Pemanfaatan Metabolit Nodulisporium Sp Kt29 Untuk Pencegahan Infeksi Vibrio Harveyi Pada Udang Vaname Yang Dibudidayakan Di Laut

PEMANFAATAN METABOLIT Nodulisporium sp. KT29
UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Vibrio harveyi PADA
UDANG VANAME YANG DIBUDIDAYAKAN DI LAUT

FAZRIL SAPUTRA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pemanfaatan Metabolit
Nodulisporium sp. KT29 untuk Pencegahan Infeksi Vibrio harveyi pada Udang
Vaname yang Dibudidayakan di Laut adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016
Fazril Saputra
NIM C151130261

RINGKASAN
FAZRIL SAPUTRA. Pemanfaatan Metabolit Nodulisporium sp. KT29 untuk
Pencegahan Infeksi Vibrio harveyi pada Udang Vaname yang Dibudidayakan di
Laut. Dibimbing oleh DINAMELLA WAHJUNINGRUM dan KUSTIARIYAH
TARMAN.
Budidaya udang di laut sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan laut yang
fluktuatif. Kondisi tersebut membuat udang menjadi stres. Ketika mengalami stres
udang mudah terserang oleh penyakit. Vibrio harveyi adalah bakteri yang sering
menyerang udang vaname dan banyak terdapat pada lingkungan laut. Pencegahan
penyakit pada udang vaname umumnya menggunakan antibiotik. Seiring dengan
pelarangan penggunaan antibiotik pada budidaya udang vaname, maka upaya
pencegahan penyakit yang banyak dilakukan adalah dengan menggunaan obatobatan yang berasal dari bahan alami salah satunya adalah dari golongan fungi.
Fungi Nodulisporium sp. KT29 merupakan fungi endofit yang mengandung βglukan, saponin, polifenol, fitosterol dan lain-lain yang berpotensi meningkatkan
respons imun udang vaname. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis
metabolit Nodulisporium sp. KT29 dalam pakan untuk pencegahan infeksi V.

harveyi pada udang vaname yang dibudidayakan di laut.
Percobaan ini dibagi menjadi 2 tahapan yaitu tahap in vitro dan tahap in vivo.
Percobaan secara in vitro dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh penghambatan
metabolit Nodulisporium sp. KT29 terhadap bakteri V. harveyi. Perlakuan yang
digunakan pada uji in vitro adalah 10 µL dan 20 µL. Desain eksperimen uji in
vivo yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang dibagi menjadi 2
yaitu desain eksperimen uji in vivo di lapangan yang terdiri dari 3 perlakuan
dengan 3 ulangan dan desain eksperimen uji in vivo di laboratorium yang terdiri
dari 4 perlakuan dengan 3 ulangan. Pemberian pakan di lapangan dilakukan
selama 21 hari dengan feeding rate 50 - 35 % di keramba jaring apung (KJA).
Udang yang dipelihara di keramba jaring apung (KJA) diberi pakan yang
mengandung metabolit Nodulisporium sp. KT29 dengan dosis 20 mL/kg pakan
(P1) dan dosis 40 mL/kg pakan (P2) serta tanpa penambahan metabolit
Nodulisporium sp. KT29 yaitu kontrol (K). Pemberian pakan di laboratorium
dilakukan selama 10 hari dengan feeding rate 10 % di akuarium. Udang yang
dipelihara di akuarium diberi pakan yang mengandung metabolit Nodulisporium
sp. KT29 dengan dosis 20 mL/kg pakan (P1) dan dosis 40 mL/kg pakan (P2) serta
tanpa penambahan metabolit Nodulisporium sp. KT29 meliputi kontrol positif
(KP) dan kontrol negatif (KN). Udang diuji tantang dengan cara direndam dengan
V. harveyi kepadatan 106 cfu/mL yang diperoleh dari nilai LC50 (Lethal

Concentration 50). Parameter pengamatan yaitu respons stres meliputi kadar
glukosa, respons imun meliputi aktivitas phenoloxidase (PO) dan aktivitas
respiratory burst (RB) dan kinerja produksi meliputi kelangsungan hidup (KH),
laju pertumbuhan harian (LPH) dan rasio konversi pakan (RKP).
Hasil menunjukkan bahwa perlakuan 20 µL metabolit Nodulisporium sp.
KT29 memberikan efek penghambatan yang lebih tinggi dari perlakuan 10 µL
terhadap V. harveyi dengan zona hambat yang terbentuk sebesar 23 ± 1 mm.
Kelangsungan hidup (KH) dan laju pertumbuhan harian (LPH) udang vaname
yang diberikan metabolit Nodulisporium sp. KT29 setelah diberi perlakuan dan

pra uji tantang lebih tinggi dibandingkan kontrol positif dengan hasil terbaik
terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 66,61 ± 6,94 % dan 20,18 ± 0,39 %.
Rasio konversi pakan (RKP) udang vaname yang diberikan metabolit
Nodulisporium sp. KT29 setelah perlakuan dan pra uji tantang mengalami
penurunan dibandingkan kontrol positif dengan hasil terbaik terdapat pada
perlakuan P1 yaitu sebesar 3,19 ± 0,22. Kelangsungan hidup (KH) udang vaname
yang diberikan metabolit Nodulisporium sp. KT29 pascauji tantang lebih tinggi
dibandingkan kontrol positif dengan hasil terbaik terdapat pada perlakuan P1 yaitu
sebesar 95,00 ± 5,0 %. Kadar glukosa pascauji tantang pada udang yang diberikan
pakan yang mengandung dosis metabolit Nodulisporium sp. KT29 menunjukkan

penurunan aktivitas dibanding perlakuan kontrol positif. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pemberian metabolit Nodulisporium sp. KT29 melalui pakan
dapat menurunkan respons stres pada udang vaname. Hasil parameter respons
imun (aktivitas phenoloxidase (PO) dan aktivitas respiratory burst (RB)) pascauji
tantang pada udang yang diberikan pakan yang mengandung metabolit
Nodulisporium sp. KT29 menunjukkan peningkatan aktivitas dibanding perlakuan
kontrol positif. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian metabolit
Nodulisporium sp. KT29 melalui pakan dapat meningkatkan sistem kekebalan
tubuh dan status kesehatan pada udang vaname. Untuk itu dapat disimpulkan
bahwa pemberian pakan yang mengandung metabolit Nodulisporium sp. KT29
dengan dosis 20 mL/kg pakan selama 21 hari mampu mencegah infeksi bakteri V.
harveyi pada udang vaname PL-12 yang dipelihara di laut.
Kata kunci: antibakterial, imunostimulan, Litopenaeus vannamei, Nodulisporium
sp. KT29 dan Vibrio harveyi.

SUMMARY
FAZRIL SAPUTRA. Utilization of Nodulisporium sp. KT29 metabolites for
preventing the infection of Vibrio harveyi on vaname shrimp marine culture.
Supervised by DINAMELLA WAHJUNINGRUM and KUSTIARIYAH
TARMAN.

Shrimp farming in the sea is strongly influenced by environmental
conditions of sea fluctuating. These conditions make the shrimp become stressed.
By this condition it is susceptible to disease. Vibrio harveyi is a bacteria that often
infects vaname shrimp and abundant in the marine environment. Antibiotics are
commonly used in order to prevent the disease in vaname shrimp. Along with the
ban on the use of antibiotics in vaname shrimp farming, the prevention of disease
is mostly done by the use of medicines derived from natural ingredients one of
which is from the class of fungi. Fungus Nodulisporium sp. KT29 is an
endophytic fungus that containing β-glucan, saponins, polyphenols, phytosterols
and other potentially enhance the immune response of vaname shrimp. This study
aims to determine the dose of Nodulisporium sp. KT29 metabolites in feed for the
prevention of infection by V. harveyi in vaname shrimp farmed in the sea.
This experiment was divided into two stages: in vitro and in vivo. In vitro
experiments were conducted to evaluate the effect of inhibitory metabolites
Nodulisporium sp. KT29 against V. harveyi. The treatment that used in in vitro
was 10 µL and 20 µL. Design of experiments in vivo test used was a completely
randomized design (RAL), which was divided into 2 experimental design in vivo
tests in the field that consists of 3 treatments with 3 replications and design of
experiments in vivo tests in the laboratory that consists of 4 treatments with 3
replications. Feeding on the ground carried out for 21 days with the feeding rate of

50 – 35 % in floating net cages (KJA). The shrimps were reared in floating net
cages (KJA) given feed containing metabolites Nodulisporium sp. KT29 at a dose
of 20 mL/kg of feed (P1) and a dose of 40 mL/kg of feed (P2). The control (K)
was no addition of Nodulisporium sp. KT29 metabolites. Feeding in laboratory
was conducted for 10 days with a feeding rate of 10 % in the aquarium. The
shrimps kept in aquarium were given with feed containing metabolites
Nodulisporium sp. KT29 at a dose of 20 mL/kg of feed (P1) and a dose of 40
mL/kg of feed (P2). In positive controls (KP) and negative control (KN), the
shrimps feeds were not added with fungal metabolites. Shrimps were tested and
challenged by immersion with V. harveyi density 106 cfu/mL obtained from the
LC50 (Lethal Concentration50). Parameters for observation include stress response
(glucose), immune response (the activity of phenoloxidase (PO) and respiratory
burst activity (RB)) and production performance (survival rate (KH), specific
growth rate (LPH) and feed convertion ratio (RKP)).
Results showed that 20 µL metabolites of Nodulisporium sp. KT 29 provide
a higher inhibitory effect than that of 10 µL against V. harveyi. Inhibition zone
formed at a concentration of 20 µL was 23 ± 1 mm. Survival rate (KH) and
specific growth rate (LPH) of vaname shrimp given metabolite Nodulisporium sp.
KT29 after being given treatment and pre-treatment challenge test was higher than
the positive control. Survival rate (KH) and the spesific growth rate (SGR)

vaname shrimp given metabolite Nodulisporium sp. KT29 after treated and pre-

challenge test was higher than the positive control with the best results found in
treatment P1 was equal to 66.61 ± 6.94% and 20.18 ± 0.39%. Feed conversion
ratio (RKP) vaname shrimp given metabolite Nodulisporium sp. KT29 after
treatment and pre-challenge test decreased compared to the positive control with
the best results found in treatment P1 was equal to 3.19 ± 0.22. Survival rate (KH)
vaname shrimp given metabolite Nodulisporium sp. KT29 post-test challenge
higher than the positive control with the best results found in treatment P1 was
equal to 95.00 ± 5.0 %. Glucose for the post treatment levels of challenge on a
given shrimp feed containing Nodulisporium sp. KT29 dose showed a decrease in
activity compared to the positive control treatment. These results indicated that
administration of Nodulisporium sp. KT29 metabolites through the diet can
reduce the stress response in vaname shrimp. The result of the immune response
(the activity phenoloxidase (PO) and respiratory burst activity (RB)) after the
challenge test on shrimp feeding with containing metabolite of Nodulisporium sp.
KT29 showed increased activity compared to the positive control treatment. These
results indicate that administration of Nodulisporium sp. KT29 metabolites
through the diet can boost the immune system and the health status of the vaname
shrimp. Therefore it concluded that the administration of feed containing

Nodulisporium sp. KT29 metabolites with a dose of 20 mL/kg of feed for 21 days
prevented bacterial infections V. harveyi in vaname shrimp PL-12 which cultured
at the sea.
Keywords:
antibacterial,
immunostimulant,
Nodulisporium sp. KT29 and Vibrio harveyi.

Litopenaeus

vannamei,

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PEMANFAATAN METABOLIT Nodulisporium sp. KT29
UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI Vibrio harveyi PADA
UDANG VANAME YANG DIBUDIDAYAKAN DI LAUT

FAZRIL SAPUTRA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Sri Nuryati, SPi MSi


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya serta salawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Penulis akhirnya dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Pemanfaatan
Metabolit Nodulisporium sp. KT29 untuk Pencegahan Infeksi Vibrio harveyi pada
Udang Vaname yang Dibudidayakan di Laut pada Program Studi Ilmu
Akuakultur, Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Banyak pengetahuan yang didapat selama mengerjakan karya ilmiah ini.
Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr Dinamella
Wahjuningrum, SSi MSi dan Dr Kustiariyah Tarman, SPi MSi selaku
pembimbing atas masukan, saran, nasehat dan kesabarannya sehingga karya
ilmiah ini dapat terselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ir
Irzal Effendi MSi sebagai pembimbing lapangan atas masukan, saran, nasehat
serta motivasi kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr
Sri Nuryati, SPi MSi sebagai dosen penguji luar komisi dan Dr Ir Widanarni, MSi
sebagai komisi program studi yang telah memberikan saran dalam ujian sidang
tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua (Drs Syukri
Hasan dan Maphilinda, Amd) dan saudara-saudari (drg Bunga Prihatna, Tria

Mairizka dan Fahni Mauludi, MT) dan teman-teman (Rizki Ardiansyah, SP,
Farhan Hamid, SE, Mirza Sahputra, MH, Ilham Suandi, SE, dr Mira Ulfa,
Varihanna, SPdi SSi, Myna Agustina, MURP dan Zuhrina, ST) yang telah
mendoakan, memberi semangat dan perhatian selama masa penyelesaian studi.
Terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ilmu
Akuakultur Angkatan 2013 (Wiwik Hildayanti, MSi, Sopian, MSi, Shavika
Miranti, MSi, Abung Maruli Simajuntak, MSi, Hilma Putri, MSi, Putri
Pratamaningrum A, MSi, Dwi Mulyasih, MSi, Noviati R Hasanah, SPi, Kurnia
Faturrahman, SPi, Andre Rahmat Scabra, MSi dan Wildan Nurussalam, SPi),
yang telah membantu serta memberikan masukan dan ide yang membangun.
Terima kasih juga kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI)
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD) atas penyediaan
Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPPDN) sehingga penulis
dapat menempuh program magister di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor serta semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu yang telah
memberikan segala doa dan bantuan baik moril maupun materil.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2016
Fazril Saputra

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Hipotesis Penelitian

1
2
2
3
3

2 METODE
Waktu dan Tempat
Materi Uji
Prosedur Penelitian
Penyiapan Metabolit Nodulisporium sp. KT29
Karakterisasi Bakteri
Penentuan Nilai LC50 (Lethal Concentration 50)
Uji In Vitro
Pembuatan Pakan Perlakuan
Persiapan Wadah dan Udang Uji di Lapangan
Uji In Vivo
Parameter Penelitian
Analisis Data

3
3
3
3
4
4
4
5
5
5
6
7
9

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan

9
9
12

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

15
15
16

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

19

RIWAYAT HIDUP

30

DAFTAR TABEL
1 Hasil analisis kandungan pakan komersil dan pakan uji.
2 Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan udang vaname di
lapangan.
3 Kelangsungan hidup (KH), laju pertumbuhan harian (LPH) dan rasio
konversi pakan (RKP) udang vaname setelah perlakuan dan pra uji
tantang.
4 Kelangsungan hidup (KH) udang vaname pasca uji tantang.

5
7
11
11

DAFTAR GAMBAR
1 Skema uji in vivo di lapangan dan uji in vivo di laboratorium
2 Zona bening yang terbentuk ketika uji in vitro dilakukan antara ekstrak
metabolit Nodulisporium sp. KT29 dengan bakteri V. harveyi
3 Udang vaname selama pemeliharaan di keramba jaring apung (KJA)
4 Kadar glukosa udang vaname yang diberi perlakuan pakan metabolit
Nodulisporium sp. KT29 sebelum uji tantang (hari ke-25), uji tantang
hari ke-26 (↓) dan pascauji tantang (hari ke-27, ke-29 dan ke-31)
5 Aktivitas phenoloksidase (PO) udang vaname yang diberi perlakuan
pakan metabolit Nodulisporium sp. KT29 pra uji tantang (hari ke-25),
uji tantang hari ke-26 (↓) dan pascauji tantang (hari ke-27, ke-29 dan
ke-31)
6 Aktivitas respiratory burst (RB) udang vaname yang diberi perlakuan
pakan metabolit Nodulisporium sp. KT29 pra uji tantang (hari ke-25),
uji tantang hari ke-26 (↓) dan pascauji tantang (hari ke-27, ke-29 dan
ke-31)

6
10
10

11

12

12

DAFTAR LAMPIRAN
1 Pengujian LC50 Vibrio harveyi pada benur udang vaname (Litopenaeus
vannamei)
2 Penentuan nilai LC50 Vibrio harveyi pada udang vaname (Litopenaeus
vannamei)
3 Penyetaraan hasil evaporasi metabolit Nodulisporium sp. KT29 dengan
hasil ekstrak metabolit Nodulisporium sp. KT29
4 Prosedur pengukuran kadar glukosa hemolimph
5 Prosedur pengukuran aktivitas phenoloxidase (PO)
6 Prosedur pengukuran aktivitas respiratory burst (RB)
7 Analisis statistik kelangsungan hidup (KH) udang vaname (Litopenaeus
vanname) setelah perlakuan dan pra uji tantang pada kontrol (K), dosis
20 mL/kg pakan (P1) dan dosis 40 mL/kg pakan (P2)
8 Analisis statistik laju pertumbuhan harian (LPH) udang vaname
(Litopenaeus vanname) setelah perlakuan dan pra uji tantang pada
kontrol (K), dosis 20 mL/kg pakan (P1) dan dosis 40 mL/kg pakan (P2)

20
21
22
23
23
23
24
24

9 Analisis statistik rasio konversi pakan (RKP) udang vaname
(Litopenaeus vanname) setelah perlakuan dan pra uji tantang pada
kontrol (K), dosis 20 mL/kg pakan (P1) dan dosis 40 mL/kg pakan (P2)
10 Analisis statistik kelangsungan hidup (KH) udang vaname (Litopenaeus
vanname) pasca uji tantang pada kontrol (K), dosis 20 mL/kg pakan
(P1) dan dosis 40 mL/kg pakan (P2)
11 Analisis statistik aktivitas phenoloksidase (PO) udang vaname
(Litopenaeus vanname) pra uji tantang (hari ke-25) dan pasca uji
tantang (hari ke-27, ke-29 dan ke-31)
12 Analisis statistik aktivitas respiratory burst (RB) udang vaname
(Litopenaeus vanname) pra uji tantang (hari ke-25) dan pascauji tantang
(hari ke-27, ke-29 dan ke-31)

.

25
25
26
28

1 PENDAHULUAN
Indonesia memiliki luas wilayah perikanan laut sebesar 5,8 juta km2 yang
terdiri dari luas perairan nusantara (archipelagic waters) sebesar 2,8 juta km2, luas
perairan teritorial laut sebesar 0,3 juta km2 dan luas zona ekonomi eksklusif (ZEE)
sebesar 2,7 juta km2 (Dirhamsyah 2007). Luasnya perairan Indonesia ini berbanding
terbalik dengan pemanfaatannya. Pemanfaatkan luas wilayah perikanan laut
Indonesia hanya sekitar 0,9% saja (kurang dari 1%) (KKP 2011).
Saat ini tumpuan hasil perikanan budidaya Indonesia masih berada di wilayah
daratan, padahal wilayah laut Indonesia merupakan wilayah open access yang
belum dimanfaatkan. Salah satu upaya pemanfaatan laut tersebut adalah dengan
membudidayakan salah satu komoditas pangan yang potensial yaitu udang vaname
(Litopenaeus vannamei) di laut dengan menggunakan keramba jaring apung (KJA).
Namun kendala dalam melakukan kegiatan budidaya udang vaname dengan sistem
KJA di laut adalah sifat air laut yang dinamis dan sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti gelombang, arus, kecerahan dan pasang surut (Azis 2006). Sifat
air laut ini merupakan salah satu faktor penyebab terserangnya penyakit pada udang.
Penyakit dapat muncul sebagai proses dinamis akibat tidak seimbangnya hubungan
antara inang (host), jasad penyakit (patogen), serta lingkungan.
Pada budidaya udang vaname di keramba jaring apung (KJA) Pulau Semak
Daun, Kepulauan Seribu, Jakarta ditemukan necrosis pada tubuh udang vaname.
Munculnya necrosis di tubuh udang vaname diduga disebabkan oleh stres. Stres
menyebabkan daya tahan udang vaname melemah sehingga mudah terserang oleh
penyakit. Rendahnya tingkat kelangsungan hidup (KH) pada budidaya udang
vaname di KJA Pulau Semak Daun yaitu antara 20 % hingga 50 % juga diduga
diakibatkan oleh penyakit (Effendi I 14 Desember 2015, komunikasi pribadi).
Kehadiran penyakit ini mempengaruhi dan membatasi produksi udang yang
disebabkan oleh bakteri, virus, parasit dan cendawan (Reed et al. 2004). Penyakit
bakterial merupakan masalah yang sering timbul dalam budidaya udang vaname.
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri dalam budidaya udang vaname
dan penyakit udang yang paling sering muncul di perairan adalah vibriosis (Nasi et
al. 2007). Vibriosis atau penyakit udang berpendar disebabkan oleh infeksi dari
bakteri Vibrio harveyi (Widanarni et al. 2012). Jika kondisi tubuh udang menurun
maka bakteri ini akan bersifat patogen (Austin dan Austin 1999). Bakteri ini sangat
patogen bagi larva udang, pada saat mewabah populasi bakteri ini dapat meningkat
menjadi ribuan kali sehingga tingkat mortalitasnya bisa mencapai 100 %
(Manefield et al. 2000). Pencegahan penyakit vibriosis pada udang umumnya
menggunakan antibiotik seperti norfloksasin, oxytetracycline, enrofloxacin dan
sulfonamide (HolmstrÖm 2003). Namun saat ini penggunaan antibiotik sudah
dibatasi karena penggunaan antibiotik mengakibatkan munculnya patogen yang
resisten terhadap antibiotik (Tendencia dan Pena 2001) dan residunya
membahayakan bagi kesehatan konsumen (Reed et al. 2004). Salah satu alternatif
yang dapat dilakukan untuk pencegahan penyakit vibriosis adalah melalui
penggunaan obat-obatan yang berasal dari bahan alami. Penggunaan obat-obatan
yang berasal dari bahan alami memiliki keuntungan yaitu aman dan efektif untuk
digunakan. Salah satu obat-obatan yang berasal dari bahan alami adalah fungi laut.

2
Fungi laut merupakan sumber kekayaan alam yang kaya akan produk
senyawa aktif alami. Beberapa fungi laut telah diisolasi memiliki kemampuan
sebagai bahan antimikrobial, anti kanker dan anti penyakit menular. Selain itu fungi
juga dikenal memiliki senyawa β-glukan yang dapat menjadi imunomodulator yaitu
senyawa yang dapat meningkatkan sistem pertahanan tubuh (Meena et al. 2012).
Nodulisporium sp. KT29 merupakan fungi endofit yang tidak bersifat toksik bagi
organisme lain sehingga aman untuk digunakan dan mengandung bahan aktif yang
bersifat antibakterial. Metabolit Nodulisporium sp. KT29 memberikan zona hambat
pada uji in vitro terhadap bakteri Vibrio aguillarium. Zona hambat yang dibentuk
oleh metabolit Nodulisporium sp. KT29 setara dengan zona hambat yang dibentuk
oleh antibiotik oxytetracycline (Tarman et al. 2011). Berdasarkan hasil analisis
metabolit Nodulisporium sp. KT29 mengandung β-glukan sebanyak 0,54 % dan
bahan aktif fitosterol sebanyak 121 ppm, saponin sebanyak 23 ppm dan polifenol
sebanyak 31 ppm. Mengingat besarnya potensi dan belum adanya penelitian
mengenai dosis yang tepat untuk pemanfaatan metabolit Nodulisporium sp. KT29
sebagai pencegahan infeksi Vibrio harveyi pada udang vaname, maka dilakukanlah
penelitian ini.
Perumusan Masalah
Kendala umum yang dihadapi dalam budidaya udang vaname dengan sistem
Keramba Jaring Apung (KJA) di laut adalah sifat air laut yang dinamis dan sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sifat air laut ini merupakan faktor stresor pada
budidaya udang di laut yang menyebabkan munculnya serangan penyakit pada
budidaya udang. Pada budidaya udang vaname di KJA Pulau Semak Daun
ditemukan undergo necrosis pada tubuh udang vaname. Munculnya undergo
necrosis di tubuh udang vaname disebabkan oleh stres. Stres menyebabkan daya
tahan udang vaname melemah sehingga mudah terserang oleh penyakit. Rendahnya
kelangsungan hidup (KH) pada budidaya udang vaname KJA Pulau Semak Daun
yaitu antara 20 % hingga 50 % juga diduga diakibatkan oleh penyakit.
Penyakit vibriosis merupakan penyakit yang paling sering muncul di perairan
dan menyerang budidaya udang vaname. Penyakit bakterial ini disebabkan oleh
bakteri V. harveyi. Pencegahan serangan penyakit vibriosis umumnya
menggunakan antibiotik. Namun penggunaan antibiotik tidak menuntaskan masalah
tetapi menimbulkan masalah baru terkait dengan masalah resistensi, keamanan
pangan dan dampak negatif pada lingkungan. Salah satu alternatif pengganti
antibiotik adalah penggunaan bahan obat-obatan yang berasal dari bahan alami.
Nodulisporium sp. KT29 merupakan fungi laut yang memiliki zat antibakterial
setara dengan antibiotik oxytetracycline yang dapat membunuh bakteri Vibrio sp.
serta mengandung senyawa β-glukan yang berfungsi sebagai imunostimulan.
Penelitian pemanfaatan metabolit Nodulisporium sp. KT29 untuk pencegahan
infeksi Vibrio harveyi pada udang vaname perlu dilakukan dengan harapan dapat
menggantikan penggunaan antibiotik.

3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan dosis metabolit
Nodulisporium sp. KT29 dalam pakan untuk pencegahan infeksi V. harveyi pada
udang vaname yang dibudidayakan di laut.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah pemberian metabolit Nodulisporium sp.
KT29 melalui pakan pada udang vaname dapat mencegah infeksi bakteri V. harveyi.

2 METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan dari bulan Januari 2015
sampai dengan Juni 2015. Penelitian ini meliputi uji in vitro yang dilakukan di
Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan (BDP) dan
Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perarian
(THP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Institut Pertanian Bogor
(IPB) dan uji in vivo yang dilakukan di KJA Balai Sea Farming, Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL), Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat (LPPM)–Institut Pertanian Bogor (IPB), Pulau Semak Daun,
Kepulauan Seribu.
Materi Uji
Isolat fungi laut yang digunakan pada penelitian ini adalah Nodulisporium sp.
KT29 yang diperoleh dari koleksi fungi laut yang terdapat di Laboratorium
Mikrobiologi Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan (THP), FPIK,
IPB. Fungi ini awalnya diisolasi dari alga merah (Eucheuma edule) yang berasal
dari Takalar, Sulawesi Selatan (Tarman et al. 2011).
Udang yang digunakan pada penelitian ini adalah benur udang vaname (L.
vannamei) PL-12 yang berasal dari hatchery di Anyer, Jawa Barat. Benur udang
vaname PL-12 ini dibudidayakan di laut dengan sistem pendederan. Sistem
pendederan berfungsi untuk mengadaptasikan benih udang vaname dengan kondisi
di laut.
Isolat bakteri uji yang digunakan pada penelitian ini adalah bakteri V. harveyi.
Bakteri ini diperoleh dari koleksi bakteri V. harveyi yang terdapat di Laboratorium
Kesehatan Ikan , Departemen Budidaya Perairan (BDP), FPIK, IPB.
Prosedur Penelitian
Penyiapan metabolit Nodulisporium sp. KT29, karakterisasi bakteri V.
harveyi dan penentuan nilai LC50 (Lethal Concentration 50) dilakukan sebelum uji
in vitro. Pada uji in vitro dilakukan penentuan dosis metabolit Nodulisporium sp.
KT29 terbaik daya antibakterinya terhadap V. harveyi dan dosis ini yang akan
digunakan untuk pembuatan pakan uji. Pada uji in vivo dilakukan pemeliharaan
benur udang PL-12 di KJA selama 21 hari masa pemeliharaan dengan pemberian

4
pakan uji dan uji tantang dilakukan pada skala laboratorium di akuarium dengan
lama pemeliharaan 10 hari.
Penyiapan Metabolit Nodulisporium sp. KT29
Peremajaan Nodulisporium sp. KT29 dilakukan pada media Potato Dextrose
Agar (PDA) selama tujuh hari. Hasil peremajaan pada media PDA ini kemudian
dipotong kecil dalam bentuk kubus untuk di preculture di labu Erlenmeyer 250 mL
yang telah diisikan media Potato Dextrose Broth (PDB) sebanyak 100 mL. Media
PDB ini dikultur selama tujuh hari, setelah itu sebanyak 12,5 mL hasil kultur
Nodulisporium sp. KT29 sebelumnya diambil dan dipindahkan pada labu
Erlenmeyer 500 mL yang telah diisikan media PDB sebanyak 250 mL. Media PDB
ini dikultur selama 14 hari. Hasil kultur ini dipanen dan bagian yang dipergunakan
untuk penelitian adalah metabolit dari Nodulisporium sp. KT29. Metabolit tersebut
akan digunakan pada uji in vitro yang sebelumnya dievaporasi untuk memisahkan
air yang ada didalamnya. Hasil evaporasi ini yang ditambahkan pada pakan uji.
Berdasarkan hasil analisis β-glukan menggunakan metode spektrofotometer dan
analisis fitokimia menggunakan metode high performance liquid chromatography
(HPLC) pada metabolit Nodulisporium sp. KT29, terdapat kandungan β-glukan
sebesar 0,54 % dan kandungan fitokimia yaitu fitosterol sebesar 121 ppm, saponin
sebesar 23 ppm dan polifenol sebesar 31 ppm.
Karakterisasi Bakteri
Isolat bakteri dikultur dalam tabung reaksi berisikan lima mL media agar
miring sea water complete (SWC) lalu diinkubasi pada suhu 28 °C selama 24 jam
untuk diidentifikasi. Identifikasi bakteri meliputi uji karakterisasi fisiologi dan
biokimia bakteri yang terdiri dari pewarnaan Gram, uji oksidatif/fermentatif, uji
motilitas, uji katalase dan uji oksidase. Berdasarkan uji biokimia diperoleh spesies
Vibrio harveyi (Holt et al. 1994). Selanjutnya spesies Vibrio harveyi yang diperoleh
ditingkatkan virulensinya melalui penyuntikan yang berulang pada udang sebelum
digunakan pada uji tantang.
Penentuan Nilai LC50 (Lethal Concentration 50)
Uji LC50 merupakan penentuan konsentrasi suatu bakteri yang dapat mematikan
sekitar 50% populasi dalam suatu media (RSC 2007). Penentuan nilai LC50 ini
penting dilakukan untuk mengetahui konsentrasi bakteri V. harveyi yang akan
digunakan pada uji tantang, yang dapat menyebabkan kematian hingga setengah
dari populasi udang uji. Uji LC50 ini menggunakan akuarium untuk 4 perlakuan
dengan 4 ulangan. Akuarium diisi air sebanyak satu liter dengan kepadatan udang
10 ekor/akuarium. Bakteri V. harveyi yang diujikan dimulai dari kepadatan 104
sampai 107 cfu/mL. Pengujian LC50 pada benur udang vaname (Litopenaeus
vannamei) dapat dilihat pada Lampiran 1. Uji LC50 dilakukan dengan cara
perendaman V. harveyi pada udang vaname selama satu jam sesuai dengan label
kepadatan bakteri di setiap akuarium. Pengamatan terhadap penghitungan jumlah
udang vaname yang mati dimulai di hari pertama setelah perendaman hingga hari
ke tujuh. Penentuan nilai LC50 Vibrio harveyi pada udang vaname (Litopenaeus
vannamei) dapat dilihat pada Lampiran2.

5
Uji In Vitro
Sebanyak 50 µL suspensi bakteri V. harveyi disebar diatas permukaan media
agar thiosulphate citrate bile-salts sucrose (TCBS) secara merata. Media tersebut
didiamkan selama lima menit hingga permukaan media kering. Pengujian dilakukan
dengan meletakan kertas cakram berdiameter enam mm yang telah diresapi
metabolit Nodulisporium sp. KT29 dengan perlakuan 10 µL dan 20 µL di atas
cawan agar yang telah disebari bakteri V. harveyi. Metabolit ini diperoleh dari hasil
evaporasi dan perendaman dengan senyawa etil asetat dengan perbandingan (2:1).
Biakan bakteri V. harveyi kemudian diinkubasi pada suhu kamar selama 24 jam.
Sifat anti bakteri ditentukan dengan mengukur zona hambat disekeliling kertas
cakram dan diukur diameter daerah hambatnya (Tarman 2011).
Pembuatan Pakan Perlakuan
Pakan perlakuan yang digunakan pada penelitian ini ada dua, yaitu pakan
komersil dan pakan uji. Pakan komersil merupakan pakan biasa yang digunakan
pada budidaya udang. Pakan komersil (kandungan protein 35,97 %) pada penelitian
ini direpelleting kembali dan ditambahan vitamin C sebesar 0,1 % serta carboxyl
methyl cellulose (CMC) sebagai binder sebesar 30 gram/kg pakan. Sedangkan
pakan uji merupakan pakan komersil di repelleting kembali dan mendapat
tambahan vitamin C sebesar 0,1 %, carboxyl methyl cellulose (CMC) sebagai
binder sebesar 30 gram/kg pakan serta ditambahkan metabolit Nodulisporium sp.
KT29. Pakan hasil repelleting akan di oven pada suhu 35 ᴼC selama 24 jam, setelah
itu barulah pakan ini dapat diberikan kepada udang.
Berdasarkan hasil uji in vitro, daya hambat lebih tinggi terdapat pada ekstrak
metabolit Nodulisporium sp. KT29 dengan perlakuan 20 µL. Ekstrak metabolit
Nodulisporium sp. KT29 ini ketika disetarakan dalam bentuk sebelum di ekstrak
(hasil evaporasi) menjadi 20 mL. Penyetaraan hasil evaporasi metabolit
Nodulisporium sp. KT29 dengan hasil ekstrak metabolit Nodulisporium sp. KT29
dapat dilihat pada Lampiran 3.
Ada dua dosis metabolit Nodulisporium sp. KT29 yang digunakan pada pakan
uji yaitu dosis 20 mL/kg pakan (P1) dan 40 mL/kg pakan (P2). Pakan perlakuan
yang telah dicetak kemudian akan dihaluskan menjadi crumble (remah). Hasil
analisis proksimat kandungan pakan komersil dan pakan uji dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis kandungan pakan komersil dan pakan uji.
Air

Nilai kandungan proksimat pakan (%)
Abu
Lemak
Protein

Serat

Kontrol (K)

9.47

11.67

5.91

35.97

1.12

20 mL/kg (P1)

10.36

12.11

8.02

36.55

0.89

40 mL/kg (P2)

10,40

12,17

8,80

36,39

1,07

Perlakuan

Persiapan Wadah dan Udang Uji di Lapangan
Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan udang pada skala lapangan
adalah petakan keramba jaring apung (KJA). Petakan KJA yang digunakan
berukuran 3 x 3 x 0,3 m3, di dalam petakan KJA terdapat sekatan jaring hapa
berukuran 1 x 1 x 2,5 m3 untuk memelihara udang vaname dengan masing-masing

6
perlakuan. Udang diadaptasikan selama satu hari sesudah ditebar ke KJA. Padat
penebaran benur di KJA adalah 700 ekor/m3.
Uji In Vivo
Desain eksperimen uji in vivo yang digunakan pada penelitian ini adalah
rancangan acak lengkap (RAL) yang dibagi menjadi 2 yaitu desain eksperimen uji
in vivo di lapangan dan uji in vivo di laboratorium. Desain eksperimen uji in vivo di
lapangan terdiri dari 3 perlakuan dengan 3 ulangan yaitu kontrol (K), pemberian
pakan uji metabolit Nodulisporium sp. KT29 20 mL/kg pakan (P1) dan pemberian
pakan uji metabolit Nodulisporium sp. KT29 40 mL/kg pakan (P2). Desain
eksperimen uji in vivo di laboratorium terdiri dari 4 perlakuan dengan 3 ulangan
yaitu kontrol positif (KP), kontrol negatif (KN), pemberian pakan uji metabolit
Nodulisporium sp. KT29 20 mL/kg pakan (P1) dan pemberian pakan uji metabolit
Nodulisporium sp. KT29 40 mL/kg pakan (P2). Skema uji in vivo di lapangan dan
uji in vivo di laboratorium disajikan dalam Gambar 1.
Perendaman bakteri V. harveyi
Pakan komersil
KP

Pakan komersil
K

H-26

H-31

H-27

Perendaman tanpa bakteri V. harveyi
H-21

H-1

Pakan komersil
KN

H-26

H-31

H-27

Perendaman bakteri V. harveyi
Pakan komersil

Pakan uji P1
P1
H-1

H-21
Pakan uji P2

H-31

H-26 H-27
Perendaman bakteri V. harveyi

Pakan komersil

P
H-1

H-21

uji in vivo di lapangan (21 hari)

H-26

H-27

H-31

uji in vivo di laboratorium (10 hari)

Gambar 1. Skema uji in vivo di lapangan dan uji in vivo di laboratorium
Keterangan:
K : Pakan komersil diberikan selama 21 pada masa pemeliharaan udang di lapangan
KP : Udang diuji tantang melalui perendaman bakteri V. harveyi di
laboratorium. Pakan komersil diberikan selama 10 hari pada masa
pemeliharaan di laboratorium
KN : Udang direndam tanpa bakteri V. harveyi di laboratorium. Pakan komersil
diberikan selama 10 hari pada masa pemeliharaan di laboratorium

7
P1 : Pakan uji P1 diberikan selama 21 pada masa pemeliharaan udang di lapangan.
Selanjutnya udang diuji tantang melalui perendaman bakteri V. harveyi dan
diberikan pakan komersil selama 10 hari pada masa pemeliharan di laboratorium
P2 : Pakan uji P2 diberikan selama 21 hari masa pemeliharaan udang di lapangan.
Selanjutnya udang diuji tantang melalui perendaman bakteri V. harveyi dan
diberikan pakan komersil selama 10 hari masa pemeliharan di laboratorium
Pemberian pakan dengan feeding rate 50 – 35 % dan feeding frequency tiga
kali sehari yaitu pagi, siang dan sore hari. Selama uji in vivo berlangsung dilakukan
pengamatan parameter penelitian dan pengukuran kualitas air dari masing-masing
perlakuan. Kualitas air yang diukur adalah oksigen terlarut, salinitas, pH dan suhu.
Titik pengambilan sampel di permukaan, tengah dan dasar keramba jaring apung.
Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan udang vaname di lapangan
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan udang vaname di
lapangan.
Parameter

Kontrol (K)

Perlakuan
20 mL/kg
(P1)

40 mL/kg
(P2

Kisaran Optimal
28,5–31,5 (SNI 2009)

Suhu (ᴼC)

28,3-29,2

28,5-29,3

28,1-29,3

pH (unit)

8,3

8,3

8,3

DO (ppm)

9,4-11,3

7,8-8,2

8,3-8,5

33-35

33-35

33-35

Salinitas (‰)

7,5–8,5 (SNI 2009)
>5,0 (SNI 2009)
Hingga 52 ‰ (Gunarto dan
Mansyur 2010)

Wadah yang digunakan untuk uji tantang di laboratorium adalah akuarium
berukuran 30 x 20 x 20 cm3 yang ada di laboratorium kesehatan ikan, BDP, FPIK,
IPB. Udang diadaptasikan dalam akuarium selama tiga hari sebelum diuji tantang.
Padat penebaran udang di dalam akuarium adalah 20 ekor dengan ukuran udang
pada saat uji tantang adalah PL-38.
Uji tantang dilakukan dengan metode perendaman. Kepadatan bakteri yang
digunakan untuk uji tantang adalah 106 cfu/mL. Kepadatan yang digunakan ini
diperoleh dari hasil LC50. Udang vaname direndam dalam akuarium yang berisikan
bakteri Vibrio harveyi selama 1 jam. Kemudian udang akan dipindahkan ke dalam
akuarium pemeliharaan. Selanjutnya udang akan dipelihara selama lima hari dan
diukur parameter-parameter penelitian. Pemberian pakan di laboratorium dengan
Feeding Rate 10 % dan Feeding Frequency tiga kali sehari yaitu pagi, siang dan
sore hari.
Parameter Penelitian
Penelitian ini mengamati beberapa parameter antara lain: parameter respons
stres, parameter respons imun dan parameter kinerja produksi.
Parameter respons stres
Kadar glukosa
Hemolimph digunakan untuk melihat respons stres pada udang akibat
perlakuan yang diberikan. Prosedur pengukuran kadar glukosa hemolimph dapat

8
dilihat pada Lampiran 4. Kadar glukosa hemolimph dihitung dengan rumus
(Wedemeyer dan Yasutake, 1977).
[GD] =
Keterangan :
[GD]
= Konsentrasi glukosa hemolimph (mg/dl)
AbsSp = Absorbansi sampel
AbsSt = Absorbansi standar
[GSt] = Konsentrasi glukosa standar (mg/dl)
Parameter respons imun
1. Aktivitas phenoloxidase (PO)
Aktivitas phenoloxidase diukur dengan menggunakan spektrofotometrik
yakni dengan mencatat perubahan bentuk dopachrome yang dihasilkan dari Ldihidroxyphenylalanine (L-DOPA). Optical density aktivitas phenoloxidase udang
yang diuji diekpresikan oleh bentuk dopachrome 100 μL hemolimph (Hsieh et al.
2008). Optical density diatur pada 490 nm menggunakan microplate reader.
Prosedur pengukuran aktivitas phenoloxidase (PO) dapat dilihat pada Lampiran 5.
2. Aktivitas respiratory burst (RB)
Aktivitas respiratory burst hemosit dihitung dengan menggunakan prinsip
dari reduksi nitroblue tetrazolium (NBT) membentuk formazon sebagai ukuran
jumlah anion superoksida (Cheng et al. 2004). Optical density diatur pada 630 nm
menggunakan microplate reader. Respiratory burst diekspresikan sebagai NBTreduction dalam 10 μL hemolimph. Prosedur pengukuran aktivitas respiratory
burst (RB) dapat dilihat pada Lampiran 6.
Parameter kinerja produksi
1. Kelangsungan hidup (KH)
Kelangsungan hidup udang vaname diamati setiap hari hingga akhir
perlakuan. Perhitungan kelangsungan hidup dilakukan di akhir perlakuan dengan
rumus sebagai berikut:

Keterangan:
KH
: kelangsungan hidup (%)
Nt
: jumlah udang pada akhir perlakuan (ekor)
No
: jumlah udang pada awal perlakuan (ekor)
2. Laju pertumbuhan harian
Laju pertumbuhan harian (LPH) dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:

Keterangan:
LPH
: laju pertumbuhan harian (%/hari)
wt
: bobot rata – rata udang pada akhir penelitian (gram)

9
wo
t

: bobot rata – rata udang pada awal penelitian (gram)
: periode pemeliharaan (hari)

3.

Rasio konversi pakan (RKP)
Untuk rasio konversi pakan (RKP) dapat dihitung dengan menggunakan
rumus menurut Zonneveld et al, 1991, yaitu :
RKP =



��+�� ��
Keterangan:
RKP
: rasio konversi pakan
F
: jumlah pakan (gram)
Bt
: biomassa udang pada saat akhir perlakuan (gram)
Bm
: biomassa udang yang mati saat perlakuan (gram)
Bo
: biomassa udang pada saat awal perlakuan (gram)

Analisis data
Data yang diperoleh ditabulasi dengan program MS. Office Excel 2010 dan
untuk uji ANOVA dianalisis menggunakan program SPSS 16.0 dengan selang
kepercayaan 95 %. Perlakuan yang berbeda nyata akan diuji lanjut dengan uji
Duncan untuk mengetahui perlakuan terbaik. Parameter respons stres (kadar
glukosa), parameter respons imun (aktivitas phenoloksidase (PO) dan aktivitas
respiratory burst (RB)) dan parameter kinerja produksi (kelangsungan hidup (KH),
laju pertumbuhan harian (LPH) dan rasio konversi pakan (LPH)) disajikan dalam
bentuk tabel ataupun grafik.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil uji in vitro antara ekstrak metabolit Nodulisporium sp.
KT29 dengan bakteri V. harveyi terbentuk zona bening disekitar kertas cakram.
Rata-rata zona bening yang terbentuk pada ekstrak metabolit Nodulisporium sp.
KT29 dengan perlakuan 10 µL dan perlakuan 20 µL yaitu 13 ± 1 mm dan 23 ± 1
mm (disajikan pada Gambar 2).
Selama pemeliharaan udang vaname 21 hari di keramba jaring apung (KJA)
terjadi penambahan panjang dan berat udang. Pada akhir pemeliharaan rata-rata
panjang dan berat udang pada perlakuan kontrol (K) masing-masing adalah 3,96 cm
dan 0,35 gram, rata-rata panjang dan berat udang pada perlakuan dosis 20 mL/kg
pakan (P1) masing-masing adalah 5 cm dan 0,67 gram dan rata-rata panjang dan
berat udang pada perlakuan 40 mL/kg pakan (P2) masing-masing adalah 4,7 cm
dan 0,66 gram (disajikan pada Gambar 3).

10

Metabolit
Nodulisporium
sp. KT29

Metabolit
Nodulisporium
sp. KT29

Etil asetat

Etil asetat

Kloramfenikol

Kloramfenikol

b
a
Gambar 2. Zona bening yang terbentuk ketika uji in vitro dilakukan antara ekstrak
metabolit Nodulisporium sp. KT29 dengan bakteri V. harveyi: (a)
Perlakuan 10 µL, (b) Perlakuan 20 µL

(cm)

(a)

(cm)

(cm)

(c)
(b)
Gambar 3. Udang vaname selama pemeliharaan di keramba jaring apung (KJA): (a)
perlakuan kontrol (K), (b) perlakuan dosis 20 mL/kg pakan (P1), (c)
perlakuan dosis 40 mL/kg pakan (P2)
Data kelangsungan hidup (KH), laju pertumbuhan harian (LPH) dan rasio
konversi pakan (RKP) udang vaname setelah perlakuan dan pra uji tantang
disajikan pada Tabel 3. KH setelah perlakuan dan pra uji tantang menunjukkan
bahwa KH pada perlakuan K berbeda nyata (p

Dokumen yang terkait

Aplikasi probiotik, prebiotik, dan sinbiotik melalui pakan pada udang vaname Litopenaeus vannamei yang diinfeksi bakteri Vibrio harveyi

0 10 42

Penggunaan Kitosan Untuk Pengendalian Infeksi Vibrio harveyi Pada Udang Putih Litopeneaus vannamei

0 4 5

Efektivitas probiotik asal usus udang dalam menghambat pertumbuhan Vibrio harveyi pada larva udang vaname Litopenaeus vannamei

2 8 97

Pemberian prebiotik, probiotik, dan sinbiotik untuk pengendalian ko-infeksi bakteri Vibrio harveyi dan IMNV (Infectious Myonecrosis Virus) pada udang vaname Litopenaeus vanname

0 3 77

Efek Pemberian Mikrokapsul Sinbiotik dengan Frekuensi Berbeda terhadap Infeksi Vibrio harveyi pada Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)

0 3 65

Kajian pemberian sinbiotik dengan dosis berbeda untuk pencegahan ko-infeksi infection myonecrosis virus dan vibrio harveyi pada udang vaname (Litopenaeus vannamei)

0 6 127

Sinbiotik untuk pencegahan infeksi IMNV (Infectious Myonecrosis Virus) pada udang vaname Litopenaeus vannamei

0 3 5

Efek Pemberian Mikrokapsul Sinbiotik Dengan Dosis Berbeda Pada Udang Vaname Litopenaeus Vannamei Yang Diko Infeksi Wssv Dan Vibrio Harveyi

0 7 38

PENURUNAN BAKTERI VIBRIO SP PADA AIR TAMBAK UDANG VANAME (LITOPENAEUS VANNAMEI) MENGGUNAKAN TEKNOLOGI OZON -

0 0 1

Aplikasi Bioflok yang dikombinasikan dengan Probiotik untuk Pencegahan Infeksi Vibrio parahaemolyticus pada Pemelihaaran Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Application of Bioflocs Combined with Probiotics for Prevention of Vibrio Parahaemolyticus Infecti

0 0 10