Strategi Pengembangan Bisnis Baby Buncis (Phaseolus vulgaris L.) di Baby French Farmer Group, Kabupaten Bandung Barat

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BABY BUNCIS
(Phaseolus vulgaris L.) DI BABY FRENCH FARMER GROUP,
KABUPATEN BANDUNG BARAT

MUTIARA INESTYA SARI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Pengembangan
Bisnis Baby Buncis (Phaseolus vulgaris L.) di Baby French Farmer Group,
Kabupaten Bandung Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Mutiara Inestya Sari
NIM H34110068

ABSTRAK
MUTIARA INESTYA SARI. Strategi Pengembangan Bisnis Baby Buncis
(Phaseolus vulgaris L.) di Baby French Farmer Group, Kabupaten Bandung
Barat. Dibimbing oleh RACHMAT PAMBUDY.
Baby French Farmer Group merupakan sebuah bisnis onfarm budidaya
tanaman Baby Buncis yang berlokasi di Kecamatan Lembang, Kabupaten
Bandung Barat. Kondisi bisnis Baby French Farmer Group saat ini menunjukkan
bahwa bisnis ini berada di fase dewasa, dengan demikian untuk menghindari
tahap penurunan di masa mendatang, penting untuk memperpanjang fase dewasa
dengan cara menerapkan pengembangan bisnis. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor kunci lingkungan internal dan eksternal dalam bisnis,
merumuskan strategi potensial dan alternatif prioritas strategi. Terdapat empat
responden terpilih yang bertanggung jawab atas proses pengambilan keputusan.
Dengan menggunakan metode analisis data deskriptif dan strategi formulasi, IFE

Matrix menghasilkan hasil bahwa bisnis ini mengindikasikan kondisi internal
rata-rata, dan EFE Matrix menghasilkan hasil bahwa bisnis ini memiliki posisi
yang baik untuk merespon lingkungan eksternal. Enam strategi alternatif yang
dihasilkan berdasarkan Matrix SWOT, dan strategi prioritas utama oleh QSP
Matrix adalah dengan membuat kontrak bisnis.
Kata kunci: Gapoktan, Matriks IFE, Matriks EFE, Matriks SWOT, Matriks QSP.

ABSTRACT
MUTIARA INESTYA SARI. The Strategy of Baby Common Beans (Phaseolus
vulgaris L.) Business Development in Baby French Farmer Group, West Bandung
Regency. Supervised by RACHMAT PAMBUDY.
Baby French Farmer Group is a potential onfarm common beans business
undergo by a farmer groups located in Lembang, Bandung Barat Residence. The
business’ current condition indicates that it’s in the mature phase, thus is order to
avoid the decline phase in the future, it is important to lengthen the mature phase
by developing the business.This research aims to identify the internal and external
environments key factors, formulating the potential strategies and alternate the
strategies’ priorities as the result.The data was collected by using judgemental
sampling from four selected respondents whose in charge of the decision making
process. Descriptive and strategy formulation were used as the data analysis

method. The IFE Matrix generates the result that the business is indicating an
average internal condition, and EFE Matrix generates the result that the business
is having a good position to respond the external environment. Six alternative
strategies were generated based on the SWOT Matrix, and the top priority’s
strategy showed by QSP Matrix was to make a well-compiled business agreement
in order to minimise the risk of the number of rejected products.
Keywords: farmer group, IFE Matrix, EFE Matrix, SWOT Matrix, QSP Matrix.

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS BABY BUNCIS
(Phaseolus vulgaris L.) DI BABY FRENCH FARMER GROUP,
KABUPATEN BANDUNG BARAT

MUTIARA INESTYA SARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis


DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai syarat kelulusan
pada Studi Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Penelitian
ini dilaksanakan sejak bulan Februari-Mei 2015 dengan judul Strategi
Pengembangan Bisnis Baby Buncis (Phaseolus vulgaris L.) di Baby French
Farmer Group, Kabupaten Bandung Barat.
Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada
keluarga, kerabat dan sahabat atas doa, kasih sayang, motivasi, dan pelajaran yang
diberikan kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi. Terima kasih penulis
ucapkan kepada Bapak Dr Ir Rachmat Pambudy, MS selaku pembimbing skripsi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Baby French Farmer Group, Pak Ulus, Pak
Yosep,Pak Maman dan Pak Toni sebagai responden, teman- teman sebimbingan

Candrika, Huda dan Elga, teman-teman seperjuangan Agribisnis 48 Nisa Nurbaiti,
Kunti Dyah Safitri, Anisa Wulandari, E Ridwan Ramadhan, Rizky Prayogo
Ramadhan, Herlina Dwi, pada Roni, Pak Tomtom dan Pak Maman atas segala
doa, motivasi, dan membantu kelancaran proses penulisan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2015
Mutiara Inestya Sari

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


4

Tujuan Penelitian

6

Manfaat Penelitian

6

Ruang Lingkup Penelitian

6

TINJAUAN PUSTAKA
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis

7
10

10

Baby Buncis

10

Strategi

11

Visi, Misi dan Tujuan

11

Penilaian Internal

13

Penilaian Eksternal


14

Matriks IFE dan EFE

14

Matriks SWOT

15

Matriks QSP

15

Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN

15
18


Lokasi dan Waktu Penelitian

18

Jenis dan Sumber Data

18

Metode Pengumpulan Data

18

Metode Pengolahan dan Analisis Data

19

Tahap Input Data

19


Tahap Pencocokkan Data

21

Tahap Pengambilan Keputusan

23

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

25

Sejarah dan Perkembangan

25

Letak dan Lokasi

25


Visi, Misi dan Tujuan

26

Struktur Organisasi
HASIL DAN PEMBAHASAN

26
27

Identifikasi Lingkungan Internal dan Eksternal

27

Faktor-Faktor Kekuatan dan Kelemahan

32

Faktor-Faktor Peluang dan Ancaman

37

Formulasi Strategi

41

Tahap Input Data

41

Tahap Pencocokkan Data

44

Tahap Pengambilan Keputusan

49

SIMPULAN DAN SARAN

51

Simpulan

51

Saran

53

DAFTAR PUSTAKA

53

LAMPIRAN

56

RIWAYAT HIDUP

64

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Nilai ekpor Jawa Barat menurut sektor November-Desember 2014,
Januari-Desember 2013, Januari-Desember 2014
Nilai ekspor non migas Jawa Barat 2014
Tabel produksi buncis di seluruh provinsi di Indonesia (2013)
Penelitian terdahulu
Kandungan nilai gizi dan kalori pada 100 gram kacang Buncis
Analisis matriks faktor strategis internal (IFE)
Analisis matriks faktor strategis eksternal (EFE)
Matriks QSP
Identifikasi kekuatan dan kelemahan usaha Baby French Farmer
Group
Identifikasi peluang dan ancaman usaha Baby French Farmer Group
Matriks IFE pada usaha Baby French Farmer Group
Matriks EFE pada usaha Baby French Farmer Group
Urutan alternatif strategi usaha Baby French Farmer Group

3
3
4
9
10
21
21
24
36
40
42
43
50

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Jumlah penawaran buah dan sayur (1990-92 dan 2009-11)
Kerangka pemikiran teoritis
Tahap pengambilan keputusan
Matriks IE
Matriks SWOT
Struktur organisasi Baby French Farmer Group
Saluran Pemasaran I
Saluran Pemasaran II
Matriks IE Baby French Farmer Group
Matriks SWOT pada usaha Baby French Farmer Group

1
17
19
22
23
26
28
28
45
49

DAFTAR LAMPIRAN
2
3
4
5

Perolehan peringkat faktor kunci internal
Perolehan bobot dan faktor kunci eksternal
Perolehan peringkat faktor kunci eksternal
Perolehan matriks QSP

57
58
59
60

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tubuh manusia pada umumnya memerlukan asupan gizi yang beragam
mulai dari karbohidrat, protein serta serat yang baik untuk tubuh. Pola hidup sehat
tersebut diharapkan dapat terpenuhi dengan mengonsumsi beragam jenis makanan.
Pilihan makanan yang terdapat di pasaran saat ini umumnya lebih banyak untuk
memenuhi kebutuhan karbohidrat dan protein dibandingkan dengan serat karena
karbohidrat dapat terpenuhi dengan mengonsumsi tanaman pangan seperti nasi
dan kentang, sementara protein dapat terpenuhi baik dalam bentuk protein nabati
maupun protein hewani seperti kacang-kacangan, daging dan telur. Sementara
kebutuhan tubuh akan serat dapat terpenuhi melalui konsumsi sayur dan buah
yang cukup, karena selain serat, sayur dan buah juga memiliki kandungan vitamin
dan mineral yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk menjalani aktifitas seharihari. Selain memperbaiki metabolisme tubuh, sayur dan buah juga berperan
penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah kerusakan sel,
mencegah berbagai jenis penyakit dan sebagai salah satu sumber asupan energi,
enzim pencernaan, antioksidan dan cairan yang tidak dapat ditemukan secara
keseluruhan dari sumber makanan lainnya.
400
300
2009-2011

200

1990-1992

100
0
Negara Maju Negara Berkembang

Dunia

Gambar 1 Jumlah penawaran buah dan sayur (1990-92 dan 2009-11)
Sumber: FAO (diakses 02 Februari 2015)

Sesuai dengan Gambar 1, Food and Agricultural Organization (FAO),
secara umum besarnya penawaran buah dan sayur di negara maju lebih kecil dari
negara berkembang. Hal ini berarti bahwa negara maju berperan sebagai
pengimpor buah dan sayur dari negara berkembang. FAO melihat bahwa
penawaran buah dan sayur dunia cenderung meningkat per tahun 2009-2011,
sehingga FAO berupaya untuk menyeimbangkan penawaran dunia dan untuk
menghindari global ecesss supply maka perlu dilakukan peningkatan permintaan
dunia melalui upaya peningkatan angka konsumsi sayur dan buah dunia dilakukan
dengan menetapkan rekomendasi jumlah minimum konsumsi sayur dan buah
sebesar 400 gram per orang per hari untuk menghindari berbagai jenis penyakit
mulai dari penyakit jantung, kanker dan diabetes. Mengonsumsi sayur dan buah
dalam jumlah yang cukup juga dapat dijadikan sebagai salah satu upaya agak

2
dapat melakukan tindakan dalam bentuk preventif dari berbagai jenis penyakit
malmikronutrisi.
Ironisnya, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang masih saja
mengesampingkan perlunya mengonsumsi sayur dan buah dan menganggap sayur
dan buah sebagai pelengkap bukannya sebagai prioritas dalam menu makanan
sehari-hari. Padahal kebutuhan nutrisi secara menyeluruh dalam tubuh dapat
dilengkapi apabila konsumsi sayur dan buah dalam tubuh terpenuhi. Mengingat
tingkat konsumsi sayur dan buah di Indonesia yang masih di bawah rekomendasi
FAO menurut Tjandra Yoga Aditama, Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Kementerian Kesehatan 1 yaitu hanya
sebesar 57.1 gram per orang per hari untuk konsumsi sayur-sayuran, dengan
kelompok sayuran hijau dikonsumsi terbanyak sebesar 79.1 persen dibandingkan
dengan sayur lainnya. Sementara untuk konsumsi buah-buahan sebesar 33.5 gram
per orang per hari, dan pisang dikonsumsi terbanyak dengan angka sebesar 15.1
persen. Hal ini juga sejalan dengan pernyataan Kementerian Pertanian 2 yang
mengatakan bahwa tingkat konsumsi sayur dan buah masyarakat Indonesia masih
rendah dan masih jauh di bawah rekomendasi FAO sehingga diperlukan upaya
untuk meningkatkan konsumsi produk hortikultura.
Pada acara Pres Tour Direktorat Jenderal Hortikultura di Indramayu,
Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura Sri Kuntarsih juga bersamaan dengan
Kementerian Pertanian menyampaikan bahwa konsumsi sayur harus lebih banyak
daripada konsumsi buah karena selain manfaatnya lebih banyak hal ini juga dapat
mendorong produktivitas sayuran dalam negeri. Selain itu kebutuhan permodalan
usaha sayuran lebih rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan modal usaha
buah-buahan. Ia menambahkan standar konsumsi sayur yang direkomendasikan
FAO adalah sebesar 400 gram per orang per hari atau setara dengan 73 kilogram
per kapita per tahun sedangkan standar kecukupan untuk sehat sebesar 91,25
kilogram per kapita per tahun. Sependapat dengan Sri Kuntarsih, Direktur
Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka Direktorat Jenderal Kementerian
Pertanian Yul H. Bahar mengatakan, tingkat konsumsi sayur masyarakat
Indonesia di bawah rekomendasi FAO, meskipun masih ada Thailand yang berada
dibawah Indonesia yaitu hanya sebesar 30 kilogram per kapita per tahun.
Sedangkan negara dengan tingkat konsumsi yang lebih tinggi dari Indonesia
bahkan lebih tinggi dari rekomendasi FAO salah satunya adalah Singapura yaitu
sebesar 120 kilogram per kapita per tahun.
Ditambah lagi potensi Indonesia yang memiliki sejumlah sentra produksi
hortikultura seharusnya menjadi pemicu bagi Indonesia untuk menambah ceruk
pasar baik secara domestik maupun internasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa
masyarakat Indonesia akan terus mengonsumsi sayur-sayuran untuk melengkapi
konsumsi 4 sehat 5 sempurna yang dianjurkan oleh pemerintah. Sehingga bisnis di
bidang hortikultura menjadi pilihan yang baik dengan melihat kondisi yang ada
saat ini dengan terbukanya pasar bebas ASEAN melalui Asean Economic
Community (AEC) 2015.
1

Hari Gizi Nasional 25 Januari 2015. [Internet]. Terhubung berkala. (Diakses pada April 2015).
http://www.litbang.depkes.go.id/node/653
2
Konsumsi Sayur Masyarakat Indonesia. [Internet]. Terhubung berkala. (Diakses pada Januari
2015). http://www.aseibssindo.org/index.php/component/content/article/126-konsumsi-sayurmasyarakat-indonesia-di-bawah-rekomendasi-fao.html

3
Tabel

1 Nilai ekpor Jawa Barat menurut sektor November-Desember 2014,
Januari-Desember 2013, Januari-Desember 2014
Persen
Persen
Perubahan
Peran
terhad
Des
Jan-Des
ap
2014
2014
Total
terhad
terhadap
Janap
Jan-Des
Des
Nov
2013
2014
2014

FOB (juta US$)
Uraian

1

Nov 2014

Des
2014

Jan-Des
2013

Jan-Des
2014

2

3

4

5

26 379.86
422.05
25 957.81

27 401.07
1 124.24
26 276.83

Total Ekspor 2 134.58 2 352.78
80.96
69.77
Migas
2 053.61 2 283.01
Nonmigas
Sumber: BPS Jawa Barat (2014)

6

7

8

10.22
-13,83
11.17

3.87
166.38
1.23

100.00
4.10
95.90

Jawa Barat merupakan salah satu sentra produsen hortikultura di Indonesia
karena memiliki karakter tanah serta iklim yang cocok digunakan untuk menanam
beraneka jenis tanaman hortikultura. Menurut Tabel 1, nilai ekspor non migas
Jawa Barat pun terbilang baik, dari data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat
Statistik Jawa Barat per Desember 2014, angka ekspor non migas Jawa Barat
mencapai US$ 2.28 miliar atau naik sebesar 11.17 persen dari periode sebelumnya.
Dan selama 13 bulan terakhir, nilai ekspor nonmigas tertinggi tercatat pada
Oktober 2014 dengan nilai sebesar US$ 2.36 miliar. Ekspor nonmigas tersebut
termasuk di dalamnya adalah sektor pertanian, dimana peningkatan ini didukung
oleh sektor pertanian yang naik 19.84 persen. Keterangan lebih jelas mengenai
rincian ekspor non migas di Jawa Barat setiap bulannya pada tahun 2014 dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Nilai ekspor non migas Jawa Barat 2014
Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September

Bulan

Sumber: BPS Jawa Barat (2014)

Nilai (Juta US$)
47.79
105.96
123.07
124.77
85.47
122.73
95.39
98.34
103.51

Nilai ekspor non migas di Jawa Barat menunjukkan aktivitas perdagangan
yang baik pada sektor tersebut, khususnya hortikultura. Selain itu peruntukkan
lahan budidaya hortikultura yang tepat di Jawa Barat juga mendukung petanipetani hortikultura di Jawa Barat untuk terus mengembangkan usahanya di bidang
pertanian, karena petani kini menyadari bahwa bisnis ini memberikan keuntungan
yang baik.

4
Perumusan Masalah
Beberapa sentra produksi hortikultura di Jawa Barat menjadikan tanaman
Baby Buncis sebagai salah satu pilihan yang digemari oleh masyarakat Indonesia
dalam mengonsumsi sayur-sayuran karena rasanya yang cenderung manis, tidak
sepahit sayur-sayuran hijau lainnya. Indonesia juga termasuk sebagai negara
pemroduksi Buncis terbesar di dunia bersama Argentina, Cina, Perancis, Italia,
Belanda Spanyol dan Amerika Serikat, sehingga Buncis mudah ditemui baik di
pasar tradisional maupun pasar modern. Kandungan di dalam Buncis dapat
memenuhi kebutuhan serat dan vitamin serta mineral dalam tubuh manusia,
Buncis juga memiliki efek antioksidan yang kuat. Beragam manfaat kesehatan
yang diberikan Buncis karena Buncis dapat mengendalikan glukosa dalam tubuh,
membantu melancarkan pencernaan, menjaga agar jantung tetap sehat,
meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan metabolisme tubuh serta mengatasi
penyakit batu ginjal.
Jawa Barat menempati urutan pertama sebagai provinsi pemroduksi Buncis
terbesar di Indonesia dengan a ngka mencapai 102.108 ton per tahun. Angka ini
lebih dari dua kali lipat hasil produksi Sumatera Utara yang menempati urutan
kedua dengan hasil produksi 36.482 ton per tahun. Jawa Barat memiliki lahan
yang sangat cocok untuk dijadikan tempat budidaya Buncis dan kawasan Bandung
Barat menjadi salah satu sentra produksi Buncis di Jawa Barat karena memiliki
karakteristik lahan dengan dataran medium hingga tinggi.
Tabel 3 Tabel produksi Buncis di seluruh provinsi di Indonesia (2013)
No
1
2
3
4
5

Provinsi

Jawa Barat
Sumatera Utara
Jawa Tengah
Bengkulu
Sumatera barat

Sumber: BPS (data diolah)

Produksi (ton)
102 108
36 482
34 188
27 335
25 709

Kawasan Bandung Barat mayoritas merupakan kawasan pegunungan,
sehingga dapat ditemui banyak lahan pertanian di kawasan ini dan Buncis
merupakan salah satu jenis komoditas unggulan yang dibudidayakan oleh
masyarakat setempat. Hal ini juga didukung dengan ketepatan peruntukkan lahan
sesuai Rancangan Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) di Kabupaten Bandung yang
dicantumkan pada Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2012. Selain itu
menurut Bangun (2011), proses penanaman Buncis terbilang mudah dan produksi
Buncis juga dapat dilakukan secara kontinu atau terus-menerus. Dianggap mudah
diantaranya karena tanaman Baby Buncis tidak membutuhkan curah hujan yang
khusus, tidak memerlukan naungan, mempunyai daya tumbuh minimal 80-85 %
serta tidak perlu disemaikan secara khusus hanya meletakkan benih pada lubang
tanam yang sudah disiapkan.
Baby Buncis juga menjanjikan keuntungan yang besar karena selain
diminati oleh pasar domestik, Buncis juga menarik perhatian pasar internasional
khususnya sesama negara ASEAN. Melihat peluang pasar yang menjanjikan ini,
banyak petani di kawasan Bandung Barat membentuk Gabungan Kelompok
Usahatani (Gapoktan) dan berfokus untuk bertanam Baby Buncis dengan kualitas

5
ekspor yang bersertifikasi khususnya untuk di ekspor ke Singapura yang
membutuhkan lima ton Baby Buncis per hari (Yuri, 2010). Salah satunya adalah
Gapoktan di Warga Kampung Gandok, Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang
Kabupaten Bandung Barat membuat sebuah Gapoktan yang dinamakan dengan
Gapoktan Wargi Panggupay.
Gapoktan ini beraktivitas seperti Gapoktan pada umumnya dan kini telah
membawahi sebanyak enam kelompok tani produktif yang berperan aktif dan
terlibat langsung dalam proses penanaman. Gapoktan Wargi Panggupay memiliki
keunikan dengan membuat branding bernama Baby French Farmer Group
dengan menjual dan menjadikan Baby Buncis sebagai fancy product sehingga
Gapoktan ini mampu bersaing dengan produsen-produsen Baby Buncis baik di
kancah domestik maupun internasional karena kegiatannya telah diketahui oleh
Ketua Umum Asosiasi Eksportir-Importir Buah dan Sayuran Indonesia
(ASEIBSSINDO), Ir. Hasan Johnny Widjaja.
Selain memperhatikan proses pra-tanam hingga proses penanaman, Baby
French Farmer Group juga melakukan kegiatan pertanian Baby Buncis meliputi
proses penanganan pasca panen (GHP), budidaya (GAP) hingga perdagangan
ekspor. Baby French Farmer Group mengacu pada kaidah GAP dan SOP pada
semua aspek budidayanya, juga menerapkan pola tanam terjadwal dalam rangka
upaya program panen sepanjang tahun. Komoditas Buncis yang dimiliki Baby
French Farmer Group sudah memiliki beberapa sertifikasi dan para petani di
Baby French Farmer Group telah menerima berbagai program pelatihan,
pembinaan dan kemitraan.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan AEC 2015 mampu
menjadi tantangan bagi Baby French Farmer Group karena persaingan pemasaran
Buncis menjadi meluas tidak hanya dengan sesama produsen dalam negeri
melainkan juga dengan pesaing internasional khususnya wilayah ASEAN.
Walaupun demikian, tidak lantas membuat usaha Baby French Farmer Group
patah arang, hal ini sebaliknya dilihat sebagai suatu kesempatan emas untuk dapat
bersaing di kancah internasional dengan merapkan strategi pengembangan usaha
yang tepat, baik dengan cara memperluas pasar maupun dengan tetap terus
meningkatkan kualitas serta produktivitas Baby Buncis. Momentum inilah yang
kemudian dijadikan sasaran bagi pelaku usaha Baby French Farmer Group untuk
dapat bersaing dan mengembangkan usahanya termasuk salah satunya melalui
peningkatan omset penjualan sebagai wujud pencapaian visi, misi, dan tujuan
usaha Baby French Farmer Group.
Upaya ini diawali dengan proses perumusan strategi yang kelak diharapkan
dapat terimplementasi dengan tepat sasaran. Proses ini meliputi serangkaian
analisis baik segi internal maupun eksternal untuk mengidentifikasi variabel kunci
berupa kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman yang dapat berpengaruh
terhadap pengembangan usaha Baby French Farmer Group. Setelah variabelnya
telah terdata dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah memaksimalkan
kekuatan yang dimiliki, memerbaiki kelemahan serta memanfaatkan peluang dan
menghindari ancaman yang ada sehingga dapat terlihat strategi prioritas mana
yang terpilih untuk diimplementasikan. Berdasarkan hal tersebut, maka rumusan
masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:
1.
Faktor-faktor kunci internal dan eksternal apa sajakah yang dimiliki Baby
French Farmer Group?

6
2.
3.

Bagaimana alternatif strategi pengembangan bisnis yang dapat diterapkan
dalam usaha Baby French Farmer Group berdasarkan analisis faktor-faktor
internal dan eksternalnya?
Bagaimana urutan prioritas strategi pengembangan bisnis yang sebaiknya
dilakukan oleh Baby French Farmer Group?
Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang
memengaruhi usaha Baby French Farmer Group.
2.
Merumuskan alternatif strategi pengembangan bisnis yang dapat diterapkan
dalam pengembangan bisnis usaha Baby French Farmer Group.
3.
Mengetahui urutan prioritas strategi pengembangan bisnis yang sebaiknya
dilakukan oleh Baby French Farmer Group.
Manfaat Penelitian
1.

2.

3.

Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah:
Bagi peneliti, selain sebagai proses pembelajaran dalam kemampuan
menulis dan menganalisis permasalahan juga sebagai sarana untuk
menambah wawasan dan kompetensi di bidang pemasaran dan strategi
agribisnis sehingga dapat menjadi bekal ketika kelak berkecimpung dalam
dunia agribisnis.
Bagi pihak Baby French Farmer Group penelitian ini dapat menjadi bahan
masukan bagi kegiatan pemasaran produk Baby Buncis, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan penjualan produk dan menambah
keuntungan perusahaan.
Bagi masyarakat umum, penelitian ini akan memberikan gambaran
mengenai produk Baby Buncis dan proses pemasarannya sehingga dapat
menjadi referensi ketika kelak membuka usaha yang sama.
Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini yaitu untuk merumuskan alternatif strategi
pengembangan bisnis yang tepat bagi usaha Baby French Farmer Group dalam
kondisi internal dan eksternal yang dihadapi usaha Baby French Farmer Group.
Produk yang diteliti strategi pengembangannya adalah produk tanaman
hortikultura Baby Buncis, sedangkan produk hortikultura lainnya tidak diteliti.
Penelitian ini terbatas pada tahap pemberian alternatif pemecahan masalah,
sedangkan aplikasinya diserahkan kepada pihak pengambil keputusan pada usaha
Baby French Farmer Group. Penelitian ini juga hanya menganalisis data
berdasarkan perspektif responden dari internal usaha Baby French Farmer Group
sebagai pihak pengambil keputusan, sedangkan perspektif responden di luar
perusahaan tidak dilibatkan.

7

TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian terdahulu dapat menjadi acuan dalam melakukan penelitian
selanjutnya sebagai pedoman sekaligus pembanding untuk melengkapi data dan
informasi yang ada. Proses kajian yang dilakukan terhadap penelitian terdahulu
juga dapat membuka pemahaman baru mengenai gambaran dan konsep penelitian.
Semua penelitian yang dijadikan acuan dalam penelitian ini merupakan penelitian
dengan kajian strategi pengembangan bisnis dengan komoditas yang berbeda-beda.
Penelitian dengan topik strategi pengembangan bisnis telah banyak dilakukan
sebelumnya, umumnya untuk menganalisis kondisi tataniaga yang dimiliki oleh
Baby French Farmer Group dan meninjau kondisi internal dan eksternal suatu
perusahaan atau bisnis, dari segi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
berada di sekitar perusahaan atau bisnis tersebut. Kemudian mencoba
merumuskan strategi yang paling sesuai dengan perusahaan atau bisnis tersebut.
Mayoritas penelitian yang dibahas pada penelitian ini menggunakan alat analisis
SWOT (Strenghts-Weaknesses-Opportunities-Threats), karena analisis SWOT
dapat memberikan alternatif strategi yang bersifat teknis secara lebih spesifik dan
sistematis.
Skripsi milik Fitri (2006) yang berjuduk Strategi Pengembangan Usaha
Sayuran Organik pada Kelompok Tani ‘Usahatani Bersama’ Kabupaten Tanah
Datar Sumatera Barat memeroleh hasil dengan jumlah kekuatan kunci
perusahaan sebanyak empat buah, kelemahan enam buah, peluang enam buah dan
ancaman sebanyak empat buah. Strategi yang dilakukan adalah dengan strategi
tumbuh dan kembangkan (grow and build ) dengan prioritas strategi yaitu: (1)
Perbaikkan sistem manajemen untuk meningkatkan profesionalisme dan
kemampuan manajerial serta meningkatkan kemampuan teknis dan pengetahuan
organik untuk anggota dan pekerja melalui pelatihan, (2) Integrasi ke depan
dengan mempersingkat jalur pemasaran lokal dengan mendirikan kios-kios
organik, (3) Pengembangan produk dengan memberi kemasan, label produk, dan
peningkatan mutu, (4) Mengadakan pameran sayuran organik bekerjasama dengan
pemerintah daerah setempat, (5) Mengusahakan sertifikasi organik untuk
memasukki pasar ekspor dan meningkatkan kepercayaan konsumen, (6) Integrasi
ke belakang dengan mengusahakan pasokkan pupuk, bibit, hormon tumbuh dan
pasokkan lainnya secara mandiri, dan (7) Menetapkan harga pasar yang paling
tepat untuk produk.
Menurut Wiranthi (2014), dengan judul Analisis Strategi Bisnis Kumis
Kucing Kering Pada PT Poros Nusantara Utama Jawa Barat menyampaikan
bahwa identifikasi terhadap faktor-faktor internal PT PNU Jabar menghasilkan
faktor kekuatan dan kelemahan yang mempengaruhi pemasaran produk
perusahaan. Sementara identifikasi terhadap faktor-faktor eksternal PT PNU Jabar
menghasilkan faktor peluang dan ancaman yang mempengaruhi pemasaran
produk perusahaan. Dengan penggunaan matriks IE dapat dilihat posisi
perusahaan adalah pada sel ke V, yaitu pada posisi hold and maintain
(pertahankan dan pelihara), sehingga strategi yang cocok pada posisi ini adalah
strategi penetrasi pasar dan strategi pengembangan produk. Hasil analisis SWOT
PT PNU Jabar menghasilkan delapan alternatif strategi yang berkaitan dengan
posisi perusahaan pada matriks IE dan layak diimplementasikan. Kemudian

8
berdasarkan hasil analisis QSPM, maka prioritas alternatif strategi pemasaran PT
PNU Jabar pun terbentuk secara sistematis.
Sementara menurut Putri (2014) dengan judul Strategi Pengembangan
Bisnis Rumah Tempe Indonesia Di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, menyatakan
bahwa analisis lingkungan internal menghasilkan 12 faktor kunci internal yang
menjadi kekuatan dan kelemahan pada usaha RTI dan analisis lingkungan
eksternal menghasilkan 10 faktor kunci eksternal yang menjadi peluang dan
ancaman bagi usaha RTI. Posisi perusahaan pada matriks IE berada pada kuadran
II yaitu tumbuh dan membangun (grow and build). Strategi yang paling tepat
digunakan RTI adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan
pengembangan produk) dan atau strategi integratif (integrasi ke belakang,
integrasi horizontal, dan integrasi ke depan). Alternatif strategi yang dihasikan
pada matriks SWOT didapatkan dengan menerapkan strategi intensif dan
integratif. Terdapat 5 alternatif strategi yang dapat diterapkan RTI berdasarkan
analisis matriks SWOT.
Hasil yang didapat Kamarullah (2014) dengan judul Strategi Bisnis Usaha
Ikan Hias Air Tawar di Ilmi Fish Farm Tajur, Kota Bogor menyampaikan bahwa
identifikasi terhadap faktor-faktor internal perusahaan menghasilkan faktor
kekuatan dan kelemahan yang mempengaruhi pemasaran produk perusahaan.
Sementara identifikasi terhadap faktor-faktor eksternal menghasilkan faktor
peluang dan ancaman yang mempengaruhi pemasaran produk perusahaan. Dengan
penggunaan matriks IE dapat dilihat posisi perusahaan adalah pada kuadran V
dimana strategi yang baik untuk diterapkan adalah menjaga dan mempertahankan
(hold and maintain) yang dilakukan dengan cara penetrasi pasar dan
pengembangan produk. Dari hasil analisis SWOT, ada empat alternatif strategi
yang dapat dijalankan. Dari hasil QSPM strategi terbaik untuk diterapkan adalah;
intensifikasi pada kegiatan penampungan atau pemeliharaan/pendederan untuk
meningkatkan kepadatan ikan hias.
Hasil analisis lingkungan internal dan eksternal yang dilakukan Gulo (2014)
dalam Analisis Strategi Pengembangan Usaha Madu di Pusat Pelebahan Nasional
(Pusbahnas) Parung Panjang, Bogor terdapat sembilan kekuatan dan empat
kelemahan serta enam peluang dan enam ancaman yang dimiliki oleh Pusbahnas.
Berdasarkan hasil analisis matriks IE, Pusbahnas berada pada sel IV, yaitu posisi
tumbuh dan berkembang (grow and build), yang artinya keadaan internal dari
Pusbahnas dalam kondisi yang kuat, begitu juga dalam merespon faktor eksternal
berupa peluang dan ancaman berada pada kondisi kuat. Strategi yang dapat
diterapkan pada kuadran ini adalah strategi intensif seperti penetrasi pasar,
pengembangan pasar, dan pengembangan produk atau strategi terintegrasi seperti
backward integration, forward integration, dan horizontal intergration, sedangkan
alternatif strategi yang diperoleh berdasarkan QSPM untuk Pusbahnas adalah
delapan alternatif strategi dengan prioritas strategi sebagai berikut: 1)
meningkatkan mutu pelayanan kepada konsumen dengan mempertahankan
kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan ketersediaan produk, 2) mengoptimalkan
kegiatan promosi melalui media massa dan internet, 3) memperluas daerah
pemasaran, 4) pelatihan dan penguatan motivasi kerja karyawan, 5) menempatkan
sdm yang berkompeten di bidang pemasaran dari Perum Perhutani, 6)
mengoptimalkan divisi litbang dan melengkapi fasilitas laboratorium, 7)

9
meningkatkan Efisiensi Waktu dalam Perencanaan Program Kerja, 8) memperkuat
hubungan dengan para pemasok yang pernah menjadi peternak binaan.
Tabel 4 Penelitian terdahulu
Nama
Mes Ayu Aliza
Fitri

Mukti
Kamarullah

Judul
Strategi Pengembangan Usaha
Sayuran Organik pada
Kelompok Tani „Usahatani
Bersama‟ Kabupaten Tanah
Datar Sumatera Barat
Strategi Bisnis Usaha Ikan
Hias Air Tawar di Ilmi Fish
Farm Tajur, Kota Bogor

Winny Sutriani
Gulo

Analisis Strategi
Pengembangan Usaha Madu di
Pusat Pelebahan Nasional
(Pusbahnas) Parung Panjang,
Bogor

Rara Tama Putri

Strategi Pengembangan Bisnis
Rumah Tempe Indonesia Di
Kota Bogor, Provinsi Jawa
Barat

Puspi Eko
Wiranthi

Analisis Strategi Bisnis Kumis
Kucing Kering Pada PT Poros
Nusantara Utama Jawa Barat

Sumber: Data Primer (2015)

Alat Analisis
Matriks IFE dan EFE
Matriks IE
Matriks SWOT
Matriks QSP

Tahun
2006

Matriks IFE dan EFE
Matriks IE
Matriks SWOT
Matriks QSP
Analisis Lingkungan
Usaha
Klasifikasi Usaha
Strategic Business Unit
(SBU)
Siklus Hidup Produk
Matriks IFE dan EFE
Matriks IE
Matriks SWOT
Matriks QSP
Matriks IFE dan EFE

2014

2014

2014

2011

Matriks IE
Matriks SWOT
Matriks QSP

Penelitian ini ditujukan untuk mencari dan mengatasi permasalahan yang
terjadi untuk menentukan strategi pada perusahaan onfarm untuk melakukan
pengembangan bisnis. Terdapat tiga kemungkinan upaya pengembangan bisnis
onfarm, yaitu: (1) Upaya perluasan lahan pertanian, (2) Upaya Intensifikasi
teknologi pertanian dan (3) Upaya intensifikasi penggunaan lahan dan tenaga
kerja. Ketiga pedoman diatas diharapkan mampu menjadi haluan dalam
menentukan strategi pengembangan bisnis perusahaan sehingga prioritas strategi
yang akan dihasilkan diharapkan dapat merepresentasikan strategi yang sesuai
untuk diterapkan pada usaha perusahaan.

10

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Baby Buncis
Tanaman Buncis (Phaseolus vulgaris L.) berasal dari wilayah selatan
Meksiko dan wilayah panas Guatemala. Buncis merupakan sumber protein,
vitamin dan mineral yang penting dan mengandung zat-zat lain yang berkhasiat
untuk obat dalam berbagai macam penyakit. Gum dan pektin yang terkandung
dapat menurunkan kadar gula darah, sedangkan lignin berkhasiat untuk mencegah
kanker usus besar dan kanker payudara. Serat kasar dalam polong Buncis sangat
berguna untuk melancarkan pencernaan sehingga dapat mengeluarkan zat-zat
racun dari tubuh (Cahyono 2007).
Tabel 5 Kandungan nilai gizi dan kalori pada 100 gram kacang Buncis
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Jenis Zat Gizi
Energi/Kalori
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfor
Serat
Besi
Vitamin A
Vitamin B1/Thiamine
Vitamin B2/Riboflavin
Vitamin B3/Niacin
Vitamin C
Air

Sumber: Emma S. Wirakusumah (1994) dalam Cahyono (2007)

Jumlah Kandungan Gizi
35 kal
2.4 g
0.2 g
7.7 g
6.5 g
4.4 g
1.2 g
1.1 g
630.0 Sl
0.08 mg
0.1 mg
0.7 mg
19.0 mg
89 g

Tanaman Buncis berbentuk semak atau perdu. Tinggi tanaman Buncis tipe
tegak berkisar antara 30-50 cm sedangkan tipe merambat dapat mencapai 2 m.
Perbedaan keduanya terdapat pada tipe pertumbuhan dan kebiasaan panennya.
Kacang Buncis tumbuh merambat (pole beans) dan dipanen polong mudanya,
sedangkan kacang jogo/kacang merah merupakan kacang Buncis jenis tegak atau
tidak merambat, yang umumnya dipanen polong tua atau bijinya saja, sehingga
disebut bush bean.
Taksonomi tanaman Buncis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom
: Plant Kingdom
Divisio
: Spermatophyta
Sub divisio : Angiosspermae
Kelas
: Dicotyledonae
Sub kelas
: Calyciflorae
Ordo
: Rosales (Leguminales)
Famili
: Leguminosae (Papilionaceae)
Sub famili
: Papilionoideae

11
Genus
: Phaseolus
Spesies
: Phaseolus vulgaris L.
Tanaman Buncis yang diproduksi oleh usaha Baby French Farmer Group
salah satunya saat ini adalah Baby Buncis Kenya. Baby Buncis Kenya merupakan
jenis tanaman polong-polongan berwarna putih mengkilap dan bijinya berwarna
hitam yang berasal dari Kenya, Afrika. Baby Buncis Kenya tumbuh berupa
semak dan tidak merambat dengan tinggi tanaman antara 30-50 cm. Tanaman
mulai berbunga pada umur 32-33 hari setelah tanam (HST) dan mulai dapat
dipanen pada umur 47-48 HST. Polong muda berwarna hijau muda, bentuknya
lurus, rasanya agak manis, panjang 16-17 cm, lebar 0,6-0,7 cm dan tekstur halus
serta bobot per polong 8-10 gram. Jumlah polong per tanaman 50-60 buah dengan
bobot 300-400 gram. Dari populasi 70.000-80.000 tanaman per hektar dan
kebutuhan benih 25-30 kg/ha dapat dihasilkan polong 2,0-23,8 ton.
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai lembaga ekonomi petani
terdiri dari beberapa kelompok tani yang memiliki berbagai karakteristik tertentu,
sehingga komunikasi organisasi yang efektif sangat diperlukan. Terciptanya
komunikasi organisasi yang baik, diharapkan iklim komunikasi Gapoktan akan
lebih baik dan kepuasan komunikasi pengurus akan terpenuhi, sehingga Gapoktan
lebih berdaya saing dan berkinerja tinggi. (Kosasih 2015).
Gapoktan menjadi lembaga pintu gerbang (gateway institution) yang
menjadi penghubung petani satu desa dengan lembaga-lembaga lain di luarnya.
Gapoktan diharapkan berperan untuk fungsi-fungsi pemenuhan permodalan
pertanian, pemenuhan sarana produksi, pemasaran produk pertanian, dan termasuk
menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan petani (Menurut Syahyuti 2007
dalam Kosasih 2015). Berdasarkan penjelasan komunikasi organisasi di atas,
komunikasi organisasi dalam pengembangan kinerja pengurus Gapoktan
merupakan komunikasi yang dilakukan oleh pengurus baik di dalam maupun di
luar Gapoktan dalam rangka pengembangan kinerja pengurus Gapoktan.
Kepemimpinan (Leadership)
Kepemimpinan merupakan sebuah kegiatan yang menghasilkan dan
memancarkan pengaruh terhadap sekelompok orang untuk mengikuti, mentaati
dan bersedia untuk mengubah pikiran, sikap dan kepercayaan dari segala yang
dikehendakinya dalam upaya mencapai tujuan kelompok. Untuk mencapai tujuan
kelompok diperlukan adanya kerjasama, kekompakkan dan kesadaran anggota
kelompok akan tanggung jawab masing-masing serta adanya motivasi yang kuat
untuk meningkatkan kegiatan anggota kelompok. Kepemimpinan juga
menggambarkan sejauhmana pimpinan memberikan penekanan pada peranannya
selaku pemrakarsa struktur tugas yang akan dilaksanakan oleh anggotanya dan
adanya perhatian pada anggotanya. (Disarikan dari Ampera 2004).
Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional merupakan pertukaran barang, jasa, dan faktor
produksi yang melintasi batas negara. Sejak diperkenalkan oleh David Ricardo
pada abad ke-19, teori ekonomi internasional semakin menjadi perhatian para
ekonom maupun para pelaku usaha. Disarikan dari Izzany (2015), menyatakan
bahwa terdapat beberapa faktor yang mendorong timbulnya perdagangan (ekspor-

12
impor) antar bangsa, yaitu : (1) keinginan untuk memperluas komoditi ekspor, (2)
memperbesar penerimaan devisa bagi kegiatan pembangunan, (3) adanya
perbedaan penawaran dan permintaan antar negara, (4) ketidakmampuan suatu
negara dalam menyediakan kebutuhan masyarakatnya dan (5) adanya perbedaan
biaya relatif dalam menghasilkan komoditi tertentu. Perdagangan antar negara
terjadi karena adanya perbedaan harga barang komoditi di berbagai negara.
Perbedaan harga barang inilah yang menentukan keputusan negara untuk menjual
barang ke negara lain ketika harga di negara tersebut lebih rendah, atau membeli
ketika harga di negara tersebut lebih tinggi. Dengan demikian, salah satu atau
kedua negara yang saling terlibat akan memperoleh manfaat dari perdagangan
tersebut (gains from trade).
Harga yang terjadi di pasar internasional merupakan harga keseimbangan
antara penawaran dan permintaan dunia. Perubahan dalam produksi dunia akan
mempengaruhi penawaran dunia, sedangkan perubahan dalam konsumsi dunia akan
mempengaruhi permintaan dunia. Kedua perubahan tersebut akan mempengaruhi
harga dunia. Keterlibatan suatu negara dalam perdagangan internasional akan
mempengaruhi kinerja negara tersebut terutama kinerja pada jangka panjang. Hal ini
disebabkan oleh karena perdagangan internasional dapat membuka saluran
komunikasi yang akan memfasilitasi penyebaran informasi teknis lainnya (Pratomo,
2007 dalam Izzany 2015). Selain itu, persaingan antar negara dalam perdagangan
internasional akan mendorong negara untuk terus melakukan inovasi, baik ide
maupun teknologi yang digunakan, dan melakukan spesialisasi produk yang akan
memengaruhi pertumbuhan output suatu negara.
Strategi
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan kata strategi
sebagai berikut:
1 ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa(-bangsa) untuk
melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai; 2 ilmu dan seni
memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi
yang menguntungkan; 3 rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai
sasaran khusus; 4 tempat yangg baik menurut siasat perang.
Menurut Magretta (2014), strategi menjelaskan bagaimana sebuah
organisasi, yang dihadapkan dengan persaingan, akan mencapai kinerja unggul.
Definisi ini nampak sederhana karena kata-kata tersebut terdengan akrab di
telinga sampai-sampai kita jarang berhenti untuk memikirkan tentang artinya.
Akan tetapi, jika dilihat kembali istilah diatas sangatlah sarat makna.
Menurut Pearce dan Robinson3 (1997) strategi adalah „rencana main‟ suatu
perusahaan. Strategi mencerminkan kesadaran perusahaan mengenai bagaimana,
kapan dan di mana ia harus bersaing menghadapi lawan dan dengan maksud dan
tujuan untuk apa. Apabila disimpulkan, begitu pentingnya perumusan strategi agar
dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh perusahannya secara terperinci dan
terstruktur dengan baik. Hasil keluaran dari proses tersebut adalah rencana atau
keputusan strategi.

3

Definisi Strategi Menurut Para Ahli. [Internet].Terhubung berkala. (Diakses pada Januari
2015) https://ryanhadiwijayaa.wordpress.com/2012/09/30/definisi-strategi-menurut-para-ahli/

13
Visi, Misi dan Tujuan
Visi merupakan sebuah perencanaan yang disusun, diatur sedemikian rupa
mengenai bagaiman suatu usaha sebaiknya dilakukan. Menurut Wheelen dan
Hunger (2012), visi merupakan suatu keinginan perusahaan terhadap keadaan di
masa datang yang diinginkan/dicita-citakan oleh seluruh personel perusahaan dari
jenjang yang paling atas sampai yang paling bawah. Misi perusahaan adalah
refleksi dari visi perusahaan itu sendiri atau untuk apa perusahaan itu berdiri.
Menurut Drucker dalam Kamarullah (2014), pertanyaan “Apakah bisnis kita?”
sama dengan pernyataan „alasan tentang eksistensi‟ suatu perusahaan itu didirikan.
Tujuan merupakan suatu proses yang memungkinkan untuk dicapai dalam suatu
usaha, dapat dikatakan sebagai keadaan yang diinginkan oleh perusahaan dan
proses pewujudannya dilakukan sebagai pernyataan tentang keinginan yang
diharapka di masa mendatang.
Penilaian Internal
Sebuah perusahaan perlu memahami ciri yang dimiliki dan digunakan
sebagai pembeda dengan perusahaan lainnya. Melalui penilaian internal, suatu
perusahaan mampu melihat kekuatan dan kelemahan apa saja yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut. Apabila dapat memahai kekuatan dan kekurangan yang ada,
diharapkan mampu mengorganisasikan dengan baik untuk mencapai tujuan yang
ingin dicapai oleh perusahaan. Analisis lingkungan internal mencakup kekuatan
(strength) serta kelemahan (weakness) yang dimiliki oleh perusahaan. David
(2011) membagi bidang fungsional bisnis menjadi beberapa variabel dalam
lingkungan internal, yaitu:
1.
Aspek Manajemen
Sumber daya manusia merupakan aset penting bagi perusahaan. Terdapat
lima aktivitas pokok dalam fungsi manajemen, yaitu: perencanaan,
pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian.
2.
Aspek Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan suatu perusahaan dalam
memenuhi keinginan konsumen. Terdapat empat bauran pemasaran yang
dapat membantu menilai berjalannya suatu perusahaan dari segi internal.
Bauran pemasarannya terdiri atas produk (Product), tempat (Place), harga
(Price) dan promosi (Promotion).
3.
Aspek Keuangan
Dalam menentukan kekuatan dan kelemahan dari aspek keuangan suatu
perusahaan, dapat dilihat dari likuiditas, solvabilitas, modal kerja,
keuntungan, utilitas aset, arus kas, dan modal perusahaan. Terdapat tiga
keputusan dalam fungsi keuangan, yakni keputusan investasi, keputusan
dividen, dan keputusan pembiayaan.
4.
Aspek Produksi/Operasional
Kegiatan produksi perusahaan merupakan segala aktivitas yang
berhubungan dalam mengubah input menjadi output. Manajemen
produksi/operasi berhubungan dengan input, transformasi, dan output.
5.
Aspek Penelitian dan Pengembangan
Suatu perusahaan yang ingin melakukan pengembangan produk,
meningkatkan kualitas produk, ataupun memperbaiki proses produksi
membutuhkan aktivitas penelitian dan pengembangan.

14
6.

Aspek Informasi
Sistem informasi manajemen bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan manajerial dan penyampaian informasi dengan
cepat dan efektif. Sistem informasi berkaitan dalam mengumpulkan,
mengkodekan, menyimpan, mensintesis, dan menyajikan informasi
sehingga dapat menjawab berbagai pertanyaan mengenai strategi dan
operasi.

Penilaian Eksternal
Banyaknya faktor eksternal yang mungkin dihadapi oleh suatu perusahaan
akan menentukan sebesar apa peluang serta ancaman yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut. Menurut David (2011), kekuatan eksternal dapat dibagi
menjadi lima kategori, yaitu: kekuatan ekonomi, kekuatan sosial, budaya,
demografi dan lingkungan, kekuatan politik, pemerintah dan hukum, kekuatan
teknologi dan kekuatan kompetitif.
1.
Aspek Ekonomi
Faktor-faktor ekonomi yang dapat mempengaruhi secara langsung atau tidak
langsung terhadap kinerja perusahaan antara lain adalah tingkat inflasi, suku
bunga, surplus atau defisit neraca pembayaran, fluktuasi kurs mata uang,
tingkat tabungan nasional, dan produk domestik bruto.
2.
Aspek Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan
Faktor-faktor sosial budaya yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi
kinerja perusahaan antara lain adalah faktor sikap, keyakinan, nilai, budaya,
suku, ras, gaya hidup, kebiasaan masyarakat sekitar dan sebagainya yang
berinteraksi dengan perusahaan.
3.
Aspek Politik, Pemerintah dan Hukum
Pemerintah baik pusat maupun daerah merupakan pembuat regulasi,
deregulasi, penyubsidi, pemberi kerja, dan konsumen utama organisasi.
Oleh karenanya faktor-faktor tersebut dapat merepresentasikan peluang atau
ancaman utama baik organisasi kecil maupun besar.
4.
Aspek Teknologi
Faktor teknologi mencakup penemuan-penemuan baru berupa benda (alat,
mesin, dan sebagainya), serta cara pelaksanaan dan metode-metode baru
dalam pengerjaan suatu pekerjaan.
5.
Aspek Kompetitif
Mengumpulkan dan mengevaluasi informasi pesaing sangatlah penting
dalam merumuskan strategi pengembangan bisnis. Untuk mengidentifikasi
pesaing utama tidaklah mudah karena banyaknya jenis industri yang
berbeda-beda.
Faktor-faktor eksternal tersebut harus: (1) Penting bagi pencapaian tujuan
jangka panjang dan sasaran tahunan, (2) Dapat diukur dan (3) hierarkis dalam arti
beberapa faktor akan berkaitan dengan keseluruhan perusahaan dan beberapa yang
lain akan terpusatkan pada bidang-bidang fungsional atau divisional. (Fitri 2006)
Matriks IFE dan EFE
Tahap identifikasi yang dilakukan dengan cara memilih faktor strategis bagi
perusahaan dalam bentuk matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE
(Eksternal Factor Evaluation) yang bertujuan untuk mengetahui apakah kekuatan

15
yang dimiliki lebih besar dari kelemahan atau sebaliknya, dan apakah perusahaan
mampu memanfaatkan peluang untuk mengatasi ancaman yang ada. (disarikan
dari Wiranthi 2011)
Matriks IE
Matriks IE (Internal-External) merupakan langkah untuk menentukan posisi
strategi bisnis unit ke dalam matriks yang terdiri dari 9 sel (kuadran). Input dari
matriks IE adalah output dari matriks IFE dan EFE. Output dari matriks IE adalah
alternatif strategi berdasarkan posisi strategi perusahaan stelah dipetakan ke dalam
matriks, di mana terdapat 3 area dengan alternatif strategi yang berbeda. Kuadran I, II
dan IV akan menghasilkan alternatif strategi tumbuh dan berkembang kuadran III, V
dan VII akan menghasilkan strategi pertahankan dan pelihara, terakhir kuadran VI,
VIII dan IX akan menghasilkan strategi panen dan divestasi (David 2009).
Matriks SWOT
Matriks SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunites-Threats) merupakan
matriks yang membantu para manajer dalam mengembangkan empat jenis
strategi, yaitu strategi SO (kekuatan-peluang), strategi WO (kelemahan-peluang)
strategi ST (kekuatan-ancaman) dan stratei WT (kelemahan-ancaman). Strategi
SO memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk mendapatkan keuntungan
atau kekuatan dari peluang eksternal. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki
kelemahan dengan menangkap peluang eksternal yang ada. Strategi ST dilakukan
untuk menghindari atau meminimalisir dampak dari ancaman eksternal dengan
kekuatan yang dimiliki. Strategi WT merupakan strategi protektif atau defensif
untuk melindungi kelemahan yang ada dari ancaman yang mungkin akan
merugikan. (Kotler dan Keller 2009)
Matriks QSP
Menurut Gulo (2014), setelah tahap pencocokan dengan menggunakan
matriks SWOT, langkah selanjutnya adalah melakukan tahap keputusan. Pada
tahap ini digunakan Matriks QSP yang merupakan alat analisis yang
direkomendasikan bagi para pengambil keputusan untuk melakukan evaluasi
pilihan strategi alternatif secara objektif. Hasil dari analisis QSPM adalah strategi
terbaik yang sebaiknya digunakan dari beberapa alternatif strategi yang diperoleh
pada tahap dua untuk menetapkan prioritas strategi pengembangan usaha yang
akan diterapkan pada perusahaan.
Kerangka Pemikiran Operasional
Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis perumusan strategi
pengembangan yang tepat untuk usaha Baby French Farmer Group di Kabupaten
Bandung Barat. Pasar yang dimiliki oleh usaha Baby French Farmer Group
membuat perusahaan ini berada pada kondisi dewasa (mature) dengan kriteria
yang ada yaitu kondisi permintaan pasar yang stabil dan terjadinya fluktuasi pada
penjualan Baby Buncis, sehingga perlu dilakukan strategi pengembangan bisnis
agar tidak mengalami kondisi penurunan (decline) di masa mendatang.
Proses perumusan strategi diawali dengan mengidentifikasi visi, misi dan
tujuan yang dimiliki usaha Baby French Farmer Group. Setelah itu dilakukan
analisis faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kegiatan bisnis usaha

16
Baby French Farmer Group. Faktor internal yang akan dianalisis berupa kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki perusahaan dan faktor eksternal yang akan dianalisis
berupa peluang dan ancaman yang memengaruhi perusahaan. Analisis lingkungan
internal mencakup manajemen, pemasaran, keuangan, produksi, pengembangan
dan informasi .Analisis lingkungan eksternal meliputi ekonomi, sosial budaya
demografi & lingkungan, teknologi, dan kompetitif. Langkah yang dilakukan
selanjutnya setelah mendapatkan faktor-faktor kunci internal dan eksternal yaitu
dengan memasukan faktor-faktor kunci internal dan eksternal yang didapatkan ke
dalam matriks SWOT.
Pada matriks SWOT, dirumuskan alternatif strategi apa saja yang
didapatkan untuk usaha Baby French Farmer Group. Strategi didapatkan dengan
mengombinasikan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimili