Pola Hubungan Pelabuhan Perikanan Di Pantai Utara Jawa Berdasarkan Aspek Operasional Dan Distribusi Hasil Tangkapan

POLA HUBUNGAN PELABUHAN PERIKANAN DI PANTAI
UTARA JAWA BERDASARKAN ASPEK OPERASIONAL
DAN DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

ANDI PERDANA GUMILANG

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pola Hubungan
Pelabuhan Perikanan di Pantai Utara Jawa Berdasarkan Aspek Operasional dan
Distribusi Hasil Tangkapan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2016
Andi Perdana Gumilang
NIM C451130191

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait

RINGKASAN
ANDI PERDANA GUMILANG. Pola Hubungan Pelabuhan Perikanan di
Pantai Utara Jawa Berdasarkan Aspek Operasional dan Distribusi Hasil
Tangkapan. Dibimbing oleh IIN SOLIHIN dan SUGENG HARI WISUDO.
Pelabuhan perikanan pantura Jawa memiliki potensi strategis dalam
pengembangan perikanan dan kelautan. Pelabuhan perikanan merupakan
pendukung kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan
lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan, dan pemasaran.
(Permen Kelautan dan Perikanan No: PER.8/MEN/2012). Dengan demikian,
pelabuhan perikanan di pantura Jawa membutuhkan pengelolaan yang baik agar
dapat mengoptimalkan potensi sumberdaya perikanan laut di wilayahnya secara
berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat operasional dan
mengkaji kelengkapan fasilitas pelabuhan perikanan, mendapatkan pola distribusi

hasil tangkapan dan merumuskan pola hubungan pelabuhan perikanan di wilayah
pantura Jawa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat operasional tertinggi terdapat
pada PPS Nizam Zachman Jakarta yang ditunjukkan pada tingginya volume
produksi ikan, berjalannya aktivitas pelelangan ikan, tingginya kebutuhan
perbekalan es, air, dan solar serta luasnya jangkauan aktivitas pemasaran
mencakup tujuan pasar lokal, regional, luar Jawa dan ekspor.
Adapun kajian kelengkapan fasilitas di beberapa pelabuhan pantura Jawa
menunjukkan bahwa fasilitas pelabuhan kelas PPI dan PPP umumnya belum
lengkap dengan tingkat pemanfaatan kurang optimal sedangkan kelas PPN dan
PPS relatif sudah mendekati lengkap namun masih dijumpai pemanfaatan fasilitas
yang belum optimal.
Pola distribusi hasil tangkapan pelabuhan perikanan di Pantura Jawa
diketahui tiga hal yaitu distribusi hasil tangkapan berdasarkan pasar, konektivitas
dan pelaku pemasaran.
Sementara itu pola hubungan kedua belas pelabuhan perikanan di wilayah
pantura Jawa yang meliputi aspek pengelolaan dan kelas pelabuhan perikanan
dikelompokkan tiga klaster masing-masing berdasarkan hubungan operasional dan
distribusi hasil perikanan. Klaster dari aspek operasional yaitu: klaster 1 adalah
PPN Karangantu. Klaster 2 adalah PPS Nizam Zachman Jakarta sedangkan klaster

3 adalah PPN Kejawanan, PPP Eretan wetan, PPI Karangsong, PPN Pekalongan,
PPP Asemdoyong, PPP Klidang lor, PPP Morodemak, PPP Bajomulyo, PPN
Brondong, PPI Bulu. Klaster dari aspek distribusi perikanan yaitu: klaster 1
adalah PPN Karangantu, PPN Kejawanan, PPP Eretan wetan, PPI Karangsong,
PPN Pekalongan, PPP Asemdoyong, PPP Klidang lor, PPP Morodemak, PPP
Bajomulyo dan PPI Bulu. Klaster 2 adalah PPS Nizam Zachman Jakarta.
Sementara klaster 3 PPN Brondong.
Kata kunci: klaster, pantura Jawa, pelabuhan perikanan

SUMMARY
ANDI PERDANA GUMILANG. Relationship Patterns Fishing Port on the
Northern Coast of Java Based Operational Aspects and The Distribution of
Catches. Supervised by IIN SOLIHIN and SUGENG HARI WISUDO.
Fishing port north coast of Java has a strategic potential in the development
of fisheries and marine. Fishing port is supporting the activities of the
management and utilization of fish resources and the environment ranging from
preproduction, production, processing, and marketing. (Ministerial Regulation
Maritime Affairs and Fisheries No: PER.8/MEN/2012). Thus, the fishing port in
the north coast of Java requires good management in order to optimize the
potential of marine fishery resources in the region in a sustainable manner. This

study aims to determine the operational level fishing port, get the distribution
pattern of catch and formulate a pattern of relationships fisheries port in the
northern coasts of Java.
The results showed that the operational level highest in PPS Nizam
Zachman Jakarta shown in the high volume production of fish, passes activity fish
auction, the high demand for supplies of ice, water, and solar and extensive reach
of marketing activities include the purpose of the local market, regional, outside
of Java and export.
The study of the completeness of facilities at ports north coast of Java show
that the port facility and PPP class of PPI is generally not complete with suboptimal utilization rate of PPN while the class and relative PPS is approaching full
utilization of the facilities, but still found that is not optimal.
The distribution pattern catches the fishing port in the northern coast of Java
found three things: the distribution of the catch based on the market, connectivity
and marketing offender.
While the pattern of relationships twelfth fishing ports in the northern coasts
of Java, which covers aspects of classroom management and fishing ports are
grouped in three clusters each based on the operational relationship and
distribution of fishery products. Clusters of operational aspects, namely: Cluster 1
is the PPN Karangantu. Cluster 2 is PPS Nizam Zachman Jakarta while Cluster 3
is PPN Kejawanan, PPP Eretan wetan, PPI Karangsong, PPN Pekalongan, PPP

Asemdoyong, PPP Klidang lor, PPP Morodemak, PPP Bajomulyo, PPN
Brondong, PPI Bulu. Clusters of distribution aspects of fisheries are: Cluster 1 is
PPN Karangantu, PPN Kejawanan, PPP Eretan wetan, PPI Karangsong, PPN
Pekalongan, PPP Asemdoyong, PPP Klidang lor, PPP Morodemak, PPP
Bajomulyo dan PPI Bulu. Cluster 2 is PPS Nizam Zachman Jakarta. While cluster
3 PPN Brondong.
Keywords: cluster, north coast of Java, fishing port

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

POLA HUBUNGAN PELABUHAN PERIKANAN DI PANTAI
UTARA JAWA BERDASARKAN ASPEK OPERASIONAL

DAN DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

ANDI PERDANA GUMILANG

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Perikanan Laut

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA

Judul Tesis : Pola Hubungan Pelabuhan Perikanan di Pantai Utara Jawa
Berdasarkan Aspek Operasional dan Distribusi Hasil Tangkapan
Nama

: Andi Perdana Gumilang
NIM
: C451130191
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Iin Solihin, SPi, MSi
Ketua

Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, MSi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Teknologi Perikanan Laut

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc


Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

Tanggal Ujian: 25 Juli 2016

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga Tesis ini berhasil diselesaikan. Topik penelitian yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April sampai Juni 2015 ini
ialah mengenai Pola Hubungan Pelabuhan Perikanan di Pantai Utara Jawa
Berdasarkan Aspek Operasional dan Distribusi Hasil Tangkapan. Wilayah yang
menjadi lokasi penelitian memiliki wilayah perairan laut yang berada di Wilayah
Pengelolaan Perikanan (WPP 712) atau Laut Jawa.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Iin Solihin, SPi, MSi dan Dr Ir
Sugeng Hari Wisudo, MSi selaku Komisi Pembimbing. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada kedua orang tua atas segala doa dan dukungannya, serta
kepada istriku tercinta, kerabat dan teman-teman yang senantiasa memberikan
dukungan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana

IPB.
Semoga tesis ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2016
Andi Perdana Gumilang

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ii

DAFTAR GAMBAR

ii

DAFTAR LAMPIRAN

ii

1


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Kerangka Penelitian
2 TINGKAT OPERASIONAL DAN FASILITAS PELABUHAN
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
3 POLA DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
4 POLA HUBUNGAN PELABUHAN PERIKANAN
Pendahuluan

Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Simpulan
5 PEMBAHASAN UMUM
6 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

1
1
2
2
2
2
3
4
4
5
6
17
18
18
19
21
29
30
30
31
31
36
37
38
38
39
41

LAMPIRAN

43

RIWAYAT HIDUP

74

DAFTAR TABEL
1 Jenis data yang dikumpulkan tentang tingkat operasional dan fasilitas
2 Volume produksi ikan di 12 pelabuhan perikanan tahun 2014
3 Frekuensi kunjungan kapal yang mendaratkan hasil tangkapan di tiap
pelabuhan tahun 2014
4 Keberadaan aktivitas pelelangan ikan di 12 pelabuhan
perikanan pantura Jawa
5 Tujuan pemasaran ikan di 12 pelabuhan perikanan Pantura Jawa
tahun 2014
6 Kondisi dan ketersediaan fasilitas 12 pelabuhan perikanan di Pantura Jawa
7 Tingkat pemanfaatan fasilitas 12 pelabuhan perikanan di Pantura Jawa
8 Jenis data yang dikumpulkan tentang distribusi hasil tangkapan
9 Volume distribusi pemasaran ikan di 12 pelabuhan perikanan
Pantura Jawa tahun 2014
10 Volume distribusi pemasaran ikan menurut tujuan dari 12 pelabuhan
perikanan di wilayah Pantura Jawa
11 Konektivitas 12 pelabuhan perikanan dalam distribusi ikan di Pantura
Jawa
12 Kelompok pelabuhan perikanan di Pantura Jawa berdasarkan aktivitas
operasional
13 Kelompok pelabuhan perikanan di Pantura Jawa berdasarkan aktivitas
distribusi hasil tangkapan

5
7
8
10
11
13
15
21
22
24
25
32
34

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitian
2 Lokasi penelitian 12 pelabuhan perikanan di Pantai Utara Jawa
3 Peta volume distribusi pemasaran ikan di dua belas pelabuhan
perikanan Pantura Jawa
4 Peta distribusi hasil tangkapan di Pantura Jawa berdasarkan konektivitas
5 Pola distribusi hasil tangkapan berdasarkan pelaku pemasaran
6 Dendogram berdasarkan aspek operasional
7 Dendogram berdasarkan aspek distribusi hasil tangkapan
8 Peta pengelompokkan 12 pelabuhan perikanan di Pantura Jawa

4
20
23
25
28
32
33
35

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Distribusi pemasaran ikan di PPN Karangantu
Distribusi pemasaran ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta
Distribusi pemasaran ikan di PPN Kejawanan
Distribusi pemasaran ikan di PPP Eretan Wetan
Distribusi pemasaran ikan di PPI Karangsong
Distribusi pemasaran ikan di PPN Pekalongan
Distribusi pemasaran ikan di PPP Asemdoyong

44
45
52
53
53
53
55

8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Distribusi pemasaran ikan di PPP Klidang Lor
Distribusi pemasaran ikan di PPP Morodemak
Distribusi pemasaran ikan di PPP Bajomulyo
Distribusi pemasaran ikan di PPN Brondong
Distribusi pemasaran ikan di PPI Bulu
Fasilitas-fasilitas yang terdapat di PPN Karangantu
Fasilitas-fasilitas yang terdapat di PPS Nizam Zachman Jakarta
Fasilitas-fasilitas yang terdapat di PPN Kejawanan
Fasilitas-fasilitas yang terdapat di PPN Pekalongan
Fasilitas-fasilitas yang terdapat di PPN Brondong
Fasilitas-fasilitas yang terdapat di PPP Eretan Wetan
Fasilitas-fasilitas yang terdapat di PPI Karangsong
Fasilitas-fasilitas yang terdapat di PPP Asemdoyong
Fasilitas-fasilitas yang terdapat di PPP Klidang Lor
Fasilitas-fasilitas yang terdapat di PPP Morodemak
Fasilitas-fasilitas yang terdapat di PPP Bajomulyo
Fasilitas-fasilitas yang terdapat di PPI Bulu
Variabel analisis klaster berdasarkan aktivitas operasional PP
Variabel analisis klaster berdasarkan aktivitas distribusi PP

56
56
56
57
57
57
58
60
61
62
64
65
66
66
68
69
70
71
73

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor PER. 08/MEN/2012 tentang Kepelabuhanan Perikanan adalah
tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas
tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis
perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh,
dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Pelabuhan perikanan merupakan
pendukung kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan
lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan, dan pemasaran.
Lubis (2012) menyatakan bahwa pelabuhan perikanan ditinjau dari
fungsinya berbeda dengan pelabuhan lainnya, dimana pelabuhan perikanan
dikhususkan untuk aktivitas di bidang perikanan tangkap. Direktorat Jenderal
Perikanan pada tahun 1994 telah membagi klasifikasi pelabuhan perikanan
menjadi 4 kelas berdasarkan pada aspek teknis dari sebuah pelabuhan perikanan,
yaitu Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS), Pelabuhan Perikanan Nusantara
(PPN), Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP), dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI).
Pelabuhan perikanan Pantura Jawa memiliki potensi pengembangan
perikanan tangkap. Berdasarkan tempat pendaratan ikan, pada tahun 2013
diketahui bahwa wilayah pendaratan ikan di Pantura Jawa adalah tertinggi ke dua
dari volume produksi perikanan tangkap laut nasional atau tertinggi di wilayah
Indonesia bagian barat yaitu sebesar 15,68% atau 894.000 ton (KKP 2014).
Sekitar 65% produksi hasil perikanan tangkap laut tersebut dihasilkan oleh
nelayan-nelayan yang terdapat di pelabuhan sepanjang Pantura Jawa. Namun di
sisi lain permasalahan di perairan laut Jawa adalah telah mengalami gejala
tangkap lebih (over fishing).
Dengan melihat potensi dan permasalahan wilayah Pantura Jawa yang
dimiliki, tentunya fungsi pelabuhan perikanan dalam menunjang keberhasilan
usaha penangkapan harus dapat berjalan dengan baik, agar pemanfaatan potensi
perikanan yang ada dapat optimal dan berkelanjutan. Namun, dalam
melaksanakan fungsinya tersebut, pelabuhan perikanan menghadapi beberapa
kendala, diantaranya yaitu: kondisi beberapa fasilitas di pelabuhan masih kurang
memadai misalnya belum tersedianya pabrik es, instalasi air bersih dan bengkel,
padahal pelabuhan perikanan beserta fasilitasnya merupakan indikator penting
dalam keberhasilan usaha perikanan tangkap. Di sisi lain pelabuhan perikanan
masih belum bersinergi dalam pendistribusian hasil tangkapan, pola distribusi
perikanan belum efisien dan kurangnya sumberdaya manusia sebagai pengelola
menyebabkan pelaksanaan pengelolaan pelabuhan belum optimal.
Pola hubungan melalui klasterisasi beberapa pelabuhan perikanan di Pantura
Jawa digunakan untuk mengetahui peran dan fungsi pelabuhan tersebut.
Klasterisasi akan mengefisienkan alokasi sumberdaya, dapat mengendalikan
persaingan antar pelabuhan perikanan yang terdekat (Zulham, A;Saptanto, S
2012). Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai pola

2
hubungan antar pelabuhan dalam klasterisasi pelabuhan perikanan di Pantai Utara
Jawa berdasarkan aspek operasional dan distribusi hasil tangkapan.

Perumusan Masalah
1. Apakah fasilitas pelabuhan perikanan khususnya yang menunjang aktivitas
operasional di wilayah Pantai Utara Jawa masih terbatas dan belum lengkap
sesuai dengan regulasi yang ada?.
2. Pelabuhan perikanan di Pantai Utara Jawa memiliki fungsi penting sebagai
pusat pemasaran dan distribusi hasil tangkapan. Bagaimana pola distribusi hasil
tangkapan pelabuhan perikanan yang ada saat ini?.
3. Hubungan pelabuhan perikanan di Pantura Jawa perlu dianalisis agar
berimplikasi pada efisiensi alokasi sumberdaya perikanan di Pantura Jawa.
Bagaimana merumuskan pola hubungan pelabuhan perikanan berdasarkan
aspek operasional dan distribusi hasil tangkapan?.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menentukan tingkat operasional dan mengkaji kelengkapan fasilitas pelabuhan
perikanan.
2. Mendapatkan pola distribusi hasil tangkapan pada pelabuhan perikanan.
3. Merumuskan pola hubungan pelabuhan perikanan di wilayah Pantai Utara
Jawa.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
pemerintah pusat dan daerah sebagai informasi dalam pengelolaan Pelabuhan
Perikanan di wilayah Pantai Utara Jawa. Selain itu bagi akademisi hasil dari
penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitianpenelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup tingkat operasional dan fasilitas
pelabuhan perikanan, pola distribusi hasil tangkapan dan pola hubungan
pelabuhan perikanan. Objek penelitian meliputi kedua belas pelabuhan perikanan
yang dipilih pada lima provinsi wilayah Pantai Utara Jawa berdasarkan Keputusan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 45/KEPMEN-KP/2014 tentang Rencana
Induk Pelabuhan Perikanan Nasional. Pelabuhan perikanan yang dimaksud adalah
PPN Karangantu, PPS Nizam Zachman Jakarta, PPN Kejawanan, PPP Eretan
Wetan, PPI Karangsong, PPN Pekalongan, PPP Asemdoyong, PPP Klidang Lor,
PPP Morodemak, PPP Bajomulyo, PPI Bulu dan PPN Brondong.

3
Kerangka Pemikiran
Pelabuhan Perikanan seringkali menjadi barometer majunya perikanan
tangkap di suatu daerah karena kita dapat melihat perkembangan unsur-unsur
yang berperan dalam usaha perikanan seperti ikan, kapal perikanan, alat
penangkapan ikan, nelayan, pengusaha perikanan dan pasar ikan. Seringkali
pelabuhan perikanan dijadikan sarana untuk mengecek sistem pembangunan
perikanan melalui operasionalnya apakah sudah berjalan dengan baik atau
sebaliknya. Misalnya adanya aktivitas pendaratan ikan, penyaluran perbekalan,
monitoring mutu hasil tangkapan dan distribusi hasil tangkapan.
Kemajuan perikanan tangkap di suatu daerah akan mengalami hambatan dan
tantangan apabila usaha penangkapan ikan tidak terdapat fasilitas pelabuhan
perikanan. Tiadanya ketersediaan prasarana dan sarana untuk pendaratan ikan
yang lebih nyaman akan berakibat kapal-kapal menjadi cepat rusak dan mutu ikan
tidak terjamin dan akhirnya pengelolaan perikanan akan mengalami hambatan.
Dalam pelaksanaan pembangunan dan operasional pelabuhan perikanan
mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.08/MEN/2012 tentang Kepelabuhanan Perikanan. Direktorat Jenderal
Perikanan pada tahun 1994 telah membagi pelabuhan perikanan menurut 4 kelas,
yaitu Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS), Pelabuhan Perikanan Nusantara
(PPN), Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP), dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI).
Klasifikasi tersebut didasarkan pada aspek teknis dari sebuah pelabuhan perikanan.
Namun pengelolaannya belum dilakukan secara terpadu oleh pemerintah provinsi
dan kabupaten/kota yang berada di daerah tersebut sebagai satu wilayah perairan
seperti perairan laut Jawa.
Pengelolaan pelabuhan perikanan juga masih belum berkembang secara
optimal. Penyebabnya antara lain karena keterbatasan kondisi dan ketersediaan
fasilitas, jarak antara fishing ground/foreland serta lokasi PP/PPI yang tidak
menguntungkan, dan problem hasil distribusi hasil tangkapan ikan ke daerah
hinterland (Mahyuddin 2007).
Klasterisasi beberapa pelabuhan perikanan di Pantura Jawa dapat digunakan
untuk mengetahui dan mengoptimalkan peran dan fungsi pelabuhan perikanan.
Klasterisasi ini akan mengendalikan persaingan antara pelabuhan perikanan
(Zulham, A;Saptanto, S 2012). Disamping itu setiap pelabuhan perikanan akan
memainkan peran sesuai dengan kondisi yang dimilikinya sehingga peran
pelabuhan dapat diidentifikasi dalam menunjang hubungan antar pelabuhan
perikanan berdasarkan aspek operasional dan distribusi hasil tangkapan. Secara
skematis, kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

4

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

2 TINGKAT OPERASIONAL DAN FASILITAS PELABUHAN
Pendahuluan
Keberhasilan operasi penangkapan ikan tidak terlepas dari peran prasarana
perikanan tangkap berupa pelabuhan perikanan. Pelabuhan perikanan menjadi
komponen penting sebagai pusat kegiatan perikanan tangkap karena dilengkapi
dengan fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung semua kegiatan perikanan.
Namun dalam realitanya selama ini permasalahan yang ada di pelabuhan
perikanan khususnya di wilayah Pantura Jawa adalah rendahnya tingkat
operasional dan fasilitas pelabuhan perikanan yang disebabkan faktor internal dan
eksternal di masing-masing lokasi pelabuhan perikanan. Padahal pelabuhan
perikanan yang sudah dibangun selayaknya mampu berfungsi dalam mendukung
kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya
ikan dan lingkungannya. Oleh karena itu diperlukan adanya penilaian aktivitas
operasional seperti aktivitas pendaratan, penyaluran perbekalan, dan distribusi
pemasaran hasil tangkapan serta penilaian ketersediaan fasilitas pelabuhan
perikanan sehingga dapat digunakan untuk mengetahui aktivitas yang optimal dan
kurang optimal. Adanya penyediaan fasilitas pelabuhan yang kurang mencukupi
diharapkan kedepannya pemerintah pusat dan daerah bisa bersinergi untuk
melengkapi fasilitas pelabuhan sehingga pelabuhan perikanan dapat berfungsi
secara optimal bagi peningkatan keseluruhan aktivitas kepelabuhanan. Penelitian
ini bertujuan untuk menentukan tingkat operasional dan mengkaji kelengkapan
fasilitas pelabuhan perikanan di wilayah Pantura Jawa.

5
Metode Penelitian
Waktu dan tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2015. Lokasi
penelitian dilakukan pada dua belas tempat pelabuhan perikanan di wilayah
pantura Jawa. Alasan pengambilan lokasi penelitian karena telah mewakili kelas
pelabuhan perikanan di Pantai Utara Jawa. Pelabuhan perikanan yang dimaksud
yaitu PPN Karangantu Kota Serang Provinsi Banten, PPS Nizam Zachman Jakarta
Kota Jakarta Utara Provinsi DKI Jakarta, PPN Kejawanan Kota Cirebon Provinsi
Jawa Barat, PPP Eretan Wetan Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat, PPI
Karangsong Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat, PPN Pekalongan Kota
Pekalongan Provinsi Jawa Tengah, PPP Asemdoyong Kabupaten Pemalang
Provinsi Jawa Tengah, PPP Klidang Lor Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah,
PPP Morodemak Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah, PPP Bajomulyo
Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah, PPN Brondong Kabupaten Lamongan
Provinsi Jawa Timur dan PPI Bulu Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur.
Pengumpulan data
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode survei. Hal yang diamati
mengenai aspek operasional 12 pelabuhan perikanan di Pantura Jawa antara lain
aktivitas pendaratan ikan, pelelangan hasil tangkapan, penyediaan perbekalan
melaut, dan pemasaran hasil tangkapan.
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer dilakukan dengan metode observasi dan wawancara terhadap responden.
Penentuan responden dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu
mengambil sampel yang dianggap dapat mewakili kepentingan penelitian dan
dapat berkomunikasi dengan baik terhadap permasalahan penelitian. Pihak yang
diwawancarai antara lain pengelola pelabuhan (2 orang), nelayan (10 orang), dan
pedagang (4 orang). Data sekunder diperoleh dari beberapa instansi terkait yaitu
Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan (PIPP) Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Dinas Kelautan Perikanan, dan Pelabuhan Perikanan. Data-data yang
dikumpulkan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan tentang tingkat operasional dan fasilitas
Tujuan
Menentukan tingkat
operasional dan
mengkaji
kelengkapan
fasilitas pelabuhan
perikanan

Data yang Dibutuhkan
 Fasilitas pelabuhan
perikanan (jumlah,
ketersediaan dan
pemanfaatan
fasilitasnya)
 Produksi hasil
tangkapan, frekuensi
kunjungan dan ukuran
kapal mendaratkan
hasil tangkapan

Sumber Data
 Pusat Informasi
Pelabuhan
Perikanan KKP
 Dinas Kelautan
dan Perikanan
 Pengelola
pelabuhan
 Nelayan
 Pedagang

Metode
Data sekunder,
wawancara,
observasi
lapangan

6
Analisis data
1. Analisis tingkat operasional pelabuhan
Analisis tingkat operasional masing-masing pelabuhan perikanan di Pantura
Jawa dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif terhadap
operasional atau aktivitas-aktivitas di tiap PP/PPI. Aktivitasnya meliputi aktivitas
pendaratan ikan (volume produksi ikan yang didaratkan, jumlah dan jenis
kunjungan kapal perikanan), aktivitas pelelangan hasil tangkapan (ada atau
tidaknya pelelangan hasil tangkapan), aktivitas pelayanan kebutuhan melaut (es,
solar, dan air bersih) dan aktivitas pemasaran/pendistribusian hasil tangkapan.
Analisis deskriptif komparatif dilakukan melalui penyajian tabel dari data
operasional atau aktivitas-aktivitas di pelabuhan perikanan.
2. Analisis kelengkapan fasilitas pelabuhan
Analisis terhadap kelengkapan fasilitas pelabuhan perikanan dilakukan
dengan melihat kondisi, ketersediaan dan pemanfaatan fasilitas pelabuhan
perikanan dalam rangka melayani aktifitas-aktifitas penangkapan ikan.
Ketersediaan fasilitas dilihat dengan melihat fasilitas yang dibutuhkan baik
fasilitas pokok, fungsional maupun penunjang yang harus ada di suatu pelabuhan
perikanan, dengan mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kepelabuhan Perikanan. Ketersediaan dalam aspek
kondisi fasilitas pelabuhan perikanan ditunjukkan dengan BB, KB, R dan T yaitu:
BB = Berfungsi Baik, KB = Kurang Berfungsi, R = Rusak dan T = Tidak Tersedia.
Kondisi berfungsi baik adalah bila kondisi tersedianya suatu fasilitas pelabuhan
perikanan dapat berfungsi secara baik atau layak digunakan sebagaimana
mestinya. Kurang berfungsi adalah bila kondisi tersedianya suatu fasilitas
pelabuhan perikanan kurang berfungsi dalam penggunaannya. Rusak adalah bila
kondisi tersedianya suatu fasilitas pelabuhan perikanan sudah tidak berfungsi atau
tidak bisa digunakan. Tidak tersedia adalah sarana dalam fasilitas pelabuhan
perikanan tidak ada. Adapun ketersediaan dalam aspek tingkat pemanfaatan
fasilitas pelabuhan perikanan ditunjukkan dengan O, K, T, dan TT dimana O =
Optimal, K = Kurang optimal, T = Tidak optimal dan TT = Tidak tersedia.
Tingkat pemanfaatan optimal adalah bila sebagian besar fasilitas pelabuhan
perikanan telah dimanfaatkan dengan baik sesuai kapasitas. Kurang optimal
adalah bila sebagian besar fasilitas pelabuhan kurang dimanfaatkan sesuai
kapasitas. Tidak optimal adalah bila sebagian besar fasilitas pelabuhan tidak
dimanfaatkan sesuai kapasitas. Tidak tersedia adalah bila sarana dalam fasilitas
pelabuhan perikanan tidak ada sehingga tidak bisa dimanfaatkan.
Hasil dan Pembahasan
Tingkat operasional pelabuhan perikanan
Operasional pelabuhan perikanan meliputi kelompok aktivitas yang berada
di dalam pelabuhan yaitu aktivitas tambat labuh/pendaratan ikan, pelelangan,

7
penyaluran perbekalan dan aktivitas pemasaran/pendistribusian hasil tangkapan.
Tiap pelabuhan memiliki tingkat operasional yang berbeda-beda.
1. Aktivitas pendaratan ikan
Pelabuhan perikanan di Pantai Utara Jawa dalam penelitian ini berada di
daerah pantai, sehingga aktivitas pendaratan banyak dilakukan di pesisir pantai.
Sebagian besar ikan yang didaratkan merupakan hasil tangkapan dari laut dan
sedikit yang dihasilkan dari daerah lain yang diangkut melalui transportasi darat.
Umumnya proses pendaratan hasil tangkapan dimulai dengan
pembongkaran hasil tangkapan di atas kapal. Ikan sudah diletakkan di atas basket.
Tubuh ikan sudah dicuci dengan air laut atau air sungai untuk menghilangkan
kotoran yang menempel dan telah disortir menurut jenis ikannya. Setelah itu baru
ikan-ikan tersebut diangkut ke TPI untuk dilakukan pelelangan ataupun tidak.
Pengangkutan umumnya hanya menggunakan tenaga manusia dengan cara
pikulan. Pengangkutan dilakukan dengan alat bantu seperti kereta pangangkut
ikan atau disebut lori yang disediakan oleh TPI. Selain itu sarana yang digunakan
selama pendaratan hasil tangkapan yaitu keranjang, gerobak, dan timbangan.
Aktivitas produksi perikanan di pelabuhan perikanan pantura Jawa
umumnya terdiri dari dua jenis, yaitu produksi yang berasal dari laut dan produksi
ikan yang berasal dari daerah lain melalui jalan darat. Produksi ikan yang berasal
dari laut adalah ikan yang ditangkap oleh nelayan di laut dengan menggunakan
kapal perikanan, sedangkan produksi ikan yang berasal dari daerah lain adalah
ikan yang dibawa dari luar pelabuhan melalui jalan darat. Berikut jumlah produksi
perikanan di tiap PP/PPI terpilih mulai dari barat sampai timur pantura Jawa dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Volume produksi ikan di 12 pelabuhan perikanan tahun 2014
No
Nama Pelabuhan
Produksi (kg)
PPN
Karangantu
2.644.462,68
1
PPS Nizam Zachman
238.487.776,30
2
PPN Kejawanan
4.747.848,27
3
PPP
Eretan
Wetan
11.238.000
4
PPI Karangsong
290.313
5
PPN Pekalongan
13.892.706,57
6
PPP Asemdoyong
770.051,50
7
PPP Klidang Lor
869.397
8
PPP
Morodemak
4.421.170
9
PPP Bajomulyo
5.553.348
10
PPN Brondong
71.626.407
11
PPI Bulu
5.146.000
12
Sumber: Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan (PIPP), 2015

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa volume produksi tinggi terjadi di PPS
Nizam Zachman Jakarta pada kedua belas pelabuhan perikanan di Pantura Jawa.
Dilanjutkan dengan PPN Brondong, PPN Pekalongan, PPP Eretan Wetan dan PPP
Bajomulyo. Tingginya produksi ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta dikarenakan
adanya peningkatan fasilitas dan kapasitas pelabuhan dan PPS Nizam Zachman

8
melayani kapal-kapal perikanan dalam skala besar. Secara umum penyebab
terjadinya perbedaan produksi hasil tangkapan adalah terkait dengan adanya
kriteria operasional pelabuhan perikanan yaitu adanya ketersediaan fasilitas.
Disamping itu kesadaran nelayan untuk mendaratkan ikan di pelabuhan, musim
dan kondisi daerah penangkapan juga ikut mempengaruhi.
Adapun kunjungan kapal di pelabuhan perikanan terdiri dari tambat dan
labuh. Tambat adalah apabila kapal mengikat tali atau bersandar di tempat tertentu
untuk melakukan kegiatan membongkar hasil tangkapan, sementara kapal
dikatakan berlabuh apabila setelah membongkar hasil tangkapan kapal bersandar
atau mengikat tali di tempat tertentu yang bukan tempat bongkar untuk
beristirahat dan menunggu keberangkatan ke laut. Fasilitas tambat adalah berupa
dermaga, sedangkan fasilitas labuh adalah kolam pelabuhan atau tempat yang
dibangun khusus untuk labuh. Berdasarkan hasil survei didapatkan data mengenai
jumlah kunjungan kapal yang mendaratkan hasil tangkapannya pada tahun 2014.
Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Frekuensi kunjungan kapal yang mendaratkan hasil tangkapan di tiap
pelabuhan tahun 2014
Gross Tonage kapal (GT)
No

Pelabuhan

1

PPN Karangantu

2
3

PPS Nizam
Zachman
PPN Kejawanan

4

PPP Eretan Wetan

5

1020
9.964 2.566
200 Jumlah
200
0
0 12.743
1.166

55

3.859

64

0

0

379

0

0

0

0

1.101

261

0

0

0

0

6.066

433

582

16

175

9

0

1.493

1

0

0

0

0

0

1.431

423 1.106

1

4

0

0

1.544

373

0

0

0

0

1.546

0 2.467

24

53

5

0

2.549

3.148 1.267 1.633

0

0

0

0

6.048

0

0

0

0

618

0

0

506

112

0

Sumber: Pelabuhan Perikanan, 2015

Berdasarkan Tabel 3 didapatkan informasi bahwa Jenis armada
penangkapan ikan yang berada di pelabuhan perikanan Pantura Jawa terdiri dari
kapal yang berukuran 200 GT. Kunjungan kapal terbesar
terdapat di PPN Karangantu dengan jumlah kunjungan 12.743 kali dengan kapal
yang mendominasi ukuran 200 GT untuk
mendaratkan hasil tangkapannya hanya terdapat di PPS Nizam Zachman. Hal itu
disebabkan armada penangkapan di PPS Nizam Zachman terdapat kapal-kapal
berukuran besar yang memiliki daerah penangkapan ikan hingga mencapai
perairan Samudera Hindia meliputi perairan Barat Sumatera dan perairan Selatan
Jawa dan hasil tangkapan yang didaratkan ada yang dipasarkan untuk tujuan
ekspor khususnya komoditas kelompok tuna seperti tuna mata besar, madidihang
dan cakalang. Jumlah kunjungan kapal beserta ukurannya memiliki hubungan
dengan ketersediaan fasilitas. Kapal dengan ukurannya akan cenderung memilih
pelabuhan yang memiliki fasilitas pelabuhan yang lengkap dan sesuai dengan
ukurannya. Sebagaimana pada tabel 3 kunjungan kapal terbanyak dengan ukuran
>30 GT sampai >200 GT terdapat pada PPS Nizam Zachman mengingat
ketersediaan fasilitas yang cenderung lengkap dibanding dengan pelabuhan
lainnya.
2. Aktivitas pelelangan
Pelelangan ikan adalah kegiatan awal dari sistem pemasaran ikan di
pelabuhan perikanan untuk mendapatkan harga yang layak, khususnya bagi
nelayan (Lubis 2012). Selama penelitian, tidak semua pelabuhan perikanan yang
melaksanakan aktivitas pelelangan ikan. Lubis menyatakan bahwa hanya 40%
dari seluruh PP dan PPI yang melaksanakan pelelangan ikan, sebagian lagi dengan
sistem opow yaitu pembeli lelang dan penjual lelang adalah orang yang sama
yaitu pemilik kapal.
Kondisi tersebut termasuk juga dialami pada pelabuhan di Pantura Jawa.
Penyebab tidak berjalannya pelelangan ikan di Pantura Jawa antara lain
disebabkan adanya sistem tengkulak sehingga nelayan lebih berminat untuk
menjual hasil tangkapan kepada mereka. Lemahnya permodalan nelayan untuk
melaut mengakibatkan adanya keterikatan nelayan dengan tengkulak dalam wujud
hubungan timbal balik dimana tengkulak berperan sebagai pemberi pinjaman
modal sedangkan nelayan menjual hasil tangkapannya kepada tengkulak.
Di sisi lain pelelangan ikan tidak berjalan disebabkan fasilitas TPI hanya
melakukan penimbangan dan pencatatan saja, selebihnya diserahkan kepada bakul
seperti yang terjadi di PPN Karangantu provinsi Banten. Selain itu tidak
terjadinya pelelangan ikan di TPI pelabuhan perikanan Pantura Jawa dikarenakan
kapal-kapal yang bertambat labuh merupakan kapal milik perusahaan swasta yang
berada di sekitar pelabuhan. Hasil tangkapan kapal-kapal tersebut langsung
dibongkar dan disortir di TPI lalu kemudian langsung masuk ke perusahaanperusahaan untuk diolah misalnya dalam bentuk ikan segar, ikan asin dan ikan
kalengan ataupun langsung dikemas untuk ekspor ke luar negeri sebagaimana
yang terjadi di PPN Kejawanan provinsi Jawa Barat.
Berdasarkan penelitian, beberapa pelabuhan perikanan di Pantura Jawa yang
terdapat aktivitas pelelangan ikan adalah PPS Nizam Zachman, PPP Eretan Wetan,
PPI karangsong, PPN Pekalongan, PPP Asemdoyong, PPP Morodemak, PPP
Bajomulyo dan PPP Klidong Lor.
Pelelangan umumnya diikuti oleh juru lelang, juru catat, juru timbang,
nelayan atau pemilik kapal dan pengumpul/bakul/pembeli. Pelelangan di PPS
Nizam Zachman Jakarta terdapat pelelangan yang dikenal opow. Meskipun
demikian pelelangan mesti tetap dijalankan sesuai dengan Perda DKI Jakarta.

10
Hasil tangkapan yang telah dilelang biasanya diangkut ke pasar atau dibawa oleh
pembeli/pengumpul. Pada PPP Eretan Wetan lelang dilakukan oleh KUD Misaya
Mina. Ikan yang dilelang dibeli oleh pengumpul untuk kemudian dijual kembali.
Selain pengumpul, peserta lelang biasanya juga diikuti oleh pengolah ikan.
Proses pelelangan pada PPN Pekalongan dikelola oleh KUD Makaryo Mino.
Pembeli di TPI merupakan pedagang pengumpul atau bakul. Setiap bakul yang
ingin melakukan transaksi lelang sudah terdaftar terlebih dahulu di TPI PPN
Pekalongan. Hasil tangkapan yang sudah selesai dilelang, selanjutnya
pengumpul/bakul akan menjual hasil tangkapan ke pengolah ikan, pedagang kecil,
dan rumah makan kemudian sampai ke konsumen akhir.
Pelabuhan perikanan lainnya yang mengadakan lelang umumnya ikan yang
didaratkan oleh nelayan dilelang kepada pengumpul. Keberadaan aktivitas
pelelangan ikan di dua belas pelabuhan perikanan di Pantura Jawa sebagaimana
terdapat pada Tabel 4.
Tabel 4 Keberadaan aktivitas pelelangan ikan di 12 pelabuhan
perikanan pantura Jawa
Pelabuhan Perikanan
PPN Karangantu
PPS Nizam Zachman
PPN Kejawanan
PPP Eretan Wetan
PPI Karangsong
PPN Pekalongan
PPP Asemdoyong
PPP Klidang Lor
PPP Morodemak
PPP Bajomulyo
PPN Brondong
PPI Bulu

Pelelangan
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada

3. Aktivitas penyaluran perbekalan
Penyaluran perbekalan di pelabuhan perikanan Pantura Jawa berasal dari
luar pelabuhan dan dalam pelabuhan. Pada waktu melaut nelayan harus
menyiapkan segala kebutuhan perbekalan yang cukup dan memadai. Aktivitas
penyediaan bahan perbekalan melaut untuk masing-masing pelabuhan berbeda
satu dengan yang lain. Pelabuhan yang berkelas PPP dan PPI sebagian besar
melakukan operasi penangkapan selama sehari yaitu berangkat malam pulang
pagi/siang, sehingga tidak membutuhkan perbekalan yang terlalu besar sedangkan
untuk pelabuhan tipe PPS dan PPN operasi penangkapan bisa lebih dari sehari
atau seminggu bahkan mencapai sebulan sehingga membutuhkan perbekalan yang
besar.
Berdasarkan wawancara pelabuhan perikanan kelas PPS dan PPN
kebutuhan perbekalan seperti kebutuhan es, air tawar dan solar, nelayan mendapat
pasokan dari Perum Perindo sedangkan perbekalan berupa garam, oli, dan bahan
makanan nelayan mendapatkan dari unit usaha kecil. Adapun pelabuhan tipe PPP

11
dan PPI kebutuhan perbekalan umumnya didapatkan melalui pemilik
kapal/pemodal ataupun secara perseorangan berupa agen/kios di sekitar pelabuhan.
4. Aktivitas pemasaran
Aktivitas pemasaran ikan yang terjadi di pelabuhan perikanan diawali
dengan masuknya ikan ke pelabuhan perikanan. Ikan yang masuk ke pelabuhan
ada yang berasal dari dalam pelabuhan (dari kapal) dan luar pelabuhan. Umumnya
komoditas hasil tangkapan nelayan yang didaratkan dari kapal, kemudian masuk
ke TPI atau tanpa TPI. Setelah itu ikan dibawa ke pasar baik pasar lokal, regional
maupun ekspor. Aktivitas pemasaran hasil tangkapan di setiap pelabuhan
perikanan Pantura Jawa berbeda antara satu dengan yang lain. Secara garis besar
pelabuhan perikanan di Pantura Jawa memiliki dua bentuk kegiatan pemasaran
yaitu melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan tidak melalui TPI. Ikan-ikan
yang dipasarkan melalui TPI di beberapa pelabuhan ada yang dilelang maupun
tidak dilelang sebagaimana mestinya. Dalam hal ini hanya dilakukan
penimbangan saja.
Berdasarkan tujuan pemasarannya, kegiatan pemasaran hasil tangkapan
pada pelabuhan perikanan di wilayah Pantura Jawa dikelompokkan menjadi empat
macam yaitu pemasaran lokal, regional, luar Jawa dan luar negeri sebagaimana
yang disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Tujuan pemasaran ikan di 12 pelabuhan perikanan Pantura Jawa
tahun 2014
Pelabuhan Perikanan
PPN Karangantu
PPS Nizam Zachman
PPN Kejawanan
PPP Eretan Wetan
PPI Karangsong
PPN Pekalongan
PPP Asemdoyong
PPP Klidang Lor
PPP Morodemak
PPP Bajomulyo
PPN Brondong
PPI Bulu

Lokal













Tujuan Pemasaran
Regional
Luar Jawa
Luar Negeri

















-

Sumber: KKP, 2015
Keterangan:
√: Ada pemasaran, - : Tidak ada pemasaran

Berdasarkan Tabel 5 tujuan pemasaran ikan didominasi oleh tujuan lokal
dan regional. Aktivitas pemasaran lokal meliputi pemasaran hasil tangkapan
dalam suatu wilayah kota/kabupaten pelabuhan perikanan berada. Pemasaran
regional meliputi pemasaran antar kota dan antar propinsi. Sementara pemasaran
luar Jawa merupakan pemasaran antar pulau. Selanjutnya pemasaran ekspor

12
meliputi tujuan pemasaran antar negara. Pemasaran hasil tangkapan di setiap
pelabuhan perikanan Pantura Jawa terbagi atas pemasaran hasil tangkapan segar
dan hasil tangkapan olahan.
Pemasaran hasil tangkapan segar untuk daerah lokal dilakukan oleh
pedagang atau bakul dengan menggunakan sarana transportasi seperti sepeda
motor, kendaraan bermotor roda tiga, dan mobil bak terbuka. Sementara
pemasaran hasil tangkapan segar untuk regional (antar kota dan antar propinsi)
dan luar Jawa menggunakan mobil bak terbuka dan mobil truk berpendingin. Pada
pemasaran lokal, regional dan luar Jawa sebelum aktivitas proses pemasaran
dilakukan, pedagang besar melakukan pengepakan ikan dengan menggunakan
keranjang fiber. Ikan dimasukkan kedalam keranjang fiber kemudian diisi es dan
penaburan garam untuk pengawetan hasil tangkapan. Sementara hasil tangkapan
dalam bentuk olahan untuk pemasaran lokal dan regional di pelabuhan perikanan
Pantura Jawa terdapat dalam bentuk pengeringan, pemindangan atau pengasapan
dan pengasinan.
Adapun pemasaran hasil tangkapan untuk ekspor ke luar negeri dilakukan
melalui Bandara seperti Bandara Soekarno Hatta. Ikan-ikan yang diekspor
biasanya melalui perusahaan-perusahaan swasta yang ada di sekitar PPS dan PPN
di Pantura Jawa maupun yang di luar pelabuhan untuk dilakukan pembekuan dan
pengepakan. Ikan yang diekspor bisa dalam bentuk segar yang dibekukan ataupun
olahan (ikan kaleng). Dari sisi penyediaan ikan untuk pelabuhan tipe PPS dan
PPN biasanya ikan-ikan yang dijual dan diolah di pelabuhan perikanan itu selain
dari laut juga berasal dari daerah lain yang dibawa ke pelabuhan yang dituju baik
melalui jalan darat (truk) maupun laut (kapal collecting) salah satunya yang
terdapat di PPN Brondong Provinsi Jawa Timur.
Fasilitas Pelabuhan Perikanan
Tingkat operasional di pelabuhan perikanan sangat dipengaruhi oleh
keberadaan fasilitas. Fasilitas yang terdapat di pelabuhan perikanan Pantura Jawa
terdiri atas fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang. Setiap
pelabuhan memiliki kondisi fasilitas dan tingkat pemanfaatan yang berbeda.
Fasilitas pelabuhan perikanan sangat penting dalam pengelolaan dan
pengembangan perikanan tangkap yaitu sebagai interface antara kegiatan
penangkapan ikan di laut dan pengolahan serta pemasaran di darat. Peran
pelabuhan perikanan terlihat dari fungsi pelabuhan perikanan yang tertuang pada
UU No 45 tahun 2009 sebagai perubahan UU No 31 tahun 2004 tentang
perikanan. Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa fungsi pelabuhan
perikanan dapat berupa fungsi pemerintahan dan fungsi bisnis perikanan tangkap
yaitu (a) pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan; (b) pelayanan bongkar
muat; (c). pelayanan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan; (d)
pemasaran dan distribusi ikan; (e). pengumpulan data tangkapan dan hasil
perikanan; (f). tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat
nelayan; (g) pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan; (h) tempat
pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan; (i) pelaksanaan
kesyahbandaran; (j) tempat pelaksanaan fungsi karantina ikan; (k). publikasi hasil
pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas kapal perikanan;
(l) tempat publikasi hasil riset kelautan dan perikanan; (m). pemantauan wilayah
pesisir dan wisata bahari; dan/atau (n). pengendalian lingkungan.

13
Pengembangan pelabuhan perikanan terutama dalam konteks wilayah
hendaknya dipahami sebagai suatu proses pengembangan fungsi-fungsi yang ada
dalam wilayah tersebut termasuk fungsi-fungsi ekonomi (Solihin dan Rokhman
2009).
Fasilitas pelabuhan perikanan hendaknya dapat berfungsi dengan baik,
namun demikian masih terdapat pelabuhan dengan fasilitas kurang berfungsi.
Secara umum fasilitas pelabuhan di dua belas pelabuhan perikanan Pantura Jawa
terdiri dari fasilitas pokok yaitu dermaga, kolam pelabuhan, jalan komplek
pelabuhan, drainase dan lahan pelabuhan. Fasilitas fungsional antara lain tempat
pelelangan ikan (TPI), instalasi air bersih, listrik, bahan bakar minyak/SPDN,
perkantoran dan pabrik es. Fasilitas penunjang yang terdapat di pelabuhan
perikanan pantura jawa meliputi semua fasilitas yang menunjang aktivitas atau
memberi kemudahan bagi pelaku dunia usaha (nelayan, pedagang, pengolah),
misalnya balai pertemuan nelayan, WC, mushola dan pertokoan.
Untuk lebih jelasnya, fasilitas yang terdapat di pelabuhan perikanan yang
mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.08/MEN/2012 pasal 4 dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Kondisi dan ketersediaan fasilitas 12 pelabuhan perikanan di pantura
Jawa
Fasilitas Pokok
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Penahan gelombang
(breakwater)
Turap (revetment)
Penahan sedimen (Groin)
dermaga
jetty
kolam pelabuhan
alur pelayaran
Jalan kompleks
Drainase
lahan (m2)

A

B

C

D

E

Pelabuhan
F
G
H

I

J

K

L

BB

BB

BB

BB

BB

BB

T

KB

BB

T

BB

BB

BB
T
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB

BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB

BB
T
KB
BB
BB
BB
BB
BB
BB

T
T
BB
T
BB
T
BB
BB
BB

BB
T
BB
BB
BB
BB
BB
BB
BB

BB
T
BB
BB
KB
BB
BB
BB
BB

KB
T
KB
KB
KB
BB
BB
KB
KB

KB
T
KB
T
KB
KB
BB
T
KB

BB
T
BB
T
BB
BB
BB
BB
BB

T
T
BB
T
KB
BB
BB
BB
BB

BB
T
BB
BB
BB
T
BB
BB
BB

T
T
BB
T
BB
T
BB
BB
BB

BB

BB

BB

BB

BB

BB

KB

BB

BB

BB

BB

BB

BB
BB
BB
T
T
T

BB
BB
BB
BB
BB
BB

BB
BB
BB
BB
BB
BB

T
T
BB
T
R
BB

BB
T
BB
BB
BB
BB

BB
BB
BB
BB
BB
T

T
T
T
T
T
T

BB
BB
BB
BB
BB
T

BB
BB
T
T
BB
T

BB
T
T
T
BB
T

BB
BB
BB
BB
BB
T

T
T
T
T
T
T

BB
BB

BB
BB

BB
BB

KB
BB

BB
BB

BB
T

KB
KB

BB
BB

BB
BB

BB
BB

BB
BB

BB
BB

BB
BB

BB
BB

BB
BB

R
BB

BB
BB

BB
BB

T
KB

BB
BB

BB
BB

T
BB

BB
BB

BB
BB

BB
BB
BB

BB
BB
BB

BB
BB
BB

R
BB
BB

BB
T
BB

T
T
T

T
T
KB

BB
BB
BB

T
T
BB

T
T
T

T
BB
T

T
T
T

Fasilitas Fungsional
1
2

3

4

Tempat Pemasaran Ikan
(TPI)
Navigasi pelayaran dan
komunikasi
a.Telepon
b.Internet
c.Radio Komunikasi
d.Rambu-rambu
e.Lampu Suar
f.Menara Pengawas
Instalasi
a.Air Bersih
b.Instalasi Bahan Bakar
Minyak (BBM) / SPDN
c.Es
d.Instalasi Listrik
Tempat Pemeliharaan
Kapal dan Alat
Penangkapan Ikan
a.Dock/Slipway
b.Bengkel
b.Tempat Perbaikan Alat
Penangkapan Ikan

14

Lanjutan Tabel 6
Fasilitas Fungsional

Pelabuhan
F
G

A

B

C

D

E

T
T

BB
BB

T
T

T
T

T
T

T
BB

BB
BB
T
BB

BB
BB
BB
BB

BB
BB
T
BB

BB
T
T
T

BB
BB
T
T

BB

BB

BB

T

BB

BB

BB

BB

BB

Balai Pertemuan Nelayan
BB
Mess Operator
BB
Wisma Nelayan
BB
Fasilitas Sosial dan
Umum
a.Tempat Peribadatan
BB
b.Mandi Cuci Kakus
BB
(MCK)
BB
5 Pertokoan
BB
6 Pos Jaga
33
Jumlah ketersediaan
33
Jumlah BB
0
Jumlah KB
0
Jumlah R

5

6

7
8

9

Tempat Penanganan dan
Pengolahan Hasil
Perikanan
a.Transit sheed
b.Laboratorium
Pembinaan Mutu
Perkantoran
a.Kantor Administrasi
b.Pos Pelayanan Terpadu
c.Perbankan
Transportasi (alat angkut
ikan)
Kebersihan dan
Pengolahan Limbah
a.Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL)
b.Tempat Pembuangan
Sementara (TPS)
Pengamanan Kawasan
a.Pagar Kawasan

H

I

J

K

L

KB
T

KB
T

KB
T

T
T

T
T

T
T

T
BB
T
BB

KB
KB
T
T

BB
BB
T
BB

BB
BB
T
T

BB
T
BB
BB

BB
T
T
BB

KB
T
T
T

T

BB

T

T

T

T

BB

T

T

T

T

T

BB

BB

BB

BB

T

BB

T

T

BB

T

BB

BB

T

BB

T

BB
BB
BB

BB
BB
BB

T
T
T

BB
T
BB

BB
BB
BB

T
KB
T

BB
T
T

BB
T
T

BB
T
BB

BB
BB
BB

T
KB
T

BB
BB

BB
BB

BB
BB

BB
BB

BB
BB

BB
KB

T
T

BB
BB

BB
BB

BB
BB

T
BB

BB
BB
BB
BB
40
36
40
35
0
1
0
0

BB
BB

BB
BB

BB
BB

BB
KB
21
4
17
0

T
T

BB
KB

BB
BB

BB
BB

BB
R
16
13
2
1

Fasilitas Penunjang

1
2
3
4

22
18
1
3

29
29
0
0

30
29
1
0

27
20
7
0

27
25
2
0

22
21
1
0

31
31
0
0

Sumber: KKP dan DKP Provinsi, 2014; diolah kembali
Keterangan:
A: PPN Karangantu
B: PPS Nizam Zachman
C: PPN Kejawanan
D: PPP Eretan Wetan
E: PPI Karangsong
F: PPN Pekalongan

G: PPP Asemdoyong
H: PPP Klidang Lor
I : PPP Morodemak
J : PPP Bajomulyo
K : PPN Brondong
L : PPI Bulu

BB: Berfungsi Baik
KB: Kurang Berfungsi
R: Rusak/Tidak Berfungsi
T : Tidak tersedia

Tabel 6 menunjukkan bahwa dilihat dari ketersediaan fasilitas ternyata
masih terdapat pelabuhan perikanan di Pantura Jawa yang belum terpenuhi
fasilitas pelabuhan secara lengkap baik fasilitas pokok, fungsional maupun
penunjang, padahal regulasi tentang penetapan fasilitas pokok, fungsional dan
penunjang pelabuhan telah diatur pemerintah dalam Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor PER.08/MEN/2012 pasal 4. Fasilitas pokok seperti
breakwater, turap groin, jety, kolam pelabuhan, alur pelayaran dan drainase masih
ada yang belum tersedia di pelabuhan. Umumnya fasilitas pokok yang belum
tersedia di pelabuhan adalah penahan sedimen (groin).

15
Selain itu fasilitas fungsional juga masih ada yang belum tersedia seperti
internet, rambu-rambu, lampu suar, instalasi bahan bakar minyak, es,
dock/slipway, bengkel, transit sheed, laboratorium mutu, perbankan, transportasi
(alat angkut ikan), Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) dan pagar kawasan. Umumnya fasilitas fungsional yang belum
tersedia di pelabuhan adalah transit sheed, laboratorium pembinaan mutu,
perbankan dan IPAL. Sementara fasilitas penunjang yang masih belum tersedia
adalah Balai Pertemuan Nelayan, Mess Operator, dan Wisma Nalayan. Adapun
tingkat pemanfaatan fasilitas 12 pelabuhan perikanan di Pantura Jawa dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Tingkat pemanfaatan fasilitas 12 pelabuhan perikanan di pantura Jawa
Fasilitas Pokok
1

1
2

3

4

Pelabuhan
A
K

B
O

C
O

D
O

E
O

F
K

G
TT

H
K

I
K

J
TT

K
O

L
O

O

O

O

TT

O

O

K

K

K

TT

O

TT

2

Penahan gelombang
(breakwater)
Turap (revetment)

3

Penahan sedimen (Groin)

TT

O

TT

TT

TT

TT

TT

TT

TT

TT

TT

TT

4

dermaga

K

O

K

K

O

K

K

K

K

K

O

O

5

jetty

O

O

O

TT

O

K

K

TT

TT

TT

O

TT

6

kolam pelabuhan

K

O

K

K

O

K

K

K

K

K

O

O

7

alur pelayaran

O

O

O

TT

K

O

K

K

O

K

TT

TT

8

Jalan kompleks

O

O

O

O

O

O

K

K

O

O

O

O

9

Drainase

O

O

O

O

O

K

K

TT

K

O

O

O

10

lahan (m2)

O

O

O

K

O

O

K

K

O

O

O

O

Fasilitas Fungsional
Tempat Pemasaran Ikan (TPI)

K

O

O

O

O

K

K

O

K

O

O

O

Navigasi pelayaran dan
komunikasi
a.Telepon

O

O

O

TT

O

O

TT

K

O

O

O

TT

b.Internet

O

O

O

TT

TT

O

TT

K

O

TT

O

TT

c.Radio Komunikasi

O

O

O

O

O

O

TT

K

TT

TT

O

TT

d.Rambu-rambu

TT

O