Analisis Tingkat Partisipasi Anggota Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jabar

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI
PETERNAK SAPI BANDUNG UTARA (KPSBU) JABAR

MUHAMMAD HANHAN SEPTIANTO

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ABSTRAK
MUHAMMAD HANHAN SEPTIANTO. Analisis Tingtkat Partisipasi Anggota
Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jabar. Dibimbing oleh
LUKMAN M BAGA.
Peran koperasi dalam pembangunan perekonomian dapat terwujud dengan adanya
peran aktif anggota. Peran anggota dalam setiap kegiatan usaha koperasi berguna
untuk meningkatkan kesejahteraan dalam bentuk manfaat sosial dan ekonomi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat paratisipasi anggota dalam
kegiatan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jabar. Metode analisis
yang digunakan adalah analisis Rank Spearman untuk mengetahui hubungan

antara manfaat sosial ekonomi dengan tingkat partisipasi anggota koperasi. Uji
analisis Rank Spearman menunjukan bahwa hasil hubungan antara manfaat sosial
dan ekonomi anggota dengan partisipasi pada bidang organisasi, usaha dan
permodalan memiliki hubungan yang kuat atau high moderately associations.
Hubungan yang paling kuat terlihat antara manfaat sosial dan ekonomi dengan
partisipasi dalam bidang organisasi pada saat menghadiri RAT. Manfaat sosial
yang dirasakan yaitu semakin terjalinnya hubungan kerjasama yang baik antara
pengurus dengan anggota dalam hal pelayanan dan pemenuhan kebutuhan bagi
peternak. Sedangkan manfaat ekonomi yang dirasakan yaitu adanya jaminan
pemasaran susu dan penambahan pendapatan setelah menjadi anggota KPSBU
Jabar.
Kata kunci : koperasi, manfaat sosial ekonomi, partisipasi

ABSTRACT
MUHAMMAD HANHAN SEPTIANTO. Analysis of Member Participation Level of
North Bandung Cattle Breeder Cooperative (KPSBU), West Java. Supervised by
LUKMAN M. BAGA.
The role of cooperatives in economic development can be realized by exsisting their
member active participations in every cooperative business activity which are benefit for
improving welfare in the form of social and economic benefits. This study aims to

analyze the level of member participation in the activities of North Bandung Cattle
Breeder Cooperative (KPSBU) West Java. The method of analysis used was the
Spearman Rank analysis which determined the relationship between the cooperative’s
socio-economic benefits and its member participation level. The results showed that the
relationship between social-economic benefits and member participation level in the
fields of organization, business and capital had a strong relationship or moderately high
association. The strongest relationship which was seen between the social-economic
benefits and the member participation level was the relationship in a field of organization,
especially the members’attendant in annual member meeting (RAT). The perceived social
benefits are the relations of good cooperation between executive board members in terms
of service and the fulfillment of the requirements for breeders. While the economic
benefits perceived is the guarantee marketing milk and additional income after being a
member (KPSBU) West Java.
Keywords : Cooperative, Socio-economic benefits, Participation

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Tingkat

Partisipasi Anggota Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jabar
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

MUHAMMAD HANHAN SEPTIANTO
NIM H34114042

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI
PETERNAK SAPI BANDUNG UTARA (KPSBU) JABAR


MUHAMMAD HANHAN SEPTIANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

iv

Judul Skripsi : Analisis Tingkat Partisipasi Anggota Koperasi Peternak Sapi
Bandung Utara (KPSBU) Jabar
Nama
: Muhammad Hanhan Septianto

NIM
: H34114042

Disetujui oleh

Dr Ir Lukman M Baga, MAEc
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi: Analisis Tingkat Partisipasi Anggota Koperasi Petemak Sapi
Bandung Utara (KPSBU) Jabar
Nama
: Muhammad Hanhan Septianto
NIM

: H34114042

Disetujui oleh

Dr Ir Lukrnan M Baga, MAEc
Pembimbing

Diketahui oleh

MS

Tanggal Lulus:

0 2 JAN 2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013
ini adalah koperasi, dengan judul Analisis Tingkat Partisipasi Anggota Koperasi

Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jabar.
Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih secara tertulis
sebagai bentuk penghargaan kepada kedua orang tua serta kedua adik tercinta
yang telah memberikan dukungan, doa, dan materi yang mengantarkan penulis
pada satu titik menuju masa depan, Dr Ir Lukman M Baga, MAEc sebagai dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan,
dan mendukung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Dr Ir Ratna
Winandi, MS sebagai dosen evaluator kolokium yang telah memberikan banyak
saran, keluarga besar KPSBU Jabar yang telah memberikan kesempatan untuk
melaksanakan kegiatan penelitian dan telah membantu selama pengumpulan data,
serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2013

Muhammad Hanhan Septianto

ii


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan
Manfaat
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Koperasi Peternakan Sapi perah
Tujuan dan Manfaat Koperasi
Keanggotaan Koperasi
Peranan Partisipasi Anggota dalam Pengembangan Koperasi
Hubungan antara Manfaat dengan Partisipasi Anggota Koperasi
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Manfaat Sosial Ekonomi Koperasi
Partisipasi Anggota

Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Penentuan Responden
Metode Analisis Data
Uji Validitas dan Reabilitas
Analisis Manfaat
Analisis Manfaat Sosial Ekonomi Anggota KPSBU Jabar dan
Tingkat Partisipasinya
Analisis Korelasi Manfaat Ekonomi dan Manfaat Sosial Terhadap
Tingkat Partisipasi dengan Ranks Spearman
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejarah dan Perkembangan Koperasi
Lokasi Koperasi
Struktur Organisasi Koperasi
Deskripsi Kegiatan Bisnis

iii

iv
iv
1
1
5
8
8
9
9
9
10
10
11
11
12
12
12
13
15
19

19
19
19
19
20
20
22
22
24
25
25
27
27
31

Deskripsi Sumber Daya Koperasi
Karakteristik Peternak
Analisis Manfaat Sosial Anggota Peternak KPSBU Jabar
Analisis Manfaat Ekonomi Anggota Peternak KPSBU Jabar
Analisis Partisipasi Anggota KPSBU Jabar
Hubungan Antara Manfaat Sosial dengan Tingkat Partisipasi
Anggota KPSBU Jabar
Hubungan Antara Manfaat Ekonomi dengan Tingkat Partisipasi Anggota
KPSBU Jabar
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

35
39
44
47
49
58
60
60
63
67
69

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Perkembangan modal, total aset, dan volume usaha Koperasi Peternak
Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jabar Tahun 2008-2012
Perkembangan jumlah anggota dan SHU Koperasi Peternak Sapi
Bandung Utara (KPSBU) Jabar Tahun 2008-2012
Indikator manfaat ekonomi dan skor
Indikator manfaat sosial dan skor
Susunan pengurus KPSBU Jabar periode 2006-2011
Susunan pengawas KPSBU Jabar perode 2011-2016
Keanggotaan KPSBU Jabar per 30 Maret 2012
Rataan kualitas susu KPSBU Jabar Tahun 2012
Komposisi makanan konsentrat KPSBU Jabar
Pendapatan unit bisnis pakan konsentrat tiga tahun terakhir
Laba kotor unit bisnis waserda tiga tahun terakhir
Laba kotor unit pembibitan sapi tiga tahun terakhir
Jumlah populasi sapi perah KPSBU Tahun 2012
Jumlah kekayaan bersih KPSBU Jabar tiga tahun terakhir
Tingkat pendidikan karyawan KPSBU Jabar
Karakteristik responden berdasarkan umur
Karakteristik responden tingkat pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan lain
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan
Karakteristik responden berdasarkan skala usaha ternak
Karakteristik responden berdasarkan lama keanggotaan
Karakteristik responden berdasarkan motivasi

6
7
23
23
29
30
31
32
32
33
34
35
36
38
39
40
40
41
42
42
43
44

iv

23
24
25
26
28
29

Tanggapan anggota KPSBU Jabar terhadap manfaat sosial
Tanggapan anggota KPSBU Jabar terhadap manfaat ekonomi
Tanggapan anggota KPSBU Jabar terhadap partisipasi organisasi
Tanggapan anggota KPSBU Jabar terhadap partisipasi usaha
Korelasi antara manfaat sosial dengan tingkat partisipasi KPSBU Jabar
Korelasi antara manfaat ekonomi dengan tingkat partisipasi KPSBU Jabar

45
47
50
54
59
61

DAFTAR GAMBAR

1
2

3

Dimensi partisipasi pada koperasi
Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Tingtkat Partisipasi Anggota
Koperasi dalam Kegiatan Koperasi Peternak Sapi Bandung
Utara (KPSBU) Jabar
Struktur Organisasi Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara
(KPSBU) Jabar

14

18
28

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Indikator partisipasi organisasi, usaha, dan permodalan

69

Lampiran 2 Output spss uji validitas dan reliabilitas

75

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi
Indonesia. Hal ini menarik pemerintah untuk terus menjadikan pembangunan
pertanian perhatian utama. Karena sebagian besar masyarakat Indonesia masih
bergerak dalam sektor pertanian terutama di daerah pedesaan yang memiliki daya
saing dan tingkat kehidupan masyarakat masih rendah, sehingga memerlukan
dukungan dari berbagai pihak terutama pemerintah. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS 2013) pertanian merupakan sektor terbesar kedua dalam total
Produk Domestik Bruto (PDB) setelah industri pengolahan, dimana sektor
tersebut memberikan konstribusi sebesar Rp327.6 triliun atau 15.14% dari total
PDB nasional. Selain itu sektor pertanian merupakan penyerap tenaga kerja
terbanyak sebesar 36.52% dari 112.8 juta penduduk Indonesia yang bekerja.
Peranan sektor pertanian yang demikian besar dalam perekonomian nasional
memiliki implikasi penting dalam pembangunan ekonomi nasional kedepan,
sehingga pembangunan nasional dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat
luas dapat tercapai (Saragih 1997).
Subsektor peternakan merupakan salah satu bagian yang tidak bisa
terpisahakan dari pembangunan sektor pertanian, sangat penting untuk
dikembangkan dalam menunjang perekonomian masyarakat khususnya pedesaan
yang sangat membutuhkan penanganan secara efektif dalam proses
pengembangannya terutama dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus
meningkat akibat bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan rata-rata
pendapatan, dan penciptaan lapangan pekerjaan. Pengembangan sektor peternakan
setidaknya memiliki tiga peranan strategis dalam pembangunan perekonomian
Indonesia, yaitu a) sebagai salah satu sumber pendapatan masyarakat, b) sebagai
bahan makanan masyarakat khususnya sumber protein dan vitamin dan, c) sebagai
salah satu sumber negara non-migas (Baga et al 2009).
Sektor peternakan memiliki beberapa komoditi unggulan yang menjadi
komponen utama dalam pengusahaan beberapa pelaku bisnis peternakan di Jawa
Barat salah satunya komoditi susu sapi perah. Pengembangan usaha peternakan
sapi perah di Jawa Barat, tidak telepas dari peranan Koperasi Peternak Susu dan
Usaha Peternakan yang merupakan lembaga ekonomi sekaligus lembaga sosial
yang secara langsung menjadi wadah suatu kegiatan usaha peternakan sapi perah
rakyat sebagai anggotanya. Koperasi sangat berperan terutama dalam menampung
dan menjual susu sapi perah dari anggotanya, memproduksi dan juga menjual
pakan ternak, menyediakan peralatan untuk perlengkapan peternakan, pembinaan
dan sekaligus memberikan pelayanan teknis peternakan serta jasa pengankutan.
Sehingga koperasi harus tumbuh menjadi badan usaha dan sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang sehat, kuat, tangguh, dan mandiri yang berfungsi
sebagai wadah untuk menggalang ekonomi rakyat (Soedjono 1996).
Perekonomian di Jawa Barat tumbuh dengan baik, dan pertumbuhannya
sekitar 6% pertahun dan hampir sama dengan pertumbuhan ekonomi nasional.
Salah satu faktor perekonomian di Jawa Barat tumbuh dengan baik adalah
banyaknya berdiri koperasi. Berdasarkan data kementrian koperasi di Jawa Barat

2

saat ini jumlah koperasi ada sekitar 25 000 unit dengan jumlah anggota koperasi 4
280 700 orang dengan volume usaha mencapai Rp10.834 triliun, modal usaha
Rp11.046 triliun, dan Sisa Hasil Usaha (SHU) Rp1.002 triliun dan pelaku usaha
mikro kecil dan menengah (UKM) jumlahnya saat ini mencapai 9 juta orang.
Selain itu Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) daerah Jawa Barat mencatat
bahwa jumlah anggota GKSI Jawa Barat terdapat 22 unit koperasi susu dan
anggota sebanyak 27 135 peternak sapi perah, dengan populasi sapi perah
sebanyak 111 235 ekor, dan volume produksi sebanyak 540 000 liter susu segar
per hari. Hal ini merupakan sebuah bukti ekonomi di Jawa Barat tumbuh dengan
baik dengan banyaknya koperasi dan pelaku UMKM yang merupakan salah satu
faktor penyebab turunnya tingkat kemiskinan di Jawa Barat. Sehingga perlu
adanya perhatian dari pemerintah untuk perkembangan koperasi di Jawa Barat,
sebab banyak sisi positif yang dapat dirasakan dari keberadaan koperasi terutama
untuk mensejahterakan masyarakat. Pengembangan koperasi dapat dijadikan
sebagai sebuah wahana yang efektif bagi anggota untuk saling bekerja sama,
membuka akses pasar, modal, informasi, teknologi dengan mengoptimalkan
potensi, dan memanfaatkan peluang usaha yang terbuka (Nasution 2002).
Keberadaan koperasi telah dirasakan peran dan manfaatnya bagi masyarakat
Jawa Barat. Pada kondisi saat ini masyarakat telah merasakan bahwa peran dan
manfaat koperasi lebih besar dibandingkan lembaga lain. Sehinga koperasi
menjadi organisasi yang dimiliki oleh anggotanya dan rasa memiliki tersebut
menjadi nilai utama yang menyebabkan koperasi bisa tumbuh berkembang pada
berbagai kondisi apapun dengan mengandalkan loyalitas anggota koperasi.
Masyarakat yang sadar akan kebutuhannya untuk memperbaiki diri,
meningkatkan kesejahteraan, atau mengembangkan diri secara mandiri yang akan
menjadi motivasi anggota untuk terus berkoperasi. Keberadaan koperasi akan
ditentukan oleh pemahaman nilai-nilai koperasi oleh para anggota. Faktor
pembeda koperasi dengan lembaga usaha lain adalah adanya nilai-nilai lain seperti
keterbukaan, demokrasi, partisipasi, kemandirian, kerjasama, pendidikan, dan
kepedulian secara sosial yang dijadikan pilar utama dalam suatu koperasi dan
diwujudkan dalam kegiatan berkoperasi. Koperasi akan semakin dirasakan peran
dan manfaatnya bagi anggota jika terdapat kesadaran dan kejelasan dalam hal
keanggotaan koperasi. Hal ini mengacu pada pemahaman anggota akan perbedaan
hak dan kewajiban serta manfaat yang dapat diperoleh dengan menjadi anggota
atau tidak menjadi anggota. Jika terdapat pemahaman atas keanggotaan koperasi
dan manfaat yang akan diterima anggota dan yang tidak diterima non-anggota
maka akan terdapat insentif dan loyalitas untuk menjadi anggota koperasi yang
kemudian akan menjadi basisi kekuatan koperasi. Sehingga dengan pemahaman
dan keterlibatan aktif anggota dalam gerakan koperasi menyebabkan
meningkatnya produksi dan nilai tambah produksi di suatu sisi, sementara di sisi
lain peternak terlindungi dari kekejaman pasar maupun lingkungan bisnis lain
yang tidak bersahabat dengan upaya peningkatan kesejahteraan peternak. Oleh
karena itu, gerakan koperasi berperan penting dalam meningkatakan kekuatan
tawar (barganing power) para peternak, bahkan dalam situasi tertentu dapat
menjadi kekuatan penyeimbang (countervailing power) terhadap berbagai bentuk
keserakahan dan ketidakadilan dan hal itu semua akan sangat berpengaruh
terhadap pengembangan suatu aktivitas perekonomian wilayah khususnya
pedesaan (Baga et al 2009).

3

Secara kuantitatif koperasi tumbuh dengan cepat di Jawa Barat, akan tetapi
dalam perjalanan pergerakan koperasi kebanyakan dari semua koperasi di Jawa
Barat hanya sedikit sekali yang didukung oleh kemampuan sumberdaya yang
memadai baik dilihat dari manusia, modal, maupun teknologi. Berdasarkan data
Dinas KUMKM Jawa Barat jumlah koperasi yang tercatat mencapai 25 000 unit
koperasi dan dari jumlah tersebut terdapat koperasi aktif sebanyak 7 955 unit,
koperasi tidak aktif sebanyak 18 000 unit, dan sebanyak 88 unit koperasi hanya
tinggal papan nama dan dicabut ijinnya. Selain masih tingginya tingkat koperasi
yang tidak aktif di Jawa Barat, ditambah masih sangat rendah tingkat koperasi
aktif yang rutin melakukan kegiatan Rapat Anggota Tahunan (RAT) tiap
tahunnya. Saat ini tercatat sebanyak 7 955 unit koperasi aktif yang berada di Jawa
Barat, akan tetapi hanya 20.5% atau 5 125 unit dari 25 000 unit koperasi yang
rutin melaksanakan kegiatan RAT tiap tahunnya dengan jumlah anggota sebanyak
4 280 700 orang. Masih rendahnya tingkat koperasi aktif yang melakukan RAT
ini disebabkan oleh kurang pahamnya pengurus dan anggota terhadap sistem
perkoperasian. Padahal kegiatan RAT sangat penting untuk dilakukan, karena
akan menjadi media komunikasi antar pengurus dan anggota, termasuk untuk
melihat kondisi neraca koperasi. Oleh karena itu, banyaknya koperasi yang tidak
aktif dikarenakan koperasi tersebut tidak berhasil melakukan RAT dan rendahnya
partisipasi anggota (Jakiyah 2011). Sehingga partisipasi anggota merupakan
faktor terpenting dalam mendukung keberhasilan atau perkembangan suatu
organisasi. Melalui organisasi segala aspek yang berhubungan dengan
pelaksanaan kegiatan pencapaian tujuan direalisasikan. Semua pogram yang harus
dilaksanakan oleh manajemen perlu memperoleh dukungan dari semua unsur atau
komponen yang ada dalam organisasi. Tanpa dukungan semua unsur atau
komponen, pelaksanaan program-program manajemen tidak akan berhasil
(Hendar dan Kusnadi 2002).
Banyaknya koperasi yang tidak aktif dan tidak berjalan sesuai koridornya
disebabkan pembentukan koperasi dengan cara pendektan top down (Baga et al
2009). Proses pembentukan koperasi dengan cara top down kurang sesuai dengan
asa koperasi yang seharusnya dibentuk oleh anggota dari anggota dan untuk
anggota (bottom up). Perusahaan koperasi dapat dikatakan perusahaan yang unik.
Unik, karena keberhasilannya sangat ditentukan oleh pemiliknya sendiri yakni
para anggotanya. Anggota di dalam organisasi koperasi merupakan pemilik
sekaligus pengguna jasa koperasi. Oleh karena itu, keberhasilan koperasi akan
sangat tergantung pada konsistensi atas komitmen anggotanya, baik sebagai
pemilik maupun sebagai pelanggan atau pengguna jasa koperasi. Sebagai pemilik,
anggota dapat memajukan koperasi melalui konstribusi permodalan, ide-ide atau
saran-saran yang sifatnya konstruktif, dan ikut serta dalam mengawasi
pengelolaan koperasi agar tidak menyimpang dari program yang telah disepakati.
Sedangkan sebagai pelanggan, anggota dapat mengembangkan koperasi melalui
konstribusinya dalam memanfaatkan layanan-layanan koperasi. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa anggota adalah aset yang penting dan merupakan kunci
yang dapat menentukan keberhasilan koperasi.
Komitmen yang kuat akan tumbuh pada diri anggota, manakala koperasi
yang dimilikinya ini dibentuk dengan sadar atas harapan yang akan dapat
menolong diri mereka sendiri melalui kompetensi organisasinya (bottom up).
Dalam kondisi seperti itu akan tumbuh dan mengakar perilaku kooperatif yaitu

4

kepedulian sosial, sikap percaya diri, dan kebersamaan, yang merupakan kesatuan
yang bulat, yang menjadi motivasi yang kuat anggota untuk selalu berusaha
mewujudkan tujuan mereka yang beragam, bukan hanya di bidang ekonomi tetapi
juga di bidang sosial. Komitmen yang kuat dan mengakar ini akan mendorong
anggota untuk tetap loyal pada koperasi, oleh karena itu harus terus dipupuk dan
dipelihara keberadaanya, khususnya oleh pengurus selaku pihak manajemen
koperasi. Maka dari itu, pengurus wajib melaksanakan harapan dan amanah yang
diterima dari anggota tersebut dengan sebaik-baiknya. Pengurus harus mampu
menjabarkan kebutuhan dan keinginan anggota ke dalam program kerja secara
teknis. Semua itu dilakukan untuk sebesar-besarnya memberikan manfaat kepada
para anggota koperasi. Untuk dapat merealisasikan hal tersebut, maka pengurus
dituntut selain memiliki pemahaman terhadap internak koperasi yang mendalam
termasuk di dalamnya nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi, juga harus memiliki
wawasan yang luas tentang lingkungan eksternal, khususnya yang berhubungan
dengan bisnis koperasi. Hal ini sangat penting, mengingat keberhasilan koperasi
sangat terkait pada pengusahaan kedua hal tersebut. Peningkatan manfaat
keanggotaan secara operasional dapat dilakukan dengan berbagai macam cara
tergantung dari situasi dan kondisi sesuai kemampuan koperasi seperti
menyediakan barang-barang atau jasa-jasa yang dibutuhkan oleh anggota yang
relatif lebih baik dari pada pesaingnya dipasaran (Hendar dan Kusnadi 2002).
Pertumbuhan pergerakan koperasi sebaiknya disikapi oleh pemerintah
dengan tidak terlalu berlebihan (over sympathy). Hal tersebut dikarenakan
pemerintah memberikan perhatian atau bantuan yang sangat besar bahkan
berlebihan kepada koperasi. Sikap tersebut dikarenakan pemerintah beranggapan
bahwa koperasi sebagai organisasi yang tepat untuk mengatasi perbaikan ekonomi
dan sosial masyarakat di daerah pedesaan. Salah satu contoh sikap pemerintah di
Jawa Barat yaitu dengan adanya dorongan aktif untuk membentuk koperasi secara
cepat. Pendirian koperasi dalam waktu yang relatif cepat dan tidak wajar
mengakibatkan mutu koperasi tidak baik dan mengakibatkan tingginya tingkat
koperasi yang tidak aktif di Jawa Barat. Pemerintah seharusnya membantu
koperasi dengan sewajarnya sehingga tidak menimbulkan sifat ketergantungan
koperasi kepada pemerintah. Maka seharusnya bentuk perhatian dan keterlibatan
pemerintah pada tahap ofisialisasi yaitu pemerintah memberikan perhatian yang
lebih besar karena peran koperasi masih sangat kecil. Hal ini dilakukan jika
koperasi masih dalam tahap pendirian dan baru tumbuh. Sedangkan sikap
pemerintah sudah muali dikurangi sehingga terjadi keseimbangan antara koperasi
dan pemerintah disebut tahap de-ofisialisasi. Tahap yang lebih tinggi setelah tahap
de-ofisialisasi yaitu tahap kemandirian. Pada tahap ini pemerintah mengurangi
bantuan dan peran koperasi yang lebih besar dari pemerintah, artinya koperasi
telah mampu mandiri dan fungsi pemerintah bersifat mengawasi dan memberikan
bantuan sesuai kebutuhan koperasi. Bantuan-bantuan pemerintah pada koperasi
dapat berupa modal, pendidikan dan pelatihan, dan pendampingan (Baga et al
2009).
Koperasi yang berhasil adalah koperasi yang mampu meningkatkan
kesejahteraan dan mampu mengatasi permasalahan ekonomi yang dihadapi
anggotanya. Segala bentuk kegiatan yang dilaksanakan oleh koperasi harus dapat
dirasakan secara langsung atau tidak oleh anggota sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan anggota melalui adanya pemberian manfaat sosial dan ekonomi.

5

Manfaat sosial dan ekonomi bagi anggota koperasi merupakan motivasi bagi
anggota untuk terus bergabung menjadi anggota koperasi. Tanpa manfaat sosial
dan ekonomi yang diberikan koperasi, maka koperasi akan sama seperti badan
usaha lainnya. Keberhasialan koperasi tidak akan tercapai jika tidak didukung
oleh peran aktif anggota dalam kegiatan koperasi. Karena, partisipasi merupakan
kebutuhan dasar bagi usaha koperasi, karena maju mundurnya suatu koperasi
sangat tergantung pada partisipasi anggota dalam berbagai aspek seperti
pendidikan dan penyuluhan, pertemuan, pembentukan modal, pengembangan
usaha dan komunikasi pembuatan program. Semakin besar partisipasi anggota,
semakin mudah koperasi berkembang. Rendahnya partisipasi anggota disebabkan
oleh kurang mampunya koperasi dalam meningkatkan dan memberikan pelayanan
yang baik kepada anggota. Dengan demikian berhasil atau tidaknya dan maju
mundurnya suatu koperasi sangat tergantung pada partispasi aktif dari
anggotanya. Apabila setiap anggota koperasi melaksanakan partisipasi secara aktif
dan berkesinambungan maka kelangsungan hidup dan perkembangan koperasi
akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Namun, dalam prakteknya sebagian
besar anggota koperasi kurang berpartisipasi secara aktif sehingga koperasi
kurang berkembang. Koperasi yang dinamis akan ditunjukan oleh partisipasi
anggotanya dan sekaligus menunjukan kegiatan dan kinerja koperasi yang dapat
menarik partisipasi anggota. Hal itu semua akan bisa tercapai jika kegiatan
koperasi sesuai dengan kebutuhan anggota. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui manfaat ekonomi dan manfaat sosial yang dirasakan
anggota koperasi serta hubungannya terhadap tingkat partisipasi organisasi,
permodalan, dan bisnis.
Perumusan Masalah
Koperasi merupakan salah satu wadah golongan usahawan ekonomi lemah
dan menengah agar ikut aktif dalam proses pembangunan. Pengelolaan
manajemen tidak terlepas dari peran anggota, pengurus, dan pengawas harian
sebagai komponen pendukung dalam melakukan evaluasi terhadap keberhasilan
koperasi. Keberhasilan koperasi selain didukung oleh suatu sistem dan peraturan,
juga didukung oleh sumberdaya manusia didalamnya. Peran partisipasi aktif dan
berkualitas dari anggota akan sangat mempengaruhi kemajuan dan eksistensi
sebuah koperasi, berlaku juga untuk semua koperasi terutama Koperasi Peternak
Sapi di Jawa Barat.
Keberhasilan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat
(Jabar) yang telah berdiri sejak tahun 1971 tidak akan tercapai apabila tidak
didukung oleh partisipasi aktif dari anggotanya. Koperasi ini memberikan
pelayanan kepada peternak sebagai anggotanya, berupa pemasaran hasil
produksinya, melayani kebutuhan konsentrat, obat-obatan, Inseminasi Buatan
(IB), memberikan fasilitas penyaluran kredit, dan memberikan pelayanan
penyuluhan. Pada saat ini, KPSBU Jabar menjadi salah satu koperasi terbaik di
Indonesia. KPSBU Jabar menempati urutan pertama sebagai koperasi susu terbaik
dan merupakan leader, baik dari segi manajemen, pengembangan organisasi,
maupun kualitas produk di Jawa Barat. Keberhasilan KPSBU Jabar dapat terukur
dengan diberikannya penghargaan Indonesia Cooperative Award dari
Kementerian Negara Koperasi dan UKM serta Majalah SWA pada tahun 2006.

6

Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara semakin berkembang setiap tahunnya
yang ditandai dengan semakin meningkatnya produksi susu yang dihasilkan 149
492 lt atau 150 ton per hari. Peningkatan tersebut didukung oleh kerja sama
pengembangan susu segar dengan PT. Frisian Flag Indonesia (FFI). Mulai tahun
2002 KPSBU Jabar bekerja sama dengan PT. FFI untuk memasok susu segar.
Perkembangan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jabar dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabe l 1 Perkembangan modal, total aset, dan volume usaha Koperasi Peternak
Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jabar Tahun 2008-2012a
Total
Persentasec
Modalb
Persentasec
Volume
b
Asset
Usahab
2008 34 395 909
15 872 167
2009 37 226 734
9.38
16 295 785
2.67
207 086 949
2010 43 461 484
15.52
17 474 752
7.23
228 704 869
2011 43 409 401
0.12
17 346 101
0.74
213 236 648
2012 50 610 677
16.59
19 734 469
13.77
228 397 998
a
Sumber : Laporan RAT KPSBU Jabar 2008-2012.; b(Rp 000).; cPersentase (%)
Tahun

Persentasec

10.34
6.76
7.11

Perkembangan total aset, modal dan volume usaha KPSBU Jabar lima tahun
terakhir mengalami peningkatan yang positif. Pada Tabel 1, perkembangan total
asset pada tahun 2009 sebesar 9.38%, kemudian pada tahun 2010 naik menjadi
15.52% sedangkan pada tahun 2011 terjadi penurunan sebesar 0.12%. Kemudian
pada tahun 2012 terjadi kembali kenaikan sebesar 16.59% Peningkatan juga
terjadi pada modal dan volume usaha koperasi. Perkembangan modal pada tahun
2009 sebesar 2.67%, kemudian pada tahun 2010 meningkat menjadi 7.23%, pada
tahun 2011 turun menjadi 0.74% dan pada tahun 2012 meningkat kembali
menjadi 13.77%. Sedangkan untuk volume usaha pada tahun 2010 yaitu sebesar
10.34%, kemudian pada tahun 2011 turun menjadi 6.76%, dan pada tahun 2012
meningkat menjadi 7.11%.
Peningkatan total aset, modal dan volume usaha yang sangat tinggi dari
tahun 2009 ke tahun 2010 disebabkan oleh peningkatan jumlah anggota koperasi
yang cukup tinggi yaitu dari 6 351 di tahun 2008 menjadi 6 907 di tahun 2009.
Sedangkan penurunan yang sangat melonjak terjadi pada tahun 2011, penurunan
tersebut dikarenakan oleh keluarnya beberapa anggota koperasi dan juga ditambah
terjadinya cuaca atau musim ekstrim yang menghambat kuantitas dan kualitas
susu di KPSBU Jabar. Cuaca ekstrim atau musim kemarau berkepanjangan di
akhir tahun, mengakibatkan produksi susu sapi menurun sehingga pendapatan
peternak pada umumnya mengalami penurunan. Akibat musim kemarau tersebut
produksi susu terus mengalami penurunan bahkan produksi terendah sampai 98
500 Liter/hari, dan rataan produksi tahun 2011 119 006 Liter/hari, padahal dalam
hitungan rataan produksi 128 500 Liter/hari. Kemudian ditambah naiknya harga
bahan kebutuhan rumah tangga seperti beras yang melampau Rp8 000/liter,
ditambah naiknya bahan baku untuk membuat pakan sapi seperti konsentrat
sehingga KPSBU Jabar tidak bisa memproduksi dalam jumlah banyak yang
berimbas pada naiknya harga konsentrat yang dibebankan kepada peternak.

7

Dari data-data yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa peningkatan dan
penurunan jumlah anggota pada KPSBU Jabar diikuti pula dengan peningkatan
dan penurunan SHU dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
a

Perkembangan jumlah anggota dan SHU Koperasi Peternak Sapi
Bandung Utara (KPSBU) Jabar Tahun 2008-2012a
Jumlah anggotab Persentasec
SHUd
Persentasec
6 351
1 215 907
6 907
8.75
1 223 777
61.38
6 952
0.65
1 315 760
7.52
6 969
0.24
1 321 113
0.41
6 930
0.56
1 514 114
14.61

Sumber : Laporan RAT KPSBU Jabar 2008-2012.; bOrang.; cPersentase (%).; d(Rp 000)

Perkembangan jumlah anggota pada tahun 2009 adalah sebesakr 8.75%,
kemudian pada tahun 2010 meningkat menjadi 0.65%, pada tahun 2011 kembali
mengalami peningkatan menjadi 0.24%, dan pada tahun 2012 turun menjadi
0.56% akan tetapi penurunan anggota yang terjadi pada tahun 2012 tidak
berdampak langsung apada penurunan hasil SHU. Dapat dilihat dengan
bertambahnya jumlah anggota setiap tahun, KPSBU Jabar telah menunjukan
keberhasilan yang bisa dirasakan langsung oleh para anggota yang terdiri
beberapa profesi seperti peternak, pegawai negri sipil, karyawan, pedagang, buruh
tani, dan juga berbagai profesi lainnya. Untuk perkembangan jumlah SHU pada
tahun 2009 adalah 61.38%, kemudian pada tahun 2010 meningkat menjadi 7.52%,
pada tahun 2011 kembali naik sebesar 0.14%, dan pada tahun 2012 terjadi
kenaikan menjadi 14.61%.
Berdasarkan penjelasan pada Tabel 1 dan 2, dapat dilihat bahwa
perkembangan modal, total aset, volume usaha, SHU dan jumlah anggota KPSBU
Jabar dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal tersebut akan sangat
mempengaruhi perkembangan kelangsungan usaha koperasi. Tujuan utama
koperasi adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Pelayanan koperasi terhadap anggota harus lebih
diutamakan dari pada pengambilan keuntungan sehingga anggota benar-benar
dapat merasakan manfaat berkoperasi. Jika manfaat sudah dirasakan oleh para
anggota maka akan timbul rasa memiliki terhadap koperasi dan akan timbul
semangat untuk mengembangkan koperasi. Selain pelayanan terhadap anggota,
partisipasi anggota juga merupakan bagian yang sangat penting dalam
perkembangan koperasi. Karena dalam kegiatan usahanya, koperasi banyak
ditentukan oleh tingkat konstribusi dari para anggotanya.
Manfaat atau benefit yang dirasakan oleh anggota koperasi menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi anggota. Suatu koperasi dapat
dikatakan berhasil jika para anggotanya merasakan adanya manfaat sosial dan
ekonomi yang lebih besar dibandingkan manfaat yang diperoleh dari perusahaan
lain. Dengan adanya manfaat sosial dan ekonomi yang dirasakan tersebut para
anggota akan berpartisipasi menggunakan pelayanan koperasi merupakan salah
satu daya tarik bagi para anggota maupun calon anggota koperasi. Karena pada

8

dasarnya banyak yang beranggapan bahwa manfaat sosial maupun ekonomi yang
diperoleh dari koperasi sering dianggap lebih kecil dibandingkan dengan yang
diperoleh dari perusahaan terutama bukan koperasi.
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah seperti yang telah
diuraikan, maka penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara manfaat
sosial dan ekonomi dengan tingkat partisipasi anggota pada Koperasi Peternak
Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jabar. Sehingga permasalahan yang akan dikaji
dalam koperasi ini yaitu:
1. Bagaimana profil anggota Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU)
Jabar dan kaitannya dengan partisipasi?
2. Bagaimana manfaat ekonomi dan manfaat sosial yang diperoleh anggota
KPSBU Jabar?
3. Bagaimana tingkat partisipasi anggota KPSBU Jabar pada aktivitas organisasi,
permodalan, dan bisnis?
4. Bagaimana manfaat ekonomi dan manfaat sosial yang diperoleh anggota
KPSBU Jabar serta hubungannya dengan tingkat partisipasi?

Tujuan
Tujuan dari penelitian yang dapat dikaji adalah :
1. Mengetahui bagaimana profil anggota yang telah bergabung dengan Koperasi
Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jabar dan kaitanya dengan partisipasi.
2. Menganalisis manfaat ekonomi dan manfaat sosial yang diperoleh anggota
KPSBU Jabar.
3. Menganalisis tingkat partisipasi anggota KPSBU Jabar pada aktivitas
organisasi, permodalan, dan bisnis.
4. Menganalisis manfaat ekonomi dan manfaat sosial yang diperoleh anggota
KPSBU Jabar serta hubungannya dengan tingkat partisipasi.

Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi:
1. Bagi Koperasi KPSBU Jabar
Dapat mengetahui tingkat manfaat sosial ekonomi yang dirasakan oleh anggota
koperasi. Sehingga bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
penetapan yang berkaitan dengan pengembangan koperasi melalui tingkat
pelayanan yang berakibat pada peningkatan partisipasi anggota. Dapat menjadi
acuan KPSBU Jabar dalam mempertahankan dan meningkatkan kinerja
koperasi yang telah berjalan selama ini dan memberikan informasi serta
menjadi bahan pertimbangan atau masukan dalam melakukan pengembangan
koperasi.
2. Bagi Perguruan Tinggi
Kajian analisis tingkat partisipasi anggota koperasi dapat digunakan sebagai
referensi bagi penelitian selanjutnya.

9

3. Bagi Mahasiswa
Kajian analisis tingkat partisipasi anggota koperasi merupakan tambahan
pengetahuan dan wawasan serta sarana untuk mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang diterima selama kuliah.

Ruang Lingkup Penelitian
Fokus penelitian ini adalah menganalisis partisipasi untuk mengetahui
manfaat keberadaan koperasi itu sendiri bagi anggotanya. Adapun data yang
digunakan dalam menganalisis kinerja meliputi data laporan RAT dari tahun 2008
sampai 2012, pelanggan sebagai narasumber dalam pengukuran manfaat sosialekonomi terhadap tingkat partisipasi. Pelanggan yang dimaksud di dalam
penelitian ini adalah peternak sapi perah dimana selain menjadi anggota KPSBU
Jabar juga sebagai pihak yang menerima pelayanan dari KPSBU Jabar, sedangkan
untuk karyawan yang akan dijadikan responden ditentukan oleh pihak KPSBU
Jabar.

TINJAUAN PUSTAKA

Koperasi Peternakan Sapi perah
Koperasi merupakan kumpulan orang-orang dan bukan kumpulan modal
yang bergabung dan bekerjasama secara sukarela berdasarkan persamaan hak,
derajat, dan kewajiban untuk mencapai kepentingan bersama (Departemen
Koperasi 2008).
Salah satu cara pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dipedesaan adalah dengan membentuk suatu koperasi dalam rangka untuk
meningkatkan produksi dan kehidupan rakyat. Koperasi merupakan salah satu
lembaga perekonomian rakyat formal yang langsung berkaitan dengan masyarakat
pedesaan dan tersebar di seluruh wilayah tanah air termasuk di daerah dataran
tinggi. Beberapa koperasi yang berkembang didataran tinggi adalah koperasi
peternak sapi perah yang bergerak di sektor peternakan. Tujuan didirikannya
koperasi peternakan yaitu untuk menyatukan dan menggabungkan usaha peternak
yang umumnya masih berjalan secara individu dan belum begitu banyak
mengetahui pengetahuan beternak secara keseluruhan. Dengan bersatunya para
petrernak bekerja sama dalam sebuah koperasi peternakan, para peternak akan
mudah mengumpulkan modal dan dapat mengembangkan usahanya dengan tidak
bergantung kepada para tengkulak atau kaum pemodal (Trisya 2002). Koperasi
sangat memegang peranan penting dalam memperbaiki perekonomian rakyat dan
koperasi dituntut harus memiliki daya saing yang kuat, sehingga diperlukannya
peran aktif anggota dalam bentuk partisipasi dalam setiap kegiatan koperasi.
Dengan begitu koperasi dapat memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi
anggotanya yang berdampak pada tingkat partisipasi (Puspasari 2000).
Usaha peternakan sapi perah merupakan usaha rumah tangga yang semakin
berkembang, baik rumah tangga yang mengelolanya maupun jumlah ternak yang

10

diusahakannya. Seiring dengan berkembangnya jumlah peternak yang
mengusahakan sapi perah, diikuti pula semakin meningkatnya permintaan susu
oleh masyarakat sejalan dengan pengertian yang semakin luas mengenai mafaat
susu yang disertai semakin meningkatnya kemampuan ekonomi masyarakat yang
sadar akan kesehatan (Andri 2006).

Tujuan dan Manfaat Koperasi
Ropke (2003) koperasi tidak akan menarik bagi anggota, calon anggota
dan masyarakat lainnya yang ingin menjadi anggota karena hanya merasa
memiliki kelebihan modal, sebaliknya koperasi akan sangat menarik bila koperasi
dapat memberikan manfaat ekonomi (economi benefit) bagi anggotanya. Untuk
itulah pelayanan harus menjadi tujuan utama dalam koperasi. Hal tersebut sesuai
dengan penelitian Jakiyah (2011), bahwa tujuan utama dari didirikannya sebuah
koperasi bukan hanya untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya, akan tetapi
untuk lebih memberikan pelayanan dan melayani kebutuhan anggota dan
sekaligus berfungsi sebagai wadah partisipasi pelaku ekonomi skala kecil atau
dengan kata lain koperasi tersebut akan dapat memberikan manfaat baik sosial
maupun ekonomi kepada anggotanya.
Hendar dan Kusnadi (2002), menyatakan ada dua faktor yang
mengharuskan koperasi meningkatkan pelayanannya kepada anggotanya.
Pertama, adanya tekanan persaingan dari organisasi lain (terutama organisasi non
koperasi). Kedua, adanya perubahan kebutuhan manusia sebagai akibat perubahan
waktu dan peradaban. Bila koperasi mampu memberikan pelayanan yang sesuai
dengan kebutuhan anggota yang lebih besar dari pada pesaingnya, maka tingkat
partisipasi anggota pada koperasi akan meningkat. Apabila koperasi memiliki
kualitas pelayanan yang tinggi, maka keuntungan yang dapat dinikmati anggota
dari pelayanan koperasi akan besar, dalam arti anggota akan menikmati
keuntungan yang besar. Jika anggota dapat menikmati pelayanan yang besar,
maka anggota akan aktif berpartisipasi. Semakin banyak manfaat pelayanan yang
dapat dinikmati oleh anggota, maka akan semakin besar partisipasi anggota dalam
koperasinya. Berdasarkan hasil penelitian Jakiyah (2011), hubungan manfaat
ekonomi yang diperoleh anggota petani dengan tingkat partisipasi di bidang usaha
menunjukan hubungan yang kuat. Hal tersebut dikarenakan petani sangat
membutuhkan saprotan yang disediakan oleh koperasi dengan harga yang murah
dapat mengurangi biaya input paroduksi. Sehingga manfaat ekonomi yang
diperoleh petani mengakibatkan adanya partisipasi di bidang usaha.

Keanggotaan Koperasi
Koperasi didirikan oleh sekelompok usaha kecil dan menengah atas dasar
kepentingan dan tujuan yang sama. Ropke (2003) anggota koperasi harus
memperoleh dampak sosial dan ekonomi dari keberadaan sebuah koperasi yang
bernilai positif dibanding dengan yang diperoleh secara individu dari pasar.
Koperasi merupakan kumpulan orang dan bukan kumpulan modal, sehingga
semakin banyak jumlah anggota maka semakin kokoh kedudukan koperasi

11

sebagai suatu badan baik dilihat dari segi organisasi maupun ekonomi.
Seharusnya koperasi dikelola dan dibiayai oleh para anggota, semakin
bertambahnya anggota berarti bertambahnya pemasukan modal yang bersumber
dari simpanan-simpanan anggota. Dalam penelitian Jakiyah (2011), permodalan
koperasi dikatakan kuat dengan jumlah aset jauh melebihi kewajiban baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Aset terbesar yang dimiliki koperasi terletak
pada piutang anggota yang mencapai Rp1.862 miliyar. Piutang anggota terus
meningkat yang berasal dari unit usaha perdagangan, KUT, perumahan, dan
konstruksi listrik.

Peranan Partisipasi Anggota dalam Pengembangan Koperasi
Partisipasi anggota adalah keterlibatan aktif anggota dalam segala kegiatan
koperasi yang akan menentukan dan mempengaruhi tingkat perkembangan suatu
koperasi (Pudjiastuti 1992). Partisipasi anggota dalam permodalan menentukan
keberhasilan koperasi. Peningkatan modal koperasi diharapkan berasal dari
anggota bukan dari pihak luar, anggota dituntut harus jauh lebih besar jumlahnya
dari pada modal dari luar koperasi sehingga keterlibatan anggota akan jauh lebih
aktif dan lebih baik. Salah satu bentuk partisipasi anggota dalam permodalan
dapat dilakukan dengan cara memberikan sumbangan modal kepada koperasi
dengan cara yang adil.
Partisipasi anggota dalam organisasi yaitu peran aktif anggota dalam semua
bentuk kegiatan koperasi seperti kehadiran anggota dalam RAT. Rapat anggota
tahunan merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Dalam rapat
anggota, para anggota koperasi bebas untuk berbicara, memberikan saran, usul,
pandangan dan tanggapan serta demi kemajuan usaha koperasi (Firdaus dan Agus,
2004). Trisya (2002), bahwa partisipasi tetinggi terjadi pada saat kegiatan RAT
yaitu sebesar 50% dan digolongkan pada partisipasi tinggi. Kehadiran, keaktifan
menghadiri rapat, dan sikap dalam menghadiri pemilihan pengurus menunjukan
peran dan kepedulian yang terhadap kemajuan koperasi.
Partisipasi dalam usaha dapat terwujud jika koperasi dapat memberikan
pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan para anggotanya. Oleh karena itu
kebutuhan yang berubah-ubah dari para anggota maupun usaha dan juga
tantangan dari lingkungan luar, maka pelayanan koperasi harus terus disesuaikan
untuk mewujudkan peran aktif partisipasi anggota pada usaha koperasi. Jakiyah
(2011), bidang usaha merupakan bidang yang menjadi tonggak dalam berjalannya
kegiatan koperasi dalam menghasilkan keuntungan bersama sehingga dapat
memberikan manfaat ekonomi bagi anggota koperasi. Para petani membeli pupuk
di koperasi karena harga pupuk lebih murah di banding harga ditoko-toko lain.

Hubungan antara Manfaat dengan Partisipasi Anggota Koperasi
Partisipasi merupakan faktor penentu keberhasilan atau perkembangan yang
paling penting bagi suatu organisasi koperasi. Hasil analisis korelasi pada
penelitian Ginting (2003), menunjukan bahwa adanya korelasi antara manfaat
ekonomi dan manfaat sosial terhadap partisipasi pada bidang permodalan dan

12

dikategorikan pada hubungan lemah. Sedangankan korelasi antar manfaat sosial
dengan partisipasi anggota pada organisasi dikategorikan hubungan kuat.
Sedangkan dalam penelitian Dartiana (2005), adanya tingkat keeratan antar
variabel manfaat ekonomi dengan partisipasi di bidang modal menunjukan yang
kuat. Dapat dilihat dari semakin banyak susu yang di pasok maka baik simpanan
wajib maupun simpanan lebaran akan semakin besar yang dibayarkan anggota
kepada KPS Bogor. Hal ini menunjukan dengan semakin tingginya manfaat
ekonomi yang diperoleh anggota dari pelayanan KPS Bogor maka keinginan
untuk beraprtisipasi di bidang permodalan juga tinggi. Tingkat keeratan yang kuat
pun ditunjukkan oleh hubungan antara variabel manfaat ekonomi dengan
partisipasi anggota di bidang usaha. Hal ini dikarenakan anggota akan
berpartisipasi secara maksimal jika adanya peningkatan pelayanan usaha KPS
Bogor terhadap anggotanya. Hal ini menunjukkan semakin tinggi manfaat
ekonomi yang diperoleh anggota maka pelayanan usaha KPS Kota Bogor pun
akan tinggi.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Konseptual
Manfaat Sosial Ekonomi Koperasi
Manfaat diartikan sebagai nilai yang subjektif dari suatu alternatif yang
terbuka bagi seseorang. Manfaat atau value merupakan nilai yang menunjukkan
kapasitas potensial dari suatu objek atau aksi untuk memuaskan kebutuhan
manusia yang di pandang dari sudut ekonomi dan non ekonomi (Hendar dan
Kusnadi 2002). Manfaat koperasi berdasarkan fungsi dan peranannya dibagi
menjadi dua yaitu bidang sosial dan ekonomi. Manfaat sosial merupakan suatu
manfaat yang diperoleh anggota secara sosial, yaitu adanya hubungan antara
peternak dan pengurus dalam kegiatan pembelian dan jasa, hubungan kerja sama
dengan sesama anggota, pembinaan dan pelatihan, serta kepuasan terhadap
pelayanan pengurus koperasi. Manfaat sosial memberikan gambaran adanya sikap
kebersamaan dan hubungan harmonis antarsesama manusia dalam pengembangan
diri sehingga manfaat sosial juga dapat memberikan motivasi kepada setiap
anggota untuk berpartisipasi. Manfaat ekonomi peternak terhadap unit usaha
koperasi adalah pendapatan yang diterima anggota peternak setelah menjadi
anggota koperasi. Manfaat tersebut meliputi pendapatan Sisa Hasil Usaha (SHU),
kepuasan anggota terhadap harga barang kebutuhan pokok, kepuasan anggota
terhadap harga kebutuhan ternak seperti konsentrat dan obat-obatan, kemudahan
anggota dalam memperoleh barang yang ditawarkan, pinjaman dan
pengembaliannya, dan juga jasa lain yang ditawarkan oleh koperasi. Setiap orang
yang menjadi anggota koperasi pasti didasari oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu
yang dapat diraih dalam koperasi tersebut. Ada dua tipe anggota yang masuk
untuk menjadi anggota koperasi. Bagi orang yang secara ekonomi cukup kuat,
kebutuhan sosial yang menjadi motivasi bergabung menjadi anggota. Bagi orang

13

yang lemah kondisi ekonominya, motivasi ekonomi lebih dominan menjadi alasan
bergabung kedalam koperasi.
Kebutuhan sosial yang diinginkan oleh anggota koperasi dilihat dari seluruh
kegiatan dan program yang dilakukan oleh koperasi. Kebutuhan sosial terkait
dengan hubungan anggota dengan sesama anggota maupun hubungan anggota
dengan pengurus koperasi. Kebutuhan sosial lainnya dilihat dari pelayanan dan
pembinaan pengurus kepada anggota koperasi. Manfaat sosial yang dirasakan oleh
anggota menunjukkan terjalinnya hubungan kekeluargaan dan gotong royong
dalam koperasi. Manfaat sosial lainnya yang diinginkan oleh anggota adalah
adanya jaminan pendidikan bagi anggota maupun keluarga dan adanya jaminan
kesehatan.
Manfaat ekonomi merupakan alasan dasar bagi sebagian besar masyarakat
bergabung menjadi anggota koperasi dan merupakan kebutuhan yang harus segera
dipenuhi (Hendar dan Kusnadi 2002). Pendapatan merupakan faktor yang sangat
dominan dalam memenuhi kebutuhan seseorang, maka alasan ekonomi untuk
menjadi anggota koperasi menjadi alasan dasar bergabungnya anggota dalam
koperasi. Kebutuhan ekonomi disesuaikan dengan kegiatan-kegiatan baik jasa
maupun usaha koperasi. Nasution (2008) menyatakan bahwa motivasi anggota
untuk membangun jati diri dan otonomi koperasi akan semakin besar jika koperasi
memiliki kemampuan untuk mempromosikan manfaat ekonominya kepada
anggota dan masyarakat disekitarnya.
Koperasi dalam pergerakannya harus dapat memberikan pelayanan kepada
anggota baik secara sosial maupun ekonomi. Begitu juga pada KPSBU Jabar
merupakan koperasi yang membantu masyarakat di Kecamatan Lembang. Jika
hanya mengunggulkan ekonomi tanpa sosial maka gerakan koperasi sebagai
korporasi yang mengutamakan keuntungan dibanding kebutuhan sosial (Soedjono
2003).
Partisipasi Anggota
Partisipasi anggota adalah keterlibatan mental dan emosional terhadap
koperasi, memiliki motivasi berkontribusi kepada koperasi dan berbagai tanggung
jawab atas pencapian tujuan organisasi maupun usaha koperasi (Kementerian
Koperasi dan UKM 2010). Perkembangan dan pertumbuhan suatu koperasi sangat
tergantung pada kualitas dan partisipasi dari para anggotanya. Partisipasi anggota
sangat berpengaruh dan menentukan terhadap keberhasilan koperasi, karena
partisipasi anggota merupakan unsur utama dan paling penting dalam mencapai
keberhasilan koperasi (Hendar dan Kusnadi 2002). Melalui partisipasi segala
aspek yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan pencapaian tujuan dapat
direalisasikan.
Menurut Hendar dan Kusnadi (2002) istilah partisipasi mempunyai
dimensi banyak, tergantung dari sudut mana kita memandang. Partisipasi bisa
dipandang dari sifatnya, bentuknya, pelaksanaannya dan peran serta perorangan
atau sekelompok orang. Dimensi partisipasi pada koperasi dujelaskan pada
Gambar 1.

14

Dimensi Partisipasi

Sifatnya

Dipaksakan
Sukarela

Bentuknya

Formal
Informal

Pelaksanaannyaa

Langsung
Tidak langsung

Kepentingannya

Kontributif
Insentif

Sumber : Hendar dan Kusnadi, 2002
Gambar 1 Dimensi partisipasi pada koperasi

Berdasarkan Gambar 1, dilihat dari sifatnya partisipasi terdiri dari
partisipasi yang dipaksakan (Forced) dan partisipasi sukarela (voluntary).
Partisipasi yang pertama yang bersifat memaksa yang timbul dari pihak
manajemen dalam mengambil keputusan dengan cara memaksa anggota untuk
berpartisipasi dalam rangka mendukung keputusan yang dibuat manajemen.
Partisipasi yang kedua yaitu partisipasi sukarela disini manajemen memulai
membuat suatu gagasan dan para bawahan atau anggota menyetujui untuk
berpartisipasi dan mendukung gagasan tersebut. Partisipasi yang sesuai dengan
koperasi