- Variabel Tetap : suhu, waktu dan air.
- Variabel Terikat : uji viskositas dan uji morfologi.
1.7. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Polimer FMIPA USU, Medan- Sumatera Utara. Pengujian Viskositas dilakukan di PT. Smart Tbk, Medan-Sumatera
Utara. Pengujian Morfologi dilakukan di Laboratorium Kimia Organik, FMIPA UGM, Yogyakarta.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aspal
Aspal adalah material termoplastik yang akan menjadi keras atau lebih kental jika temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih cair jika temperatur bertambah.
Sifat ini dinamakan kepekaan terhadap perubahan temperatur, yang dipengaruhi oleh komposisi kimiawi aspal walaupun mungkin mempunyai nilai penetrasi atau
viskositas yang sama pada temperatur tertentu. Aspal yang mengandung lilin lebih peka terhadap temperatur dibandingkan dengan aspal yang tidak mengandung lilin.
Hal ini terlihat pada aspal yang mempunyai viskositas yang sama pada temperatur tinggi tetapi sangat berbeda viskositas pada temperatur rendah. Kepekaan terhadap
temperatur akan menjadi dasar perbedaan umur aspal untuk menjadi retak ataupun mengeras. Bersama dengan agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran
perkerasan jalan Sukirman, 2003. Aspal bersifat viskos atau padat, berwarna hitam atau coklat, mempunyai daya
lekat, mengandung bagian utama yaitu hidrokarbon yang dihasilkan dari minyak bumi atau kejadian alami dan terlarut dalam karbondisulfida Wignall, 2003.
2.2 Sumber Aspal
Aspal yang dihasilkan dari minyak mentah diperoleh melalui proses destilasi minyak bumi. Proses destilasi ini dilakukan dengan pemanasan hingga suhu 350
o
C di bawah tekanan atmosfir untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak seperti bensin,
minyak tanah dan minyak. Proses pemisahan dari bahan bakar minyak bumi dapat dilihat pada gambar 1 Wignall,2003.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Proses Pemisahan Aspal
2.3 Jenis – Jenis Aspal
Secara umum aspal dapat diklasifikasikan berdasarkan asal dan proses pembentukannya sebagai berikut :
2.3.1 Aspal Alamiah
Aspal alamiah berasal dari berbagai sumber, seperti pulau Trinidad dan Bermuda. Aspal dari Trinidad mengandung kira-kira 40 organik dan zat-zat
anorganik yang tidak dapat larut, sedangkan yang berasal dari Bermuda mengandung kira-kira 6 zat-zat yang tidak dapat larut Oglesby, 1996.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Aspal Batuan
Aspal batuan adalah endapan alamiah batu kapur atau batu pasir yang dipadatkan dengan bahan-bahan berbitumen. Aspal ini terjadi diberbagai bagian di
Amerika Serikat. Aspal ini umumnya membuat permukaan jalan yang sangat tahan lama dan stabil tetapi kebutuhan transportasi yang tinggi membuat aspal terbatas pada
daerah-daerah tertentu saja Oglesby, 1996.
2.3.3 Aspal Minyak Bumi
Aspal minyak bumi pertama kali digunakan di Amerika Serikat untuk perlakuan jalan pada tahun 1894. Bahan-bahan pengeras jalan aspal sekarang berasal
dari minyak mentah domestik bermula dari ladang-ladang di Kentucky, Ohio, Michigan, Illinois, Mid-Continent, Gulf-Coastal, Rocky Mountain, California, dan
Alaska. Sumber-sumber asing termasuk Meksiko, Venezuela, Colombia, dan Timur Tengah. Sebesar 32 juta ton aspal minyak bumi telah digunakan pada tahun 1980
Oglesby, 1996.
2.3.4 Aspal Beton
Aspal beton merupakan aspal yang paling umum digunakan dalam proyek- proyek konstruksi seperti permukaan jalan, bandara, dan tempat parkir. Aspal ini
terbagi atas beberapa jenis yaitu : 1.
Aspal Beton Campuran Panas, diproduksi dengan memanaskan aspal untuk mengurangi viskositas, dan pengeringan agregat untuk menghilangkan uap air
sebelum pencampuran. Pencampuran dilakukan pada temperatur sekitar 300
o
F 150ºC untuk aspal polimer modifikasi dan aspal semen sekitar temperatur 200
o
F 95ºC. Pemadatan dilakukan pada saat aspal cukup panas. HMAC Hot Mix
Asphalt Concrete merupakan jenis aspal yang paling umum dipakai pada jalan raya.
2. Aspal Beton Campuran Hangat, diproduksi dengan penambahan zeolit, lilin atau
aspal emulsi untuk campuran. Penambahan zat aditif dalam campuran tersebut dilakukan untuk mempermudah pemadatan pada cuaca yang dingin.
Universitas Sumatera Utara
3. Aspal Beton Campuran Dingin, dipoduksi oleh bahan pengemulsi aspal dalam air
dan sabun sebelum pencampuran dengan agregat. 4.
Aspal Beton, diproduksi dengan melarutkan bahan pengikat dalam minyak tanah atau fraksi yang lebih ringan dari minyak bumi sebelum pencampuran dengan
agregat. 5.
Aspal Beton Mastis, diproduksi dengan memanaskan aspal keras dalam pencampuran panas sampai menjadi cairan yang lebih kental kemudian
menambahkan agregat Oglesby, 1996.
2.4 Kandungan Aspal
Dari sudut pandang kualitatif aspal terdiri dari dua kelas utama senyawa, yaitu asphaltene dan maltene. Asphaltene mengandung campuran kompleks hidrokarbon
5-25, terdiri dari cincin aromatik kental dan senyawa heteroaromatik yang mengandung belerang, amina, amida, senyawa oksigen keton, fenol atau asam
karboksilat, nikel dan vanadium. Di dalam maltene terdapat tiga komponen penyusun yaitu saturated, aromatis, dan resin. Strukturnya kandungan aspal dapat dilihat pada
gambar 2 di bawah Nuryanto, 2008.
Gambar 2. Kandungan aspal Dari gambar 2 terlihat struktur kandungan aspal dimana masing-masing
komponen memiliki struktur, komposisi kimia dan sifat reologi bitumen yang berbeda. Resin merupakan senyawa yang berwarna coklat tua yang berbentuk solid atau semi
solid sangat polar yang tersusun oleh atom C, H, O, S, dan N, untuk perbandingan
Universitas Sumatera Utara
HC yaitu 1,3 - 1,4, memiliki berat molekul antara 500-50000, dan larut dalam n- heptan. Aromatis merupakan senyawa yang berwarna coklat tua, berbentuk cairan
kental, bersifat non polar, didominasi oleh cincin tidak jenuh, berat molekul 300-2000, terdiri dari senyawa naften aromatik dan mengandung 40-65 dari total bitumen.
Saturate merupakan senyawa yang berbentuk cairan kental non polar, berat molekul hampir sama dengan aromatis, tersusun dari campuran hidrokarbon lurus, bercabang,
alkil napthene, dan aromatis, mengandung 5-20 dari total bitumen Nuryanto, 2008.
2.5 Aspal Iran