Penanganan Hasil Tangkapan Tuna di Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap untuk Memenuhi Standar Pasar Ekspor

PENANGANAN HASIL TANGKAPAN TUNA DI PELABUHAN
PERIKANAN PANTAI PONDOKDADAP UNTUK MEMENUHI
STANDAR PASAR EKSPOR

IMAM FURQAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

ii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penanganan Hasil
Tangkapan Tuna di Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2017

Imam Furqan
NIM C451150071

RINGKASAN
IMAM FURQAN. Penanganan Hasil Tangkapan Tuna di Pelabuhan Perikanan
Pantai Pondokdadap untuk Memenuhi Standar Pasar Ekspor. Dibimbing oleh TRI
WIJI NURANI dan IIN SOLIHIN.
Keberpihakan pemerintah terhadap pentingnya mutu produk perikanan
telah ditetapkan dalam KEPMEN-KP 52A/2013 Tentang Persyaratan Jaminan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan
Distribusi. Kebijakan tersebut haruslah ditinjaklanjuti melalui implementasi
sistem mutu dalam aktivitas perikanan.
Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap merupakan pelabuhan penghasil
tuna terbesar di Jawa Timur, dengan hasil tangkapan pada tahun 2014 mencapai

3.546,4 ton (DKP Jawa Timur, 2015). Tujuan utama pemasaran hasil tangkapan
tuna tersebut yaitu untuk dipasarkan ke perusahaan pengekspor yang berada di
Jawa Timur dan sekitarnya yang kemudian diekspor menuju Amerika, Uni Eropa,
Kanada, Thailand dan negara lainnya. Namun demikian, sebagian besar pelaku
perikanan belum memahami cara penanganan yang baik, akibatnya sebagian ikan
tuna yang didaratkan memiliki kualitas yang tidak memenuhi standar pasar ekspor
dengan harga jual yang sangat murah. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui penanganan tuna yang saat ini dilakukan di PPP Pondokdadap
dan merekomendasikan strategi dan langkah-langkah yang harus dilakukan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil tangkapan nelayan guna memenuhi
permintaan pasar ekspor.
Penelitian ini bertujuan untuk; (1) menentukan tingkat kesesuaian
penanganan tuna di PPP Pondokdadap dengan standar yang telah ditetapkan, dan
(2) merumuskan strategi dan langkah-langkah pencapaiannya untuk keberhasilan
implementasi manajemen mutu ikan tuna sesuai KEPMEN-KP 52A/2013.
Adapun analisis data yang digunakan yaitu analisis kesenjangan (gap) untuk
menentukan tingkat kesesuaian penanganan tuna yang ada di PPP Pondokdadap
dengan standar yang telah ditetapkan dan analisis SWOT untuk merumuskan
strategi serta Balanced Scorecard untuk merumuskan langkah-langkah pencapaian
strategi.

Hasil penilaian tingkat kesesuaian penanganan tuna di PPP Pondokdadap
dengan standar yang telah ditetapkan yang meliputi cara penanganan, sumberdaya
manusia dan peralatan yaitu kurang sesuai dengan standar dengan tingkat
kesesuaian masing-masing sebesar 63%, 60% dan 61%, sedangkan unit
penangkapan dan fasilitas hampir sesuai dengan standar dengan tingkat
kesesuaian sebesar 72% dan 70%. Terdapat tujuh strategi dalam penerapan
kebijakan manajemen mutu di Sendangbiru yaitu; penggunaan teknologi,
perbaikan peralatan, fasilitas, kendaraan distribusi, pengadaan penyuluhan dan
pelatihan serta adanya pengawasan pada aktivitas penanganan tuna. Adapun
langkah jangka pendek yang harus dilakukan untuk pencapaian strategi yaitu
pengendalian mutu ikan selama proses produksi, peningkatan kapasitas listrik
dipelabuhan, penempelan poster peringatan serta terbentuknya pengawas mutu.
Kata kunci: ekspor tuna, penanganan tuna, PPP Pondokdadap,

iv

SUMMARY
IMAM FURQAN. Tuna Catch Handling in Pondokdadap Coastal Fishing Port to
Fulfill the Export Market Standard. Supervised by TRI WIJI NURANI and IIN
SOLIHIN

The government concern about the quality importance on fishery products
as set out in KEPMEN-KP/52A/2013 about the quality assurance requirements
and fishery safety products in the process of production, processing and
distribution. The policy should be followed up through the implementation of
quality systems in fisheries activities.
Pondokdadap Coastal Fishing Port is the largest tuna fishing port in East
Java, with catches in 2014 reached 3546.4 tons (DKP East Java, 2015). The main
purpose of tuna marketing was to market products to the export company in East
Java and its surroundings and then exported to the USA, Europe, Canada,
Thailand and other countries. However, the standard handling have not
understood by fishermen, and caused some of tuna in pondokdadap have not
standard quality products for export markets, so the fish are sold at bargain prices
to the traditional processing industries and around the traditional markets.
Therefore it is important to investigated the tuna handling was currently done in
Pondokdadap and recommend strategies and measures that should be carried out
so as to improve the quality of the catch in order to meet export market demand.
The purpose of this study was; (1) to determine the degree of conformity
of the tuna handling in Pondokdadap Coastal Fishing Port with established, and
(2) to formulate strategies and measures its achievements to the successful
implementation of quality management in accordance KEPMEN-KP / 52A / 2013.

Data analysis were carried out with the gap analysis and SWOT analysis to
formulate strategies and Balanced Scorecard to formulate measures the
achievement of the strategy.
The result of conformity assessment tuna handling in Pondokdadap with
established standards covering handling, manpower and equipment that is not in
accordance with the standard, while the environment and the facility is almost in
accordance with the standard. There are 7 strategies in the application of quality
management policies in Pondokdadap namely; The use of technology,
improvement of equipment, facilities, vehicle distribution, provision of counseling
and training and lack of oversight on the activities of tuna handling. As for shortterm measures that must be done to achieve that strategy fish quality control
during the production process, increasing electricity capacity in ports, pasting
posters warning and the formation of the quality watchdog.
Key words: tuna export, tuna handling, pondokdadap coastal fishing port

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENANGANAN HASIL TANGKAPAN TUNA DI PELABUHAN
PERIKANAN PANTAI PONDOKDADAP UNTUK MEMENUHI
STANDAR PASAR EKSPOR

IMAM FURQAN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Perikanan Laut

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017


2

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Anwar Bey Pane, DEA

4

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2016 ini ialah
penanganan tuna, dengan judul Penanganan Hasil Tangkapan Tuna di Pelabuhan
Perikanan Pantai Pondokdadap untuk Memenuhi Standar Pasar Ekspor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Tri Wiji Nurani, M.Si dan
Bapak Dr. Iin Solihin, S.Pi, M.Si selaku pembimbing. Disamping itu, ungkapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Goentoro Soepardi beserta staf
Unit Pengelola PPP Pondokdadap, yang telah membantu selama pengumpulan
data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu dan ayah tercinta serta
seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya, serta teman-teman seperjuangan
Pascasarjana (Magister) TPL 2015 atas kebersamaan dan semangatnya.

Penulis sangat berharap kritik dan saran demi penyempurnaan penulisan
dimasa yang akan datang. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2017
Imam Furqan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISTILAH

ii
viii
viii
ix

1

PENDAHULUAN
Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran

1
2
3
3
3

2

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Metode Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Analisis Data
Analisis Kesenjangan (Gap Analysis)
Analisis Perumusan Strategi Penerapan Kebijakan Manajemen Mutu


4
4
5
5
6
6
7

3

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap
Profil Perikanan Tuna
Deskripsi Unit Pancing Ulur (Handline )
Kapal
Alat Tangkap
Pengoperasian Alat Tangkap
Hasil Tangkapan
Kegiatan Ekspor Tuna di PPP Pondokdadap
Penanganan hasil tangkapan tuna

Penanganan tuna di atas kapal
Penanganan tuna saat dibongkar
Penanganan Tuna di TPI
Penanganan tuna di gudang penyimpanan
Penanganan Selama Proses Distribusi

4

IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU PADA PERIKANAN TUNA DI
SENDANGBIRU MALANG
19
Pendahuluan
19
Metode Penelitian
21
Metode Pengumpulan Data
21
Analisis Data
22
Hasil
22
Pembahasan
29
Kesimpulan
31

5

STRATEGI PENERAPAN KEBIJAKAN MANAJEMEN MUTU PADA
PERIKANAN TUNA DI SENDANGBIRU MALANG
31
Pendahuluan
31

8
8
8
9
9
10
11
11
12
13
14
14
15
16
19

ii
Metode Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengambilan Responden
Analisis Data
Hasil
Perumusan Strategi Berdasarkan Analisis SWOT
Perumusan Berbagai Perspektif
Perumusan Sasaran Strategis
Pengembangan Tolok ukur
Pembahasan
Kesimpulan

32
32
32
33
35
42
42
42
44
45
47

6

PEMBAHASAN UMUM

47

7

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

49
49
50

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

51
54
69

DAFTAR TABEL
1 Teknik analisis, kebutuhan dan jenis data
2 Jumlah armada penangkapan PPP Pondokdadap tahun 2013-2015
3 Jumlah Nelayan PPP Pondokdadap tahun 2013-2015
4 Data produksi PPP Pondokdadap 2011-2015
5 Tujuan pengiriman tuna Sendangbiru
6 Penerimaan tuna perusahaan GSM dan jenis olahannya
7 Hasil tangkapan tuna di PPP Pondokdadap bulan Juli-Agustus 2016
8 Check sheet hasil tangkapan tuna
9 Nilai kesenjangan elemen cara penanganan
10 Nilai kesenjangan elemen Sumberdaya manusia
11 Nilai kesenjangan elemen fasilitas
12 Nilai kesenjangan elemen peralatan
13 Nilai kesenjangan elemen unit penangkapan
14 Hasil perhitungan kesesuaian elemen penanganan
15 Matriks IFAS penanganan tuna di PPP Pondokdadap
16 Matriks EFAS penanganan tuna di PPP Pondokdadap
17 Perspektif balanced scorecard
18 Tolok ukur sasaran strategis penanganan tuna di PPP Pondokdadap
19 Pengembangkan tolok ukur, identifikasi penyebab
20 Tujuan, sasaran dan indikator pencapaian strategi

5
9
11
12
12
13
16
21
21
21
21
21
21
29
38
39
42
43
44
45

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran
2 Penanganan tuna diatas kapal
3 Penanganan tuna saat dibongkar
4 Penanganan tuna di TPI
5 Harga Jual Ikan tuna di PPP Pondokdadap
6 Penanganan tuna saat di gudang penyimpanan
7 Alur penanganan tuna di PPP Pondokdadap
8 Penanganan tuna saat didistribusikan
9 Persentase hasil tangkapan tuna bulan Juli-Agustus 2016
10 Matriks SWOT
11 Diagram posisi sistem berdasarkan Matriks IFAS-EFAS
12 Matriks internal-ekternal penanganan tuna
13 Matriks SWOT kebijakan manajemen mutu
14 Tujuan strategis strategi penerapan kebijakan manajemen mutu

4
14
15
15
16
17
18
17
23
35
39
40
41
43

DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta lokasi penelitian
2 Data hasil tangkapan pancing ulur selama penelitian
3 Peralatan, fasilitas dan aktivitas penanganan tuna
4 Contoh Checksheet penilaian kesesuaian penanganan tuna

54
55
56
57

iv

DAFTAR ISTILAH
Balanced scorecard

Baby tuna

Checksheet

: Suatu sistem manajemen untuk mengelola
implementasi strategi, mengukur kinerja secara
utuh, mengkomunikasikan visi, strategi dan
sasaran kepada stakeholders.
: Ikan tuna yang berukuran kecil (< 25 kg),
biasanya tidak di ekspor dan dipasarkan ke
pasar tradisional dan industri pengolahan
tradisional
: Lembar pemeriksaan yang dirancang sederhana
berisi daftar hal-hal yang diperlukan untuk
tujuan perekaman data sehingga pengguna
dapat mengumpulkan data dengan mudah,
sistematis dan teratur.

Gap

: Perbandingan antara hasil kenyataan dengan
hasil yang diharapkan

Grading

: Proses pengelompokan tingkat mutu yang
diberikan pada ikan tuna yang memiliki
keseragaman tertentu
: Keselarasan tentang penanganan tuna yang ada
di PPP Pondokdadap dengan penanganan
standar

Kesesuaian

Kriteria

: Suatu patokan atau karakteristik yang
ditetapkan sebagai alat pembanding bagi
karakteristik-karakteristik lainnya

Mutu

: Tingkat baik
tangkapan

Pelabuhan Perikanan

: Tempat yang terdiri dari daratan dan perairan
disekitarnya dengan batas-batas tertentu
sebagai tempat kegiatan pemerintahan,
kegiatan sistem bisnis perikanan yang
dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan
bersandar, berlabuh, dan atau bongkar muat
ikan yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang
perikanan

Penanganan

: Suatu cara memperlakukan ikan sesudah
ditangkap agar mutu ikan tetap segar dan baik,
ketika sampai ke tangan konsumen.

Penanganan standar

: Tata cara penanganan hasil tangkapan yang
ditetapkan dalam KEPMEN-KP/52A/2013

Penerapan

: Perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode,
dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu

buruknya

ikan

tuna

hasil

yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.
Pengambek

: Pemilik modal yang membeli ikan yang
didaratkan oleh nelayan dan kemudian dijual
kembali ke pengusaha tuna

Pengusaha tuna

: Orang
yang
membeli
tuna
dari
nelayang/pengambak di PPP Pondokdadap
yang kemudian dijual ke perusahaan
pengekspor

Perikanan

: Semua kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan
dan lingkungannya mulai dari pra produksi,
produksi,
pengolahan
sampai
dengan
pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu
sistem bisnis perikanan

Balanced : Penilaian organisasi terhadap empat perspektif
yang dimiliki yaitu; keuangan, pelanggan,
bisnis internal serta pertumbuhan dan
pembelajaran.
Perusahaan
: Perusahaan yang membeli tuna dari pengusaha
tuna yang ada di PPP Pondokdadap yang
kemudian di ekspor
Sanitasi
: Perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup
bersih dengan maksud mencegah manusia
bersentuhan langsung dengan kotoran dan
bahan buangan berbahaya lainnya.
: Suatu persyaratan atau ketentuan yang
Standar ekspor
Perspektif
Scorecard

ditetapkan oleh suatu negara untuk menerima
produk makanan yang didatangkan dari negara
lain
Strategi

: Pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan
dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan
eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu
tertentu.

Sortir

: Memilih ikan tuna yang diperlukan dan
mengeluarkan yang tidak diperlukan

SWOT

: Metode perencanaan strategis yang digunakan
untuk mengevaluasi kekuatan (strengths),
kelemahan
(weaknesses),
peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) dalam
sebuah organisasi.

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor tuna terbesar di dunia.
Volume ekspor tuna mengalami kenaikan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir
yakni dari 67.682,5 ton pada tahun 2010 menjadi 101.111 ton pada tahun 2014
dengan nilai sebesar US$ 197.052,4 juta pada tahun 2010 menjadi US$ 210,341,5
juta pada tahun 2014. Negara yang menduduki peringkat teratas sebagai tujuan
ekspor tuna Indonesia adalah Jepang(38,54%), disusul Amerika Serikat (22,17%)
dan Uni Eropa (13,72). Data ini menggambarkan bahwa ketiga negara/ kawasan
tersebut sangat berpengaruh terhadap kinerja ekspor tuna Indonesia. Upaya
dilakukan secara intensif untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan akses
pasar ke negara tersebut (BPS 2014).
Perkembangan ekspor ikan tuna yang meningkat menunjukkan tingginya
permintaan akan komoditi tersebut. Menurut Wicaksono (2009), Negara
pengimpor tuna segar Indonesia cenderung memperketat persyaratan mutu produk
yang diimpor ke negaranya sehubungan dengan isu food safety, khususnya pasar
Uni Eropa yang telah beberapa kali melakukan penolakan terhadap ikan tuna
Indonesia karena tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan, oleh karena itu
Indonesia dituntut untuk lebih meningkatkan kualitas tuna yang dihasilkan agar
dapat memenuhi standar pasar ekspor.
Manajemen
mutu
terpadu
merupakan
sekumpulan
prosedur
terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem yang
bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk terhadap kebutuhan
atau persyaratan yang telah ditentukan. Beberapa tahun terakhir terjadi perubahan
paradigma dalam sistem pengawasan mutu perikanan. Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa sistem pengawasan yang terlalu menekankan pada pengawasan
produk akhir gagal untuk menjamin mutu dan keamanan makanan. Dengan
demikian diperlukan sistem yang bisa mendeteksi secara dini masalah-masalah
yang timbul selama proses produksi (Nurani et al. 2011). Muhandri (2006)
menambahkan diperlukan tindakan pencegahan untuk menjamin keamanaan
pangan dan menetapkan sistem pengendaliannya yang diarahkan pada tindakan
pencegahan dan tidak tergantung pada pengujian produk akhir.
Penanganan adalah serangkaian atau perlakuan terhadap ikan tanpa
mengubah struktur dan bentuk dasar. Menurut Mboto (2014), salah satu bentuk
penanganan adalah dengan menggunakan suhu rendah atau dikenal dengan
pendinginan. Pendinginan yang dilakukan sebelum rigor mortis berlalu
merupakan cara yang paling efektif jika disertai dengan teknik yang benar.
Keberpihakan pemerintah terhadap pentingnya mutu produk perikanan
telah ditetapkan dalam KEPMEN-KP 52A/2013 Tentang Persyaratan Jaminan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan
Distribusi. Menurut Nurani et al (2012) kebijakan tersebut haruslah ditinjaklanjuti
melalui implementasi sistem mutu dalam aktivitas perikanan. Pada bidang
perikanan khususnya perikanan laut, pemahaman mengenai kualitas produk
perikanan oleh para pelaku masih rendah. Harapan kedepan orientasi kegiatan
industri perikanan bukanlah pada peningkatan upaya pemanfaataan sumberdaya

2

ikan secara kuantitatif, melainkan dari sisi kualitas lebih penting untuk
diutamakan.
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Pondokdadap terletak di Desa
Tambakrejo, Dusun Sendangbiru Kabupaten Malang yang merupakan perairan
yang sangat potensial untuk ikan tuna dan menjadi penyumbang terbesar terhadap
jumlah produksi tuna, tongkol dan cakalang (TTC) Kabupaten Malang, dengan
produksi tahun 2013 mencapai 3612,1 ton (DKP Jatim 2013). Tingginya produksi
tersebut diduga karena posisinya yang strategis, yaitu berada di dekat Samudera
Hindia yang merupakan daerah penangkapan potensial jenis TTC dan adanya
Pulau Sempu sebagai breakwater alami yang memberikan keamanan pada kapal
yang ingin berlabuh dan mendaratkan hasil tangkapannya (UPPPP Pondokdadap
2013).
Tujuan utama pemasaran hasil tangkapan tuna yang didaratkan di PPP
Pondokdadap yaitu untuk dipasarkan ke perusahaan pengekspor yang berada di
Jawa Timur dan sekitarnya yang kemudian diekspor menuju Amerika, Uni Eropa,
Kanada, Thailand dan negara lainnya. Menurut Junianto (2003), untuk
mendapatkan ikan yang memenuhi tujuan pasar ekspor diperlukan penanganan
dan penempatan secara higienis guna menjaga ikan dari kemunduran mutu,
penanganan dan penempatan tersebut misalnya dengan tidak menempatkan ikan
pada tempat yang bersuhu panas, terkena sinar matahari langsung dan tempat
yang kotor. Hal yang sama tercantum pula dalam KEPMEN-KP 52A/2013 yang
merupakan standar yang berlaku sebagai acuan dalam menangani produk
perikanan. Peraturan tersebut memuat hal-hal yang berkaitan dengan jaminan
mutu dan keamanan produk perikanan termasuk didalamnya yaitu cara
penanganan, fasilitas, peralatan, dan lain sebagainya.
Hasil wawancara awal yang dilakukan kepada pengelola pelabuhan,
pengusaha tuna dan sebagian nelayan di PPP Pondokdadap mengatakan bahwa,
adanya tata cara mengenai penanganan yang baik dan benar umumnya telah
diketahui oleh beberapa pihak tersebut. Namun demikian dalam pelaksanaanya
masih sulit untuk diterapkan. Nelayan cenderung melakukan penanganan
berdasarkan pengalaman dan kebiasaan, sehingga mengakibatkan sebagian hasil
tangkapan tuna yang didaratkan memiliki kualitas tidak layak ekspor. Oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana kebijakan
manajemen mutu tersebut telah diterapkan di PPP Pondokdadap. Selanjutnya
yaitu merekomendasikan strategi dan langkah-langkah yang harus dilakukan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil tangkapan nelayan guna memenuhi
permintaan pasar ekspor.

Perumusan Masalah
Standar penanganan hasil tangkapan telah dijelaskan pada Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan dalam KEPMEN-KP 52A/2013, namun pada
pelaksanaannya masih terdapat masalah khususnya di PPP Pondokdadap berkaitan
dengan penanganan tuna. Adanya hasil tangkapan tuna yang memiliki mutu yang
tidak memenuhi standar pasar ekspor merupakan salah satu indikator bahwa
penanganan yang baik dan benar belum diterapkan. Hal ini tidak semestinya
dibiarkan karena bisa berdampak pada menurunnya mutu yang dihasilkan.

3

Melalui latar belakang yang telah dijelaskan di atas dapat dirumuskan masalah
yang harus dijawab pada penelitian ini yakni sebagai berikut:
1. Bagaimana penanganan tuna di PPP Pondokdadap bila dibandingkan dengan
kebijakan yang telah ditetapkan?
2. Bagaimana strategi penerapan kebijakan manajemen mutu di PPP
Pondokdadap?

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Memperoleh tingkat kesesuaian penanganan tuna di PPP Pondokdadap dengan
standar yang telah ditetapkan.
2. Mendapatkan strategi dan langkah-langkah pencapaiannya untuk keberhasilan
implementasi manajemen mutu ikan tuna sesuai standar.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi kepada nelayan mengenai penanganan tuna yang baik
sejak di kapal, di pelabuhan hingga didistribusikan agar dapat menghasilkan
tuna dengan kualitas ekspor yang bernilai jual tinggi.
2. Memberikan rekomendasi dan sebagai bahan pertimbangan oleh PPP
Pondokdadap dalam mengontrol proses penanganan tuna yang baik.

Kerangka Pemikiran
Permasalahan mengenai tingginya jumlah ikan tuna yang memiliki mutu
tidak memenuhi standar pasar ekspor di PPP Pondokdadap mengindikasikan
bahwa penanganan tuna tidak dilakukan dengan baik dan benar sehingga perlu
dilakukan kajian mengenai kesesuaian penanganan yang dilakukan dengan
penanganan standar yang telah ditetapkan, serta diperlukan langkah-langkah
strategis untuk mengimplementasikan standar penanganan tersebut. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.

4

Mulai

Input

Pengumpulan data

Kualitas hasil
tangkapan

Proses
Persentase hasil
tangkapan tuna layak

Penanganan tuna di
PPP Pondokdadap
Tidak
Cukup

Analisis gap
Ya

Analisis SWOT
dan Balanced
Scorecard
Output

Strategi penerapan
kebijakan manajemen mutu

Selesai
Gambar 1 Kerangka pemikiran

2 METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan Juli dan Agustus 2016.
Penelitian bertempat di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Pondokdadap, Dusun
Sendangbiru, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten
Malang, Jawa Timur (Lampiran 1).

5

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif yang berfungsi
untuk membandingkan penanganan tuna di PPP Pondokdadap saat ini dengan
standar penanganan yang seharusnya. Metode ini juga digunakan untuk
membandingkan faktor internal dan faktor eksternal dalam merumuskan strategi
penerapan kebijakan manajemen mutupada perikanan tuna di Sendangbiru.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara maupun
observasi. Pengambilan data wawancara dilakukan dalam bentuk komunikasi
langsung dengan pegawai PPP Pondokdadap, pegawai Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Malang, pegawai KUD Mina Jaya, pedagang, pemilik usaha
pancing ulur, serta nelayan setempat. Pengambilan data observasi dilakukan
dengan mengambil data secara langsung dilapang yaitu melalui pengamatan
terhadap kegiatan penanganan ikan tuna di pelabuhan mulai dari pembongkaran
ikan di palka hingga didistribusikan. Data sekunder diperoleh dari studi literarur
dan laporan tahunan Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap,
KUD Mina Jaya dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang. Adapun
data-data yang dibutuhkan dapat dilihat pada Tabel 1.
Metode penentuan responden yang digunakan adalah metode purposive
sampling. Menurut Sugiyono (2009), metode purposive sampling adalah metode
pengambilan data dengan tujuan dan pertimbangan tertentu. Pertimbangan ini
misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita
harapkan, sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek yang diteliti.
Sampel yang purposive dalam penelitiam ini adalah pegawai pelabuhan, pegawai
TPI, nelayan, pedagang dan pemilik usaha perikanan pancing ulur yang
berjumlah 26 orang.
Tabel 1 Teknik analisis, kebutuhan dan jenis data data serta hasil yang diharapkan
untuk memenuhi tujuan penelitian
No

Tujuan Penelitian

1

Menentukan tingkat
kesesuaian
penanganan tuna di
PPP Pondokdadap
dengan standar
yang ada dalam
KEPMEN-KP
52A/2013

Teknis
Analisis
Analisis
Kesenjangan
(gap
analysis)

Kebutuhan Data
- Hasil tangkapan tuna yang
sudah dikumpulkan oleh bakul
- Tujuan pengiriman dan reject
tuna
- Persentase tuna layak ekspor
- Aktivitas pembongkaran kapal
pancing ulur
- Fasilitas dan sarana serta
kegiatan yang menunjang
penanganan hasil tangkapan
- penanganan tuna di pelabuhan
dan di kapal
- Peralatan yang digunakan untuk
aktivitas penanganan
- Data sekunder dan pustaka
pendukung

Hasil yang
diharapkan
Tingkat
kesesuaian
penanganan
tuna di PPP
Pondokdadap
dengan
KEPMEN-KP
52A/2013

6

No

Tujuan Penelitian

2

Merumuskan
strategi dan
langkah-langkah
pencapaiannya
untuk keberhasilan
implementasi
manajemen mutu
ikan tuna sesuai
KEPMEN-KP
52A/2013

Teknis
Analisis
Analisis
SWOT dan
Balanced
Scorecard

Kebutuhan Data
- Hasil analisis kesenjangan
- Faktor internal dan eksternal pada
aktivitas penanganan tuna
- Hasil analisis SWOT
- Data sekunder dan pustaka
pendukung

Hasil yang
diharapkan
Strategi dan
langkahlangkah
pencapaiannya

Analisis Data
Analisis data merupakan tahapan kedua setelah data yang diperlukan
terkumpul. Data yang terkumpul dianalisis sesuai dengan karakteristik datanya
dengan fokus untuk menjawab tujuan penelitian. Penelitian ini terdiri dari dua
tahapan yaitu; penentuan kesesuaian standar penanganan tuna menggunakan
analisis kesenjangan (gap) dan merumuskan strategi dan langkah-langkah
pencapaiannya dalam implementasi kebijakan manajemen mutu yaitu dengan
menggunakan analisis SWOT (Rangkuti 1999) dan balanced scorecard (Kaplan
dan Norton (1996).
Analisis Kesenjangan (Gap Analysis)
Analisis gap digunakan untuk menilai seberapa besar kesenjangan antara
penanganan tuna di PPP Pondokdadap saat ini dengan penanganan standar yang
telah ditetapkan dalam KEPMEN-KP 52A/2013 Tentang Persyaratan Jaminan
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan dan
Distribusi. Semakin besar nilai gap suatu atribut maka tingkat kesesuaiannya
semakin rendah.
Pendekatan yang digunakan untuk menilai kesenjangan dari sistem penanganan
tuna adalah dengan menggunakan metode gap. Menurut Palan (2007) Gap
dihitung berdasarkan formula sebagai berikut:
Gap= Penanganan Standar – Penanganan saat ini
Penanganan saat ini berupa nilai kuantitatif yang dihitung dari hasil
kuesioner, sedangkan penanganan standar adalah standar yang telah ditetapkan
melalui KEPMEN-KP 52A/2013. Penentuan nilai kesenjangan dibuat selang
frekuensi berdasarkan data tingkat kesesuaian dan selisih nilai. Dalam penelitian
ini digunakan 5 selang frekuensi (0-4). Analisis gap dalam penanganan tuna di
PPP Pondokdadap meliputi beberapa tahap yaitu:
1. Mengidentifikasi elemen-elemen sistem penanganan tuna
2. Melakukan penilaian terhadap elemen-elemen. Penentuan nilai kesenjangan
dibuat selang frekuensi berdasarkan data tingkat kesesuaian dan selisih nilai.
Dalam penelitian ini digunakan 5 selang frekuensi (0-4)
3. Pengambilan keputusan kesenjangan penanganan tuna di PPP Pondokdadap
berdasarkan kriteria berikut:

7

Pengambilan keputusan kesenjangan penanganan tuna di PPP
Pondokdadap berdasarkan kriteria berikut:
0% - ≤ 34 %
 Penanganan sangat tidak sesuai standar
34% - ≤ 50%
 Penanganan tidak sesuai standar
50% - ≤ 65%
 Penanganan hampir sesuai dengan standar
65% - ≤ 80%
 Penanganan kurang sesuai standar
80% - ≤ 100%
 Penanganan sesuai dengan standar
Analisis Perumusan Strategi Penerapan Kebijakan Manajemen Mutu
Perumusan strategi penerapan kebijakan manajemen mutu menggunakan
Analisis SWOT dan Balanced Scorecard. Analisis SWOT digunakan untuk
membandingkan kondisi internal dan eksternal dari suatu sistem. Kondisi internal
mencakup kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), sedangkan kondisi
eksternal berupa peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Strategi
dirumuskan dengan cara memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta
meminimalkan kelemahan dan ancaman
(Rangkuti 1998). Proses dalam
perumusan strategi mencakup 3 tahap yaitu:
1. Evaluasi faktor internal dan eksternal.
2. Pembuatan matriks internal, eksternal dan matriks SWOT.
3. Perumusan strategi
Balance scorecard merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran, dan
pengendalian yang secara cepat, tepat dan komprehensif dapat memberikan
pemahaman kepada stakeholder tentang langkah-langkah dalam mencapai tujuan
(Nurani et al. 2014). Adapun Tahap-tahap dalam penyusunan Balanced Scorecard
mengacu pada Nurani et al. (2011) yaitu sebagai berikut:
1. Perumusan strategi berdasarkan analisis SWOT
Perumusan strategi dilakukan melalui evaluasi terhadap kondisi internal dan
eksternal terhadap aktivitas penanganan tuna di PPP Pondokdadap.
2. Perumusan strategi dalam perspektif balanced scorecard
Strategi yang didapatkan dari hasil analisis SWOT disesuaikan dengan 4
perspektif yang ada pada balanced scorecard yaitu keuangan, learning and
growth, Internal process, serta masyarakat/stakeholder.
3. Perumusan sasaran strategis
Tahapan ini merinci visi pada tiap-tiap perspektif dan merumuskan sasaran
strategis sebagai indikator ukuran hasil atau indikator akibat.
4. Identifikasi faktor-faktor keberhasilan atau tolok ukur
Pada tahap ini akan ditetapkan faktor-faktor yang menjadi tolok ukur atau
kunci keberhasilan program.
5. Pengembangan tolok ukur, identifikasi penyebab dan dampak serta membuat
keseimbangan
Tolok ukur sebagaimana telah dirumuskan pada tahap sebelumnya (tahap 4)
kemudian diterjemahkan ke dalam target-target yang dapat dijangkau pada
periode waktu tertentu. Target-target tersebut dapat dicapai melalui langkahlangkah tindakan atau inisiasi atau juga disebut sebagai indikator sebab.

8

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap
Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap terletak di Dusun Sendangbiru,
Desa Tambakrejo Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang Provinsi
Jawa Timur. Sendangbiru merupakan salah satu wilayah yang memiliki
sumberdaya ikan yang besar karena terletak di kawasan perairan pesisir selatan
Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia yang merupakan
salah satu wilayah dengan potensi kelautannya yang sangat besar, baik ditinjau
dari segi keberlimpahan biotanya maupun cakupan sebaran wilayahnya. Potensi
sumberdaya perikanan di perairan Samudera Hindia yang termasuk dalam
Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 573 yaitu sebesar 1.076.890 ton/tahun dan
baru dimanfaatkan sekitar 0,7% dari potensi lestari. Eksistensi Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) Pondokdadap diharapkan sebagai sentra usaha/bisnis
sektor perikanan dan mendorong perkembangan perekonomian di kawasan Jawa
Timur bagian selatan.
Kawasan Pesisir Sendangbiru merupakan kawasan daerah potensial
perikanan, khususnya sebagai penghasil ikan tuna dan cakalang. Posisinya yang
relatif aman dari gelombang yang besar karena pelabuhan tersebut dilindungi oleh
keberadaan pulau Sempu yang sekaligus merupakan kawasan cagar alam.
Produksi ikan yang didaratkan oleh nelayan Sendangbiru adalah sebesar
6.569,411/tahun, sedangkan potensi stok ikan pelagis besar yang ada di Selatan
Jawa 22.000 ton/tahun, sehingga baru dimanfaatkan sebesar 19% (Hermawan
2006).
Pembangunan sektor kelautan dan perikanan pada saat ini menjadi salah
satu prioritas pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah Kabupaten
Malang. Kebijakan tersebut ditempuh mengingat lokasinya yang terletak di
perairan Samudera Hindia yang kaya akan sumberdaya ikan pelagis besar, seperti
madidihang (Thunnus albacares), tuna mata besar (Thunnus obesus), albakora
(Thunnus allalunga), dan cakalang (Katsuwonus pelamis) (Hermawan 2006).
Profil Perikanan Tuna
Perikanan tuna di kawasan Sendangbiru mulai ada sejak kedatangan
nelayan andon yang berasal dari bugis (Sulawesi Selatan) yaitu sekitar tahun
1997-1998. Nelayan ini membawa armada pancing sebanyak tiga unit yang
kemudian berkembang menjadi 10 armada, dan tepatnya pada tahun 2000
berkembang menjadi 40 armada pemancing. Karena dari tahun ke tahun terjadi
peningkatan hasil tangkapan, akhirnya nelayan andon banyak yang memilih
menetap di Sendangbiru dan sebagian lainnya memilih datang ke Sendangbiru
hanya pada saat musim ikan.
Alat tangkap pancing ulur (handline) digunakan sebagai alat tangkap
utama untuk menangkap tuna. Ada dua jenis alat tangkap dan armada pancing ulur
yang ada di Sendangbiru. Pertama yaitu pancing ulur dioperasikan dengan kapal
jukung < 5 GT dengan daerah penangkapan berjarak 3-5 mil. Pancing ulur dengan
kapal jukung ini menangkap ikan layur, lemadang dan tidak jarang menangkap
ikan pelagis besar seperti tuna, tongkol dan cakalang, namun tidak didaratkan di
PPP Pondokdadap melainkan langsung dijual oleh nelayan ke pembeli yang ada di

9

luar pelabuhan. Kedua yaitu pancing ulur yang digunakan untuk menangkap tuna
yang dioperasikan dengan kapal yang berukuran 5-18 GT dengan daerah
penangkapan mencapai 200 mil dari PPP Pondokdadap. Ikan tuna yang dominan
tertangkap yaitu tuna Albakor (Thunnus Alalunga), tuna sirip kuning (Thunnus
albacares) dan tuna mata besar (Thunnus obesus). Ikan cakalang, tongkol,
tenggiri, marlin, dan lemadang merupakan hasil tangkapan sampingan. Armada
pancing ulur merupakan alat tangkap dominan yang dioperasikan oleh nelayan di
PPP Pondokdadap (Tabel 2).
Tabel 2 Jumlah armada penangkapan PPP Pondokdadap tahun 2013-2015
No
1

2

3

Jenis Armada
Pancing Ulur:
a. Lokal
b. Andon
Purse Saine :
a. Lokal
b. Andon
Pancing ulur (Jukung)
a. Lokal
b. Andon
Jumlah

2013

Jumlah (Unit)
2014

2015

374
200

374
200

365
200

32
-

36
-

29
-

76
-

82
-

87

682

692

690

Sumber: PPP Pondokdadap (2016)

Kegiatan perikanan tuna di PPP Pondokdadap secara sosial memberikan
kontribusi yang berarti. Hal ini dapat diketahui dari keterlibatan masyarakat dalam
sektor ini. Masyarakat terlibat dalam sektor ini adalah sebagai nelayan, pedagang,
penyedia jasa kebutuhan melaut dan tenaga kerja pengolahan serta tenaga kerja
pendukung. Berdasarkan data di PPP Pondokdadap diperkirakan jumlah nelayan
tuna kurang lebih 2900 orang, pengambak dan pedagang pengumpul berjumlah 20
orang dan tenaga kerja lain yaitu yang bekerja sebagai kuli panggul dan penyedia
bahan perbekalan sekitar 70 orang. Selain itu terdapat juga tenaga kerja tidak
langsung yang terlibat, yang tidak dapat dikalkulasikan secara pasti, namun
menurut wawancara kepada kepala pelabuhan dapat diperkirakan sekitar 30% dari
jumlah tenaga kerja langsung.

Deskripsi Unit Pancing Ulur (Handline )
Kapal
Kapal yang digunakan nelayan di Pondokdadap untuk mengoperasikan
alat tangkap pancing ulur adalah kapal berbahan kayu dengan ukuran 5-18 GT
dengan panjang (LOA) 13-20 meter, lebar 2,5-3 meter dan tinggi 2-2,5 meter.
Rata-rata nelayan pancing ulur di Pondokdadap menggunakan dua buah mesin
inboard yang terdiri dari mesin utama bermerek Yanmar dan mesin bantu
bermerek Jandong berkekuatan 12 HP. Mesin inboard ini menggunakan bahan
bakar solar dan menghabiskan kurang lebih 400 liter dalam satu kali operasi.
Kapal pancing ulur dilengkapi dengan 2-4 buah palka yang berukuran 2x2
meter, ruang penyimpanan air bersih dan ruang penyimpanan bahan bakar. Kapal
tidak memiliki bangunan di atasnya, mengingat ukuran kapal yang kecil dan

10

daerah penangkapan mencapai Samudera Hindia yang memiliki ombak yang
cukup besar.
Dalam pengoperasiannya, kapal pancing ulur menggunakan alat bantu
GPS (Global Positioning System), kompas, dan alat keselamatan di laut berupa
life jacket. Alat bantu GPS digunakan untuk menentukan daerah penangkapan
ikan (fishing ground). Daerah penangkapan ikan (fishing ground) ditandai dengan
rumpon yang ditanam di perairan yang berfungsi untuk mempermudah
mendapatkan ikan hasil tangkapan.
Alat Tangkap
Alat tangkap yang digunakan nelayan untuk menangkap tuna di
Pondokdadap adalah pancing ulur atau handline. Konstruksi utama alat tangkap
terdiri atas tali pancing (monofilament), mata pancing, kili-kili dan pemberat. Tali
pancing yang digunakan untuk menangkap ikan tuna memiliki kisaran ukuran
monofilamen bernomor 300–2000 dengan ukuran mata pancing (kait berbalik)
berkisar antara nomor 2 dan 3. Setiap satu alat tangkap pancing memiliki mata
pancing tunggal, nomor mata pancing disesuaikan dengan ukuran tali pancing.
Setiap satu alat tangkap pancing memiliki dua ukuran tali pancing yang berbeda,
bagian atas lebih besar dibandingkan ukuran bagian bawah (sekitar 10– 20 meter
dari mata pancing). Selain alat tangkap utama ini, nelayan juga dilengkapi dengan
pancing lainnya untuk menangkap ikan umpan seperti sotong/cumi, ikan layang,
ikan terbang, ikan komo/tongkol ataupun baby tuna.
Alat tangkap utama yang digunakan nelayan untuk menangkap tuna
adalah pancing cuping, tomba dan batuan. Pancing jenis cuping dan tomba sangat
efektif untuk menangkap tuna jenis yellowfin dan mata besar, sedangkan pancing
jenis batuan efektif untuk menangkap tuna jenis albakor dengan kedalaman lebih
dari 200 m. Penggunaan batu sebagai alat bantu penangkapan mulai dikenal
nelayan Sendangbiru sejak tahun 2005, sampai saat ini batu menjadi salah satu
alat bantu penangkapan utama nelayan.
Nelayan
Nelayan pancing ulur di PPP Pondodadap terdiri dari nelayan lokal dan
nelayan andon. Nelayan lokal merupakan nelayan yang mendiami daerah
setempat, sedangkan nelayan andon yaitu nelayan yang berasal dari Sulawesi
Selatan yang datang ke Pondokdadap hanya pada saat musim ikan tuna. Nelayan
andon yang berasal dari Sulawesi selatan mempunyai sifat nekat atau pemberani
dalam hal menangkap ikan, jarak daerah penangkapan yang ditempuh mencapai
300 mil menggunakan kapal yang relatif kecil yaitu sekitar 5-18 GT.
Kehadiran nelayan andon menyebabkan perekonomian di kawasan peisisir
Sendangbiru semakin maju, karena banyaknya usaha penangkapan dan banyaknya
hasil tangkapan yang didaratkan. Nelayan setempat yang awalnya merupakan
nelayan yang mengoperasikan alat tangkap payang kini beralih menggunakan alat
tangkap pancing ulur, yaitu dengan cara belajar dan mengadopsi alat tangkap dan
cara pengoperasiannya kepada nelayan andon. Hal ini dilakukan karena hasil
tangkapan pancing ulur yang cukup tinggi dan menjanjikan. Data nelayan di PPP
Pondokdadap lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.

11

Tabel 3 Jumlah Nelayan PPP Pondokdadap tahun 2013-2015
No
1

2

3

Jenis Armada
Pancing ulur
a. Lokal
b. Andon
Purse Seine
a. Lokal
b. Andon
Jukung
a. Lokal
b. Andon
Jumlah Keseluruhan

2013

Jumlah (Orang)
2014

2015

1.340
1.000

1.390
1.000

1.870
1.000

1.120
-

910
-

1.015
-

76
3.536

82
3.382

87
3.972

Sumber: PPP Pondokdadap (2016)

Pengoperasian Alat Tangkap
Penangkapan ikan tuna dengan pancing ulur di perairan Sendangbiru
dilakukan selama 10-15 hari dengan jarak 200-300 mil. Alat bantu yang
digunakan nelayan untuk menangkap tuna yaitu rumpon. Menurut Rahma (2014),
penggunaan rumpon sebagai alat bantu nelayan pancing di Sendangbiru sangat
diminati oleh nelayan, dikarenakan keberadaan rumpon membantu nelayan untuk
memperoleh ikan dengan jumlah yang lebih banyak dan daerah penangkapan
menjadi lebih pasti.
Pancing ulur yang digunakan nelayan terdiri dari beberapa jenis,
disesuaikan dengan metode penangkapan. Penangkapan yang dilakukan nelayan
pancing ulur di Sendangbiru terdiri atas tujuh jenis pancing, yang namanya
disesuaikan dengan metode penangkapan pancing tersebut, yaitu pancing tonda,
layang-layang, ulur, batuan, cuping, taber, dan tomba. Penggunaan metodemetode tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan target penangkapan saat
penangkapan berlangsung.
Jenis pancing ulur yang biasanya digunakan untuk menangkap tuna adalah
pancing ulur dengan metode cuping, tomba dan batuan. Ketiga jenis pancing ini
sangat efektif untuk menangkap tuna dengan kedalaman lebih dari 100 meter,
sedangkan jenis pancing dengan metode lain digunakan untuk menangkap tuna
dengan kedalaman kurang dari 100 meter dan menangkap tongkol, cakalang,
marlin dan baby tuna.
Hasil Tangkapan
Produksi tangkapan PPP Pondokdadap diperoleh dari hasil tangkapan
nelayan pancing ulur, jukung dan purse seine. Ikan hasil tangkapan meliputi ikan
jenis pelagis besar seperti: tuna (Thunnus Albacores), (Thunnus Alalunga),
(Thunnus Obesus), cakalang (Katsuwonus Pelamis), tongkol (Auxis Thazard),
lemadang (Coryphaena Hippurus) dan tenggiri (Scomberomorus Commersoni),
sedangkan ikan hasil tangkapan purse sine antara lain: layang, kembung, lemuru,
tongkol (Tabel 4).

12

Tabel 4 Data produksi PPP Pondokdadap 2011-2015
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Jenis Ikan
2011
1,701,376
988,903
1,413,937
2140
11457
447,139
1,331,011
19,838
103,337

Tuna
Cakalang
Tongkol
Marlin
Lemadang
Lemuru
Layang
Ekor Merah
Layur
Cumi
Selengseng
Salem
Sunglir
Lain-lain
Jumlah

1,151
17,559
1,540
14,804
5,454,192

Hasil Tangkapan (kg)
2012
2013
2014
1,912,107
1,852,333
1,866,538
600,811
28,986
1,000,729
1,765,644
1,509,888
1,520,656
22,710
27,437
9,449
30,705
9,994
7,161
403,617
432,719
593,073
1,285,685
1,127,796
568,140
130,161
70,300
9,032
4,310
734
32,450
665
199
16855
8522
5,281,792

1,518
332
8,725
5,062,236

37,211
248
10,936
5,655,623

2015
1.931,898
1.505,665
650,636
16,258
4,441
349,144
954,250
67,373
46
207
47,707

9,822
5,527,625

Sumber data: : PPP Pondokdadap (2016)

Kegiatan Ekspor Tuna di PPP Pondokdadap
Menurut Yudiarosa (2009) ada tiga jenis olahan ikan tuna Indonesia yang
diekspor yaitu ikan tuna segar, beku dan kaleng dimana Jepang adalah negara
importir terbesar ikan tuna segar dan ikan tuna beku Indonesia. Nurani (2010).
mengatakan kualitas ikan tuna akan terkait dengan harga. Harga ikan tuna paling
tinggi adalah kualitas fresh tuna (kualitas A) untuk bahan sashimi. Kualitas di
bawahnya adalah fresh tuna (kualitas B+) untuk tujuan pasar Amerika dan Uni
Eropa. Kualitas B dan C masuk ke industri pengolahan tuna beku untuk dibuat
loin, saku, chunk dan sejenisnya. Harga jual ekspor produk fresh tuna berkisar
antara 800-1.500 yen per kg atau setara Rp. 93.440- Rp. 175.200 per kg,
tergantung dari grade tuna yang diekspor. Menurut Detik Finance (2015) Harga
jual ekspor produk fresh tuna pada tahun 2015 berkisar antara 900-2000 yen per
kg atau setara Rp. 105.120-Rp. 233.600 per kg.
Hasil tangkapan tuna di PPP Pondokdadap sebagian besar ditujukan untuk
pasar ekspor, sebagian lainnya dipasarkan di pasar tradisional yang berada di
wilayah Malang dan sekitarnya. Kegiatan ekspor dimulai dari pengiriman hasil
tangkapan tuna oleh pengusaha tuna setempat menuju perusahaan pengekspor
yang berada di Surabaya, Pasuruan, Sidoarjo, Banyuwangi, Bali dan Jakarta.
Perusahan-perusahaan inilah yang kemudian mengekspor tuna dari Sendangbiru
bersamaan dengan ikan tuna dari daerah lain yang menjadi pemasok bahan baku
tuna untuk perusahaan tersebut. Berikut merupakan data pasar tujuan pengiriman
tuna PPP Pondokdadap untuk selanjutnya diekspor (Tabel 5).
Tabel 5 Tujuan pengiriman tuna Sendangbiru
No

Nama
Pengusaha

1
2
3
4
5
6
7

Budi
Suatin
Umar
Muasir
Nuril
Darsono
Fauzi

Surabaya





Pasuruan





Tujuan Pengiriman
Sidoarjo
Banyuwangi








Bali





Jakarta



13

Ikan tuna di PPP Pondokdadap sebagian besar dipasarkan di wilayah Jawa
Timur. Masalah yang dihadapi oleh pengusaha adalah keterbatasan kendaraan
berpendingin yang mampu mempertahaankan mutu ikan hingga Bali dan Jakarta.
Kendaraan berpendingin sangat diperlukan untuk menjaga mutu ikan selama
proses distribusi berlangsung. Oleh karena itu banyak pengusaha yang lebih
memilih mengirimkan tuna di wilayah Surabaya dan sekitarnya.
Hasil wawancara dengan salah satu perusahaan pengekspor tuna yang
berada di Surabaya, yang kemudian disingkat “GSM” mengatakan, PPP
Pondokdadap merupakan salah satu pelabuhan utama sebagai pemasok bahan
baku tuna segar. Tuna yang berasal dari Pondokdadap sebagian besar memiliki
kualitas yang sedang (grade B), dan tidak sedikit pula yang memiliki kualitas C
dan D. Tuna yang memiliki kualitas A, B dan C+ selanjutnya diolah menjadi loin
beku dan kemudian diekspor ke berbagai negara seperti USA, Jepang, Kanada,
Hongkong dan Uni Eropa.
Tabel 6 Penerimaan tuna perusahaan GSM dan jenis olahannya
Grade

Jumlah
Penerimaan

Bulan
No

Kg

Olahan Loin (kg)

Ekor

A

B

C

D

BS

1

Maret

3000

126

-

320,92

700,61

585,37

161,51

2

April

4486

91

-

829,47

869,53

605,38

410,81

3

Mei

95891

1892

-

15220,8

20938,1

17415,7

10298

4

Juni

101391

2135

-

13053,6

22089,2

11213,6

15365

5

Juli

104109

2251

-

13729,6

20819,3

13801

12500,9

6

Agustus

36144

816

11818.5

1722,8

4484,88

3574,46

2913,95

11818,5

44877,2

69901,6

47195,5

41650,2

6

21

32

22

19

Total
Persentase (%)
Sumber: Perusahaan SGM 2016

Ikan tuna PPP Pondokdadap yang diterima perusahaan GSM pada bulan
Maret-Agustus 2016 yaitu mencapai 345 ton. Keseluruhan ikan tuna tersebut
rata-rata 60% di olah menjadi loin tuna beku, sisanya yaitu diolah menjadi fillet
dan steak tuna termasuk juga limbah ikan yang terdiri dari tulang, kulit, kepala
dan daging hitam. Tabel 6 menunjukkan, jenis loin tuna yang paling banyak
diproduksi yaitu loin dengan mutu C (32 %) dan hanya 6% loin tuna yang
bermutu A. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan tuna yang didaratkan di PPP
Pondokdadap belum mampu menghasilkan mutu terbaik seperti yang diharapkan.

Penanganan hasil tangkapan tuna
Tuna adalah komoditi utama dan merupakan ikan ekonomis penting di
PPP Pondokdadap (Tabel 4). Penanganan ikan tuna segar yang dilakukan secara
cermat, higienis, hati-hati, serta selalu berada dalam rantai dingin akan
menghasilkan produk ikan tuna segar yang bermutu baik. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan ikan tuna segar yang berkualitas baik, penanganan harus
diperhatikan sejak di atas kapal hingga didistribusikan.

14

Penanganan tuna di atas kapal
Proses penanganan tuna di atas kapal oleh nelayan PPP Pondokdadap
dilakukan dengan cara sederhana. Setelah ditangkap, ikan diangkat ke atas kapal
menggunakan ganco pada bagian insangnya. Penggunaan ganco memudahkan
nelayan untuk menaikkan ikan keatas kapal tanpa merusak fisik ikan tersebut.
Setelah ikan berada di atas kapal, kemudian dimatikan dengan cara dipukul di
bagian kepala.

Gambar 2 Penanganan tuna diatas kapal
Selanjutnya ikan dibersihkan insang dan isi perutnya menggunakan air laut
kemudian dimasukkan kedalam palka yang terisi es balok yang sudah
dihancurkan. Penyimpanan ikan di palka disusun berdasarkan jenis dan
ukurannya. Pembersihan insang dan isi perut sesaat setelah ditangkap hanya
dilakukan pada ikan tuna jenis yellowfin yang memiliki bobot lebih dari 20 kg,
Hal ini dilakukan karena yellowfin tuna memiliki nilai jual yang lebih
tinggi dibandingkan tuna jenis lain. Oleh karena itu perlu penanganan khusus
guna menjaga mutu ikan tetap dalam keadaan baik. Sedangkan ikan Albacore,
bigeye tuna dan tuna yang berukuran kecil dilakukan pembersihan ketika tiba di
dermaga sesaat setelah ikan dibongkar dari palka. Hal ini dilakukan karena
keterbatasan waktu dan tenaga kerja saat proses penangkapan berlangsung.
Keterbatasan waktu dan tenaga kerja mengakibatkan terhambatnya
aktivitas penanganan di atas kapal. Saat operasi penangkapan berlangsung,
nelayan lebih fokus untuk menangkap ikan sebanyak-banyaknya dan
mengabaikan ikan yang baru saja diangkat keatas kapal, sehingga ikan terkena
cahaya matahari yang cukup lama dan mengakibatkan kemunduran mutu pada
ikan.
Penanganan tuna saat dibongkar
Tahap terakhir penanganan tuna di atas kapal adalah pembongkaran hasil
tangkapan dari kapal ke pelabuhan pendaratan. Bahar (1995) mengatakan, setelah
kapal sampai di pelabuhan, kegiatan pembongkaran ikan harus segera dilakukan
tanpa menunda-nunda waktu. Pembongkaran ikan dilakukan dengan cara hatihati, cermat, teratur, higienik, dan tetap mempertahankan suhu ikan serendah
mungkin. Pada saat ikan dibongkar, sebelum dilelang atau dijual ikan tetap diberi
es sehingga tidak terjadi peningkatan suhu. Ikan tidak boleh bersentuhan dengan
air kotor atau bahan lainnya kecuali wadah pengangkutnya. Pembongkaran ikan

15

yang berukuran besar seperti tuna, marlin, cucut, dan pari dilakukan dengan cara
memikulnya dengan kaitan (ganco) dibawah insang ikan tersebut atau dengan
menggunakan kendaraan pengangkut. Pada kegiatan pendaratan atau
pembongkaran, waktunya juga harus diperhatikan. Pembongkaran seharusnya
dilakukan pada pagi atau malam hari saat temperatur udara tidak tinggi untuk
mencegah ikan terkena sinar matahari langsung.

Gambar 3 Penanganan tuna saat dibongkar
Tahap pertama yang dilakukan yaitu, membuang es yang ada pada bagian
atas untuk memudahkan dalam pengambilan ikan. Kemudian ikan dikeluarkan
dari palka oleh 2-3 orang ABK yang masuk langsung kedalam palka, ABK
tersebut bertugas