Keanekaragaman dan Populasi Collembola Tanah di Area Revegetasi PT. Aneka Tambang, UBPE Pongkor, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor

KEANEKARAGAMAN DAN POPULASI COLLEMBOLA TANAH
DI AREA REVEGETASI PT. ANEKA TAMBANG, UBPE
PONGKOR, KECAMATAN NANGGUNG, KABUPATEN BOGOR

YANUAR AZHARI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman dan
Populasi Collembola Tanah di Area Revegetasi PT. Aneka Tambang, UBPE
Pongkor, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Yanuar Azhari
NIM A14100022

*

Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar
IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
YANUAR AZHARI. Keanekaragaman dan Populasi Collembola Tanah di Area
Revegetasi PT. Aneka Tambang, UBPE Pongkor, Kecamatan Nanggung,
Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh RAHAYU WIDYASTUTI, ISWANDI ANAS,
dan YAYUK R. SUHARDJONO.
Collembola merupakan salah satu mikroarthropoda tanah dengan populasi
yang banyak di ekosistem tanah dan berperan aktif dalam proses dekomposisi bahan
organik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman dan
populasi Collembola tanah di area revegetasi bekas aktivitas penambangan emas

serta melihat pengaruh revegetasi terhadap keanekaragaman dan populasi
Collembola tanah. Sampel tanah diambil dari area revegetasi PT. Antam dengan
variasi vegetasi dan umur revegetasi, yaitu rasamala-rumput (umur 2 tahun),
ganitri-rumput (umur 4 tahun), puspa-rumput (umur 7 tahun), dan sonobritAdiantum (umur 12 tahun). Secara umum diperoleh 4 ordo, 9 famili dan 17 genus
dengan total individu 3.204. Terdapat perbedaan keanekaragaman ordo, famili, dan
genus pada area revegetasi. Perbedaan jenis dan kerapatan vegetasi lantai hutan
berperan penting dalam mempengaruhi struktur komunitas Collembola tanah.
Berdasarkan nilai Shannon’s diversity index, lahan revegetasi rasamala-rumput
memiliki keanekaragaman Collembola tanah yang tertinggi (2,20), diikuti oleh
lahan revegetasi sonobrit-Adiantum (1,76), puspa-rumput (1,19) dan ganitri-rumput
(1,07). Kandungan C-organik, N-total, dan C/N rasio tanah berkorelasi positif
dengan populasi genus Cyphoderopsis dan Isotomodes. Kandungan P-tersedia
berkorelasi positif dengan populasi genus Ascocyrtus, Lepidosira dan
Pseudoparonella. Sedangkan genus Megalothorax dan Proisotoma memiliki nilai
korelasi positif yang tertinggi terhadap pH.
Kata kunci: keanekaragaman Collembola, lahan bekas tambang, populasi
Collembola tanah

ABSTRACT
YANUAR AZHARI. Diversity and Population of Soil Collembola in the

Revegetation Area of PT. Aneka Tambang, UBPE Pongkor, Sub District
Nanggung, District Bogor. Supervised by RAHAYU WIDYASTUTI, ISWANDI
ANAS, and YAYUK R. SUHARDJONO.
Collembola is one of soil microarthropods with high population on the soil
ecosystem and it plays an important role in decomposition process of organic
matter. The purpose of this study was to determine the diversity and population of
soil Collembola in revegetation area of PT. Antam and to study the effects of
revegetation on the diversity and population of soil Collembola as well. Soil
samples were collected in revegetation area of PT. Antam with different variations
of vegetation and age, namely rasamala-grass (age 2 years), ganitri-grass (age 4
years), puspa-grass (age 7 years), and sonobrit-Adiantum (age 12 years). Generally

obtained 4 orders, 9 families and 17 genera with total individual 3.204. There are
some differences in the diversity of order, family and genera on revegetation area.
Differences type and density of the forest-floor vegetation plays an important role
in influencing community structure of soil Collembola. Based on the Shannon’s
diversity index, rasamala-grass revegetation land has the highest diversity of soil
Collembola (2,20), followed by sonobrit-Adiantum (1,76), puspa-grass (1,19) and
ganitri-grass (1,07). Content of C-organic, N and C/N ratio has a positive
correlation with population of Cyphoderopsis and Isotomodes. Content of P has a

positive correlation with population of Ascocyrtus, Lepidosira, and
Pseudoparonella. While Megalothorax and Proisotoma has the highest positive
correlation value with pH.
Key words: diversity of Collembola, ex-gold mining area, population of soil
Collembola

KEANEKARAGAMAN DAN POPULASI COLLEMBOLA TANAH
DI AREA REVEGETASI PT. ANEKA TAMBANG, UBPE
PONGKOR, KECAMATAN NANGGUNG, KABUPATEN BOGOR

YANUAR AZHARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Keanekaragaman dan Populasi Collembola Tanah di Area
Revegetasi PT. Aneka Tambang, UBPE Pongkor, Kecamatan
Nanggung, Kabupaten Bogor
Nama
: Yanuar Azhari
NIM
: A14100022

Disetujui oleh

Dr Rahayu Widyastuti, MSc
Pembimbing Utama

Prof Dr Ir Iswandi Anas, MSc
Pembimbing Anggota


Prof (Riset) Dr Yayuk R Suhardjono
Pembimbing Anggota

Diketahui oleh

Dr Ir Baba Barus, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala rahmat dan hidayah-Nya dalam penyelesaian dan penulisan karya ilmiah ini
dengan baik. Judul dari penelitian ini adalah Keanekaragaman dan Populasi
Collembola Tanah di Area Revegetasi PT. Aneka Tambang, UBPE Pongkor,
Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan
Januari hingga Juni 2014.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Rahayu Widyastuti, M.Sc.,
Prof. Dr. Ir. Iswandi Anas, M.Sc., dan Prof. (Riset) Dr. Yayuk R Suhardjono selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan

terkait pelaksanaan penelitian yang dilakukan. Ucapan terima kasih juga ditujukan
kepada Ir. Fahrizal Hazra, M.Sc. selaku dosen penguji luar atas segala saran dan
masukannya. Di samping itu, ucapan terima kasih ditujukan kepada Gold Mining
Business Unit Head PT. Antam atas ijin yang diberikan untuk melakukan penelitian
di area revegetasi. Kepada semua staf PT. Antam yaitu Bapak Yadi dan Bapak Niko
(Departemen Pengajaran PT. Antam), Ibu Entin (Kepala Departemen Lingkungan
PT. Antam), Bapak Lastianto, Bapak Katma, Bapak Dwi, dan Ibu Eva (Staf
Departemen Lingkungan PT. Antam) yang telah membantu dalam pengambilan
sampel tanah. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Asih, Ibu Julaeha,
Bapak Sarjito dan Ibu Fatimah atas segala masukan, saran dan bimbingannya.
Kepada Bapak, Ibu, Sekar Mayang dan keluarga tercinta, terima kasih tidak
terhingga saya sampaikan atas doa restu dan dukungan yang tulus baik moril
maupun materil.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

Yanuar Azhari

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Perumusan Masalah

2

Tujuan

2

Hipotesis

3

METODOLOGI PENELITIAN

3

Lokasi dan Waktu

3


Pengambilan Sampel Tanah

4

Ekstraksi Collembola Tanah

6

Pemilahan dan Identifikasi Collembola Tanah

6

Pengukuran Sifat Tanah

7

Analisis Data Pengamatan Collembola Tanah

7


Pengumpulan Data Pendukung Lainnya

8

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keanekaragaman dan Populasi Collembola Tanah

8
8

Hubungan antara Sifat Tanah dengan Populasi Collembola 15
Tanah
SIMPULAN DAN SARAN
18
Simpulan

18

Saran

18

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN

21

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Lokasi Pengambilan Sampel Tanah
Keanekaragaman dan Populasi Collembola Tanah di Lokasi
Penelitian
Pengamatan Vegetasi dan Serasah di Lokasi Penelitian
Sifat Tanah pada Lapisan Tanah Atas (0-5 cm dari Permukaan
Tanah) di Lokasi Penelitian

3
10
12
15

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Peta Lokasi Pengambilan Sampel
Skema Pengambilan Sampel Collembola Tanah
Prosedur Pengambilan Sampel Tanah
Corong Berlese
Genus Megalothorax yang Berhasil Diidentifikasi
Genus Ascocyrtus yang Memiliki Populasi yang Tinggi di Seluruh
Area Revegetasi
7 Kondisi Vegetasi di Lokasi Penelitian
8 Genus Anggota Ordo Symphypleona dengan Populasi yang Tinggi
di Lahan Revegetasi Puspa-Rumput (Umur 7 Tahun)
9 Genus Tomocerus dari famili Tomoceridae yang Banyak
Ditemukan di Lahan Revegetasi Rasamala-Rumput (Umur 2
Tahun)
10 Diagram Ordinasi Correspondence Analysis yang Menggambarkan
Hubungan antara Sifat Tanah dengan Lokasi Pengambilan Sampel
dan Populasi Collembola Tanah

4
4
5
6
9
11
13
14
15
16

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Suhu Udara dan Suhu Tanah saat Pengambilan Sampel
Curah Hujan 3 Hari Sebelum Pengambilan Sampel dan Saat
Pengambilan Sampel
Perhitungan Penetapan Populasi Collembola Tanah
Perhitungan Shannon diversity index
Uji Selang Berganda Duncan terhadap Populasi Collembola Tanah
Uji Selang Berganda Duncan terhadap Jumlah Ordo
Uji Selang Berganda Duncan terhadap Jumlah Famili
Uji Selang Berganda Duncan terhadap Jumlah Genus
Uji Selang Berganda Duncan terhadap Populasi Ordo
Symphypleona
Uji Selang Berganda Duncan terhadap Populasi Tomoceridae

21
21
21
22
22
22
23
23
23
23

11
12
13
14

Uji Korelasi Kadar C-organik, N-total dan C/N Rasio dengan
Populasi Genus Isotomodes dan Cyphoderopsis
Uji Korelasi Kadar P-tersedia dengan Populasi Tiga Genus
Collembola
Uji Korelasi Kadar pH dengan Populasi Beberapa Genus
Collembola
Gambar Genus Collembola Lainnya di Area Revegetasi PT. Antam

23
23
24
24

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Industri penambangan yang semakin berkembang di Indonesia,
mengakibatkan tingginya eksploitasi terhadap sumberdaya mineral dan lahan.
Aktivitas penambangan menyebabkan degradasi lahan yang ditandai dengan
menurunnya nilai kapasitas tukar kation (KTK) dan kandungan unsur-unsur basa
yang signifikan dibandingkan penggunaan sebelumnya sebagai hutan maupun
lahan bera (Nurtjahya 2008). Salah satu upaya dalam pemulihan lahan akibat
aktivitas penambangan adalah dengan melakukan revegetasi.
Revegetasi merupakan salah satu upaya reklamasi lahan bekas tambang
dengan melakukan penanaman beberapa jenis tanaman yang berfungsi dalam
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Nurtjahya 2008; Perdana 2009).
Penanaman kembali lahan bekas tambang secara nyata berfungsi dalam melindungi
tanah dari butir hujan dan aliran permukaan, serta memperbaiki kapasitas infiltrasi
tanah (Arsyad 2000). Tujuan utama revegetasi adalah mengembalikan fungsi
ekologi lahan bekas tambang agar menyerupai ekosistem sebelumnya atau hutan
(Nurtjahya 2008).
Keanekaragaman vegetasi sangat penting dalam siklus hara dan peningkatan
biodiversitas. Tutupan tajuk yang diciptakan vegetasi atas mampu menjaga
fluktuasi suhu dan kelembaban udara, serta menyumbangkan serasah yang penting
dalam peningkatan kesuburan tanah (Arsyad 2000). Serasah vegetasi atas berperan
dalam peningkatan C-organik, penyediaan nitrogen dan fosfor, serta melindungi
permukaan tanah dari tumbukan butir hujan (Arsyad 2000; Handayanto dan Hairiah
2010). Sedangkan vegetasi lantai hutan mampu menjaga suhu dan kelembaban
tanah, serta menciptakan iklim mikro yang sesuai bagi kehidupan organisme tanah.
Keanekaragaman dan kerapatan vegetasi lantai hutan yang tinggi mampu
meningkatkan pori makro tanah yang sangat penting dalam menciptakan
mikroklimat yang sesuai bagi organisme tanah, khususnya Collembola (Materna
2004).
Collembola merupakan salah satu mikroarthropoda yang umumnya
berukuran tubuh kecil, panjang berkisar 0,1 mm – 9 mm. Binatang ini dicirikan
dengan adanya tabung ventral, 6 ruas abdomen, 4 ruas antena, dan furkula
(Suhardjono et al. 2012). Keberadaan furkula membuat Collembola dapat
melenting untuk berpindah tempat dan merupakan mekanisme pertahanan diri
Collembola dalam menghindari predator (Hopkin 2002). Collembola memiliki
populasi yang tinggi di dalam tanah dan mencapai 17.569 individu di kawasan
telaga warna (Widyawati 2008). Namun hanya memberikan kontribusi biomasa
yang kecil karena ukuran tubuhnya yang kecil tersebut (Handayanto dan Hairiah
2010). Populasi Collembola tertinggi ditemukan di bagian serasah dengan
kerapatan vegetasi yang tinggi di habitat hutan damar dan kaliandra (Widyawati
2008). Vegetasi memegang peranan penting dalam menciptakan habitat yang sesuai
untuk Collembola (Materna 2004). Di ekosistem tanah, Collembola berperan
penting dalam proses dekomposisi bahan organik dan sebagai indikator hayati
tingkat kesuburan atau keadaan tanah (Suhardjono et al. 2012).

2

Berbagai penelitian tentang pengaruh aktivitas penambangan terhadap
keanekaragaman dan populasi Collembola sudah banyak dilakukan oleh peneliti di
seluruh dunia. Fountain dan Hopkin (2004) meneliti pengaruh aktivitas
penambangan batu bara terhadap keanekaragaman dan populasi Collembola.
Berdasarkan penelitian tersebut, disimpulkan bahwa Collembola, khususnya
Folsomia candida, dapat dijadikan indikator adanya pencemaran tanah akibat
keberadaan logam berat. Penelitian tentang pengaruh aktivitas penambangan batu
bara juga diteliti di Jerman Timur. Dari hasil penelitian tersebut dibutuhkan waktu
46 tahun untuk memulihkan struktur komunitas Collembola di lahan bekas tambang
batubara agar menyerupai struktur komunitas Collembola di ekosistem hutan
(Dunger et al. 2004).
Penelitian tentang pengaruh revegetasi lahan bekas tambang timah di Bangka
(Nurtjahya et al. 2007) dan tembaga-emas di Sumbawa (Rohyani 2012) terhadap
Collembola menyimpulkan bahwa kegiatan revegetasi, mampu meningkatkan
keanekaragaman dan populasi Collembola. Sedangkan penelitian di lahan
revegetasi bekas tambang kapur di Spanyol mendapatkan populasi Collembola
tertinggi (3.444 individu m-2) terdapat pada lahan yang diaplikasikan dengan
penanaman rumput-rumputan (Andres dan Mateos 2006).
Collembola merupakan binatang yang peka terhadap perubahan keadaan
tanah (Suhardjono et al. 2012). Dalam beberapa dekade terakhir, banyak dilakukan
penelitian Collembola sebagai indikator keberhasilan revegetasi lahan bekas
tambang (Rohyani 2012). Berdasarkan uraian di atas, belum banyak penelitian yang
melaporkan pengaruh aktivitas penambangan dan penggunaan senyawa sianida
pada area tambang emas terhadap keanekaragaman dan populasi Collembola tanah.
Adanya rumpang informasi ini maka dilakukan penelitian keanekaragaman dan
populasi Collembola tanah di area penambangan emas. Lokasi yang dipilih adalah
area revegetasi PT. Aneka Tambang, Pongkor. Pemilihan lokasi didasarkan pada
penggunaan senyawa sianida yang beracun dan mempunyai dampak terhadap
lingkungan. Dilakukan penelitian dengan judul “Keanekaragaman dan populasi
Collembola Tanah di Area Revegetasi PT. Aneka Tambang, UBPE Pongkor,
Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor”.
Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apa pengaruh revegetasi lahan bekas aktivitas penambangan emas terhadap
keanekaragaman dan populasi Collembola tanah?
2. Bagaimana pengaruh perbedaan keanekaragaman jenis vegetasi dan umur
revegetasi terhadap keanekaragaman dan populasi Collembola tanah?
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui keanekaragaman dan populasi Collembola tanah di area revegetasi;
2. Melihat pengaruh perbedaan jenis vegetasi dan umur revegetasi terhadap
keanekaragaman dan populasi Collembola tanah.

3

Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah keanekaragaman dan populasi Collembola
tanah sangat dipengaruhi oleh perbedaan jenis vegetasi, baik vegetasi atas maupun
vegetasi lantai hutan.

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu
Penelitian berlangsung dari bulan Januari 2014 hingga Juni 2014. Lokasi
penelitian terletak di lahan revegetasi PT. Aneka Tambang (Antam), Pongkor, Desa
Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Area tambang Pongkor
terletak pada ketinggian 620-650 m dari permukaan laut dan curah hujan di daerah
ini berkisar antara 4.000-6.000 mm per tahun dengan rata-rata curah hujan 5.122
mm per tahun. Selain itu, Pongkor, Desa Bantar Karet memiliki suhu udara berkisar
antara 22 oC hingga 31 oC (Sambas 2002). Sampel tanah diambil di lahan revegetasi
dengan variasi vegetasi dan umur revegetasi, yaitu rasamala-rumput (umur 2
tahun), ganitri-rumput (umur 4 tahun), puspa-rumput (umur 7 tahun) dan sonobritAdiantum (umur 12 tahun) (Tabel 1, Gambar 1).
Tabel 1 Lokasi Pengambilan Sampel Tanah
Lokasi
Pamangon/eks.
Pabrik Batako
Area Persemaian
Div. Channel
Brantas Tailing
DAM
Div. Channel
Cikaret/Arboretum

Vegetasi
Atas : Rasamala
Lantai hutan : Rumput
Atas : Ganitri
Lantai hutan : Rumput

Umur
Revegetasi
(Tahun)
2
4

Atas : Puspa
Lantai hutan : Rumput

7

Atas : Sonobrit
Lantai hutan : Adiantum

12

Koordinat
106º 34’ 13” BT
06º 38’ 46” LS
106º 34’ 17” BT
06º 38’ 36” LS
106º 34’ 16” BT
06º 38’ 44” LS
106º 34’ 14” BT
06º 38’ 40” LS

Ekstraksi, pemilahan, dan identifikasi fauna tanah dilakukan di Laboratorium
Bioteknologi Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB,
selanjutnya dilakukan verifikasi hasil identifikasi Collembola di Museum Zoologi
Bogor, Widyasatwaloka, Pusat Penelitian Biologi, LIPI. Sedangkan analisis kimia
tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu
Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB.

4

N
4 tahun
Ganitri
Rumput

W

E
S

12 tahun
Sonobrit
Adiantum

#

#

#

LEGENDA

#
2 tahun
Rasamala
Rumput
6 50 0 00

66 0 00 0

68 0 00 0

69 0 00 0

7 00 0 0 0

67 0 00 0

68 0 00 0

69 0 00 0

7 00 0 0 0

Arboretum
Area Persemaian
Div. Channel Brantas
Hutan/Lahan Revegetasi
Lahan Terbuka
Pamangon
Pemukiman
Tailing DAM Cikaret

9 3 0 00 00
9 2 9 00 00

9 29 00 0 0
92 7 00 0 0

92 7 00 0 0

92 8 00 0 0

9 2 8 00 0 0

D e sa B an ta r K are t
6 50 0 00

66 0 00 0

80

9 2 60 0 00

9 26 0 00 0

Areal

9 30 00 0 0

67 0 00 0

Jalan
Lokasi Pengambilan Sampel

#

7 tahun
Puspa
Rumput

0

80

160 Meters

Gambar 1 Peta Lokasi Pengambilan Sampel
Pengambilan Sampel Tanah

10 meter

Sampel tanah untuk pengamatan Collembola tanah diambil pada kedalaman
0-5 cm. Digunakan 2 garis transek (Gambar 2) dalam pengambilan sampel tanah di
antara tegakan tanaman tahunan, 5 sampel dengan jarak antar titik pengambilan
sampel 10 m (Suhardjono et al. 2012). Pengambilan sampel Collembola tanah
dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada tanggal 5 Februari 2014 dan 29 April 2014
pada pukul 08.00 sampai 12.00 WIB.

10 meter

Ket :

Titik Pengambilan Sampel

Gambar 2 Skema Pengambilan Sampel Collembola Tanah

5

Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan mengambil contoh tanah
sebanyak 0,5 liter atau 10 x 10 cm dengan kedalaman 5 cm (Suhardjono et al. 2012).
Metode ini dipilih dikarenakan paling sesuai untuk melihat keanekaragaman dan
populasi Collembola tanah. Pengambilan sampel tanah diawali dengan
membersihkan vegetasi dan serasah di permukaan tanah. Permukaan tanah dibentuk
menyerupai bingkai kayu persegi dengan ukuran 10 x 10 cm dengan cara mengiris
permukaan tanah hingga kedalaman 5 cm mengikuti bagian terluar bingkai kayu
dengan menggunakan pisau (Gambar 3). Sampel tanah kemudian diambil dengan
menggunakan sekop kecil. Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam kantung kain,
diberi label dan dibungkus dengan kertas koran lalu dimasukkan ke dalam kotak
kardus agar terhindar dari sinar matahari langsung ataupun hujan.
Sampel tanah yang digunakan untuk penetapan sifat tanah diambil secara
komposit dari masing-masing area revegetasi. Tanah diambil sebanyak 1 kg dengan
kedalaman 5 cm, dimasukkan ke dalam plastik sampel dan dibawa ke laboratorium
untuk ditetapkan pH, N-total, P-tersedia, dan kandungan C-organik tanah.
Pada saat pengambilan sampel tanah diukur suhu udara, suhu tanah, dan
ketebalan serasah. Suhu udara diukur dengan menggunakan termometer yang
digantungkan kurang lebih 1 meter dari permukaan tanah. Sedangkan suhu tanah
diukur dengan cara membuat lubang seukuran termometer dengan kedalaman 10
cm. Termometer kemudian dimasukkan ke lubang tersebut (Balitbangtan 2007).

1

2

3

4
Gambar 3 Prosedur Pengambilan Sampel Tanah

Keterangan : (1) vegetasi dan serasah dibersihkan dari permukaan tanah, (2) permukaan tanah dibentuk
menyerupai bingkai kayu persegi yang berukuran 10 x 10 cm dengan cara mengiris permukaan tanah mengikuti bagian
terluar bingkai kayu dengan menggunakan pisau, (3) sampel tanah diambil dengan sekop kecil, (4) kain blacu yang berisi
sampel tanah untuk diekstraksi

6

Ekstraksi Collembola Tanah
Sampel tanah yang telah diambil dari lapangan ditaruh pada wadah ekstraksi
dan dimasukkan ke dalam corong Berlese (Gambar 4) maksimal 6 jam setelah
pengambilan sampel tanah.

Gambar 4 Corong Berlese. Dimodifikasi dari Widyastuti (2005)
Bagian atas ekstraktor diberi lampu berdaya 40 W untuk menaikkan suhu
hingga 35 oC pada sampel tanah. Sedangkan bagian bawah ekstraktor diletakkan
botol plastik yang telah diberi label dengan ukuran 500 mL, diisi alkohol 75% agar
Collembola yang turun dapat langsung terperangkap. Ekstraksi Collembola tanah
berlangsung selama 7 hari.
Pemilahan dan Identifikasi Collembola Tanah
Sampel tanah yang telah diekstraksi dan berisi Collembola tanah dilakukan
pemilahan untuk memisahkan Collembola tanah dari fauna tanah lainnya.
Pekerjaan dilakukan di bawah mikroskop stereo dengan menggunakan kuas dan
pipet. Collembola tanah dipilah untuk selanjutnya diidentifikasi.
Collembola tanah diidentifikasi hingga tingkat genus dengan menggunakan
mikroskop stereo. Tahap pertama dimulai dengan memisahkan Collembola tanah
berdasarkan ordo, kemudian famili, lalu sampai ketingkat genus yang dilakukan
berdasarkan morfologi Collembola dan berpedoman pada Suhardjono et al. (2012).

7

Proses penghitungan jumlah Collembola tanah untuk keperluan analisis populasi
Collembola tanah, dilakukan bersamaan dengan identifikasi.
Pengukuran Sifat Tanah
Sampel tanah yang diambil secara komposit pada area revegetasi PT. Antam
selanjutnya dilakukan analisis sifat tanah. Analisis yang dilakukan antara lain pH,
C-organik, N-total, dan P-tersedia tanah (Balittanah 2005; Sanmanee dan
Suwannaoin 2009). Selanjutnya akan dilihat pengaruh dari sifat tanah tersebut
terhadap keanekaragaman dan populasi Collembola yang ditemukan di seluruh area
revegetasi PT. Antam.
Analisis Data Pengamatan Collembola Tanah
Individu Collembola tanah yang telah dipilah dan diidentifikasi dihitung
jumlah tiap sampelnya. Setelah itu dihitung populasi Collembola tanah tiap sampel
dengan menggunakan persamaan Meyer (1996):

= .


−2

keterangan:
IS
= rata-rata jumlah individu per sampel
I
= populasi Collembola (individu m-2)
A
= luas permukaan dari bingkai kayu dalam cm2 (nilai ini kemudian di
konversi kedalam m2)
Selanjutnya dilakukan uji ANOVA dan uji selang berganda Duncan untuk
melihat pengaruh lokasi terhadap populasi Collembola tanah di area revegetasi
menggunakan software Statistica 7 for Windows.
Keanekaragaman spesies Collembola tanah yang teramati di lapangan
ditentukan berdasarkan Shannon diversity index (Magurran 2004) yang dapat
dihitung melalui persamaan:




= − ∑ �� ln ��
�=0

keterangan:
H’
= Shannon diversity index
pi
= ni/N
ni
= jumlah individu genus ke-i
N
= total jumlah individu
s
= total jumlah genus dalam contoh

Selain itu, dilakukan correspondence analysis dan uji korelasi untuk melihat
hubungan antara populasi Collembola tanah dengan sifat tanah, seperti pH, C-

8

organik tanah, N-total tanah, C/N rasio, dan P-tersedia menggunakan software
Statistica 7 for Windows.
Pengumpulan Data Pendukung Lainnya
Selain data yang dikumpulkan dari hasil penelitian di atas, dikumpulkan pula
data pendukung berupa keadaan cuaca pada saat pengambilan sampel dilakukan
(Lampiran 1 dan 2). Selain itu, dicatat pula luasan area revegetasi, jenis pohon yang
ditanam, kerapatan vegetasi dan ketebalan serasah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keanekaragaman dan populasi Collembola Tanah
Dari penelitian ini, didapatkan Collembola tanah dari seluruh area yang
diamati berjumlah 4 ordo, 9 famili dan 17 genus dengan total individu 3.204 (Tabel
2). Seluruh ordo dalam klas Collembola berhasil didapatkan pada penelitian ini,
yaitu ordo Poduromorpha, Entomobryomorpha, Symphypleona dan Neelipleona
(Suhardjono et al. 2012). Ordo Entomobryomorpha merupakan ordo dengan
populasi yang tertinggi dengan populasi yang mencapai 877 individu m-2 di lahan
revegetasi puspa-rumput (umur 7 tahun). Jumlah famili yang berhasil didapatkan
sekitar 47% dari jumlah famili yang diketahui di Indonesia, yaitu 19 famili
(Suhardjono et al. 2012). Famili Entomobryidae merupakan famili yang paling
mendominasi di seluruh area revegetasi dengan populasi tertinggi sebesar 788
individu m-2 di lahan revegetasi puspa-rumput (umur 7 tahun). Sedangkan jumlah
genus yang berhasil didapatkan sekitar 15% dari jumlah genus yang diketahui di
Indonesia, yaitu 110 genus (Suhardjono et al. 2012).
Populasi Collembola tanah yang ditemukan pada lahan revegetasi rasamalarumput (umur 2 tahun) berjumlah 1.110 individu m-2 dan didapatkan 4 ordo, 9
famili, dan 16 genus (Tabel 2). Genus Ascocyrtus memiliki populasi tertinggi yang
berjumlah 280 individu m-2. Jumlah genus yang terendah terdapat pada genus
Callyntrura, Paranura, dan Vitronura dengan populasi 10 individu m-2.
Populasi Collembola tanah yang ditemukan pada lahan revegetasi ganitrirumput (umur 4 tahun) berjumlah 740 individu m-2 dan didapatkan 3 ordo, 6 famili,
dan 9 genus (Tabel 2). Pada lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2 tahun) dan
ganitri-rumput (umur 4 tahun) berhasil diidentifikasi genus Megalothorax (Gambar
5). Genus ini memiliki ukuran tubuh yang kecil dan keragaman spesies yang rendah
(Suhardjono et al. 2012). Lahan revegetasi ganitri-rumput (umur 4 tahun)
didominasi oleh genus Ascocyrtus dengan populasi 540 individu m-2. Genus yang
terendah terdapat pada genus Paranura, Lepidocyrtus, dan Megalothorax dengan
populasi ketiganya berjumlah 10 individu m-2.

9

Gambar 5 Genus Megalothorax yang Berhasil Diidentifikasi
Pada lahan revegetasi puspa-rumput (umur 7 tahun), populasi yang didapat
berjumlah 1.102 individu m-2 dan ditemukan 2 ordo, 7 famili, dan 9 genus (Tabel
2). Genus dengan populasi tertinggi terdapat pada genus Ascocyrtus dengan
populasi 738 individu m-2. Genus Isotomodes, Proisotoma, dan Tomocerus
merupakan genus dengan populasi yang terendah, yaitu 13 individu m-2.
Total Collembola tanah pada lahan revegetasi sonobrit-Adiantum (umur 12
tahun) berjumlah 252 individu m-2 dan hanya ditemukan 1 ordo, 4 famili, dan 7
genus (Tabel 2). Populasi Collembola tanah tertinggi terdapat pada genus
Ascocyrtus (Gambar 6) yang berjumlah 75 individu m-2. Sedangkan genus dengan
populasi yang terendah terdapat pada genus Lepidocyrtus dan Lepidosira yang
keduanya berjumlah 13 individu m-2. Genus Ascocyrtus adalah satu dari sekian
genus dengan daya adaptasi yang tinggi terhadap perubahan penggunaan lahan
(Longstaff et al. 1999). Sehingga populasi genus ini cenderung tinggi di seluruh
area revegetasi.
Populasi Collembola tanah tertinggi terdapat pada lahan revegetasi
rasamala-rumput (umur 2 tahun), sedangkan yang terendah terdapat pada lahan
revegetasi sonobrit-Adiantum (umur 12 tahun). Akan tetapi, berdasarkan uji selang
berganda Duncan (Tabel 2, Lampiran 5), populasi Collembola tanah antar lokasi
tidak berbeda nyata. Hal ini dikarenakan jarak antar lokasi cenderung berdekatan
dan memiliki variasi suhu (Lampiran 1) dan curah hujan (Lampiran 2) yang relatif
sama. Sehingga populasi Collembola tanah tidak berbeda secara signifikan antar
lokasi. Faktor iklim, terutama suhu, sangat menentukan aktivitas fisiologi dan
reproduksi Collembola serta mempengaruhi struktur komunitas Collembola
(Hopkin 1997; Materna 2004).

10

Tabel 2 Keanekaragaman dan populasi Collembola Tanah di Lokasi Penelitian
Lahan Revegetasi*
Ordo
Famili
Genus
R-R
G-R
P-R
Individu m-2 **
Blasconura
30
0
0
Oudemansia
20
0
0
Poduromorpha
Neanuridae
Paranura
10
10
0
Vitronura
10
0
0
Jumlah
70a
10a
0a
Jumlah
70a
10a
0a
Cyphoderopsis
30
20
25
Cyphoderidae
Jumlah
30a
20a
25a
Ascocyrtus
280
540
738
Lepidocyrtus
80
10
0
Entomobryidae
Lepidosira
20
20
50
Jumlah
380a 570a 788a
Folsomia
20
0
0
Entomobryomorpha
Isotomodes
40
20
13
Isotomidae
Proisotoma
140
80
13
Jumlah
200a 100a
26a
Callyntrura
10
0
0
Paronellidae
Pseudoparonella
0
30
25
Jumlah
10a
30a
25a
Tomocerus
230
0
13
Tomoceridae
Jumlah
230b
0a
13a
Jumlah
850a 720a 877a
Sphyrotecha
150
0
150
Sminthuridae
Jumlah
150a
0a
150a
Symphypleona
Sminthurides
20
0
75
Sminthurididae
Jumlah
20a
0a
75a
Jumlah
170ab
0a
225b
Megalothorax
20
10
0
Neelipleona
Neelidae
Jumlah
20a
10a
0a
Jumlah
20a
10a
0a
-2
Total Individu m
1.110a 740a 1.102a
Jumlah Ordo
4b
3a
2a
Jumlah Famili
9b
6a
7a
Jumlah Genus
16b
9a
9ab
Shannon's Diversity Index
2,20
1,07
1,19

S-A
0
0
0
0
0a
0a
63
63a
75
13
13
101a
0
38
25
63a
0
0
0a
25
25a
252a
0
0a
0
0a
0a
0
0a
0a
252a
1a
4a
7a
1,76

*Keterangan : R-R : rasamala-rumput (umur 2 tahun), G-R : ganitri-rumput (umur 4 tahun), P-R : puspa-rumput (umur 7 tahun), S-A :
sonobrit-Adiantum (umur 12 tahun)
**
Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

11

Gambar 6 Genus Ascocyrtus yang Memiliki Populasi yang Tinggi di Seluruh
Area Revegetasi
Perbedaan keanekaragaman dan populasi Collembola tanah di seluruh lahan
revegetasi diduga disebabkan oleh perbedaan jenis dan kerapatan vegetasi,
khususnya vegetasi lantai hutan. Lahan revegetasi dengan lantai hutan yang
didominasi oleh rumput dengan kerapatan vegetasi yang tinggi (Tabel 3, Gambar
7) memiliki keanekaragaman dan populasi Collembola tanah yang tinggi (Tabel 2).
Hasil yang diamati sesuai dengan yang diungkapkan oleh Materna (2004) bahwa
tumbuhan rumput mampu menciptakan kondisi yang lembab karena produksi
serasah yang tinggi, perakaran yang rapat, aktivitas mikroorganisme yang tinggi,
kandungan nitrogen yang tinggi dan mendukung terciptanya mikroklimat yang
sesuai bagi Collembola. Penelitian Andres dan Mateos (2006) mendapatkan
populasi Collembola tertinggi (31.567 individu m-2) terdapat pada lahan bekas
tambang kapur di Spanyol yang diberi perlakuan penanaman tanaman rumputrumputan. Hasil penelitian yang dilakukan pada lahan revegetasi dengan vegetasi
rumput yang rapat juga mendapatkan populasi Collembola tanah yang tinggi (1.110
individu m-2) (Tabel 2). Diduga tingginya populasi Collembola tanah dikarenakan
ekosistem padang rumput memiliki sumber bahan organik yang melimpah dan
melindungi Collembola dari fluktuasi suhu dan kelembaban udara, sehingga
menciptakan iklim mikro yang sesuai.
Ketebalan serasah yang tinggi, khususnya pada lahan revegetasi ganitrirumput (umur 4 tahun) dan sonobrit-Adiantum (umur 12 tahun) tidak berpengaruh
positif terhadap populasi Collembola tanah. Sedangkan lahan revegetasi rasamalarumput (umur 2 tahun) yang hanya memiliki ketebalan serasah yang cenderung
rendah (Tabel 3), memiliki populasi Collembola tanah yang paling tinggi
dibandingkan seluruh lahan revegetasi. Pada lahan revegetasi sonobrit-Adiantum
(umur 12 tahun), komposisi serasah lebih didominasi oleh serasah sonobrit. Serasah
sonobrit mengandung beberapa senyawa non-nutrisi yang cukup tinggi, seperti
polyphenol (24,7 mg g-1), tannin (34,7 mg g-1) dan lignin (286,2 mg g-1) serta
kandungan air yang rendah. Kandungan senyawa tersebut, khususnya lignin,

12

menyebabkan serasah sonobrit cenderung keras sehingga menghambat proses
dekomposisi dan aktivitas biologi tanah (Das dan Joy 2009). Serasah sonobrit
berupa daun yang kering dan keras mungkin tidak disukai oleh Collembola karena
tidak sesuai dengan struktur mulut Collembola (Hopkin 1997).
Tabel 3 Pengamatan Vegetasi dan Serasah di Lokasi Penelitian
Lahan
Ketebalan
Vegetasi
Populasi Vegetasi
Revegetasi*
Serasah (cm)
Atas : Rasamala
2.500 individu ha-1
R-R
0,4
Lantai Hutan : Rumput
2.500 individu m-2
Atas : Ganitri
2.500 individu ha-1
G-R
1,4
Lantai Hutan : Rumput
1.671 individu m-2
Atas : Puspa
2.500 individu ha-1
P-R
0,8
Lantai Hutan : Rumput
1.672 individu m-2
Atas : Sonobrit
2.500 individu ha-1
S-A
1,2
Lantai Hutan : Adiantum 1.076 individu m-2
*Keterangan : R-R : rasamala-rumput (umur 2 tahun), G-R : ganitri-rumput (umur 4 tahun), P-R : puspa-rumput (umur 7
tahun), S-A : sonobrit-Adiantum (umur 12 tahun)

Berbeda halnya dengan lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2 tahun)
yang sumbangan utama serasah berasal dari rumput. Daun rumput memiliki tekstur
yang lebih lunak dengan C/N rasio yang lebih rendah dibandingkan serasah
tanaman tahunan. Sehingga serasah rumput cenderung lebih mudah terdekomposisi
dibandingkan dengan serasah tanaman tahunan (Handayanto dan Hairiah 2010).
Serasah rumput juga merangsang aktivitas mikroorganisme dan fungi yang
berperan dalam proses dekomposisi bahan organik (Materna 2004). Keberadaan
fungi diduga menyebabkan terjadinya agregasi Collembola yang sebagian besar
merupakan pemakan fungi (Hopkin 1997). Pinto et al. (1997) menyatakan bahwa
kandungan kimia (nitrogen dan kandungan polyphenol) dari serasah tanaman
tahunan berpengaruh negatif terhadap total populasi Collembola. Sebaliknya
serasah dari tumbuhan rumput-rumputan lebih berperan penting dalam
mempertahankan populasi mesofauna di dalam tanah dibandingkan serasah
tanaman tahunan (Wise dan Schaefer 1994). Hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap struktur komunitas Collembola.
Berdasarkan uji ANOVA dan dilanjutkan dengan uji selang berganda
Duncan, jumlah ordo dan famili pada lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2
tahun) berbeda nyata dengan lahan revegetasi lainnya (Tabel 2, Lampiran 6 dan 7).
Begitu pula dengan jumlah genus yang ditemukan di area revegetasi PT. Antam.
Jumlah genus pada lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2 tahun) berbeda nyata
dengan lahan revegetasi sonobrit-Adiantum (umur 12 tahun) dan ganitri-rumput
(umur 4 tahun), tetapi tidak berbeda nyata dengan lahan revegetasi puspa-rumput
(umur 7 tahun) (Tabel 2, Lampiran 8). Tingginya jumlah ordo, famili, dan genus
pada lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2 tahun) diduga disebabkan
pengelolaan top soil yang baik dan didukung oleh keadaan vegetasi lantai hutan
yang didominasi oleh rumput dengan kerapatan yang tinggi. Berbeda halnya
dengan lahan revegetasi sonobrit-Adiantum (umur 12 tahun) yang memiliki
kerapatan vegetasi lantai hutan yang cenderung rendah (Tabel 3). Hal ini
mengakibatkan hanya ordo Entomobryomorpha yang ditemukan di lahan revegetasi

13

sonobrit-Adiantum (umur 12 tahun). Pengelolaan top soil yang baik sangat berguna
bagi fauna tanah, siklus hara, dan perkembangan biodiversitas tanah (Rohyani
2012).
Rasamala-rumput (2 Tahun)

Ganitri-rumput (4 Tahun)

Puspa-rumput (7 Tahun)

Sonobrit-Adiantum (12 Tahun)

Gambar 7 Kondisi Vegetasi di Lokasi Penelitian
Ordo Entomobryomorpha, khususnya famili Entomobryidae, memiliki
populasi yang tinggi di setiap lokasi. Hal serupa juga ditemukan pada area
revegetasi tailing timah di pulau Bangka dan lahan revegetasi tambang emastembaga di Nusa Tenggara Barat (Nurtjahya et al. 2007; Rohyani 2012). Sehingga
dapat dikatakan bahwa famili Entomobryidae merupakan famili yang lebih adaptif
terhadap perubahan lahan. Hal tersebut juga diperlihatkan oleh Sousa et al. (2004)
bahwa famili Entomobryidae memiliki populasi yang tertinggi walaupun telah
terjadi perubahan penggunaan lahan dari lahan hutan menjadi lahan pertanian.
Ordo Neelipleona merupakan ordo dengan populasi yang umumnya rendah.
Hanya ditemukan satu famili dan satu genus pada ordo Neelipleona, yaitu famili
Neelidae dengan genus Megalothorax (Tabel 2, Gambar 5). Genus ini umumnya
ditemukan di dalam tanah, terutama hutan primer (Greenslade 2002; Suhardjono et
al. 2012). Tipe habitat dari genus Megalothorax adalah troglophile yang umumnya
menyelesaikan siklus hidupnya di dalam gua, namun dapat bertahan di habitat tanah
(Greenslade 2002). Hal inilah yang menyebabkan genus ini dapat ditemukan di
area revegetasi PT. Antam. Genus Megalothorax hanya ditemukan pada lahan
revegetasi rasamala-rumput (umur 2 tahun) dan ganitri-rumput (umur 4 tahun) yang
umumnya memiliki pH mendekati netral hingga basa (Tabel 4). Sehingga genus
Megalothorax dapat dijadikan penciri tanah dengan pH yang bereaksi netral hingga
basa walaupun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

14

Berdasarkan uji ANOVA dan dilanjutkan dengan uji selang berganda
Duncan, hanya populasi ordo Symphypleona pada lahan revegetasi puspa-rumput
(umur 7 tahun) yang berbeda nyata dengan area revegetasi ganitri-rumput (umur 4
tahun) dan sonobrit-Adiantum (umur 12 Tahun) (Tabel 2, Lampiran 9). Tingginya
populasi ordo Symphypleona pada lahan revegetasi puspa-rumput (umur 7 tahun)
dikarenakan kondisi tanah yang lembab sehingga sesuai dengan habitat dari ordo
Symphypleona, khususnya bagi genus Sminthurides dan Sphyrotecha (Gambar 8).
Kondisi tersebut dikarenakan lahan revegetasi puspa-rumput (umur 7 tahun)
didominasi oleh rumput dengan kerapatan yang cukup tinggi sehingga menjaga
kelembaban tanah dan fluktuasi suhu. Selain itu, curah hujan tahunan yang tinggi
(4.000-6.000 mm per tahun) di area revegetasi turut serta dalam menjaga
kelembaban tanah dan mendukung terciptanya mikroklimat yang sesuai bagi ordo
Symphypleona. Hal ini sesuai dengan Widyastuti (2005) yang mendapatkan
populasi Sminthuridae (ordo Symphypleona) tertinggi saat periode penggenangan
tanaman padi dan tidak ditemukan saat periode bera.
Sminthurides

Sphyrotecha

Gambar 8 Genus Anggota Ordo Symphypleona dengan Populasi yang Tinggi di
Lahan Revegetasi Puspa-Rumput (Umur 7 Tahun)
Sedangkan untuk tingkat famili, hanya populasi famili Tomoceridae
(Gambar 9) pada lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2 tahun) yang berbeda
nyata dengan area revegetasi lainnya (Tabel 2, Lampiran 10). Perbedaan yang nyata
pada populasi famili Tomoceridae lebih dikarenakan akibat perbedaan jenis dan
kerapatan vegetasi lantai hutan. Lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2 tahun)
didominasi oleh rumput yang rapat sehingga sesuai dengan habitat Tomoceridae.
Keanekaragaman Collembola tanah di area revegetasi PT. Antam dianalisis
dengan menggunakan Shannon’s diversity index. Hasil analisis dengan Shannon’s
diversity index menunjukkan bahwa lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2
tahun) memiliki nilai indeks yang paling tinggi, yaitu 2,20, sedangkan Shannon’s
diversity index yang terendah terdapat pada lahan revegetasi ganitri-rumput (umur
4) tahun dengan nilai 1,07 (Tabel 2). Hal ini dikarenakan populasi dan kemerataan
genus Collembola yang tinggi pada lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2
tahun) sehingga memiliki nilai indeks yang tinggi. Gambar genus lainnya yang
ditemukan pada area revegetasi dapat dilihat pada gambar di Lampiran 14.
Perhitungan populasi Collembola tanah dapat dilihat pada Lampiran 3, sedangkan
perhitungan Shannon’s diversity index dapat dilihat pada Lampiran 4.

15

Gambar 9 Genus Tomocerus dari famili Tomoceridae yang Banyak Ditemukan di
Lahan Revegetasi Rasamala-Rumput (Umur 2 Tahun)
Hubungan antara Sifat Tanah dengan Populasi Collembola Tanah
Data kandungan karbon organik tanah (C-organik), rasio karbon dan nitrogen
(C/N), kandungan fosfor tersedia (P-tersedia) dan pH pada lapisan atas tanah (0-5
cm dari permukaan tanah) di area revegetasi PT. Antam dapat dilihat pada Tabel
4.
Tabel 4 Sifat Tanah pada Lapisan Tanah Atas (0-5 cm dari Permukaan Tanah)
di Lokasi Penelitian
P-tersedia
Lahan Revegetasi* C-organik (%) N (%)
C/N
pH
(ppm)
R-R
1,68
0,12
14,25
7,27
10,41
G-R
2,54
0,19
13,38
6,54
22,73
P-R
2,46
0,19
12,89
5,47
13,56
S-A
4,12
0,28
14,51
5,80
13,08
*Keterangan : R-R : rasamala-rumput (umur 2 tahun), G-R : ganitri-rumput (umur 4 tahun), P-R : puspa-rumput (umur 7
tahun), S-A : sonobrit-Adiantum (umur 12 tahun)

Lahan revegetasi sonobrit-Adiantum (umur 12 tahun) memiliki kandungan
C-organik dan C/N tanah yang paling tinggi dibandingkan lahan revegetasi lainnya.
Kandungan pH tertinggi terdapat pada lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2
tahun), tetapi memiliki kandungan C-organik dan P-tersedia yang paling rendah.
Lahan revegetasi puspa-rumput (umur 7 tahun) memiliki C/N yang paling rendah
dibandingkan seluruh lokasi pengamatan.
Untuk melihat pengaruh sifat tanah terhadap populasi genus Collembola
tanah, dilakukan Coresspondence Analysis dan uji korelasi. Coresspondence
Analysis merupakan analisis multivariat yang mempelajari hubungan antara dua
atau lebih variabel secara bersamaan dan disajikan dalam suatu diagram ordinasi

16

(Gambar 10). Coresspondence Analysis biasa digunakan oleh ahli ekologi untuk
melihat pengaruh sifat tanah terhadap populasi invertebrata tanah (Straalen 1997).
1.2
C-organik

C/N
Cyp

1.0

R12

N-total

0.8
Iso

0.6

P-tersedia

0.4
0.2

R4
Pro

Axis 2 (30,77%)

0.0

Lep

Les

Par
R2

Tom

-0.2
-0.4

Asc
R7

Meg

Fol
Vit
Oud
Cal Bla

Pse

Sph

-0.6

Smi

pH
-0.8
-2.0

-1.5

-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

Axis 1 (57,19%)

Gambar 10 Diagram Ordinasi Correspondence Analysis yang Menggambarkan
Hubungan antara Sifat Tanah dengan Lokasi Pengambilan Sampel dan
Populasi Collembola Tanah
Keterangan : Asc: Ascocyrtus, Bla: Blasconura, Cal: Callyntrura, Cyp: Cyphoderopsis, Fol: Folsomia, Iso:
Isotomodes, Lep: Lepidocyrtus, Les: Lepidosira, Meg: Megalothorax, Oud: Oudemansia, Par: Paranura, Pro: Proisotoma,
Pse: Pseudoparonella, Smi: Sminthurides, Sph: Sphyrotecha, Tom: Tomocerus, Vit: Vitronura, R2: Lahan Revegetasi
rasamala-rumput (2 Tahun), R7: Lahan Revegetasi puspa-rumput (7 Tahun), R4: Lahan Revegetasi ganitri-rumput (4
Tahun), R12: Lahan Revegetasi sonobrit-Adiantum (12 Tahun), Total inertia = 0,482, axis 1 eigenvalue = 0,276, axis 2
eigenvalue = 0,149

Berdasarkan Gambar 10, axis 1 mampu menerangkan 57,19% keragaman
data, sedangkan axis 2 mampu menerangkan 30,77% keragaman data. Sehingga
total variansi yang dapat dijelaskan oleh kedua sumbu tersebut sebesar 87,96%.
Interpretasi diagram ordinasi lebih difokuskan pada pengaruh sifat tanah (→)
dengan populasi genus Collembola (O). Genus Collembola tanah yang berada dekat
dengan garis arah peningkatan suatu sifat tanah, dikatakan memiliki korelasi yang
positif terhadap sifat tanah tersebut. Selain itu, genus Collembola tanah yang
semakin berhimpit dengan garis arah peningkatan sifat tanah, dikatakan memiliki
korelasi positif yang sangat erat dengan sifat tanah tersebut dibandingkan dengan
genus lainnya (Braak dan Verdonschot 1995).
Hasil Correspondence Analysis dan uji korelasi menunjukkan bahwa genus
Cyphoderopsis dan Isotomodes berkorelasi positif dengan C/N rasio, C-organik dan
N-total. Hal ini dikarenakan kedua genus tersebut terletak berdekatan dengan garis
arah peningkatan C/N rasio, C-organik, dan N-total (Gambar 10). Genus
Cyphoderopsis memiliki keeratan hubungan dengan C-organik yang ditunjukkan

17

dengan nilai korelasi sebesar +0,831. Sedangkan genus Isotomodes memiliki
hubungan yang erat dengan C/N rasio yang ditunjukkan dengan nilai korelasi
sebesar +0,975 (Lampiran 11). Aktivitas dekomposisi yang terjadi di area
revegetasi menyebabkan kedua genus ini cenderung melakukan agregasi. Menurut
Suhardjono et al. (2012), agregasi Collembola merupakan peristiwa berkumpulnya
individu Collembola dalam jumlah yang banyak pada suatu waktu di tempat
tertentu, baik spesies yang sama atau beberapa spesies menjadi satu. Agregasi
timbul sebagai respon adanya rangsangan akibat perubahan habitat, salah satunya
adalah melimpahnya sumber makanan di suatu tempat. Perilaku agregasi pada
genus Cyphoderopsis dan Isotomodes ditandai dengan meningkatnya populasi
kedua genus tersebut seiring dengan meningkatnya C-organik, N-total dan C/N
rasio.
Genus Lepidosira, Ascocyrtus, dan Pseudoparonella berkorelasi positif
dengan P-tersedia (Gambar 10, Lampiran 12). Akan tetapi, hanya genus
Pseudoparonella yang memiliki korelasi yang paling tinggi dengan P-tersedia
dengan nilai korelasi sebesar +0,775. Korelasi positif tersebut dapat dimungkinkan
karena ketiga genus tersebut merupakan pemakan fungi yang terlibat pada tahap
lanjut dari proses dekomposisi bahan organik (Agus 2007).
Genus Proisotoma, Paranura, Lepidocyrtus, Megalothorax, Tomocerus,
Vitronura, Folsomia, Oudemansia, Callyntrura, Blasconura dan Sphyrotecha
berkorelasi positif dengan pH (Gambar 10, Lampiran 13). Berdasarkan posisi genus
terhadap garis peningkatan pH (Gambar 10), menunjukkan bahwa genus
Proisotoma dan Megalothorax memiliki korelasi yang tertinggi terhadap pH
dibandingkan genus lainnya. Dari nilai korelasi juga terbukti bahwa genus
Proisotoma (+0,996) dan Megalothorax (+0,985) memiliki korelasi yang tertinggi
(Lampiran 13). Sebagian besar genus tersebut, Proisotoma, Megalothorax,
Paranura dan Folsomia (Longstaff et al. 1999; Suhardjono et al. 2012) merupakan
kelompok Collembola eudaphic yang memiliki habitat di dalam tanah. Sehingga
dapat dimungkinkan terdapat pengaruh pH tanah dengan pertumbuhan populasi
genus tersebut. Penelitian pengaruh pH terhadap kehidupan Collembola dalam
skala laboratorium pernah dilakukan (Ke et al. 2004). Hasilnya terbukti bahwa pH
asam berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan Onychiurus yaodai (Collembola:
Onychiuridae). Oleh karena itu, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
memastikan pengaruh pH terhadap pertumbuhan dan perkembangan populasi
Collembola di alam.
Dibandingkan dengan genus lainnya, genus Isotomodes memiliki posisi yang
khusus di dalam diagram ordinasi (Gambar 10). Genus Isotomodes adalah satusatunya genus yang posisinya hanya berdekatan dengan garis peningkatan C/N
rasio. Dalam kasus seperti ini, dimungkinkan genus Isotomodes dapat dijadikan
bioindikator C/N rasio tanah. Diperkirakan semakin tinggi C/N rasio tanah akan
menyebabkan peningkatan populasi genus Isotomodes. Atau dapat dikatakan
semakin tinggi sumbangan C-organik ke dalam tanah, diduga akan meningkatkan
populasi genus Isotomodes. Namun untuk pembuktian analisis ini perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut baik dalam skala laboratorium maupun uji lapang.

18

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Lahan revegetasi rasamala-rumput (umur 2 tahun) dengan kerapatan vegetasi
lantai hutan yang tinggi, memiliki populasi (1.110 individu m-2), jumlah ordo (4
ordo), famili (9 famili) serta genus (16 genus) Collembola tanah yang tertinggi.
Sedangkan lahan revegetasi sonobrit-Adiantum (umur 12 tahun) dengan kerapatan
vegetasi lantai hutan yang rendah, memiliki populasi (252 individu m-2), jumlah
ordo (1 ordo), famili (4 famili) dan genus (7 genus) Collembola tanah terendah.
Perbedaan jenis dan kerapatan vegetasi, terutama vegetasi lantai hutan, memegang
peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi keanekaragaman dan populasi
Collembola tanah. Vegetasi rumput dengan kerapatan yang tinggi lebih sesuai
sebagai habitat Collembola tanah.
C-organik, N-total dan C/N rasio tanah berkorelasi positif dengan genus
Cyphoderopsis dan Proisotoma. Genus Lepidosira, Ascocyrtus dan
Pseudoparonella berkorelasi positif dengan P-tersedia tanah. Sedangkan genus
Proisotoma, Megalothorax, Paranura, Lepidocyrtus, Tomocerus, Vitronura,
Folsomia, Oudemansia, Sphyrotecha, Callyntrura dan Blasconura berkorelasi
positif dengan pH tanah.
Genus Isotomodes dapat dimungkinkan dijadikan sebagai bioindikator tanah
yang memiliki C/N rasio tinggi. Meski masih diperlukan penelitian lebih lanjut
dalam skala laboratorium maupun uji lapang untuk memastikan hal tersebut.
Saran
Perlu dilakukan studi jangka panjang untuk mengetahui secara detail
hubungan antara faktor tanah dengan populasi Collembola tanah, khususnya antara
populasi genus Isotomodes dengan nilai C/N rasio tanah.

DAFTAR PUSTAKA
Agus YH. 2007. Keanekaragaman Collembola, Semut, dan Laba-Laba Permukaan
Tanah pada Empat Tipe Penggunaan Lahan. Disertasi. Sekolah Pasca
Sarjana, Program Studi Entomologi-Fitopatologi, Institut Pertanian Bogor.
Andres P, Mateos E. 2006. Soil Mesofaunal Responses to Post-Mining Restoration
Treatments.
J
App
Soil
Ecology.
33(2006):6778.doi:10.1016/j.apsoil.2005.08.007.
Arsyad S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Pr.
[Balitbangtan] Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian. 2007. Metode Analisis Biologi Tanah. Bogor (ID): Balitbangtan.
[Balittanah] Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah,
Tanaman, Air, dan Pupuk. Bogor (ID): Balittanah.

19

Braak CJFT, Verdonschot PFM. 1995. Canonical Correspondence Analysis and
Related Multivariate Methods in Aquatic Ecology. Aquatic sci. 57(3):255289.doi: 10.1007/BF00877430.
Das S, Joy VC. 2009. Chemical Quality Impacts of Tropical Forest Tree Leaf
Litters on The Growth and Fecundity of Soil Collembola. Eur J Soil Bio.
45(2009):448-454.doi:10.1016/j.ejsobi.2009.09.001.
Dunger W, Schulz HJ, Zimdars B, Hohberg K. 2004. Changes in Collembolan
Species Composition in Eastern German Mine Sites Over Fifty Years of
Primary
Succession.
Pedobiologia.
48(2004):503517.doi:10.1016/j.pedobi.2004.07.005.
Fountain MT, Hopkin SP. 2004. Biodiversity of Collembola in Urban Soils and The
Use of Folsomia candida to Asses Soil Quality. Ecotoxicology [Internet].
[diunduh
2013
okt
6];
13(2004):555-572.
Tersedia
pada:
http://www.stevehopkin.co.uk/publications/2004_ecotoxicology_13_555572.pdf.
Greenslade P. 2002. Systematic Composition and Distribution of Australian Cave
Collembolan Faunas with Notes on Exotic Taxa. Helictite [Internet]. [diunduh
2014 juni 14]; 38(1):11-15. Terdapat pada: http://helictite.caves.org.au.pdf.
Handayanto E, Hairiah K. 2010. Biologi Tanah: Landasan Pengelolaan Tanah
Sehat. Jakarta (ID): Pustaka Adipura.
Hopkin SP. 1997. Biology of The Springtails (Insecta: Collembola). New York
(US): Oxford University Pr.
Hopkin SP. 2002. Collembola. Di dalam: Lal R, editor. Encyclopedia of Soil Scince.
New York (US): Marcel Dekker Inc. hlm 207-210.
Ke X, Yang Y, Yin WY, Xue L. 2004. Effects of Low pH Environment on The
Collembolan
Onychiurus
yaodai.
Pedobiologia.
48(2004):545550.doi:10.1016/j.pedobi.