5
5
5
3

Vi

5

7

3
3

5
5

3
3

21
Lampiran 10 Penyakit hawar daun bakteri (HDB) pada padi Inpari 13

Gejala HDB

7 hsi

14 hsi

21 hsi

22

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 30 November 1990 dari ayah
Endang Juhana dan ibu Enih (alm). Penulis adalah putri kedua dari tiga
bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di SDN
Sindangraja Sumedang pada tahun 2003, SMPN 1 Sumedang pada tahun 2006,
dan SMAN 3 Sumedang pada tahun 2009. Setelah itu, penulis melanjutkan
pendidikan tinggi pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum
Mikrobiologi Dasar pada tahun ajaran 2012/2013 dan 2013/2014. Penulis juga
pernah aktif dalam Himpunan Mahasiswa Biologi (Himabio) sebagai bendahara
dan sekretaris divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) tahun 2011
dan 2012, Ketua Tim Laboratorium dan Sekretaris I dalam Acara MORFOLOGI
47 (Masa Orientasi dan Informasi Biologi angkatan 47) dan MORFOLOGI 48,
serta berpartisipasi dalam berbagai aktivitas keorganisasian di Departemen
Biologi dan di FMIPA IPB. Selama kuliah S1, penulis mendapatkan beasiswa
pendidikan yaitu beasiswa PPA tahun 2009-2010 dan beasiswa BUMN tahun
2011-2013.
Penulis juga pernah melakukan penelitian dalam studi lapang dengan
judul “Isolasi dan Identifikasi Bakteri Potensial Tanah dari Sekitar Perakaran
Tanaman Legum di Hutan Pendidikan Gunung Walat” pada tahun 2011 dan lolos
dalam PKM AI yang diselenggarakan DIKTI dengan judul yang sama. Penulis
melakukan praktik lapangan di PT. Aldepos Salaca dengan judul “Pemeliharaan
dan Budidaya Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) di PT. Aldepos Salaca Desa
Tapos Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor” pada tahun 2012. Tahun 2013
penulis menyampaikan presentasi oral yang berjudul “Viability test of A8
bacterial formulation as biological agents and its application on rice cv. Inpari 13”
pada International Seminar on Sciences 2013 di IPB ICC, Bogor.