Dinamika Populasi Dan Keanekaragaman Collembola Pada Tanaman Kelapa Sawit Di Perkebunan Cikasungka Kabupaten Bogor

DINAMIKA POPULASI DAN KEANEKARAGAMAN
COLLEMBOLA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT DI
PERKEBUNAN CIKASUNGKA KABUPATEN BOGOR

ERWINDA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Dinamika Populasi dan
Keanekaragaman Collembola pada Tanaman Kelapa Sawit di Perkebunan
Cikasungka Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Nopember 2015

Erwinda
NIM A154120071

RINGKASAN
ERWINDA. Dinamika Populasi dan Keanekaragaman Collembola pada Tanaman
Kelapa Sawit di Perkebunan Cikasungka Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh
RAHAYU WIDYASTUTI, GUNAWAN DJAJAKIRANA, dan YAYUK
RAHAYUNINGSIH SUHARDJONO.
Collembola merupakan salah satu mikroarthropoda yang dominan pada
semua jenis tanah. Mereka memiliki peranan penting dalam rantai makanan
ekosistem tanah, mineralisasi unsur hara, dan sebagai bio-indikator kesehatan
tanah. Dinamika populasi dan keanekaragaman Collembola pada suatu
perkebunan dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti curah hujan, sifat
kimia tanah, dan pengelolaan lahan. Saat ini, penelitian mengenai dinamika
populasi dan keanekaragaman Collembola pada lahan budidaya kelapa sawit
masih kurang jumlahnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari
dinamika populasi dan keanekaragaman Collembola pada perkebunan kelapa

sawit, serta mempelajari keterkaitan antara perubahan populasi Colembolla
dengan perbedaaan pengelolaan dan faktor lingkungan.
Penelitian ini telah dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit Cikasungka
selama enam bulan (April sampai September 2014). Collembola dikumpulkan
pada empat titik setiap pohon, dari lima pohon kelapa sawit yang memiliki kriteria
yang sama, yaitu dengan jarak 0 cm, 120 cm, 240 cm, dan 450 cm dari pohon.
Identifikasi dilakukan sampai tingkat spesies secara morfologi (morfospesies),
dengan penamaan setiap Collembola yang ditemukan menggunakan nama famili.
Sedangkan faktor lingkungan yang diamati berupa pH tanah, C-organik, N-total,
P-tersedia, K-dd, Ca-dd, Mg-dd, Zn-tersedia, Cu-tersedia, kadar air, dan Curah
Hujan.
Dari hasil penelitian diperoleh 4 ordo, 13 famili, dan 37 spesies yang berasal
dari 10 438 individu dengan rata-rata populasi 544 individu/m2. Terdapat
perbedaan dinamika populasi pada empat titik dari setiap bulan pengambilan
sampel. Populasi Collembola yang tinggi ditemukan pada daerah pangkal pohon
(920 individu/m2) dan jalur serasah (763 individu/m2). Populasi Collembola di
titik 0 cm dan 240 cm dari pohon mengalami peningkatan pada bulan Juni 2014.
Populasi tertinggi di titik 120 cm dari pohon terjadi pada bulan April dan Juli
2014. Sedangkan di titik 450 cm dari pohon, populasi tertinggi ditemukan pada
bulan April dan Juni 2014. Dari semua titik pengambilan sampel, populasi

Collembola mengalami penurunan pada bulan Agustus dan September 2014.
Selama enam bulan pengamatan, Isotomidae sp. 5 merupakan spesies Collembola
dengan jumlah populasi tertinggi dari spesies yang lain. Pada penelititan ini
diperoleh nilai koefisien korelasi beberapa spesies Collembola yang mempunyai
hubungan kuat dengan curah hujan, kadar air, pH tanah, C-organik, N-total, Ptersedia, K-dd, Ca-dd, Mg-dd, Zn-tersedia, dan Cu-tersedia.
Kata kunci: mikroarthropoda, ekosistem, isotomidae, korelasi

SUMMARY
ERWINDA. Population Dynamics and Diversity of Collembola at Oil Palm in
Cikasungka Plantation District Bogor. Supervised by RAHAYU WIDYASTUTI,
GUNAWAN
DJAJAKIRANA,
and
YAYUK
RAHAYUNINGSIH
SUHARDJONO.
Collembolan is one of the dominant microarthropods in almost every type of
soils. They have important function in food webs soil ecosystem, mineralization
of nutrients, and as bio-indicators of soil health. Population dynamics and
diversity of Collembola in any plantation may be affected by environmental

conditions such as rainfall, soil chemical properties, and cultivation techniques.
Recently, the research concern on population dynamics and diversity of
Collembola in monoculture oil palm cultivation area is still lacking. The aim of
this research was to study the population dynamics and diversity of Collembola at
oil palm plantation, as well as to learn the linkages between population change of
Colembolla with differences in management and environmental factors.
This research has been done at oil palm Cikasungka plantation during six
months (April to September 2014). Collembolans were collected from four points
at every trees, and from five trees of oil palm which has similar criteria, i.e. with
the distance of 0 cm, 120 cm, 240 cm and 450 cm from the trees. Identification
was done to species morphologically (morphospecies), with the naming of each
Collembola found with the name of the family. While observed environmental
factors were soil pH, organic C, total N, available P, exchangeable K, Ca, and Mg,
available Zn and Cu, moisture content, and rainfall.
The research results obtained 37 species from 10 438 individual with mean
of populations was 544 individual/m2, 4 orders, 13 families, and 37 species. There
were the differences of dynamics population at four point since samples were
collected in every months. The highest population of Collembolans was found in
base of tree zone (920 individual/m2) and litter lane (763 individual/m2). The
population of Collembolans at the points of 0 cm and 240 cm from the trees was

increased on Juni 2014. The highest population at the point of 120 cm from the
trees was occurred on April and Juli 2014. Whereas, at the point of 450 cm from
the trees, the highest population was found in April and June 2014. From all
sampling points, the population of Collembolans was decreased in August and
September 2014. During six months of observation, total population of Isotomidae
sp. 5 was higher than the others species of Collembolans. The results showed that
there were strong coefficient correlation values of some species of Collembolans
with the rainfall, moisture content, soil pH, organic C, total N, available P,
exchangeable K, Ca, and Mg, and available Zn and Cu.
Keywords: microarthropods, ecosystem, isotomidae, correlation

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


DINAMIKA POPULASI DAN KEANEKARAGAMAN
COLLEMBOLA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT DI
PERKEBUNAN CIKASUNGKA KABUPATEN BOGOR

ERWINDA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Bioteknologi Tanah dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Atang Sutandi, MSi


Judul Tesis : Dinamika Populasi dan Keanekaragaman Collembola pada
Tanaman Kelapa Sawit di Perkebunan Cikasungka Kabupaten
Bogor
Nama
: Erwinda
NIM
: A154120071

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Dra Rahayu Widyastuti, MScAgr
Ketua

Prof Dr Dra Yayuk R.Suhardjono
Anggota

Dr Ir Gunawan Djajakirana, MScAgr
Anggota


Diketahui oleh

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini ialah keanekaragaman fauna tanah, dengan judul
Dinamika Populasi dan Keanekaragaman Collembola pada Tanaman Kelapa
Sawit di Perkebunan Cikasungka Kabupaten Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Dra Rahayu Widyastuti,
MScAgr, Bapak Dr Ir Gunawan Djajakirana, MScAgr, dan Ibu Prof Dr Dra
Yayuk Rahayuningsih Suhardjono selaku pembimbing, Bapak Dr Ir Atang
Sutandi, MSi selaku penguji, serta Bapak Prof Dr Ir Dwi Andreas Santosa, MSc
selaku ketua program studi yang telah banyak memberi saran. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir Ajat selaku administratur, serta
seluruh staf dari PTPN VIII Cikasungka Bogor, yang telah membantu selama
pengambilan sampel dan pengumpulan data. Terima kasih yang sebesarnya
kepada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, yang telah memberikan
kesempatan belajar melalui program beasiswa unggulan. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, serta Putro H. Setiko atas
segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Nopember 2015
Penulis

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang

Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
2
3
3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Arthropoda Tanah
Collembola
Ciri-ciri Umum Collembola
Ekologi Collembola
Kelapa Sawit

4
4
4

4
5
7

3 METODE
Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel
Pengambilan Sampel Tanah
Pengamatan dan Identifikasi
Analisis Data

8
8
9
9
10

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Collembola
Keanekaragaman Spesies
Populasi Collembola pada Berbagai Titik Pengamatan di setiap Pohon
Kelapa Sawit
Dinamika Populasi Collembola
Populasi Arthopoda Tanah Lainnya
Kondisi Lingkungan Tempat Pencuplikan Sampel Tanah
Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap Populasi Collembola
Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap Spesies Collembola

11
11
11
13
14
16
21
22
24

5 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

29
29
29

DAFTAR PUSTAKA

30

LAMPIRAN

34

RIWAYAT HIDUP

61

DAFTAR TABEL
1 Nilai keanekaragaman Collembola setiap bulan pengamatan
2 Dinamika populasi Collembola yang melimpah pada semua titik
pengambilan sampel
3 Analisis sifat tanah pada kebun kelapa sawit
4 Data curah hujan, kadar air tanah, dan pH tanah setiap bulan
pengambilan sampel

11
12
21
22

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

5

6

7

8
9
10
11
12
13
14

Garis transek pengambilan sampel.
Penentuan titik pengambilan sampel.
Kempson extractor.
Perbandingan populasi Collembola setiap titik pengambilan sampel.
(huruf berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata, uji Duncan pada
taraf kepercayaan 95%).
Dinamika rata-rata populasi Collembola: A daerah pangkal pohon
(0 cm); B daerah piringan (120 cm); C daerah jalan produksi (240
cm); D daerah gawangan mati (450 cm).
Perbandingan populasi Arthropoda tanah setiap titik pengambilan
sampel. (huruf berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata, uji
Duncan pada taraf kepercayaan 95%).
Dinamika populasi Arthropoda tanah setiap waktu pengambilan
sampel. (huruf berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata, uji
Duncan pada taraf kepercayaan 95%).
Hubungan dinamika populasi Arthropoda dengan Collembola pada
daerah pangkal pohon (0 cm) setiap waktu pengambilan sampel.
Hubungan dinamika populasi Arthropoda dengan Collembola pada
daerah piringan (120 cm) setiap waktu pengambilan sampel.
Hubungan dinamika populasi Arthropoda dengan Collembola pada
daerah luar piringan (240 cm) setiap waktu pengambilan sampel.
Hubungan dinamika populasi Arthropoda dengan Collembola pada
daerah gawangan mati (450 cm) setiap waktu pengambilan sampel
Pengaruh curah hujan terhadap populasi Collembola setiap bulan
pengambilan sampel.
Pengaruh kadar air tanah terhadap populasi Collembola setiap bulan
pengambilan sampel.
Pengaruh pH tanah terhadap populasi Collembola setiap bulan
pengambilan sampel.

8
8
9

13

15

16

17
18
19
20
20
22
23
24

DAFTAR LAMPIRAN
1 Prosedur penetapan tekstur dan sifat kimia tanah
2 Kriteria sifat kimia tanah

34
37

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Rata-rata jumlah individu dari setiap spesies Collembola pada
keempat titik pengamatan selama 6 bulan
Deskripsi morfologi spesies Collembola
Populasi spesies Collembola pada daerah pangkal pohon (titik 0 cm)
selama 6 bulan
Populasi spesies Collembola pada daerah piringan (titik 120 cm)
selama 6 bulan
Populasi spesies Collembola pada daerah di luar piringan (titik 240
cm) selama 6 bulan
Populasi spesies Collembola pada daerah gawangan mati titik (450
cm) selama 6 bulan
Populasi takson Arthropoda tanah pada semua titik pengamatan
selama 6 bulan
Nilai keanekaragaman takson Arthropoda tanah pada setiap titik
pengamatan
Populasi takson Arthropoda pada daerah pangkal pohon (titik 0 cm)
selama 6 bulan
Populasi takson Arthropoda pada daerah piringan (titik 120 cm)
selama 6 bulan
Populasi takson Arthropoda pada daerah luar piringan (titik 240 cm)
selama 6 bulan
Populasi takson Arthropoda pada daerah gawangan mati (titik 450
cm) selama 6 bulan
Nilai korelasi spesies Collembola dengan curah hujan, kadar air, dan
pH tanah
Nilai korelasi spesies Collembola dengan kandungan kimia tanah
antara lain: C-organik, N-total, P-tersedia, K-dd, Ca-dd, Mg-dd, Cutersedia, dan Zn-tersedia

38
39
51
52
53
54
55
55
56
56
57
57
58

59

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keanekaragaman organisme dalam tanah memberikan kontribusi penting
dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Peranan organisme dalam menjaga
ekosistem dapat terlihat melalui proses dekomposisi dan siklus hara. Prosesproses tersebut bertujuan untuk memperbaiki serta mempertahankan sifat biologi,
kimia, dan fisik tanah. Namun, berbagai kegiatan budidaya dapat mempengaruhi
peranan organisme tanah terhadap suatu ekosistem.
Berbagai aktivitas budidaya yang berpengaruh terhadap organisme tanah,
antara lain pengolahan tanah, penanaman monokultur, input pupuk, serta
menggantikan peran pengendali musuh alami dengan pestisida. Rahmadi et al.
(2004), menyatakan bahwa sistem penanaman monokultur dengan vegetasi
tertentu dapat mempengaruhi keanekaragaman Arthropoda tanah.
Penelitian mengenai Arthropoda tanah telah banyak dilakukan oleh
Suhardjono (1985, 1998, 2002), Suhardjono et al. (1997), dan Mercianto et al.
(1997). Dalam penelitian tersebut terungkap berbagai keanekaragaman,
persebaran, dan peranan Arthropoda tanah dalam ekosistem. Perbedaan vegetasi
pada setiap lokasi penelitian dan faktor lingkungan seperti kelembaban, kondisi
tanah, serta ketersediaan bahan organik ternyata dapat menyebabkan perbedaan
komposisi dan persebaran keanekaragaman Arthropoda tanah. Arthropoda tanah
memiliki peran sebagai pemangsa, parasit, serta perombak bahan organik seperti
serasah dan bangkai.
Arthropoda tanah merupakan kelompok fauna tanah yang paling dominan
sekaligus sebagai perombak bahan jatuhan di tanah (Wolters 1998). Arthropoda
tanah dapat mempengaruhi mikroklimat ekosistem seperti membuat lubang masuk
dalam tanah yang dapat meningkatkan infiltrasi dan kapasitas tanah memegang air
(Wallwork 1976). Berdasarkan peran Arthropoda tanah yang sangat penting, maka
keanekaragaman serta kelimpahannya sering dijadikan indikator kualitas dan
kesehatan tanah.
Salah satu mikroathropoda tanah yang dominan ditemukan yaitu
Collembola. Collembola sering dijumpai dalam jumlah individu yang banyak di
antara Arthropoda tanah lainnya (Suhardjono 2002). Begitu juga untuk
keanekaragaman Arthropoda tanah di lantai hutan kawasan hulu Sungai Katingan,
Kalimantan Tengah juga didominasi oleh Collembola (Rahmadi dan Suhardjono
2003). Selain itu, Coleman et al. (2004) dan Greenslade et al. (2010) menyatakan
bahwa sebagian besar dari kelompok Arthropoda khususnya Collembola, hampir
dapat ditemukan pada semua jenis tanah.
Collembola diketahui memiliki peran penting sebagai perombak bahan
organik atau detritivor (Triplehorn dan Johnson 2005). Menurut Suhardjono
(1985), Collembola berperan sebagai perombak bahan organik, serta membantu
dalam pembentukan dan respirasi tanah, melalui konsumsi jasad renik dan fungi.
Populasi Collembola juga dijadikan sebagai indikator kualitas tanah pada lahan
revegetasi bekas tambang (Nurtjahya et al. 2007; Rohyani 2012).
Perbedaan populasi dan keanekaragaman Collembola dipengaruhi oleh
sumber makanan, jenis vegetasi, dan pengelolaan lahan. Pada tanah sawah selama

2
penggenangan dan awal tanam, ternyata Sminthuridae dapat ditemukan dalam
jumlah banyak (Widyastuti 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Agus (2007),
mendapatkan adanya perbedaan keanekaragaman Collembola pada vegetasi yang
berbeda yaitu pada hutan, kebun pertanian organik, kebun sayur, dan kebun teh
yang berlokasi di Bogor. Sedangkan Fatimah et al. (2012), juga menemukan
perbedaan keanekaragaman Collembola pada kebun karet yang ditumpangsarikan
dengan tanaman kakao, kopi, kemiri, dan kelapa sawit di Lampung. Akan tetapi,
informasi penelitian mengenai keanekaragaman Collembola pada budidaya
monokultur kelapa sawit masih terbatas, termasuk tentang dinamika populasinya
belum pernah dilaporkan.
Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menghasilkan
devisa non migas bagi Indonesia. Luas perkebunan kelapa sawit belakangan ini
terus bertambah, mencapai 5.45 % per tahun melalui usaha ekstensifikasi baik
pada perkebunan rakyat, perkebunan negara, maupun perkebunan swasta.
Menurut data Ditjenbun (2012), pada tahun 2010 luas perkebunan kelapa sawit
mencapai 7.8 juta ha dan pada tahun 2012 luas perkebunan kelapa sawit
diperkirakan seluas 9.1 juta ha.
Syarat tumbuh tanaman kelapa sawit seperti lokasi ketinggian, iklim, curah
hujan, dan lama penyinaran akan menentukan populasi Collembola tanah. Selain
itu, berbagai faktor juga dapat mempengaruhi keberadaan Collembola seperti
adanya pemangsa, kondisi kimia tanah, dan ketersediaan makanan. Pengelolaan
lahan pada perkebunan kelapa sawit memungkinkan terjadinya perbedaan
populasi dan keanekaragaman Collembola. Berdasarkan hal di atas, perlu
dilakukan penelitian dinamika populasi Collembola pada perkebunan kelapa sawit
PTPN VIII di Cikasungka, Kabupaten Bogor. Diharapkan hasil penelitian selain
memperkaya khasanah pengetahuan juga dapat menjadi landasan kebijakan
pengelolaan lahan di kebun sawit.
Perumusan Masalah
Perkebunan kelapa sawit PTPN VIII mengedepankan manajemen
pemeliharaan tanaman kelapa sawit dalam upaya untuk mengoptimalkan produksi.
Salah satu bentuk pemeliharaan yang dilakukan yaitu membentuk piringan,
pemupukan, pemangkasan daun, pengendalian gulma, serta pengendalian hama
dan penyakit tanaman. Menurut BB Pengkajian (2008), jenis pupuk yang biasa
diberikan yaitu pupuk Urea (N), TSP (P), KCl (K), Kiserit (Mg), dan Borax.
Adapun dosis pupuk ditetapkan berdasarkan umur tanam kelapa sawit atau
merujuk kepada rekomendasi pemupukan dari Balai Penelitian Kelapa Sawit.
Kegiatan pemeliharaan lainnya yaitu pemangkasan daun dengan tujuan agar
diperoleh pohon yang bersih dan memudahkan pemanenan. Daun yang dipangkas
tersebut ditumpuk pada daerah gawangan mati dan dibiarkan terdekomposisi.
Daerah piringan selalu dibersihkan dari gulma, supaya tidak terjadi persaingan
antara tanaman kelapa sawit dengan gulma dalam hal pemanfaatan unsur hara dan
air. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan pemberian pestisida.
Pengelolaan lahan pada perkebunan kelapa sawit memungkinkan terjadinya
perbedaan keanekaragaman dan populasi Collembola. Terbatasnya informasi
keanekaragaman Collembola dan kekhasan pengelolaan lahan perkebunan kelapa
sawit menjadi pemicu untuk melakukan penelitian. Berdasarkan hal tersebut,

3
maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui dinamika populasi dan
keanekaragaman Collembola pada habitat tanaman kelapa sawit.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mempelajari dinamika populasi dan keanekaragaman Collembola pada
habitat tanaman kelapa sawit, selama kurun waktu 6 bulan pengamatan.
2. Mempelajari populasi Arthropoda tanah pada habitat tanaman kelapa sawit
dan kedudukan Collembola di antara takson Arthropoda lainnya.
3. Mempelajari keterkaitan antara perubahan populasi dan keanekaragaman
Collembola dengan perbedaan perlakuan pengelolaan pada masing-masing
titik pengambilan sampel dan faktor lingkungan pada perkebunan kelapa
sawit.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai dinamika
populasi dan keanekaragaman Collembola pada tanaman kelapa sawit di
perkebunan Cikasungka, Kabupaten Bogor. Hasil yang diperoleh dapat
memberikan gambaran keterkaitan antara populasi dan keanekaragaman
Collembola dengan teknik budidaya dan faktor lingkungan, serta data yang
terkumpul diharapkan dapat membantu dalam melakukan penanganan lahan
kebun kelapa sawit secara bijak, aman bagi keselamatan hayati di sekitarnya.

4

2 TINJAUAN PUSTAKA
Arthropoda Tanah
Arthropoda merupakan salah satu kelompok fauna tanah yang memiliki kaki
berbuku-buku dan mempunyai persebaran yang luas, baik dari segi ukuran
maupun tempat hidupnya (Kabar et al. 2007). Kelompok ini seringkali
mendominasi fauna tanah dan dapat ditemukan pada hampir semua tipe tanah.
Populasi Arthropoda pada lantai hutan dapat mencapai ratusan bahkan ribuan
individu dalam setiap meter persegi tanahnya (Coleman et al. 2004). Berdasarkan
ukuran tubuh, Arthropoda tanah ditemukan dari mulai meso (200 µm) hingga
makro (16 cm) (Culliney 2013).
Hasil penelitian Santorufo et al. (2014), menunjukkan bahwa beberapa
spesies Arthropoda tanah dapat beradaptasi terhadap perubahan musim dan
perubahan lingkungan yang ekstrim sekalipun. Bahkan Camara et al. (2012),
menjadikan Arthropoda tanah sebagai indikator penilaian dasar untuk hutan yang
baru mengalami kerusakan dan setelah dilakukan reklamasi.
Arthropoda tanah yang seringkali dijumpai dalam jumlah melimpah yaitu
Acari, Collembola, dan Hymenoptera (Borror et al. 1982). Berdasarkan fungsinya
di dalam tanah, Arthropoda dapat dikelompokkan menjadi parasit, predator, dan
detrivor. Selain itu juga dapat dibedakan menjadi fauna fitotropik (memakan
tanaman hidup), fauna zootrofik (memakan materi binatang), fauna mikrotrofik
(memakan mikroorganisme), dan fauna saprofitik (menggunakan materi organik
yang telah mati) (Anwar 2007). Beberapa Arthropoda tanah dapat mempengaruhi
populasi Collembola, sehingga terdapat beberapa penelitian yang mengkaitkan
Collembola dengan Arthropoda lain. Keberadaan Acari dan Hymenoptera dapat
menjadi pemangsa dan parasitoid, sekaligus mengendalikan populasi Collembola
di alam (Suhardjono et al. 2012). Menurut Lawrence dan Wise (2000),
peningkatan Arthropoda predator seperti Araneae pada lantai hutan di Madison
dapat mengakibatkan penurunan populasi Collembola. Christiansen et al. (2009),
juga menyatakan bahwa sebagian Arthropoda tanah seperti semut menjadikan
Collembola sebagai makanannya.
Collembola
Collembola merupakan salah satu Arthropoda tanah yang seringkali
didapatkan melimpah, dan memiliki peranan penting dalam ekosistem tanah.
Collembola memiliki alat untuk melenting yang disebut furkula atau furka pada
bagian ventral ruas abdomen keempat, sehingga Collembola disebut juga
ekorpegas (Springtails) (Suhardjono et al. 2012). Menurut Wallwork (1976),
Collembola merupakan salah satu kelompok mesofauna karena mempunyai
ukuran tubuh yang kecil berkisar antara 0.25 mm hingga 8.00 mm. Warna tubuh
bervariasi, putih, hitam, abu-abu, dan bercorak.
Ciri-ciri Umum Collembola
Tubuh Collembola tersusun atas ruas-ruas yang dapat dibagi atas tiga
bagian, yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Collembola memiliki antena beruas 4
dengan panjang yang bervariasi dan juga mempunyai seta kemosensorik pada

5
antenanya. Antena jantan kadang-kadang mengalami modifikasi sebagai organ
penjepit. Ujung antena juga memiliki bentuk yang bervariasi. Toraks dibagi
menjadi 3 ruas. Pada toraks terdapat tiga pasang tungkai. Masing-masing tungkai
dibagi menjadi subkoksa, koksa, trokanter, femur, tibiotarsus dan pretarsus.
Abdomen terdiri dari enam ruas, pada bagian ventral ruas pertama terdapat tabung
ventral (kolofor), ruas ketiga terdapat retinakulum dan ruas keempat terdapat
furka. Furka terdiri dari bagian basal, manubrium, sepasang dens dan mukro
berduri atau berlamela. Celah genital jantan atau betina terdapat pada abdomen
kelima, celah anal berada pada abdomen keenam (Greenslade 1991).
Collembola memiliki variasi bentuk tubuh yang dapat dipergunakan sebagai
penciri sampai tingkat ordo. Variasi bentuk tubuhnya seperti gilik, oval, bundar,
atau pipih dorso ventral. Warna tubuh Collembola juga beragam, dari putih,
kuning, jingga, merah merona, abu-abu, biru gelap, hitam, dan bahkan ada yang
tidak berwarna. Selain itu, permukaan tubuh Collembola bermacam-macam, ada
yang licin, granulat, atau tidak rata. Ada yang mulus, tetapi ada juga yang
dilengkapi seta biasa, seta makro, sensilum, rambut, duri, sisik atau modifikasinya
(Suhardjono et al. 2012).
Spesies Collembola yang hidup pada sekitar permukaan tanah umumnya
memiliki tubuh dengan warna yang lebih mencolok, indera yang berkembang
dengan baik, serta memiliki antena dan furkula. Pada bagian tanah yang lebih
dalam, spesies yang ditemukan umumnya berukuran lebih kecil, warna yang
pucat, indera yang kurang berkembang dengan baik, dan tanpa furkula (Wallwork
1976). Collembola tidak mengalami metamorfosis sempurna, tetapi hanya terjadi
pergantian kulit sebanyak 5-6 kali. Bentuk pradewasa dan dewasa mirip satu
dengan yang lainnya. Kedua bentuk stadia tersebut dibedakan oleh ukuran, jumlah
seta dan tidak adanya organ genitalia atau bidang genitalia pada stadia pradewasa.
Persamaan penampilan ini mempermudah pengenalan sampai taraf takson
tertentu. Pergantian kulit tetap berlangsung meskipun telah mencapai kematangan
alat reproduksi, biasanya dapat berlangsung 3-12 kali. Kenyataan ini sering
menimbulkan permasalahan dalam taksonomi, karena pergantian kulit tersebut
Collembola mengalami perubahan ukuran organ-organ tertentu. Periode
perkembangan pertumbuhan Collembola beravariasi bergantung pada spesiesnya,
berkisar dari beberapa hari sampai beberapa bulan (Suhardjono et al. 2012).
Ekologi Collembola
Distribusi Collembola ditunjukkan melalui perbedaan keanekaragaman baik
secara vertikal maupun secara horizontal berdasarkan kedalaman tanah.
Collembola banyak terdapat di lapisan serasah dan lapisan tanah bagian atas 0-2.5
cm. Pada kedalaman ini ditemukan banyak pakan Collembola berupa jamur dan
sisa-sisa bahan organik (Choudhuri dan Roy 1972). Suhu dan penguapan dapat
mempengaruhi komunitas Collembola, setiap kenaikan suhu lebih dari 4 oC di
hutan pinus Latvia Utara kekayaan spesies Collembola edafik mengalami
penurunan (Jucevica dan Melecis 2005).
Collembola dipengaruhi oleh kelembaban tanah, baik dari segi
keanekaragaman maupun dari segi persebarannya. Beberapa spesies Collembola
peka terhadap kelembaban tanah sehingga variasi komposisi spesies dan populasi
berbeda, misalkan Isotomurus palustris Muller dan Tomocerus minor Lubbock
banyak terdapat dalam keadaan kelembaban tinggi (basah), sedangkan
Hypogastrura armata Nicolet dan Folsomia quadrioculata Tullberg lebih

6
menyukai keadaan kering (Imler 2004). Pada saat kelembaban rendah Collembola
akan bermigrasi ke lapisan tanah yang lebih dalam (Detsis 2000). Menurut
Widyawati (2008), genus Collembola pada habitat hutan damar dan kaliandra
memiliki keragaman yang tinggi. Hal tersebut disebabkan vegetasi bawah rapat,
kelembaban tanah, C organik, C/N, N total, kalium, dan kadar air tinggi, serta pH
rendah. Hal yang sama juga ditemukan oleh Agus (2007), bahwa faktor abiotik
seperti C/N, C-organik, kadar air, dan pH berkorelasi positif terhadap jumlah
individu famili Bourletiellidae, Brachystomellidae, dan Dicyrtomidae, sedangkan
kandungan P dan K berkorelasi positif dengan jumlah individu dari famili
Entomobryidae, dan Isotomidae.
Faktor biotik dan abiotik sangat mempengaruhi agregasi Collembola.
Agregasi merupakan berkumpulnya beberapa spesies Collembola maupun spesies
yang sama dalam jumlah yang sangat banyak pada suatu waktu di suatu tempat.
Kondisi lingkungan dapat menguntungkan atau merugikan bagi Collembola.
Keadaan yang menguntungkan misalkan kelembaban dan suhu yang sesuai, serta
tersedianya makanan yang melimpah. Ukuran pori-pori tanah dan serasah yang
sudah terfermentasi juga dapat menjadi salah satu rangsangan bagi Collembola
untuk beragregasi. Sebaliknya, kadang-kadang kondisi sulit pun dapat menjadi
pemicu agregasi (Suhardjono et al. 2012). Selain itu, serasah yang tebal dan
lembab menyediakan kondisi lingkungan yang sesuai bagi kehidupan Collembola
tanah (Rahmadi et al. 2004). Penelitian mengenai Collembola permukaan tanah di
kebun karet Lampung yang dilakukan oleh Fatimah et al. (2012), menunjukkan
bahwa agregasi Collembola pada kebun karet terjadi disebabkan karena faktor
lingkungan dan kondisi mikroklimat yang sesuai dan nyaman.
Menurut Suhardjono et al. (2012), habitat yang disukai beberapa Famili
Collembola yaitu seperti tersedianya kondisi yang ideal bagi pertumbuhannya.
Pada musim kering jumlah kematian Collembola meningkat, karena tidak tahan
terhadap kekeringan bagi yang peka terhadap perubahan kelembaban.
Mikroklimat menjadi sebab terjadinya sebaran vertikal yang berbeda di suatu
tempat dengan lainnya. Collembola juga dapat menghuni vegetasi, lumut atau
paku-pakuan yang tumbuh di batang pohon. Biasanya pada koloni atau rumpunan
paku-pakuan terdapat timbunan serasah atau bagian tumbuhan yang melapuk.
Diungkapkan pula oleh Rahmadi et al. (2004), bahwa vegetasi penutup
merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan karena dapat mempengaruhi
keadaan sifat tanah, keanekaragaman vegetasi juga dapat mempengaruhi
keanekaragaman Collembola.
Collembola juga berperan dalam membantu perombakan bahan organik dan
siklus hara (Hopkins 1997). Menurut Suhardjono et al. (2012), Collembola
berperan sebagai indikator hayati tingkat kesuburan atau keadaan tanah. Hal itu
dimungkinkan karena beberapa spesies Collembola tertentu peka terhadap unsur
atau senyawa kimia dalam tanah. Peran ini sudah banyak dibahas dan
dimanfaatkan di kawasan Eropa dan Amerika, tetapi belum banyak diketahui di
Indonesia. Pada keadaan tanah yang berbeda, akan menunjukan angka populasi
Collembola yang berbeda pula (Hopkins 1997; Suhardjono et al. 2012), sehingga
ukuran populasi suatu tempat dapat menunjukan keadaan tanah tempat tersebut.
Pada saat mencari makan, Collembola bergerak ke mana-mana. Biasanya pada
tubuhnya menempel jasad-jasad renik, sehingga selama pergerakan atau berpindah
tempat, Collembola membantu menyebarkan jasad renik (Sinka et al. 2007).

7
Penyebaran jasad renik ini merupakan peran Collembola yang penting. Dengan
aktivitasnya tersebut Collembola membantu memperluas dan mempercepat
perombakan bahan organik. Perombakan bahan organik ini akan berlangsung
terus-menerus sampai terbentuknya tanah. Selama masih ada jasad renik
Collembola masih aktif membantu penyebaran (Suhardjono 1985). Collembola
juga dapat berfungsi menurunkan kemungkinan munculnya penyakit yang
ditimbulkan oleh jamur atau fungi. Protaphorura armata Tullberg dapat berperan
sebagai pengendali penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur Fusarium
culmorum dan Gaeumannomyces graminis var tritici (Sabatini et al. 2004).
Kelapa Sawit
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0-500 m dpl. Suhu
udara sepanjang tahun berkisar 27 ºC, rentang suhu yang dikehendaki yaitu 24-28
ºC, dan umumnya ditemukan di daerah tropika (Corley dan Tinker 2003). Curah
hujan rata-rata tahunan yang sesuai berkisar antara 1500-4000 mm dengan
penyebaran merata sepanjang tahun dan tidak terdapat bulan kering yang nyata.
Adanya bulan kering lebih dari dua bulan berturut-turut akan memberikan
pengaruh terhadap penurunan produksi pada tahun-tahun berikutnya. Bulan kering
>3 bulan sudah merupakan pembatas pertumbuhan untuk kelapa sawit, begitu
juga defisit air >400 mm per tahunnya sudah merupakan pembatas berat. Lama
penyinaran matahari tidak boleh kurang dari 5-7 jam per hari dan kelembaban
nisbi yang diinginkan berkisar 50-90 % atau optimalnya pada kelembaban 80 %
(BB Pengkajian 2008).
Perakaran tanaman kelapa sawit umumnya dijumpai hingga kedalaman 60
cm, namun ujung akar masih dapat mencapai kedalaman 90 cm atau lebih.
Sehingga kesesuaian solum tanah untuk kelapa sawit yaitu sekitar 80-100 cm.
Lapisan tanah yang keras atau padas dengan tingkat kekerasan >3.0 kg/cm2 pada
kedalaman